Anda di halaman 1dari 6

FORUM DISKUSI M4 KB1

Yang saya perhatikan dalam mengelola pembelajaran adalah minat belajar, karena
minat belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan siswa. Peranan
minat sangat besar pengaruhnya terhadap kemauan seseorang dalam menerima dan
melakukan suatu perbuatan. Jika minat belajar siswa mulai menurun, maka dapat
dipastikan siswa yang bersangkutan kurang antusias dalam mengikuti rangkaian
kegiatan belajar, baik kegiatan di dalam kelas maupun di rumah. Oleh karena itu, dengan
adanya minat belajar siswa akan lebih bisa memahami dan mengerjakan tugas dengan
semangat.
Guru sebagai pendidik dapat memberikan suatu pengalaman belajar yang dapat
membuat dan menumbuhkan minat anak didiknya terhadap seluruh kegiatan
pembelajaran. Ada beberapa cara yang dapat diupayakan guru untuk meningkatkan
kembali minat belajar anak didiknya, yaitu sebagai berikut:

1. Guru membantu siswa menyadarkan (mengingatkan) komitmen awal atau motivasi


siswa bersekolah
2. Guru menggunakan metode mengajar yang variatif dan inovatif. Tujuannya agar siswa
dapat terlibat dengan kegiatan yang mereka alami sehingga tidak membuatnya bosan
atau jenuh
3. Guru melakukan pendekatan personal kepada anak didiknya. Hal ini dilakukan dengan
cara mengajak anak didiknya untuk berbicara. Dengan demikian, guru dapat mengenal
lebih dekat dengan anak didiknya, dapat memahaminya, dan siswa pun merasa
diperhatikan
4. Guru perlu memahami gaya belajar masing-masing anak didiknya dan diharapkan
guru dapat menyesuaikan dengan gaya belajar mereka
5. Guru hendaknya memberikan "kebebasan" yang terkontrol bagi para peserta didiknya
untuk melakukan eksperimen agar memahami tujuan dari setiap mata pelajaran. Hal
ini dapat merangsang rasa ingin tahu siswa akan ilmu yang mereka pelajari.
FORUM DISKUSI M4 KB2

Pada sesi ini kita saling share pengetahuan dan pengalaman masing-masing peserta. Paparkan
kemampuan awal siswa Anda dalam mata pelajaran IPA dan bagaimanakah Anda mengelola
pengetahuan awal ini untuk mensukseskan belajar siswa Anda.

JAWAB :

Saya menyuruh siswa saya kelas 4 untuk membuka buku siswa pada tema 3 yaitu
peduli terhadap mahluk hidup. saya menyuruh siswa saya untuk mengamati gambar
yang ada di bukunya masing-masing. saya menyuruh 1 orang siswa untuk
mengambil tumbuhan (1 tumbuhan) yang berada di lingkungan sekolah dan saya
menyuruh mereka menyebutkan bagian-bagian tumbuhan tersebut. Mereka
menyebut akar, batang, daun dan bunga. ini merupakan pengetahuan awal siswa
saya. Setelah itu saya jelaskan materi tersebut yaitu mengenai bagian-bagian
tumbuhan beserta fungsinya dengan contoh kongkrit yaitu tumbuhan yang di ambil
oleh siswa sebagai alat peraga. Setelah saya selesai menjelaskan, saya membentuk
siswa saya dalam beberapa kelompok, kemudian saya menyuruh untuk memilih
salah satu tanaman dan masing-masing kelompok mengamati tanaman tersebut.
Setiap kelompok mengidentifikasi bagian-bagian tumbuhan, fungsi dan menuliskan
laporannya. Setelah selesai penulisan laporan dari masing-masing kelompok maka
saya menyuruh perwakilan dari masing-masing kelompok untuk memaparkan hasil
pengamatannya ke depan kelas.
FORUM DISKUSI M4 KB2
Sekarang kita akan share pendapat terkait gaya belajar siswa kita. Kemukakan cara
Anda mengelola pembelajaran matematika pada siswa dengan gaya bahasa auditori,
visual dan kinestetik. Hal ini sangat bermanfaat bagi teman guru yang lain.
JAWAB :

Gaya belajar memiliki banyak jenis, antara lain jenis auditori yang memfokuskan pada
pendengaran, visual yang menekankan pada penglihatan, dan kinestetik yang lebih
menyukai belajar dengan cara melakukan atau mengalami secara langsung.

1. Pengelolaan pembelajaran matematika pada siswa dengan gaya bahasa auditori.


karena gaya bahasa auditori ini mengandalkan pendengaran sebagai penerima
informasi dan pengetahuan. Saya sebagai guru kelas 3,saya memilih materi mengenal
pecahan sederhana sebagai contoh dengan metode ceramah. Pada materi mengenal
pecahan sederhana misal, Bu Mira membeli 1 buah semangka, Ia mempunyai 4 anak,
Ia ingin membagi semangka itu untuk keempat anaknya dengan adil. Maka saya
menjelaskan di depan kelas bahwa pembagian 1 semangka kepada keempat anak
tersebut biar adil maka 1 semangka dibagi menjadi 4 bagian sama besar. Tiap anak
memperoleh 1 bagian dari 4 bagian semangka. Setiap bagian semangka besarnya
1
seperempat bagian dari semangka semula. Seperempat lambangnya , dari
4
penjelasan tersebut siswa mendengarkan dan menyimak dengan baik.

2. Pengelolaan pembelajaran matematika pada siswa kelas 3 dengan gaya bahasa


visual. Gaya belajar ini lebih menekankan pada penglihatan, pada gaya belajar ini saya
menggunakan alat peraga untuk pengelolaan pembelajaran di kelas. Contohnya pada
materi mengenal pecahan sederhana yaitu mengenai pembagian semangka yang
sudah di jelaskan di atas.dalam hal ini saya menggunakan alat peraga yang
menyerupai semangka yang bisa dibagi menjadi empat bagian sehingga dengan alat
peraga tersebut siswa lebih mudah memahami materi tersebut.

3. Pengelolaan pembelajaran matematika pada siswa kelas 3 dengan gaya kinestetik.


Pada gaya belajar kinestetik siswa lebih suka dengan kegiatan menyentuh, dan
merasakan/mengalami sendiri dari materi yang di dapat dari guru.oleh karena itu
setelah siswa memahami materi yang saya sampaikan maka saya memberikan tugas
kepada siswa untuk membawa 1 buah semangka agar mereka bisa
mempraktekkannya langsung di dalam kelas.
1. Gaya Visual ( Belajar dengan cara melihat )

Belajar harus menggunakan indra mata melalui, mengamati, menggambar,


mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Seorang sisiwa
lebih suka melihat gambar, suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video.bagi
siswa yang bergaya visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan.
Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak dititik
beratkan pada peragaan atau media, ajak siswa ke objek-objek yang berkaitan dengan
pelajaran tersebut atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa
atau menggambarkannya dipapan tulis.
2. Gaya Auditori ( belajar dengan cara mendengar)

Belajar haruslah mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan


pendapat, gagasan, menanggapi dan beragumentasi. Seorang siswa lebih suka
mendengarkan kaset audio, ceramah, diskusi, debat, dan instruksi (perintah) verbal. Alat
perekam sangat membantu pembelajaran pelajar tipe auditori. Dr.Wenger (dalam Rose
Colin dan Nicholl,2002:143) merekomendasikan setelah membaca sesuatu yang baru,
deskripsikan dan ucapkan apa yang sudah dibaca tadi sambil menutup mata dengan
suara lantang. Alasannya setelah dibaca, divisualisasikan (ketika mengingat dengan
mata tertutup dan dideskripsikan dengan lantang, maka secara otomatis telah belajar dan
menyimpannya dalam multi - sensori.
3. Gaya belajar Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Seorang siswa lebih suka
menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri gerakan tubuh
(hands-on, aktivitas fisik). Bagi sisiwa kinestetik belajar itu haruslah mengalami dan
melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar kinestetik misalnya
lirikan mata kebawah bila berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak seperti ini sulit
untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi
sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
(Rose Colin dan Nicholl 2002:130)

Gaya belajar memiliki banyak jenis, antara lain jenis visual yang menekankan pada
penglihatan, auditorial yang lebih memfokuskan pada pendengaran dan kinestetik
yang lebih menyukai belajar dengan cara melakukan atau mengalami secara
langsung.
4. Gaya Visual ( Belajar dengan cara melihat )
Belajar harus menggunakan indra mata melalui, mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Seorang sisiwa
lebih suka melihat gambar, suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video.bagi
siswa yang bergaya visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan.
Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak dititik
beratkan pada peragaan atau media, ajak siswa ke objek-objek yang berkaitan dengan
pelajaran tersebut atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa
atau menggambarkannya dipapan tulis.

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar visual misalnya lirikan mata
keatas bila berbicara danberbicara dengan cepat. Anak yang mempunyai gaya belajar
visual harus melihat behasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerrti materi
pelajaran. Siswa cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas.
Siswa berfikir menggunakan gambar-gambar di otak dan belajar lebih cepat dengan
menggunakan tampilan-tampilan visual seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan
video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk
mendapatkan informasi. (Rose Colin dan Nicholl ,2002:130)

Ketajaman Visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri
setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat
untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. ( Dave
Meier,2002:97)
5. Gaya Auditori ( belajar dengan cara mendengar)

Belajar haruslah mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan


pendapat, gagasan, menanggapi dan beragumentasi. Seorang siswa lebih suka
mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat, dan instruksi (perintah)
verbal. Alat perekam sangat membantu pembelajaran pelajar tipe auditori. Dr.Wenger
(dalam Rose Colin dan Nicholl,2002:143) merekomendasikan setelah membaca sesuatu
yang baru, deskripsikan dan ucapkan apa yang sudah dibaca tadi sambil menutup mata
dengan suara lantang. Alasannya setelah dibaca, divisualisasikan (ketika mengingat
dengan mata tertutup dan dideskripsikan dengan lantang, maka secara otomatis telah
belajar dan menyimpannya dalam multi - sensori.
Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya lirikan mata ke
arah kiri/kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-sedang saja. Untuk itu, guru
sebaiknya harus memperhatikan sisiwanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang
mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat dengan menggunakan diskusi
verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori mencerna makna yang
disampaikan melalui tone,suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara, dan hal-
hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak
auditori. Anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca
teks dengan keras dan mendengarkan kaset. (Rose Colin dan Nicholl 2002:130)

Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus
menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita
membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi
aktif.

Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri
pembelajar, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang
mereka pelajari. Suruh mereka menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara.
Mintalah mereka membaca keras-keras secara dramatis jika mereka mau. Ajak mereka
berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan
informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan
pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri. (
Dave Meier. 2002 :95)
6. Gaya belajar Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Seorang siswa lebih suka
menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri gerakan tubuh
(hands-on, aktivitas fisik). Bagi sisiwa kinestetik belajar itu haruslah mengalami dan
melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar kinestetik misalnya
lirikan mata kebawah bila berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak seperti ini sulit
untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi
sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
(Rose Colin dan Nicholl 2002:130)

Anda mungkin juga menyukai