Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. “S” G2 P1 A0 DENGAN


PRE EKLAMPSI BERAT (PEB) DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD KOTA YOGYAKARTA

KELAS 3C

Di Susun Oleh :
ANDIKASETIAJI 2720162934

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018

1
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. “S” G2 P1 A0 DENGAN


PRE EKLAMPSI BERAT. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu
Praktik Klinik Keperawatan Maternitas pada semester V, pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Praktikan

( ANDIKASETIAJI )

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

(………………………..) (……………………….)

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, kekuatan serta kesabaran di dalam
menyelesaikan makalah ini sesuai harapan saya dan sesuai waktu yang telah di
tentukan, meskipun tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Saya berharap dengan terwujudnya makalah ini dapat dijadikan bahan
bacaan minimal bagi teman-teman dan diharapkan pula dapat menambah
wawasan, pengetahuan dan menambah rasa tanggung jawab kami sebagai
mahasiswa dan mahasiswi di AKPER Notokusumo Yogyakarta.
Laporan ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.
“S” G2 P1 A0 DENGAN PRE EKLAMPSI BERAT”disusun untuk memenuhi
salah satu tugas Prakter Keperawatan Maternitas. Sekalipun makalah ini masih
belum sempurna, namun untuk mewujudkannya diupayakan secara maksimal,
dengan harapan dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mempersembahkan makalah
ini, semoga mendapat penilaian yang positif dan bermanfaat adanya, kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan penulisan makalah
berikutnya.

Penulis

3
I. MASALAH UTAMA
PRE EKLAMSI BERAT

II. KONSEP DASAR MEDIK


A. DEFINISI
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi
tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu
atau lebih. (Nanda, 2012)
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan
(Mansjoer dkk, 2006).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma
yang timbul akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan : 2005).
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan
atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi
Kebidanan : 2009).
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif.

4
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis (Ilmu Kebidanan : 2005)

B. ETIOLOGI
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi
pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang
khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah
spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer
penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala
yang menyertai preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui,
1. Vasospasmus menyebabkan :
 Hypertensi
 Pada otak (sakit kepala, kejang)
 Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
 Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
 Pada hati (icterus)
 Pada retina (amourose)
2. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia
yaitu :
 Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa
 Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
 Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus
 Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.

3. Factor Perdisposisi Preeklamsi


 Molahidatidosa

5
 Diabetes melitus
 Kehamilan ganda
 Hidrocepalus
 Obesitas
 Umur yang lebih dari 35 tahun

C. KLASIFIKASI
Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Preeklamsi Ringan :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi
berbaring terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih,
kenaikan sistolik 30 mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya
pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6
jam.
b. Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)
c. Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif
1+ & 2+ pada urine kateter atau midstream.
2. Preeklamsi Berat
a. TD 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5gr atau lebih perliter
c. Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)
d. Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
efigastrium
e. Terdapat edema paru dan sianosis

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali.
2. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka.
3. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)

6
a. TD > 140/90 mmHg atau
b. Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
c. Diastolik>15 mmHg
d. Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
4. Proteinuria
a. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
b. Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau
urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

E. PATOFISIOLOGI
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis
Obstetri, Jilid I).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan
respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan)
yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan
trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai
dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat

7
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan
hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan
peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi
penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan
tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam
rahim (Michael,2005).Perubahan pada organ :
1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia
dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara
nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia
kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik /
kristaloid intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam
ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003).
2. Metablisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak
diketahui penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak
pada penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau
penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat
mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini
disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan
kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak
mununjukkan perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi
kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal
(Trijatmo,2005).
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala

8
lain yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini
disebabkan oleh adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina (Rustam,1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan
perdarahan (Trijatmo,2005).
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada
plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena
kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia
sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan,
sehingga terjad partus prematur.
6. Paru – Paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena
aspirasi pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : protein urin dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
2. USG : untuk mengetahui keadaan janin
3. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

G. KOMPLIKASI
1. Stroke
2. Hipoxia janin
3. Gagal ginjal

9
4. Kebutaan
5. Gagal jangtung
6. Kejang
7. Hipertensi permanen
8. Distress fetal
9. Infark plasenta
10. Abruptio plasenta
11. Kematian janin

H. PENATALAKSANAAN
1. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan
janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera
mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau
ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.
2. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
a. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
b. Perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-
100 mmhg).
c. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari
dan minimal 8 jam pada malam hari)
d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
e. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
f. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat
antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau
nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau
pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).

10
g. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
h. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1
minggu
i. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2
minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2
kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia
berat. Berikan juga obat antihipertensi.
j. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-
eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
k. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali
ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta,
eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu,
janin sudah dinyatakan matur.
l. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.
3. Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti :
kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.
Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan
medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG,
kardiotokografi.
a. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus
di daerah kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani
aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini.
 Ada tanda-tanda impending eklampsia
 Ada hellp syndrome
 Ada kegagalan penanganan konservatif
 Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
 Usia kehamilan 35 minggu atau lebih

11
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam
infus dextrose 5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 :
dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan
dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80
ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi
napas lebih dari 16 kali permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas –
diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya – refleks patella
positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi – atau
setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan
sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu
Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%, diberikan intravena
dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik
lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110
mmHg.Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10
mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi.
Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau
prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak
terpenuhi atau ada kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan
pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.
b. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda
impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan
konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4
dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan,
selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada
perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan
harus segera dilakukan terminasi. jangan lupa : oksigen dengan nasal
kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin.
bila ada indikasi, langsung terminasi.

12
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur,
namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih
banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak,
karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita
tanpa memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan
kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.
(Wiknjosastro H,2006).

I. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata
b. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan sebelumnya
 Riwayat kehamilan
 Pola nutrisi
 Psiko sosial spiritual
c. Riwayat Kehamilan
d. Riwayat KB
e. Pola aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
2) Sirkulasi
3) Abdomen
 Inspeksi
 Palpasi
 Auskultasi
4) Eliminasi

13
5) Makanan / cairan
6) Integritas ego
7) Neurosensori
8) Nyeri / kenyamanan
9) Pernafasan
10) Keamanan
11) Seksualitas
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Kesadaran
3) Pemeriksaan Fisik

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang bisa didapat dari pengkajian diatas yaitu:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena
faktor biologi
3. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan Gangguan mekanisme
regulasi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Hambatan
Kognitif.

14
K. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan perawatan tidak terjadi 1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
dengan agen cedera fisik nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya, 2. Jelaskan penyebab nyerinya
dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas
 Ibu mengerti penyebab nyerinya dalam bila HIS timbul
 Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya 4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian
yang nyeri
2. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan perawatan nafsu makan 1. Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan tubuh meningkat atau normal, dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
berhubungan  BB meningkat atau normal 3. Berikan substansi gula
dengan Ketidakmampuan  tidak ada tanda-tanda mal nutrisi 4. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dalam memasukkan/mencerna  kekuatan menggenggan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
makanan karena faktor biologi. 5. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian
3. Ketidakseimbangan volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pantau masukan dan pengeluaran cairan setiap hari
cairan berhubungan selama 3X24 jam diharapkan volume cairan 2. Timbang berat badan secara rutin.

15
dengan Gngguan mekanisme seimbang, dengan kriteria hasil : 3. Pantau tanda-tanda vital, catat waktu pengisian
regulasi.  Tidak terdapat tanda-tanda edema. kapiler.
 Hasil laboratorium hematokrit dalam batas 4. Kaji ulang masukan diit dari protein dan kalori,
normal. berikan informasi sesuai dengan kebutuhan.
 Menggunakan pemahaman tentang 5. Perhatikan tanda-tanda edema berlebihan atau
kebutuhan akan pemantauan peningkatan berlanjut.
tekanandarah, protein dan urine 6. Kaji distensi vena jugularis.
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet
rendah garam.
8. Kolaborasi dalam pemberian antidiuretik
4. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Kaji tingkat kecemasan ibu
perubahan status kesehatan kecemasan ibu berkurang atau hilang, dengan 2. Jelaskan mekanisme proses persalinan
kriteria hasil : 3. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang
 Ibu tampak tenang efektif
 Ibu kooperatif terhadap tindakan 4. Beri support system pada ibu
perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami
sekarang
5. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Berikan informasi tentang tanda dan gejala yang

16
Pemeliharaan Kesehatan selama 2x30 menit diharapkan pengetahuan mengindentifikasi kondisi yang memburuk.
berhubungan dengan bertambah, dengan kriteria hasil : 2. Berikan informasi tentang jaminan protein adekuat
Hambatan Kognitif.  Mengungkapkan pemahaman tentang dalam diit klien dengan kemungkinan atau pre-
proses penyakit. eklamsia ringan.
 Klien tidak cemas. 3. Pertahankan agar klien dapat informasi tentang
kondisi kesehatan, hasil tes, dan kesejahteraan janin.

17
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan &Kelahiran.Jakarta


:EGC
Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan
Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja
Penyusun
Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta
:EGC
Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid
Ketiga.Jakarta: Media Aesculapius
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta:
Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP
Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190:
117 – 8
Sofoewan S.(2007). Preeklampsia – Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit
diIndonesia, patogen. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran
danKesehatan esis, dan kemungkinan pencegahannya. MOGI, 27; 141 –
151.
Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC. Jakarta.
Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum MaternalPreeklampsia
Berat dengan Kehamilan Normal. Tesis Bagian Obgyn FK USU : RSUP
Haji Adam Malik

18

Anda mungkin juga menyukai