Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH STUDI KASUS

FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK


KASUS 3 “High Alert”

Dosen pengampuh:
Galih Adi Pramana, M. Farm., Apt.

Kelompok 3 (A1) :
Aliyah Nia Fauziah Daud (1820353872)
Amelia Wulandari (1820353873)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2018
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1. SISTEM PENYIMPANAN OBAT


Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap
pengelolaan perbekalan farmasi (Depkes RI, 2004). Perbekalan farmasi adalah sediaan
farmasi yang terdiri atas obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi, dan gas
medis. Pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien merupakan salah satu
aspek yang menentukan untuk suksesnya program pengobatan secara rasional.
Pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit mempunyai arti yang sangat penting karena
untuk belanja perbekalan farmasi ini menghabiskan sekitar 40-50% dari biaya keseluruhan
rumah sakit.
Salah satu pengelolaan perbekalan farmasi adalah penyimpanan. Penyimpanan adalah
suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi
yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan dari fisik yang
dapat merusak mutu obat (Depkes RI, 2004). Penyimpanan obat/barang farmasi, baik
digudang farmasi, depot farmasi, apotek ataupun diruang perawatan pelayanan harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Penyimpanan perbekalan farmasi bertujuan untuk memelihara mutu sediaan farmasi,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan, dan
memudahkan pencarian dan pengawasan. Menurut Kepmenkes Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit ruang penyimpanan
harus memperhatikan kondisi, sanitasi, temperatur sinar/cahaya, kelembapan, ventilasi,
pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas yang terdiri atas :
Kondisi umum untuk ruang Kondisi khusus untuk ruang
penyimpanan penyimpanan
- Obat jadi - Obat termolabil
- Obat produksi - Alat kesehatan dengan suhu rendah
- Bahan baku obat - Obat mudah terbakar
- Alat kesehatan dan lain-lain - Obat/ bahan obat berbahaya
- Barang karantina

2. STANDAR PENYIMPANAN OBAT


Standar penyimpanan obat yang sering digunakan adalah sebagai berikut
(Kepmenkes, 2004) :
a. Persyaratan Gudang :
1) Luas minimal 3x4 m2
2) Ruang kering tidak lembab
3) Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab
4) Cahaya cukup
5) Lantai dari tegel atau semen
6) Dinding dibuat licin
7) Hindari pembuatan sudut lantai atau dinding yang tajam
8) Ada gudang penyimpanan obat
9) Ada pintu dilengkapi kunci ganda
10) Ada lemari khusus untuk narkotika

b. Pengaturan Penyimpanan Obat :


1) Menurut bentuk sediaan dan alfabetis
2) Menerapkan sistem FIFO dan FEFO
First Expire First Out adalah mekanisme penggunaan obat yang berdasarkan
prioritas masa kadaluarsa obat tersebut. Semakin dekat masa kadaluarsa obat
tersebut, maka semakin menjadi prioritas untuk digunakan. First in First Out
mekanisme penggunaan obat yang tidak mempunyai masa kadaluarsa. Prioritas
penggunaan obat berdasarkan waktu kedatangan obat. Semakin awal kedatangan
obat tersebut, maka semakin menjasi prioritas untuk digunakan.
3) Menggunakan almari, rak, dan pallet
4) Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika
5) Menggunakan almari khusus untuk perbekalan farmasi yang memerlukan
penyimpanan pada suhu tertentu
 Dilengkapi kartu stock obat

c. Tata Ruang
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan
pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan gudang sebagai
berikut:
1) Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut :
a) Gudang menggunakan sistem satu lantai, jangan menggunakan sekat-sekat
karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan
posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.
b) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi, ruang
gedung dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U, atau arus L.
2) Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah sirkulasi
udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan
memaksimalkan umur hidup dari perbekalan farmasi sekaligus bermanfaat dalam
memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya dalam gudang terdapat
AC, namun biayanya akan mahal untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain
adalah menggunakan kipas angin, apabila kipas angin belum cukup maka ventilasi
melalui atap
3) Rak dan Pallet

Penempatan rak yang tepat dan menggunakan pallet akan dapat meningkatkan
sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan farmasi.
a) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir
b) Peningkatan efisiensi penangan stok
c) Dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak
d) Pallet lebih murah daripada rak
4) Kondisi penyimpanan khusus
a) Vaksin memerlukan cold chain khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan
putusnya aliran listrik
b) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan
selalu terkunci
c) Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam
ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bagunan khusus terpisah dari
gudanginduk
5) Pencegahan Kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan mudah terbakar, seperti dus,
karton, dll. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah
dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam kebakaran agar
diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau tidak.

3. FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM FUNGSI


PENYIMPANAN DAN GUDANG
a. Masalah keamanan dan bahaya kebakaran merupakan resiko terbesar dari
penyimpanan. Apalagi barabg-barang farmasi sebagian adalah mudah terbakar.
b. Penggunaan tenaga manusia seefektif mungkin, jangan berlebih jumlah
karyawannya sehingga banyak waktu menganggur yang merupakan biaya.
Demikian juga sebaliknya, kekurangan tenaga menimbulkan antrian dipusat
pelayanan ( Apotek, PBF, dll) yang akan merugikan kedua belah pihak. Harus
dijaga komposisi, jumlah, karyawan, dan pembagian kerja yang pas
c. Pergunakan ruang tersedia seefisien mungkin,baik dari segi besarnya ruangan dan
pembagian ruangan
d. Menciptakan suatu sistem yang lebih efektif untuk lebih memperlancar arus
barang. Barang yang datang lebih awal harus dikeluarkan lebih awal ( metode
FIFO) dan dengan expire date lebih dekat harus dikeluarkan lebih dulu walaupun
obat tersebut datangnya belakangan

4. SARANA PRASARANA PENYIMPANAN

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk penyimpanan obat ialah untuk
memastikan obat berada dalam keadaan aman dan menghindari kemungkinan rusak.
Karena itu penyimpanan harus diatur agar tercapai tujuan tersebut dengan cara:
a. Mendesain struktur fisik gudang
b. Terdapat organisasi pengelola gudang
c. Memiliki prosedur pengeluaran obat dari gudang
d. Pengaturan efisiensi kerja gudang
e. Penyimpanan dan pengontrolan persediaan di unit-unit RS
f. Mengetahui keperluan (jumlah dan jenis obat) untuk setiap unit
g. Adanya penanganan khusus untuk obat yang stabilitasnya dipengaruhi suhu
Dalam menentukan struktur fisik gudang terdapat dua hal yang harus diperhatikan
yaitu jalur distribusi obat dan seleksi letak gudang dalam suatu instalasi rumah sakit.
Adapun jalur distibusi yang diperhatikan ialah jumlah dan penyebaran unit, jumlah
dan kapasitas fasilitas unit manajemen di tiap unit. Sedangkan untuk tata letak gudang
ialah letak gudang memudahkan distribusi obat dari gudang ke unit-unit lain, jarak
antara gudang dan unit-unit di RS, drainage serta ukuran ruangan yang memadai dan
aman.

Sarat desain gudang yang baik ialah jika pemindahan barang dapat dilakukan
dengan mudah, sirkulasi udara baik, lantai mudah dibersihkan, menempatkan obat
menurut kelas terapi, indikasi klinik, jenis pelayanan atau menurut abjad, obat
ditempatkan pada rak (menghemat tempat dan sirkulasi udara), tempat penyimpanan
khusus untuk bahan mudah terbakar, dilengkapi pemadam kebakaran dan sebaiknya
ada penjaga malam untuk menghindari pencurian obat.

Dilihat dari bentuknya gudang Dilihat dari jenisnya gudang


Gudang terbuka Gudang transit
Gudang semi terbuka Gudang serbaguna
Gudang tertutup Gudang pendingin
Gudang tahan api

Ada beberapa cara untuk mengklasifikasi stock agar memudahkan pencarian obat
yaitu berdasarkan :
a. Kategori terapetik/farmakologi
b. Indikasi klinik
c. Alfabetis
d. Bentuk Dosis
e. Random bin
f. Penggunaan
g. Kode komoditas

Barang yang datang lebih dulu harus dikeluarkan lebih dulu (metode FIFO) dan
obat dengan expired date lebih dekat harus dikeluarkan terlebih dulu walaupun obat
tersebut datang terakhir.
Adapun daerah penyimpanan obat dalam gudang dibagi menjadi lima yaitu
penyimpanan pada suhu kamar tak terkontrol, penyimpanan pada suhu kamar dengan

kelembaban terkontrol, penyimpanan pada suhu dingin (0-8oC), penyimpanan

terkunci untuk produk narkotika dan psikotropika, dan penyimpanan untuk barang
yang mudah terbakar. Untuk memudahkan petugas dalam mengambil persediaan obat
digudang maka sebaiknya stok obat dalam gudang disusun berdasarkan aturan/urutan
tertentu seperti kategori terapetik, indikasi klinik, alfabetis, bentuk dosis, random bin,
penggunaan, maupun berdasarkan kode komoditas.

5. CARA PENEMPATAN PERSEDIAAN DALAM GUDANG


a. Fixed Location
Fixed location yaitu penempatan item obat ditempatkan pada tempat yang
tetap/sama,keuntungannya ialah lokasi tidak berpindah-pindah atau tetap, cukup
untuk menempatkan jumlah barang maksimal untuk setiap item, administrasi
persediaan relatif mudah. Akan tetapi kerugian dari fixed location ialah tidak
fleksibel jika ada perubahan jumlah order jika ada tambahan item baru tidak ada
tempat, pencurian meningkat, kemungkinan ada tempat penyimpanan yang tidak
terpakai.
b. Fluid Location
Penempatan persediaan di gudang yang dibagi dalam beberapa lokasi (diberi
tanda). Keuntungannya ialah ruang lebih efisien, lebih kecil 20-25% dari ruangan
fixed location. Diperlukan administrasi stock yang sempurna dan catatan tempat
stok harus selalu up todate.

6. DASAR PEMILIHAN SISTEM PENYIMPANAN


Untuk dasar pemilihan system penyimpanan ialah
a. jumlah total barang yg disimpan
b. volume rata-rata dari masing-masing barang
c. ketinggian bangunan gudang
d. peralatan mekanik yang tersedia untuk mengambil.

7. PENGATURAN TATA RUANG DAN PENYUSUNAN INVENTORY


a. Gudang dapat ditata dengan model garis lurus, huruf U dan huruf L.
b. Perhatian jenis/barang yang disimpan
c. Setiap jenis/kelompok disusun sesuai abjad
d. Jangan meletakkan barang langsung diatas lantai (sebaiknya diberi alas)
e. Gunakan lemari khusus untuk barang narkotika dan barang kelompok A
f. Susun barang dalam rak dan berikan nomor kode
g. Pisahkan penyimpanan obat dalam dan obat luar
h. Box/dus bekas dapat digunakan untuk menyimpan
i. Barang yang voluminous dapat disimpan dalam box besar sedang yang kecil untuk
menyimpan barang yang kaleng atau botol
j. Keluarkan barang dari box secekupnya
k. Bila satu box berisi bermacam-macam barang maka buat daftar isi box tersebut

Setelah diperoleh gudang yang dikehendaki maka seluruh barang yang disimpan
harus dikelompokan dengan memperhatikan hal berikut:
Kelompok/jenis barang
1) Barang mempunyai fungsi sejenis
2) Sifat fisik seperti padat atau cair
3) Kondisi yang diperlukan untuk menjaga kualitas barang yang memerlukan
pendinginan selama penyimpanan atau yang mudah terbakar
4) Supplyer yang sama
Tiap kelompok dibedakan menjadi
1) Ukurannya berat atau bervolume besar
2) Tingkat pemakaian baru atau fast moving, moderat atau slow moving
3) Kemudian dari masing-masing kelompok baru disimpan berdasarkan abjad
4) Lebih ekonomis apabila barang, fast moving, berat, dan voluminous diletakkan
didekat pintu

8. PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT, PSIKOTROPIK DAN NARKOTIKA,


BAHAN BERBAHAYA

1. Menurut PERMENKES RI No. 28/MENKES/PER/I/1978 tentang Tata Cara


Penyimpanan Narkotika, yaitu pada pasal 5 yang menyebutkan bahwa apotek
harus mempunyai tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b) Harus mempunyai kunci yang kuat.
c) Lemari dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama
dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya, serta
persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika
lainnya yang dipakai sehari-hari.
d) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang dari 40 x 80 x 100
cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.

2. Pada pasal 6, dinyatakan sebagai berikut:


a) Apotek dan rumah sakit harus menyimpan narkotika pada tempat khusus
sebagaimana yang dimaksud pada pasal 5, dan harus dikunci dengan baik.
b) Lemari khusus tidak boleh digunakan ntuk menyimpan barang lain selain
narkotika
c) Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab/asisten
apoteker atau pegawai lain yang dikuasakan.
d) Lemari khusus harus ditaruh pada tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh
umum.

3. Menurut Permenkes No. 3 tahun 2015 yang notabene merupakan regulasi terbaru,
yakni pasal 25 dan 26. Dalam Pasal 25 ayat 1 disebutkan bahwa tempat
penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat berupa
gudang, ruangan, atau lemari khusus. Dalam Pasal 26 ayat 2 disebutkan bahwa
ruang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a) Dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat.
b) Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi
c) Mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
d) Kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang
ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
e) Tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk.

4. Pada Ayat 3 disebutkan bahwa Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Terbuat dari bahan yang kuat.
b) Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda.
c) Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi
Pemerintah.
d) Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek,
Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan.
e) Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang
ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.

5. Permenkes 3 Tahun 2015 tentang PEREDARAN, PENYIMPANAN,


PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN
PREKURSOR FARMASI.

Lemari Narkotika

Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obat untuk


meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high alert
medication). High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat yang
berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
Kelompok Obat high-alert diantaranya:

1) Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA)
2) Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang lebih
pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat
=50% atau lebih pekat).
3) Obat-Obat sitostatika.

High Alert Medications atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obatan
yang memiliki risiko lebih tinggi untuk menyebabkan/menimbulkan adanya
komplikasi/membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan
penggunaan (dosis, interval, dan pemilihannya) dan pengelolaan yang kurang tepat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 58 Tahun 2014 Tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di RS, mengharuskan RS untuk mengembangkan kebijakan
pengelolaan obat untuk meningkatkan keamanan khususnya obat yang perlu
diwaspadai (high alert medications). Obat ini sering menyebabkan kesalahan serius
dan dapat menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan.

Contoh Obat-obatan High Alert

Kategori/kelas obat-obatan Jenis Obat


Agonis adrenergik IV Epinefrin, fenilefrin, norepinefrin,
isoproterenol
Antagonis adrenergik IV Propanolol, metoprolol, labetalol
Agen anestesi (umum,inhalasi, dan IV) Propofol, ketamin
Anti-trombotik, termasuk : Warfarin, LMWH (low-molecular-weight
a. Antikoagulan heparin), unfractionated heparin IV
b. Inhibitor faktor Xa Fondaparinux
c. Direct thrombin inhibitors Argatroban, bivalrudin, dabigatran
d. Trombolitik Etexilate, lepirudin
e. Inhibitor glikoprotein IIb/IIIa Alteplase, renecteplase
Larutan / solusio kardioplegik
Agen kemoterapi (parenteral dan oral)
Dekstrosa hipertonik (≥20%)
Obat hipoglikemik (oral)
Obat inotropik IV Digoksin, milrinone
Insulin (SC dan IV) Insulin regular, aspart, NPH, glargin
Obat dengan bentuk liposomal Amfoterisin B liposomal
Obat-obatan epidural atau intratekal
Agen sedasi moderat /sedang IV Dexmedetomidine, midazolam
Agen sedasi moderat /sedang oral, untuk Chloral hydrate, ketamin, midazolam
anak
Agen blok neuromuscular Suksinilkolin
Antikonvulsan Benzodiazepin

9. PERSIAPAN DAN PENYIMPANAN


a). High alert medications. Disimpan di pos perawat di dalam troli atau cabinet yang
memiliki kunci.
b). Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan
dengan obat-obatan rutin lainnya. Jika high alert medications harus disimpan di
area perawatan pasien, kuncilah tempat penyimpanan dengan diberikan label
‘Peringatan: high alert medications’ pada tutup luar tempat penyimpanan

c). Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan high alert medications,
berikanlah pesan pengingat di tutup cabinet agar pengasuh/ perawat pasien
menjadi waspada dan berhati-hati dengan high alert medications. Setiap kotak/
tempat yang berisi high alert medications harus diberi label.

d). High alert medications harus diberikan label yang jelas dengan menggunakan
huruf/tulisan yang berbeda dengan sekitarnya.

10. PENYIMPANAN OBAT-OBAT HIGH ALERT

a. Obat-obat High alert disimpan di instalasi farmasi dengan diberi label yang
bertuliskan ”HIGH ALERT” di setiap kemasan obat dan dipisahkan dari obat lain
ditempatkan di dalam lemari/wadah dan diberi garis berwarna merah bertuliskan
“Hati-hati high alert medication”.
b. Obat-obat high alert golongan elektrolit pekat atau elektrolit konsentrasi tinggi
yang di simpan di unit perawatan pasien harus dilengkapi dengan peringatan garis
merah bertuliskan “hati-hati high alert medication”, harus di beri label yang jelas
yaitu stiker merah berbentuk oval bertuliskan HIGH ALERT berwarna putih dan di
simpan pada area yang di batasi ketat untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati- hati.
c. Obat-obatan high alert selain golongan elektrolit konsentrat pekat dan obat
NORUM dapat disimpan di unit perawatan dan di simpan di lokasi dengan akses
terbatas bagi petugas yang di beri wewenang.

11. OBAT-OBAT LASA (Look Alike Sound Alike)


Menurut Permenkes RI No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit, LASA masuk ke dalam obat-obatan yang perlu diwaspadai
(high-alertmedications), yaitu obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius(sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
Beberapa faktor penyebab LASA harus diwaspadai:
- Tulisan tangan yang tidak jelas
- Nama obat tidak lengkap
- Produk baru
- Kemasan atau label yang mirip
- Penggunaan klinis yang sama
- Kekuatan obat, dosis, dan frekuensi pemberian sama

Strategi tenaga kesehatan untuk mencegah kesalahan karena LASA:

1. Tidak menyimpan obat lasa secara alfabet. Letakkan di tempat terpisah, misalnya
tempat obat fast moving.
2. Tempat obat diberi label khusus dengan huruf cetak, warna jelas dan label cetakan.
Berikan pencahayaan yang terang pada tempat obat.
3. Resep harus menyertakan semua elemen yang diperlukan, misalnya nama obat,
kekuatan dosis, bentuk sediaan, frekuensi, dll.
4. Cocokkan indikasi resep dengan kondisi medis pasien sebelum dispensing atau
administering.
5. Melakukan double check, minimal oleh 2 orang petugas yang berbeda pada setiap
melakukan dispensing obat. Melakukan pengecekan ulang pada kemasan dan label
obat dengan membandingkan label pada resep.
6. Sewaktu penyerahan, tunjukkan obat sambil diberikan informasi, supaya pasien
mengetahui wujud obatnya dan untuk mereview indikasinya.
Contoh Obat Sound Alike:

Golongan Nama dagang Nama dagang Golongan


Analgetik MEFINTER METIFER Nootropic-
(As. Mefenamat) (mecobalamin) neurotonic
Antikolestrol LESCHOL LESICHOL Fosfolipid
(fluvastatin) (lecithin, vitamin) esensial
Antiemetik CHLORPROMAZIN CHLORPROPAMID Antidiabetes
Antihistamin DIPHENHYDRAMIN DIMENHYDRINAT Antiemetic,
antivertigo
Contoh obat look Alike

Contoh obat Sound Alike


BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. KASUS

Data Penggunaan Obat di Rumah Sakit

Penggunaan Obat
Sisa Harga Satuan
Nama Obat Satuan Bulan Bulan Bulan ke
stok (Rp)
ke1 ke 2 3
MYCO Z ZALF 10G TUBE 10 11 16 9 668
NOPRENIA 2 MG TAB TABLET 211 150 165 49 20
NOROID CREAM 80ML TUBE 4 10 2 3 990
NOROID LOTION 200ML BOTOL 8 2 3 5 1188
NOVALGIN SYR BOTOL 33 23 38 4 424
OMEPRAZOLE CAP CAPSUL 2154 2450 2279 387 330
OREZINC SYR BOTOL 43 21 27 11 282
OXOFERIN SOL FLES 52 27 22 6 810
PRAXION FORTE SYRUP BOTOL 42 52 43 8 264
PREDNICORT 4 MG TAB TABLET 408 418 307 42 54
PRONTOSAN WOUND
GEL BOTOL 5 4 3 2 2299
PROPEPSA 500MG/5ML
SYRUP BOTOL 112 98 94 10 517
RYVEL DROP 10MG/ML BOTOL 49 25 41 11 467
RYVEL SYRUP 5MG/ML BOTOL 36 28 28 13 467
SAGESTAM CREAM
10GR TUBE 32 33 22 10 124
SANMOL 120MG/5ML
SYR BOTOL 64 67 101 14 118
SANOSKIN MELLADERM
TUBE 9 6 7 2 1668
PLUS GEL 20G
SCABIMITE 30G TUBE 2 6 19 6 688
SEVOFLURANE BAXTER
250 ML BOTOL 8 6.32 4.6 2 2.227,5
SPORETIK 100MG/5ML
SYRUP BOTOL 51 64 95 10 851
STERIMAR NASAL BABY FLES 13 11 1 5 1233
TELFAST OD 120 TABLET TABLET 137 89 83 37 14
TEMPRA FORTE
250MG/5ML SYR 60 ML FLES 18 25 25 9 358

THROMBOPHOB GEL TUBE 20 26 18 9 506


TRACETATE SYR FLES 11 9 8 4 3721
TRAMADOL 100MG INJ * AMPUL 158 178 265 15 2
TRAMADOL 50 MG TAB * TABLET 535 669 875 89 6
TRAMIFEN TABLET TABLET 738 707 747 75 7
TRANSPULMIN BB 10 G TUBE 10 8 10 4 396
ULTILOX FORTE SYR FLES 20 30 24 8 346
ULTRACET TABLET 76 110 89 21
ULTRAPROCT N CR TUBE 11 7 3 5 1053
VALPROIC ACID
BOTOL 36 44 43 14 394
250MG/5ML SYR
V-BLOC 6.25 MG TAB TABLET 255 372 259 58 42
VESTEIN 175MG/5ML
BOTOL 25 25 19 8 385
SYRUP
VOLTAREN GEL 10G TUBE 13 13 7 6 368
VOMETA SYR 60 ML FLES 25 22 26 5 434

1. Dari data penggunaan obat diatas kelompokkan yang termasuk hight allert medication
berikan alasannya
2. Bagaimana penyimpanan dan penataan obat-obat diatas berikan ilustrasi bagaimana
penyimpanan dan penataan

PENYELESAIAN
1. Obat-obat yang termasuk hight allert medication

Nama Obat Satuan Indikasi Alasan


merupakan obat-obat LASA (Look
Alike Sound Alike) jadi kemungkinan
untuk terjadi salah pemberian obat
NOROID CREAM 80ML TUBE sangat tinggi.
sebagai pelembab
tubuh dan wajah
dalam penanganan
dermatitis atopik.

NOROID LOTION 200ML BOTOL


merupakan obat-obat LASA (Look
Alike Sound Alike) jadi kemungkinan
untuk terjadi salah pemberian obat
RYVEL DROP 10MG/ML BOTOL sangat tinggi.
Rinitis alergi
menahun &
musiman,
urtikaria idiopatik
kronik.

RYVEL SYRUP 5MG/ML BOTOL

mengandung Sevoflurane yang


memiliki efek beresiko tinggi jika tidak
SEVOFLURANE BAXTER Anastesi lokal dan digunakan dengan tepat. Efeknya dapat
BOTOL
250 ML umun berupa hipotensi, agitasi (keresahan
atau kegelisahan), mual dan muntah,
serta mengingkatkan batuk.
Trombosis
superfisial,
tromboflebitis,
flebitis, varises. Karena Thrombophop gel mengandung
heparin sodium yang memiliki efek yang
Pencegahan beresiko tinggi jika tidak digunakan
THROMBOPHOB GEL TUBE flebitis akibat dengan tepat. Efeknya dapat berupa efek
pemberian infus. Hematologis seperti perdarahan,
Cedera akibat thrombocytopenia. Serta efek lainnya yang
olahraga atau mungkin terjadi dengan penggunaan
kecelakaan seperti jangka panjang (osteoporosis, alopecia).
memar.
merupakan obat-obat LASA (Look
Alike Sound Alike) sehingga
kemungkinan untuk terjadi salah
TRAMADOL 100 MG INJ * AMPUL pemberian obat sangat tinggi.
Untuk mengatasi
nyeri sedang
sampai berat

TRAMADOL 50 MG TAB * TABLET


Mengandung Fluocortolone pivalate dan
lidocaine HCl. Dimana kandungan
Hemoroid, lidocaine HCl dalam sediaan dapat
proktitis, fisura memberikan efek negatif jika tidak
anal superfisial, digunakan dengan benar. Efeknya dapat
ULTRAPROCT N CR TUBE
eksim anal, berupa Ruam, Gatal-gatal, Kulit kering,
pengobatan pra Kulit memerah, Demam, Angioedema,
dan pasca operasi. memar (sistem transdermal), dermatitis
kontak, depigmentasi (sistem
transdermal), edema kulit.
Mengandung carvedilol yang merupakan
golongan beta-bloker non-selektif.
Dimana carvedilol dapat menurunkan
kontraksi jantung, menurunkan frekuensi
Hipertensi esensial
denyut jantung. Serta memvasodilatasi
V-BLOC 6.25 MG TAB TABLET dan gagal jantung pembuluh darah dan menurunkan
kronik
resistensi perifer. Efek sampingya berupa
memperlambat denyut jantung,
memperpendek pernapasan, mengganggu
penglihatan, hingga kejang.

2. Penyimpanan dan penataan obat-obat


1) Pengelompokan obat diawali dengan dikelompokan berdasarkan sifat khusus
obat seperti High Alert Medication dan B3 (Bahan beracun dan berbahaya).
a. Pada high alert medication disimpan dengan cara :
1. Diberi label High Alert, dipisahkan obat lain, diberi garis warna merah
bertuliskan Hati-hati high alert medication
2. Gol. Elektrolit pekat/kons tinggi: diberi garis warna merah bertuliskan “Hati-
hati high alert medication”, stiker oval merah bertuliskan “HIGH ALERT”
berwarna putih , disimpan di area ketat
3. Obat selain elektrolit pekat dan obat LASA/NORUM : disimpan di ruang
perawatan & disimpan di lokasi akses terbatas
4. Obat high alert yang terdapat pada trolley emergency harus ditempelkan label
high alert.
5. Untuk obat LASA tidak disimpan secara alfabet. Letakkan di tempat terpisah,
misalnya tempat obat fast moving.
6. Tempat obat LASA diberi label khusus dengan huruf cetak, warna jelas dan
label cetakan. Berikan pencahayaan yang terang pada tempat obat.

b. Pada B3 (Bahan beracun dan berbahaya) disimpan dengan cara :


1. Tempat khusus & terpisah dari barang yang mudah menghasilkan percikan
api
2. Dikelompokkan berdasarkan sifat & ketentuan penyimpanan berdasarkan
MSDS
3. Diberi/dipasang simbol sesuai dengan karakteristik bahan berbahaya

2) Dikelompokan berdasarkan golongan obat (Obat bebas, Bebas terbatas, Keras,


Psikotropika, dan Narkotik) dengan pemisahan antara obat generik dan paten.
a. Obat bebas, bebas terbatas, keras disimpan dengan cara dipisahkan sesuai label
tanpa tempat khusus kecuali dengan bentuk sediaan yang memerlukan perlakuan
khusus.
b. Obat psikotropika disimpan dengan cara : Obat-obatan psikotropika tersebut dalam
suatu rak atau lemari khusus yang terpisah dengan obat-obat lain, tidak harus
dikunci dan membuat kartu stok psikotropika.
c. Obat narkotika disimpan dengan cara :
1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2. Harus mempunyai kunci yang kuat.
3. Lemari dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama
dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya, serta
persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika
lainnya yang dipakai sehari-hari.
4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang dari 40 x 80 x 100
cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.
3) Dikelompokan berdasarkan efek farmakologis dan bentuk sediaan obat (padat, semi
padat, dan cair).
a. Tablet, kaplet, sirup disimpan terlindung dari cahaya dengan suhu 15-30’C
b. Kapsul disimpan ditempat yang kering dan dengan zat penyerap lembab
c. Salep, krim, ovula, supposoria disimpan pada suhu rendah 5-15’C

Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi

Nama Obat Satuan Bentuk Sediaan


NOVALGIN SYR BOTOL Cair
PRAXION FORTE SYRUP BOTOL Cair
SANMOL 120MG/5ML SYR BOTOL Cair
TEMPRA FORTE 250MG/5ML SYR 60
FLES Cair
ML
PREDNICORT 4 MG TAB TABLET Padat
TRAMIFEN TABLET TABLET Padat
ULTRACET TABLET Padat
VOLTAREN GEL 10G TUBE Semi padat

Antialergi dan Obat untuk Anafilaksis

Nama Obat Satuan Bentuk Sediaan


TELFAST OD 120 TABLET TABLET Padat
SCABIMITE 30G TUBE Semi padat
Antiepilepsi – Antikonvulsi

Nama Obat Satuan Bentuk Sediaan


NOPRENIA 2 MG TAB TABLET Padat
VALPROIC ACID 250MG/5ML SYR BOTOL Cair

Anti Infeksi

Nama Obat Satuan Bentuk Sediaan


MYCO Z ZALF 10G TUBE Semi padat
SAGESTAM CREAM 10GR TUBE Semi padat
SPORETIK 100MG/5ML SYRUP BOTOL Cair

Obat Saluran Cerna

Nama Obat Satuan Bentuk Sediaan


OMEPRAZOLE CAP CAPSUL Padat
OREZINC SYR BOTOL Cair
PROPEPSA 500MG/5ML SYRUP BOTOL Cair
ULTILOX FORTE SYR FLES Cair
VOMETA SYR 60 ML FLES Cair

Saluran Napas

Nama Obat Satuan Bentuk Sediaan


TRANSPULMIN BB 10 G TUBE Semi padat
STERIMAR NASAL BABY FLES Cair
VESTEIN 175MG/5ML SYRUP BOTOL Cair

Disinfektan & Antiseptik

Nama Obat Satuan Bentuk Sediaan


OXOFERIN SOL FLES Cair
PRONTOSAN WOUND GEL BOTOL Cair

Suplemen

Nama Obat Satuan Bentuk Sediaan


TRACETATE SYR FLES Cair
4) Disusun berdasarkan Alfabetis dan dengan sistem :
- First In First Out (FIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang
datang lebih dulu dan dikeluarkan lebih dulu.
- First Expired First Out (FEFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat
yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu.
- Last In First Out (LIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang
terakhir masuk dikeluarkan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1197/Menkes/SK.X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58


Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kepmenkes RI No.3 Tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan


pelaporan narkotika,psikotropika dan prekursor farmasi.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 1987. PerMenKes No.28/MenKes/Per/1987.

Satibi. 2015. Manajemen Obat di Rumah Sakit.Yogyakarta: UGM Press.

Siregar, Ch.J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Terapan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran. EGC.

Suprastiwi, E., 2005, “Penggunaan Karbamid Peroksida sebagai Bahan Pemutih Gigi”, Ind. J.
Dentistry, 12(3): 139-145

Wagner, B. J., 1999, “Whiter Teeth-Brighter Smiler”, Special Supplemental issue-Access,


September-Oktober,.1-12

Anda mungkin juga menyukai