Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AIR DAN KELEMBAPAN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan

Oleh:
Faizah Firdaus 140210103047
Ken Izmi Sasmi Afrik Rojanna 140210103088
Fiqih Ramadhan 140210103090
Elok Amanatul 1402101030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “Air dan Kelembapan” untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Ekologi
Tumbuhan.
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapakan banyak terima kasih
kepada Tim Dosen pengampu Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan yang sudah banyak
membantu dan menuntun penulis selama pembuatan makalah ini. Tidak lupa juga
kepada teman-teman yang selalu menemani, membantu dan mendukung kami selama
pembuatan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang air dan kelembaban yang berpegaruh terhadap
tumbuhan dan pengaruh perubahan ketersediaan air di lingkungan. Penulis berharap
dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ………………………………………………………i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
1.4.Manfaat
BAB 2. PEMBAHASAN
BAB 3. PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Ekologi merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu oikos
berarti rumah dan logos berarti ilmu atau pelajaran. Secara etimologis ekologi
berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumah tangganya. Dengan kata lain
definisi dari ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungannya. Berdasarkan definisi di atas maka yang
dimaksud dengan ekologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara tumbuhan dan lingkungannya. Lingkungan hidup dibagi atas
dua kelompok yaitu lingkungan biotik dan abiotik. Dari lingkungan inilah
tumbuhan memperoleh sumber daya cahaya, hara mineral, dan sebagainya.
Kekurangan, kelebihan atau ketidakcocokan akan menyebabkan terjadinya
cekaman atau stres pada tumbuhan.
Air merupakan salah satu penyusun unsur abiotik dari suatu ekosistem dan
air sebagai komponen lingkungan abiotik merupakan faktor ekologi yang penting
selain cahaya, suhu dan kelembaban udara. Air merupakan hasil proses presipitasi
uap air yang sebagian besar jatuh ke permukaan bumi dalam bentuk curah hujan.
Ketersediaan air per tahun sangat menentukan keberadaan, sebaran dan berbagai
proses biologi masyarakat tumbuhan dan makhluk hidup lainnya.
Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat
penting. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari
kehidupan, bahkan makhluk lain akan punah tanpa air. Selanjutnya dikatakan
bahwa air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesis dan
dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-
garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh tumbuhan,
melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas,
pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya
stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan.
Kelembaban memegang peranan yang tak kalah penting dengan air,
kelembaban dapat menentukan bagaimana suatu tumbuhan dapat hidup, dan
bagaimana tingkat kesehatan tanaman. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di
udara atau dapat pula diartikan banyaknya uap air yang dikandung udara.
Oleh karena pentingnya air dan kelembaban terhadap kelangsungan hidup
tumbuhan, perlu dipelajari lebih lanjut mengenai fungsi, macam-macam, dan
pengaruh air dan kelembaban terhadap tanaman.

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian air dan bagaimana fungsinya terhadap tumbuhan?
1.2.2. Apa saja faktor yang mempengaruhi ketersediaan air?
1.2.3. Bagaimana respon tumbuhan terhadap perubahan ketersediaaan air
lingkungan?

1.3.Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian air dan bagaimana fungsinya terhadap
tumbuhan.
1.3.2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi ketersediaan air.
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana respon tumbuhan terhadap perubahan
ketersediaaan air lingkungan.

1.4.Manfaat
1.4.1.Dapat mamahami pengaruh air dan kelembaban terhadap kehidupan
tumbuhan.
1.4.2.Dapat memahami dan menanggapi peristiwa yang terjadi mengenai respon
tumbuhan terhadap air.
BAB. 2 PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Air


Air merupakan gabungan antara molekul H dan O, dimana H adalah sumber
salah satu unsur hara yang amat dibutuhkan tanaman untuk fotosintesa, dan O
yang sangat dibutuhkan untuk proses respirasi. Air adalah salah satu materi yang
paling penting bagi tumbuhan, hewan, manusia, bahkan seluruh mahluk hidup di
bumi.
Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat
hidup. Begitu juga tanaman,salah satu unsur terbesar tanaman adalah air yaitu
berkisar antara 90% untuk tanaman muda, sampai kurang dari 10% untuk padi-
padian yang menua sedangkan tanaman yang mengandung minyak , kandungan
airnya sangat sedikit. penyiraman harus dilakukan teratur agar tidak kekurangan.
Jika tidak disiram, tanaman akan mati kekeringan. Air merupakan bahan untuk
fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air yang digunakan untuk fotosintesis.
Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan yang
digunakan untuk hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan
pertumbuhan yang lebih baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan
sejumlah air yang tepat.
Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan
dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-
garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh-
tumbuhan,melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya
turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan
menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan.
Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang
terusmenerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan
pada gilirannya tanaman akan mati.
Air adalah pelarut terbaik bagi 3 kelompok bahan biologis yang sangat
penting bagi tanaman: 1). Bahan organik, melalui ikatan hidrogen dengan asam
amino (protein), karbohidrat dll, khususnya molekul yang mengandung ikatan
hidroksil, amine, maupun gugus fungsional karboksilat, 2). Ion-ion, unsur hara
yang mampu diserap tanaman sebagian besar berupa ion yang terlarut dalam air,
3). Gas di atmosfer yang BM-nya kecil seperti O2 dan N2.
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air
diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi
manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan
batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa
kimia yang lain, yaitu:
1. Berbentuk cair pada suhu ruang. Semakin besar ukuran molekul suatu
senyawa maka pada suhu ruang senyawa tersebut akan cenderung berbentuk
cair. Sebaliknya jika ukurannya kecil maka akan cenderung berbentuk
gas.`Air yang berat molekulnya sebesar 18 gr/mol berbentuk cair dalam suhu
ruang karena adanya ikatan hidrogen yang antara molekul-molekul air,
sehingga tiap molekul air akan tidak mudah terlepas dan berubah bentuk
menjadi gas.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas
ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu yang lambat ini mencegah
terjadinya stress pada makhluk hidup akibat perubahan suhu yang mendadak
dan juga memelihara suhu bumi agar sesuai dengan makhuk hidup.
3. Panas laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi adalah
energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gr pada suhu 20oC. Sedangkan
panas laten fusi adalah energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1 gr es pada
suhu 0oC. Besarnya energi panas laten vaporisasi adalah 586 cal dan untuk
panas laten fusi adalah 80 cal. Tingginya energi yang diperlukan untuk
menguapkan air ini penting artinya bagi tumbuhan dalam upaya menjaga
stabilitas suhu daun melalui proses transpirasi.
4. Viskositas (hambatan untuk pengaliran) rendah. Karena ikatan-ikatan
hidrogen harus diputus agar air dapat mengalir, maka ada anggapan bahwa
viskositas air akan tinggi. Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian, karena
pada air dalam keadaan cair, setiap ikatan hidrogen dimiliki bersama-sama
oleh dua molekul air lainnya, sehingga ikatan hidrogennya menjadi lemah dan
mudah terputus. Inilah yang menyebabkan viskositas air rendah. Viskositas
air yang rendah ini menyebabkan air menjadi pelarut yang baik, sifat ini
memungkinkan unsur hara terlarut dapat diangkut ke seluruh jaringan tubuh
makhluk hidup dan mampu mengangkut bahan-bahan toksik yang masuk dan
mengeluarkannya ke luar tubuh.
5. Adanya gaya adhesi dan kohesi. Air bersifat polar sehingga gaya tarik
menarik antara molekul air dengan molekul lainnya (misalnya dengan protein
dan polisakarida penyusun dinding sel) akan mudah terjadi. Adhesi
merupakan daya tarik menarik antara molekul air yang berbeda. Kohesi
adalah daya tarik menarik antara molekul yang sama. Adanya kohesi dan
adhesi ini menyebabkan air dapat diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan
melalui jaringan xilem. Selain itu juga menyebabkan adanya tegangan
permukaan yang tinggi, ini memungkinkan air mampu membasahi suatu
bahan secara baik.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku. Ini
berarti es memiliki kerapatan atau densitas (massa/volume) yang lebih rendah
dibandingkan air. Dengan demikian es akan mengapung di atas air. Sifat ini
mengakibatkan air permukaan yang berada di daerah beriklim dingin hanya
membeku dipermukaan saja sehingga organisme akuatik masih bisa bertahan
hidup.
(Lakitan, 1996)

2.2. Fungsi Air terhadap Tumbuhan


Adapun beberapa fungsi air bagi tumbuhan adalah sebagai berikut:
1. Air sebagai Pelarut dalam Tanaman
Pentingnya air sebagai pelarut dalam organisme hidup tampak amat
jelas, misalnya pada proses osmosis. Dalam suatu daun, volume sel dibatasi
oleh dinding sel dan relative hanya sedikit aliran air yang dapat
diakomodasikan oleh elastisitas dinding sel. Konsekuensi tekanan hidrostatis
(tekanan turgor) berkembang dalam vakuola menekan sitoplasma melawan
permukaan dalam dinding sel dan meningkatkan potensial air vakuola.
Dengan naiknya tekanan turgor, sel-sel yang berdekatan saling menekan,
dengan hasil bahwa sehelai daun yang mulanya dalam keadaan layu menjadi
bertambah segar (turgid). Pada keadaan seimbang, tekanan turgor menjadi
atau mempunyai nilai maksimum dan disini air tidak cenderung mengalir dari
apoplast ke vakuola (Fitter dan Hay, 1981).
2. Air merupakan Factor Utama Pertahanan Tumbuhan
Bila persedian air dalam tanah sedikit maka tumbuhan akan menyerap
air sedikit pula, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhannya. Jika
persediaan air tanah makin kurang maka tumbuhan tersebut akan mengalami
kelayuan. Air merupakan factor utama pertahanan tumbuhan (Bidwell, 1979).
3. Menjaga Turgiditas dalam Sel – sel Tumbuhan
Fungsi lain dari air adalah menjaga turgiditas yang penting bagi
perbesaran sel dan pertumbuhan, serta membentuk tanaman herba. Turgor
penting dalam membuka dan menutupnya stomata, Pergerakan daun dan
pergerakan korola bunga dan terutama dalam variasi struktur tanaman.
Kekurangan air dalam jumlah yang besar menyebabkan kurangnya tekanan
turgor pada/ dalam tumbuhan vegetative.
4. Penstabil Temperatur
Pada tanaman, transpirasi itu pada hakikatnya suatu penguapan air baru
yang membawa garam – garam mineral dari dalam tanah. Pula transpirasi juga
bermanfaat di dalam hubungan penggunaan sinar (panas) matahari. Kenaikan
temperatur yang membahayakan dapat dicegah karena sebagian dari sinar
matahari yang memancar itu digunakan untuk penguapan air. Laju transpirasi
dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara,
kelembaban, dan tersedianya air tanah.
5. Adhesi Air Pada Dinding Pembuluh Membantu Melawan Gravitasi
Molekul-molekul air bersatu sebagai akibat adanya ikatan hidrogen.
Pada saat itu berada dalam wujud cair, ikatan hidrogennya sangat rapuh,
kekuatannya hanya sekitar seperduapuluh dari kekuatan ikatan kovalen.
Ikatan-ikatan tersebut terbentuk, terpisah, dan terbentuk kembali dengan
sangat cepat. Tiap ikatan hidrogen hanya mampu beberapa piko detik, tetapi
molekul-molekulnya secara terus-menerus membentuk ikatan baru dengan
pasangan penggantinya. Oleh karenanya, dalam waktu yang singkat, sejumlah
tertentu dari seluruh molekul air akan berikatan dengan molekul tetangganya,
membuat molekul air lebih teratur dibanding cairan lainnya. Secar
keseluruhan, ikatan hidrogen menyatukan substansi tersebut, suatu fenomena
yang disebut kohesi.
Pada tumbuhan, kohesi yang terjadi karena adanya ikatan hidrogen
berperan pada pengangkutan (transpor) air yang melawan gravitasi. Air
mencapai daun melalui pembuluh-pembuluh mikroskopik yang menjulur ke
atas dari akar. Air yang menguap dari daun digantikan oleh air dari pembuluh
dalam urat daun. Ikatan hidrogen menyebabkan molekul air yang keluar dari
urat daun dapat menarik molekul air yang berada lebih jauh dalam pembuluh,
dan tarikan ke depan tersebut akan terus ditransmisi sepanjang pembuluh
sampai ke akar. Adhesi, melekatnya satu zat pada zat lain, juga berperan.
Adhesi air pada dinding pembuluh membantu melawan gravitasi.
6. Air Mendukung Awal Perkecambahan pada Tanaman Melalui Imbibisi
Masuknya air ke dalam biji-bijian hingga mencapai titik jenuh pada
proses perendaman membutuhkan waktu yang cukup lama. Perendaman
bijibijian pada suhu ruang dengan waktu yang lama dapat beresiko besar
terkontaminasi mikroba dan dapat berpengaruhi terhadap kualitas produk,
misalnya warna, rasa, dan bau (Kramer, 1980).

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Air


Tingkat ketersediaan air tanah dihitung berdasarkan neraca air lahan
tanaman, yang merupakan pengurangan curah hujan dan evapotranspirasi untuk
menentukan kandungan air tanah, hingga diperoleh ketersediaan air tanah.
Tingkat ketersediaan air tanah di suatu tempat ditentukan berdasarkan tanah
sedalam jelejah akar tanaman, yaitu antara 0% (pada titik layu permanen) dan
100% (pada kapasitas lapang), dengan asumsi bahwa di tempat tersebut
merupakan lahan tadah hujan (tidak ada irigasi).
Tingkat ketersediaan air tanah dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Cukup : Kadar air sedalam jelajah akar tanaman >60%
2. Sedang : Kadar air sedalam jelajah akar tanaman 40% - 60%
3. Kurang : Kadar air sedalam jelajah akar tanaman <40%
Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman.
Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan
tanaman. Hal ini dapat terlihat langsung pada vegetasi hutan bakau yang tumbuh
di pantai berlumpur. Bakau mempunyai akar panas. Begitu pula tumbuhan yang
tumbuh pada ekosistem rawa, mempunyai akar papan. Tumbuhan pun
mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang tidak disukainya, yaitu
dengan mengeluarkan semacam zat kimia yang dapat bersifat racun bagi jenis
tertentu yang disebut allel. Pengaruh jenis tumbuhan terhadap jenis tertentu, di
mana tumbuhan tersebut mempunyai sifat allelopati. Pengaruh tanaman sesama
tanaman itu dapat dipelajari hubungan interaksi yang dapat saling
menguntungkan seperti tanaman pelindung. Ada yang satu untung yang lain tidak,
ada yang tidak memberikan pengaruh apa-apa.
Masuk dan keluarnya air dari dalam tubuh tanaman sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor ekologis:
1. Kelembaban di dalam udara.
Uap air yang dikandung di udara dikenal sebagai lembab relatif udara.
Lembab relatif udara ini menyatakan persentase udara dibanding dengan
kelembaban maksimum uap air yang dikandung udara tersebut pada
temperatur yang bersangkutan. Sehingga udara yang panas dapat mengandung
uap air lebih besar daripada udara dingin. Lembab relatif ini selalu bervariasi
tiap hari yaitu rendah pada siang hari dan tinggi pada malam hari. Di daerah-
daerah hutan titik terendah yang dicapai sebesar 80% sedang di gurun-gurun
pasir titik terendah dari lembab relatifnya akan mencapai 10%.
2. Awan dan kabut
Awan terjadi pada pendinginan udara yang naik dan terjadi pada
daerah yang lebih dingin. Kabut terjadi pada pendinginan udara di atas
permukaan tanah. Tanaman-tanaman hampir tidak dapat menggunakan air
yang terdapat di dalam udara, oleh karena lapisan-lapisan kulit tidak tembus
air, sehingga di dalam udara tidak dapat digunakan langsung oleh tanaman.
3. Hujan
Dalam bentuk hujan air dapat dimanfaatkan oleh tanaman-tanaman
tetapi air yang jatuh sebagai air hujan ini tidak seluruhnya dapat digunakan
tanaman oleh karena beberapa sebab. Yang pertama adalah penguapan; terjadi
pada beberapa proses ialah yang terjadi pada waktu hujan di dalam perjalanan
mencapai tanah dan penguapan yang terjadi oleh air hujan yang ditahan daun-
daun. Yang kedua adalah mengalirnya air di atas permukaan tanah. Hujan
merupakan suatu fenomena alam yang merupakan komponen pengendali
berlangsungnya siklus hidrologi, yang menempatkan air hujan sebagai
penyedia utama pemenuhan kebutuhan air (Sandy, 1987).
Hujan dapat terjadi karena 4 hal yakni: 1) Persediaan air yang cukup di
udara, 2) Udara yang mengandung air mengalami pendinginan, 3) Uap air
menyatu dan membentuk titik-titik embun atau butir-butir es, 4) Butir-butir air
atau butir-butir es mencapai ukuran tertentu sehingga terjadi hujan. (Asdak,
2007) Keragaman fisiografi secara umum akan mempengaruhi perbedaan
curah hujan yang jatuh, disamping faktor-faktor lain seperti garis lintang,
elevasi (ketinggian tempat), jarak dari sumber-sumber air, posisi di dalam dan
ukuran massa tanah benua atau daratan, arah angin terhadap sumber-sumber
air, hubungannya dengan deretan gunung, suhu nisbi tanah dan samudera
yang berbatasan (Eagleson, 1970 dalam Seyhan, 1977).
Persebaran hujan dapat diketahui dengan cara memetakan curah hujan
yang terjadi. Persebaran curah hujan dapat dilakukan menurut karateristik
ruang (secara sapsial) ataupun menurut karakteristik waktu (secara temporal).
Pemetaan curah hujan secara temporal yang dimaksud antara lain adalah
pemetaan curah hujan secara harian, bulanan, tahunan dan musiman
(Rahmawati, 2007). Adanya sebaran hujan yang tidak merata akan
mempengaruhi ketersediaan air meteorologis yang berbeda-beda antara satu
tempat dengan tempat lainnya.
Dalam hubungannya dengan tumbuhan, terdapat jenis-jenis tumbuhan
yang telah beradaptasi dengan ketersediaan air dan curah hujan di habitatnya,
antara lain tumbuhan hidrofita, tumbuhan yang hidup pada habitat perairan
atau akuatik, misalnya eceng gondok (Eichhornia crassipes); tumbuhan
xerofita, tumbuhan yang hidup di habitat beriklim kering, misalnya pohon
pinus (Pinus merkusii); dan tumbuhan mesofita, yaitu tumbuhan yang hidup
di habitat yang ketersediaan airnya tidak berlebihan atau kekurangan,
misalnya pohon asam (Tamarindus indica).
Menurut Hanafiah (2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan
koefisien yang menunjukkan potensi etersediaan air tanah untuk mensuplai
kebutuhan tanaman, terdiri dari:
a. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi dimana seluruh ruang pori
tanah terisi oleh air.
b. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori pori
tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air dan udara meningkat
lebih besar dari gaya grafitasi.
c. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang
ketersediaannya suda lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk
aktifitas, dan mempertahankan torgornya.
d. Koefisien higroskopis adalah kondisi dimana air tanah terikat sangat kuat
oleh gaya matrik tanah.
4. Tekstur tanah
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur
tanah. Tanah tanah bertekstur kasar mempunyai saya menahan air lebih kecil
dari pada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu tanaman yang ditanam pada
daerah pasir umumnya lebih muda kekeringan dari pada tanaman yang
ditanam pada daerah lempung atau liat. Kondisi kekurangan air atau keebihan
air dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah
dipengaruhi, banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemempuan tanah
menahan air besarnya evapotranspirasi ( penguapan langsung melelui tanah
dan melalui vegetasi). Tingginya muka air tanah, kadar bahan organic tanah
senyawa kimiawi atau kandungan garam garam, dan kedalam solum tanah
atau lapisan tanah (Madjid 2010).

2.4. Respon Tumbuhan terhadap Perubahan Ketersediaaan Air Lingkungan


Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen
selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat
bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus
hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis,
morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan.
Tanaman memperoleh energi, dan sebenarnya semua bahan penyusunannya
melalui Fotosintesis. Umumnya tumbuh-tumbuhan darat mempunyai organ-organ
fotosintesis yang dianggap hanya berupa daun-daun yang terbuka terhadap udara,
yang seringkali mempunyai kemampuan tinggi untuk mengeluarkan air dari mana
juga harus diambil karbondioksida. Daun juga seringkali terbuka terhadap tingkat
penyinaran tinggi, yang melalui peningkatan suhu daun meningkatkan laju
potensial kekurangan air.
Kebanyakan air yang hilang sebagai uap dari suatu daun menguap ke
permukaan dinding epidermis bagian dalam yang basah dan mesofil yang
berdekatan dengan rongga-rongga di bawah stomata, dan hilang ke udara melalui
pori stomata ( transpirasi stomata).
Air juga hilang melalui transpirasi kutikula, yang walaupun
perimbangannya dapat diabaikan terhadap transpirasi total pada tanaman yang
cukup air dengan stomata terbuka, mungkin penting pada tumbuhan yang
mengalami cekaman dengan stomata tertutup, biarpun jumlah kehilangannya
sedikit (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi evatransporasi:
a. Radiasi matahari
Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk
fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk
transpirasi.
b. Temperatur
Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk menyimpan air,
yang berarti tuntutan atmosfer yang lebih besar.
c. Kelembaban relative
Makin besar kandungan air di udara, makin tinggi Y udara, yang berarti
tuntutan atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembapan relatif.
d. Angin. Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran
udara (angin) menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan
potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan
difusi bersih air dari daun juga meningkat.
Kekurangan air terjadi dalam semua jaringan tanaman yang mengalami
transpirasi. Dalam bagian ini akibat-akibat tersebut terhadap hasil pertanaman
akan dibahas. Pengaruh kekurangan air terhadap hasil pertanaman terutama
ditentukan oleh derajat dan waktu berlangsungnya kekurangan tersebut.
Respon tanaman terhadap kekurangan air tersebut relatif terhadap aktifitas
metaboliknya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya dan potensial hasil
panennya. Dari banyak penyelidikan empiris disimpulkan bahwa kekurangan air
pada tahap awal ontogeni reproduktif menyebabkan pengurangan terbesar dalam
hasil. Pengaruh kekurangan air terhadap perkecambahan dan pengadaan semai
seringkali terlupakan. Kekurangan air pada tahapan ini dapat sangat mengurangi
keberhasilan pertanaman dan juga hasil pertanaman. Walaupun demikian
kekurangan air tidak perlu mengakibatkan pengurangan hasil ekonomik. Beberapa
jenis pohon (misalnya kopi) memperlihatkan suatu periode kekurangan air untuk
mendorong pembuangan, dan hasil gula dari tanaman tebu meningkat oleh
kekurangan air yang terjadi dekat sebelum pemasakan (Goldsworthy dan Fisher,
1992).
Kehilangan air dalam tanah ke udara meningkat dengan makin dewasanya
tanaman, biasanya disebut transporasi atau evapotranspirasi. Permukaan bagian
atas tanah yang diduduki oleh tanaman-tanaman dapat 20 x lipat jika
dibandingkan dengan tanah yang diduduki oleh akar. Tetapi tanaman dapat
menguapkan air tanah lebih banyak lagi meskipun evaporasi hanya terjadi pada
kedalaman tanah 20 - 30 cm. Selama pertumbuhan tanaman itu air yang diuapkan
dapat mencapai berlipat ganda dibanding dengan berat tanaman itu sendiri.
Kehilangan air dari dalam tanah ini dipengaruhi oleh spesies tanaman itu
sendiri di samping faktor-faktor lingkungan yang ada, misal kelembaban tanah,
temperatur, penyinaran matahari dan sebagainya. Biasanya kehilangan air
mencapai maksimal bilamana tanah dalam keadaan jenuh dengan air dan dalam
keadaan transpirasi maksimum. Jumlah air yang diserap tanaman dari dalam tanah
dan diuapkan dapat dinyatakan dengan kehilangan air pada pertanaman per satuan
waktu atau kehilangan air per satuan luas atau kehilangan air per unit bahan
kering selama pertumbuhan dari tanaman itu sendiri. Dan angka besaran ini
merupakan kebutuhan air. Untuk mengetahui kebutuhan air dalam tanaman kita
harus mengetahui neraca air tanaman. Untuk tumbuh-tumbuhan tingkat rendah
misalnya, untuk neraca air tanaman tidak menjadi soal pokok terutama pada
organisme-organisme laut.
Pada tanaman tingkat tinggi, tanaman ini masalah pertama kali dihadapi
adalah masalah konsumsi airnya. Pada tanaman-tanaman tingkat tinggi di darat
kehilangan air dilaksanakan melalui jaringan-jaringan daun yang biasanya
berlapiskan cutin dan lilin ataupun suberin yang memperkecil penguapan. Tetapi
di lain pihak penguapan air dilakukan secara efisien oleh akar-akarnya. Pada
tanaman daratan selain melalui jaringan daun kehilangan air dapat dengan melalui
bagian-bagian tanaman lain selain juga melalui tanah di sekeliling tanaman
tersebut.
Ketahanan Tanaman Terhadap Kekeringan
Cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan oleh kekurangan suplai air
di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun dalam kondisi
laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar tanaman. Serapan air
oleh akar tanaman dipengaruhi oleh laju transpirasi, sistem perakaran, dan
ketersediaan air tanah (Lakitan, 1996). Secara umum tanaman akan menunjukkan
respon tertentu bila mengalami cekaman kekeringan. Staff Lab Ilmu Tanaman
(2008) mengemukakan bahwa cekaman kekeringan dapat dibagi ke dalam tiga
kelompok yaitu:
a. Cekaman ringan :jika potensial air daun menurun 0.1 Mpa atau kandungan air
nisbi menurun 8 – 10 %
b. Cekaman sedang: jika potensial air daun menurun 1.2 s/d 1.5 Mpa atau
kandungan air nisbi menurun 10 – 20 %
c. Cekaman berat: jika potensial air daun menurun >1.5 Mpa atau kandungan air
nisbi menurun > 20%
Lebih lanjut Staff Lab Ilmu Tanaman mengemukakan bahwa apabila
tanaman kehilangan lebih dari separoh air jaringannya dapat dikatakan bahwa
tanaman mengalami kekeringan. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas
fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel
(tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati (Haryati, 2008).
Respon tanaman terhadap stres air sangat ditentukan oleh tingkat stres yang
dialami dan fase pertumbuhan tanaman saat mengalami cekaman. Respon
tanaman yang mengalami cekaman kekeringan mencakup perubahan ditingkat
seluler dan molekuler seperti perubahan pada pertumbuhan tanaman, volume sel
menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun menjadi tebal, adanya rambut
pada daun, peningakatan ratio akar-tajuk, sensitivitas stomata, penurunan laju
fotosintesis, perubahan metabolisme karbon dan nitrogen, perubahan produksi
aktivitas enzim dan hormon, serta perubahan ekspresi (Sinaga, 2008).
Tumbuhan merespon kekurangan air dengan mengurangi laju transpirasi
untuk penghematan air. Terjadinya kekurangan air pada daun akan menyebabkan
sel-sel penjaga kehilangan turgornya. Suatu mekanisme control tunggal yang
memperlambat transpirasi dengan cara menutup stomata. Kekurangan air juga
merangsang peningkatan sintesis dan pembebasan asam absisat dari sel-sel
mesofil daun. Hormon ini membantu mempertahankan stomata tetap tertutup
dengan cara bekerja pada membrane sel penjaga. Daun juga berespon terhadap
kekurangan air dengan cara lain. Karena pembesaran sel adalah suatu proses yang
tergantung pada turgor, maka kekurangan air akan menghambat pertumbuhan
daun muda. Respon ini meminimumkan kehilangan air melalui transpirasi dengan
cara memperlambat peningkatan luas permukaan daun. Ketika daun dari
kebanyakan rumput dan kebanyakan tumbuhan lain layu akibat kekurangan air,
mereka akan menggulung menjadi suatu bentuk yang dapat mengurangi
transpirasi dengan cara memaparkan sedikit saja permukaan daun ke matahari
(Campbell, 2003).
Kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang diserap.
Pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem
perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang
kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan akar,
kedalaman penetrasi dan diameter akar (Haryati, 2006). Hasil penelitian Nour dan
Weibel tahun 1978 menunjukkan bahwa kultivarkultivar sorghum yang lebih
tahan terhadap kekeringan, mempunyai perkaran yang lebih banyak, volume akar
lebih besar dan nisbah akar tajuk lebih tinggi daripada lini-lini yang rentan
kekeringan (Goldsworthy dan Fisher, dalam Haryati, 2006).
Senyawa biokimia yang dihasilkan tanaman sebagai respon terhadap
kekeringan dan berperan dalam penyesuaian osmotik bervariasi, antara lain gula-
gula, asam amino, dan senyawa terlarut yang kompatibel. Senyawa osmotik yang
banyak dipelajari pada toleransi tanaman terhadap kekeringan antara lain prolin,
asam absisik, protein dehidrin, total gula, pati, sorbitol, vitamin C, asam organik,
aspargin, glisin-betain, serta superoksida dismutase dan K+ yang bertujuan untuk
menurunkan potensial osmotik sel tanpa membatasi fungsi enzim (Sinaga, 2008).
Rusel (1959) menyatakan bahwa : Ketahanan tanaman untuk diusahakan di
bawah kondisi yang kering dan ketahanan kekeringan digambarkan sebagai
kapasitas penderitaan akan kekeringan.
a. Umur pendek (ketahanan kekeringan yang sederhana) karena sudah
mengalami modifika-si/mutasi.
b. Sukulen, Tumbuhan punya organ-organ tertentu, bisa pada parenchim,
vacuola yang punya kemampuan untuk menyimpan air sebanyak-banyaknya
sehingga dapat dipergunakan pada waktu keadaan kering.
c. Struktur anatomi/morfologi yang khusus, Biasanya hal ini berhubungan erat
dengan proses fisiologinya. Contoh : jagung punya rapida pada epidermis
daunnya. Rapida ini berfungsi untuk menggulung daunnya pada waktu
keadaan kering, yang berarti transpirasi diperkecil, kecuali itu secara
morfologis daun jagung sempit.
d. Secara biokimiawi (ketahanan kekeringan asli). Kemampuan protoplasma,
meskipun kehilangan air tinggi masih mampu mengadakan metabolisme.
Iljin (1957) mengungkapkan beberapa kelakuan tanaman atas tanggapannya
terhadap kekeringan :
a. Stomata yang terus tertutup sepanjang hari.
b. Naiknya kandungan gula selama kekeringan.
c. Turunnya derajad fotosintesis.
d. Respirasi yang cepat.
e. Tekanan osmose yang semakin besar.
f. Besar dan bentuk sel yang berubah.
Ketahanan Tanaman terhadap kelebihan air (Genangan):
Dampak genangan air adalah menurunkan pertukaran gas antara tanah dan
udara yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat
pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori
tanah maupun menghambat laju difusi). Genangan berpengaruh terhadap proses
fisiologis dan biokimiawi antara lain respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air
dan hara, penyematan N. Genangan menyebabkan kematian akar di kedalaman
tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan akar adventif pada bagian di dekat
permukaan tanah pada tanaman yang tahan genangan. Kematian akar menjadi
penyebab kekahatan N dan cekaman kekeringan fisiologis (Staff Lab Ilmu
Tanaman, 2008).
Tumbuhan yang bukan hidrofit keadaan jenuh air akan menyebabkan
anaerob. Kecuali itu proses-proses lain menjadi terhambat antara lain :
a. Nitrifikasi terhambat.
b. Terhambatnya pertumbuhan (atas dan akar).
c. Metabolisme aerobik terhambat.
d. Pengambilan dan akumulasi zat akan diperkecil.
e. Menstimulasi mikroorganisme parasit.
f. Diakhir pertumbuhan menyebabkan pembungaan tertunda, benih sedikit
terbentuk dan kualitasnya rendah.
Kelebihan air dapat membahayakan tanaman karena :
a. Air berlebih tidak hanya melarutkan unsur hara yang diperlukan tanaman, tapi
juga menghanyutkan unsur hara tersebut sehingga tanaman tidak dapat
memanfaatkannya akibatnya tanaman kekurangan nutrisi.
b. Cengkraman akar pada tanah juga terganggu karena struktur tanah rusak pada
kondisi tergenang, gangguan pada perakaran ini menimbulkan kekacauan
pada bagian atas tanaman (suplai hara dan air terganggu).
c. Tanaman memiliki kapasitas tampung air yang terbatas, artinya keseimbangan
dalam tanaman bergantung pada proses bagaimana menyerap air dan
membuang air, jika air berlebih maka tanaman harus bisa membuangnya dan
diperlukan energi besar untuk ini tapi sebagian besar tanaman tidak
mempunyai kemampuan ini sehingga tanaman mati.
d. Air berlebih juga mengacaukan keseimbangan temperatur dalam tanaman
maupun sekitar pertanaman, kekacauan ini dapat mengakibatkan kekacauan
metabolisme pada tanaman dan reaksi kimia pada lingkungan tanam.
e. Air berlebih juga bisa menjadi media timbulnya banyak penyakit pengganggu
pada tanaman.
f. Air berlebih menyebabkan kondisi oksigen berkurang dan karbondioksida
lebih tinggi menyebabkan respirasi tanaman terganggu
Pencemaran pada Air yang berpengaruh pada Ekosistem Tumbuhan
Diantara sekian banyak bahan pencemar air ada yang beracun dan
berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Telah anda pelajari bahwa bahan
pencemar air antara lain ada yang berupa logam-logam berat seperti arsen (As),
kadmium (Cd), berilium (Be), Boron (B), tembaga (Cu), fluor (F), timbal (Pb), air
raksa (Hg), selenium (Se), seng (Zn), ada yang berupa oksida-oksida karbon (CO
dan CO2), oksida¬oksida nitrogen (NO dan NO2), oksida-oksida belerang (SO2
dan SO3), H2S, asam sianida (HCN), senyawa/ion klorida, partikulat padat
seperti asbes, tanah/lumpur, senyawa hidrokarbon seperti metana, dan heksana.
Bahan-bahan pencemar ini terdapat dalam air, ada yang berupa larutan ada pula
yang berupa partikulat-partikulat, yang masuk melalui bahan makanan yang
terbawa ke dalam pencernaan atau melalui kulit.
Bahan pencemar unsur-unsur di atas terdapat dalam air di alam ataupun
dalam air limbah. Walaupun unsur-unsur diatas dalam jumlah kecil?
sensial/diperlukan dalam makanan hewan maupun tumbuh¬tumbuhan, akan tetapi
apabila jumlahnya banyak akan bersifat racun, contoh tembaga (Cu), seng (Zn)
dan selenium (Se) dan molibdium esensial untuk tumbuhan.
Adaptasi tumbuhan terhadap kondisi ekstrim
Kekeringan merupakan situasi yang sering di alami oleh tumbuhan. Suhu
yang tinggi bisa juga memberikan pengaruh terhadap kekurangan air bagi
tumbuhan. Bila musim kering itu bersifat periodik dan merupakan karakteristik
daerah tersebut, maka tumbuhan yang ada disekitarnya akan memperlihatkan
penyesuaian dirinya. Berbagai cara penyesuaian terhadap lingkungannya
tergantung pada tumbuhan tersebut.
Warning mengelompokkan dunia tumbuhan berdasarkan toleransinya
terhadap air, yaitu antara lain :
a. Hidrofit, merupakan kelompok tumbuhan yang hidup dalam air atau pada
tanah yang tergenang secara permanen.
b. Halofita, merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh pada lingkungan
berkadar garam tinggi.
c. Xerofita, kelompok tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup di daerah kering.
d. Mesofita, kelompok tumbuhan yang bertoleransi pada kondisi air tanah yang
tidak terlalu ekstrim.
BAB. 3 PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan
Air merupakan gabungan antara molekul H dan O, dimana H adalah sumber
salah satu unsur hara yang amat dibutuhkan tanaman untuk fotosintesa, dan O
yang sangat dibutuhkan untuk proses respirasi. Beberapa fungsi air antara lain:
Air sebagai Pelarut dalam Tanaman, Air merupakan Factor Utama Pertahanan
Tumbuhan, Menjaga Turgiditas dalam Sel – sel Tumbuhan, Penstabil Temperatur,
Adhesi Air Pada Dinding Pembuluh Membantu Melawan Gravitasi, dan Air
Mendukung Awal Perkecambahan pada Tanaman Melalui Imbibisi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi ketersediaan air antara lain: Kelembaban di dalam
udara, Awan dan kabut, Hujan, dan Tekstur tanah. Respon tumbuhan terhadap
perubahan ketersediaan air lingkungan antara lain terkait tentang Kelebihan air
dapat membahayakan tanaman, Pencemaran pada Air yang berpengaruh pada
Ekosistem Tumbuhan, dan Adaptasi tumbuhan terhadap kondisi ekstrim.

3.2. Saran
Setelah mengetahui pentingnya air sebagai kebutuhan primer dalam
kehidupan, maka hendaknya kita selalu menjaga keberadaan air bersih dan
memanfaatkannya sesuai kebutuhan. Mengingat ada sebagian aktivitas kita yang
dapat merusak lingkungan air yang pada akhirnya akan merusak lingkungan
tempat kita hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C., 2007. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta: UGM Press
Bidwell, R.G.S., 1979. Plant Physiology. Mac Millan Publishing Co. Inc., New York.
Fitter , A. H dan Hay, R. K. M. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E. D. Purbayanti. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Goldsworthy, P. R dan RL. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta:
Universitas Indonesia Press
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press
Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.
Medan: Program Studi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian USU
Kramer, P. J. 1980. Plant and solo Water relationship; A modern synthesis. Tata Mc
Graw Hill. Pub. Co. New Delhi. 482p.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Rahmawati, D. 2007. Persebaran Hujan di Kota Yogyaarta dan Sekitarnya.
Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM
Sandy, I.M., 1987. Iklim regional Indonesia. Jakarta: Jurusan Geografi Fakultas Mipa
Universitas Indonesia
Sinaga, S. 2008. Asam Abisik Sebuah Mekanisme Adaptasi Tanaman Terhadap
Cekaman Kekeringan. http://reseach.merubuana.ac.id. Diakses pada 5
Desember 2010
Seyhan, E., 1999. Dasar-Dasar Hidrologi. Ypgyakarta: UGM Press

Anda mungkin juga menyukai