KELAS 3C
Disusun Oleh:
ANDIKASETIAJI 2720162934
Praktikan
( ANDIKASETIAJI )
(………………………..) (……………………….)
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, kekuatan serta kesabaran di dalam
menyelesaikan makalah ini sesuai harapan saya dan sesuai waktu yang telah di
tentukan, meskipun tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Saya berharap dengan terwujudnya makalah ini dapat dijadikan bahan
bacaan minimal bagi teman-teman dan diharapkan pula dapat menambah
wawasan, pengetahuan dan menambah rasa tanggung jawab kami sebagai
mahasiswa dan mahasiswi di AKPER Notokusumo Yogyakarta.
Laporan ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.
“F” G2 P0 A1 41 MINGGU 1 HARI DENGAN POST DATE”disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Prakter Keperawatan Maternitas. Sekalipun makalah
ini masih belum sempurna, namun untuk mewujudkannya diupayakan secara
maksimal, dengan harapan dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mempersembahkan makalah
ini, semoga mendapat penilaian yang positif dan bermanfaat adanya, kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan penulisan makalah
berikutnya.
Penulis
3
I. MASALAH UTAMA
KEHAMILAN POST DATE
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kitaketahui.
Diduga penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti,kelainan pada
4
janin sehingga tidak ada kontraksi. Ada beberapa teori yangdiajukan sebagai
penyebab kehamilan postdate, antara lain sebagai berikut:
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormone progesterone dalam kehamilan dipercayamerupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memecu proses
biomolekular pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas pada uterus
terhadap oksitosin, sehingga beberapa sumber menduga bahwa terjadinya
kehamilan post term adalah karena masih berlangsungnya pengaruh
progesterone
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin pada induksi persalinan pada kehamilan
posttermmemberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologismemegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan
dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang padausia
kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu factor penyebabhekamilan post
date.
3. Teori Kostisol/ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tibakadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesterone akan berkurang danmemperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh padameningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan
janin sepertianensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya
kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksidengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser
akanmembangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak
adatekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat
pendek,dan bagian bawah janin masih tinggi, kesemuanya diduga
sebagai penyebab dari kehamilan post date ini.
5
5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang
mengalamikehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk
melahirkanlewat bulan pada kehamilan berikutnya. Morgen (1999) seperti
dikutip chunningham, mengatakan bahwa bilamana seorang
ibumengalamikehamilan postterm pada saat melahirkan anak perempuan,
maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan
posterm juga.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara
obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
2. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
a. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) di kulit.
c. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit dan tali pusat.
6
5. Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan setiap
saat dapat meninggal di rahim.
6. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
7. Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar
dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya
pada janin. Pengaruh post maturitas pada janin bervariasi : berat badan janin
dapat bertambah besar, tetp, dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42
minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan. Bayi
besar dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik. Oligohidramnion dapat
menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai bayi meninggal.
Keluarnya mekoneum yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum
8. Terhadap ibu : partus lama, kesalahan letak, insersia uteri, perdarahan
postpartum.
7
7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
F. DIAGNOSIS
Prognosis post date tidak seberapa sulit apabila siklus haid teratur dari haid
pertama haid terakhir diketahui pasti. Dalam menilai apakah kehamilan matur atau
tidak, beberapa pemeriksaan dapat dilakukan
1. Bila tanggal HPHT di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak
sukar
2. Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang lalu
tidak dapat haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan sukar
memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat
diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan
besarnya janin dapat membantu diagnosis.
3. Pemeriksaan berat badan diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula
lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
4. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada
bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter
bipariental 9,8 cm atau lebih. Keberatan pemeriksaan ini adalah
kemungkinan pengaruh tidak baik sinar rongten terhadap janin.
5. USG : ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air
ketuban. Dengan pemeriksaan ini diameter biparental kepala janin dapat
diukur dengan teliti tanpa bahaya. Pemeriksaan menurut ginekologi.
6. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan
amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan
bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan
mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan
sulfat biru nil maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga.
Bila :
Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu
8
7. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya
karena dikeruhi mekonium.
8. Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi plasenta
9. Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi
reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang
baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
10. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
11. Pemeriksaan sitologik liquoramni
Amniostopi dan periksa pH nya dibawah 7.20 dianggap sebagai tanda gawat
janin
12. Pemeriksaan sitologik vagina untuk menentukan infusiesi plasenta dinilai
berbeda-beda
Pemeriksaan Penilaian Kesejahteraan Janin (Mulai dikerjakan pada usia
kehamilan 41 mmggu)
USG :Pengukuran biometrik janin / letakplasenta. Deteksi kelainan
cacat bawaan, pengukuran jumlah air ketuban dengan "Amnotik fluid
index”(AFI).
Pemantauan detak Jantung Janin:" Non Stress Test "(NST) / "Stress
Test".
Penentuan maturasi janin dengan pemeriksaan cairan ketuban (“shake
test” atau L/S rasio) harus dikerjakan bila pemeriksaan USG
menunjukkan usia kehamilan 35 minggu.Dilakukan pemeriksaan
dalam untuk menentukan Skor pelvik (PS) menurut cara Bishop.
Amnioskopi imtuk menentukan warna air ketuban (bila mana perlu
dilakukan amniotomi).
G. PENATALAKSANAAN
1. Setelah UK > 40 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik –
baiknya
2. Apabila tidak ada tanda – tanda insfusiensi plasenta persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
9
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi
4. Ibu dirawat di RS bila :
a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam rahim
b. Terdapat hipertensi, pre eklamsi dan
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas, atau
d. Pada Kehamilan lebih dari 40 – 42 minggu, maka ibu dirawat di RS
5. Tindakan operasi Sectio Caesarea dapat dipertimbangkan pada
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lam, dan terjadi tanda
gawat janin
c. Primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, Pre Eklamsia,
Hipertensi menahun, infertilitas dan kesalahan letak janin.
6. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan
sangat merugikan bayi, janin Post Matur kadang – kadang besar dan
kemungkinan CPP dan distosia janin perlu dipertimbangkan selain itu janin
post date lebih peka terhadap sedatif dan norkosa, perawatan neonatus post
date perlu dibawah pengawasan dokter anak.
10
Pada pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam
malposisi
Dilatasi serviks kurang dari 1,2cm/jam.
Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion,gestasi
multiple, janin besar.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi cedera pada janin b.d distress janin
b. Ansietas b.d ancaman pada status kesehatan
c. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif
d. Resiko tinggi infeksi b.d jalan lahir kontak terlalu lama dengan
ekstrauteri.
3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko tinggi cedera pada janin b.d distress janin
Tujuan :
Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan klien
mampu mempertahankan kehamilan sampai janin benar - benar viable
untuk hidup
Kriteria hasil :
Tidak ada cedera yang terjadi pada pasien.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
2) Auskultasi dan laporkan irama jantung janin, perhatikan
kekuatan , regularitas, dan frekuensi.
3) Kaji kondisi ibu dan adanya kontraksi uterus atau tanda-tanda
lain dari ancaman kelahiran
4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi yang
tepat.
11
b. Ansietas b.d ancaman pada status kesehatan
Tujuan :
Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan klien tidak cemas.
Kriteria hasil :
Cemas berkurang
Tidak menunjukan perilaku agresif
Intervensi :
1) Kaji keadaan umum klien.
2) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan cemasnya
3) Berikan informasi tentang penyakit klien.
4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi yang tepat
12
DAFTAR PUSTAKA
13