Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

KONSEP LANSIA

1.1 Pengertian lansia


Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua,
tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua (Azizah, 2011). Lansia bukan
suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pujiastuti, 2003 dikutip dalam Efendi,
2013).
Menurut pengertian lain lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Hawari, 2001
dikutip dalam Efendi, 2013).
Lansia adalah seorang pria atau wanita yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Undang-Undang
No. 13 tahun 1998 dalam Nugroho, 2008).
Sebagian berpendapat bahwa lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan (Surini dan Utomo, 2003 dalam Azizah, 2011).

1.2 Batasan Lansia


1. Batasan Usia menurut WHO dalam Nugroho, 2008 meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun
2. Menurut Birren dan Jenner (1997) meliputi :
1) Usia biologis, menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup atau
mati.
2) Usia psikologis, menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian
kepada situasi yang dihadapinya.
3) Usia sosial, menunjukkan kepada peran-peran diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang
berhubungan dengan usianya.
3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia) dalam Nugroho, 2008. lanjut usia
merupakan kelanjutan usia dewasa. kedewasaan di bagi menjadi empat bagian ,yaitu:
1) Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun.
2) Fase varilitas, antara usia 40-50 tahun.
3) Fase praesenium, antara usia 55-65 tahun.
4) Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia.
4. Menurut (Hurlock 1979 dalam Nugroho, 2008). perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap, yaitu:
1) Early old age (usia 60-70 tahun)
2) Advance old age (usia 70 tahun keatas)

1.3 Perubahan–Perubahan Lansia


Penuaan adalah suatu proses salami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus - menerus, dan
berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada
tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan
Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik
ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk,
gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Menurut Nugroho, 2008. Perubahan-perubahan pada lansia adalah sebagai berikut:

Buku Saku 1
1. Perubahan-Perubahan Fisik
1) Sel
Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan
berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati, serta
terjadi penurunan jumlah sel otak.
2) Sistem Persarafan
Sistem persarafan terjadi penurunan hubungan persarafan, berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak
tiap orang berkurang setiap harinya), saraf panca indra mengecil. Menjadikan penglihatan berkurang,
pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan
suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
3) Sistem Pendengaran
Terjadi gangguan pendengaran, hilangannya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
65 tahun. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis. Terjadi pengumpulan serumen,
dapat mengeras karena meningkatnya keratin. Mengalami vertigo (perasaan tidak stabil seperti berputar
atau bergoyang).
4) Sistem Penglihatan
Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan.
Penurunan atau hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia, seorang sulit melihat dekat
yang mempengaruhi berkurangnya elastisitas lensa. Lapang pandang menurun luas pandang berkurang.
5) Sistem Kardiovaskular
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, terjadinya penurunan elastisitas dinding aorta, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan
kontraksi dan volume menurun. Curah jantung menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
6) Sistem Pernapasan.
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas
residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan kedalaman
bernafas menurun. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, kemampuan
kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia. Oksigen dalam arteri
menurun menjadi 75 mmHg.
7) Sistem Pencernaan.
Indera pengecap menurun, hilangnya sensitifitas saraf pengecapan dilidah terhadap rasa manis, asin,
asam, dan pahit, esophagus mengalami pelebaran. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
mortilitas dan waktu pengosongan lambung menurun. Peristaltik melemah dan biasanya timbul
konstipasi
8) Sistem Reproduksi.
(1) Wanita
Payudara mengalami atrofi. Selain itu vulva juga mengalami atrofi.
(2) Pria
Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur.
Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi kesehatannya baik, yaitu:
1. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai lanjut usia.
2. Sebanyak ±75% pria usia di atas 65 tahun mengalami pembesaran prostat.
9) Sistem Genitourinaria.
Ginjal mengalami pengecilan nefron akibat atrofi membuat aliran darah ke ginjal menurun sampai
±50% sehingga fungsi tubulus berkurang, akibatnya, kemampuan konsentrasi urine menurun, berat
jenis urine menurun, proteinuria, BUN ( blood urea nitrogen) meningkat. Vesika urinaria terjadiotot
menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat.
10) Sistem Integumen.

Buku Saku 2
Kulit mengerut akibat kehilangan jaringan lemak. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena
kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis. Kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
11) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilang densitas (cairan) dan semakin rapuh. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami
demineralisasi. Kekakuan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra, pergelangan, dan paha.
Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut. Kartilago yang meliputi
permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan
terbatas, gangguan gaya berjalan, Kekakuan jaringan penghubung. Diskus intervertebralis menipis dan
menjadi pendek. Persendian membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan menjadi
tremor. Komposisi otot berubah sepanjang waktu. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan
proses menua. Otot polos tidak begitu berpengaruh.
2. Perubahan Mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental, antara lain :
1) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Kenangan (memori)
(1) Kenangan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa
perubahan.
(2) Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buruk.
7) IQ (Intelegency Quantion) Perubahan spiritual.
1.4 Teori Proses Menua
1.4.1 Teori Biologi
a. Teori “Genetic Clock”
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam
nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya
maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian
Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (2002) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan
antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error
catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab
terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik.
Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut
teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut
b. Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error
Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 2002). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut
akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel
secara perlahan.
c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika
mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan
mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel
asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan
makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo
dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami

Buku Saku 3
penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel
patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,2002 dikutip dari Nuryati, 2005).
d. Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia.
Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen
(H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan
DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1999) yang dikutif dari Darmojo dan
Martono (2002) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas,
sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e. Wear &Tear Teori
Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.
f. Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan
melambatnya perbaikan sel jaringan.

1.4.2 Teori Sosiologi


a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola
prilaku yang meningkatkan stress.
c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan
masyarakat, hubungan dengan individu lain. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya
usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontak sosial
3) Berkurangnya kontak komitmen
d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses
penuaan.
1.4.3 Teori Psikologis
a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian
5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan
kehidupan.
c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai
dengan usianya.
e. Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada
proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil
oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein
maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
f. Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial. Stress
fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet ; suka
memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat mempercepat
proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang
tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
1.5 Faktor-Faktor Penuaan
Menurut Nugroho tahun 2008 faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan, antara lain:
1. Hereditas (Keturunan atau Genetik)
Penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari satu waktu ke
waktu yang lain untuk mengubah sel atau struktur jaringan.

Buku Saku 4
2. Nutrisi (Makanan)
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
3. Status Kesehatan
Pada saat orang mengalami proses penuaan akan terjadi suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri, mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
4. Pengalaman Hidup
Bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
5. Lingkungan
Faktor-faktor di dalam lingkungan dapat membawa perubahan proses penuaan. Faktor-faktor ini
diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder
dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan.
6. Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan kelebihan usaha dan stress meyebabkan sel-sel tubuh telah
terpakai.
1.6 Masalah- Masalah Pada Lansia
Menurut Nugroho tahun 2008 masalah dan penyakit pada lanjut usia, antara lain:
1.6.1 Masalah Fisik Umum
1) Mudah jatuh
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Penyebabnya multi-faktor. Baik
faktor intrinsik maupun dari dalam diri lanjut usia.
2) Mudah lelah
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan, atau depresi),
gangguan organis, misalnya: anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang, gangguan
pencernaan, kelinan metabolism, gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal hati, gangguan
sistem peredarah darah dan jantung.
1.6.2 Gangguan Kardiovaskuler
1) Nyeri Dada
Nyeri dada dapat disebabkan oleh penyakit jantung koroner, aneruitsme aorta, radang selaput
jantung.
2) Sesak nafas pada kerja fisik
Sesak nafas pada kerja fisik dapat disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem saluran
nafas, berat badan berlebih dan amenia.
3) Palpitasi
4) Edema kaki
1.6.3 Nyeri atau Ketidaknyamanan
Nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, keluhan pusing, kesemutan pada anggota
badan.
1.6.4 Berat Badan Menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup,
adanya penyakit kronis, gangguan pada saluran pencernaan, faktor sosial ekonomi.
1.6.5 Gangguan Eliminasi
1) Inkontinensia atau ngompol
Inkontinensia atau ngompol disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul, kontraksi
abdomen pada kandung kemih, obat diuretik, radang kandung kemih, radang saluran kemih,
kelainan kontrol pada kandung kemih.
2) Inkontinesia alvi

Buku Saku 5
Inkontinesia alvi disebabkan oleh obat pencahar perut, gangguan saraf, keadaan diare, kelainan
pada usus besar, kelainan pada ujung saluran pencernaan, dan neurodiabetik.
1.6.6 Gangguan Ketajaman Pengelihatan.
Gangguan ketajamam pengelihatan disebabkan oleh presbiopi, kelianan lensa mata, kekeruhan pada
lensa, pupil konstritksi, tekanan dalam mata, retina terjadi degenerasi, radang saraf mata.
1.6.7 Gangguan Pendengaran.
Gangguan pendengaran disebabkan oleh kelianan degenerasi, ketulian pada lanjut usia, vertigo, dan
tinnitus.
1.6.8 Gangguan Tidur
Gangguan tidur pada lansia disebabkan oleh:
1) Faktor eksternal (luar), misalnya lingkungan yang kurang tenang
2) Faktor intrinsic, baik organic maupun pesikogenik. Organic bergerak (akatisia), dan penyakit
tertentu yang membuat gelisah. Psikogenik, misalnya depresi, kecemasan, stress, iritabilitas, dan
marah yang tidak disalurkan.
1.6.9 Mudah Gatal
Mudah Gatal disebabkan oleh kelainan kulit dan penyakit sistemik.

Buku Saku 6
BAB 2
KONSEP NYERI SENDI

2.1 Pengertian Nyeri


Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh
stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa
stimulus yang bersifat fisik dan atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual
atau pada fungsi ego seorang individu (Mahon 1994, dikutip oleh Potter & Perry, 2009).
Nyeri sendi adalah masalah bagi pasien dalam semua kelompok usia yang menyerang persendian
seseorang (Stanley, 2007).
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang bersifat subyektif. Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu,
keju, kemeng, cangkuel, dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri (Muttaqin, 2008).
Pengertian lain nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang yang pernah
mengalaminya (Mc. Caffery dikutip oleh Asmadi, 2006).

2.2 Pengertian Nyeri Sendi


Nyeri adalah gejala utama dan terpenting yang selalu ada pada penyakit sendi apapun penyebabnya
(Koosnadi, 2009).

2.3 Faktor Mempengaruhi Pengalaman Nyeri


Berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi seseorang terhadap nyeri. Nyeri
merupakan sesuatu yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu (Perry
& Potter, 2009) yaitu:
2.1.1 Faktor Fisiologis
1) Usia, merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada bayi dan dewasa akhir.
Perbedaan tahap perkembangan yang ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak-anak dan dewasa akhir berespon terhadap nyeri. Nyeri bukanlah suatu hal yang tidak
dapat dielakan dari proses penuaan. Bagaimanapun dewasa memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk mengalami berkembangnya kondisi patologis yang disertai oleh nyeri. Saat klien dewasa
mengalami nyeri, bisa terjadi kerusakan status fungsional yang serius. Nyeri memiliki potensial
terhadap penurunan mobilisasi, aktivitas harian, aktivitas sosial di luar rumah, dan toleransi aktivitas.
Adanya nyeri pada orang dewasa membutuhkan pengkajian, diagnosis, dan manajemen atau
penanganan yang cepat
2) Kelemahan, meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan menurunkan kemampuan untuk mengatasi
masalah dan menurunkan kemampuan untuk mengatasi masalah. Apabila kelemahan terjadi disepanjang
waktu istirahat, persepsi terhadap nyeri
3) Gen, riset terhadap orang yang sehat mengungkapkan bahwa informasi genetik yang diturunkan dari
orang tua memungkinkan adanya peningkatan atau penurunan sensitivitas seseorang terhadap nyeri.
Pembentukan sel-sel genetik kemungkinan dapat menentukan ambang nyeri seseorang atau toleransi
terhadap nyeri.
4) Fungsi Neurologi, mempengaruhi pengalaman nyeri. Faktor apa saja dapat mengganggu atau
mempengaruhi penerimaan atau persepsi nyeri yang normal (contoh: cedera medulla spinalis, neuropatik
perifer atau penyakit-penyakit saraf) dapat mempengaruhi kesadaran dan respon klien terhadap nyeri
2.1.2 Faktor Sosial
1) Perhatian, tingkatan di mana klien memfokuskan perhatiannya terhadap nyeri yang dirasakan
mempengaruhi persepsi nyeri. Meningkatnya perhatian berhubungan dengan meningkatnya nyeri,
sebalikanya distraksi berhubungan dengan kurangnya respon nyeri , Konsep ini merupakan salah satu
konsep yang perawat terapkan diberbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik
imajinasi terbimbing (guided imaginery), dan masase.
2) Pengalaman Sebelumnya, frekuensi terjadinya nyeri di masa lampau yang cukup sering tanpa adanya
penanganan atau penderitaan akan datangnya nyeri yang lebih berat dapat menyebabkan kecemasan atau

Buku Saku 7
bahkan ketakutan yang timbul secara berulang. Sebaliknya, apabila seseorang telah memiliki
pengalaman yang berulang akan rasa nyeri yang sejenis namun nyerinya telah dapat di tangani dengan
baik, maka hal tersebut akan memudahkannya untuk menginterprestasikan sensasi nyeri .
3) Keluarga dan Dukungan Sosial, orang nyeri terkadang bergantung kepada anggota keluarga yang lain
atau teman dekat untuk dukungan, bantuan, atau perlindungan. Meskipun nyeri masih terasa, tetapi
kehadiran keluarga atau teman terkadang dapat membuat pengalaman nyeri yang menyebabkan stres
berkurang .
2.1.3 Faktor Spiritual,
menjangkau antara agama dan mencakup pencarian aktif terhadap makna situasi di mana seseorang
menemukan dirinya sendiri. Penting bagi perawat untuk menunjukkan ekspresi kepada klien bahwa
mereka (klien) itu penting. Pertimbangkan akan adanya permintaan untuk konsultasi keagamaan
(dengan pendeta) dari klien dengan nyeri kronis. Pemberian intervensi yang direncanakan untuk
mengobati kedua aspek tersebut adalah hal penting dalam manajemen nyeri .
2.1.4 Faktor Psikologis
Kecemasan, tingkat dan kualitas nyeri yang diterima klien berhubungan dengan arti dari nyeri tersebut.
Hubungan antara nyeri dan kecemasan bersifat kompleks. Kecemasan terkadang meningkatkan persepsi
terhadap nyeri, tetapi nyeri juga menyebabkan perasaan cemas. Sulit untuk memisahkan dua perasaan
tersebut . Stimulus nyeri yang mengaktivasi bagian dari sistem emosi, terutama kecemasan. Sistem
limbik memproses reaksi emosional tehadap nyeri, apakah dirasa mengganggu atau berusaha untuk
mengurangi nyeri tersebut
Teknik Koping, mempengaruhi kemampuan individu tersebut untuk mengatasi nyeri. Nyeri dapat
meningkatkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun keseluruhan atau total. Klien sering kali
menemukan berbagai cara untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri.
Penting untuk memahami sumber-sumber koping klien selama ia mengalami nyeri. Sumber-sumber
seperti berkomunikasi dengan keluarga pendukung, melakukan latihan, atau menyanyi dapat digunakan
dalam rencana asuhan keperawatan dalam upaya mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai tingkat
tertentu.

2.4 Patofisiologi Nyeri Sendi


Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian diartrodial atau sinovial merupakan
kunci untuk memahami patofisiologi penyakit nyeri sendi. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan.
Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai
kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan. Pada sendi sinovial yang normal.
Kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin
serta ulet untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan
cairan kedalam ruang antara tulang. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber)
dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat. Sendi
merupakan bagian tubuh yang sering terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri
sendi. Meskipun memilik keanekaragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga
kelainan multi sistem yang sistemik, semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam
derajat tertentu yang biasa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis.
Pada penyakit asam urat, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang merupakan proses
sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan
akibat dari respon imun. Sebaliknya pada penyakit nyeri sendi degeneratif dapat terjadi proses inflamasi
yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih
besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Sinovitis dapat berhubungan dengan
pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari karilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati
faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Smeltzer, 2002).

2.5 Sistem Penekanan Rasa Nyeri


Derajat reaksi seseorang terhadap rasa nyeri sangat bervariasi. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh
kemampuan otak sendiri untuk menekan besarnya sinyal nyeri yang masuk ke dalam sistem saraf, yaitu

Buku Saku 8
dengan mengaktifkan sistem pengatur nyeri, disebut sistem analgesia. Neurotransmiter otak akan menjadi
reseptor dan jika diaktivasi, system saraf pusat tubuh tertekan, sehingga menurunkan persepsi nyeri. Ini
juga diperkirakan sebagai neurotransmitter dasar dan sama pentingnya seperti noradrenalin, serotin, dan
dopamine dalam fungsi otak (Voight, 2003). Pengalaman nyeri berbeda pada setiap individu. Beberapa
orang mempunyai toleransi tinggi terhadap nyeri dari pada yang lain. Jumlah endorphin yang dilepaskan
dalam aktivitas yang berbeda adalah berbeda pada setiap orang. Semakin banyak endorphin dalam tubuh,
nyeri yang dirasakan semakin berkurang (Voight, 2003)

2.6 . Klasifikasi Nyeri


Menurut Barbara C.Long (1989) yang dikutip oleh Mubarak (2008), nyeri dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu nyeri akut dan kronis.
Tabel 2.4. Tabel Perbandingan Nyeri Akut dan Kronis Menurut Porth CM (1995), dikutip oleh Smeltzer
(2002)
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis
Tujuan/keuntu Memperingatkan adanya Tidak ada
ngan cedera atau masalah
Awitan Mendadak Terus-
menerus/intermiten
Intensitas Durasi singkat (dari beberapa Ringan sampai berat
detik sampai 6 bulan)

Durasi respon 1. Konsisten dengan respon Durasi lama (6 bulan


autonom stress simpatis atau lebih)
2. Frekuensi jantung
meningkat
3. Volume sekuncup
meningkat
4. Tekanan darah meningkat
5. Tegangan otot meningkat
6. Motilitas gastrointestinal
menurun
7. Aliran saliva menurun
(mulut kering)
Komponen Ansietas Tidak terdapat
psikologis respon autonom
Respon jenis Tidak ada Depresi, mudah
lainnya marah, menarik diri
dari minat dunia luar,
menarik diri dari
persahabatan
Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker,
arthritis, neuralgia
trigeminal

Nyeri kronis sering terjadi pada lansia.D iperkirakan sekitar 80% lansia mengalami setidaknya satu
kondisi kronis yang dihubungkan dengan nyeri. Penyebabnya kemungkinan diketahui persisten atau
progresif (misalnya arthritis rematoid atau kanker), atau tidak diketahui atau sulit ditemukan.

Buku Saku 9
2.7 Skala Nyeri
Menurut National Institutes of health warren grant magnuson clinical center tahun 2003 dalam
jurnal penelitian Clinical imprortance of change in chronic pain intensity measure on an 11-poin
numerical pain rating scale menggukur nyeri dapat menggunakan Numerical Rating Scale (NRS) yaitu :

Gambar 2.1 Numerical Rating Scale (NRS) (Kenworthy, 2004)


Keterangan :
0 : None (Tidak nyeri)
1-3 : Mild (Nyeri ringan) : Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Moderate (Nyeri sedang) : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-10 : Severe (Nyeri berat) : Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih
respon /tidak merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.

2.1.5 Tindakan Pereda Nyeri (Perry, 2006)


1. Tindakan Non Farmakologis
1) Sentuhan terapeutik
Sentuhan terapeutik berasal dari praktik kuno “meletakan tangan” (Mackey, 1995 yang dikutip oleh
Perry, 2005). Pendekatan ini menyatakan bahwa pada individu yang sehat, terdapat ekuilibrum antara
aliran energi didalam dan diluar tubuh. Sentuhan terapeutik meliputi penggunaan tangan untuk secara
sadar melakukan pertukaran energi. Langkah dasar dalam melakukan teknik ini adalah pemusatan,
pengkajian, terapi, dan evaluasi.
2) Akupresur
Berdasarkan teori pengobatan Asia yang mengatakan bahwa suatu kekuatan kehidupan, dalam bentuk
energi, bersirkulasi diseluruh tubuh dalam siklus yang didefinisikan secara benar. Akupresur
memungkinkan alur energi yang terkongesti untuk meningkatkan kondisi yang lebih sehat. Perawat ahli
terapi mempelajari titik – titik tertentu disepanjang jalur. Banyak cara akupresur yang mudah dan
sederhana yang dapat diajarkan kepada klien dalam upaya mencegah nyeri primer.
3) Relaksasi
Klien dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif dengan melakukan relaksasi dan teknik
imajinasi. Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Teknik relaksasi
memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri. Teknik relaksasi tersebut
merupakan upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali dan beregenerasi setiap hari dan
merupakan alaternatif (Edelman dan Mandle, 1994 yang dikutip oleh Perry, 2006). Teknik relaksasi
meliputi meditasi, yoga, dan latihan relaksasi.
4) Teknik Imajinasi
Dalam imajinasi terbimbing, klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi dalam pikiran
tersebut sehinga secara bertahap klien berkurang merasakan nyeri. Perawat melatih klien dalam
membangun kesan dan berkonsentrasi pada pengalaman sensori.
5) Bimbingan Antisipasi
Bimbingan antisipasi adalah memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri,
menghilangkan nyeri dan menambah efek tindakan untuk menghilangkan nyeri yang lain. Pengetahuan
tentang nyeri membantu klien mengontrol rasa cemas dan secara kognitif memperoleh penanganan nyeri
dalam tingkatan tertentu.
6) Distraksi
Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga menurunkan kewaspadaan terhadap
nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Distraksi bekerja memberi pengaruh paling baik

Buku Saku 10
untuk jangka waktu yang singkat, salah satu distraksi yang efektif adalah musik, yang dapat
menurunkan nyeri fisiologis, stress dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri.
7) Stimulus Kutaneus
Stimulus kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Masase, mandi air
hangat, kompres menggunakan kantong es dan stimulasi saraf elektrik subkutan (TENS) merupakan
langkah–langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara ini menyebabkan pelepasan
endorfin sehingga memblok transisi stimulasi nyeri. Sentuhan dan masase merupakan teknik integrasi
sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom.
8) Latihan Rentang Gerak Sendi
Lansia sering kali tidak bergerak sehingga dapat terjadi pengecilan anggota tubuh akibat tidak
digunakan (disuse atrophy), dan kekakuan sendi yang merupakan salah satu penyebab nyeri pada sendi.
Latihan rentang gerak sendi dapat meningkatkan fungsi sendi yang berkurang, melancarkan peredaran
darah sehingga dapat menurunkan nyeri persendian. Latihan gerak sendi dibagi menjadi 2 aktif dan
pasif, aktif adalah perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). sedangkan
gerak pasif adalah perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang
normal (klien pasif).
9) Pemberian Sensasi Hangat atau Dingin
Mengurangi nyeri dan memberikan kesembuhan. Pemilihan antara intervensi pemberian sensasi hangat
dan sensasi dingin bervariasi sesuai dengan kondisi klien (McCarberg dan O’connor, 2004 dalam Perry,
2009).
10) Mengurangi Persepsi Nyeri
Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah membuang atau mencegah stimulasi
nyeri. Hal ini terutama penting bagi klien yang imobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi
ketidaknyamanan. Nyeri dapat dicegah dengan mengantisipasi kejadian yang menyakitkan.
2. Tindakan Farmakologis (Perry, 2009)
Beberapa agen farmakologis digunakan untuk menangani nyeri, meliputi :
1) Analgesik
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Ada beberapa jenis analgesik,
yaitu:
a. Non narkotik, misalnya Asitaminofen (paracetamol), asam asetilsalisilat (aspirin)
b. Obat antiinflamasi nonsteroid, misalnya ibuprofen, naproksen, indometasin, tolmetin, piroksikam,
ketorolak.
c. Analgesik narkotik atau opiat, misalnya meperidin, metilmorfin, morfin sulfat, fentanil, butofanol,
hidromorfon Hcl.
d. Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik, mialnya amitriptilin, hidroksin, klorpromazin, diazepam.
2) Analgesik Dikontrol Pasien (ADP)
Klien menerima keuntungan, apabila ia mampu mengontrol terapi nyeri. Sistem pemberian obat ADP
ini merupakan metode yang aman untuk penatalaksanaan nyeri kanker, nyeri paska-operasi, dan nyeri
traumatik. Tujuan metode ini adalah mempertahankan kadar plasma analgesik yang konstan,
sehingga masalah pemberian dosis sesuai kebutuhan dihindari.

3) Anastesi Lokal dan Regional


Anastesi lokal adalah suatu keadaan hilangnya sensasi pada lokalisasi bagian tubuh. Dokter
menggunakan anestesi ini saat menjahit luka, membantu persalinan, dan melakukan pembedahan
sederhana.

4) Analgesia Epidural
Analgesia epidural merupakan suatu bentuk anestesi lokal dan terapi yang efektif untuk menangani
nyeri paska-operasi akut, nyeri persalinan dan melahirkan, serta nyeri kronik khususnya yang
berhubungan dengan kanker. Analgesia ini memungkinkan pengontrolan atau pengurangan nyeri

Buku Saku 11
yang berat tanpa efek sedatif dari narkotik parenteral atau oral yang lebih serius. Keuntungan
analgesia ini adalah penghasil analgesia yang luar biasa, kejadian sedasi yang minimal, kerja durasi
yang panjang, tidak ada efek yang bermakna pada sensasi, dan efek pada tekanan darah dan denyut
jantung yang kecil.

Buku Saku 12
BAB 3
KONSEP SENAM LANSIA

3.1 Definisi
Senam lansia adalah serangkaian gerak yang dilakukan dengan yang teratur, terarah serta terencana
yang diikuti oleh orang lanjut usia denga tujuan meningkatkan kemampuan fungsional pada lansia
dengan adanya kemunduran fisik.
Senam merupakan suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara
sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani,
mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Menariknya olahraga senam
ini dikarenakan gerakan yang dilakukan diiringi dengan musik, membawa keceriaan dalam melakukan
gerakan, sehingga senam dapat dijadikan sarana untuk melepas kelelahan baik fisik maupun psikis selain
untuk meningkatkan kondisi fisik.
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti
oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga. Senam
lansia ini dirancang secara khusus untuk melatih bagian-bagian tubuh serta pinggang, kaki serta tangan
agar mendapatkan peregangan bagi para lansia, namun dengan gerakan yang tidak berlebihan. Senam
lansia dapat menjadi program kegiatan olahraga rutin yang dapat dilakukan di posyandu lansia atau di
rumah dalam lingkungan masyarakat. Senam lansia dilakukan dengan senang hati untuk memperoleh hasil
latihan yang lebih baik yaitu kebugaran tubuh dan kebugaran mental seperti lansia merasa berbahagia,
senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.

3.2 Manfaat Senam Lansia


Menurut Nugroho tahun 2008, manfaat senam lansia adalah sebagai berikut:
1) Memperlambat proses degenerasi karena pertambahan usia
2) Memudahkan penyesuaian kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi)
3) Melindungi dan memperbaiki tenaga cadangan untuk keadaan bertambahnya kebutuhan, misalnya sakit
4) Olahraga 2-3 kali seminggu membuat tubuh tetap sehat dan segar
Senam lansia akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat,
mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di
dalam tubuh. Dapat dikatakan bugar, atau dengan perkataan lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik
bila jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam
waktu yang cukup. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ
tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur.
Olahraga dengan teratur seperti senam lansia dapat mencegah atau memperlambat kehilangan
fungsional organ. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa latihan atau olahraga seperti senam
lansia dapat mengurangi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri
koroner dan kecelakaan Semua senam dan aktifitas olahraga ringan sangat bermanfaat untuk menghambat
proses degeneratif. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 tahun)
dan usia lansia (65 tahun ke atas) (Sumosardjuno,1995). Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya
adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Terlebih karena senam lansia sering dilakukan secara berkelompok sehingga memberikan perasaan nyaman
dan aman bersama sesama manusia lanjut usia lainnya dalam menjalani aktifitas hidup (Setiawan, 2012).
Manfaat kesehatan jasmani pada lanjut usia secara fisiologi dampak langsung dapat membantu
mengatur kadar gula darah, merangsang adrenalin dan nor-adrenalin, peningkatan kualitas dan kuantitas
tidur. Dampak jangka panjang dapat meningkatkan daya tahan aerobik/kardiovaskular, kekuatan otot
rangka dan
kelenturan, keseimbangan dan koordinasi gerak serta kelincahan. Dampak secara psikologis dapat
membantu memberi perasaan santai, mengurangi ketegangan dan kecemasan, meningkatkan perasaan
senang. Dampak jangka panjang dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani secara utuh, kesehatan
jiwa, fungsi kognitif, penampilan dan fungsi motorik. Manfaat sosial secara langsung dapat membantu

Buku Saku 13
pemberdayaan lansia, peningkatan integritas sosial dan budaya. Dampak jangka panjang dapat
meningkatkan keterpaduan dan kesetiakawanan.

3.3 Gerakan Senam Lansia


Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga merupakan suatu upaya
peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah, sehingga perlu
kiranya diberdayakan dan dilaksanakan secara benar, teratur, dan terukur. Adapun bentuk latihan senam
lansia (Menpora, 2000) sebagai berikut :
a.Sikap Permulaan dan Pemanasan
Tujuannya menyiapkan diri secara fisik dan psikologi untuk melaksanakan senam lansia. Berupa
peregangan otot dan gerakan-gerakan pada semua persendian. Sikap permulaan, berdiri tegak, menghadap
ke depan kemudian mengambil nafas dengan mengangkat kedua lengan membentuk huruf V.
b. Gerakan Inti
Berupa gerakan-gerakan yang bertujuan untuk penguatan dan pengencangan otot serta untuk
meningkatkan keseimbangan. Dimulai dengan gerakan peralihan jalan, tepuk, dan goyang tangan, 2x8
hitungan.
c. Gerakan Pendinginan
Tujuan pendinginan bekerja secara bertahap untuk menurunkan suhu tubuh, denyut jantung dan
tekanan darah. Berupa gerakan peregangan otot atau berjalan pelan (Suroto, 2004).
Latihan dengan frekuensi tiga kali seminggu 30-60 menit adalah sesuai untuk lanjut usia dan akan
menghasilkan peningkatan yang berarti. Mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, selain melatih otak, perlu
melaksanakan olahraga secara rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani, memelihara serta
mempertahankan kesehatan di hari tua. Senam lansia yang dipilih adalah berupa senam kebugaran untuk
lansia dengan tipe low impact exercise. Faktor-faktor seperti mobilitas terbatas dan nyeri dapat membuat
perbedaan dalam jenis latihan pada lansia. Senam dengan tipe low impact exercise memungkinkan untuk
mengurangi ketegangan pada tubuh sementara masih menyediakan sarana tetap aktif secara fisik.
Berolahraga dalam air, baik berenang atau melakukan aerobik air, adalah pilihan yang baik, seperti bentuk-
bentuk lembut yoga, pilates, tai chi, peregangan, dan latihan beban ringan. Banyak latihan dapat
dimodifikasi untuk mengakomodasi kebutuhan low impact Low impact exercise adalah jenis latihan yang
melibatkan setidaknya satu kaki di tanah setiap saat. Berupa latihan aerobik yang dilakukan untuk jangka
waktu lebih lama dan bekerja untuk meningkatkan kebugaran kardiovaskular lansia, dapat meminimalkan
risiko cedera di bagian bawah tubuh. Ini adalah pilihan yang aman yang dapat meningkatkan kepadatan
tulang bagi individu yang mungkin memiliki atau berisiko untuk osteoporosis atau patah tulang

Buku Saku 14
3.4 Gerakan Senam Lansia
1. GERAKAN PEMANASAN
LATIHAN 1.
GERAKAN Jalan ditempat
TUJUAN 1. Untuk memacu denyut jantung agar meningkat secara
perlahan untuk persiapan melakukan Olah Raga
2. Menaikan suhu badan
3. Menghilangkan kekakuan pada otot persendian
SIKAP AWAL Sikap sempurna
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan, terdiri dari :
Jalan ditempat, Dimulai kaki kanan diangkat 20cm dari
lantai, ayunkan lengan ke kanan dan ke kiri secara
bergantian ke arah dagu, tangan setengah mengepal. Siku
kedua lengan membentuk sudut 900

LATIHAN 2
GERAKAN Kepala
TUJUAN 1. Melatih persendian dan otot leher ke arah depan ( Untuk
otot leher bagian belakang )
2. Melatih persendian dan otot leher ke samping ( Menoleh
dan memiringkan kepala ) untuk otot leher bagian
samping
SIKAP AWAL Jalan ditempat
PELAKSANAAN 6X8 hitungan, terdiri dari :
a. 2 x 8 hitungan pertama :
Hitungan. 1,3,5,7 : Jalan ditempat, tundukan kepala
Hitungan 2,4,6,8 : Jalan ditempat, Tegakkan kepala

a. 2 x 8 Hitungan kedua :
Hitungan 1 dan 5 :Jalan ditempat, palingkan kepala ke kanan
Hitungan 3 dan 7 : Jalan ditempat, palingkan kepala ke samping kiri
Hitungan 2,4,6,8 : Jalan ditempat menghadap ke muka

Buku Saku 15
: 2 x 8 Hitungan ketiga :
Hitungan 1 dan 5 : Jalan ditempat , miringkan kepala ke
samping kanan
Hitungan 3 dan 7 : Jalan ditempat, miringkan kepala ke
samping kiri
Hitungan 2,4,6,8 : Jalan ditempat menghadap ke muka

LATIHAN 3
GERAKAN Angkat dan turunkan bahu
TUJUAN 1. Melatih dan melemaskan persendian otot bahu
2. Meluaskan gerak bahu
SIKAP AWAL Hitungan 8 ke tiga terakhir latihan ke 2
PELAKSANAAN 6 x 8 Hitungan terdiri dari :
1 x 8 hitungan pertama dan ketiga
Hitungan 1,3,5,7 : Jalan ditempat, dimulai kaki kanan bersamaan
angkat bahu kanan, siku lurus jarak siku satu kepal dari badan,
jari-jari dibuka rapat disamping badan dan tangan kiri rapat
disamping badan
Hitungan 2,4,6,8 : Jalan ditempat, turunkan bahu

1x8 hitungan kedua dan keempat


Hitungan 1,3,5,7 : Jalan ditempat, dimulai kaki kanan bersamaan
angkat bahu kiri, siku lurus jarak siku satu kepal dari badan,
jarijari dibuka rapat kesamping badan dan tangan kanan rapat di
samping badan
Hitungan 2,4,6,8 : Jalan ditempat, turunkan bahu.

1x8 hitungan kedua dan keempat


Hitungan 1,3,5,7 : Jalan ditempat, dimulai kaki kanan
bersamaan angkat bahu kanan, siku lurus jarak siku satu kepal
dari badan, jarijari dibuka rapat kesamping badan dan tangan
kanan rapat di samping badan
Hitungan 2,4,6,8 : Jalan ditempat, turunkan bahu.

Buku Saku 16
LATIHAN 4
GERAKAN Peregangan Otot
TUJUAN Meregangkan otot-otot lengan, bahu dan pinggung
SIKAP AWAL Hitungan 8 terakhir Latihan 3
PELAKSANAAN 3 x 8 hitungan, terdiri dari :
1 x 8 hitungan pertama :
Hitungan 1 : Buka kaki selebar bahu, bersama-sama
luruskan kedua lengan ke muka telapak tangan kiri ibu
jari bersilangan. Pandangan lurus ke depan.
Hitungan 2 s/d 7 : Gerakan menahan
Hitungan 8 : Tarik kedua tangan di depan dada, telapak
tangan menghadap ke bawah

1 x 8 Hitungan kedua :
Hitungan 1 : Angkat kedua tangan lurus diatas kepala
telapak tangan kiri, Ibu jari bersilangan kepala sedikit
ditundukkan kebawah. Pandangan ke bawah
Hitungan 2 s/d 7 : Gerakan menahan
Hitungan 8 : Tarik kedua tangan di depan dada, telapak
tangan tenghadap ke bawah

1 x 8 Hitunga Ketiga :
Hitungan 1 : Turunkan kedua lengan lurus kebawah
telapak tangan kanan di muka telapak tangan kiri, ibu jari
bersilangan, Kepala sedikit diangkat ke atas. Pandangan ke
atas
Hitungan 2 s/d 7 : Gerakan menahan
Hitungan 8 : Tarik kedua tangan lurus di samping badan
dengan jari-jari tangan rapat

LATIHAN 5
GERAKAN Memutar pinggang ke kanan dan kiri
TUJUAN Mereganggkan otot pinggung dan pinggang
SIKAP AWAL Hitungan 8 ketiga terakhir latihan 4.Posisi kedua tangan
lurus disamping badan dan jari-jari rapat
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan terdiri dari :
1 x 8 hitungan pertama :
Hitungan 1 : Angkatkedua tangan keatas dengan posisi
kedua tangan lurus disamping telinga.Putar pinggang ke
arah kanan secara perlahan
Hitungan 2 s/d 7 : Gerakan Menahan.
Hitungan 8 : Tangan diturunkan lurus ke bawah

1 x 8 Hitungan kedua :
Hitungan 1 : Angkat kedua tangan keatas dengan posisi
kedua tangan lurus disamping telinga. Putar pinggang ke
arah kiri secara perlahan.
Hitungan 2 s/d 7 : Gerakan menahan.
Hitungan 8 : Tangan diturunkan lurus kebawah

Buku Saku 17
LATIHAN 6
GERAKAN Menekuk siku lengan kanan dan kiri
TUJUAN Meregangkan dan melenturkan otot-otot tangan, lengan
bahu, sisi tubuh, pinggang
SIKAP AWAL Hitungan 8 kedua terakhir latihan 5
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan, terdiri dari :
1 x 8 hitungan pertama :
Hitungan 1 : Tekuk siku lengan kanan di muka dada
dengan telapak tangan memegang bahu kiri. Jari-jari rapat
dibelakang bahu dan telapak tangan kiri mendorong siku
lengan ke belakang.
Hitungan 2 s/d 7 : Gerakan menahan
Hitungan 8 : Turunkan kedua tangan lurus di samping
badan

1 x 8 Hitungan kedua :
Hitungan 1 Tekuk siku lengan kiri di muka dada dengan
telapak tangan memegang bahu kanan, jari-jari rapat di
belakang bahu dan telapak tangan kanan mendorong siku
lengan kiri ke belakang.
Hitungan 2 s/d 7 : Gerakan menahan.
Hitungan 8 : Turunkan kedua tangan lurus disamping
badan

Buku Saku 18
LATIHAN 7
GERAKAN Meraba / menarik otot punggung
TUJUAN Melatih dan melemaskan otot punggung
SIKAP AWAL Hitungan 8 kedua terakhir Latihan 6
PELAKSANAAN 2 x 8 Hitungan, Terdiri dari :
1 x 8 Hitungan pertama :
Hitungan 1 : Letakkan tangan kanan di
punggung sebelah kanan, raih keatas
sedapatnya
Hitungan 2 s/d 7 : Gerakan menahan.
Hitungan 8 :Turunkan kedua tangan lurus
disamping badan

Hitungan 1 x 8 kedua :
Hitungan 1 : Letakkan tangan kiri di
punggung sebelah kiri, raih keatas sedapatnya.
Hitungan 2 s/d 7 : Gerakan menahan
Hitungan 8 : Rapatkan kaki dan turunkan
kedua tangan lurus disamping badan ( kembali
sikap sempurna ).

2. GERAKAN INTI
LATIHAN INTI 2
GERAKAN Tekuk kedua lengan tangan ke depan dada kemudian
rentangkan setinggi bahu disertai dengan membuka dan
menutup kepalan jari-jari tangan
TUJUAN Meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot lengan, bahu dan
dada
SIKAP AWAL Hitungan 8 terakhir gerakan peralihan,tekuk kedua lengan
tangan di depan dada dengan posisi tangan mengepal
menghadap ke dalam
PELAKSANAAN 4 x 8 hitungan, Terdiri dari :
1 x 8 hitungan pertama :
Hitungan 1,3,5,7 : jalan ditempat sambil rentangkan kedua
tangan kesamping badan secara bersamaan dengan posisi
jari-jari tangan terbuka lebar.
Hitungan 2,4,6,8 : jalan ditempat sambil menekuk kedua
lengan tangan di depan dada dengan posisi tangan mengepal
menghadap ke dalam

1 x 8 hitungan kedua :
Hitungan 1,3,5,7 : menggeserkan kaki satu langkah ke
kanan ( ditutup dengan kaki kiri ) dengan merentangkan

Buku Saku 19
kedua tangan ke samping badan, poisisi jari-jari tangan
dibuka lebar.
Hitungan 2,4,6,8 : Menggeserkan kaki satu langkah ke
kiri ( ditutup kaki kanan ) dengan menekuk kedua lengan
di depan dada dengan posisi tangan mengepal ke dalam

GERAKAN PERALIHAN
GERAKAN Jalan ditempat dan bernafas
TUJUAN Untuk memacu denyut jantung agar lebih giat dalam rangka
mempersiapkan latihan berikutnya
SIKAP AWAL Sikap sempurna
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan terdiri dari :
Hitungan 1 s/d 4 : jalan ditempat
Hitungan 5 s/d 8 : Ambil nafas
Catatan : Gerakan kaki dimulai kaki kanan

LATIHAN INTI 3
GERAKAN Bahu dan kedua tangan diayunkan keatas sampai bertepuk di atas
kepala
TUJUAN Meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot bahu
SIKAP AWAL Hitungan 8 terakhir gerakan peralihan, kaki rapat posisi tangan dan jari
rapat direntangkan di samping badan gengan posisi kedua jari-jari
tangn tertutup menghadap ke bawah
PELAKSANAAN Dilakukan 4 x 8 hitungan, terdiri dari:
1 x 8 Hitungan pertama :
Hitungan 1,3,5,7 : diam di tempat sambil tepukkan kedua tangan
keatas kepala dengan posisi jari tangan menutup rapat.
Hitungan 2,4,6 :diam di tempat turunkan kedua tangan posisi
direntangkan ke samping badan dengan jari tangan rapat ke bawah
Hitungan 8 : Turunkan kedua tangan dengan posisi merentang lurus
ke samping badan, kedua tangan jari mengepal keluar

Buku Saku 20
1 x 8 Hitungan kedua :
Hitungan 1,3,5,7 : jalan di tempat bersamaan tepukkan kedua
tangandengan posisi jari-jari tangan dibuka lebar di depan badan
Hitungan 2,4,6 : Jalan di tempatbersamaan rentangkan kedua
tangan dengan posisi jari-jari mengepal menghadap di samping
badan
Hitungan 8 : Berhenti di tutup kaki kiri, kembali posisi
kedua tangan di rentangkanke samping badan dengan jari-
jari tangan rapat menghadap kebawah

1 x 8 hitunga ketiga dan keempat, mengulangi gerakan 1 x 8


hitungan pertama dan kedua

GERAKAN PERALIHAN
GERAKAN Jalan ditempat dan bernafas
TUJUAN Untuk memacu denyut jantung agar lebih giat dalam rangka
mempersiapkan latihan berikutnya
SIKAP AWAL Sikap sempurna
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan terdiri dari :
Hitungan 1 s/d 4 : jalan ditempat
Hitungan 5 s/d 8 : Ambil nafas
Catatan : Gerakan kaki dimulai kaki kanan

Buku Saku 21
LATIHAN INTI 4
GERAKAN Ayun lengan tangan dari samping badan ke dada depan
TUJUAN Menguatkan lengan atas
SIKAP AWAL Hitungan 8 terakhir gerakan peralihan, tekuk siku kedua tangan di
samping badan dengan posisi kedua jari menggenggam rapat menghadap
ke atas
PELAKSANAAN Dilakukan 4 x 8 hitungan, terdiri dari:
1 x 8 Hitungan pertama :
Hitungan 1,3,5,7 : Geserkan kaki kanan satu langkah ke kanan
ditutup kaki kiri ) bersama dorongkan kedua lengan tangan ke depan
dengan posisi jari-jari rapat diteku keatas
Hitungan 2,4,6,8 : Geserkan kaki kiri satu langkah ke arah kiri
(ditutup kaki kanan ) bersamaan tarik kedua lengan tangan kembali ke
samping badan dengan posisi jari-jari mengepal menghadap atas

1 x 8 Hitungan kedua :
Hitungan 1,2,5,6 : geserkan kaki dua langkah ke arah kanan
(kanan satu langkah bersamaan kedua lengan tangan didorongkan
kedepan dengan posisi telapak kedua tangan ditekuk ke atas, jari-
jari rapat ) ditutup kiri satu langkahbersamaan tarik kedua lengan
kembali ke smping badan dengan posisi jari-jari kedua tangan
rapat mengepal menghadap atas. Kemudian kanan lagi satu
langkah ditutup kiri satu langkah, gerakan tangan tetap seperti
biasa.

Hitungan 3,4,7,8 : Geserkan kai dua langkah ke kiri( kiri satu


langkah bersamaan kedua lengan tangan diayun kedepan dengan
posisi telapak kedua tangan duitekuk keatas, jari-jari rapat)
ditutup kanan satu langkah bersamaan tarik kedua lengan kembali
ke samping badan dengan posisi jari-jari kedua tangan rapat
mengepal ke atas. Kemudian kiri lagi satu langkah ditutup kanan
satu langkah, gerakan tangan tetap seperti diatas.

1 x 8 hitungan ketiga dan keempat, mengulangi gerakan 1 x 8


hitungan pertama dan kedua.

Buku Saku 22
GERAKAN PERALIHAN
GERAKAN Jalan ditempat dan bernafas
TUJUAN Untuk memacu denyut jantung agar lebih giat dalam rangka
mempersiapkan latihan berikutnya
SIKAP AWAL Sikap sempurna
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan terdiri dari :
Hitungan 1 s/d 4 : jalan ditempat
Hitungan 5 s/d 8 : Ambil nafas
Catatan : Gerakan kaki dimulai kaki kanan

LATIHAN INTI 5
GERAKAN Mengayun kedua lengan kesamping badan serta berjalan di
tempat
TUJUAN Memperluas ruang gerak sendi bahu dan pinggang serta
pergelangan kaki
SIKAP AWAL Hitungan 8 terakhir gerakan peralihan, posisi kedua tangan
menyembah di depan dada ( sikap kaki sempurna )
PELAKSANAAN Dilakukan 4 x 8 hitungan, terdiri dari:
1 x 8 Hitungan pertama :
Hitungan 1,3,5,7 : Buka lengan kanan ke samping kanan
lurus lebih tinggi sedikit dari lengan kiri posisi jari tangan
rapat ditekuk membentuk sudut90 derajat bersamaan
dengan itu kaki kanan dibuka selebarbahu dan kaki ujung
kanan disentuhkan ke lantai kemudian tarik kembali ke
posisi awal.
Hitungan 2,4,6,8 : Buka lengan kiri ke samping kiri lurus
lebih tinggi sedikit dari lengan kanan posisi jari kanan rapat
ditekuk membentuk sudut 90 derajat bersamaan dengan itu
kaki kiri dibukaselebar bahu dan ujung kaki kiri disentuhkan
ke lantai kemudian tarik kembali dan pada hityungan ke 8
terakhirsikap kembali sempurna

1 x 8 Hitungan kedua :
Hitungan 1 dan 5 : Jalan ditempat dengan mangangkat kaki kanan
ditutup kaki kiri
Hitungan 2 dan 6 : Tetap jalan di tempat, namun setelah hitungan
2 dan 6 (ditutup kaki kiri ) bersamaan angkat kedua tangan di
depan dada ( posisi tangan menyembah ) sebagai persiapan
untuk melakukan gerakan berikutnya
Hitungan 3,4,7,8 : Ulangi gerakan 1 x 8 hitungan pertama.

1 x 8 hitungan ketiga dan keempat, mengulangi gerakan 1 x 8


hitungan pertama dan kedua

Buku Saku 23
GERAKAN PERALIHAN
GERAKAN Jalan ditempat dan bernafas
TUJUAN Untuk memacu denyut jantung agar lebih giat dalam rangka
mempersiapkan latihan berikutnya
SIKAP AWAL Sikap sempurna
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan terdiri dari :
Hitungan 1 s/d 4 : jalan ditempat
Hitungan 5 s/d 8 : Ambil nafas
Catatan : Gerakan kaki dimulai kaki kanan

LATIHAN INTI 6
GERAKAN Mengayun kedua lengan kemuka paha serta berjalan ditempat dan
bertepuk tangan.
TUJUAN Memperluas ruang gerak sendi panggul, pergelangan kaki dan
menguatkan otot lengan
SIKAP AWAL Hitungan 8 terakhir gerakan peralihan, posisi kedua tangan didepan paha
dengan jari-jari tangan di depan paha dengan jari-jari tangan mengepal
menghadap ke atas
PELAKSANAAN Dilakukan 4 x 8 hitungan, terdiri dari:
A. 1 x 8 hitungan pertama :
Hitungan 1,3,5,7 : Ayun kedua lengan didepan badan
dengan posisi kedua tangan mengepal menghadap ke
atas,bersamaan dengan itu ujung kaki kanan di titikkan
lurus sedikit di depan kaki kiri kemudian diturunkan
kembali ke posisi awal.
Hitungan 2,4,6,8 : Posisi kedua tangan tetap, ujung kaki
kiri dititikkan lurus sedikit di depan kaki kanan
kemudian diturunkan dan pada hitungan ke 8 terakhir
kembali ke sikap sempurna.

B. 1 x 8 hitungan kedua :

Buku Saku 24
Hitungan 1 dan 5 :jalan ditempat sambil bertepuk tangan
di depan badab,hit 1 dan 6 ( ditutup kaki kiri ).
Hitungan 2 dan 6 : tetap jalan ditempat dan bertepuk
tangan namun setelah hitungan 2 dan 6 (ditutup kaki kiri )
bersamaan angkat kedua tangan di depan paha ( posisi
tangan mengepal dengan kepalan menghadap ke atas )
sebagai persiapan untuk lakukan gerakan berikutnya
Hitungan 3,4,7,8 : Ulangi gerkan 1 x8 hitungan pertama.
1 x 8 hitungan ketiga dan keempat, mengulangi gerakan 1
x 8 hitungan petama

1 x 8 hitungan ketiga dan keempat, mengulangi gerakan 1 x 8


hitungan petama

GERAKAN PERALIHAN
GERAKAN Jalan ditempat dan bernafas.
TUJUAN Untuk memacu denyut jantung dalam rangka
mempersiapkan latihan berikutnya
SIKAP AWAL Sikap sempurna
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan, terdiri dari :
 Hitungan 1 s/d 4 : Jalan ditempat
 Hitungan 5 s/d 8 : Ambil nafas\
Catatan : Gerak kaki dimulai kaki kaki kanan.

LATIHAN INTI 7.

Buku Saku 25
GERAKAN Angkat siku tangan, lengan dan kaki.
TUJUAN Menguatkan otot lengan atas dan kaki
SIKAP AWAL Hitungan 8 terakhir gerakan peralihan, ( sikap kaki
sempurna ) lengan kanan ditekuk dengan posisi jari-jari
tangan mengepal menghadap ke atas
PELAKSANAAN Dilakukan 4 x 8 hitungan, terdiri dari:
A. 1 x 8 hitungan pertama :
Hitungan 1,3,5,7 : Angkat kedua lengan setinggi bahu
ke samping badab dengan posisi jari tangan mengepal
menghadap ke bawah geserkan ujung kaki kanan
dititikkan lurus ke samping kanan kermudian tarik
kembali ke posisi awal
Hitungan 2,4,6,8 : Angkat kedua lengan dan siku
setinggi bahu kesamping badan dngan posisi telapak
tangan mengepal menghadap ke bawah, bersamaan
dengan itu geserkan ujung kaki kiri dititikkan lurus ke
samping kiri kemudian tarik kembali ke posisi awal.

B. 1 x 8 hitungan kedua :
Hitungan 8 terakhir 1 x 8 hitungan pertama posisi kedua jari-
jari tangan mengepal menghadap ke bawah.
Hitungan 1 dan 5 :angkat kaki kanan (ditutup kaki kiri )
kemudian dorongkan kaki kanan ke arah depan badan sambil
jalan di tempat ( ditutup dengan kaki kiri )
Hitungan 2 dan 6 : Tangan dan kaki tetap berjalan di tempat,
namun setelah 2 dan 6 ( ditutup kaki kiri ) bersamaan angkat
kedua lengan tangan ditekuk membentuk sudut 90 derajat di
sisi badan ( posisi tangan tetap mengepal menghadap ke atas)
sebagai persiapan melakukan gerakan berikutnya
Hitungan 3,4,7,8 : Ulangi gerkan 1 x8 hitungan pertama 1 x 8
hitungan ketiga dan keempat, mengulangi gerakan 1 x 8
hitungan pertama

Buku Saku 26
GERAKAN PERALIHAN
GERAKAN Jalan ditempat dan bernafas.
TUJUAN Untuk memacu denyut jantung dalam rangka mempersiapkan
latihan berikutnya
SIKAP AWAL Sikap sempurna
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan, terdiri dari :
 Hitungan 1 s/d 4 : Jalan ditempat
 Hitungan 5 s/d 8 : Ambil nafas\
Catatan : Gerak kaki dimulai kaki kaki kanan.

LATIHAN INTI 8
GERAKAN Mendorong tangan, mengangkat paha dan memutar pinggang
TUJUAN Menguatkan otot lengan atas , pinggang dan paha
SIKAP AWAL Hitungan 8 terakhir gerakan peralihan, ( sikap kaki sempurna )
lengan kanan ditekuk membentuk sudut 90 derajat disamping
badan dengan posisi jari-jari tangan mengepal ke atas.
PELAKSANAAN Dilakukan 4 x 8 hitungan, terdiri dari :
A. 1 x 8 hitungan pertama :
Hitungan 1,3,5,7 : Titikkan ujung kaki kanan sedikit di
depan kaki kiri bersamaan itu dorongkan tangan
ke kiri serong ke kanan di depan badan kemudian
turunkan dan kembali ke posisi awal.
Hitungan 2,4,6,8 : Titikkan ujung kaki kiri sedikit di
depan kaki kanan bersamaan itu dorongkan tangan
ke kanan serong ke kiri di depan badan pada hit 8
terakhir kembali ke sikap sempurna.
Catatan : Tangan berlawanan dengan kaki.

PELAKSANAAN B. 1 x 8 hitungan kedua :


Hitungan 8 terakhir 1 x 8 hitungan pertama posisi
kedua jari-jari tangan mengepal menghadap ke bawah
dengan posisi diatas bahu.
Hitungan 1 dan 5 : angkat kaki kanan (ditutup kaki
kiri) kemudian dorongkan kaki kanan ke arah
depan badan sambil jalan di tempat ( ditutup
dengan kaki kiri )
Hitungan 2 dan 6 : Tangan dan kaki tetap berjalan di
tempat, namun setelah 2 dan 6 ( ditutup kaki
kiri ) bersamaan angkat kedua lengan tangan
ditekuk membentuk sudut 90 derajat di sisi
badan (posisi tangan tetap mengepal

Buku Saku 27
menghadap ke atas) sebagai persiapan
melakukan gerakan berikutnya
Hitungan 3,4,7,8 : Ulangi gerkan 1 x8 hitungan
pertama 1 x 8 hitungan ketiga dan keempat,
mengulangi gerakan 1 x 8 hitungan pertama

GERAKAN PERALIHAN
GERAKAN Jalan ditempat dan bernafas.
TUJUAN Untuk memacu denyut jantung dalam rangka
mempersiapkan latihan berikutnya
SIKAP AWAL Sikap sempurna
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan, terdiri dari :
 Hitungan 1 s/d 4 : Jalan ditempat
 Hitungan 5 s/d 8 : Ambil nafas\
Catatan : Gerak kaki dimulai kaki kaki kanan.

3. GERAKAN PENDINGINAN

LATIHAN 1
GERAKAN Peregangan dinamis dan statis.
TUJUAN Melenturkan otot-otot pinggang,punggung belakang,kaki
kiri dan lengan
SIKAP AWAL Hitungan 8 terakhir gerakan peralihan dengan membuka
kaki selebar bahu
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan, terdiri dari :
 1 x 8 Hitungan pertama :
Hitungan 1 : Membuka kaki kanan ke arah samping
kanan sambil meliuk badan ke samping
kanan
Hitungan 2 s/d 4 : Gerakan menahan
Hitungan 5 s/d 8 : Kembali kepada posisi semula secara
perlahan

1 x 8 Hitunga kedua :
 Hitungan 1 : Meliukkan badan ke samping kiri
 Hitungan 2 s/d 4 : Gerakan menahan
 Hitungan 5 s/d 8 : Kembali kepada posisi semula secara perlahan

Buku Saku 28
LATIHAN 2
GERAKAN Memutar pinggang ke kanan dan ke kiri
TUJUAN Melemaskan otot pinggung dan pinggang
SIKAP AWAL Hitungan 8 terakhir latihan 1.
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan, terdiri dari :
 1 x 8 Hitungan pertama :
Hitungan 1 : Memutar pinggang ke kanan dengan posisi dua tangan di pinggang
Hitungan 2 s/d 4 : Gerakan menahan
Hitungan 5 s/d 8 : Kembali kepada posisi semula secara perlahan

LATIHAN 3
GERAKAN Wajah
TUJUAN Memperlambat proses penuaan
SIKAP AWAL Hitungan 8 terakhir latihan 2, sikap sempurna
PELAKSANAAN 6 x 8 hitungan, terdiri dari :
 1 x 8 Hitungan pertama dan kedua :
Hitungan 1 : Menutup MAta
Hitungan 2 s/d 7:Gerakan menahan
Hitungan 5 s/d 8 : Mata dibuka kembali

 1 x 8 hitungan ketiga dan ke empat :


Hitungan 1 : Menggembungkan pipi
Hitungan 2 s/d 4 : Gerakan Menahan
Hitungan 5 : Menghisap pipi kearah dalam
Hitungan 6 s/d 8 : Gerakan menahan

 1 x 8 hitungan kelima dan keenam :


Hitungan 1 : Menarik bibir kearah keluar

Buku Saku 29
Hitungan 2 s/d 4 : Gerakan menahan
Hitungan 5 : Menciutkan bibir dan bersiul
Hitungan 6 s/d 8 : Gerakan menahan

LATIHAN 4
GERAKAN Bernafas
TUJUAN Untuk mengembalikan kondisi fisik kepada keadaan semula dengan menghirup oksigen sebanyak-
banyaknya
SIKAP AWAL Sikap sempurna
Hitungan 8 terakhir latihan 1.
PELAKSANAAN 2 x 8 hitungan, terdiri dari :
 1 x 8 Hitungan pertama :
Hitungan 1 s/d 4 : Geserkan kaki kanan ke arah kanan selebar bahu bersamaan
dengan itu angkat kedua tangan secara perlahan dengan posisi jari-jari rapat menghadap
kebawah dari muka ke arah belakang sampai posisi kedua tangan merentang lurus di
samping badan dengan jari-jari rapat menghadap atas.
Hitungan 5 s/d 8 :Turunkan kembali kedua tangan secara perlahan sampai kedua
tangan kembali disisi badan

1 x 8 hitungan kedua :
Hitungan 1 s/d 4 : Angkat kedua tangan secara perlahan dengan posisi jari-jari rapat menghadap
kebawah dari muka ke arah belakanga sampai posisi kedua tangan merentang lurus di samping badan
dengan jari-jari rapat menghadap atas
Hitungan 5 s/d 7 : Turunkan kembali kedua tangan secara perlahan sampai kedua tangan kembali
disisi badan
Hitungan 8 : Posisi kedua tangan sudah disamping badan kemudian rapatkan kaki kanan ke
samping kiri.

Buku Saku 30
BAB 4
KONSEP KOMPRES HANGAT

4.1 Pengertian Kompres Hangat


Kompres hangat adalah tindakan yang bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau
membebaskan nyeri, mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat pada bagian tubuh
yang memerlukannya (Kusyati, 2006).
Terapi kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan memberikan kompres hangat untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah
terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat (Hidayat & Uliyah, 2012).
Kompres hangat selain memberikan efek mengatasi atau menghilangkan sensasi nyeri, teknik ini
juga dapat memberikan reaksi fisiologis meningkatkan respon inflamasi, meningkatkan aliran darah dalam
jaringan (Anas Tamsuri, 2007).

4.2 Efek Terapeutik Pemberian Kompres


Menurut Potter & Perry (2006), efek terapeutik pemberian kompres hangat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Vasodilatasi, meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang mengalami cedera, meningkatkan
pengiriman nutrisi dan pembuangan zat sisa, mengurangi kongesti vena di dalam jaringan yang
mengalami cedera.
2. Viskositas darah menurun, meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotik ke daerah luka.
3. Ketegangan otot menurun, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau
kekuan.
4. Metabolisme jaringan meningkat, meningkatkan aliran darah, member rasa hangat local.
5. Permaebilitas kapiler meningkat, meningkatkan pergerakan zat sisa dan nutrisi

4.3 Efek Fisiologis Kompres Hangat


1. Vasodilatasi
2. Meningkatkan permeabilitas kapiler
3. Meningkatkan metabolisme seluler
4. Merelaksasi otot
5. Meningkatkan aliran darah ke suatu area
6. Meredakan nyeri
7. Efek sedative
8. Mengurangi kekakuan sendi meredakan perdarahan.

4.4 Indikasi Kompres Hangat


1. Spasme otot
2. Inflamasi
3. Nyeri
4. Kontraktur
5. Kaku sendi
6. Cedera traumatic

4.5 Kontraindikasi Kompres Hangat


1. 24 jam pertama setelah traumatik. Panas akan meningkatkan perdarahan dan pembengkakan.
2. Perdarahan aktif
3. Edema non inflamasi.
4. Tumor ganas terlokalisasi
5. Gangguan kulit
6. Alergi atau hipersensitifitas.

Buku Saku 31
Perlu diketahui bahwa apabila suhu yang diaplikasikan terlalu tinggi akan menimbulkan rasa tidak nyaman
dan kurang memberikan efek penurunan nyeri pada klien. Untuk itu, suhu perlu diatur yaitu sekitar 52 C
pada dewasa normal, 40-46 c pada klien dewasa tidak sadar

4.6 Jenis-jenis kompres hangat antara lain:


1. Kompres hangat kering
Yakni dengan menggunakan pasir yang telah dipanasi sinar matahari guna mengobati nyeri-nyeri
rematik pada persendian. Selain itu, terapi ini juga dapat mengurangi berat badan dan menghilangkan
kelebihan berat badan.

2. Kompres hangat lembap


Dewasa ini, kompres jenis ini digunakan dengan sarana atau mediasi sebuah alat yang dikenal dengan
nama hidrokolator. Yakni alat elektrik yang diisi air, digunakan untuk memanaskannya hingga
mencapai suhu tertentu. Di dalam alat ini dicelupkan beberapa alat kompres dengan bobot bervariasi
yang cocok untuk menutupi seluruh bagian tubuh. Terapis mengeluaran kompre-kompres ini dengan
menggunakan penjepit khusus, lalu melipatnya dengan handuk dan meletakkannya di atas tubuh
pasien agar kompres tersebut berfungsi menghilangkan penyusutan otot dan membuatnya lentur
kembali. Selain itu juga untuk membatasi atau mencegah nyeri dan memulihkan sirkulasi darah.

4.7 Prosedur Kompres Hangat


Prosedur kompres hangat menurut Eny Kusyati (2006) adalah.
1. Berikan penjelasan kepada klien tentang perasat yang akan
diberikan.
2. Siapkan peralatan.
3. Cuci tangan.
4. Lakukan pemanasan pendahuluan pada buli – buli panas dengan cara mengisi buli – buli dengan air
panas, mengencangkan penutupnya, kemudian membalik posisi buli – buli berulang kali lalu
dikosongkan isinya.
5. Siapkan dan ukur suhu air yang diinginkan (500-600C).
6. Isi buli – buli dengan air panas sebanyak ½ bagian, lalu keluarkan udaranya dengan cara
7. Meletakkan atau menidurkan buli – buli di atas meja atau tempat datar;
8. Melipat bagian atas buli sampai kelihatan permukaan air di leher buli – buli;
9. Menutup buli – buli dengan benar atau rapat.
10. Periksa buli – buli apakah bocor atau tidak, lalu keringkan dengan kain kering dan masukkan dalam
sarungnya.
11. Bawa buli – buli ke dekat klien.
12. Beri tahu klien.
13. Siapkan atau atur posisi klien.
14. Letakkan atau pasang buli – buli pada bagian atau area yang memerlukannya.
15. Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetahui kelainan yang Timbul akibat pemberian kompres
dengan buli – buli panas, misalnya kemerahan, ketidaknyamanan atau kebocoran, dan sebagainya.
16. Ganti buli – buli panas setelah 20 menit dipasang dengan air panas (sesuai kebutuhan ).
17. Bereskan dan kembalikan peralatan bila perasat sudah selesai.
18. Cuci tangan.
19. Dokumentasikan.

Buku Saku 32
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Carter. (2004). Fisioterapi pada Lansia. Jakarta : EGC.

Corwin, (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Darmojo, R. Boedhi. (2006). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : FKUI.

Efendi & Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Aziz A. (2006). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta Salemba Medika

Kenworthy, Snowley, Gilling. (2004). Common Foundation Studies in Nursing, Third Edition, Churchill
Livingstone, USA

Kusyati, (2006). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Kesehatan : Teknik Mengatasi Nyeri , Jakarta :
EGC.

Koosnadi & Syarif. (2009). Akupuntur Untuk Nyeri. Jakarta: SagungSeto

McKenzie, James F. (2006). Kesehatan Masyarakat: Suatu Pengantar, Ed.4. Jakarta: EGC.
Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

Maryam, (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatanya. Jakarta: Salemba Medika.

Martono, (2009). Buku Ajar Boedhi – Darmojo Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mutttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.

Peni. (2007). Teknik Hidroterapi Bagi Kesehatan. http://www.wikipedia.com/ teknik-hidroterapi.html.


Diakses Tanggal 30 Januari 2015 Jam 10 am.

Perry, Potter. (2005). Buku ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Praktik. Edisi 4. Jakarta:
EGC.

Perry, Potter. (2009). Buku ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Praktik. Edisi 7. Jakarta :
EGC.

Pudjiastuti, Sri Surini, (2003). Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC

Stanley, Mickey. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Buku Saku 33
Suroto, (2004). Buku Pegangan Kuliah, Pengertian Senam, Manfaat Senam Dan Urutan Gerakan.
Semarang: Unit Pelaksanaan Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga Universitas Diponegoro.

Setiawan, (2012). Senam Lansia Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 6


Sumosardjuno,1995). : Pengetahuan praktis kesehatan dalam olah raga 3 Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama

Sub Dinas Bina Kesehatan Keluarga. Senam Usia Lanjut. Dinas Kesehatan Daerah Propinsi Daerah
Tingkat 1 Jawa Timur.

Voight, (2003). Techniques in musculoskeletal rehabilitation. McGraw-Hill, Medical Pub. Division Walsh,
Linda (2008) Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Buku Saku 34

Anda mungkin juga menyukai