Lapkas Clara - Tifoid
Lapkas Clara - Tifoid
Disusun Oleh:
Clara Aila Octaviani
01071170222
PUSKESMAS SURADITA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
LIPPO KARAWACI, TANGERANG
2018
BAB I
Laporan Kasus
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Tempat, tanggal lahir : 1973
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai perkantoran
Alamat : Cisauk
Status : Sudah Menikah
Tanggal datang ke puskesmas : 4 September 2018
II. Anamnesis
Pemeriksaan dilakukan kepada pasien pada hari Selasa, 4 September 2018
pukul 10.15 di Puskesmas Suradita secara autoanamnesis.
a. Keluhan Utama
Demam sejak 3 hari sebelum datang ke puskesmas Suradita.
IV. RESUME
Pasien atas nama Bapak Y, laki-laki, 45 tahun datang dengan keluhan
demam sejak 3 hari sebelum datang ke puskesmas Suradita. Demam pertama
timbul saat sore hari puku 16.00 WIB dan meningkat pada malam hari disertai
meriang. Suhu panas sekitar 39 derajat celcius. Demam tersebut membaik di
pagi hari, muncul kembali di siang hari. Pasien mengaku memiliki keluhan
lain yaitu badan pegal-pegal, lemas, sakit kepala, batuk, dan pilek. Sakit
kepala yang dirasakan pasien sejak 3 hari yang lalu seperti ditusuk-tusuk di
seluruh bagian kepala dan terus menerus. Sakit kepala memperburuk ketika
beraktivitas sehari-hari dan mereda jika berbaring. Skala sakit kepala yaitu 8
dari 10. Batuk yang dialami pasien sejak 1 hari yang lalu, kering dan tidak
berdahak. Pilek yang dialami pasien sejak 1 hari yang lalu juga, memiliki
lendir berwarna bening. Pasien mengaku keluhan-keluhannya tersebut
menggangu aktivitas sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan bibir yang
kering, terdapat warna putih kotor pada lidah, dan hati yang membesar.
V. Analisis
a. Diagnosis Kerja : Demam Tifoid
b. Diagnosis Banding : Demam dengue, pneumonia
BAB II
Tinjauan Teori
Sejak awal abad ke 20, insidens demam tifoid menurun di USA dan Eropa
dengan keterse- diaan air bersih dan sistem pembuangan yang baik yang sampai saat
ini belum dimili- ki oleh sebagian besar negara berkembang.1 Secara keseluruhan,
demam tifoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus dengan 216.500 kematian
pada tahun 2000. Insidens demam tifoid tinggi (>100 kasus per 100.000 populasi per
tahun) dicatat di Asia Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan kemungki- nan Afrika
Selatan; yang tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) di Asia
lainnya, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru);
serta yang termasuk rendah (<10 kasus per 100.000 populasi per tahun) di bagian
dunia lainnya. [1]
Gejala yang biasanya dijumpai adalah demam sore hari dengan serangkaian
keluhan klinis, seperti anoreksia, mialgia, nyeri abdomen, dan obstipasi. Dapat
disertai dengan lidah kotor, nyeri tekan perut, dan pembengkakan pada stadium lebih
lanjut dari hati atau limpa atau kedua-duanya. Pada anak, diare sering dijumpai pada
awal gejala yang baru, kemudian dilanjutkan dengan konstipasi. Konstipasi pada
permulaan sering dijumpai pada orang dewasa. Walaupun tidak selalu konsisten,
bradikardi relatif saat demam tinggi dapat di- jadikan indikator demam tifoid. Pada
sekitar 25% dari kasus, ruam makular atau makulo- papular (rose spots) mulai terlihat
pada hari ke 7-10, terutama pada orang berkulit putih, dan terlihat pada dada bagian
bawah dan abdomen pada hari ke 10-15 serta menetap selama 2-3 hari.[1]
Kultur darah merupakan gold standard me- tode diagnostik dan hasilnya
positif pada 60-80% dari pasien, bila darah yang tersedia cukup (darah yang
diperlukan 15 mL untuk pasien dewasa). Untuk daerah endemik di- mana sering
terjadi penggunaan antibiotik yang tinggi, sensitivitas kultur darah rendah (hanya 10-
20% kuman saja yang terdeteksi). Peran pemeriksaan Widal (untuk mendeteksi
antibodi terhadap antigen Salmonella typhi) masih kontroversial. Biasanya antibodi
an- tigen O dijumpai pada hari 6-8 dan antibodi terhadap antigen H dijumpai pada
hari 10-12 setelah sakit. Pada orang yang telah sembuh, antibodi O masih tetap dapat
dijumpai setelah 4-6 bulan dan antibodi H setelah 10-12 bulan. Karena itu, Widal
bukanlah pemerik- saan untuk menentukan kesembuhan penyakit. Diagnosis
didasarkan atas kenaikan titer sebanyak 4 kali pada dua pengambilan berse- lang
beberapa hari atau bila klinis disertai hasil pemeriksaan titer Widal di atas rata-rata
titer orang sehat setempat. Pemeriksaan Tubex dapat mendeteksi antibodi IgM. Hasil
pemeriksaan yang positif menunjukkan adanya infeksi terhadap Salmonella. Antigen
yang dipakai pada pemeriksaan ini adalah O9 dan hanya dijumpai pada Salmo- nella
serogroup D. [3,4]
BAB III
Analisa Kasus
Pasien atas nama Bapak Y, laki-laki, 45 tahun datang dengan keluhan demam
sejak 3 hari sebelum datang ke puskesmas Suradita. Demam pertama timbul saat sore
hari pukul 16.00 WIB dan meningkat pada malam hari disertai meriang. Suhu panas
sekitar 39 derajat celcius. Demam tersebut membaik di pagi hari, muncul kembali di
siang hari. Pasien mengaku memiliki keluhan lain yaitu badan pegal-pegal, lemas,
sakit kepala, batuk, dan pilek. Sakit kepala yang dirasakan pasien sejak 3 hari yang
lalu seperti ditusuk-tusuk di seluruh bagian kepala dan terus menerus. Sakit kepala
memperburuk ketika beraktivitas sehari-hari dan mereda jika berbaring. Skala sakit
kepala yaitu 8 dari 10. Batuk yang dialami pasien sejak 1 hari yang lalu, kering dan
tidak berdahak. Pilek yang dialami pasien sejak 1 hari yang lalu juga, memiliki lendir
berwarna bening. Pasien mengaku keluhan-keluhannya tersebut menggangu aktivitas
sehari-hari. Diagnosa demam tifoid diambil karena pada pasien terdapat gejala
demam yang berkarakteristik seperti naik turun, pagi lebih rendah atau normal, sore
atau malam lebih tinggi (demam intermitten). Diagnosa banding demam dengue
dipilih karena pada pasien terdapat gejala yaitu demam, sakit kepala, dan lemas.
Namun, diagnosa ini disingkirkan karena pada umumnya penderita memiliki keluhan
demam yang tinggi secara mendadak, tidak seperti pada pasien yang demamnya naik
turun. Diagnosa pneumonia dipilih karena pada pasien terdapat gejala demam dan
menggigil, namun diagnosa ini disingkirkan karena pada umumnya penderita
memiliki gejala demam yang meningkat disertai batuk yang berdahak kental dan
banyak, sesak napas, dan ada nyeri pada dada. Sedangkan, pada pasien tidak terdapat
gejala-gejala tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
3. Mehta KK. Changing trends in typhoid fever. Medicine Update 2008; 18: 201-
4.
4. Bhutta ZA. Current concepts in the diagnosis and treatment of typhoid fever.
BMJ 2006; 333: 78-82.