Anda di halaman 1dari 62

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) DAN

SURVEILANS DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

Oleh
Dr I Made Sutarga, M.Kes

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokter UNUD

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Menurut Mac Mahon dalam Buchari Lapau (2009), epidemiologi
didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari kejadian dan distribusi
penyakit beserta “determinant”nya atau faktor faktor yang berhubungan atau
mempengaruhi distribusi itu. Kejadian penyakit mencakup riwayat alamiah
penyakit dan distribusi penyakit dilihat berdasarkan faktor tempat , orang, dan
waktu. Epidemiologi yang mempelajari kejadian dan distribusi penyakit disebut
epidemiologi deskriptif,sedangkan epidemiologi yang mempelajari “determinant”
itu disebut epidemiologi analitis (Buchari Lapau,2009).
Salah satu penyebab meluasnya jangkauan epidemiologi ialah masalah
penyakit yang kompleks di negara berkembang. Hal tersebut ialah peningkatan
kasus penyakit tidak menular dan belum teratasinya masalah penyakit menular.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mengahadapi 2 masalah
kesehatan di atas. Oleh sebab itu masih diperlukan epidemiolog untuk
memecahkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah
tertentu (Azwar,1996). Upaya kesehatan yang dilaksanakan puskesmas ialah
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Upaya-upaya tersebut berupa upaya kesehatan wajib dan kesehatan
pengembangan. Salah satu upaya yang wajib dilaksanakan puskesmas ialah
program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), penelusuran
KLB, dan Surveilans penyakit. Kedua program ini sangat erat kaitannya dalam
membangun kesehatan masyarakat berbasis wilayah kerja yang merupakan tugas
dan fungsi pokok puskesmas. Program ini sangat penting di Indonesia mengingat
masih tingginya angka kejadian penyakit menular yang seharusnya dapat dicegah.

2
Berdasarkan pemaparan di atas penulis ingin mengetahui tentang kegiatan yang
dilaksanakan oleh progam P2M, dan program Surveilans penyakit di Puskesmas II
Denpasar Selatan. Kegiatan pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan pada
penulis untuk untuk mengetahui gambaran pemberantasan penyakit menular
(P2M) dan Surveilans di Puskesmas II Denpasar Selatan?

3
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Kondisi Geografis Puskesmas II Denpasar Selatan


Puskesmas II Denpasar Selatan terletak di Jl. Danau Buyan III Kelurahan
Sanur tepatnya pada 08o.40.976 LS dan 115o.15.430´ BT. Puskesmas II Denpasar
Selatan merupakan salah satu dari empat puskesmas di Kecamatan Denpasar
Selatan yang berdiri pada tahun 1983. Adapun wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan merupakan dataran rendah tepi pantai dengan ketinggian 3-6
meter dari permukaan air laut serta memiliki luas ± 13,11 Km 2. Wilayah kerja
Puskesmas II Denpasar Selatan terdiri dari dua kelurahan dan dua desa yaitu
Kelurahan Sanur, Kelurahan Renon, Desa Sanur Kauh dan Desa Sanur Kaja yang
terbentuk dari 34 banjar. Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki 3 ( tiga )
Puskesmas Pembantu yaitu : Puskesmas Pembantu Renon, Puskesmas Pembantu
Sanur Kauh dan Puskesmas Pembantu Sanur Kaja. Adapun batas wilayah kerja
Puskesmas II Denpasar Selatan sebagai berikut:
Utara : Kelurahan Kesiman (Wilayah Puskesmas I Dentim)
Timur : Selat Badung
Selatan : Kelurahan Sidakarya (Wilayah Puskesmas I Densel)
Barat : Kelurahan Panjer (Wilayah Puskesmas I Densel)
Kondisi wilayah Puskesmas II Denpasar Selatan secara umum merupakan
pemukiman penduduk yang cukup padat serta banyak terdapat tempat-tempat
umum yang dipergunakan untuk sekolah, sarana kesehatan,
pertokoan/perdagangan, tempat industri, dan lainnya. Sedangkan luas lahan yang
dipergunakan untuk huma atau tegal sekitar 25 Ha, pekarangan 844 Ha,
perkebunan 6 Ha, kuburan untuk setiap desa dan kelurahan adalah 1 Ha, dan
lainnya. Berikut merupakan tabel data wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Selatan.

4
5

Tabel 2.1 Luas, Jarak Tempuh, dan Waktu Tempuh Wilayah Kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan ke Puskesmas Induk
Kelurahan /Desa Luas Jarak tempuh Waktu Tempuh
(Km2) (Km) (menit)
Kel. Sanur 2,87 0 0
Kel. Renon 3,86 3 10
Ds. Sanur Kauh 2,69 3 10
Ds. Sanur Kaja 3,69 1 5
Jumlah 13,11 - -

2.2 Kondisi Demografi di Puskesmas II Denpasar Selatan

Jumlah penduduk pada masing –masing desa dan kelurahan di wilayah


kerja Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki perbedaan. Berikut merupakan
data sasaran penduduk di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010.

Tabel 2.2 Sasaran penduduk di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

No Variabel Kelurahan/Desa Jumlah


Kel. Kel. Sanur Sanur
Sanur Renon Kauh Kaja
1 Penduduk 11221 8691 9801 6202 35915
2 KK 2244 1738 1960 1240 7182
3 Bumil 260 200 227 143 830
4 Bulin 248 191 216 137 792
5 Buteki 232 180 203 123 726
6 Bufas 248 191 216 137 792
7 Bayi 236 182 206 130 754
8 Vit. A Bayi (6-11 130 100 113 72 415
Bulan)
9 Anak Balita (12-35 931 721 813 515 2981
Bulan)
10 Anak Balita (36-59 258 200 225 143 826
Bulan)
11 Anak Balita (12-59 1189 921 1039 657 3807
Bulan)
12 Balita 1470 1139 1284 812 4705
13 Apras 1683 1303 1470 930 5386
14 Penduduk Wanita 5611 4346 4901 3101 17958
15 Penduduk Laki- 5610 4345 4900 3101 17957
Laki
6

16 WUS 3030 2347 2646 1675 9697


17 PUS 1757 1360 1534 971 5622
18 Remaja 2244 1738 1960 1240 7183
19 Keluarga Miskin 161/43 45/45 336/85 223/54 765/227
20 Banjar/Posyandu 9/9 5/5 11/13 9/8 34/35
21 Lansia 943 730 823 521 3017
Sumber : PTP Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas total penduduk di wilayah kerja Puskesmas II


Denpasar Selatan total penduduk dari keempat desa dan kelurahan yaitu 43.934
jiwa, di mana jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa Sanur yaitu 13.728
jiwa dengan 2.746 KK. Sedangkan Desa Sanur Kaja memiliki jumlah penduduk
paling sedikit yaitu sebesar 7.583 jiwa dengan jumlah 1.517 KK. Jumlah sasaran
spesifik seperti Bumil,,Bumil Resti, Bulin, Buteki, Bufas, dan sabegainya
berdasarkan jumlah penduduk yang dihitung berdasarkan rumus-rumus tertentu.

• Crude Birth Rate (CBR)


= jumlah kematian bayi <1 th 2010 x 1000
bayi lahir hidup 2010
= x 1000

= 0 per 1000 kelahiran hidup


• Crude Death Rate (CDR)
= jumlah kematian bayi <1th 2010x 1000
jumlah penduduk tahun 2010
= x 1000

= 0 per 1000 penduduk

2.3 Visi dan Misi Puskesmas II Denpasar Selatan

a. Visi

“Menjadikan Puskesmas II Denpasar Selatan sebagai penyedia pelayanan


kesehatan terbaik untuk mewujudkan masyarakat Indonesia sehat 2015”
7

b. Misi

1. Menyelenggarakan upaya kesehatan meliputi kegiatan promotif,


preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara berkesinambungan.
2. Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan
bertanggung jawab sesuai standar mutu.
3. Mengembangkan upaya kesehatan inovatif sesuai dengan sumber daya
yang dimiliki dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat.
4. Mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki.

c. Motto

“Kepuasan Anda adalah Kepuasan Kami”

d. Janji Layanan “CERMAT”

Cekatan : Pelayanan yang segera dan cepat tanggap


Empati : Pemberi pelayanan bisa merasakan apa yang dirasakan
oleh pasien
Ramah : Pelayanan menerapkan sistem 3S (senyum, salam, sapa)
Mudah : Pelayanan yang mudah dimengerti
Adil : Pelayanan yang tidak membeda-bedakanorang
Terjangkau : Pelayanan dengan biaya terjangkau

2.4 Sumber Daya Puskesmas

Adapun ketenagaan di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2011 adalah


sebagai berikut:

Tabel 2.3 Tenaga Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2011

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah Keterangan


1 Dokter Umum
a. Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) 1 or. Ka. Pusk, 2 or
b. Calon Pegawai negeri Sipil 3 : fungsional
(CPNS ) 1
8

2 Dokter Gigi
a. Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) 2
b. Calon Pegawai Negeri Sipil 1
( CPNS )
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 1
4 Sarjana Teknik Lingkungan 1
5 D III Keperawatan 5
6 D III Kebidanan
a. Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) 2
b. Pegawai Tidak Tetap 1
c. Calon Pegawai Negeri Sipil 2
7 Ahli Madya Kesling (DIII Kesling ) 2
8 Ahli Madya Gizi ( D III Gizi ) 1
9 Analis Kesehatan ( DIII ) 1
10 Asisten Apoteker ( DIII ) 1
11 DI Kebidanan 2
12 Perawat 6
13 Perawat Gigi 2
14 Asisten Apoteker 1
15 Pekarya Kesehatan 1
16 SMA 1
Jumlah 37
17 Tenaga Out Sourcing
a. Penjaga Kantor 2
b. Clening Service 3
c. Pengelola sampah 1
d. Petugas Loket 2
e. Sopir 1
Sumber : PTP Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

Daftar ketenagaan di atas ditempatkan di Puskesmas Induk sebanyak 31


orang dan di Puskesmas Pembantu sebanyak 6 orang yang terdiri dari 1 orang
bidan dan 1 orang perawat pada masing-masing puskesmas pembantu. Setelah
dilakukan analisa, di Puskesmas II Denpasar Selatan masih membutuhkan tanaga
pranata komputer, keuangan , tenaga umum, dan apoteker. Ketenagaan di atas bila
dilihat dari pendidikannya terdiri dari 9 orang S1, 15 orang D3, 2 orang D1, dan
11 orang SMA.
9

2.5 Upaya Kesehatan Puskesmas II Denpasar Selatan

Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas II Denpasar


Selatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor:
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
Adapun upaya kesehatan tersebut yaitu:

a. Upaya Kesehatan Wajib


Upaya kesehatan wajib yang dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar
Selatan adalah:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan berdasarkan
permasalahan kesehatn yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan. Beberapa upaya pengembangan yang diselenggarakan
yaitu:
1. Upaya Kesehatan Sekolah dan Upaya Kesehatan Gigi Sekolah
2. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
3. Upaya Kesehatan Usia Lanjut\
4. Klinik IMS
c. Program Inovasi
1. KIA Komprehensif
2. Klinik IMS
3. Klinik VCT

2.6 Kegiatan Puskesmas II Denpasar Selatan

Kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas II Denpasar Selatan


dilakukan di dalam dan di luar gedung.
10

a. Kegiatan Dalam Gedung


1. Balai pengobatan/ Poli umum
2. Poliklinik gigi
3. Kesehatan Ibu dan Anak
4. Keluarga Berencana
5. Konseling Kesehatan Lingkungan
6. Pemberantasan Penyakit Menular
7. Pemeriksaan Laboratorium
8. UGD (Ruang Tindakan)
9. Konseling Gizi
10. Apotek
b. Kegiatan Luar Gedung
1. Puskesmas Keliling (Pusling)
2. Kesehatan Lingkungan
3. Kegiatan P3K
4. Kegiatan Posyandu
5. Kegiatan UKS
6. Gertak DBD/PSN dan Surveilance
7. Perawatan Kesehatan Masyarakat
8. Penemuan Kasus dan Penyuluhan Infeksi Menular Seksual
9. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

2.7 Daftar Sepuluh Besar Penyakit


Gambaran 10 besar penyakit di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun
2010 dapat dilihat oada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Daftar 10 Besar Penyakit di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

No Penyakit Jumlah
1 Infeksi akut pada saluran 11345
pernafasan bagian atas
2 Infeksi lain pada saluran 3815
pernafasan bagian atas
11

3 Penyakit kulit infeksi 3524


4 Penyakit pulpa dan jaringan 3432
periapikal
5 Penyakit tekanan darah tinggi 2693
6 Penyakit sistem otot dan 2002
jaringan pengikat
7 Penyakit kulit alergi 2048
8 Penyakit rongga mulut , 1389
kelenjar ludah, rahang dan
lainnya
9 Diare 1078
10 Penyakit mata lainnya 395
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas, ISPA menduduki peringkat pertama yang diikuti


oleh infeksi lain pernafasan bagian atas, penyakit kulit infeksi, dan lainnya. Pada
tahun 2010 kasus ISPA mencapai 11345.
BAB III
LAPORAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

3.1 Gambaran Umum program Pemberantasan Penyakit Menular

Salah satu upaya kesehatan masyarakat yang wajib ada di puskesmas ialah
upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Tujuan dari
upaya ini ialah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit, serta menurunkan
angka kesakitan dan kematian di masyarakat. Beberapa kegiatan yang
dilaksanakan yaitu di bidang pencegahan berupa imunisasi dan penyuluhan
kesehatan, penanggualangan penyakit meliputi pengobatan pasien dan penemuan
serta pemberantasan sumber infeksi, dan melaksanakan pencatatan dan pelaporan
kasus, pelaporan kematian, dan penyajian data kasus dalam tabel atau grafik.

3.2 Sub Unit Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) di


Puskesmas II Denpasar Selatan

Puskesmas II Denpasar Selatan memiliki Program Pemberantasan


Penyakit Menular (P2M) yang kegiatan pemberantasan penyakitnya meliputi P2
DBD, P2 TB, P2 Diare, P2 ISPA, P2 Kusta, P2 Cacingan, P2 Malaria, P2 PMS,
P2 Suspek Rabies, dan P2 Imunisasi. Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh
setiap program P2M di Puskesmas II Denpasar Selatan adalah sebagai berikut.

1. P2 DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular
yang disebabkan infeksi virus dengue dengan vektor nyamuk Aedes aegypty. Di
dalam program P2 DBD beberapa target yang telah ditentukan adalah IR DBD<
55 kasus per 100.000 penduduk, ABJ ≥ 95%, dan CFR ≤ 0,89%. Adapun kegiatan
P2 DBD yang dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu:

12
13

a. Pendataan sasaran yang dilaksanakan dengan koordinasi lintas sektoral


dalam menentukan pendataan sasaran di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan yang dilakukan oleh petugas P2 DBD pada bulan
b. Perencanaan meliputi kegiatan rekapitulasi data, analisis data,
identifikasi masalah, serta penyusunan rencana kegiatan untuk
pemecahan masalah yang dilakukan oleh petugas P2 DBD pada bulan
Januari. Sasarannya adalah semua kegiatan upaya P2 DBD.
c. Pemantauan Jentik Berkala (PJB) atau Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN), Gertak, dan KIE oleh jumantik dan koordinator. Pemeriksaan
jentik dilakukan setiap hari pada kontainer, melaksanakan gertak setiap
minggu, serta melakukan kegiatan PSN dan menaburkan bubuk abate
pada kontainer yang positif jentik. Kegiatan di atas dilaksanakan oleh
petugas P2 DBD , jumantik , dan Darbin yang dilaksanakan pada
Januari s.d Desember. Sasarannya adalah rumah, sekolah, dan tempat-
tempat umum. Target yang ditetapkan untuk ABJ sebesar 95%.
d. PJB oleh petugas puskesmas atau darbin dengan melaksanakan
pemeriksaan jentik tahunan yang dilakukan pada bulan Maret, Juni,
September, dan Desember. Sasarannya adalah rumah, sekolah, dan
tempat-tempat umum.
e. Penanganan penderita dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan,
pengobatan,dan rujukan penderita oleh dokter dan paramedis yang
dilakukan sepanjang tahun. Sasarannya adalah penderita yang datang
ke puskesmas.
f. Penanggulangan kasus berdasarkan hasil penelusuran epidemiologi
(PE) berupa fogging focccus, penyuluhan 3M, dan abatisasi oleh
petugas DBD bersama pihak desa/kelurahan. Kegiatan ini dilakukan
sepanjang tahun dan sasarannya adalah penderita dan lingkungan
penderita.
g. Rapat rutin bulanan jumantik untuk menganalisis masalah, evaluasi
kinerja jumantik, penyusunan rencana kerja bulanan dan penyegaran
kader. Rapat diikuti oleh kepala puskesmas, supervisor, koordinator,
dan jumantik. Sasarannya adalah koordinator jumantik dan kader.
14

Januari. Sasarannya adalah rumah, sekolah, dan tempat-tempat umum


di wilayah kerja puskesmas.
h. Evaluasi kinerja jumantik lintas sektor oleh petugas puskesmas yang
diadakan pada bulan April, Juli, Oktober, dan Januari. Sasarannya
adalah instansi terkait, koordinator, kader jumantik, dan petugas
puskesmas.
i. PSN MOS (Masa Orientasi Siswa) oleh murid SMA dan SMP dengan
melakukan kegiatan pemeriksaan jentik ke rumah-rumah. Sasarannya
adalah rumah atau KK yang dilaksanakan pada bulan Juli bersamaan
dengan kegiatan orientasi siswa baru.
j. Pencatatan, pelaporan, dan monev semua kegiatan untuk membuat
analisa, rencana tindak lanjut, dan laporan kegiatan oleh petugas P2
DBD pada bulan Januari-Desember. Sasarannya adalah semua
kegiatan program P2 DBD.

4.0
AI DBD per 1000 penduduk

3.5
3.0
2.5 2008
2.0
2009
1.5
1.0 2010
0.5
0.0
Kel Sanur Kel Renon Ds Sanur Ds Sanur
Kauh Kaja

Grafik 3.1 Angka Insiden DBD per Desa/Kelurahan Tahun 2008-2010

Pada grafik 3.1 dapat dilihat insiden tertinggi terjadi tahun 2010 di seluruh
kelurahan/desa di Puskesmas II Denpasar Selatan. Angka insiden tertinggi tahun
2010 terjadi di kelurahan Renon yaitu sebesar 3,81 per 1000 penduduk,
sedangkan Desa Sanur Kaja merupakan daerah dengan angka insiden terendah
yaitu sebesar 1,28 per 1000 penduduk. Pada tahun 2009 kelurahan Renon
memiliki insiden DBD tertinggi yaitu 2,85 per 1000 penduduk dan kelurahan
Sanur Kaja dengan insiden terendah yaitu 0,91 per 1000 penduduk. Pada tahun
15

2008 terjadi perbedaan di mana insiden DBD tertinggi terjadi di Desa Sanur Kaja
yaitu 2,26 kasus per 1000 penduduk dan terendah di Desa Sanur Kauh yaitu
sebesar 1,49 per 1000 penduduk.

2
AI DBD per 1000 pddk 1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

Grafik 3.2 Angka Insiden DBD berdasarkan Bulan Tahun 2010

Berdasarkan grafik 3.2 di atas angka insiden tertinggi terjadi pada bulan
Juli 2010 yaitu sebesar 1,78 kasus per 1000 pendduk. Sedangkan angka insiden
terendah terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 0,56 kasus per 1000
penduduk.

Dari data-data yang telah disajikan di atas, dapat disimpulkan bahwa


tingginya angka insiden DBD dipengaruhi oleh musim penghujan, kepadatan
jumlah penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat di setiap keluarga serta angka
bebas jentik di tiap-tiap desa/ kelurahan. Pada grafik 3.1 dapat dilihat bahwa
kelurahan Renon dan Kelurahan Sanur memiliki angka insiden DBD dua teratas
disebabkan kepadatan jumlah penduduk di wilayah kelurahan Renon dan Sanur
lebih tinggi dibandingkan desa/ kelurahan lainnya. Pada tahun 2010 merupakan
siklus lima tahunan puncak peningkatan kejadian DBD di Kota Denpasar , begitu
pula di wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Peningkatan angka insiden
pada tahun 2010 terjadi di Kelurahan Sanur, Renon, Desa Sanur Kauh , dan Desa
Sanur Kaja. Pada tahun 2010 angka insiden DBD tertinggi terjadi di Kelurahan
Renon hal ini sebanding dengan hasil pendataan, penyuluhan , dan pembinaan
PHBS pada tatanan rumah tangga yang memenuhi syarat hanya mencapai 74,71
16

% dan merupakan kelurahan dengan kepadatan tertinggi yaitu 3909 jiwa per km2
pada tahun 2010.

2. P2 TB
TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacteriun tuberculosis. Pada umumnya jenis penyakit TB yang menjadi
fokus kegiatan puskesmas adalah TB paru. Di dalam program P2 TB ada beberapa
target yang telah ditetapkan target penemuan kasus 230/100.000 penduduk,
penemuan BTA (+) yaitu 10% dari suspek diperiksa, angka kesembuhan TB BTA
(+) sebesar 85%, proporsi penderita TB Paru BTA (+) di antara seluruh penderita
TB sebesar 65%, case detection rate sebesar 70%, dan angka konversi sebesar
80%. Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh P2 TB di Puskesmas II Denpasar
Selatan yaitu:
a. Perencanaan meliputi kegiatan mengumpulkan data hasil kegiatan,
analisis data, identifikasi masalah, serta menyusun rencana kegiatan
yang dilakukan oleh petugas P2 TB setiap bulan Januari. Sasarannya
adalah semua kegiatan P2 TB.
b. Penemuan tersangka/suspect yang bertujuan untuk meningkatkan
temuan penderita TB dengan anamnesa penderita batuk dan
pemeriksaan sputum oleh dokter, petugas P2 TB, dan petugas PPTI.
Kegiatan dilakukan setiap hari kerja di puskesmas maupun pustu
dengan sasaran masyarakat/penderita batuk >2minggu.
c. Penemuan TB BTA (+) dengan pemeriksaan/rujukan laboratorium dan
rontgen (+). Kegiatan ini meliputi anamnesa, pemeriksaan,
pengambilan sputum tersangka batuk >2 minggu untuk dirujuk
laboratorium ke PRM, serta untuk BTA (-) dirujuk rontgen. Kegiatan
dilaksanakan oleh dokter, petugas P2 TB, dan petugas PPTI dengan
sasarannya suspek TB.
d. Pengobatan penderita TB yang memiliki hasil laboratorium BTA (+)
dan BTA (-) dengan rontgen positif. Kegiatan dilaksanakan oleh
dokter, petugas P2 TB, dan petugas PPTI dengan sasarannya penderita
TB.
17

e. Follow up penderita dengan kunjungan rumah dan pemeriksaan


kontak serumah yang dilaksanakan oleh petugas PMO (Pengawas
Minum Obat). Sasarannya adalah penderita dan suspek yang serumah.
f. Penyuluhan TB dilakukan dengan koordinasi lintas program untuk
memberikan penyuluhan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas P2
TB, darbin, dan dokter setiap bulan Oktober. Sasarannya adalah
masyarakat.
g. Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi kegiatan dokumentasi
semua kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis
data, evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 TB. Sasarannya adalah
semua kegiatan program P2 TB.

Tabel 3.1 Target, Cakupan, dan Kesenjangan dalam Pencapaian Kegiatan


Program P2 TB di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2009

No Indikator Target Pencapaian Kesenjangan


1 Proporsi suspek diperiksa 100% 42,7 % -57,3 %
Proporsi penderita TB Paru
2 BTA (+) diantara suspek yang 10% 14,8% 4,8%
diperiksa dahaknya
Proporsi penderita TB Paru
3 BTA (+) diantara seluruh ≥65% 42,5% -22,5 %
penderita TB
4 Angka Konversi ≥ 80% 88,2% 8,2 %
5 Angka Kesembuhan ≥ 85 % 94,1% 9,1%
6 Case Detection Rate 70 % 65,4% -4,6 %

Pada tabel 3.1 dapat dilihat dari enam indikator pelaksanaan program P2
TB tahun 2009 masih ada kesenjangan pada cakupan proporsi suspek yang
diperiksa yaitu sebesar -57,3%, proporsi penderita TB Paru BTA (+) diantara
seluruh penderita TB yaitu sebesar -22,5%, dan case detection rate sebesar -4,6%.
18

Tabel 3.2 Target, Cakupan, dan Kesenjangan dalam Pencapaian Kegiatan


Program P2 TB di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

No Indikator Target Pencapaian Kesenjangan


1 Proporsi suspek diperiksa 100% 66,08 % -33,92%
Proporsi penderita TB Paru
2 BTA (+) diantara suspek yang 10% 9,2% -0,8%
diperiksa dahaknya
Proporsi penderita TB Paru
3 BTA (+) diantara seluruh ≥65% 45,1% -19,9 %
penderita TB
4 Angka Konversi ≥ 80% 78,2% -1,8%
5 Angka Kesembuhan ≥ 85 % 100% 15%
6 Case Detection Rate 70 % 60,8% -9,2 %
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat ada beberapa indikator kegiatan
program P2 TB pada tahun 2010 yang belum tercapai atau masih terdapat
kesenjangan pada cakupan proporsi suspek yang diperiksa yaitu sebesar -33,9%,
proporsi penderita TB Paru BTA (+) diantara seluruh penderita TB yaitu sebesar -
19,9%, proporsi penderita BTA(+) diantara suspek yang diperiksa dahaknya yaitu
sebesar -0,8%, dan angka konversi yaitu sebesar -1,8%, dan case detection rate
yaitu sebesar -9,2%.
Bila dibandingkan cakupan kegatan program P2 TB tahun 2009 dan 2010
cakupan proporsi suspek yang diperiksa, proporsi penderita TB Paru BTA (+)
diantara seluruh penderita TB , dan case detection rate masih terdapat
kesenjangan. Sedangkan cakupan angka kesembuhan pada tahun 2009 dan 2010
selalu memnuhi target. Cakupan proporsi penderita BTA(+) diantara suspek yang
diperiksa dahaknya dan angka konversi merupakan indikator yang telah mencapai
target minimal pada tahun 2009 namun mengalami penurunan pada tahun 2010.
8
Kejadian TB Per Blan

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des

Grafik 3.3 Distribusi Kejadian TB per Bulan di Puskesmas II Denpasar Selatan


Tahun 2010
19

Berdasarkan grafik 3.3 dapat dilihat jumlah kejadian TB paru tertinggi


terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 7 kasus. Terdapat 4 kasus TB paru pada
bulan Januari, April, Mei, Juni, dan Desember. Sedangkan pada bulan Februari
tahun 2010 tidak ada kasus si wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.

18
22 L
P

Grafik 3.4 Distribusi Kasus TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010 di
Puksesmas II Denpasar Selatan

Berdasarkan grafik 3.4 dapat diketahui distribusi kejadian TB paru


berdasarkan jenis kelamin kejadian TB lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu
sebanyak 22 orang dibandingkan dengan penderita TB paru pada laki-laki
sebanyak 18 orang.

15
16 14
11
12
Kasus TB

4
0 0 0
0
<1th 1-4 th 5-14 th 15-24 th 25-44 th > 45 th

Grafik 3.5 Distribusi Kejadian TB Paru Berdasarkan Kelompok Umur di


Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

Berdasarkan grafik 3.5.kejadian TB paru tertinggi tahun 2010 terjadi pada


kelompok umur 25-44 tahun dengan 15 kasus. Sedangkan pada tahun 2010 tidak
ada kasus pada kelompok usia <1 tahun, 1-4 tahun, dan 5-14 tahun. Perhitungan
20

besarnya insiden rate TB tahun 2010 di Puskesmas II Denpasar Selatan sebesar


1,113 per 1000 penduduk.

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa


adanya kesenjangan antara target dengan pencapaian program kerja P2 TB
dipengaruhi oleh sasaran proporsi suspek yang diperiksa yang ditetapkan Dinas
Kesehatan Kota Denpasar terlalu tinggi, keengganan penderita dengan batuk
>2minggu untuk memeriksakan dahaknya, serta target BTA (+) yang digunakan
terlalu tinggi sehingga pencapaiannya belum memenuhi target.

3. P2 Diare
Diare merupakan penyakit menular yang ditandai oleh perubahan bentuk
dan konsistensi dari tinja , yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi berak lebih dari biasanya. Di dalam program P2 Diare ditetapkan
beberapa target IR diare ≤ 335kasus/1000 penduduk, penanganan diare pada balita
sebesar 100%, dan kaporitisasi SAB 100% pada daerah kumuh. Adapun rencana
kegiatan P2 diare di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu:
a. Pendataan sasaran melalui koordinasi lintas sektoral serta
mengumpulkan data dari puskesmas, pustu, dan kader oleh petugas P2
diare. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran penduduk
(balita dan masyarakat).
b. Perencanaan kegiatan yang meliputi rekapitulasi, pengolahan, analisis
data, dan identifikasi masalah yang dipergunakan untuk penyusunan
rencana kerja dan rencana kegiatan oleh petugas P2 diare. Kegiatan
dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran semua kegiatan P2 diare.
c. Penemuan dan pengobatan kasus dilakukan dengan anamnesa,
pemeriksaan , dan pengobatan pasien sesuai diagnosa oleh dokter,
paramedis, petugas darbin, dan kader. Sasarannya adalah penduduk
dan balita. Dengan target IR : 335 per 1000 penduduk.
d. Pemantauan rehidrasi oral rumah tangga terhadap pasien balita,
lingkungan penderita, dan perbaikan lingkungan oleh petugas P2 diare
atau darbin. Sasarannya adalah balita penderita diare.
21

e. Kaporitisasi dengan koordinasi lintas program ataupun sektoral untuk


melaksanakan kaporitisasi di desa/ kelurahan dengan tujuan perbaikan
kualitas air sumur. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas P2 diare
dan petugas sanitasi pada bulan April dan Oktober. Sasarannya adalah
sumber air bersih (sumur).
f. Penyuluhan diare di dalam maupun di luar gedung dilaksanakan oleh
petugas P2 diare dan Promkes pada bulan September. Sasarannya
adalah masyarakat.
g. Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi kegiatan dokumentasi
semua kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis
data, evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 diare. Sasarannya adalah
semua kegiatan P2 diare.

140.28
150
122.66
Kelompok Umur per 1000
AI Diare Berdasarkan

100
AI 2009
pddk

AI 2010
50
21.55 19.74

0
0-5 th >5 th

Grafik 3.6 Angka Insiden Diare berdasarkan Kelompok Umur di


Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2009-2010

Berdasarkan grafik 3.6 dapat dilihat pada kelompok umur 0-5 tahun terjadi
peningkatan angka insiden diare yaitu sebesar 122,66 per 1000 balita tahun 2009
menjadi 140,28 per 1000 balita tahun 2010. Sedangkan pada kelompok umur >5
tahun terjadi penurunan angka insiden diare dari 21,55 per 1000 penduduk tahun
2009 menjadi 19,74 per 1000 penduduk tahun 2010.
22

AI Diare per 1000 pdd


5
4
AI 2009
3
AI 2010
2
1
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des

Grafik 3.7 Angka Insiden Diare berdasarkan Bulan di Puskesmas II


Denpasar Selatan Tahun 2009-2010

Berdasarkan grafik 3.7 pada tahun 2009 angka insiden diare tertingi terjadi
pada bulan Desember (4,02 per 1000 penduduk) dan angka insiden terendah
terjadi pada bulan Maret (1,88 per 1000 penduduk). Sedangkan pada tahun 2010
terjadi perubahan, angka insiden tertinggi terjadi Februari (5,15 per 1000
penduduk) dengan titik terendah terjadi pada bulan April (1,48 per 1000
penduduk).

80.00 73.34
AI Diare Per 1000 pdd

60.00
41.66 42.77
35.36 AI 2009
40.00
22.57 AI 2010
19.58 18.16
15.53
20.00

0.00
Kel Sanur Renon Sanur Kauh Sanur Kaja

Grafik 3.8 Angka Insiden berdasarkan Desa/Kelurahan di Puskesmas II


Denpasar Selatan Tahun 2009-2010

Berdasarkan grafik 3.8 dapat diketahui angka insiden diare tertinggi terjadi di
Kelurahan Sanur yaitu pada tahun 2009 sebesar 41,66 per 1000 penduduk dan
meningkat menjadi 73,34 per 1000 penduduk pada tahun 2010. Angka insiden
23

terendah terjadi di Kelurahan Renon pada tahun 2009 yaitu sebesar 19,58 per
1000 penduduk dan pada tahun 2010 sebesar 15,53 per 1000 penduduk. Dari data
tahun 2009 ke 2010 insiden diare di Kelurahan Renon, Sanur Kauh, dan Sanur
Kaja mengalami penurunan namun di Kelurahan Sanur insiden diare justru
meningkat.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat digambarkan bahwa angka


insiden diare yang cukup tinggi dipengaruhi oleh perubahan musim, kepadatan
balita dan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat dalam setiap keluarga, dan
kondisi sarana air bersih. Angka insiden diare tertinggi pada tahun 2010 terjadi di
Kelurahan Sanur yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 3909
penduduk per km2. Namun penurunan angka kejadian diare pada tahun 2010
justru terjadi Kelurahan Renon, Desa Sanur Kaja, dan Desa Sanur Kauh, hal ini
kemungkinan terjadi karena masyarakat sudah mampu melaksanakan
penanggulangan diare di tingkat rumah tangga ataupun memilih berobat ke
praktek dokter atau bidan swasta yang belum melaporkan ataupun direkap oleh
petugas P2 Diare di puskesmas II Denpasar Selatan. Sedangkan kejadian diare
banyak dilaporkan dari Kelurahan Sanur karena jarak tempuh ke Puskesmas Induk
lebih dekat dibandingkan dari 3 desa/kelurahan lainnya.

4. P2 ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang salah satu
atau lebih dari saluran pernafasan yang meliputi dari hidung hingga alveoli. Di P2
ISPA pengklasifikasian penyakit berdasarkan pneumonia dan bukan pneumonia.
Di dalam program P2 ISPA ditetapkan beberapa target yaitu penemuan kasus
pneumonia pada balita (10% dari jumlah balita) dan penanganan pneumoni pada
balita sebesar 100%. Adapun kegiatan yang dilakukan di program P2 ISPA
meliputi:
a. Pendataan sasaran dengan koordinasi lintas sektoral pendataan sasaran
serta mengumpulkan data dari puskesmas, pustu, dan desa/kelurahan.
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas P2 ISPA dengan sasarannya
adalah balita.
24

b. Perencanaan kegiatan meliputi rekapitulasi, pengolahan, analisa data,


serta identifikasi masalah untu menyusun rencana kegiatan oleh
petugas P2 ISPA. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari dengan
sasaran semua kegiatan P2 ISPA.
c. Penemuan kasus pneumonia dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan
pasien, dan penentuan klasifikasi/diagnosa oleh dokter ,petugas P2
ISPA, dan paramedis. Sasarannya adalah balita.
d. Pengobatan pasien dan rujukan penderita bila diperlukan oleh dokter
,petugas P2 ISPA, dan paramedis. Sasarannya adalah balita dengan
pneumonia. Target penanganan balita pneumonia/pneumonia
berat/dengan tanda bahaya sebesar 100%.
e. Kunjungan rumah untuk mengetahui keadaan penderita dan
lingkungannya oleh petugas P2 ISPA, paramedis, dan petugas darbin.
Sasaranya adalah balita dengan pneumonia. Kegiatan ini lebih sering
terlaksana di dalam gedung setelah pengobatan berlangsung akibat
keterbatasan tenaga P2 ISPA.
f. Penyuluhan ISPA di dalam maupun di luar gedung oleh petugas P2
ISPA dan promkes. Sasarannya adalah pasien dan masyarakat.
g. Pencatatan, pelaporan, dan monev yang meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 ISPA. Sasarannya adalah
semua kegiatan P2 ISPA.

10 8.71
AI Pneumonia pada Balita

8
5.53
per 1000 pdd

6 4.89
3.05 3.61 AI 2009
4 2.83
1.96 AI 2010
2 0.87

0
Kel Sanur Renon Sanur Sanur Kaja
Kauh

Grafik 3.9 Angka Insiden Pneumonia pada Balita di Puskesmas II


Denpasar Selatan Tahun 2009-2010
25

Pada grafik 3.9 diketahui angka insiden Pneumonia meningkat pada tahun
2010 lebih dari dua kali angka insiden pada tahun 2009. Kelurahan Sanur
memiliki angka insiden tertinggi yaitu 3,01 per 1000 balita pada tahun 2009 yang
meningkat menjadi 8,71 per 1000 balita. Sedangkan angka insiden terendah dua
tahun terakhir terdapat di Renon yaitu sebesar 0,87 per 1000 balita meningkat
menjadi 3,61 per 1000 penduduk. Namun rata-rata pada tahun 2010 di keempat
kelurahan/desa di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan mengalami
kenaikan angka insiden pneumonia khususnya pada balita.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa angka


insiden pneumonia yang tinggi disebabkan oleh kepadatan balita per desa,
perilaku hidup bersih dan sehat. Bila dilihat dari tingkat kepadatan balita
Kelurahan Sanur memiliki kepadatan balita tertinggi baik pada tahun 2009 dan
2010 yaitu dari 499 balita per km2 menjadi 512 balita per km2. Namun pada 3
kelurahan/desa lainnya tidak semua yang memiliki kepadatan balita lebih besar
memiliki angka kejadian pneumonia balita lebih tinggi. Hal ini harusnya dapat
diidentifikasi dari hasil care seeking penderita pneumonia balita mengenai faktor
risiko dominan yang dimiliki oleh balita dengan pneumonia. Namun hal ini tidak
dapat dilakukan karena kegiatan care seeking yang seharusnya dilakukan dengan
kunjungan ke rumah balita setelah 2 hari pengobatan justru dilakukan di dalam
gedung sehingga hasil care seeking menjadi semu terutama faktor lingkungan
rumah balita.

5. P2 Kusta
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
leprae yang menyerang sistem saraf tepi dan jariangan tubuh lainnya yang bersifat
menahun. Di dalam program P2 Kusta ditetapkan beberapa target yaitu skrining
dan penyuluhan kusta di 14 SD/tahun dan pengobatan penderita (100%). Adapun
kegiatan yang dilaksanakn dalam program P2 Kusta yaitu:
a. Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi masalah
yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh petugas P2
kusta. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran semua
kegiatan P2 kusta.
26

b. Penemuan atau skrining penderita dengan anamnesa dan pemeriksaan


suspek oleh dokter, petugas P2 kusta, dan paramedis. Sasarannya
adalah masyarakat.
c. Screening pada anak SD dan case survey melalui anamnesa dan
pemeriksaan oleh dokter, petugas P2 kusta, dan paramedis. Untuk
screening anak sekolah meliputi pemeriksaan secara fisik atau klinis
terhadap anak TK, SD, SMA/SMK juga.Kegiatan dilaksanakan pada
bulan Agustus atau pada pelaksanaan BIAS dengan sasaran anak SD
dan masyarakat. Target yaitu sebanyak 14 SD/tahun.
d. Pengobatan penderita sesuai diagnosa oleh dokter, petugas P2 kusta,
dan paramedis. Sasarannya adalah penderita kusta.
e. Pemeriksaan kontak dengan menjelaskan tujuan dari kegiatan ini serta
melakukan pemeriksaan fisik dan pengambilan specimen oleh petugas
P2 kusta atau paramedis. Sasarannya adalah keluarga atau lingkungan
penderita yang dilaksanakan bila ada kasus.
f. Penyuluhan kusta di dalam maupun di luar gedung oleh petugas P2
kusta, darbin, dan promkes yang dilaksanakan pada bulan Oktober.
Sasarannya adalah pasien atau murid.
g. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 kusta. Sasarannya adalah
semua kegiatan program P2 kusta.
Kasus kusta tahun 2011 merupakan kusta tipe MB untuk kesembuhan
diperlukan pengobatan selama 1 tahun yang menyerang seorang laki-laki berumur
31 tahun.
6. P2 Cacingan
Program P2 cacingan merupakan program yang bergerak dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit akibat cacing. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan oleh P2 cacingan yaitu:
a. Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi masalah
yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh petugas P2
27

cacingan. Kegiatan dilakukan pada bulan Januari dengan sasaran


semua kegiatan P2 cacingan.
b. Penemuan penderita dilakukan dengan anamnesa, pengambilan
specimen, dan pemeriksaan laboratorium oleh dokter, paramedis, dan
petugas laboratorium. Sasarannya adalah masyarakat atau pasien.
c. Pengobatan penderita dan penanggulangan kasus oleh dokter dan
paramedis. Sasarannya adalah penderita.
d. Penyuluhan kepada pasien bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang penyakit cacingan oleh petugas P2 cacingan dan promkes.
Sasarannya adalah pasien.
e. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 cacingan. Sasarannya adalah
semua kegiatan program P2 cacingan
Pada tahun 2010 dan 2011 tidak terdapat kasus cacingan di wilayah
kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
7. P2 Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi oleh parasit
plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Di dalam
program P2 Malaria ditetapkan target pengobatan penderita sebesar 100%.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh program P2 malaria di Puskesmas II
Denpasar Selatan yaitu:
a. Perencanaan kegiatan meliputi analisis data dan identifikasi masalah
yang digunakan untuk penyusunan rencana kegiatan oleh petugas P2
malaria. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari dengan sasaran
semua kegiatan P2 malaria.
b. Penemuan penderita melalui anamnesa, pengambilan sampel darah
untuk pemeriksaan laboratorium oleh dokter, paramedis, dan petugas
P2 malaria. Sasarannya adalah masyarakat yang mengalami gejala
klinis malaria.
c. Penanggulangan kasus dan pengobatan penderita sesuai diagnosa oleh
dokter dan paramedis. Sasarannya adalah penderita.
28

d. Penyuluhan ke pasien atau masyarakat oleh petugas P2 malaria dan


promkes pada bulan Agustus. Sasarannya adalah pasien atau
masyarakat.
e. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 malaria. Sasarannya adalah
semua kegiatan P2 malaria

Pada tahun 2010 dan 2011 tidak ditemukan kasus malarian di wilayah kerja
Puskesmas II Denpasar Selatan.

8. P2 PMS
PMS (Penyakit Menular Seksual) merupakan penyakit yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual yang berisiko. Beberapa target yang
ditetapkan adalah penemuan penderita dengan keluhan sakit pada organ genital
serta pengobatan dan konseling. Adapun kegiatan yang dilaksanakan program P2
PMS di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu:
a. Perencanaan berisikan kegiatan menganalisis data dan identifikasi
masalah yang digunakan untuk menyusun rencana kegiatan oleh
petugas P2 PMS. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Januari dengan
sasaran adalah semua kegiatan P2 PMS.
b. Penemuan penderita melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
pengambilan specimen, serta pemeriksaan laboratorium oleh dokter,
paramedic, dan petugas laboratorium. Sasarannya adalah masyarakat.
c. Pengobatan penderita dilakukan dengan memberikan pengobatan yang
tepat pada semua penderita IMS serta penanganan HIV/AIDS yang
bertujuan menurunkan angka insiden HIV/AIDS. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh dokter dan paramedis dengan sasaran penderita.
d. Penyuluhan atau konseling dilaksanakan oleh dokter, petugas P2 PMS,
dan promkes. Sasarannya adalah penderita dengan jadwal konseling
setiap hari kerja dan masyarakat dengan jadwal penyuluhan pada bulan
Juli.
29

e. Pencatatan , pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua


kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 PMS. Sasarannya adalah
semua kegiatan P2 PMS.

1080
1200
Jumlah Kasus IMS

1000
800
600 373
400 164
200 2 11 38
0

Grafik 3.10 Distribusi Penyakit PMS berdasarkan Kunjungan di Klinik


IMS Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

Berdasarkan grafik 3.10 jumlah kasus IMS terbanyak tahun 2010 yaitu
servisitis sebanyak 1080 kasus yang diikuti oleh candidiasis sebanyak 373 kasus.
Sedangkan jenis penyaki menular seksual dengan jumlah terendah yaitu
trichomoniasis sebanyak 2 kasus pada tahun 2010.

WPS
0.08%

44.10% Pelanggan
55.56%

Lainnya (IRT dan


0.25% Remaja)
Pasangan Risti

Grafik 3.11 Persentase Kunjungan Klinik IMS berdasarkan Faktor Risiko


di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010
30

Berdasarkan grafik 3.11 persentase kunjungan klinik IMS tertinggi yaitu


dari kelompok lainnya (ibu rumah tangga dan remaja). Sedangkan untuk WPS
menempati urutan persentase kunjungan klinik IMS terbanyak kedua yaitu
sebesar 44,10%.

Angka penjaringan kasus IMS di Puskesmas II Denpasar Selatan tergolong


tinggi, hal ini disebabkan tersedianya klinik khusus IMS dan VCT bagi mereka
yang ingin memeriksakan diri. Selain itu di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Selatan terdapat tempat-tempat lokalisasi yang sebagaian besar telah mampu
dipantau. Hal ini terlihat tingginya kunjungan klinik IMS oleh WPS yang
diwajibkan memeriksakan diri sebulan sekali yang tercatat pada kartu kunjungan
mereka. Para WPS berhasil dipantau setelah melakukan kerja sama dengan
pemilik usaha lokalisasi yang mengantar para WPS setiap bulan ke klinik IMS.
Bilamana pada pemeriksaan diketahui adanya faktor risiko tinggi untuk terkena
HIV/AIDS maka disarankan untuk melakukan konseling dan tes HIV begitu pula
pada ibu hamil yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Untuk kelompok lainnya
seperti ibu rumah tangga dan remaja datang karena adanya keluhan pada alat
kelamin.

9. P2 Suspek Rabies
Rabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rabies dengan
reservoar anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Beberapa target dalam P2 Suspek
Rabies adalah cuci luka 100% dan vaksinasi 100%. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan oleh program P2 Suspek Rabies yaitu:
a. Perencanaan meliputi kegiatan analisis data serta identifikasi masalah
yang dipergunakan untuk menyusun rencana kegiatan oleh petugas P2
suspek rabies. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari dengan
sasaran semua kegiatan P2 suspek rabies.
b. Penemuan kasus dari register pasien, anamnesa, menemukan penderita
yang datang ke puskesmas, melakukan pelacakan kasus, dan
pengamatan kasus oleh petugas surveilans, dokter, dan paramedis.
Sasarannya adalah pasien dengan gigitan hewan penular rabies.
31

c. Penanganan dan pengobatan luka dilakukan dengan pengobatan


pertama dan merujuk penderita ke rabies center (RS Sanglah,
Wangaya, dan Puskesmas I Denpasar Selatan) untuk pemberian vaksin
anti rabies. Kegiatan ini dilaksanakan oleh dokter maupun paramedis
dengan sasarannya adalah penderita.
d. Penyidikan epidemiologi yang meliputi pencatatan data kasus,
penyelidikan kasus di lapangan,serta pelaporan oleh petugas P2 suspek
rabies dan surveilans. Sasarannya penderita dan masarakat sekitarnya.
e. Penyuluhan diberikan kepada pasien dan keluarganya oleh dokter dan
paramedis.
f. Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 suspek rabies. Sasarannya
adalah semua kegiatan P2 suspek rabies.

60 53
48
Jumlah Kasus GHPR

50
40
26
30 21
20
10
0
Kel Sanur Kel Renon Ds Sanur Ds Sanur
Kauh Kaja

Grafik 3.12 Distribusi Kasus GHPR berdasarkan Desa/Kelurahan di


Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010
Berdasarkan grafik 3.12 kasus GHPR tertinggi pada tahun 2010 terjadi di
Desa Sanur Kauh yaitu sebesar 53 kasus yang diikuti oleh Kelurahan Sanur
sebesar 48 kasus. Sedangkan kasus GHPR terendah terjadi di Kelurahan Renon
yaitu sebesar 48 kasus.
Berdasarkan data diatas dapat dianalisis bahwa jumlah kasus gigitan
hewan penular rabies yang masih tinggi disebabkan oleh tidak adanya pemantauan
langsung ke lapangan terhadap kasus gigitan yang terjadi dan tidak tindak lanjut
terhadap hewan yang telah menggigit. Cakupan vaksinasi juga tidak mencapai
32

target karena di Puskesmas II Denpasar Selatan tidak tersedia vaksin,pasien


penderita gigitan HPR hanya diberika rujukan untuk mencari vaksin di Rumah
Sakit Umum Sanglah. Selain itu juga tidak dilakukan pemantauan terhadap
riwayat vaksinasi pasien gigitan HPR.
10. P2 Imunisasi
Imunisasi merupaka suatu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari
suatu penyakit dengan memasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan ke
dalam tubuh yang merangsang terbentuknya antibodi dalam tubuh. Beberapa
target dalam P2 Imunisasi yaitu imunisasi BCG (100%), DPT (100%), Polio
(90%), HB (90%), Campak (90%), TT (100%), dan DT (90%). Adapun beberapa
kegiatan yang dilaksanakan P2 Imunisasi
a. Pendataan sasaran dilakukan secara lintas sektoral oleh petugas P2
imunisasi dan darbin. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari
dengan sasarannya adalah bayi, murid SD, bumil, WUS, dan calon
pengantin.
b. Perencanaan dilakukan dengan menganalisis data dan identifikasi
masalah yang dipergunakan untuk menyusun rencana kegiatan oleh
petugas P2 imunisasi. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari
dengan sasarannya adalah semua kegiatan P2 imunisasi.
c. Penghitungan kebutuhan alat dan bahan (masing-masing pelarut
dengan vaksinnya) berdasarkan jumlah sasaran oleh petugas P2
imunisasi. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari.
d. Pengelolaan vaksin yang meliputi persiapan form pengamprahan
vaksin , pengambilan vaksin ke Dikes Kota Denpasar setiap awal
bulan, mendistribusikan vaksin ke pustu, serta mempersiapkan vaksin
untuk kegiatan dalam dan luar gedung). Kegiatan dilaksanakan oleh
petugas P2 imunisasi
e. Pengontrolan suhu vaksin setiap pagi dan siang, pencatatan suhu
vaksin pada kertas grafik, mengatur penyimpanan vaksin sesuai
kondisi vaksin, dan perawatan cold chain setiap minggu . Kegiatan
dilaksanakan oleh petugas P2 imunisasi dengan sasarannya adalah
alamari penyimpanan vaksin.
33

f. Pelaksanaan imunisasi oleh bidan, dokter, dan perawat dengan rincian


kegiatan sebagai berikut:
g. Analisis PWS melalui pengumpulan data, analisis hasil kegiatan,
penemuan masalah, serta menyusun upaya tindak lanjut oleh petugas
P2 imunisasi. Sasarannya adalah hasil kegiatan imunisasi.
h. Sweeping sasaran dilakukan jika hasil imunisasi tidak mencapai target.
Kegiatan dilakukan oleh petugas P2 imunisasi dengan sasaran bayi,
murid SD, bumil, calon penganten, balita, dan WUS.
i. Penyuluhan imunisasi dilaksanakan oleh petugas P2 imunisasi dan
promkes pada bulan September. Sasarannya adalah wanita usia subur.
j. Pencatatan, pelaporan, dan monev meliputi dokumentasi semua
kegiatan pada register, rekapitulasi, pengolahan data, analisis data,
evaluasi, dan pelaporan oleh petugas P2 imunisasi. Sasarannya adalah
semua kegiatan P2 imunisasi.
Tabel 3.3 Target, Cakupan , dan Kesenjangan Hasil Kegiatan P2 Imunisasi
di Puskesmas II Denpasar Selatan
Target Cakupan Kesenjangan
Indikator Abs % Abs %
DPT 1 754 100 802 106,4 -
Polio 4 754 90 718 95,2 -
Campak 754 90 778 103,2 -
HB 1<7hari 754 90 690 91,5 -
TT 1 830 - 325 39,2 -
TT2 Bumil 830 90 881 106,1 -
DT (Kls 1 SD) 840 100 837 99,6 0,4
TT (SD kls 2 dan 3) 1779 100 1771 99,5 0,5
Berdasarkan tabel hasil kegiatan P2 Imunisasi di atas untuk imunisasi DPT
1, polio 4, campak, HB 1 <7 hari, dan TT2 bumil telah mencapai target yang
ditentukan. Sedangkan untuk imunisasi DT yang diberikan pada anak SD kelas 1
dan TT yang diberikan pada anak SD kelas 2 dan 3 belum memenuhi target.
Untuk DT masih terdapat kesenjangan sebesar 0,4 % dan untuk TT masih
memiliki kesenjangan sebesar 0,5 %.
34

Berdasarkan data diatas, dapat dianalisis bahwa target TT1 pada ibu hamil
yang ditentukan terlalu tinggi sehingga pencapaiannya tidak memenuhi target.
Selain itu juga adanya perbedaan perkiraan jumlah target anak sekolah yang
berbeda dengan apa yang ada di lapanngan menyebabkan cakupan pencapaian
imunisasi belum mencapai target yang ditentukan. Rendahnya cakupan
pencapaian imunisasi anak sekolah juga dapat disebabkan oleh adanya siswa yang
tidak hadir, hadir namun dalam kondisi sakit, atau tidak berani untuk diimunisasi,
serta tidak datang ke puskesmas saat dianjurkan untuk melakukan imunisasi
sebagai akibat belum diimunisasi di sekolah masing-masing.

Berdasarkan pemaparan di atas masalah yang pada umumnya dihadapi


oleh program P2M dalam melaksanakan tugasnya adalah keterbatasan tenaga,
dana, dan waktu pada masing-masing program. Keterbatasan tenaga tercermin
dari banyaknya petugas P2 yang merangkap jabatan baik secara struktural maupun
fungsional. Keterbatasan waktu terjadi karena para petugas P2 pada umumnya
adalah petugas kesehatan dalam gedung yang memiliki tugas pelayanan pasien.
BAB IV

SURVEILANS PENYAKIT DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

4.1 Gambaran Umum Surveilans

Menurut CDC dalam buku Epidemiologi Penyakit Menular oleh Manya


Magnus, surveilan kesehatan masyarakat adalah sistem pengumpulan,analisis,
interpretasi, dan pengumpulan data yang berkelanjutan terkait kejadian kesehatan
untuk digunakan dalam tindakan kesehatan guna mengurangi morbiditas dan
mortalitas dan meningkatkan kesehatan. Surveilans epidemiologi adalah kegiatan
analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan, dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara
program kesehatan (Depkes RI, 2003). Kegiatan penting surveilans yang harus
dilaksanakan secara berkesinambungan yaitu: pengumpulan data epidemiologi
secara sistematis, kompilasi data, analisis data, dan interpretasi data, serta
penyebarluasan hasil analisis dan interpretasi data.
Menurut WHO dalam Bhisma Murti (2003) tujuan surveilans meliputi:
a. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemic (outbreak)
b. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan
pengendalian penyakit
c. Memasok informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan,
perencanaan, implementasi, dan alokasi sumber daya kesehatan
d. Monitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasi dampak
penyakit di masa mendatang
e. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

Laporan program surveilans di Puskesmas II Denpasar Selatan meliputi


surveilans penyakit menular yang dilaporkan secara mingguan dan bulanan.

35
36

Surveilans di Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan Surveilans


Terpadu Penyakit Bersumber Puskesmas sehingga penyakit-penyakit yang
dilaporkan setiap bulan meliputi penyakit Kolera, Diare, Diare Berdarah, Tifus
Perut Klinis, TBC Paru BTA(+), tersangka TBC Paru, Kusta PB, Kusta MB,
Campak, Difteri, Batuk Rejan, Tetanus, Hepatitis Klinis, Malaria Klinis, Malaria
Vivax, Malaria Falsiparum, Malaria Mix, Demam Berdarah Dengue, Demam
Dengue, Pneumonia, Sifilis, Gonorrhoe, Frambusia, Filariasis, dan Influenza
(Depkes RI, 2003). Sedangkan untuk penyakit yang dilaporkan adalah Diare Akut,
Malaria Konfismasi,tersangka DBD, Pneumonia, ILI (penyakit serupa influenza),
Diare Berdarah,tersangka Demam Tifoid, Jaundice akut, tersangka Demam
Dengue,tersangka flu burung pada manusia, tersangka campak, tersangka difteri,
tersangka pertusis, AFP (lumpuh layu mendadak), kasus GHPR, tersangka antrax,
demam yang tidak diketahui penyebabnya, tersangka kolera, kluster penyakit yang
tidak diketahui, tersangka Meningitis/Enchepalitia, tersangka Tetanus
Neonatorum, dan tersangka tetanus. Kasus mingguan dilaporkan kepada petugas
surveilans setiap hari Sabtu yang dilanjutkan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota
Denpasar dengan sistem EWARS. Surveilans khusus penyakit menular di
Puskesmas II Denpasar Selatan meliputi penyakit DBD, TB, Pneumonia, dan
Diare.

4.2 Data Penyakit Menular di Puskesmas II Denpasar Selatan

4.2.1 Penyakit Diare

73.34
AI Diare Per 1000 pdd

80.
60. 42.77
41.66
35.36
40. AI 2009
19.58 18.16 22.57
15.53
20. AI 2010

0.
Kel Sanur Renon Sanur Sanur
Kauh Kaja

Grafik 4.1 Angka Insiden Diare Berdasarkan Desa/Kelurahan di Puskesmas II


Denpasar Selatan Tahun 2009-2010.
37

Pada grafik 4.1 dapat diketahui angka insiden diare tertinggi terjadi di
Kelurahan Sanur yaitu pada tahun 2009 sebesar 41,66 per 1000 penduduk dan
meningkat menjadi 73,34 per 1000 penduduk pada tahun 2010. Angka insiden
terendah terjadi di Kelurahan Renon pada tahun 2009 yaitu sebesar 19,58 per
1000 penduduk dan pada tahun 2010 sebesar 15,53 per 1000 penduduk. Dari data
tahun 2009 ke 2010 insiden diare di Kelurahan Renon, Sanur Kauh, dan Sanur
Kaja mengalami penurunan namun di Kelurahan Sanur insiden diare justru
meningkat.
Angka insiden diare tertinggi pada tahun 2010 terjadi di Kelurahan Sanur
yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 3909 penduduk per
km2. Namun penurunan angka kejadian diare pada tahun 2010 justru terjadi
Kelurahan Renon, Desa Sanur Kaja, dan Desa Sanur Kauh, hal ini kemungkinan
terjadi karena masyarakat sudah mampu melaksanakan penanggulangan diare di
tingkat rumah tangga ataupun memilih berobat ke praktek dokter atau bidan
swasta yang belum melaporkan ataupun direkap oleh petugas P2 Diare di
puskesmas II Denpasar Selatan. Sedangkan kejadian diare banyak dilaporkan dari
Kelurahan Sanur karena jarak tempuh ke Puskesmas Induk lebih dekat
dibandingkan dari 3 desa/kelurahan lainnya.

4.2.2 Penyakit Pneumonia

10 8.71
AI Pneumonia pada Balita

8
5.53
per 1000 pdd

6 4.89
3.61 AI 2009
4 3.05 2.83
1.96 AI 2010
2 0.87
0
Kel Sanur Renon Sanur Sanur
Kauh Kaja

Grafik 4.2 Angka Insiden Pneumonia Pada Balita di Puskesmas II Denpasar


Selatan Tahun 2009-2010
38

Pada grafik di atas diketahui angka insiden Pneumonia meningkat pada


tahun 2010 lebih dari dua kali angka insiden pada tahun 2009. Kelurahan Sanur
memiliki angka insiden tertinggi yaitu 3,01 per 1000 balita pada tahun 2009 yang
meningkat menjadi 8,71 per 1000 balita. Sedangkan angka insiden terendah dua
tahun terakhir terdapat di Renon yaitu sebesar 0,87 per 1000 balita meningkat
menjadi 3,61 per 1000 penduduk. Namun rata-rata pada tahun 2010 di keempat
kelurahan/desa di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan mengalami
kenaikan angka insiden pneumonia khususnya pada balita.

Bila dilihat dari tingkat kepadatan balita Kelurahan Sanur memiliki


kepadatan balita tertinggi baik pada tahun 2009 dan 2010 yaitu dari 499 balita per
km2 menjadi 512 balita per km2. Namun pada 3 kelurahan/desa lainnya tidak
semua yang memiliki kepadatan balita lebih besar memiliki angka kejadian
pneumonia balita lebih tinggi. Hal ini harusnya dapat diidentifikasi dari hasil care
seeking penderita pneumonia balita mengenai faktor risiko dominan yang dimiliki
oleh balita dengan pneumonia. Namun hal ini tidak dapat dilakukan karena
kegiatan care seeking yang seharusnya dilakukan dengan kunjungan ke rumah
balita setelah 2 hari pengobatan justru dilakukan di dalam gedung sehingga hasil
care seeking menjadi semu terutama faktor lingkungan rumah balita.

4.2.3 Penyakit Demam Berdarah Dengue

3.81
4.
AI DBD per 1000 penduduk

3.17
2.85 2.70
3.
2.14 2.26
1.82 2008
2. 1.55 1.63
1.49
1.28 2009
0.91
1. 2010

0.
Kel Sanur Kel Renon Ds Sanur Ds Sanur
Kauh Kaja

Grafik 4.3 Angka Insiden DBD di Wilayaha Kerja Puskesmas II Denpasar


Selatan Tahun 2008-2010
39

Pada grafik di atas dapat dilihat insiden tertinggi terjadi tahun 2010 di
seluruh kelurahan/desa di Puskesmas II Denpasar Selatan. Angka insiden tertinggi
tahu 2010 terjadi di kelurahan Renon yaitu sebesar 3,81 per 1000 penduduk,
sedangkan Desa Sanur Kaja merupakan daerah dengan angka insiden terendah
yaitu sebesar 1,28 per 1000 penduduk. Pada tahun 2009 kelurahan Renon
memiliki insiden DBD tertinggi yaitu 2,85 per 1000 penduduk dan kelurahan
Sanur Kaja dengan insiden terendah yaitu 0,91 per 1000 penduduk. Pada tahun
2008 terjadi perbedaan di mana insiden DBD tertinggi terjadi di Desa Sanur Kaja
yaitu 2,26 kasus per 1000 penduduk dan terendah di Desa Sanur Kauh yaitu
sebesar 1,49 per 1000 penduduk.
Pada tahun 2010 merupakan siklus lima tahunan puncak peningkatan
kejadian DBD di Kota Denpasar , begitu pula di wilayah Kerja PuskesmasII
Denpasar Selatan. Peningkatan angka insiden pada tahun 2010 terjadi di
Kelurahan Sanur, Renon, Desa Sanur Kauh , dan Desa Sanur Kaja. Pada tahun
2010 angka insiden DBD tertinggi terjadi di Kelurahan Renon hal ini sebanding
dengan hasil pendataan, penyuluhan , dan pembinaan PHBS pada tatanan rumah
tangga yang memenuhi syarat hanya mencapai 74,71 % dan merupakan kelurahan
dengan kepadatan tertinggi yaitu 3909 jiwa per km2 pada tahun 2010. Sedangkan
bila dilihat dari ABJ tahun 2010 justru ABJ terkecil (97,78%) terdapat di Desa
Sanur Kaja yang memiliki angka insiden DBD terendah pada tahun 2010. Di
Kelurahan Renon angka insiden DBD pada tahun 2010 adalah yang tertinggi
namun dengan ABJ yang terbesar pula yaitu 98,25 %. Perbandingan antara ABJ
dan angka insiden DBD di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan ternyata
tidak sebanding.

4.2.4 Penyakit TB
Tabel 4.1 Target, Cakupan, dan Kesenjangan dalam Pencapaian Kegiatan
Program P2 TB di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2009
No Indikator Target Pencapaian Kesenjangan
1 Proporsi suspek diperiksa 100% 42,7 % -57,3 %
Proporsi penderita TB Paru BTA
2 (+) diantara suspek yang diperiksa 10% 14,8% 4,8%
dahaknya
3 Proporsi penderita TB Paru BTA ≥65% 42,5% -22,5 %
40

(+) diantara seluruh penderita TB


4 Angka Konversi ≥ 80% 88,2% 8,2 %
5 Angka Kesembuhan ≥ 85 % 94,1% 9,1%
6 Case Detection Rate 70 % 65,4% -4,6 %
Pada tabel 4.1 dapat dilihat dari enam indikator pelaksanaan program P2
TB tahun 2009 masih ada kesenjangan pada cakupan proporsi suspek yang
diperiksa yaitu sebesar -57,3%, proporsi penderita TB Paru BTA (+) diantara
seluruh penderita TB yaitu sebesar -22,5%, dan case detection rate sebesar -4,6%.

Tabel 4.2 Target, Cakupan, dan Kesenjangan dalam Pencapaian Kegiatan


Program P2 TB di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2010

No Indikator Target Pencapaian Kesenjangan


1 Proporsi suspek diperiksa 100% 66,08 % -33,92%
Proporsi penderita TB Paru
2 BTA (+) diantara suspek yang 10% 9,2% -0,8%
diperiksa dahaknya
Proporsi penderita TB Paru
3 BTA (+) diantara seluruh ≥65% 45,1% -19,9 %
penderita TB
4 Angka Konversi ≥ 80% 78,2% -1,8%
5 Angka Kesembuhan ≥ 85 % 100% 15%
6 Case Detection Rate 70 % 60,8% -9,2 %
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat ada beberapa indikator kegiatan
program P2 TB pada tahun 2010 yang belum tercapai atau masih terdapat
kesenjangan pada cakupan proporsi suspek yang diperiksa yaitu sebesar -33,9%,
proporsi penderita TB Paru BTA (+) diantara seluruh penderita TB yaitu sebesar -
19,9%, proporsi penderita BTA(+) diantara suspek yang diperiksa dahaknya yaitu
sebesar -0,8%, dan angka konversi yaitu sebesar -1,8%, dan case detection rate
yaitu sebesar -9,2%.

Bila dibandingkan cakupan kegatan program P2 TB tahun 2009 dan 2010


cakupan proporsi suspek yang diperiksa, proporsi penderita TB Paru BTA (+)
diantara seluruh penderita TB , dan case detection rate masih terdapat
kesenjangan. Sedangkan cakupan angka kesembuhan pada tahun 2009 dan 2010
selalu memnuhi target. Cakupan proporsi penderita BTA(+) diantara suspek yang
diperiksa dahaknya dan angka konversi merupakan indikator yang telah mencapai
target minimal pada tahun 2009 namun mengalami penurunan pada tahun 2010.
41

Pada tahun 2009 dan 2010 cakupan proporsi suspek yang diperiksa tidak
memenuhi target, hal ini terjadi karena target yang ditetepkan di Dinas Kesehatan
Kota Denpasar terlalu tinggi. Oleh karena itu diperlukan kordinasi anatar petugas
P2 TB di puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota dalam menentukan sasaran
proporsi suspek yang diperiksa. Kesenjangan pada proporsi penderita TB Paru
BTA (+) diantara seluruh penderita TB dan case detection rate terjadi karena
cakupan proporsi suspek yang diperiksa tidak memenuhi target yang ditetapkan.

4.3 Kegiatan Program Surveilans Penyakit Menular di Puskesmas II


Denpasar Selatan Tahun 2011

4.3.1 Surveilans Penyakit Diare

Surveilans penting diterapkan untuk pemantauan penyakit diare yang


merupakan salah satu penyakit yang berpotensi KLB. Kegiatan surveilans diare
meliputi proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data, serta
penyebarluasan informasi. Tujuan dari surveilans diare di Puskesmas II Denpasar
Selatan ialah untuk memantau secara rutin kecenderungan peningkatan maupun
penuruanan kasus diare serta mewaspadai tanda-tanda KLB diare di wilayah kerja
puskesmas.

a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh petugas puskesmas yang
bersumber dari laporan puskesamas pembantu dan puskesmas induk. Data
kasus diare diambil dari pencatatan pada SIK (Sistem Informasi
Kesehatan) di puskesmas induk. Untuk pelaporan dari kader dan sarana
kesehatan lainnya di wilayah kerja puskesmas belum berjalan sehingga
proses pengumpulan data kasus masih bersifat pasif. Pendataan faktor
risiko diare dilakukan pada kasus yang menyerang balita yaitu melalui
kegiatan pemantauan rehidrasi oral. Pemantauan rehidrasi oral dilakukan
dengan mengunjungi rumah pasien, namun seringkali dilakukan langsung
saat pasien berobat ke puskesmas. Data diare pada program surveilans
berbentuk rekapan kasus mingguan yang diambil dari register P2 Diare
yang mengandung variabel bulan, desa/kelurahan, jumlah penduduk,
42

sasaran, target kasus, jumlah kasus yang ditemukan, kelompok umur (< 5
tahun dan > 5 tahun), serta cakupan penemuan kasus diare.
b. Pengolahan dan Penyajian Data
Data-data yang terdapat pada register diare diolah dengan
melakukan pengelompokan kasus berdasarkan kelurahan/desa, bulan, dan
kelompok umur (<5 tahun dan >5 tahun). Data disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik berdasarkan tempat, bulan, dan pola maksimum-
minimum. Semua penyajian grafik dilaksanakan setiap tahun.
c. Analisis dan Interpretasi Data
Kegiatan analisis dan interpretasi data dilaksanakan bersama oleh
petugas program diare, surveilans, kordinator P2M, dan kepala puskesmas
melalui diskusi yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali (rapat triwulan
surveilans). Tanggal rapat bersifat fleksibel disesuaikan dengan situasi
kasus yang terjadi. Pada diskusi ini akan dibahas kecenderungan
peningkatan jumlah kasus dibandingkan bulan-bulan sebelumnya,
membandingkan dengan indikator program, perhitungan persentase
cakupan dari target beserta solusi yang akan dilaksanakan untuk mengatasi
hal tersebut. Analisis tahunan dilaksanakan pada Januari yang akan
digunakan untuk penyusunan perencanaan pelaksanaan program ke
depannya.
d. Penyebarluasan Informasi
Data yang telah dianalisis disebarkan secara lintas progam di
puskesmas, terutama program promosi kesehatan untuk melaksanakan
penyuluhan mengenai diare dan program Kesehatan Lingkungan untuk
mengintervensi faktor risiko diare dari lingkungan. Salah satu bentuk
intervensinya ialah pelaksanaan kaporitisasi. Data diare yang terkumpul di
Puskesmas II Denpasar Selatan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota
Denpasar. Khusus kasus diare di wilayah kerja puskesmas dilaporkan ke
P2 Diare Dinas Kesehatan Kota Denpasar setiap minggu dengan sistem
EWARS dan pelaporan bulanan. Sedangkan untuk total kasus diare
(meliputi luar wilayah) dilaporkan ke bagian Surveilans Dinas Kesehatan
Kota Denpasar dalam bentuk form STP (Surveilans Terpadu Penyakit)
43

sebelum tanggal 5 setiap bulannya. Keseluruhan kasus diare yang terjaring


direkap pada laporan surveilans yang akan dilihat kecenderungan
perkembangan diare terutama yang berpotensi KLB. Untuk pelaporan
KLB, puskesmas harus mengirimkan laporan dalam bentuk W1 dalam
rentang waktu 24 jam.Penyebarluasan informasi dilakukan ke Dinas
Kesehatan Kota Denpasar untuk pemberitahuan gambaran kasus diare di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
Keterbatasan tenaga kesehatan, dana, dan waktu menyebabkan
penjaringan kasus diare di luar pustu dan puskesmas induk tidak sempat dilakukan
oleh petugas P2 Diare dan belum adanya kordinasi antara puskesmas dengan
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dalam pelaporan kasus diare. Selain itu ,
hasil pemantauan rehidrasi oral tidak dapat menggambarkan kondisi lingkungan
penderita diare pada balita. Hal ini dikarenakan petugas melaksanakan
pemantauan rehidrasi oral di dalam gedung saat pemeriksaan berlangsung
sehingga hasil tidak menggambarkan kondisi lingkungan beserta sarana air bersih
di sekitar rumah pasien.

4.3.2 Surveilans Penyakit Pneumonia

Surveilans penyakit pneumonia bertujuan untuk pemantauan faktor risiko


kasus pneumonia dan merupakan salah satu penyakit yang menyerang saluran
pernafasan bagian bawah. Kegiatan surveilans pneumonia di di Puskesmas II
Denpasar Selatan antara lain:
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan oleh petugas program ISPA yang
bersumber dari data di puskesmas induk dan puskesmas pembantu dalam
bentuk SIK Kota Denpasar. Petugas mengumpulkan data faktor risiko dari
kasus melalui care seeking yang mencatat identitas pasien, tanggal lahir,
nama KK, alamat, hasil pemeriksaan saat pengobatan, kondisi setelah 2
hari perawatan, dan pemeriksaan faktor risiko. Adapun faktor risiko yang
dicatat ialah status gizi, status imunisasi, perilaku membedong anak,
riwayat ASI, defisiensi vitamin A, kepadatan tempat tinggal, polusi udara
44

akibat asap dapur, orang tua perokok, dan keadaan rumah yang tidak
sehat. Care seeking dilaksanakan dengan mengunjungi rumah pasien
pneumonia (balita), namun karena keterbatasan waktu kegiatan ini
dilakukan langsung di puskesmas melalui wawancara. Data pneumonia
dikumpulkan dalam bentuk register yang mengandung variabel bulan,
desa/kelurahan, jumlah penduduk, sasaran balita, target kasus, jumlah
kasus yang ditemukan, jenis pneumonia, kelompok umur (<1 tahun dan 1-
4 tahun), serta cakupan penemuan kasus. Pencatatan pada register
dilakukan secara manual.
b. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan pengelompokkan
kasus berdasarkan kelompok umur, desa/kelurahan, jenis pneumonia, dan
jenis kelamin. Pengolahan data dilakukan secara manual dan
komputerisasi. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik yang dilakukan setiap 1 tahun sekali. Data yang telah diolah
disajikan dalam grafik berdasarkan desa/kelurahan, kelompok umur <5
tahun, dan bulan.
c. Analisis dan Interpretasi Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan memaparkan
situasi kejadian pneumonia pada setiap bulannya. Interpretasi secara
deskriptif jumlah kasus yang terkumpul bulan tersebut kemudian
dibanfingkan dengan bulan sebelumnya yang akan dibahas pada rapat rutin
surveilans yang melibatkan petugas program pneumonia, petugas
surveilans, kordinator P2M, dan kepala puskesmas. Diskusi ini juga
membahas tentang hasil care seeking yang telah terkumpul dan cakupan
yang dicapai dilihat dari target yang ditentukan Data disajikan menurut
waktu dan tempat kasus. Analisis dilaksanakan setiap bulan Januari yang
dipergunakan untuk penyusunan rencana pelaksanaan program tahun
berikutnya.
d. Penyeberan Informasi
Penyeberan informasi pneumonia di wilayah kerja puskesmas
dilakukan dengan mengirimkan laporan ke Dinas Kesehatan Kota
45

Denpasar oleh petugas P2 ISPA. Informasi yang dilaporkan berupa jumlah


kasus, tindakan penanganan oleh petugas, serta faktor risiko penderita
yang diperoleh melalui kegiatan care seeking yang dilaksanakan setiap
bulan. Untuk pelaporan seluruh kasus pneumonia dilakukan bersamaan
dengan pelaporan data penyakit menular lainnya dengan form STP. Data
yang terkumpul dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam
bentuk laporan mingguan dengan sistem EWARS dan bulanan pada
pelaporan program P2 ISPA serta program surveilans. Pelaporan ke Dinas
Kesehatan dilakukan setiap bulan dengan mengirimkan laporan berupa
hardcopy.
Keterbatasan tenaga kesehatan, dana, dan waktu menyebabkan
penjaringan kasus diare di luar pustu dan puskesmas induk tidak sempat dilakukan
oleh petugas P2 ISPA belum adanya kordinasi antara puskesmas dengan
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dalam pelaporan kasus pneumonia.
Selain itu , hasil pemantauan care seeking tidak dapat menggambarkan kondisi
lingkungan penderita pneumonia pada balita. Hal ini dikarenakan petugas
melaksanakan pemantauan care seeking di dalam gedung saat pemeriksaan
berlangsung sehingga hasil tidak menggambarkan kondisi lingkungan di sekitar
rumah pasien yang merupakan faktor risiko kejadian pneumonia.

4.3.3 Surveilans Penyakit DBD


Surveilans penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan suatu
upaya pengumpulan, pengolahan dan penyajian, analisis, interpretasi, serta
penyebarluasan informasi yang berhubungan dengan kondisi DBD serta faktor
yang berhubungan dengan terjadinya peningkatan dan penularan penyakit DBD di
Puskesmas II Denpasar Selatan. Hal ini diharapkan dapat memantau
kecenderungan peningkatan kasus KLB sehingga dapat dilakukan penanganan
sedini mungkin. Surveilans DBD di Puskesmas II Denpasar Selatan berfokus pada
pemantauan kasus DBD dan vektor DBD (nyamuk Aedes agypty dan jentik).
a. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data kasus maupun tersangka DBD
dilaksanakan setiap hari oleh petugas puskesmas yang bersumber dari
46

puskesmas induk, puskesmas pembantu, laporan warga sekitar, laporan


penyelidikan epidemiologi, ataupun pemberitahuan dari Dinas Kesehatan
Kota Denpasar. Data-data tersebut ditulis dalam sebuah register harian
secara manual, dimana dilakukan pencatatan terhadap tanggal informasi
masuk, nama, umur, jenis kelamin, nama KK, alamat, tanggal sakit atau
masuk rumah sakit, sumber laporan, dan keterangan jentik di rumah kasus
yang terlacak. Jika ditemukan kasus tersangka DBD petugas merujuk
pasien ke laboratorium puskesmas ataupun menyarankan ke rumah sakit
untuk melakukan pemeriksaan darah. Bila pasien didiagnosa DBD maka
akan dicatat dalam register harian. Untuk informasi dari rumah sakit
melalui Dinas Kesehatan Kota Denpasar pada umumnya diterima 1-5 hari
terhitung sejak pasien sakit. ini merupakan salah satu hambatan untuk
mencegah rantai penularan DBD sedini mungkin yakni terlambatnya
pelaksanaan PE terhadap kasus. Pada form PE dicatat nama penderita,
rumah sakit, nama KK, alamat, tanggal masuk RS, dan hasil pemeriksaan
jentik 20 rumah di sekitar rumah penderita.
Data DBD dikumpulkan dengan 2 periode yaitu laporan mingguan
dan laporan bulanan. Untuk pelaporan mingguan data DBD dikumpulkan
ke petugas surveilans setiap hari Sabtu.
b. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data yang telah dikumpulkan dilaksanakan secara
manual ataupun komputerisasi. Data yang telah terkumpul diolah dan
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik distribusi kasus berdasarkan
tempat, kelompok umur, jenis kelamin, bulan, tempat, pola maksimum-
minimum, dan grafik rata-rata kasus per bulan. Grafik pola maksimun-
minimum dan rata-rata kasus DBD dibuat setiap tahun berdasarkan data
kasus DBD pada lima tahun terakhir.
c. Analisis dan Interpretasi
Data yang telah terkumpul dan diolah selanjutnya dianalisis dan
diinterpretasikan. Analisis dan interpretasi dilakukan dengan diskusi oleh
petugas surveilans, petugas P2 DBD, kordinator P2M, dan kepala
puskesmas. Analisis data dilaksanakan dengan membandingkan kasus
47

bulan tersebut dengan kasus tahun lalu pada bulan yang sama, melihat
kecenderungan perkembangan kasus DBD, serta melihat antara
pencapaian berdasarkan indikator program. Analisis data dilakukan secara
deskrpitif dengan menampilkan insiden kasus yang dilaksanakan setiap
bulan Januari untuk penyusunan rencana pelaksanaan program pada tahun
berikutnya.
d. Penyebaran Informasi
Penyebaran data yang telah diolah dilakukan secara lintas program.
Program yang umumnya mempergunakan informasi DBD ialah program
promosi kesehatan dan program kesehatan lingkungan. Sedangkan
pelaporan mingguan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar oleh petugas
surveilans dilakukan dengan sistem EWARS, hal ini bertujuan memantau
kecenderungan peningkatan kasus DBD yang berpotensi KLB. Sedangkan
pelaporan bulanan tetap menggunakan form STP. Selain itu pelaporan
untuk KLB DBD wajib dikirimkan oleh petugas surveilans dalam periode
waktu 24 jam yang diharapkan membantu dalam menentukan kelompok
berisiko, menentukan reservoir, agen, dan cara transmisi penyakit.
Penyebarluasan informasi dilakukan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar
untuk pemberitahuan gambaran kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan.
Keuntungan dari P2 DBD dalam pelaksanaan surveilans DBD
dibandingkan P2 Diare dan ISPA adalah adanya para jumantik yang seringkali
melaksanakan PE terhadap kasus-kasus DBD yang dilaporkan ke puskesmas.
Namun hambatan justru berasal dari keterlambatan datangnya informasi mengenai
kasus DBD yang berarti memberi peluang terjadinya penularan di sekitar tempat
tinggal penderita.

4.3.4 Surveilans Penyakit TB

Surveilans penyakit TB di Puskesmas II Denpasar Selatan meliputi


kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan penyajian data, analisis dan
interpretasi data, serta penyebaran informasi. Surveilans penyakit TB
48

dilaksanakan untuk memantau kegiatan program TB dan tingkat keberhasilan


pengobatan pasien yang terjaring

a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data TB dilaksanakan oleh petugas P2 TB yang
bersumber dari data dari laporan puskesmas induk, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, dan posyandu untuk menjaring suspek TB yang akan
diperiksa dahaknya oleh petugas TB. Selain itu khusus surveilans TB
dilakukan pengumpulan data dari dokter-dokter swasta yang ada di
wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Data surveilans TB
disimpan dalam bentuk register yang mencatat nama pasien, umur, jenis
kelamin, alamat, hasil pemeriksaan dahak, hasil pemeriksaan rontgen,
status pengobatan penderita, status kesembuhan pasien, dan keterangan
pasien yang lengkap pengobatan, gagal, maupun pindah. Data yang
dikumpulkan dilaporkan ke program P2 TB Dinas Kesehatan Kota
Denpasar dan program Surveilans Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang
direkapitulasi dalam form STP.
b. Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang dikumpulkan diolah secara manual dan komputerisasi
yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik oleh petugas P2 TB. Petugas
TB menyajikan data dalam bentuk grafik berdasarkan triwulan, tempat,
dan orang (kelompok umur dan jenis kelamin) yang dikaitkan dengan
indikator program P2 TB.
c. Analisis dan Interpretasi Data
Analisis data TB dilakukan secara deskriptif dengan menampilkan
jumlah kasus TB setiap triwulan serta perhitungan proporsi suspek yang
diperiksa, proporsi penderita TB paru BTA (+) diantara suspek yang
diperiksa dahaknya, angka konversi, angka kesembuhan, dan case
detection rate. Data-data yang telah diolah dan dianalisis akan
diinterpretasikan dalam rapat triwulan survelians yang dihadiri pula oleh
kepala puskesmas, kordinator P2M, dan petugas P2 TB. Analisis tahunan
dilaksanakan setiap bulan Januari yang dipergunakan untuk penyusunan
rencana pelaksanaan program tahun berikutnya.
49

d. Penyebaran Informasi
Hasil dari analisis dan interpretasi data dipergunakan secara lintas
program untuk program-program lain yang memerlukan seperti halnya
program Kesehatan Lingkungan, program promosi kesehatan, dan program
pengobatan. Kerjasama lintas program diharapkan mampu membantu
menurunkan jumlah kejadian TB. Selain digunakan secara internal,
informasi juga disampaikan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan
laporan program P2 TB maupun laporan surveilans terpadu penyakit
berbasis puskesmas.
Perbedaan jumlah petugas dan dana pada program P2 TB dibandingkan
program P2 lainnya membuat kegiatan surveilans P2 TB dapat berjalan lebih
efektif. Bantuan petugas PPTI sangat membantu petugas P2 TB dalam menjaring
suspek ataupun kasus TB di luar kasus puskesmas dan dalam pembuatan preparat
pemeriksaan dahak yang dikirim ke laboratorium Puskesmas I Denpasar Selatan.
Selama pengobatan pasien TB akan dikunjungi ke rumah minimal 1 kali untuk
pemeriksaan kontak serta disediakan layanan konseling di Puskesmas Induk.
BAB V

LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

5.1 Gambaran Umum KLB

Wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan dataran rendah


tepi pantai dengan ketinggian 3-6 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah
kerja Puskesmas ± 13,11 Km2 . Wilayah kerja Puskesmas II Denpasar terdiri dari
dua kelurahan dan dua desa yaitu : Kelurahan Sanur, Kelurahan Renon, Desa
Sanur Kauh dan Desa Sanur Kaja dengan 34 banjar. Puskesmas II Denpasar
Selatan juga memiliki 3 ( tiga ) Puskesmas Pembantu yaitu : Puskesmas Pembantu
Renon, Puskesmas Pembantu Sanur Kauh dan Puskesmas Pembantu Sanur Kaja.
Berdasarkan UU Wabah tahun 1969 dalam Buchari Lapau (2009)
didefinisika KLB (Kejadian Luar Biasa) adalah timbulnya dan/atau meningkatnya
suatu kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu kelompok penduduk dan kurun waktu tertentu. Adapun pengertian
secara epidemiologis yang dimaksudkan ialah peningkatan frekuensi kasus dalam
arti epidemiologi deskriptif yaitu menurut waktu, tempat dan orang (Lapau,2009).
KLB dapat terjadi oleh keberadaan agent ataupun perantara agent di lingkungan.
Agent penyakit penyebab KLB berupa bakteri, virus, parasit, dan lainnya.
Pencegahan dan penanggulangan KLB yang efektif dan efisien membutuhkan
kerja sama dari masyarakat, instansi kesehatan, serta pemerintahan daerah
setempat.
Di Indonesia pencegahan dan pemberantasan penyakit menular masih
menjadi fokus program P2PL. Penyuluhan kesehatan masyarakat dilaksanakan
guna meningkatkan perilaku hidup sehat pada masyarakat yang merupakan salah
satu cara pencegahan penularan penyakit. Salah satu penyakit yang berpotensi
terjadi KLB adalah Demam Chikungunya.
Chikungunya atau demam chik adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak menyebabkan

50
51

kematian dan diikuti dengan adanya imunitas didalam tubuh penderita, tetapi
serangan kedua kalinya belum diketahui. Penyakit ini cenderung menimbulkan
kejadian luar biasa pada sebuah wilayah (Depkes RI,2004).
Penyakit Demam Chikungunya pada umumnya tersebar di wilayah
Indonesia pada daerah endemis penyakit Demam Berdarah Dengue. KLB sering
terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Banyaknya tempat perindukan nyamuk
seringkali berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Demam
Chikungunya serta sering terjadi di daerah sub urban. Pada tahun 2000-2003
terjadi KLB Chikungunya pada 20 provinsi dengan 3800 kasus tanpa kematian
(Depkes RI, 2004). Sedangkan pada tahun 2009 dilaporkan di Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kep.
Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, NTB,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur dengan jumlah
83.756 kasus tanpa kematian (Kemenkes RI, 2010).

5.2 KLB Penyakit Chikungunya

Berdasarkan investigasi yang dilaksanakan oleh petugas Surveilans di


Puskesmas II Denpasar Selatan diperkirakan telah terjadi KLB penyakit Demam
Chikungunya tanpa ada kasus yang meninggal di wilayah kerja puskesmas pada
bulan Januari 2011 sebanyak 10 kasus. Dugaan KLB penyakit Demam
Chikungunya ini belum diketahui pasti, oleh karena itu diperlukan penyelidikan
lebih lanjut untuk mendapatkan informasi oleh petugas di Puskesmas II Denpasar
Selatan.

5.2.1 Tujuan Penyelidikan

a. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi yang akurat untuk penanggulangan dan
pengendalian KLB.
b. Tujuan Khusus
1. Memastikan terjadinya KLB penyakit Demam Chikungunya
2. Mengetahui adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
KLB penyakit Demam Chikungunya
52

3. Membuat gambaran KLB penyakit Demam Chikungunya menurut


orang, waktu, dan tempat
4. Merekomendasikan alternatif pemecahan masalah

5.2.2 Langkah-langkah Penelusuran KLB

Langkah- langkah investigasi yang akan dilaksanakan oleh petugas


Puskesmas II Denpasar Selatan dalam penyelidikan atau penelusuran KLB
penyakit Demam Chikungunya yaitu:

a. Persiapan Turun ke Lapangan


Sebelum petugas turun ke lapangan terlebih dahulu melaksanakan studi
tentang KLB Demam Chikungunya, memastikan alamat kasus yang terlapor,
mempersiapkan peralatan untuk pengambilan data di lapangan, serta
memperkirakan penyebab KLB Demam Chikungunya.
b. Memastikan Kejadian Tersebut Benar-benar KLB atau Tidak
Untuk menegakkan suatu kejadian termasuk KLB atau tidak maka perlu
diperhatikan beberapa aspek yaitu menetapkan definisi kasus, mencari kasus lain,
menetapkan kasus yang sudah pasti, reliabilitas sumber informasi,
membandingkan angka insiden, serta adanya faktor penyebaran penyakitnya.
Adapun beberapa kriteria penetapan KLB yang digunakan yaitu:
1. Kasus meningkat ≥ 2x dibandikan periode sebelumnya
2. Angka rata-rata kasus per bulan dalam satu tahun mengalami peningkatan
2X dibandingkan angka rata-rata kasus per bulan pada tahun sebelumnya
3. Peningkatan kasus baru dalam satu bulan sebanyak 2x rata-rata pada
tahun sebelumnya
4. Peningkatan angka kesakitan atau kematian secara terus menerus dalam 3
kurun waktu berturut-turut
5. Mempergunakan grafik maksimal – minimal yang menunjukkan jumlah
kasus pada waktu tertentu berada di atas grafik maksimal
Definisi operasional KLB Demam Chikungunya adalah ditemukannya lebih
dari satu penderita Chikungunya di suatu desa/kelurahan yang sebelumnya tidak
pernah ditemukan penderita (Depkes Ri,2004)atau ditemukannya lebih dari satu
kasus Demam Chikungunya yang berhubungan secara epidemiologis/kluster .
53

Berdasarkan hasil wawancara mengenai kronologis kasus Demam


chikungunya diperoleh informasi bahwa 8 kasus dari 10 kasus yang ada 6
diantaranya tinggal di tempat yang sama dan 2 lainnya merupakan warga sekitar
derah yang masuk ke dalam daerah penyelidikan. Hal ini berarti telah terjadi KLB
Demam Chikungunya dengan ditemukannya lebih dari 1 kasus Demam
Chikungunya di desa/kelurahan yang berhubungan secara kluster.
c. Batasan Wilayah Pelacakan
Pelacakan kasus dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Selatan yang meliputi Kelurahan Sanur, Kelurahan Renon, Desa Sanur Kauh dan
Desa Sanur Kaja. Sedangkan penyelidikan epidemiologi dilaksanakan di rumah
kasus Demam Chikungunya beserta lingkungan di sekitarnya dengan radius 10
meter. Puskesmas tidak melaksanakan pelacakan secara khusus untuk demam
chikungunya di seluruh wilayah kerja puskesmas. Hal ini dikarenakan kegiatan
pemantauan vektor oleh jumantik telah dilaksanakan secara teratur dan bila ada
kasus penyakit dengan vektor nyamuk Aedes aegypty akan dilaporkan pula oleh
para jumantik..
d. Memastikan Diagnosa Penyakit
Diagnosa penderita didasarkan atas gejala klinis yang muncul atau didapat
saat pelacakan berlangsung antara lain timbul demam tinggi secara mendadak
yang bertahan 2-7 hari, nyeri sendi, dan ruam makulopapuler (kumpulan bintik-
bintik kemerahan) pada kulit yang dapat disertai dengan gatal, serta gejala
lainnya seperti nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva,
pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah
e. Pengumpulan Data Sekunder dan Primer
Pada penelusuran KLB dipergunakan data sekunder dan data primer. Data
sekunder bersumber dari puskesmas induk dan puskesmas pembantu di wilayah
kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Sedangkan data primer bersumber dari
kegiatan pelacakan kasus yang sedang sakit ataupun penderita yang telah sembuh
dari penyakit dengan gejala klinis yang sama. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan wawancara mengenai kronologis kasus serta observasi terhadap kondisi
lingkungan yang masuk dalam batas daerah pelacakan. Adapun hasil dari
pelacakan ke rumah-rumah penderita disajikan pada tabel berikut:
54

Tabel 5.1 Hasil Pelacakan 10 Kasus KLB Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan pada Januari 2011
Nomor Jenis Umur Alamat Tanggal Kondisi Jentik Keterangan
Kasus Kelamin Container
Muncul Gejala PE
Kasus 1 L 24 th Jl. Tk Balian Gg 20 2/1/2011 12/1/2011 (+)

Kasus 2 L 25 th Jl. Tk Balian Gg 20 4/1/2011 12/1/2011 (+) Kasus 2-


kasus 8
Kasus 3 P 30 th Jl. Tk Balian Gg 20 4/1/2011 12/1/2011 (+) tinggal di
tempat yang
Kasus 4 L 26 th Jl. Tk Balian Gg 20 4/1/2011 12/1/2011 (+) sama

Kasus 5 P 34 th Jl. Tk Balian Gg 20 4/1/2011 12/1/2011 (+)

Kasus 6 L 23 th Jl. Tk Balian Gg 20 4/1/2011 12/1/2011 (+)

Kasus 7 P 35 th Jl. Tk Balian Gg 20 8/1/2011 12/1/2011 Tidak diperiksa Tinggal


berdekatan
Kasus 8 P 36 th Jl. Tk Balian Gg 20 1/1/2011 12/1/2011 Tidak diperiksa dgn kasus 2
Kasus 9 L 81 th Jl. D. Buyan IV No.1 9/12/011 13/1/2011 (+) -
Kasus 10 P 15 th Jl D. Buyan IV No.2A 18/1/2011 20/1/2011 (-) Kemungkina
n kena di
sekolah
55

Berdasarkan tabel 5.1 kasus demam Chikungunya pertama kali terjadi di Jl.
Tk Balian Gg 20 (kasus no 8), namun kasus ini tidak terlapor dan justru tercatat
saat dilakukan pelacakan kasus no. 1. Keterlambatan informasi kasus dan
penyelidikan kasus no.8 yang timbul gejala klinis pada tanggal 1 Januari 2011
menyebabkan tingginya risiko penularan virus chikungunya yang didukung oleh
kondisi positif jentik di tempat tinggal kedelapan kasus pertama. Hal ini terlihat
kemungkinan adanya penularan dari kasus no 8 kepada kasus 1-7 yang
berhubungan secara kluster (lingkungan tempat tinggal yang masih merupakan
jarak terbang vektor).
Pada form kronologis hasil pelacakan hanya satu kasus yang mencantumkan
keterangan kemungkinan kasus terjadi akibat kontak di luar rumah yaitu pada
kasus 10 yang menyatakan bahwa satu minggu sebelumnya dua orang guru di
sekolah penderita mengalami sakit dengan gejala yang sama yaitu chikungunya
sehingga kemungkinan penderita tertular penyakit chikungunya di sekolah. Hal ini
didukung dengan hasil pemeriksaan jentik (-) di wilayah pelacakan kasus.
Keterbatasan jumlah petugas yang merangkap beberapa program,
keterlambatan informasi, serta peran kader yang belum maksimal mengakibatkan
terhambatnya deteksi kasus secara dini dan pelacakan di lapangan. Jika hal ini
tidak diatasi maka penyakit yang seharusnya dapat dicegah penyebarannya justru
menimbulkan KLB di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
f. Definisi Kasus
Definisi operasional kasus awala ialah semua penderita yang ditemukan
sedang menderita Demam Chikungunya atau memiliki riwayat menderita Demam
Chikungunya dengan gejala klinis tinggi secara mendadak yang bertahan 2-7 hari,
nyeri sendi, dan ruam makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada
kulit yang dapat disertai dengan gatal, serta gejala lainnya seperti nyeri otot, sakit
kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah
bening di bagian leher, mual, muntah
56

g. Distribusi Kasus Berdasarkan Orang, Waktu, dan Tempat


1. Distribusi Kasus Demam Chikungunya Berdasarkan Orang

wanita Laki-laki
50% 50%

Grafik 5.1 Distribusi Kasus Penyakit Demam Chikungunya Berdasarkan


Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan pada Januari
2011

Berdasarkan data yang ditampilkan grafik 5.1 di atas, dapat dilihat


persentase kasus penyakit Demam Chikungunya pada jenis kelamin laki-laki dan
perempuan adalah sama besar yaitu 50%. Pada kasus ini tidak ada perbedaan
risiko terserang penyakit chikungunya antara laki-laki dan perempuan.

4
3
Frekuensi

2
1
0
15-24 25-34 35-44 ≥ 45
Kelompok Umur

Grafik 5.2 Distribusi Kasus Penyakit Demam Chikungunya Berdasarkan


Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan pada Januari
2011
57

Berdasarkan data yang ditampilkan pada grafik 5. 2, dapat dilihat jumlah


kasus penyakit Demam Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
tertinggi terjadi pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebanyak 4 kasus,
kemudian diikuti oleh kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 3 kasus, kelompok
umur 35-44 tahun sebanyak 2 kasus, dan kelompok umur ≥ 45 tahun sebanyak 1
kasus.
2. Distribusi Kasus Berdasarkan Waktu

8 7

6
Frekuensi

4
2
2 1

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Grafik 5. 3 Distribusi Kasus Demam Chikungunya Berdasarkan Minggu di


Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan pada Januari 2011
Berdasarkan data pada grafik 5.3 Dapat dilihat kasus Demam
Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan muncul pada
minggu pertama Januari 2011 sebanyak 7 kasus, sedangkan pada minggu kedua
ditemukan 2 kasus baru dan minggu ketiga ditemukan satu kasus.
3. Distribusi Kasus Berdasarkan Tempat

8
Frekuensi

6
4
2
0
Kelurahan Sanur Kelurahan Renon

Grafik 5. 4 Distribusi Kasus Demam Chikungunya Berdasarkan Tempat di


Wilayah Kerja di Puskesmas II Denpasar Selatan pada Januari 2011.
58

Berdasarkan grafik 5.4 Di atas, dapat dilihat persebaran kasus Demam


Chikungunya terjadi di dua kelurahan di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar
Selatan. Di Kelurahan Sanur terdapat 2 kasus yang masing-masing beralamat di Jl.
Danau Buyan V No.2A dan Jl. Danau Buyan IV No.1. Sedangkan di Kelurahan
Renon terjadi 8 kasus yang beralamat di Jl. Tukad Balian Gang 20 dimana 6
penderita tinggal di tempat yang sama dan 2 kasus lainnya merupakan warga yang
tinggal dengan jarak radius 10 meter dari kasus pertama.

h. Faktor Risiko yang Kemungkinan Mengidentifikasi Sumber dan Cara


Penularan
Kasus Chikungunya merupakan penyakit menular yang melibatkan interaksi
antara penjamu, agent, dan lingkungan. Faktor penjamu mencakup perilaku dan
respon imun terhadap agent, menurut Zulhasril dalam Staf Pengajar Departemen
Parsitologi FKUI (2008) faktor agent Demam Chikunguny adalah virus
chikungunya dengan vektor utama nyamuk Aedes aegypti, dan faktor lingkungan
meliputi iklim dan curah hujan yang tinggi pada bulan Januari yang merupakan
musim penghujan dan berpotensi meningkatkan perkembangbiakan vektor
nyamuk.
i. Penanggulangan KLB
Adapun penanggulangan KLB Demam Chikungunya yang telah dilakukan
oleh petugas di Puskesmas II Denpasar Selatan antara lain:
1. Meningkatkan kewaspadaan dini dan PWS Demam Chikungunya pada
daerah yang sedang KLB maupun padadaerah yang berpotensi terjadi
KLB.
2. Melaksanakan surveilans aktif untuk memantau kecenderungan
peningkatan kasus Demam Chikungunya serta penyebarannya
3. Melaksanakan penyuluhan perorangan maupun masyarakat mengenai
pencegahan KLB Demam Chikungunya
4. Meningkatkan gerakan PSN dengan melaksanakan 3M plus, fogging,
serta penaburan altosid pada tempat-tempat perindukan vektor Demam
Chikungunya (Aedes aegypti)
5. Meningkatkan kordinasi lintas program dan lintas sektoral
6. Melaksanakan pengobatan penderita dengan gejala klinis ringan
59

j. Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang dapat diberikan untuk pencegahan dan
penanggulangan terjadinya KLB Demam Chikungunya yaitu:

1. Petugas Puskesmas II Denpasar Selatan agar mengumpulkan data lebih


awal baik bersumber dari masyarakat maupun instansi lain serta membuat
pemetaan setidaknya dengan spot map di wilayah yang terkena KLB
untuk mengidentifikasi sumber dan cara penularan.
2. Melaksanakan pemantauan kasus di lapangan yang dikordinasikan
dengan para jumantik yang bertugas melakukan pemantauan jentik yang
mengindikasikan adanya vektor penularan penyakit
3. Meningkatkan kordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota perihal umpan
balik atas pelaporan KLB oleh petugas Puskesmas II Denpasar Selatan
4. Petugas puskesmas II Denpasar Selatan agar meningkatkan peran serta
masyarakat dan kader dalam pencegahan dan penanggulangan KLB
seperti halnya pendeteksian atau pelaporan kasus di wilayah kerja
Puskesmas II Denpasar Selatan.
60

BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan tentang gmabaran umum, laporan P2M,


Surveilans, dan Kejadian Luar Biasa (KLB) maka dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:

a. Puskesmas II Denpasar Selatan terletak di Jl. Danau Buyan III


Kelurahan Sanur tepatnya pada 08o.40.976 LS dan 115o.15.430´ BT.
Adapun wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan merupakan
dataran rendah tepi pantai dengan ketinggian 3-6 meter dari permukaan
air laut serta memiliki luas ± 13,11 Km 2. Wilayah kerja Puskesmas II
Denpasar Selatan terdiri dari dua kelurahan dan dua desa yaitu
Kelurahan Sanur, Kelurahan Renon, Desa Sanur Kauh dan Desa Sanur
Kaja yang terbentuk dari 34 banjar. Puskesmas II Denpasar Selatan
memiliki 3 ( tiga ) Puskesmas Pembantu yaitu : Puskesmas Pembantu
Renon, Puskesmas Pembantu Sanur Kauh dan Puskesmas Pembantu
Sanur Kaja. Luas wilayah Kelurahan Sanur sebesar 2,87 km2,
Kelurahan Renon sebesar 3,86 km2, Desa Sanur Kauh sebesar 2,69 km2,
dan Desa Sanur Kaja sebesar 4,69 km2.
b. Program P2M yang dilaporkan ialah P2 DBD, P2 TB, P2 Diare, P2
ISPA, P2 Kusta, P2 Cacingan, P2 Malaria, P2 PMS, P2 Suspek Rabies,
dan P2 Imunisasi. Pada laporan ini dibahas mengenai kegiatan,
sasaran,target, jadwal, pelaksana, serta data kesakitan setiap program
P2M di Puskesmas II Denpasar Selatan. Dalam pelaksanaan masing-
masing kegiatan P2 pada umumnya keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu masih menjadi masalah utama. Namun untuk program P2 TB
kegiatan dapat berjalan karena adanya petugas PPTI dan dana khusus
untuk penanganan TB di Indonesia.

60
61

c. Program Surveilans yang dilaporkan dalam laporan ini ialah surveilans


terpadu puskesmas secara umum dan surveilans khusus program Diare,
Pneumonia, DBD, dan Tuberkulosis. Kegiatn keempat surveilans ini
meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan
penyebaran informasi. Selain itu juga dilakukan pemantauan faktor
risisko terhadap penderita Diare, Pneumonia, DBD, dan TB yang
disesuaikan dengan kriteria masing-masing penyakit. Pemantauan risiko
penyakit Diare dan Pneumonia mendapat hambatan karena petugas
tidak dapat dilakukan di lapangan. Hal inilah yang menyebabkan hasil
pemantauan khususnya yang berhubungan dengan faktor lingkungan
tidak bisa digambarkan secara nyata. Pelaporan kasus bersumber dari
masyarakat, puskesmas pembantu, dan puskesmas induk. Pelaporan
data surveilans dilanjutkan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang
dilaporkan dengan STP (Surveilans Terpadu Puskesmas) tiap bulan dan
sistem EWARS setiap minggu untuk penyakit tertentu.
d. KLB penyakit yang ditemukan di wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar
Selatan pada tahu 2011 adalah KLB Chikungunya yang terjadi pada
bulan Januari. Kasus yang ditemukan sebanyak 10 kasus diamana 8
kasus berhubungan secara kluster berdasarkan tempat tinggal. Faktor
yang berinteraksi adalah penjamu yang meliputi respon imun terhadap
agent, faktor agent penyakit adalah virus vhikungunya dengan vektor
Aedes aegypti, dan faktor lingkungan yang meliputi kondisi lingkungan
fisik dan adanya tempat perindukan vektor. Pada form kronologis hasil
pelacakan hanya satu kasus yang mencantumkan keterangan
kemungkinan kasus terjadi akibat kontak di luar rumah yaitu pada kasus
10 yang menyatakan bahwa satu minggu sebelumnya dua orang guru di
sekolah penderita mengalami sakit dengan gejala yang sama yaitu
chikungunya sehingga kemungkinan penderita tertular penyakit
chikungunya di sekolah.

61
62

6.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan antara lain:
a. Melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan petugas dalam
melakukan pengolahan, analisis, penyajian data baik pada program P2M
dan khususnya pada data surveilans serta KLB secara teratur sehingga
dapat bila terdapat indikasi kasus berpotensi KLB dapat dilakukan
pencegahan dan penanggulangan yang efektif dan efisien.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat melalui pengaktivan kembali kader-
kader yang dulu pernah dibina untuk berpartisipasi dalam pelaporan kasus
di lingkungan tempat tinggal maupun untuk penyebarluasan informasi
kesehatan melalui keterlibatan dalam penyuluhan-penyuluhan yang
dilaksanakan oleh petugas puskesmas.
c. Melakukan koordinasi dengan pemberi pelayanan kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas II Denpasar Selatan untuk penjaringan kasus utamanya
yang dilaporkan kepada petugas surveilans.
d. Meningkatkan kerja sama lintas program, dengan pemerintah setempat,
maupaun instansi terkait dalam menanggulangi masalah kesehatan yang
terjadi di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.
e. Kepada petugas P2M yang melaksanakan pemantauan lapangan
diharapkan dapat mengatur jadwal antara kegiatan di dalam gedung dan di
luar gedung sehingga hasil pemantauan faktor risiko penyakit dapat
menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Hal ini penting untuk
memutuskan cara penanggulangan dan pencegahan yang tepat.

62

Anda mungkin juga menyukai