Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Penyebab
Karakteristik S.typhi
Memfermentasi laktosa.
2.3 Patogenesis
2.4 . Patofisiologi
Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis dan
melalui pemeriksaan laboratorium. Penegakan diagnosis demam tifoid
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis belum tepat, karena bisa
saja ditemukan gejala yang sama pada beberapa penyakit lain pada anak. Oleh
karena itu, selain menilai gejala spefisik juga diperlukan pemeriksaan
laboratorium atau penunjang lainnya untuk konfirmasi penegakan diagnosis
demam tifoid. Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
c) Uji serologis
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi
: (1) uji Widal; (2) tes TUBEX®; (3) metode enzyme immunoassay (EIA); (4)
metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
a. Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan
sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi
aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-
beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam
jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Kenaikan titer S.typhi titer O ≥
1:120 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesen.
Uji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik IgM
dan IgG terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM
menunjukkan fase awal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi
terhadap IgM dan IgG menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi.
Pada daerah endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid yang
tinggi akan terjadi peningkatan deteksi IgG spesifik akan tetapi tidak dapat
membedakan antara kasus akut,konvalesen dan reinfeksi. Menurut Narayanappa,
et al (2010) Typhidot-M memiliki sensitivitas 92,6% untuk diagnosis awal
demam tifoid dan metoda ini lebih sederhana jika dibandingkan dengan tes widal.
2.9 Prognosis
Prognosis demam thypoid pada anak baik asal pasien cepat berobat. Mortalitas
pada pasien yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi tidak baik bila terdapat
gambaran klinik yang berat, seperti demam tinggi (hiperpireksia), febris kontinua,
kesadaran sangat menurun (spoor, koma, atau delirium), terdapat komplikasi yang
berat, misalnya, dehidrasi dan asidosis, perforasi.
Bila penderita diobati secara baik dan benar pada minggu pertama demam
typoid , prognosis akan baik karena umumnya penyakit ini akan mereda setelah 2
hari kemudian, dan kondisi penderita membaik dalam 4-5 hari selanjutnya. Bila
ada ketermlabatan pengobatan resiko komplikasi akan meningkat dan waktu
pemulihan semakin lama. Umumnya, fatality rate demam typoid yang diobati
adalah 10% - 20%. Perkiraan angka case fatality rate penderita demam typoid
sekitar 1-4 %. Anak – anak dibawah usia 4 th, memiliki fatality rate 4 %,
sedangkan anak – anak usia > 4 th 10x lebih kecil kemungkinan kematiannya dari
anak – anak usia dibawahnya.
2.10 Komplikasi
1. Perdarahan usus. Hal ini dapat terjadi pada saat demam tinggi, ditandai
dengan suhu mendadak turun, nadi meningkat cepat dan kecil, dan tekanan
darah menurun. Pasien terlihat pucat, kulit terasa lembab, kesadaran makin
menurun. Jika perdarahan ringan, gejalanya tidak terlihat jelas karena darah
dalam feses hanya dapat dibuktikan dengan tes benzidin, sedangkan
perdarahan berat akan terlihat melena.
2. Perforasi usus. Komplikasi ini dapat terjadi pada minggu ke tiga saat suhu
sudah turun. Oleh karena itu walaupun suhu sudah normal istirahat masih
diteruskan dua minggu. Gejala perforasi usus adalah pasien mengeluh sakit
perut hebat akan lebih nyeri bila ditekan, perut terlihat tegang/kembung.
Anak menjadi pucat dapat juga keringat dingin , nadi kecil, pasien dapat
syok.
3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang
hebat, dinding abdomen tegang (defense musculair), dan nyeri tekan.
4. Komplikasi lain. Dapat terjadi pneumonia baringan ( pneumonia
hispostatik ) akibat pasien lama berbaring terus. Gejala dapat dijumpai
suhu mendadak naik tinggi dan tidak pernah turun walaupun pagi hari,
serta terlihat adanya sesak napas.
5. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis
(bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis, ensefelopati, dan lain-lain.
Komplikasi diluar usus terjadi karena infeksi sekunder, yaitu
broncopneumonia.
2.11Penatalaksanaan
a. Medikamentos
1) Antipiretik bila suhu tubuh > 38,3°C. kartikosteroid dianjurkan pada
demam tifoid berat.
2) Antibiotik (berturut-turut sesuai lini pengobatan).
- Kloramfenikol : 50-100mg/kg BB/hari, oral atau IV, dibagi dalam 4
dosis selama 10-14 hari, tidak dianjurkan pada leukosit < 2000/μl,
dosis maksimal 2g/hari.
- Amoksisilin 150-200mg/kgBB/hari, oral atau IV selama 14 hari.
- Sefriakson 20-80mg/kgBB/hari selama 5-10 hari.
b. Tindakan bedah
c. Pencegahan
1. Higiene perorangan dan lingkungan
Demam tifoid ditularkan melalui rute oro fekal, maka pencegahan utama
memutuskan rantai tersebut dengan meningkatkan hygiene perorangan dan
lingkungan seperti mencuci tangan sebelum makan, penyediaan air bersih,
dan pengamanan pembuangan limbah feses.
2. Imunisasi
Imunisasi aktif terutama diberikan bila terjadi kontak dengan pasien demam
tifoid, terjadi kejadian luar biasa, dan untuk turis yang berpergian ke daerah
endemic.
A. Pengkajian
RKS; klien mengeluh tidak enak badan, letih, nyeri kepala, bibir pecah-
pecah, tidak nafsu makan, nyeri kepala, demam terutama sore/ malam
hari.
RKD; riwayat sakit saluran cerna, riwayat peny kandung empedu
RKK; riwayat klg menderita typoid, higiene keluarga jelek
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum
- Tingkat kesdaran: menurun
- TTV: suhu meningkat, nafas cepat dangkal, nadi bradikardi relatif, TD
normal/menurun
Pengkajian sistem tubuh
- Mata cekung
- Mulut; bibir kering dan pecah-pecah, lidah berselapu/kotor
- Abdomen ; distensi abdomen, nyeri tekan, splenomegali, hepatomegali
- Integumen ; rose spot
- Ekstremitas; kekuatan otot menurun, kelemahan
Gejala yang ditemukan pada kasus typhoid abdominal antara lain kelemahan,
malaise, kelelahan, merasa gelisah dan ansietas, cepat lelah dan insomnia.
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta tanda seperti
menolak dan depresi juga akan ditemukan dalam pengkajian integrits ego pasien.
4. Eliminasi
6. Hygiene
Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah akan dialami pasien dengan titik nyeri
yang dapat berpindah.
8. Keamanan
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
NOC :
Termoregulasi (0800)
NIC :
Aktivitas :
NOC :
NIC :
Aktivitas :
Aktivitas :
Seorang anak usia 3 tahun, dirawat karena demam naik turun. Demam
tertinggi pada sore dan malam hari. Ibu mengatakan bahwa sudah 2 minggu ini
anak demam. Anak juga mengeluh mual dan kadang-kadang muntah. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan lidah kotor, hepar teraba 1 cm bawah arcus costarum
dan anak apatis. Tanda-tanda vital anak ( TD: 90mmHg, nadi: 120 x/menit, nafas:
40 x/menit dan suhu 38,7 oc), kulit teraba hangat dan kemerahan.
Pertanyaan khusus :
Begitu bakteri masuk ke dalam tubuh, mereka berkembang biak dengan cepat
dan menyebar ke aliran darah. Tubuh kemudian alan merespons dengan demam
tinggi dan gejala lainnya.
a) Patofisiologi :
b) WOC
d. Apa tanda dan gejala yang khas pada anak?
DO
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 120x /menit
RR : 40x / menit
Suhu : 38,7oC
Demam tinggi pada malam dan sore hari
Lidah kotor
Anak apatis
Hepar teraba 1 cm dibawah arcus costarum
Kulit teraba hangat dan kemerahan
DS
Demam berlangsung 2 minggu
Mual dan muntah
Prognosis
Bila penderita diobati secara baik dan benar pada minggu pertama saat
demam typoid, prognosis akan baik karena umumnya penyakit ini akan reda
setelah 2 hari kemudian, dan kondisi penderita membaik dalam 4-5 hari
selanjutnya. Bila ada keterlambatan pengobatan resiko komplikasi akan
meningkat dan waktu pemulihan akan semakin lama.
Relaps sesudah respons klinis awal terjadi pada 4-8% penderita yang tidak
diobati dengan antibiotic. Pada penderita yang telah mendapatkan terapi anti
mikroba yang tepat, manifestasi klinis relaps menjadi nyata sekitar 2 minggu
sesudah penghentian antibiotik dan menyerupai penyakit akut, namun biasanya
lebih ringan dan lebih pendek. Individu mengeksresi Salmonella thypi ≥ 3 bulan
setelah infeksi umumnya menjadi kanker kronis. Resiko menjad karier pada anak-
anak rendah dan meningkat sesuai usia. Karier kronis terjadi pada 1-5% dari
seluruh pasien demam tifoid. Insiden penyakit saluran empedu (traktus billiaris)
lebih tinggi pada karier kronis dibandingkan dengan populasi umum. (Alba, et al.,
2016)
Komplikasi
Komplikasi dapat lebih sering terjadi pada individu yang tidak diobati
sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan dan perforasi usus ataupun infeksi
fecal seperti visceral abses. Perforasi usus halus dilaporkan terjadi pada 0,5 – 3%,
sedangkan perdarahan usus terjadi pada sekitar 1 – 10% kasus demam tifoid pada
anak. Biasanya didahului dengan penurunan suhu, tekanan darah dan peningkatan
frekuensi nadi. Serta nyeri abdomen lokal pada kuadran kanan bawah, nyeri yang
menyelubung, muntah, nyeri pada perabaan abdomen, defance muskulare,
hilangnya keredupan hepar dan tanda peritonitis lain yang terjadi pada perforasi
usus halus. Selain itu dapat terjadi komplikasi seperti neuropsikiatri, miokarditis,
hepatitis tifosa, dan lainnya. (Naveed and Ahmed, 2016)
Pengkajian :
RR 40x/ menit
Suhu 38, 7 ◦C
Lidah kotor
i. Rumuskan masalah keperawatan yang muncul pada anak dan buat analisa
datanya ?
DO :
Suhu : 38,7◦C
Kulit merah dan teraba hangat
RR 40x/menit
DS :
a. Pengaturan suhu
Aktivitas :
Aktivitas :
Aktivitas :