BAB 1
PENDAHULUAN
bawah usia 25 tahun atau di atas 45 tahun (Yeni dkk, 2010). Estimasi risiko dari
Firmingham Heart Study (2002) menunjukkan bahwa, 78% hipertensi pada laki-
laki dan 65% hipertensi pada wanita secara langsung berhubungan dengan
obesitas. Risiko kejadian hipertensi meningkat sampai 2,6 kali pada subyek laki-
laki obesitas dan meningkat 2,2 kali pada subyek wanita obesitas dibandingkan
subyek dengan berat badan normal (Lilyasari, 2007).
Dari faktor yang dapat dikontrol yang menjadi masalah global adalah
obesitas. Prevalensinya meningkat tidak saja di negara maju tapi juga di negara-
negara berkembang. Obesitas sampai saat ini masih merupakan masalah yang
kompleks. Penyebabnya multifaktorial sehingga menyulitkan
penatalaksanaannya. Obesitas pada anak beresiko tinggi menjadi obesitas pada
masa dewasa dan berpotensi mengalami pelbagai penyebab sakit dan kematian
(Lumoindong dkk, 2013).
Menurut WHO, pada tahun 2005 sekitar 1,6 miliar orang dewasa di atas
usia 15 tahun mengalami kelebihan berat badan, dan setidaknya 400 juta orang
dewasa menderita obesitas. Para ahli percaya jika kecenderungan ini terus
berlangsung pada tahun 2015 sekitar 2,3 miliar orang dewasa akan kelebihan
berat badan dan lebih dari 700 juta peduduk akan mengalami obesitas. Skala
masalah obesitas memiliki sejumlah konsekuensi serius bagi individu dan sistem
kesehatan pemerintah (Soeria, 2013).
Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa pada umumnya perempuan
(32,9%) lebih banyak menderita obesitas dibandingkan dengan pria (19,7%).
Prevalensi obesitas sentral tingkat nasional adalah 26,6%. Jumlah ini
menunjukkan kenaikan sebesar 7,8% dibandingkan Riskesdas tahun 2007 yaitu
sebesar 18,8%. Hal ini menegaskan bahwa Indonesia masih dibebani oleh
masalah gizi lebih (Kemenkes RI, 2013).
Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi. Pada
obesitas terdapat timbunan lemak yang dapat menimbulkan sumbatan di
pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Lingga, 2012).
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan
dengan tekanan darah pada pasien hipertensi (Susilo dan Wulandari, 2010).
Semakin banyak kelebihan berat badan, semakin besar risiko hipertensi yang
harus dihadapi. Semakin banyak berat badan yang diturunkan, maka secara
bersamaan akan semakin rendah risiko hipertensi yang harus ditanggung
4
(Lingga, 2012). Yang sangat mempengaruhi tekanan darah adalah obesitas pada
tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut atau
kegemukan terpusat (obesitas sentral) daripada obesitas bagian bawah (obesitas
tipe pear) (Susilo dan Wulandari, 2010).
Data dari Third National Health Nutrition and Examination Survey
(NHANES III) tahun 2004 memperlihatkan hubungan linier yang bermakna antara
peningkatan body mass index (BMI) dan tekanan darah sistolik, diastolik dan
tekanan nadi (pulse pressure) pada populasi Amerika. Fakta lain juga
membuktikan bahwa, setiap peningkatan 10 kilogram (kg) berat badan (bb)
berhubungan dengan peningkatan TD sistolik sebesar 3 mmHg dan peningkatan
TD diastolik 2-3 mmHg. Studi yang dilakukan oleh Inou dkk (1997) menyebutkan
bahwa risiko hipertensi akan meningkat dua kali pada subyek yang mempunyai
IMT>25 kg/m2 dibandingkan dengan subyek yang mempunyai IMT 22 kg/m2.
Pada populasi MONICA-Jakarta ditemukan bahwa, presentasi hipertensi pada
individu yang overweight sebesar 24,5% dan obesitas sebesar 27,5%, jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan individu BB normal (12,5%) (Lilyasari, 2007).
Mengatasi obesitas adalah langkah yang harus dilakukan. Penyusutan
berat badan seberapapun kecilnya sudah cukup membantu menurunkan risiko
hipertensi (Lingga, 2012). Beberapa studi menunjukkan bahwa pada subyek
hipertensi yang overweight, penurunan berat badan merupakan suatu cara yang
paling efektif untuk menurunan tekanan darah pada subyek tersebut. Pada lebih
dari 50% subyek terjadi penurunan TD sistolik sebesar 1-2 mmHg dan TD
diastolik sebesar 1-4 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan (Kisebah
dan Krakower, 1994 dalam Lilyasari, 2007). Penyusutan berat badan sebanyak
1,5-2,5 kg dapat menurunkan tekanan darah sebesar 1 mmHg. Sementara itu,
studi yang dilakukan oleh American Health Assocition menyebutkan bahwa
penurunan berat badan sebanyak 5% bermanfaat untuk menurunkan risiko
hipertensi hingga sebesar 20% (Lingga, 2012).
Beberapa metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan
sebagai skrining obesitas antara lain Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar
Pinggang (LP), Rasio Lingkar Pinggang Lingkar Panggul (RLPP) (Isnaini dkk,
2012). Indeks Massa tubuh (IMT)>23, lingkar pinggang (LP)>90 (laki-laki) dan
>80 (perempuan) dan, rasio lingkar pinggang lingkar panggul (RLPP)>0,85
(perempuan) dan >1 (laki-laki) digunakan untuk memprediksi risiko penyakit
5
Tabel 1.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sejenis yang Pernah Dilakukan
No. Judul Perbedaan Persamaan
1. Hubungan Indeks Rancangan penelitian : observasi Metode pengukuran :
Massa Tubuh (IMT), dengan cross sectional antropometri.
Lingkar Pinggang, Metode penelitian : kuesioner dan Variabel bebas :Indeks Massa
Gaya Hidup, dan Semi Quantitative Food Tubuh, Lingkar Pinggang.
Pola Makan dengan Frequency Quesioner (SQFFQ) Variabel terikat : Hipertensi.
Kejadian Hipertensi Variabel bebas : Gaya Hidup Uji statistik :korelasi Chi-Square
pada Pasien di (kebiasaan merokok, minum dan regresi logistik.
Poliklinik Penyakit alkohol, berolahraga, istirahat), Teknik Sampel : purposive
Dalam Rumah Sakit Pola Makan (konsumsi sampling dengan kriteria inklusi
Umum Daerah Dr. karbohidrat, lauk hewani, lauk dan eksklusi.
H. Moch. Ansari nabati, sayur-sayuran, buah-
Saleh Banjarmasin buahan, natrium, dan kalium).
oleh Maulidah Tempat : Poliklinik Penyakit
(2011). Dalam RSUD DR. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin.
2. Hubungan antara Rancangan penelitian : matching Rancangan penelitian :Case
Beberapa Indikator umur dan jenis kelamin. Control Study, dengan
Obesitas dengan Metode penelitian : kuesioner dan perbandingan kasus dan kontrol
Hipertensi pada Semi Quantitative Food 1 : 1.
Pasien di Poliklinik Frequency Quesioner (SQFFQ). Metode penelitian : antropometri.
Penyakit Dalam Variabel Counfonding : Variabel bebas : IMT, RLPP, LP.
RSUD Ulin keturunan, aktivitas fisik, Variabel terikat : Hipertensi.
Banjarmasin oleh merokok, konsumsi alkohol, Uji statistic : Uji Chi- Square/ Uji
Maya Midiyatie asupan natrium, stres dan diet Fisher dengan α=0,05. Odds
Afridha (2010). tidak seimbang. Rasio (OR) juga dihitung untuk
Tempat : Poliklinik Penyakit mengetahui besar risiko setiap
Dalam RSUD Ulin Banjarmasin. variabel terhadap hipertensi. Uji
Multivariat digunakan untuk
mengetahui faktor dominan yang
berhubungan dengan hipertensi.
Teknik Sampel : purposive
sampling.
3. Asupan Protein, Rancangan penelitian : Penelitian Metode penelitian : pengukuran
Lemak Jenuh, explanatory research dengan antropometri.
Natrium, Serat dan pendekatan cross sectional.
Indeks Massa Tubuh Metode penelitian : FFQ.
Terkait dengan Variabel bebas : antropometri,
Tekanan Darah asupan protein, asupan lemak
Pasien Hipertensi di jenuh, asupan natrium dan serat.
RSUD Tugurejo Variabel terikat : tekanan darah
Semarang oleh Rista Uji statistik : analisis bivariat
Emilia Afrisa Apriany dengan uji rank Spearman.
(2012). Menggunakan SPSS 17.0 for
Windows, analisis univariat
dengan uji Saphiro-Wilk
Teknik Sampel : consecutive
sampling.
Tempat : poliklinik penyakit dalam
RSUD Tugurejo Semarang.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
9
10
natrium, lemak serta kolesterol, sering mual dan muntah, perubahan berat
badan secara drastis (meningkat/turun), riwayat penggunaan obat
diuretik, adanya edema, glikosuria.
e. Berhubungan dengan respon saraf
Gejala hipertensi berhubungan dengan respons saraf, berupa keluhan
pusing, berdenyut-denyut, sakit kepala terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam, gangguan
penglihatan, misalnya penglihatan kabur, perubahan keterjagaan,
gangguan orientasi, pola isi bicara berubah, proses pikir terganggu,
penurunan kekuatan genggaman tangan, sering batuk, gangguan
koordinasi/cara berjalan, perubahan penurunan postural (Sutanto, 2010).
3. Keturunan
Sekitar 70-80% orang dengan hipertensi-hipertensi primer ternyata
memiliki riwayat hipertensi dalam keluarganya. Apabila riwayat
hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka risiko terjadinya
hipertensi primer 2 kali lipat dibanding dengan orang lain yang tidak
mempunyai riwayat hipertensi pada orang tuanya. Faktor genetik yang
diduga menyebabkan penurunan risiko terjadinya hipertensi terkait
pada kromosom 12p dengan fenotip postur tubuh pendek disertai
brachydactyly dan efek neurovaskuler.
b. Faktor risiko yang dapat dikontrol:
1. Obesitas
Faktor risiko penyebab hipertensi yang diketahui dengan baik adalah
obesitas. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu
keadaan akumulasi lemak berlebih di jaringan adiposa. Kondisi
obesitas berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan
curah jantung. Daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah
penderita hipertensi dengan obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan
penderita hipertensi dengan berat badan normal.
2. Merokok
Menurut Winnifor (1990), merokok dapat meningkatkan tekanan darah
dan denyut jantung melalui mekanisme sebagai berikut :
Merangsang saraf simpatis untuk melepaskan norepineprin melalui
saraf arenergi dan meningkatkan catecolamine yang dikeluarkan
melalui medulla adrenal.
Merangsang kemoreseptor di arteri karotis dan aorta bodies dalam
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
Secara langsung melalui otot jantung yang mempunyai efek
inotropik (+) dan efek chonotropik.
3. Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan
tekanan darah. Mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin
plasma (Widyanto dan Triwibowo, 2013).
15
2.1.1.7. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan
perifer (peripheral resistance). Tekanan darah membutuhkan aliran darah
melalui pembuluh darah yang ditentukan oleh kekuatan pompa jantung
(cardiac output) dan tahanan perifer. Sedangkan cardiac output dan tahanan
perifer dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi yaitu natrium,
stress, obesitas, genetik, dan faktor resiko hipertensi lainnya.
Peningkatan tekanan darah melalui mekanisme :
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih banyak
cairan setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak
dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu, darah dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit dan
menyebabkan naiknya tekanan darah. Penebalan dan kakunya dinding
arteri terjadi karena adanya arterosklerosis, tekanan darah juga
meningkat saat terjadi vasokonstriksi yang disebabkan rangsangan saraf
atau hormon.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan darah.
Hal ini dapat terjadi karena kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang natrium dan air dalam tubuh sehingga volume darah dalam
tubuh meningkat yang menyebabkan tekanan darah juga meningkat.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut rennin, yang memicu pembentukan hormone
angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormone
aldosteron (Widyanto dan Triwibowo, 2013).
disebut hipertensi yang ganas, dengan pengobatan yang baik masih ada
harapan (Beavers, 2008).
2.1.2. Obesitas
2.1.2.1. Definisi Obesitas
Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan
suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Obesitas atau
kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang
disebabkan penumpukan jaringan adiposa secara berlebihan. Jadi obesitas
adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat
dibandingkan berat badan idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan
lemak di tubuhnya. Sedangkan berat badan berlebih (overweight) adalah
kelebihan berat badan termasuk di dalamnya otot, tulang, lemak dan air
(Proverawati, 2010).
d. Faktor Kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya adalah
hipotiroid, sindroma cushing, sindroma prader-willi, resistensi insulin, dan
beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak
makan. Selain itu, beberapa obat-obatan juga dapat memicu obesitas.
e. Faktor Perkembangan
Perkembangan seseorang dari anak-anak ke remaja dan dewasa juga
sering disertai dengan perubahan berat badan. Obesitas bisa terjadi
karena pada masa perkembangan ini terjadi perubahan hormonal.
f. Faktor Aktivitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka obesitas di tengah masyarakat yang
makmur.
g. Faktor Ras
Orang-orang kulit hitam dan orang Hispanik mempunyai kecenderungan
lebih mudah menjadi gemuk dibandingkan dengan orang-orang
Kaukasian dan Asia. Ini berkaitan dengan pola makan dan gaya hidup
masing-masing orang di lingkungan yang berbeda.
h. Faktor Berat Badan Saat Anak-Anak
Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak dan remaja juga akan
mempengaruhi tingkat obesitas seseorang pada masa dewasa.
i. Faktor Hormon
Kerja hormon juga sangat mempengaruhi obesitas seseorang.
Perempuan lebih mudah obesitas terutama saat hamil, menopause, dan
saat mengkonsumsi kontrasepsi oral.
j. Faktor dari segi akupunktur
Obesitas dari segi ilmu akupunktur dapat disebabkan oleh defisiensi
limpa, lembab yang berlebihan, ekses dan panas lambung sehingga
proses pencernaan tidak berlangsung sebagaimana biasanya
(Proverawati, 2010).
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.3.2. Sampel
Sampel adalah semua pasien di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya, baik pasien lama maupun pasien baru yang telah
ditentukan dalam kriteria penelitian.
28
2
9
29
Keterangan :
n = besar sampel
α = tingkat kemaknaan = 0,05 ( Zα = 1,96)
β = power / kekuatan = 0,10 (Zβ = 1,282)
R = Odds Rasio yang dianggap bermakna : 2,85 (Afrida, 2010)
P = perkiraan proporsi efek pada kontrol P = R = 2,85 = 0,740
(1+R) 3,85
Q = 1 – P = 1 – 0,740 = 0,26
2
n= 1,96/2 + 1,282√0,74 x 0,26
0,74-0,5
= 41,3 = 42 orang
Berdasarkan perhitungan jumlah untuk kasus adalah 42 orang. Karena
perbandingan kasus dan kontrol adalah 1:1 maka jumlah kontrol adalah 42
orang, sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 84 orang.
(sumber:
Kemenkes RI, 2013)
3. Rasio Rasio Lingkar Pinggang Tidak obes: Pita ukur tidak Ordinal
Lingkar Lingkar Panggul adalah RLPP<0,80 cm (perempuan) elastis dengan
Pinggang lingkar pinggang (cm) RLPP<0,90 cm (laki-laki) ketelitian 0,1
Lingkar dibagi dengan lingkar cm dan
Panggul panggul (cm). Pinggang Obes: kapasitas 150
(RLPP) diukur pada titik RLPP>0,80 (perempuan) cm.
tersempit, sedangkan RLPP>0,90 (laki-laki)
panggul diukur pada
titik terlebar. (Sumber:Depkes RI, 2006)
4. Hipertensi Hipertensi adalah Tidak hipertensi : Melalui data Ordinal
keadaan subjek yang TD<140/90 mmHg status pasien
telah didiagnosa yang telah
Hipertensi esensial oleh Hipertensi : didiagnosa
dokter TD> 140/90 mmHg hipertensi oleh
atau dokter.
Memiliki TD>140/90 (sumber : JNC VII, 2003)
mmHg melalui minimal
3 kali pengukuran
dalam jangka waktu 2-8
pekan.
c. Data Rekam Medis berupa data status pasien untuk mencatat data tekanan
darah dan mengetahui diagnosa dari dokter.
d. Kuesioner untuk mencatat hasil pengukuran dan mengetahui karekteristik
dari subjek penelitian.
Posisi kepala dan bahu bagian belakang, tangan, pantat dan tumit
responden menempel pada dinding tempat microtoice dipasang dan tepat
pada garis lurus yang telah dibuat.
Pandangan responden lurus ke depan (bila perlu dagu responden
dipegang) dan kedua lengan responden dalam posisi tergantung bebas.
Bagian atas telinga dan mata responden berada pada satu garis lurus.
Menggeser microtoice ke bawah sampai menyentuh bagian atas kepala
responden.
Melakukan pembacaan tepat di depan angka (skala) pada garis merah,
lurus/bertatap muka dengan responden. Jika pengukur lebih pendek,
naiklah ke atas bangku kecil saat membaca hasil pengukuran.
Melakukan pencatatan dengan ketelitian sampai angka di belakang koma
(0,1 cm).
c. Data tentang lingkar pinggang diperoleh dengan cara pengukuran langsung.
Cara mengukur lingkar pinggang menurut WHO (2008):
Responden diminta untuk menggunakan pakaian seminimal mungkin atau
dibuka.
Berdiri dengan santai di atas kedua kaki.
Kedua tangan di samping dan kedua kaki rapat. Pasien diharapkan
bernafas secara normal.
Raba dan tentukan batas bawah iga terakhir dengan puncak iliaka.
Tentukan pertengahan antara batas bawah iga terakhir dengan puncak
iliaka.
Lingkarkan pita ukur secara horizontal. Pita ukur harus dalam keadaan
pas, tidak longgar ataupun ketat.
Ukuran lingkar pinggang dibaca pada saat pasien menghembuskan
nafas. Hal ini mencegah pasien dari kontraksi otot abdominal atau
kemungkinan pasien menahan nafas.
Baca dan catat ukuran lingkar pinggang dalam millimeter terdekat.
d. Data lingkar panggul
Menurut WHO (2008), cara mengukur lingkar panggul adalah :
1) Pengukur duduk disamping responden, sehingga puncak pantat dapat
terlihat.
34
E
DF = ( k – 1 ) ( b – 1 )
Keterangan :
אּ2 = lambang Chi – square
O = nilai observasi
E = nilai yang diharapkan
DF = derajat kebebasan (untuk tabel 2 x 2, nilainya 1)
k = jumlah kolom
b = jumlah baris
c. Untuk melihat pengaruh variabel counfonding terhadap hubungan antara
obesitas berdasarkan indeks massa tubuh, lingkar pinggang, rasio lingkar
pinggang lingkar panggul dengan hipertensi dilakukan analisis multivariat
dengan uji Regresi Logistik. Variabel counfonding berpengaruh jika ada
perubahan nilai OR>20%.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis multivariat adalah:
1. Pemilihan variabel kandidat yang akan masuk dalam analisis multivariat
berdasarkan hasil analisis bivariat. Pemilihan variabel dapat berdasarkan
suatu substansi keilmuan atau berdasarkan pemilihan statistik. Pemilihan
berdasarkan statistik dilakukan dengan seleksi variabel dengan
menggunakan Uji Chi Square. Jika hasil uji bivariat mempunyai nilai
p<0,25 maka variabel tersebut dapat masuk ke dalam model multivariat
(Dahlan, 2008).
36
4. Seminar Skripsi
X
5. Perbaikan Skripsi
X X
6. Laporan akhir
X
38
DAFTAR PUSTAKA
Apriany, R. (2012). Asupan Protein, Lemak Jenuh, Natrium, Serat dan IMT
Terkait dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di RSUD Tugurejo
Semarang. Skripsi, Universitas Diponegoro.
Isnaini, Sartono, A., & Winaryati, E., (2012). Hubungan Pengetahuan Obesitas
dengan Rasio Lingkar Pinggang Panggul pada Ibu Rumah Tangga di Desa Pepe
Krajan Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. Semarang. Jurnal Gizi
Universitas Muhammadiyah Semarang, 1 (1).
https://perpus.unimus.ac.id/ojsunimus/index.php/jgizi/article/view/568/0
Krause, M., Hallage, T., Ribeiro, M., Miculis, C., Matuda, N., Silva, S. (2009).
Fitness And Waist Circumference Associated With Hypertension In Elderly
Women Brasil. Arq. Bras. Cardiol. 93 (1)
(http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0066782x2009000700002&script=sciarttex
t&ting=en)
Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta. Agro Media Pustaka.
Liu, Y., Tong, G., Wewei, T., Liping, L., Qin X., (2011). Can Body Mass Index,
Waist Circumference, Waist-Hip Ratio And Waist-Height To Predict The
Presence Of Multiple Metabolic Risk Factors In Chinese Subjects. BMC Public
Health, 11 (35).
http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/35
Palmer, A. & Williams, B. (2007). Simple Guides Tekanan Darah Tinggi. Jakarta :
Erlangga.
RSUD dr. Doris Sylvanus (2013). Sensus Harian Kunjungan Pasien Poliklinik
Penyakit Dalam. Palangka Raya.
Sabri, L. & Hastono, S. (2008). Statistik Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Sarah, A. & Tjipta, G. (2013). Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan
Darah Anak di Sekolah Dasar Negeri 064979 Medan. E-Jurnal FK USU, 1 (1).
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ejurnalfk/article/viewFile/1292/679
Silva, D., Petroski, E., & Peres, M. (2012). Apakah Lemak Tubuh yang tinggi
diperkirakan oleh IMT dan Lingkar Pinggang Prediktor Hipertensi pada Orang
Dewasa Brazil. Nutrisi Journal, 11 (112)
http://www.nutritionj.com/content/11/1/112
Sunarti & Maryani, E., (2013). Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul dengan
Penyakit Jantung Koroner di RSUD Kabupaten Sukoharjo. Yogyakarta : Buletin
Penelitian Sistem kesehatan, 16 (1): 73-82.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/3148
WHO (2008). Waist Circumference and Waist-Hip Ratio, Report of a WHO Expert
Consultation.GENEVA.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44583/1/9789241501491_eng.pdf?ua=1.
Diakses Maret 2014.
Widyanto, S. & Triwibowo, C. (2013). Trend Disease Trend Penyakit Saat ini.
Jakarta : Trans Info Media.
Yeni, Y., Djannah, S., & Solikhah (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian HT pada Wanita Usia Subur Puskesmas Umbulharjo I
Yogyakarta th 2009. Kesehatan Masyarakat, 4 (2):76-143.
http://www.uad-journal.com/index.php/KesMas/article/view/1174
43
Lampiran 1
( Sandliati ) ( )
44
Lampiran 2
Nama :
NIP :
Jabatan : Dokter pada SMF Penyakit Dalam RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
Nama Pasien :
No. MR : :
TD : mm/Hg
Hipertensi
Tidak Hipertensi
mestinya.
( Sandliati ) ( dr. )
NIP
45
Lampiran 3
KUESIONER
Nomer Sampel :
A. Identitas Sampel
No Rekam Medik :
Nama :
Tanggal Lahir/Usia :
Alamat :
Diagnosa :
Nama Enumerator :
Tanggal wawancara :
B. Data Antropometri
Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
Lingkar pinggang : cm
Lingkar panggul : cm
IMT : kg/m2
WHR : cm
Ya Tidak
Merokok
Konsumsi Alkohol
(.............................................) (...............................................)