Anda di halaman 1dari 26

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kontrol kualitas dalam produksi pakan sangat penting dalam keberhasilan
dan keuntungan suatu usaha peternakan. Setiap bahan baku pakan mempunyai
kandungan nutrien dan deskripsi tertentu. Sifat-sifat tersebut akan berubah karena
adanya pengaruh tertentu, misalnya perlakuan, dan penambahan bahn lain, bahkan
karena penyimpanan. Secara umum, bahan baku pakan dinyatakan baik secara
fisik apabila apabila memenuhi bebrapa criteria, antara lain kering (kadar air
<12% sampai 14%), bebas kutu atau insekta lain, tidak pecah atau rusak (utuh),
bau atau rasa sesuai, penampilan luar tetap tidak berubah, dan tidak terdapat atau
sedikit dijumpai bahan pemalsu. Beberapa bahan pemalsu yang paling sering
digunakan adalah dedak padi halus, ekskreta ayam dan urea (bahan pemalsu yang
mengandung nutrien) dan serbuk gergaji, tepung arang, pasir halus, dan batu bata
giling atau bahan pemalsu yang tidak mengandung nutrient.
Menurut Morrison (2008) kualitas suatu bahan pakan dapat diketahui dari
beberapa cara, salah satunya adalah dengan pengukuran kerapatan jenis.
Kerapatan jenis bahan pakan merupakan gambaran berat bahan dalam satuan
berat (Kg) per unit volume (m3 atau Liter). Pengukuran kerapatan jenis
bahan pakan dapat dilakukan dengan menggunakan silinder bervolume 1000 ml.
Setiap bahan pakan berbeda jenisnya, perbedaan berat jenis tersebut dapat
disebabkan oleh air dan kepadatan bahan pakan tersebut serta adanya bahan
subalan atau kontaminan yang sengaja ditambahkan atau dicampurkan.
Penambahan bahan subalan dilakukan penjual untuk menambah keuntungan,
sedangkan bagi pembeli atau konsumen penambahan subalan pada bahan pakan
dapat menambah atau menurunkan kualitas bahan pakan.
Untuk mengurangi tindakan kecurangan pada produsen atau penjual ini
maka perlu dilakukan pengujian bahan pakan dengan cara menghitung kerapatan
jenis ( Bulk Density ) bahan pakan tersebut. Kontrol kualitas bahan baku bertujuan
untuk memberikan informasi yang tepat tentang kandungan zat makanan dan anti
kualitas yang terkandung didalamnya atau racun dari bahan baku, sehingga nilai

1 Universitas Sriwijaya
2

nutrisi yang diinginkan dari ransum sebagai produk akhir akan didapat dengan
baik dan tepat. Keberhasilan usaha peternakan ditentukan oleh 3 faktor yakni
breeding (pemuliabiakan, bibit), feeding (pakan), dan management (tata laksana).
Pakan mempunyai peranan penting, karena pakan merupakan bagian terbesar
(70%) dari total biaya produksi. Pakan merupakan faktor penting dan strategis
dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, sehingga perlu dijaga
agar ketersediaan dan mutu pakan yang beredar terjamin. Dalam usaha peternakan
tidak akan terlepas dari ketersedian bahan baku pakan yang berkualitas baik untuk
menghasilkan pakan yang memiliki kualitas dan kuantitas baik. untuk
memperoleh pakan yang berkualitas baik, harus disusun dari bahan baku pakan
yang berkualitas baik juga. disinilah letak pentingnya pengetahuan tentang pakan
ternak, karena pengenalan dan pengujian bahan pakan menjadi sangat penting.
Evaluasi bahan pakan dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologis (Suarni,
2009).

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum kebijakan dan keamanan pakan yang berjudul
kerpatan bahan pakan dan pengujian lama masa simpan bahan pakan adalah agar
mahasiswa dapat memahami pentingnya pengendalian mutu pakan tentang
kerapatan bahan pakan serta untuk mengetahui lama masa simpan dari bhan baku
pakan tersebut sehingga dapat mengetahui apakah bahan baku pakan tersebut
mengalami penurunan mutu pakan atau tidak.

BAB 2
TINJUAN PUSTAKA

2 Universitas Sriwijaya
3

2.1. Tepung Kerang


Menurut Setyaningrum (2009), kulit kerang merupakan bahan sumber
mineral yang pada umumnya berasal dari hewan laut berupa kerang yang telah
mengalami penggilingan dan mempunyai karbonat tinggi. Bahan tepung kerang
merupakan bahan pakan yang mirip peranannya dengan tepung tulang. Tepung
kerang kerap kali diberikan kepada ayam hias, ayam pelung, dan juga campuran
ransum untuk ayam ayam aduan. Tepung kerang digunakan pula sebagai pemecah
mekanik makanan ayam di dalam tembolok. Tetapi peranan kedua bahan pakan ini
semakin merosot dengan banyak beredarnya vitamin-mineral buatan pabrik yang
relatif murah pergram ransumnya (Rasyaf, 2001). Bahan baku pakan berupa
tepung kerang diperoleh dengan cara menggiling kerang dari berbagai ukuran
besar dan kecil. Tepung kerang ini digunakan sebagai unsur pencampuran di
dalam ransum karena kandung Ca dan P nya cukup tinggi. Tepung kerang ini
seperti halnya tepung tulang juga sangat potensial dalam proses pertumbuhan dan
berproduksi. Pemakaian ideal dalam ransum 1% - 2 %.
Tepung kerang diperoleh dari kulit kerang yang dihaluskan menjadi
tepung. Jenis tepung ini merupakan sumber kalsium dan fosfor. Penggunaannya
sering digunakan bersamaan dengan tepung tulang. Kadar kalsium tepung kerang
mencapai 38% jadi lebih besar dari kandungan kalsium tepung tulang. Karena itu,
penggunaan tepung kerang untuk itik petelur jumlahnya tidaklah terlalu banyak
(Suharno, 2001). Kandungan kalsium dalam cangkang kerang adalah 38%.
Tepung kerang memiliki kandungan protein 2-3%, dan kalsium 30-40%.
Kandungan yang terdapat dalam tepung cangkang kerang bukan hanya kalsium,
tetapi juga protein dan fosfor yang dibutuhkan oleh hewan ternak untuk tumbuh,
berkembang dan bereproduksi. Tepung kerang memiliki kandungan protein 2-3%,
dan kalsium 30-40%. Sebaiknya diberikan kepada anak itik dan itik dara sebanyak
1%, serta itik dewasa sebanyak 3% dari total ransum yang diberikan (Martawijaya
dkk, 2009).

2.2. Tepung Ikan


Tepung ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mutlak
diperlukankeberadaannya dalam penyusunan ransum khususnya untuk ternak

3 Universitas Sriwijaya
4

unggas yangberproduksi tinggi. Hal ini disebabkan karena kandungan asam


aminonya yangberkualitas tinggi (lengkap, seimbang, banyak, dan mempunyai
nilai biologis yang tinggi. Di negara maju, penggunaan tepung ikan dalam
penyusunan ransum 21dibatasi di bawah 10%, karena dianggap akan
mempengaruhi aroma daging dantelur.Tepung ikan dibuat dari ikan teriyang
terdiri dari kepala, tubuh, kerangkadan ekor. Menurut Rasyaf (2001) kualitas
tepung ikan yang baik adalah yang berasal dari ikan putih,sebab kadar lemaknya
tadak lebih dari 6% dan kadar garamnya sekitar 4%.Sedangkan tepung ikan
kualitas dua dibuat dari ikan afkir yang kadar lemak dangaramnya sangat tinggi.
Disamping itu, kualitas tepung ikan ditentukan olehbahan yang digunakan, proses
pembuatan dan daerah asal. Tepung ikan yangterdiri dari kepala dan ekor saja,
kualitasnya rendah. Sebab bahan tersebutkandungan proteinnya rendah dan sulit
dicerna.tepung ikan dimana teksturnya kasar dan kalau dipegang akan terasa
sekali banyak tulang dan sirip, serta baunya sangat spesifik ikan (Merdiyanti,
2008).

2.3. Tepung Jagung


Tepung jagung merupakantepung yang berasal dari biji jagungkering
dandigiling halusmenggunakan mesindenganayakan atausaringan sekitar 80atau
100 mesh (Merdiyanti, 2008). Bahan baku tepung jagung adalah jagung pipilan
kering (Zea mays spp) tanpa tambahan bahan lain. Biji jagung memiliki
kandunganzat pati yang lunak.Penepungan biji jagung terdapat 2 metode, yaitu
metode basah dan metode kering. Penepungan denganmetode basahdilakukan
dengan membersihkan biji jagung kemudian merendamnya dalam air selama
semalam, lalu dicuci, ditiriskan, dan ditepungkan denganmenggunakan mesin
penepung (Hammer Mill). Tepungselanjutnyadikeringkan hingga kadar air di
bawah 11%. Penepungan dengan metode kering dilakukan dengan langsung
menepung biji jagung yang telah dibersihkantanpa perendaman (Suarni, 2009).
Penepungan dengan metode basah menghasilkan rendemen tepung lebih tinggi
dibandingkan dengan metode kering. Akan tetapi, penepungan metode basah
memilikikandungan nutrisi tepung lebih rendahdaripenepungan dengan metode

4 Universitas Sriwijaya
5

kering (Suarni, 2009). Tepung jagung hasil pemrosesan dengan metode basah
memiliki teksturhalus saat dipegang, sedangkan dengan metode kering memiliki
tekstur agak kasar saat dipegang. Tepung jagung dapat digunaka sebagai bahan
baku pakan ternak. Tepung jagung memiliki sifat fleksibel, hal ini dikarenakan
sebagaibahan baku berbagai produk pangan. Tepung jagung relatif mudah
diterima masyarakat, karena telah terbiasa menggunakan bahan tepung, seperti
halnya tepung beras dan terigu. Pemanfaatan tepung jagung komposit pada
berbagai bahan dasar pangan antara lain untuk kue basah, kue kering, mie kering,
dan roti-rotian. Tepung jagung komposit dapat mensubstitusi 30-40% terigu untuk
kue basah, 60-70% untuk kue kering, dan 10-15% untuk roti dan mie (Richanadan
Suarni, 2007).

2.4. Bungkil Kelapa


Bungkil kelapa merupakan limbah dari proses pembuatan minyak
kelapa.Kalau proses pembuatan minyak kelapa cukup baik, maka kandungan
lemakbungkil kelapanyaakan rendah (dapat disimpan lama). Namun, bila
prosespembuatan minyak tidak sempurna, bungkil kelapa masih banyak
mengandung lemak. Hal inilah yang menjadi kendala penggunaannya dalam
penyusunan ransum unggas karena bahan tersebut mudah tengik. Namun, kendala
tersebutdapat diatasi dengan penambahan zat anti jamur dan antioksi dan bungkil
kelapa yang beredar di pasaran (Murtidjo, 2009), umumnya masih banyak ada
gumpalannya, sehingga sebelum digunakan dalam penyusunan ransum terlebih
dahulu harus di ayak. Kandungan protein kasar pada bungkil kelapa cukup tinggi,
yaitu berkisarantara 20-26% tergantung pada proses pembuatannya. Demikian
juga halnya dengan kandungan energi termetabolisnya yang rendah, yaitu 1640
kkal/kg dantinggi rendahnya kandungan energi tersebut sangat tergantung pada
proses pembuatannya. Namun, yang dapat dimanfaatkan oleh ternak unggas
khususnya berkisar antara 53-81%. Akan tetapi, karena proses pembuatan bungkil
kelapa tersebut melalui proses pemanasan, maka asam amino lysine nya banyak
yang rusak, sehingga dapat dikatakan bahwa bungkil kelapa kandungan asam

5 Universitas Sriwijaya
6

amino lysinnya masih perlu disuplementasi dengan asam amino lysin sintetis di
samping metionin (Morrison, 2008).

2.5. Tepung kedelai


Tepung kedelai merupakan hasil produksi dari ijimkedelai. Sebagai bahan
makanan sumber protein asal tumbuhan, bungkil ini mempunyai kandungan
protein yang berbeda sesuai kualitas kacang kedelai. Kisaran kandungan protein
tepung kedelai mencapai 44-51%. Hal ini selain oleh kualitas kacang kedelai juga
macam proses pengambilan minyaknya. Pada dasarnya tepung kedelai dikenal
sebagai sumber protein dan energy. Sekitar 50% protein untuk pakan unggas
berasal dari tepung kedelai dan pemakaiannya untuk pakan ayam pedaging
berkisar antara 15-30%, sedangkan untuk pakan ayam petelur 10-25% (Wina,
2009). Kandungan protein tepung kedelai mencapai 43-48%. Tepung kedelai juga
mengandung zat antinutrisi seperti tripsin inhibitor yang dapat mengganggu
pertumbuhan unggas, namun zat antinutrisi tersebut akan rusak oleh pemanasan
sehingga aman untuk digunakan sebagai pakan unggas. Tepung kedelai dibuat
melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan, dan
penggilingan. Tepung kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12%
(Hutagalung, 2009). Bahan pakan sumber protein memiliki tingkat kelarutan yang
berbeda-beda. Semakin tinggi kelarutan protein dari suatu bahan, maka protein
tersebut semakin tidak tahan terhadap degradasi di dalam rumen. Berdasarkan
tingkat ketahanan protein di dalam rumen, tepung kedelai termasuk kelompok
sumber protein dengan tingkat ketahanan rendah (<40%), bersama-sama dengan
kasein, tepung kedelai, kacang dan biji matahari. Oleh sebab itu tepung kedelai
memiliki nilai biologis yang kurang memberikan arti bagi ternak ruminansia,
disebabkan sebagian besar protein kasar tepung kedelai terfermentasi dalam
rumen dan kurang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Untuk memperkecil degradasi
protein tepung kedelai dari perombakan mikroba di dalam rumen, maka tepung
kedelai sebelum diberikan pada ternak perlu mendapat perlindungan.
Perlindungan dimaksudkan untuk mengurangi perombakan protein oleh degradasi
mikroba rumen tanpa mengurangi ketersediaan amonia untuk sintesis protein

6 Universitas Sriwijaya
7

mikroba dan tanpa mengurangi kemampuan hidrolisis oleh enzim-enzim di dalam


abomasum dan usus. Perlindungan protein dari degradasi rumen dapat dilakukan
dengan cara pemanasan, pemberian formalin, tanin dan kapsulasi.

2.6. Konsetrat
Konsentrat adalah makanan yang serat kasarnya rendah, banyak
mengandung BETN dan sangat mudah dicerna (Tillman dkk., 2012). Konsentrat
umumnya mengandung bahan kering dan zat-zat makanan seperti protein,
karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin-vitamin. Pemberian konsentrat
tergantung pada mutu hijauan yang diberikan. Makin tinggi kualitas hijauan,
makin sedikit zat-zat makanan yang disuplai dari konsentrat (Morrison, 2008),
olehnya kenaikan produktifitas ternak kemungkinan hanya dapat dilakukan
dengan pemberian konsentrat yang bermutu tinggi. Konsentrat juga merupakan
suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk
meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan untuk
disatukan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap.
Konsentrat terdiri dari campuran jagung, dedak halus, bungkil kelapa dan tepung
ikan. Kualitas pakan konsentratkomersial buatan pabrik berupa pellet memiliki
kandungan protein yang tinggi (Nisma dkk., 2012).
Konsentrat merupakan pakan dengan kandungan serat kasar relatif rendah
dan mudah untuk dicerna. Konsentrat berfungsi untuk dapat meningkatkan dan
memperkaya nilai nutrisi dalam bahan pakan lainyang nilai nutrisinya rendah
(Retnani et al., 2015). Konsentrat adalah pakan yang dapat berfungsi sebagai
sumber protein atau sumber energy serta dapat juga mengandun gzat pakan
pelengkap (feed supplement) atau pakan imbuhan (feed additive). Soetisno (2009)
menjelaskan lebih lanjut bahwa konsentrat berfungsi untuk mencukupi kebutuhan
protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang tidak dapat dipenuhi oleh hijauan.
Kandungan serat dalam konsentrat yaitu kurang dari 18% dan kandungan TDN
lebih dari 60%. Konsentrat dapat diberikan sapi perah laktasi sebanyak 50% dari
tampilan produksi susunya (Kesya, 2011). Perbandingan pemberian hijauan dan
konsentrat untuk sapi perah laktasi agar tercapai produksi susu yang tinggi dengan

7 Universitas Sriwijaya
8

tetap mempertahankan kandungan lemak susunya yaitu dengan rasio hijauan 60%
dan konsentrat 40%. Akan tetapi, apabila kualitas hijauan rendah maka
rasiopemberian hijauan dapat bergeser atau diturunkan, sedangkan rasio
pemberian konsentrat ditambahkan (Rasyaf, 2001).

2.7. Dedak
Dedak padi diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Jadi dedak
merupakan hasil ikutan beras yang telah melalui beberapa proses. Banyaknya
dedak padi yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahan. Sebanyak 14.44%
dedak kasar, 26.99% dedak halus, 3% bekatul dan 1 -17% menir dapat dihasilkan
dari berat gabah kering. Dedak padi cukup disenangi ternak. Pemakaian bahan
baku pakan dedak padi dalam pakan ternak umumnya sampai 25% dari campuran
konsentrat. Walaupun tidak mengandung zat antinutrisi, pembatasan dilakukan
karena penggunan bahan baku pakan dedak padi dalam jumlah yang besar di
dalam pakan ternak dapat menyebabkan susahnya pengosongan saluran
pencernaan karena sifat pencahar pada dedak (Murtidjo, 2009). Ditambahan lagi
pemakaian bahan baku pakan dedak padi dalam jumlah besar dalam campuran
konsentrat dapat memungkinkan ransum tersebut mudah mengalami ketengikan
atau kerusakan bahan baku pakan sehingga mengalami penurunan kualitas bahan
baku pakan pada proses penyimpanan.
Kualitas dedak padi dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun
uji apung. Bulk density dedak padi yang baik adalah 337.2 – 350.7 g/l. Makin
banyak dedak padi yang mengapung, makin jelek kualitas dedak padi tersebut.
Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, bau dan uji sekam yang
menggunkan larutan flouroglusinol dapat dipakai untuk mengetahui kualitas
dedak padi yang baik yakni dengan diteteskan pada pakan. Bau tengik merupakan
indikasi yang baik untuk dedak yang mengalami kerusakan. Kualitas dedak padi
secara kuantitatif dapat dilakukan dilaborotorium dengan menggunakan metode
proksimat. Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai protein rata-rata dalam
bahan kering adalah 12.4%, lemak 13.6% dan serat kasar 11.6%. Dedak padi

8 Universitas Sriwijaya
9

menyediakan protein yang lebih berkualitas dibandingkan dengan jagung. Dedak


padi kaya akan thiamin dan sangat tingi dalam niasin (Soetisno, 2009).

2.8. Asam Propionat


Asam propionat merupakan salah satu zat yang tergolong dalam bahan tambahan
makanan. Asam propionat sering dipakai untuk bahan pengawet produk roti,
tepung dan keju. E-number untuk asam propionat adalah E280 dan termasuk dalam
golongan pengawet. Asam propionat berasal dari fermentasi gula (sumber karbon)
menggunakan bakteri Propioni bacterium freudenreichii, melalui metode fermentasi
fed-batch (Chen et al., 2012). Propionibacterium adalah bakteri gram positif,
bakteri anaerob fakultatif, yang sering digunakan dalam pembuatan keju swiss dan
produksi vitamin B12. Sumber karbon yang digunakan sebagai sumber energi
untuk bakteri propionat hidup lebih baik menggunakan gliserol dibandingkan
dengan glukosa, karena propionat yang dihasilkan lebih banyak. Namun,
kombinasi fermentasi antara glukosa dan gliserol labih menguntungkan
dibandingkan hanya menggunkan gliserol(Wang and Shang-Tian, 2013). Asam
propionat sebagai bahan pengaweta merupakan sintesis dari kimia. Ada dua cara
yang dapat dilakukan untuk menghasilkan asam propionate yang pertama
menggunakan etilen, karbon monooksidan dan air dan menggunkan
propionaldehid yang dioksidasi dan kedua nya menggunkan proses distilasi
(kesya, 2011).

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum Kebijakan dan Pengawasan Mutu Pakan yang berjudul
Kerapatan Bahan Pakan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29 Maret 2019 dan
sedangkan pratikum tentang Pengujian Lama Masa Simpan Bahan Pakan pada
hari senin tanggal 01 April 2019. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Teknologi dan Industri Peternkan Program S

9 Universitas Sriwijaya
10

tudi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya pada pukul 15.30 WIB
sampai dengan selesai.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
3.2.1.1 Alat Kerapatan Bahan Pakan
Adapun alat-alat yang digunakan saat praktikum antara lain nampan,
silinder 250 ml, timbangan dan mistar.

3.2.1.2. Alat Pengujian Lama Masa Simpan Bahan Pakan


Adapun alat-alat yang digunakan saat praktikum antara lain nampan,
kompor, wajan, panci, tabung gas, spatula, plastik klip, grain moisture tester dan
timbangan.

3.2.2. Bahan
3.2.2.1. Bahan Kerapatan Bahan Pakan
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum kerapatan bahan
pakan antara lain dedak padi halus, bungkil kelapa, tepung jagung, tepung kedelai,
tepung keong, tepung ikan dan konsentrat.

3.2.1.2. Bahan Pengujian Lama Masa Simpan Bahan Pakan


Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum pengujian lama
masa simpan bahan pakan antara lain dedak padi, tepung jagung, tepung kedelai,
bungkil kelapa, tepung keong, konsentrat dan tepung ikan dan asam propionat 1%.

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Cara Kerja Kerapatan Bahan Pakan
Adapun cara kerja yang dilakukan pada saat praktikum dimulai antara lain:
1. Masukkan bahan ke dalam silinder dan padatkan.
2. Bahan yang udah dipadatkan di keluarkan dan ditimbang, ulangi prosedur
beberapa ini hingga 4 kali untuk mendapatkan volume 100 ml bahan.
3. Ulangi perlakuan dengan 2 kali perhitungan untuk tiap-tiap bahan.
4. Setelah tau kerapatannyadi nilai setiap kerapatan bahan pakan di masukkan ke
dalam tabel yang tersedia lalu bandingkan dengan tabel yang ada.

10 Universitas Sriwijaya
11

3.3.2 Cara Kerja Pengujian Lama Masa Simpan Bahan Pakan


3.3.2.1. Pengukusan dan asam propionate
1. Timbang sampel bahan pakan sebanyak 100 gram.
2. Kukus sampel dengan api sedang selama 15 menit.
3. Dinginkan sampel dengan mengangin-anginkan.
4. Tambahkan asam propionat 1%, masukkan sampel ke dalam plastik klip dan
beri label

3.3.2.1.1. Ada 3 macam pengemasan


1. Mengemas dengan plastik dan menutup rapat.
2. Mengemas dengan plastik dan semi terbuka.
3. Mengemas dengan plastik dan dibiarkan terbuka

3.3.2.2. Penyangraian dan asam propionat


1. Timbang sampel bahan pakan sebanyak 100 gram.
2. Sangrai sampel dengan api sedang selama 15 menit.
3. Dinginkan sampel dengan mengangin-anginkan.
4. Tambahkan asam propionat 1%, masukkan sampel ke dalam plastik klip dan
beri label

3.3.2.2.1. Ada 3 macam pengemasan


1. Mengemas dengan plastik dan menutup rapat.
2. Mengemas dengan plastik dan semi terbuka.
3. Mengemas dengan plastik dan dibiarkan terbuka.

3.3.2.3. Pengukusan
1. Timbang sampel bahan pakan sebanyak 100 gram.
2. Kukus sampel dengan api sedang selama 15 menit.
3. Dinginkan sampel dengan mengangin-anginkan.
4. Masukkan sampel ke dalam plastik klip dan beri label.

3.3.2.3.1. Ada 3 macam pengemasan


1. Mengemas dengan plastik dan menutup rapat.
2. Mengemas dengan plastik dan semi terbuka.
3. Mengemas dengan plastik dan dibiarkan terbuka

3.3.2.4. Penyangraian
1. Timbang sampel bahan pakan sebanyak 100 gram.
2. Sangrai sampel dengan api sedang selama 15 menit.
3. Dinginkan sampel dengan mengangin-anginkan.
4. Masukkan sampel ke dalam plastik klip dan beri label
3.3.2.4.1. Ada 3 macam pengemasan
1. Mengemas dengan plastik dan menutup rapat.
2. Mengemas dengan plastik dan semi terbuka.
3. Mengemas dengan plastik dan dibiarkan terbuka.

11 Universitas Sriwijaya
12

3.3.2.5. Kontrol (tanpa perlakuan)


1. Timbang sampel bahan pakan sebanyak 100 gram.
2. Masukkan sampel ke dalam plastik klip dan beri label.

3.3.2.5.1. Ada 3 macam pengemasan


1. Mengemas dengan plastik dan menutup rapat.
2. Mengemas dengan plastik dan semi terbuka.
3. Mengemas dengan plastik dan dibiarkan terbuka

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Kerapatan Bahan Pakan
Table 1. Kerapatan bahan pakan mejah 1
Table 1.1. Perlakuan pertama kerapatan bahan pakan
Perhitungan Bungkil Kelapa Tepung Kedelai Tepung jagung
1. 150 150 160
2. 170 170 150

12 Universitas Sriwijaya
13

3. 150 170 150


4. 150 170 150
5. 140 170 150
Jumlah 760 gr/1000 830 gr/1000 760 gr/1000
0,76 0,83 0,76

Table 1.2. Perlakuan kedua kerapatan bahan pakan.


Perhitungan Bungkil Kelapa Tepung Kedelai Tepung jagung

1. 150 155 155


2. 190 155 155
3. 170 160 155
4. 190 160 155
5. 170 160 155
Jumlah 870 gr/1000 790 gr/1000 775 gr/1000
0,87 0,79 0,775

Table 2. Kerapatan Bahan pakan mejah 2


Table 2.1. Perlakuan pertama kerapatan bahan pakan
Perhitungan Konsentrat Tepung Kerang Tepung Ikan
1. 150 300 200
2. 160 300 200
3. 160 300 200
4. 160 300 200
5. 160 300 200
Jumlah 790 gr/1000 1500 gr/1000 1000 gr/1000
0,79 1,5 1

Table 2.2. Perlakuan kedua kerapatan bahan pakan.


Perhitungan Konsentrat Tepung Kerang Tepung Ikan
1. 160 300 200
2. 160 300 200
3. 160 300 200
4. 160 300 200
5. 160 300 200
Jumlah 800 gr/1000 1500 gr/1000 1000 gr/1000
0,8 1,5 1

Table 3. kerapatan Bahan pakan mejah 3


Table 3.1. Perhitungan pertama jagung kasar dan dedak halus
Perhitungan Jagung Kasar Dedak Halus
1. 80 gr 145 gr
2. 100 gr 160 gr
3. 130 gr 150 gr

13 Universitas Sriwijaya
14

4. 150 gr 180 gr
5. 160 gr 200 gr
Jumlah 620 gr/1000 1.010 gr/1000
0,62 0,01

Table 3.2. Perhitungan kedua jagung kasar dan dedak halus


Perhitungan Jagung Kasar Dedak Halus
1. 160 gr 200 gr
2. 180 gr 200 gr
3. 200 gr 215 gr
4. 230 gr 205 gr
5. 240 gr 225 gr
Jumlah 835 gr/1000 1.045 gr/1000
0,835 1,045

4.1.2. Hasil Pengujian Lama Masa Simpan Bahan Pakan


Tabel 1. Pengamatan pada kontrol selama 7 hari
Hari Bahan Keterangan Ditutup rapat Semi terbuka Terbuka
1 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Halus
Warna Terang Terang Terang
Bau Khas bahan Khas bahan Khas bahan
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Kedelai + dedak Tekstur Agak kasar Halus Agak halus
Warna Agak terang Terang Terang
Bau Khas bahan Khas bahan Tengik
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Bungkil kelapa Tekstur Halus Agak kasar Agak halus
+ dedak Warna Terang Cream Agak terang
Bau Khas bahan Khas bahan Tengik
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
4 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Halus
Warna Terang Terang Terang
Bau Khas bahan Khas bahan Khas bahan
Pencemar Ada sedikit Tidak ada Tidak ada
jamur
Kadar air
Kedelai + dedak Tekstur Halus Halus Agak halus
Warna Agak terang Terang Terang
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Bungkil kelapa Tekstur Halus dan Agak kasar Agak halus
+ dedak lembab
Warna Terang Cream Agak terang

14 Universitas Sriwijaya
15

Bau Khas bahan Khas bahan Khas bahan


Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air
7 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Halus
Warna Terang Coklat Terang
Bau Khas bahan Khas jagung Khas bahan
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air 12.0 12.0 13.0
Kedelai + dedak Tekstur Agak kasar Halus Agak halus
Warna Agak terang Kuning Terang
Bau Khas bahan Khas dedak Tengik
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air 13.0 13.0 13.0
Bungkil kelapa Tekstur Halus dan Agak kasar Agak halus
+ dedak lembab
Warna Terang Cream Agak terang
Bau Khas bahan Khas dedak Tengik
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air 14.0 13.0 14.5
Keterangan :
Tekstur : 1. Halus Warna : 1. Terang (krim) Bau : 1. Khas bahan
2. Agak halus 2. Agak terang (krim tua) 2. Agak khas
3. Kasar 3. Gelap (cokelat tua) 3. Busuk/asam

Tabel 2. Pengamatan hasil perlakuan di sangrai selama 7 hari


Hari Bahan Keterangan Ditutup rapat Semi terbuka Terbuka
1 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Agak halus
(sangrai) Warna Terang Agak terang Terang
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Kedelai + dedak Tekstur Agak kasar Halus Agak kasar
(sangrai) Warna Agak terang Agak terang Agak terang
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Bungkil kelapa Tekstur Kasar Agak halus Kasar
+ dedak Warna Gelap Gelap Gelap
(sangrai) Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
4 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Agak halus
(sangrai) Warna Terang Agak terang Terang
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Kedelai + dedak Tekstur Agak kasar Halus Agak kasar
(sangrai) Warna Agak terang Agak terang Agak terang
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada

15 Universitas Sriwijaya
16

Kadar air
Bungkil kelapa Tekstur Halus Agak halus Kasar
+ dedak Warna Gelap Agak terang Gelap
(sangrai) Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Tidaak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
7 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Agak halus
(sangrai) Warna Terang Agak terang Terang
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air 00.0 17.0 12.0
Kedelai + dedak Tekstur Agak kasar Halus Agak kasar
(sangrai) Warna Agak terang Terang Agak terang
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air 00.0 17.0 12.0
Bungkil kelapa Tekstur Halus Agak halus Kasar
+ dedak Warna Gelap Terang Gelap
(sangrai) Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air 02.0 00.0 13.0
Keterangan :
Tekstur : 1. Halus Warna : 1. Terang (krim) Bau : 1. Khas bahan
2. Agak halus 2. Agak terang (krim tua) 2. Agak khas
3. Kasar 3. Gelap (cokelat tua) 3. Busuk/asam

Tabel 3. Pengamatan hasil perlakuan di sangrai + propionat selama 7 hari


Hari Bahan Keterangan Ditutup rapat Semi terbuka Terbuka
1 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Kasar
(sangrai + Warna Agak terang Agak terang Agak terang
propionat) Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Tidak ada Tidak bahan Tidak ada
Kadar air
Kedelai + dedak Tekstur Halus Halus Agak halus
(sangrai + Warna Gelap Gelap Agak terang
propionat) Bau Khas bahan Khas bahan + Agak khas
asam
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Bungkil kelapa Tekstur Halus Kasar Halus
+ dedak (sangrai Warna Gelap Gelap Gelap
+ propionat) Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
4 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Kasar
(sangrai + Warna Agak terang Agak terang Agak terang
propionat) Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Sedikit jamur Tidak bahan Tidak ada
Kadar air
Tekstur Halus Halus Agak halus

16 Universitas Sriwijaya
17

Kedelai + dedak Warna Agak terang Gelap Agak terang


(sangrai + Bau Khas bahan Khas bahan + Agak khas
propionat) asam
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Bungkil kelapa Tekstur Agak kasar Kasar Halus
+ dedak (sangrai Warna Gelap Gelap Gelap
+ propionat) Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air
7 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Kasar
(sangrai + Warna Agak terang Agak terang Agak terang
propionat) Bau Khas bahan Asam Agak khas
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air 10.0 17.5 13.0
Kedelai + dedak Tekstur Halus Halus Agak halus
(sangrai + Warna Agak terang Agak terang Agak terang
propionat) Bau Khas bahan Khas bahan + Agak khas
asam
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air 13.0 13.0 13.5
Bungkil kelapa Tekstur Halus dan Kasar Halus
+ dedak (sangrai sedikit
+ propionat) lembab
Warna Gelap Agak terang Gelap
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air 12.0 12.0 14.5
Keterangan :
Tekstur : 1. Halus Warna : 1. Terang (krim) Bau : 1. Khas bahan
2. Agak halus 2. Agak terang (krim tua) 2. Agak khas
3. Kasar 3. Gelap (cokelat tua) 3. Busuk/asam

Tabel 4. Pengamatan hasil perlakuan di kukus selama 7 hari


Hari Bahan Keterangan Ditutup rapat Semi terbuka Terbuka
1 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Agak halus
(kukus) Warna Terang Terang Terang
Bau Khas bahan Khas bahan Asam
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Kedelai + dedak Tekstur Halus Halus Halus
(kukus) Warna Agak terang Agak terang Agak terang
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Bungkil kelapa Tekstur Kasar Kasar Halus
+ dedak (kukus) Warna Gelap Gelap Gelap
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air

17 Universitas Sriwijaya
18

4 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Agak halus


(kukus) Warna Terang Terang Terang
Bau Khas bahan Khas bahan Asam
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Kedelai + dedak Tekstur Halus Halus Halus
(kukus) Warna Agak terang Agak terang Agak terang
Bau Khas dedak Khas kedelai Agak khas
Pencemar Banyak jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Bungkil kelapa Tekstur Kasar dan Kasar Halus
+ dedak (kukus) lembab
Warna Gelap Gelap Gelap
Bau Agak khas Khas bungkil Agak khas
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air
7 Jagung + dedak Tekstur Halus Halus Agak halus
(kukus) Warna Terang Terang Terang
Bau Asam Khas bahan Asam
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air 13.0 17.0 13.0
Kedelai + dedak Tekstur Halus dan Halus Halus
(kukus) lembab
Warna Agak terang Agak terang Agak terang
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Banyak jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air 12.0 16.5 13.0
Bungkil kelapa Tekstur Kasar dan Kasar Halus
+ dedak (kukus) lembab
Warna Gelap Gelap Gelap
Bau Asam Khas bahan Agak khas
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Berjamur
Kadar air 13.0 13.0 15.5
Keterangan :
Tekstur : 1. Halus Warna : 1. Terang (krim) Bau : 1. Khas bahan
2. Agak halus 2. Agak terang (krim tua) 2. Agak khas
3. Kasar 3. Gelap (cokelat tua) 3. Busuk/asam

Tabel 5. Pengamatan hasil perlakuan di kukus + propionat selama 7 hari


Hari Bahan Keterangan Ditutup rapat Semi terbuka Terbuka
1 Jagung + dedak Tekstur Halus Agak halus Agak halus
(kukus + Warna Agak terang Terang Terang
propionat) Bau Khas bahan Busuk Agak khas
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Kedelai + dedak Tekstur Halus Halus Halus
(kukus + Warna Agak terang Agak terang Agak terang
propionat) Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kadar air

18 Universitas Sriwijaya
19

Bungkil kelapa Tekstur Halus Halus Kasar


+ dedak (kukus Warna Gelap Agak terang Gelap
+ propionat) Bau Khas bahan Khas bahan Busuk
Pencemar Tidak ada Tidak ada Ada patogen
Kadar air
4 Jagung + dedak Tekstur Halus dan Agak halus Agak halus
(kukus + lembab
propionat) Warna Terang Terang Terang
Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Banyak jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Kedelai + dedak Tekstur Halus Halus Halus
(kukus + Warna Agak terang Agak terang Agak terang
propionat) Bau Khas bahan Khas bahan Agak khas
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air
Bungkil kelapa Tekstur Halus dan Halus Kasar
+ dedak (kukus lembab
+ propionat) Warna Gelap Agak terang Gelap
Bau Asam Khas bungkil Busuk
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Ada patogen
Kadar air
7 Jagung + dedak Tekstur Halus dan Agak halus Agak halus
(kukus + lembab
propionat) Warna Terang Terang Terang
Bau Asam Busuk Agak khas
Pencemar Banyak jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air 18.0 17.0 16.0
Kedelai + dedak Tekstur Halus dan Halus Halus
(kukus + lembab
propionat) Warna Agak terang Agak terang Agak terang
Bau Khas bahan Busuk Asam
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Tidak ada
Kadar air 16.0 15.5 14.0
Bungkil kelapa Tekstur Halus dan Halus Kasar
+ dedak (kukus lembab
+ propionat) Warna Gelap Agak terang Gelap
Bau Busuk Khas bungkil Busuk
Pencemar Sedikit jamur Tidak ada Ada patogen
Kadar air 18.5 17.0 18.0
Keterangan :
Tekstur : 1. Halus Warna : 1. Terang (krim) Bau : 1. Khas bahan
2. Agak halus 2. Agak terang (krim tua) 2. Agak khas
3. Kasar 3. Gelap (cokelat tua) 3. Busuk/asam

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembahasan Kerapatan Bahan Pakan

19 Universitas Sriwijaya
20

Dari table hasil di atas dapat kita ketahui bahwa bahan pakan masing-
masing bahan baku pakan mempunyai bulk desity yang tidak bagus, hal ini telah
dibuktikan dengan memberikan perlakuan masing-masing bahan pakan sehingga
didapatkan hasilnya seperti tabel diatas. Karna dapat kita ketahui bahwa bulk
density suatu bahan akan menurun apabila adanya pengaruh penyimpanan
bahan pakan. Perbedaan kerapatan dari masing-masing bahan ini disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah ukuran partikel, kandungan air dan
kepadatan. Dapat kita ketahui bahwa setiap kerapatan jenis bahan pakan berbeda,
hal ini disebabkan oleh kandungan air yang terdapat didalamnya dan ukuran dari
bahan pakan tersebut. Dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa bahan baku
pakan yang digunakan untuk praktikum dan ditentukan kerapatan bahannya sesuai
dengan standar mutu yang ditentukan, bahkan lebih dari standar yang menunjukan
bahan baik . Hal tersebut terjadi dikarenakan kurang adanya pengawasan mutu
pada bahan pakan. Dengan melakukan uji bulk density pada setiap bahan baku
berupa bungkil kelapa, tepung kedelai, tepung jagung, konsetrat, tepung kerang,
tepung ikan dan dedak dengan cara memasukan masing-masing bhaan baku pakan
tersebut kedalam silinder dan dipadatkan dan dilakukan sebanyak sepuluh kali
dengan dua perlakuan. Dan di dapat hasil bulk density perlakuan pertama dari
masing-masing bahan baku pakan yakni bungkil kelapa 0,76, tepung kedelai 0,83,
tepung jagung 0,76, konsetrat 0,79, tepung kerang 1,5, tepung ikan 1 dedak 0,01 dan
jagung kasar 0,62, sedangkan hasil bulk density pad perlakuan kedua yakni
bungkil kelapa 0,87, tepung kedelai 0,79, tepung jagung 0,775, konsetrat 0,8,
tepung kerang 1,5, tepung ikan 1 dedak 1,045 dan jagung kasar 0,835. Dari hasil
tersebut dapat kita ketahui kualitas dari bhan baku pakn tersebut bahwa bahan
baku pakan tersebut dan ada faktor yang dapat menggangu kualitas suatu bahan
pakan pada uji kerapatan dari setiap bahan yang berbeda dengan sumber asal
bahan baku yang berbeda, kadar air yang terkandung dalam setiap bahan serta
faktor pemalsuan terhadap bahan pakan serta dapat kita ketahui bahwasannya efek
sumbalan bahan baku pakan, selain menghancurkan nilai kerapatan suatu bahan,
tetapi juga memberikan efek yang sangat berbahaya terhadap tubuh ternak,
seperti: keracunan pada ternak dan gangguan pada system pencernaan ternak.

20 Universitas Sriwijaya
21

4.2.2. Pembahasan Pengujian Lama Masa Simpan Bahan Pakan


Dari table hasil diatas dapat kita ketahui bahwa kualitas bahan pakan di
pengaruhi oleh lama mas simpan bahan pakan. Lama masa simpan bahan pakan
dipengaruhi oleh perlakuan yang dilakukan terhadap bahan baku pakan . untuk
mengetahui kulitas bhan baku pakan yakni dengan melakukan pengujian lama
masa simpan bahan pakan dengan beberapa perlakuan yakni pengamatan pada
kontrol selama tujuh hari dan pengamtan dilakukan pada bahan baku pakan
berupa tepung jagung dengan dedak, tepung kedelai dengan dedak dan tepung
bungkil kelapa dengan dedak. Pengamatan pengontrolan tersebut dilakukan pada
hari ke satu, keempat dan ketujuh. Dari pengontrolan tersebut dilakukan
pengamatan tekstur, warna, bau, kadar air dan pencemaran. Untuk hasil
pengamtan hari pertama tidak ada pencemaran pada bahan pakan sedangkan pada
hari ke empat terdapat pencemaran berupa jamur sedikit pada bahan pakan tepung
jagung dengan dedak dan tepung bungkil kelapa dengan dedak hal tersebut dapat
di simpulkan bahwa bahan pakan tersebut mengalami penurunan kualitas karena
lama masa simpan dan begitu juga pada pengamtan hari ketujuh hasil masih tetap
sama bahwa bahan pakan pakan tepung jagung dengan dedak dan tepung bungkil
kelapa dengan dedak mengalami penurunan kualitas.
Pengamtan yang kedua pengamatan di sangrai dengan lama pengamtan
tujuh hari dan pengamatan dilakukan pada bahan baku pakan berupa tepung
jagung dengan dedak, tepung kedelai dengan dedak dan tepung bungkil kelapa
dengan dedak. Pengamatan pengontrolan tersebut dilakukan pada hari ke satu,
keempat dan ketujuh. Dari pengontrolan tersebut dilakukan pengamatan tekstur,
warna, bau, kadar air dan pencemaran. Hasil pengamatan hari pertama tidak
terdapat pencemaran terhadap bahan pakan namun pada hari ke empat dan ketujuh
terdapat pencemaran jamur pada bahan pakan tepung jagung dengan dedak dan
tepung kedelai dengan dedak sehingga dalam hal ini dpat di simpulkan bahwa
bahan pakan tersebut mengalami penurunan kualitas karena pengaruh perlakukan
di sangria serta lama nya masa simpan. Pengamtan ketiga hasil perlakuan di
sangria dan ditambahkan asam propionat dengan lama pengamtan tujuh hari.
Pengamatan dilakukan pada bahan baku pakan berupa tepung jagung dengan
dedak, tepung kedelai dengan dedak dan tepung bungkil kelapa dengan dedak.

21 Universitas Sriwijaya
22

Pengamatan pengontrolan tersebut dilakukan pada hari ke satu, keempat dan


ketujuh. Dari pengontrolan tersebut dilakukan pengamatan tekstur, warna, bau,
kadar air dan pencemaran. Hasil pengamatan hari pertama tidak ada pencemaran
yang terlihat namun pada hari ke empat dan ke tujuh terdapat pencemaran pada
bahan pakan jagung dengan dedak dan bungkil kelapa dengan jagung dan dapat
kita simpulkan bahwa perlakuan dengan cara di sangria dan ditambah propionate
masih bisa membuat penutunan kualitas pda bahan pakan. Pengamtan yang
keempat perlakuakn di kukus dan dilakukan pengamtan selama tujuh hari dan
pengamatan dilakukan pada bahan baku pakan berupa tepung jagung dengan
dedak, tepung kedelai dengan dedak dan tepung bungkil kelapa dengan dedak.
Pengamatan pengontrolan tersebut dilakukan pada hari ke satu, keempat dan
ketujuh. Dari pengontrolan tersebut dilakukan pengamatan tekstur, warna, bau,
kadar air dan pencemaran. Hasil pengamtan hari pertamatidak ada pencemaran
yang terlihat namun pada hari ke empat terdapat pencemran pada bahan pakan
kedelai dengan dedak terdapat banyak jamur sedangkan ada bahan pakan bungkil
kelapa dengan dedak sedikit jamur dan sedagkan pada hari ketujuh pada semua
bahan pkan yang digunkan terdapat pencemaran berupa jamur hal tersebut dapat
di simpulkan bahwa perlakuan dengan dikukus dan lama nya masa simpan sangat
mempengaruhi kualitas bahan pakan tersebut sehingga dapat menurunkan kualitas
bahan pan tersebut. Dan pengamtan yang terakhir yakni pengamatan hasil dikukus
dengan penambahan propionate dengan lama pengamatan tujuh hari dan
pengamatan dilakukan pada bahan baku pakan berupa tepung jagung dengan
dedak, tepung kedelai dengan dedak dan tepung bungkil kelapa dengan dedak.
Pengamatan pengontrolan tersebut dilakukan pada hari ke satu, keempat dan
ketujuh. Dari pengontrolan tersebut dilakukan pengamatan tekstur, warna, bau,
kadar air dan pencemaran. Dan hasil pengamtan hari pertama tidak terdapat
cemran namun pada hari keempat dan hari ketujuh terdapat cemaran jamur yang
banyak pada bahan pakan jagung dengan dedak dan sedikit cemaran jamur pada
bahan pakan kedelai dengan dedak dan bungkil kelapan dengan dedak hal tersebut
dapat katakana bahwa perlakuan dikukus dengan penambhan asam propionat tidak
dapat menahan kan kualitas bahan pakan tersebut melaikan dapat menurunkan
kualitas bahan pakan tersebut.

22 Universitas Sriwijaya
23

Dari hasil kelima pengamtan tersebut dapat kita ketahui bahwa kualitas
bahan pakan akan menurun jika dilakukan perlakuakn dengan cara di sangria,
dikukus dan dengan penambahan propionate. Kualitas bahan pakan akan tetap
terjaga walau dengan masa simpan tujuh hari tanpa perlakuan apapun terhadapan
bahan pakan tersebut. Kualitas bahan pakan tersebut dapat menurun disebabkan
faktor lama masa simpan, perlakuan terhadap bahan pakan serta kandungan kadar
air yang terdapat dalam bahan pakan tersebut.

BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini kita dapat mengetahui kualitas dari
bahan pakan tersebut dengan melakukan uji kerapatan bahan pakan dan pengujian
lama masa simpan bahan pakan. Dan dapat kita ketahui bahwa kualitas pakan
tersebut dapat di pengaruhi oleh kualitas bahan pakan yang kita gunakan, lama
nya masa simpan dan perlakuan yang dilakukan terhadapt bahan pan tersebut serta
kandungan nutrisi yang dikandung di dalam bahan pakan tersebut. Didalam suatu
usaha peternakan pengendalian mutu pakan sangat penting dilakukan karena hal
tersebut menjadi salah satu faktor enujang keberhasilan dalam suatu usaha
peternakan. Dalam pengujian kerpatan bahan pakan dan pengujian lama masa
simpan bahan pakan tersebut merupakan salah satu cara yang epektik dalam
pengendalian mutu pakan untuk mengetahui kualitas dari bahan pakan yang kita
gunakan.

5.2. Saran

23 Universitas Sriwijaya
24

Adapun saran yang bisa di sampaikan diharapkan untuk praktikum


kebijakan dan pengendalian mutu pakan yang selanjutnya dpat dilakukan lagi
banyak uji pengendalian mutu bahan pakan sehingga kita dpat mengetahui secara
luas mana bahan pakan yang berkualitas baik dan mana yang berkualitas buruk.
Dan di harapkan untuk praktikum selanjutnya dapat dilakukan pengujian fisik,
kimia, dan biologi terhadapn bahan pakan untuk mengetahui secara pasti kualitas
dari bahan pakan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Chen, Linda Dan Patir. 2012. Teknologi Dan Kontrol Kualitas Pengolahan Pakan
Di Pt Charoen Pokphand Sidoarjo Jawa Timur. Laporan Praktek Kerja
Lapangan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hutagalung, 2009. Definisi Dan Standar Bahan Baku Pakan. Kumpulan Makalah
Feed Qualiy Management Workshop. American Soybean Association Dan
Balai Penelitian Ternak. Vol 2(13).

Kesya. 2011. Quality Control Untuk Bahan Baku Dan Produk Akhir Pakan
Ternak. Kumpulan Makalah Feed Quality Management Workshop.
American Soybean Association Dan Balai Penelitian Ternak. Vol 2(7).

Martawijaya, Adrian Y Dan Kusuma. 2009. Pakan Itik Petelur. Jakarta:Agromedia


Pustaka.

Morrison. 2008. Disain Proses Keamanan Pangan Pada Sistem Manajemen


Industri Pakan Unggas Process Design For Food Safety Considerationin
The Poultry Feed Industrial Management System. Jurnal Teknologi
Industri Pertanian. Bogor. Vol 27(2).

Merdiyanti. 2008. Kualitas Protein Bungkil Kedelai Metode Analisis Dan


Hubungannya Dengan Penampilan Ayam. Kumpulan Makalah Feed
Quality Management Workshop. American Soybean Association Dan Balai
Penelitian Ternak. Vol 1(3).

24 Universitas Sriwijaya
25

Murtidjo. 2009. Strategi Pemanfaatan Pakan Sumberdaya Lokal Dan Perbaikan


Manajemen Ayam Lokal. Jurnal Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Nisma, Kian., Ahmadi Dan Achmadi, J. 2012. Kualitas Pakan Ternak Yang Baik
Dan Aman Untuk Mendukung Kesuksesan Usaha Peternakan . Jurnal
Pertemuan Koordinasi Peternak Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Direktorat
Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Ungaran

Rasyaf, 2001. Seputar Makanan Ayam Kampung. Jakarta:Agromedia Pustaka.

Richana Dan Suarni. 2007. Pakan Dan Kemampuan Berproduksi Susu Sapi Perah
Laktasi Pada Peternak Kud Di Daerah Jawa Barat. Seminar Nasional
Program Pembangunan Usaha Peternakan Berdaya Saing Di Lahan
Kering. Universitas Gajah Madha.Yogyakarta.

Retnani, Arofah, Mutarin Dan Kelin. 2015. Pengaruh Jumlah Pakan Dan Frekuensi
Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan
Kelangsungan Hidup Ikan Kakap Putih (Lates Calcalifer). Skripsi. Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.

Suarni, 2009. Teknologi Dan Kontrol Kualitas Pengolahan Pakan Di Pt Charoen


Pokphand Sidoarjo Jawa Timur. Laporan Praktek Kerja Lapangan.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Vol 5(2).

Soetisno. 2009. Kontrol Kualitas Bahan Baku Dan Produk Akhir Di Pt Siba Prima
Utama Feedmill Karanganyar Solo. Laporan Praktek Kerja Lapangan.
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tillman, A.D., H.Hartadi, S.Reksohadiprodjo, S.Prawirokusumo Dan


S.Lebdosoekodjo. 2012. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Jogyakarta

Wina. 2009. Inovasi Teknologi Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal Mendukung


Pengembangan Industri Ayam Kampun. Departemen Ilmu Nutrisi Dan
Teknologi Pakan. Bogor. Vol 3(1).

Wang Dan Shang-Tian. 2013. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia Bagian
Nutrisi Dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

25 Universitas Sriwijaya
26

26 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai