Anda di halaman 1dari 6

ETIOLOGI

Menurut Rathod (2016), secara umum penyebab internal derangement dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Macrotrauma
Macrotrauma dapat dibagi menjadi dua jenis:
a. Trauma langsung: trauma yang terjadi pada mandibula, seperti pukulan pada

dagu atau daerah lain, yang dapat langsung membuat gangguan pada

intrakapsular, prosedur intubasi, ekstraksi molar ketiga, dan long dental

appointmens.
b. Trauma tidak langsung: mungkin terjadi pada TMJ sekunder karena terkena

kekuatan mendadak, tetapi bukan cedera yang terjadi langsung ke mandibula.

Jenis trauma tidak langsung yang paling umum dilaporkan terkait dengan

extension/flexion injury (whiplash injury).


2. Microtrauma

Microtrauma mengacu pada kekuatan kecil yang berulang kali diterima pada

struktur sendi selama periode waktu yang lama, seperti trauma yang timbul dari

kehilangan gigi posterior, maloklusi, atau gigi palsu yang tidak pas.

3. Kelonggaran sendi
Peningkatan kelonggaran sendi, yang membuat hipermobilisasi dari sendi

menjadi penyebab umum lain dari gangguan TMJ.


4. Perubahan dalam cairan sinovial dan pelumasan sendi
Peningkatan gesekan sendi dapat disebabkan karena perubahan cairan synovial.

Asam hialuronat berguna untuk menjaga permukaan articular, degradasi asam

hialuronat kemungkinan mengurangi viskositas cairan sinovial, sehingga

mencegah disc artikular meluncur dengan lancar.


Faktor-faktor etiologi yang menyebabkan anterior disc displacement

sebagian disebabkan oleh gaya-gaya biomekanis abnormal yang terjadi pada

kondilus mandibula, yang mengubah bentuk dan fungsi jaringan artikular,

umumnya menyebabkan adanya suara pada artikular selama membuka dan

menutup mulut. Seperti bruxisme, stres, mencengkeram gigi, para-functions,

trauma rahang bawah, pengunyahan berlebihan, perubahan bentuk tuberkulus dan

permukaan artikular, kurangnya pelumasan atau cairan sinovial, modifikasi disc,

gangguan degeneratif pada artikular, hiperaktifitas otot pterigoid lateral, ligament

sprains, oklusi gigi abnormal, hipoplasia mandibula, kehilangan gigi posterior,

oklusi gigi deflektif, hipermobilitas dan, terkadang whysplash injury dapat

menyebabkan disc displacement (Lalue-Sanches dkk., 2015).

METODE BEDAH
Penatalaksanaan pembedahan meliputi
1. Arthrocentesis
Arthrocentesis didefinisikan sebagai metode pembilasan (flushing) pada sendi

Temporomandibular dengan menempatkan dua jarum ke kompartemen upper

joint menggunakan anestesi lokal atau sedasi. Ini adalah prosedur invasif yang

minimal dan dianggap sebagai lini pertama perawatan bedah untuk pasien

yang tidak merespon pengobatan secara konservatif. Teknik ini melibatkan

penyisipan dua jarum 19G yang terpisah melalui dua lokasi tusukan terpisah

ke kompartemen upper joint dengan membuat jalur Holmund sebagai


indikatornya. Larutan laktat Ringer (sampai 300 ml) disiram melalui jarum

yang dimasukkan pertama dan keluar melalui jarum kedua (Rathod, 2016).

Gambar. Arthrocentesis (Rathod, 2016)

2. Arthroscopy
Cara ini terdiri dari menginsersikan endoskop fiberoptik yang dirancang

khusus ke dalam kompartemen sendi dan irigasi dilakukan di bawah

visualisasi langsung pada monitor video menggunakan trocar dan kanula

(Rathod, 2016). Artroskopi operatif diindikasikan untuk kondisi sendi tertentu

yang menyebabkan disabilitas pada pasien, yang susah disebuhkan melalui

perawatan medis dan yang memerlukan modifikasi struktural internal. Selain

itu pasien yang memiliki rasa sakit atau disfungsi yang signifikan, dan

mempengaruhi kualitas hidup. Perawatan dengan non bedah dalam waktu


yang ditetapkan telah gagal. TMJ yang sakit dan terdapat disfungsi (Barkin

dan Weinberg, 2000).


Ada empat subklasifikasi artropati TMJ yang dapat diobati dengan

pembedahan arthroscopic: (1) hypomobility secondary to anteriorly displaced

discs with or without reduction (adhesions), (2) hipermobilitas, (3) penyakit

sendi degeneratif (osteoartritis) dan (4) sinovitis (Barkin dan Weinberg, 2000).
Gambar. (A) Gambaran klinis penempatan keenam kanula antroskopis: (1)
pertama (fossa) puncture cannula, (2) kanula kedua (eminensia), (3) jarum
12-gauge diinsersikan, (4) lasso type suture gripper insertion through
transmeatal puncture, (5) hook type suture gripper insertion through
transmeatal puncture, (6) jarum 12-gauge diinsersikan di jahitan kedua,
kemudian diikuti oleh jahitan tipe lasso dan tipe hook (B) Diagram skematik
menunjukkan lokasi dari kelima kanula (jahitan pertama) (Liu dkk., 2018).

3. Arthrotomy
Terdiri dari paparan bedah kapsul sendi dengan pendekatan preauricular atau

endural diikuti dengan mobilisasi dan memperbaiki posisi anatomi disk.

Arthrotomi dapat dilakukan dengan discectomy, cangkok autologus atau

prosthesis alloplastic TMJ (Rathod, 2016).


4. Condylotomy
Kondilotomi TMJ adalah satu-satunya prosedur pembedahan TMJ yang tidak

menginvidasi struktur sendi. Cara ini adalah bentuk modifikasi dari transoral

vertical ramus osteotomy yang digunakan dalam bedah ortognatik. Cara ini

paling berhasil bila digunakan untuk mengobati gangguan internal TMJ tanpa

mengurangi bukaan mulut (Rathod, 2016).

Rathod, D., 2016, Internal deramgement of temoporomandibular joint etiology,


pathophysiology, diagnosis, and management: a review of literature, IJAR, 2(7):
643-649.
Lalue-Sanches, M., Gonzaga, AR., Guimaraes, AS., and Ribeiro, EC., 2015, Disc
Displacement with Reduction of the Temporomandibular Joint: The Real Need for
Treatment, J Pain Relief, 4(5): 1-5.
Barkin, S., Weinberg, S., 2000, Internal Derangement of the Temporomandibular
Joint: The Role of Arthroscopic Surgery and Arthrocentesis, J Can Cent Assoc,
66: 199-203
Liu, X., Zheng, J., Cai, X., Abdelrehem, A., dan Yang, C., 2018, Techniques of Yang’s
arthroscopic discopexy for temporomandibular joint rotational anterior disc
displacement, Int J Oral Maxillofac Surg, 1: 1-10.

Anda mungkin juga menyukai