Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
3. Hipokhondriak kiri
4. Lumbal kanan
5. Pusar (umbilikus)
6. Lumbal kiri
7. Ilium kanan
8. Hipogastrik
9. Ilium kiri
Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan,
yaitu lambung, usus halus dan usus besar (Pearce, 1999).
1. Lambung
Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di
belakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium cardia
terletak di belakang tulang rawan iga ke tujuh kiri. Fundus lambung, mencapai
ketinggian ruang interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar
letak di tengah. Pylorus, suatu kanalis yang menghubungkan corpus dengan
duodenum. Bagian corpus dekat dengan pylorus disebut anthrum pyloricum.
Fungsi lambung:
a. Tempat penyimpanan makanan sementara
b. Mencampur makanan.
c. Melunakkan makanan.
d. Mendorong makanan ke distal.
e. Protein diubah menjadi pepton.
f. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
g. Faktor antianemi dibentuk.
h. Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum (Pearce,
1999).
2. Usus halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter
panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai
katup ibo kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di
daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar.
6
beberapa lobus yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus caudatus,
lobus sinistra.
Fungsi ginjal adalah :
a. Mengatur keseimbangan air.
b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa
darah.
c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. (Pearce, 1999)
8. Limpa
Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara
fundus ventrikuli dan diafragma.
Fungsi limpa adalah :
a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan limposit
b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk
homoglobin dan zat besi bebas.
Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis.
b. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.
c. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior
B. Esofagus
C. Lambung
D. Kaliks kiri
E. Pankreas
F. Kolon desenden
G. Kolon transversum
H. Usus halus
I. Kolon sigmoid
J. Kandung kencing
K. Apendiks
L. Sekum
M. Illium
N. Kolon asenden
O. Kandung empedu
P. Liver
Q. Lobus kanan
R. Lobus kiri
2.2 Definisi
tekanan intra-abdomen. Tanpa pembedahan yang cepat dan tepat, hal ini
dapat menyebabkan kerusakan saraf dan kematian otot.
Sindrom kompartemen abdominal adalah suatu kondisi yang sangat
berpotensi akan terjadinya kematian, hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa
kasus yang menyebabakan hipertensi intra-abdominal. Hipertensi intra-
abdominal yaitu sebesar 20-25 cm H2O. Penyebab tersering adalah trauma
tumpul abdominal. Peningkatan tekanan intra-abdominal menyebabkan
hipoperfusi dan iskemik usus besar, dan selaput perut lainnya. Efek
patofisiologi termasuk pelepasan sitokin, oksigen radikal bebas, dan
penurunan produksi sel (adenosine triphosphat). Proses ini memungkinkan
terjadinya translokasi bakteri yang berasal dari usus dan adema usus beasar,
yang merupakan faktor pencetus terjadinya sindrom disfungsi organ pada
pasien. Konsekuensi dari sindrom kompartemen abdomen sangat besar dan
mempengaruhi banyak sistem vital pada tubuh. Hemodinamik, respirasi,
renal, dan abnormalitas neurologi adalah bagian-bagian yang dipengaruhi
sindrom kompartemen abdomen. Penatalaksanaan medis berupa laparatomi.
Asuhan keperawatan berupa keterlibatan perawat terhadap monitoring
kondisi klien, termasuk ukuran tekanan intra-abdominal.
ACS dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan penyebabnya:
1. Primer atau ACS akut : jika patologi intra abdominal terjadi secara
langsung di bagian proksimal.
2. ACS sekunder : tidak terdapat luka intraabdominal, tetapi di luar
abdominal yang dikarenakan akumulasi cairan.
3. ACS kronik : jika disebabkan oleh sirosis dan asites (biasanya pada
stadium lanjut ACS).
Pada bagian gawat darurat dan ICU, klien di duga mengalami ACS jika
terjadi metabolic asidosis, penurunan output urin, dan penurunan curah
jantung. Penyebab kasus ini hampir mirip dengan gejala patologis yang lain,
seperti hipovolemi.
11
2.3 Etiologi
Sindrom kompartemen abdomen terjadi ketika IAP (intra-abdominal
pressure) terlalu tinggi, mirip dengan sindrom kompartemen dalam
ekstremitas. Tiga jenis sindrom kompartemen abdomen yang berbeda dan
kadang-kadang menyebabkan tumpang tindih
1. Primer (Akut)
a. Menembus trauma
b. Intraperitoneal pendarahan
c. Pankreatitis
d. Eksternal mengompresi kekuatan, seperti puing-puing dari sebuah
kendaraan bermotor tabrakan atau setelah struktur besar ledakan
e. Patah tulang panggul
f. Pecahnya aneurisma aorta perut
g. Perforasi ulkus peptikum
2. Sekunder
Sekunder ACS dapat terjadi pada pasien tanpa cedera intra-
abdomen, ketika cairan terakumulasi dalam volume yang cukup untuk
menyebabkan IAH (intra abdominal hipertensi) .
a. Resusitasi dengan volume besar menunjukkan peningkatan risiko
signifikan ketika diberikan cairan lebih dari 3 L.
b. Area luka bakar yang luas dan tebal menunjukkan sindrom
kompartemen abdomen dalam waktu 24 jam pada pasien luka
bakar yang menerima rata-rata dari 237 mL / kg selama 12-jam
dalam 2 periode
c. Menembus atau trauma tumpul tanpa cedera diidentifikasi
d. Pascaoperasi
e. Pengepakan dan penutupan fasia utama, yang meningkatkan
insiden
f. Sepsis
12
3. Kronis
a. Peritoneal dialysis
b. Morbid obesitas
c. Serosis
d. Meigs sindrom (kumpulan dari asites, efusi pleura, dan tumor jinak
ovarium)
2.4 Patofisiologi
Setiap kelainan yang meningkatkan tekanan dalam rongga perut dapat
menimbulkan hipertensi intra-abdomen atau tekanannya > 10 mmHg. Dalam
beberapa situasi, seperti pankreatitis akut atau pecahnya aneurisma aorta
abdominal. Obstruksi mekanis usus halus, dan pembesaran abdomen bisa
menimbulkan hipertensi intra-abdomen. Namun, trauma tumpul abdomen
dengan perdarahan intra-abdomen dari lienalis, hati, dan cedera mesenterika
adalah penyebab paling umum dari hipertensi intra-abdomen. Pembedahan
perut dengan tujuan untuk mengendalikan pendarahan juga dapat
meningkatkan tekanan dalam ruang peritoneal. Distensi usus, sebagai akibat
dari syok hipovolemik dan perpindahan volume yang besar, merupakan
penyebab penting hipertensi intra-abdomen, dan selanjutnya mengakibatkan
ACS, pada pasien trauma. (Paula Richard MD, 2009)
Pada kondisi syok, vasokonstriksi dimediasi oleh sistem saraf simpatik
mengakibatkan kurangnya suplai darah ke kulit, otot, ginjal, dan saluran
pencernaan, hal ini bertujuan untuk menyuplai jantung dan otak.
Redistribusi darah dari usus menghasilkan hipoksia seluler di jaringan usus.
Hipoksia ini berhubungan dengan 3 bagian penting dari perkembangan
kompensasi positif yang mencirikan patogenesis hipertensi intra-abdomen
dan perkembangannya menjadi ACS:
1. Pelepasan sitokin
2. Pembentukan oksigen radikal bebas, dan
3. Penurunan produksi adenosin trifosfat pada sel
2.7 Penatalaksanaan
Terdapat manajemen nonoperatif pada IAH / ACS yang terdiri dari lima
intervensi terapi
1. Evakuasi isi intralumen
2. Evakuasi space-occupying lesion intra-abdomen
3. Memperbaiki komplians dinding abdomen
4. Optimalkan kebutuhan cairan
5. Optimalkan perfusi jaringan regional dan sistemik
2.8 Komplikasi
Jika kompartemen sindrom tidak mendapatkan penanganan dengan
segera, akan menimbulkan berbagai komplikasi antara lain (Irga, 2008) :
1. Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen
2. Kontraktur volkman, merupakan kerusakan otot yang disebabkan
oleh terlambatnya penanganan sindrom
kompartemen sehingga timbul deformitas pada tangan, jari, dan
pergelangan tangan karena adanya trauma pada lengan bawa
3. Trauma vascular
4. Gagal ginjal akut
5. Sepsis
6. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
20
Primer: Sekunder:
- Trauma abdomen (Saat perdarahan Post- resusitasi pada edema dan asites
antara peritoneal/ retroperitoneal)
1. Sepsis
- Asites
2. Luka bakar
- Pankreatitis
3. Trauma non- abdominal
- Laparoskopi
- Edema, iskemik atau distensi
abdomen
Syok hipovolemik
Kematian sel
Kerusakan integritas
membrane kulit
Inflamasi
Edema
Tek. Intraabdomen ↑
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Tek. dalam perut ↑ Tekanan di ruang CO ↓ ↑ Tekanan di Suplai O2 ke usus Tekanan intra-
↑ TIK sekunder
peritoneal pembuluh ginjal abdominal
↑ Tekanan
intra-torakal Menghambat Suplai darah ↓ venus
Darah yang Gangguan perfusi
relaksasi diafragma ke otak ↓ return ↑ Renin dan Aldosteron Suplai darah ke
kembali ke jantung di usus
(di vena) dinding abdomen
↓ compliance
Kapasitas residual Tekanan perfusi
paru Resistensi vaskular
fungsional serebral
CO ↓ ginjal Hipoksia sel
Iskhemik
↓ PO2 & ↑ PCO2
Suplai O2 ↓ Gangguan
Resistensi vascular
kesadaran ↓ Perfusi / Aliran darah
sistemik ↓ Lemas
Nyeri
Gangguan
Pertukaran Gas Sesak
Intoleransi GFR ↓
Suplai O2 ke
aktivitas Nafsu makan
jaringan ↓
Ketidakefektifan menurun
Prod. Urin ↓
Ggn transport O2
pola napas
Hipoksia
Oliguria Anoreksia
Perfusi jaringan
serebral tidak
Gangguan perfusi
efektif
jaringan Perubahan pola Ketidakseimbangan
eliminasi urin nutrisi kurang dari
kebutuhan
22
Penatalaksanaan
Pembedahan
(Operasi)
Pre Post
Operasi Operasi
Luka
Anxietas
Resiko kerusakan
integritas kulit
Gangguan pola
tidur