Disusun Oleh :
Ria Inawati 161610101053
Pintan Qorina D. 161610101102
Dinda Virgatha Dea 161610101115
Seiring dengan berjalannya waktu, pola perubahan cara hidup tentu tidak
dapat dipungkiri. Salah satu perubahan cara hidup yang paling mudah kita
temukan adalah perubahan pola makan. Pola makan di kota - kota telah bergeser
dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari
sayuran, ke pola makan kebarat - baratan, dengan komposisi makanan yang
terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit
serat. Komposisi makanan seperti ini terutama terdapat pada makanan siap saji
yang sangat digemari terutama oleh anak - anak dan remaja.
Perubahan cara hidup yang salah satunya terjadi pada pola makan yang
berubah tentu mempunyai hubungan dengan perubahan pola penyakit. Ada
beberapa penyakit yang prevalensinya turun namun ada juga penyakit yang
prevalensinya semakin meningkat, salah satunya penyakit menahun yang
disebabkan oleh penyakit degeneratif yaitu diabetes melitus.
Diabetes melitus adalah penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Ada tiga keluhan khas dari penderita diabetes melitus yaitu
poliuria, polidipsia, dan polifagia.
Kasus diabetes melitus terus meningkat seiring berkembangnya zaman.
Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada
abad ke 21. Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) membuat perkiraan bahwa pada
tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta
orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah
tersebut akan meningkat menjadi 300 juta orang. Ada beberapa manifestasi oral
yang ditemukan pada penderita diabetes melitus, antara lain gingivitis,
periodontitis, karies gigi, xerostomia, dll.
BAB II
ISI
2.1. DEFINISI
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang
bersifat kronis akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau
tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin secara efektif (Kemenkes RI,
2013). Menurut WHO, 2017, Diabetes Melitus adalah kenaikan
hiperglikemia yang meningkatkan resiko kerusakan mikrovaskuler
(retinopati, nefropati, neuropati).
Menurut WHO, 2017, diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 3
yaitu Diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional. Menurut
ADA, 1997, diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4 yaitu Diabetes
tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes lain – lain dan diabetes gestasional.
Diabetes melitus tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel β pankreas
(reaksi autoimun). Sel β pancreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang
menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh.
Bila kerusakan sel β pancreas telah mencapai 80 - 90% maka gejala DM mulai
muncul. Perusakan sel ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa.
Sebagian besar penderita DM tipe 1 sebagian besar oleh karena proses autoimun
dan sebagian kecil non autoimun. DM tipe 1 yang tidak diketahui penyebabnya
juga disebut sebagai type 1 idiopathic, pada mereka ini ditemukan insulinopenia
tanpa adanya petanda imun dan mudah sekali mengalami ketoasidosis. DM tipe 1
sebagian besar (75% kasus) terjadi sebelum usia 30 tahun dan diabetes melitus
tipe ini diperkirakan terjadi sekitar 5-10 % dari seluruh kasus DM yang ada
(John,2006).
2.2.1.
a.) Etiologi
Autoimunitas merupakan keadaan dimana autoantibodi akan menyerang
autoantigen sehingga akan terjadi kerusakan pada organ tubuh. Dalam keadaan
yang normal, sistem imun memiliki sifat self – tolerance terhadap autoanitgen,
sehingga tidak dapat menyerangnya. Tetapi pada kasus autoimunitas, sifat self –
tolerance ini tidak terbentuk, sehingga semua yang ada dalam tubuh disebut
antigen bagi anitobidi sehingga akan diserang. Hal tersebut juga bisa terjadi pada
sel beta pankreas.
b.) Faktor Predisposisi
1. Genetik
Apabila seseorang memiliki gen HLA (histocompatibility leukocyte
antigens) terdapat pada kromosom 6 maka akan lebih beresiko terkena DM
tipe 1. Selain itu, penyakit tersbeut dapat diturunkan kepada anaknya.
2. Epigenetik
Epigenetik merupakan perubahan fenotip sehingga yang seharusnya
diekspresikan protein yang membentuk insulin, tetapi tidak terbentuk.
Sehingga insulin juga tidak terbentuk maka akan memperburuk penyakit
DM tipe 1.
3. Lingkungan (virus dan bakteri)
Adanya virus dapat merusak DNA atau RNA sel sehingga akan merusak
susunan protein untuk pembentuk insulin. Selain itu, virus dan bakteri
akan menyebabkan respon imunitas semakin tinggi sehingga
memperburuk keadaan dari DM tipe 1.
4. Usia
Semakin tinggi usia seseorang, maka akan semakin turun kondisi imunitas
seseorang. Hal tersebut adalah fisiologis. Kondisi imun seseorang yang
turun akan lebih mudah mikroorganisme untuk melakukan infeksi dalam
tubuh.
c.) Patogenesis
Sel B limfosit akan mensekresikan autoantibodi IAA (Insulin
autoantibodi), ICA (Islet cell autoantibody), dan GADA(autoantibody to glutamic
acid decarboxylate). Sekresi zat tersebut akan menyebabkan sel imun teraktivasi
sehingga akan menyerang sel beta pankreas. Selain itu, autoantibodi akan
menyerang insulin yang dihasilkan dengan cara insulin diikatkan dengan reseptor
dari IAA sehingga mencegah ikatan ke reseptor membran sel. Adanya ICA akan
menyebabkan limfosit T sitotoksis memfagositosis sel beta pankreas.
C. Periodontitis
Dari seluruh komplikasi Diabetes Melitus, Periodontitis merupakan
komplikasi nomor enam terbesar di antara berbagai macam penyakit dan Diabetes
Melitus adalah komplikasi nomor satu terbesar khusus di rongga mulut.Hampir
sekitar 80% pasien Diabetes Melitus gusinya bermasalah.Periodontitis ialah
radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang). Tanda-tanda periodontitis
antara lain pasien mengeluh gusinya mudah berdarah, warna gusi menjadi
mengkilat, tekstur kulit jeruknya (stippling) hilang, kantong gusi menjadi dalam,
dan ada kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh giginya goyah sehingga
mudahlepas.Penyakit periodontal diawali dengan plak gigi.Pada penderita
diabetes melitus terjadi perubahan respon jaringan periodontal terhadap iritasi
lokal.Diabetes Melitus pada dasarrnya terjadi pada semua pembuluh darah
diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Penyebab terjadinya komplikasi
diabetes melitus pada rongga mulut antara lain karena adanya mikroangiopati
pada sistem vaskuler jaringan periodontal. Akumulasi AGE pada jaringan
periodontal juga cenderung berperan dalam meningkatkan peradangan periodontal
pada individu dengan diabetes.Secara singkat hubungan Advance Glycation End
Product (AGEs) dengan diabetes melitus adalah AGEs biasanya terjadi pada
penderita diabetes melitus karena kondisi hiperglikemia (kadar gula darah yang
tinggi)sehingga terjadi proses glikosilasi (pengikatan gula) terhadap protein dan
lemak, akibatnya terjadi proses oksidasi dan terbentuk radikal bebas.AGE ke
reseptornya (RAGE) menghasilkan produksi mediator inflamasi yang diregulasi
seperti IL-1β, TNF-α dan IL-6. Pembentukan AGE menghasilkan produksi ROS
atau radikal bebas tadi sehingga meningkatkan stres oksidan.Radikal bebas ini
yang dapat merusak pembuluh darah kecil (microvascular) maupun pembuluh
darah besar (macrovascular), dan juga sel-sel tubuh.Hal ini menyebabkan
terjadinya gangguan penyebaran oksigen, nutrisi maupun pembuangan sisa
metabolisme yang mengakibatkan penurunan resistensi jaringan sehingga
memudahkan terjadinya infeksi. (Preshaw et al, 2012).
AGE juga menyebabkan defek PMNyang berpotensi meningkatkan
kerusakan jaringan lokal secara signifikan pada periodontitis. Selanjutnya, AGE
memiliki efek yang merugikan pada metabolisme tulang, yang menyebabkan
penurunan produksi matriks ekstraselular dengan melepas mariks mettaloprotease
yang dapat mereasorbsi tulang sehingga pada penderita diabetes mellitus gigi
menjadi goyang. (Preshaw et al, 2012).
D. Dry Socket
Pada umumnya, darah di area pencabutan gigi akan membeku sehingga
menutup dan melindungi saraf dan tulang di di bawahnya. Darah beku tersebut
juga membantu pertumbuhan tulang baru dan jaringan lunak di sekitarnya.Hal ini
paling umum terjadi setelah ekstraksi gigi mandibula karena berkurangnya suplai
darah ke mandibula yang disebabkan oleh aterosklerosis yang disebabkan oleh
diabetes jangka panjang.Pada saat bekuan darah ini copot atau terlepas sebelum
luka pulih, maka akan meninggalkan rongga kosong di tempat pencabutan. Inilah
yang disebut dengan dry socket. Tulang dan saraf yang tidak terlindungi dapat
mengakibatkan rasa sakit di gigi hingga saraf terkait pada wajah.Penggunaan
epinefrin dalam anestesi lokal selanjutnya mengurangi suplai darah ke daerah
tersebut, sehingga meningkatkan kemungkinan soket kering.(Devlin et al, 1996).
E. Oral Kandidiasis
Glukosa layaknya molekul kecil yang mampu bergerak secara mudah
didalam membran pembuluh darah, yang dapat keluar dari plasma darah menuju
ke cairan gingiva melalui sulkus gingiva, selanjutnya mencapai saliva.
Peningkatan kadar glukosa darah pada pasien DM mampu menyebabkan kadar
glukosa pada saliva menjadi lebih tinggi, yang berdampak pada kehilangan
homeostatis dan kerentanan yang lebih besar untuk terjadinya penyakit dalam
rongga mulut. Pada pasien DM yang mengalami peningkatan kadar glukosa darah
akan menunjukkan perubahan kondisi rongga mulut, misalnya adalah kandidiasis
oral. (Sumintarti dan Rahman, 2ffar015).
F. Sindrom Grinspan
Bila diabetes mellitus dikaitkan dengan lichen planus dan hipertensi, maka
dikenal dengan grinspan syndrome. Biasanya terjadi akibat obat diabetes dan
hipertensi.Pasien yang memakai sulphonylureas lebih rentan menderita sindrom
ini. (Maulana, 2008)