Anda di halaman 1dari 53

56

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN Commented [S1]: Nomor Halaman di setiap bab di taruh di
bawah tengah

4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi pengambilan data
RSUD Blambangan Banyuwangi adalah rumah sakit milik pemerintah

Kabupaten Banyuwangi. Letaknya sangat strategis, berada di tengah

pusat kota tepatnya di jalan letkol istiqlah nomer 49 dan berdekatan

dengan instansi terkait. Secara formal RSUD Blambangan diresmikan

pada tahun 1930, saat ini termasuk dalam kategori type B dan telah

diakreditasi lulus akreditasi dasar penuh (5 pelayanan). RSUD

Blambangan memberikan pelayanan rawat jalan dan rawat inap.

Pelayanan rawat jalan dilakukan di 15 klinik yang ada lengkap dengan

dokter spesialisnya, kecuali poli umum dan medical check up

Visi dari RSUD Blambangan adalah menjadi rumah sakit andalan dan

pusat rujukan spesialistik di kabupaten Banyuwangi. Karena setiap

warga yang berada di wilayah Kabupaten Banyuwangi berkeinginan

untuk mempunyai rumah sakit yang menjadi andalan dan

kebanggaannya, dimana rumah sakit tersebut dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang baik, bermutu dan memuaskan.

1) Luas wilayah : 25.640 m3

2) Batas – batas wilayah :

a) Sebelah utara : Giri

b) Sebelah selatan : Singonegaran

c) Sebelah timur : Singonegaran

56
d) Sebelah barat : penataban Commented [S2]: Wilayah diganti dengan nama desa atau
kelurahan

3) Sumber daya manusia di ruang penyakit dalam RSUD

Blambangan Bnyuwangi:

a) Perawat

(1) D3 Keperawatan : 20 orang

(2) S1 Keperawatan : 2 orang

b) Dokter spesialis penyakit dalam : 2 orang

c) Tenaga adminitrasi : 1 orang

4) Ruangan yang ada di ruang penyakit dalam RSUD

Blambangan:

a) Ruang observasi

b) Ruang perawat

c) Ruang neuro

d) Ruang interna III A

e) Ruang pulmo

f) Ruang Psikiatri atau GIT

57
4.1.2 Pengkajian
1) Identitas Klien
IDENTITAS KLIEN Klien 1 Klien 2
Nama Tn. Y Tn. P
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki
Agama Islam Islam
Suku / Bangsa Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia
Pendidikan SMA SD
Umur 51 tahun 64 tahun
Alamat Giri Taman Baru
Pekerjaan Wiraswasta Wiraswasta
Status perkawinan Menikah Menikah
No. Register 146785 088616
Tanggal MRS 08 Januari 2019 / 07.00 09 Januari 2019/
WIB 19.30 WIB
Tanggal pengkajian 08 Januari 2019 / 11Januari 2019/
08.30 WIB 08.15
Diagnosa Medis Dyspnea ec PPOK PPOK + Dyspneu+KP

2) Riwayat Penyakit
RIWAYAT Klien 1 Klien 2
PENYAKIT
Keluhan Utama 1) Keluhan MRS : Keluarga 1) Keluhan MRS :Klien
mengatakan klien megatakan nyeri
mengeluh sesak nafas. abdomen sampai ke dada
2) Keluhan saat pengkajian 2) Keluhan saat pengkajian
: Keluarga mengatakan : klien mengatakan
batuk, nyeri abdomen sesak, nyeri abdomen
dan sesak dan batuk

Riwayat penyakit Klien mengatakan pada Klien mengatakan tiga hari


sekarang tanggal 08 Januari 2019 jam yang lalu merasa sesak
06:00 sehabis dari kamar pada tanggal 09 Januari
mandi pasien merasa sesak 2019 jam 19:30 pasien
nafas sebelumnya pasien merasa sesak dan nyeri di
batuk terus-menerus. Pada perut kemudian di bawa ke
jam 07:00 pasien dibawa ke RSUD Blambangan,
RSUD Blambangan, sewaktu di IGD pasien
sewaktu di IGD pasien mendapatkan penanganan
mendapatkan penanganan infus NS 20 tpm di
infus NS+ Aminophylline ekstremitas sebelah kiri
14 tpm di ekstremitas dan terpasang nasal kanul
sebelah kiri dan terpasang 3 lpm. Pada saat
nasal kanul 5 lpm. Pada saat pengkajian jam 08: 15
pengkajian jam 08:30 WIB WIB pasien mengatakan
pasien mengatakan sesak sesak dan nyeri perut di

58
nafas dan batuk terus- quadran kanan atas dan
menerus disertai lendir, kiri atas, sakitnya hilang
ketika batuk terasa keram di timbul dan skala nyeri 3.
perut, skala nyeri 3 dan
hilang timbul.
Riwayat penyakit Keluarga mengatakan klien Klien mengatakan tidak
dahulu mengalami sakit asmai pernah mengalami riwayat Commented [S3]: Nama sakitnya di tulis/dijelaskan
selama 2 tahun. penyakit Diabetes Melitus
dan hipertensi.
Riwayat penyakit Klien mengatakan bapak Klien mengatakan dalam
keluarga klien pernah mengalami keluarga klien tidak
penyakit Diabetes millitus, pernah mengalami
Dan tidak ada penyakit penyakit keturunan seperti
keturunan yang lain maupun hipertensi dan DM dan
yang menular seperti tidak memiliki penyakit
hepatitis, HIV dan lain – menular seperti hepatitis,
lain. HIV dan lain – lain.

Riwayat psikososial dan


Status spiritual 1) Riwayat Psikologis : 1) Riwayat Psikologis :
Keluarga mengatakan Klien cemas dengan
dengan adanya riwayat kondisinya saat ini dan
penyakit ini harus harus beradaptasi
beradaptasi dengan pola dengan pola hidupnya
hidup klien untuk untuk kesembuhan
kesembuhannya dan klien.
klien menerima serta
sudah terbiasa dengan 2) Aspek Sosial : Klien
pola hidupnya yang tampak baik dan dapat
sekarang . diajak berkomunikasi
dengan keluarga
2) Aspek Sosial : maupun perawat
Klien tampak ramah, diruangan.
komunikasi dengan
perawat dan keluarga
klien yang lainnya 3) Aspek Spiritual :
tampak baik. Klien mengatakan
yakin akan
kesembuhannya dan
3) Aspek Spiritual : tidak lupa untuk
Klien mengatakan yakin berdoamemohon
untuk sembuh dan selalu kesehatan Commented [S5]: Aspek spiritual bukan mengarah ke agama,
berdoa untuk tapi lebih kepada spirit atau kekuatan klien untuk mengatasi
kesembuhanya. masalahnya sendiri
Commented [S4]: Aspek spiritual bukan mengarah ke agama,
tapi lebih kepada spirit atau kekuatan klien untuk mengatasi
3) Perubahan Pola Kesehatan (Pendekatan Gordon) masalahnya sendiri
Commented [S6]: Pilih salah satu (pendekatan gordon saja)
POLA Klien 1 Klien 2
KEBIASAAN
Pola Nutrisi 1) Sebelum sakit : 1) Sebelum sakit : klien
Keluarga mengatakan, mengatakan minum air putih
minum air putih hanya 1-3 sehari 3-4 kali dengan Commented [S8]: Tanda (±) di gunakan untuk ukuran ml nya,
gelas seharinya dengan ukuran sekitar ± 250 ml. bukan gelasnya.
Ex. Minum air putih 3 gelas ± 250 ml
ukuran ± 250 ml. Pola klien tidak memiliki alergi
makan klien teratur ± 3x pada makanan. Pola makan Commented [S7]: Tanda (±) di gunakan untuk ukuran ml nya,
sehari, dengan porsi klien teratur ± 3 x sehari bukan gelasnya.
Ex. Minum air putih 3 gelas ± 250 ml

59
dihabiskan, jenis makanan dengan porsi yang cukup
nasi, lauk pauk, dan sayuran serta dihabiskan dengan
dan klien suka makan buah. menu nasi, lauk pauk, dan
sayuran. Klien tidak merasa
mual, dan nafsu makan klien
meningkat saat memakan
makanan yang disukainya.

2) Saat sakit : 2) Saat sakit :


Klien mengatakan saat sakit Klien mengatakan saat sakit
klien makan 3x sehari klien makan 3x sehari
dengan porsi cukup dan dengan porsi cukup dan klien
klien mampu menghabiskan mampu menghabiskan
makanan dari rumah sakit makanan dari rumah sakit

Pola Eliminasi 1) BAB : 1) BAB :


a) Sebelum sakit : a) Sebelum sakit : klien
klien mengatakan BAB 1x mengatakan BAB ± 1-2 x
sehari dengan konsitensi sehari dengan konsitensi
lembek, berwarna kuning lembek, berwarna kuning
dan bau khas feses. dan bau khas feses.
b) Saat sakit : b) Saat sakit : klien
klien mengatakan BAB 1 mengatakan BAB 1x
x dengan konsistensi dengan konsistensi
lembek, berwarna kuning lembek, berwarna kuning
dan bau khas feses dan bau khas feses

2) BAK : 2) BAK :
a) Sebelum sakit : a) Sebelum sakit :
klien mengatakan BAK klien mengatakan BAK
lancar 3 – 5 x dalam lancar 2 – 3 x dalam
sehari, dengan warna khas sehari, dengan warna khas
urin kuning, bau khas urin kuning, bau khas
urine, tidak ada keluhan urine, tidak ada keluhan
dalam BAK ± 1000 ml dalam BAK ± 1000 ml Commented [S9]: Kasih jumlah normal urin per 24 jam
Commented [S10]: Kasih jumlah normal urin per 24 jam
b) Saat sakit : keluarga b) Saat sakit : klien
mengatakan saat sakit menngatakan saat sakit
klien BAK diatas tempat klien BAK di atas tempat
tidur dengan warna tidur dengan menggunakan
kuning jernih bau khas pispot dan kadang di bantu
urine menggunakan pispot ke kamar mandi warna
dan dibantu oleh keluarga. urine kuning jernih dan
bau khas urine.
Pola 1) Sebelum sakit : 1) Sebelum sakit :
Kebersihan Klien mengatakan mandi 2x Klien mengatakan mandi 2x
diri sehari, menggunakan, sabun, sehari, menggunakan, sabun,
shampoo, dan sikat gigi. shampoo, dan sikat gigi.
mengganti baju 2x sehari mengganti baju 2x sehari

2) Saat sakit : 2) Saat sakit :


Klien mengatakan selama di Klien mengatakan selama di
rumah sakit hanya dilakukan rumah sakit hanya dilakukan
seka saja sebanyak 2x sehari seka saja sebanyak 2x sehari
dan mengganti baju 1x dan mengganti baju 1x sehari
sehari. Tidak gosok gigi. Tidak gosok gigi.
Pola Aktivitas 1) Sebelum sakit : 1) Sebelum sakit :

60
Klien mengatakan sebelum Klien mengatakan sebelum
sakit klien melakukan sakit dapat beraktivitas
aktivitas seperti biasa. seperti biasa, mandi makan,
Bekerja menjual mobil mencuci dsb dapat dilakukan
keluar daerah . dengan mandiri, bekerja
sebgai satpam.
2) Saat sakit :
keluarga klien mengatan saat 2) Saat sakit :
sakit klien melakukan Klien mengatakan klien
aktivitas diatas tempat tidur hanya dapat berbaring miring
dan sesekali mencoba kanan miring kiri, jika ingin
berjalan didekat tempat duduk dan aktivitas yang
tidur. lebih lainnya perlu bantuan
dari keluarganya.

Pola Istirahat 1) Sebelum sakit : 1) Sebelum sakit :


dan Tidur Sebelum sakit klien tidak Sebelum sakit klien tidak ada
ada masalah dalam pola masalah dalam pola istirahat
istirahat tidur, klien tidur, klien mengatakan tidur
mengatakan tidur nyenyak. nyenyak. Tidur malam
Tidur malam sekitar ± 8 jam sekitar ± 8 jam mulai pukul Commented [S11]: Pukul berapa ?
20:00 WIB sampai 04:00 20:00 WIB sampai 04:00
WIB. WIB.
2) Saat sakit :
Klien mengatakan tidak 2) Saat sakit :
dapat tidur, hanya sampai 3- Klien mengatakan tidur
4 jam terbangun dan di siang dimalam hari sekitar 5-6 jam,
haripun sulit untuk dan sering terbangun karena
beristirahat dan posisi sesaknya, posisi tidur pasien
tidurnya semi fowler. semi fowler

4) Pemeriksaan Fisik Pendekatan Head to Toe


Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
Fisik
1) Keadaan
Umum (a) Keadaan umum cukup. (a) Keadaan umum klien lemah
a) Keadaa (b) Klien menggunakan O2 (b) Klien menggunakan O2
n sakit nasal kanul 5 lpm nasal kanul 3 lpm
(c) Terpasang infuse PZ + (c) Terpasang infuse NS di
Aminophylline di tangan tangan kiri 20 Tpm
kiri 14 Tpm (d) Pasien tampak gelisah
(d) Tampak ngos-ngosan saat (e) Posisi semi fowler
melakukan aktivitas ringan (f) Kesadaran composmentis
(e) Posisi semi fowler (g) G C S :4 5 6
(f) Kesadaran Composmentis
(g) GCS : 4 5 6
(h) Wajah tampak pucat

b) Tanda- (1) Suhu : 36, 9º C (1) Suhu : 36, 0º C


Tanda (2) Nadi : 97 x / menit (2) Nadi : 94 x / menit
Vital (3) Tekanan darah : 140 / 80 (3) Tekanan darah : 120 / 90
mmHg mmHg
(4) RR : 29 x / menit (4) RR : 28 x / menit

61
(5) BB : 60 kg (5) BB : 55 kg

c) Pemerik (1) Kepala dan rambut (1) Kepala dan rambut


saan (a) Inspeksi :Bentuk (a) Inspeksi : Bentuk
Cepalo kepala normal, tidak kepala normal, tidak
Caudal ada lesi, penyebaran ada lesi, rambut
rambut merata, rambut beruban dan ada uban
beruban, kulit kepala kulit kepala terlihat
terlihat bersih tidak kotor tidak ada
ada ketombe ketombe.
(b) Palpasi :Tidak terdapat (b) Palpasi : Tidak ada
nyeri tekan, tidak nyeri tekan, tidak ada
teraba benjolan. benjolan .

(2) Hidung (2) Hidung


(a) Inspeksi : Warna (a) Inspeksi : Warna
hidung sama dengan hidung sama dengan
warna kulit warna kulit
disekitarnya, tidak disekitarnya, tidak
terdapat pernafasan terdapat pernafasan
cuping hidung, septum cuping hidung, septum
nasi tepat berada di nasi tepat berada di
tengah, bentuk tengah, bentuk
simetris, tidak terlihat simetris, tidak terlihat
lesi, dan terpasang O2 lesi, terpasang O2 nasal Commented [S12]: Terpasang O2 tidak ??
nasal kanul 5 lpm. kanul 4 lpm.
(b) Palpasi : Tidak (b) Palpasi : Tidak ada
terdapat nyeri tekan, nyeri tekan dan tidak
tidak teraba benjolan terdapat benjolan

(3) Telinga
(3) Telinga (a) Inspeksi : Bentuk
(a) Inspeksi : Warna kulit telinga kanan dan kiri
telinga sama dengan simetris, tidak terdapat
warna lesi, tidak ada polip
disekitanyaBentuk nasal, warna kulit
telinga kanan dan kiri telinga sama dengan
simetris, tidak terdapat warna disekitanya.
lesi, (b) Palpasi : Tidak ada
(b) Palpasi : Tidak benjolan, tidak ada
terdapat nyeri tekan, nyeri tekan.
tidak teraba benjolan

(4) Mata
(4) Mata (a) Inspeksi : Bentuk mata
(a) Inspeksi :Konjungtiva simetris, konjungtiva
mata terlihat pucat mata berwarna merah
bentuk mata simetris, , muda, sclera berwarna
sclera berwarna putih, putih, dan terdapat
dan terdapat reflek reflek cahaya, gerakan
cahaya, gerakan bola bola mata normal ,
mata normal. tidak ada nistagmus,
(b) Palpasi : Tidak frekuensi kedipan mata
terdapat nyeri tekan, sesuai.
tidak teraba benjolan (b) Palpasi : Tidak ada
benjolan dan nyeri
tekan

62
(5) Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil,
(5) Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil, dan Pharing
dan Pharing (a) Inspeksi : Mukosa bibir
(a) Inspeksi : Mukosa lembab, lidah terlihat
bibir kering dan merah muda, tidak ada
tampak pucat, tidak pembesaran tonsil,
ada pembesaran tonsil, terdapat karies
terdapat karies. (b) Palpasi : tidak ada
(b) Palpasi : Tidak nyeri tekan dan tidak
terdapat nyeri tekan, ada benjolan.
tidak teraba benjolan
(6) Leher dan Tenggorokan
(6) Leher dan Tenggorokan (a) Inspeksi : Leher
(a) Inspeksi : Tidak terlihat simetris antara kanan
pembesaran vena dan kiri, warna kulit
jugularis leher simetris leher sama dengan
antara kanan dan kiri, warna di sekitarnya,
warna kulit leher sama tidak terlihat
dengan warna di peningkatan vena
sekitarnya, jugularis.
(b) Palpasi :Tidak terdapat (b) Palpasi : Tidak ada
nyeri tekan, tidak teraba nyeri tekan , dan tidak
benjolan. ada benjolan.

(7) Dada/Thoraks
(7) Dada/Thoraks (a) Pemeriksaan paru
(a) Pemeriksaan paru : a. Inspeksi : Terdapat otot
a. Inspeksi : Terdapat bantu pernafasan,
otot bantu terdapat retraksi dada,
pernafasan, terdapat bentuk thoraks normal
retraksi dada dan chest.
bentuk thoraks b. Palpasi : Tidak ada
normal chest. nyeri tekan, ekspansi
b. Palpasi :Tidak ada dada antara kanan dan
nyeri tekan , kiri sama,
ekspansi dada antara c. Perkusi :
kanan dan kiri sama, Dekstra : suara redup
vocal premitus (dullness) pada ICS 3-4
normal antara kanan Sinistra : ICS 1, 5 suara
dan kiri. sonor, ICS 2-5 suara
c. Perkusi : pekaka jantung
Dekstra : suara d. Terdengar suara nafas
redup (dullness) tambahan seperti
pada ICS 3-4 whezing.
Sinistra : ICS 1, 5
suara sonor, ICS 2-5 ++ --
suara pekak ++ - -
jantung. ++ - -
d. Terdengar suara - -
nafas tambahan
seperti rochi dan
wheezing (b) Pemeriksaan Jantung
a. Inspksi : Ictus cordis
-- ++ tidak terlihat
++ b. Palpasi : teraba ictus
- - cordis pada interkoste
- - - - ke 5 ( 2-3 cm medial di
garis midklavikula)

63
(b) Pemeriksaan Jantung c. Perkusi : Batas
a. Inspksi : Ictus cordis jantung atas ICS 2,
tidak terlihat batas jantung bawah
b. Palpasi : teraba ictus ICS 5, terdengar suara
cordis pada redup dan tidak
interkoste ke 5 ( 2-3 terdapat pembesaran
cm medial di garis jantung,
midklavikula) d. Auskultasi : Tidak
c. Perkusi : Terdengar terdapat suara
suara redup dan tambahan pada jantung
tidak terdapat seperti murmur atau
pembesaran jantung, gallop, Suara jantung
batas jantung atas terdengar lup-dup.
ICS 2, batas jantung Terdengar suara pekak
bawah ICS 5. BJ 1 lup dan BJ 11
d. Auskultasi : Suara dup.
jantung terdengar
lup-dup. Terdengar
suara pekak BJ 1 lup (8) Pemeriksaan abdomen
dan BJ 11 dup, tidak (a) Inspeksi : Tidak terdapat
terdapat suara luka, warna kulit sama
tambahan pada dengan warna
jantung seperti disekitarnya,
murmur atau gallop, (b) Auskultasi : Suara
bising ± 10 x /Menit
(8) Pemeriksaan abdomen (c) Palpasi : Terdapat
(a) Inspeksi : Warna kulit nyeri tekan pada
sama dengan warna bagian atas perut
disekitarnya, tidak ada (d) Perkusi
bekas luka, tidak ada Regio
lesi,
(b) Auskultasi : Suara 1 2 3
bising ± 8x /Menit.
(c) Palpasi : Tidak 4 5 6
terdapat nyeri tekan di
bagian atas abdomen, 7 8 9
tidak teraba benjolan
(d) Perkusi 1. Hepar (Hipokondrium
Regio Dekstra)
2. gaster, epigastrium
1 2 3 3. Lien, hipokondrium
sinistra
4 5 6 4. Colon acenden,
umbilical dekstra
7 8 9 5. Umbilicus, jejunum,
ilium, colon transversal
1. Hepar 6. Lumbalis sinistra, ren
(Hipokondrium sinistra, colon decenden
Dekstra) 7. Inguinal dextra, apendik
2. gaster,epigastrium 8. Supra pubis, vesika
3. Lien,hipokondrium urinaria
sinistra 9. Inguinal sinistra, colon
4. Colon acenden, sigmoid
umbilical dekstra
5. Umbilicus,jejunum,iliu
m,colon transversal
6. Lumbalis sinistra, ren
sinistra,colon decenden (9) Ekstermitas, kuku, dan

64
7. Inguinal dextra, kekuatan otot
apendik (a) Inspeksi :
8. Supra pubis, vesika terpasang infus di
urinaria tangan sebelah
9. Inguinal sinistra, colon kanan,terlihat kuku
sigmoid. panjang dan kotor,
tampak kedua kaki
(9) Ekstermitas, kuku, dan bengkak, warna kuku
kekuatan otot terlihat pucat, kedua
(a) Inspeksi : kaki edema
terpasang infus di (b) Palpasi :tidak terdapat
tangan sebelah kiri, edema pada daerah
terlihat kuku cukup kedua kaki klien, turgor
besih,tidak terdapat kulit normal ≤ 2 detik,
edema di kedua akral teraba hangat,
tanngan dan kedua kaki CRT < dari 2 detik
tidak terdapat luka. Kekuatan otot :
(b) Palpasi : tidak terdapat
edema pada daerah 5 5
tangan dan kedua kaki
klien, turgor kulit 5 5
normal < dari 2 detik,
akral teraba hangat, (10) Genetalia dan Anus
CRT< dari 2 detik (a)Inspeksi : Tidak ada
Kekuatan otot : luka pada daerah pubia.
(b)Palpasi: tidak terdapat
5 5 benjolan atau nyeri
tekan pada daerah
5 5 pubis maupun anus.

(10) Genetalia dan Anus (11) Pemeriksaan Neurologi


(a) Inspeksi : tidak terdapat (a)Kesadaran
luka Composmentis
(b) Palpasi : tidak terdapat (b) GCS : 4 5 6
nyeri tekan, tidak
teraba benjolan

(11) Pemeriksaan Neurologi


(a) Kesadaran
Composmentis
(b) GCS : 4 5 6

5) Hasil Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksa Klien 1 / 08/01/2019 Klien 2 /09/01/2019
an
Lab :
Pemeriksa a) Leukosit : 8,5 x10̂3/µL (3,8- a) Leukosit : 12,5* x 10̂3/µL
an Darah 10,6) (3,8-10,6)
a. LYM : 6,2*% (20-40) a. LYM : 5,8* % (20-40)
b. MIX : 12,0* % (0,8-10,8) b. MIX : 6,9 % (0,8-10,8)
c. NEU : 81,8% (73,7-89,7) c. NEU : 87,3 % (73,7-89,7)
b) Eritrosit : 5,74x 10̂6/µL (4,4- b) Eritrosit : 4,62 x 10̂6/µL
5,9) (4,4-5,9)
a. MCV : 89,9 fL (80-100) a. MCV : 88,5 fL (80-
b. MCH : 30,8 pg (26-34) 100)

65
c. MCHC : 34,3% (32-36) b. MCH : 30,3 pg (26-34)
c) Hemoglobin :17,7 gr/dl(13,2- c. MCHC : 34,2 % (32-
18) 36)
d) Hematokrit/PVC : 51,6 % (40- c) Hemoglobin : 14,0 gr/dl
(13,2-18)
52)
d) Hematokrit/PVC : 40,9 %
e) Trombosit : 96* x 10³/µL (40-52)
e) Trombosit : 206 x 10³/µL
(150-440)
(150-440)
f) GDA : 117 mg/dl
(< dari 125 mg/dl )
g) Faal Ginjal :
a. Urium (BUN) :
12.29 mg/dl (7- 24
mg/dl )
b. Kreatinin : 1.25 mg/dl
(0.4-1.1 mg/dl /
c. SGOT: 21.2 U/L (<50)
d. SGPT: 8.8 U/L (<50)

Harapan a) Klien : a) Klien :


klien dan Klien mengatakan ingin cepat Klien ingin cepat sembuh,
keluarga sembuh dan tidak lemas, dapat tidak sesak, tidak bengkak
sehat dan pulang kerumah. dan segera dibawa pulang
b) Keluarga : keluarga oleh keluarganya
mengatakan keluarga ingin b) Keluarga : keluarga
klien tidak lemas lagi, dan mengatakan semoga,
dapat segera baikan serta dapat kondisi klien membak dan
dibawa pulang. bengkak dibadanya hilang
semua.

Genogram
Klien 1:

Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki penderita

66
Laki-laki meninggal
Perempuan meninggal
Garis Perkawinan
Garis Keturunan
Garis tinggal satu rumah

Klien 2 :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki penderita
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Garis Pernikahan
: Garis Keturunan
: Garis tinggal satu rumah

67
4.1.3 Analisis Data
Analisis Data Etiologi Masalah
Klien 1
Ds : Keluarga klien mengatakan Pola nafas tidak efektif faktor predisposisi (Merokok,
polusi udara, asap, gas, paparan
klien sesak nafas dan batuk – debu,usia, jenis kelamin,
infeksi, menurunnya alfa anti
batuk disertai lendir. Commented [S13]: Data ini dari mana ?
tripsin)
Do : K/u : lemah
Terjadi proses inflamasi
Menggunakan otot bantu bronkus dan juga menimbulkan
kerusakan pada dinding
pernafasan Commented [S14]: Harusnya ada retraksi dada (??)
bronkiolus terminal
Terdapat retraksi dada
Obstruksi bronkiolus awal fase
Kesadaran compos mentis ekspirasi
GCS : 4 5 6
Edema, spasme
Menggunakan oksigen nasal 5 bronkus,peningkatan secret
bronkus
Lpm
TTV: Udara terperangkap dalam
alveolus
a. TD : 140/90 mmHg
Dysneu, takipneu
b. N : 97 x/menit
c. S: 36,9 oc Pola nafas tidak efektif

d. RR : 29 x/menit

Ds : Keluarga klien mengatakan Ketidakefektifan bersihan faktor predisposisi (Merokok,


jalan nafas polusi udara, asap, gas, paparan
klien sesak nafas dan batuk – debu,usia, jenis kelamin,
batuk. infeksi, menurunnya alfa anti
tripsin)
Do : K/u : lemah
Terjadi proses inflamasi
Kesadaran compos mentis bronkus dan juga menimbulkan
GCS : 4 5 6 kerusakan pada dinding
bronkiolus terminal
Menggunakan oksigen nasal 5
Obstruksi bronkiolus awal fase
Lpm ekspirasi
TTV:
Inflamasi
a. TD : 140/90 mmHg
b. N : 97 x/menit Sputum meningkat

c. S: 36,9 oc Ketidakefektifan bersihan


d. RR : 29 x/menit jalan nafas

Terdengar suara nafas tambahan


whezzing dan ronchi

-- ++
++
- -
- - - -

68
Terdapat otot bantu
pernafasan

Klien 2

Data Subyektif : Pola nafas tidak efektif faktor predisposisi (Merokok,


Klien mengatakan sesak, batuk, dan polusi udara, asap, gas, paparan
nyeri di abdomen bagian atas. debu,usia, jenis kelamin,
infeksi, menurunnya alfa anti
Data Obyektif: Commented [S15]: DO tidak mendukung untuk Diagnosis
tripsin)
bersihan jalan napas
1) Posisi klien semi fowler ditempat Terjadi proses inflamasi
tidur. bronkus dan juga menimbulkan
2) Terdapat otot bantu pernafasan kerusakan pada dinding
3) Terdapat retraksi dada bronkiolus terminal
4) RR 28 x / menit
5) Nadi 94 x / menit Obstruksi bronkiolus awal fase
6) TD : 120/80mmHg ekspirasi
7) terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
Edema, spasme
bronkus,peningkatan secret
bronkus

Udara terperangkap dalam


alveolus

Dysneu, takipneu

Pola nafas tidak efektif

Data Subyektif : Ketidakefektifan bersihan


Klien mengatakan masih sesak, jalan nafas
batuk-batuk dan nyeri di abdomen
bagian atas.
Commented [S16]: Data apa yang mendukung untuk diagnosis
Data Obyektif: bersihan jalan napas ?

69
1) Posisi klien semi fowler ditempat
tidur. faktor predisposisi (Merokok,
2) menggunakan otot bantu polusi udara, asap, gas, paparan
pernafasan debu,usia, jenis kelamin,
3) terdapat retraksi dada infeksi, menurunnya alfa anti
tripsin)
4) RR 27 x / menit
5) Nadi 94 x / menit Terjadi proses inflamasi
6) TD : 120/80mmHg bronkus dan juga menimbulkan
7) Terdengar suara nafas tambahan kerusakan pada dinding
whezzing bronkiolus terminal

++ -- Obstruksi bronkiolus awal fase


++ - - ekspirasi
++ - -
- - Inflamasi

8) terpasang O2 nasal kanul 3 lpm Sputum meningkat

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

Data subyektif : klien mengatakan Nyeri akut Sputum meningkat

nyeri / kram di perut dibagian atas Reflek batuk


Data obyektif :
Peningkatan tekanan
k/u : lemah intraabdominal

Kesadaran : compos mentis Penekanan syaraf abdomen


GCS : 4 5 6
pelepasan mediator nyeri
Wajah tampak menyeringai
Nyeri akut
Klien tampak menahan sakit
Klien tampak gelisah
Skala nyeri 6 ( nyeri sedang ) Commented [S17]: Skala nyeri 3 saya sarankan tidak di
tetapkan sebagai diagnosis
TTV
a. TD : 120/80 mmHg
b. N : 94 x/menit
c. S: 36,0 oc
d. RR : 27 x/Menit

70
4.1.4 Diagnosis Keperawatan
No Tanggal Muncul Diagnosa Keperawatan
Klien 1
1 8 januari 2019 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
dyspneu, ditandai dengan:
Ds : Keluarga klien mengatakan klien sesak
nafas dan batuk – batuk tidak disertai
lendir.
Do :
K/u : lemah
Menggunakan otot bantu pernafasan
Terdapat retraksi dada
Kesadaran compos mentis
GCS : 4 5 6
Menggunakan oksigen nasal 5 Lpm
TTV:
a. TD : 140/90 mmHg
b. N : 97 x/menit
c. S: 36,9 oc
d. RR : 29 x/menit

8 januari 2019 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


berhubungan dengan peningkatan sputum
Do: klien mengatakan merasa sesak dan
batu-batuk
Ds K/u : lemah
Terdapat otot bantu pernafasan
Terdapat retraksi dada
Kesadaran compos mentis
GCS : 4 5 6
Menggunakan oksigen nasal 5 Lpm
TTV:
a. TD : 140/90 mmHg
b. N : 97 x/menit
c. S: 36,9 oc
d. RR : 29 x/menit
Terdengar suara nafas tambahan whezzing
dan ronchi

71
-- ++
++
- -
- - - -

Klien 2
1 11 januari 2019 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
keletihan otot pernapasan, ditandai dengan:
Ds : Klien mengatakan masih sesak, batuk dan
nyeri di abdomen bagian atas.
DO:

1) Posisi klien semi fowler ditempat tidur.


2) Terdapat retraksi dada
3) Terdapat otot bantu nafas
4) RR 28 x / menit
5) Nadi 94 x / menit
6) TD : 120/80mmHg
7) Terpasang O2 nasal kanul 3 lpm

72
11 januari 2019 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan peningkatan sputum
DS :
Klien mengatakan masih sesak, batuk, dan nyeri
di abdomen bagian atas.
DO:

1) Posisi klien semi fowler ditempat tidur.


2) terdapat retraksi dada
3) terdapat otot bantu nafas
4)RR 28 x / menit
5) Nadi 94 x / menit
6) TD : 120/80mmHg
7) Terdengar suara nafas tambahan whezzing

++ --
++ - -
++ - -
- -

8) terpasang O2 nasal kanul 3 lpm

73
11 Januari 2019 Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera
biologis ( misal, infeksi, iskemia, neoplasma ),
ditandai dengan:
Ds : klien mengatakan nyeri / kram di
perut dibagian atas
Do : k/u : lemah
Kesadaran : compos mentis
GCS : 4 5 6
Wajah tampak menyeringai
Klien tampak menahan sakit
Klien tampak gelisah
Skala nyeri 6 ( nyeri sedang )
TTV
a. TD : 120/80 mmHg
b. N : 94 x/menit
c. S: 36,0 oc
d. RR : 28 x/Menit

74
4.1.5 Intervensi Keperawatan
Kien 1
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan dyspneu
NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1 Ketidakefektifan pola nafas Status pernafasan ( 0415 ) Manajemen asma ( 3210 )


berhubungan dengan
Indikator Ir Er 1) Monitor reaksi asma 1) Mengetahui kapan reaksi asma itu
dyspneu 2) Ajarkan klien untuk terjadi dan lakukan antisipasi
Frekuensi pernafasan 2 5 mengidentifikasi dan 2) Untuk menghindari serangan asma
menghindari pemicu terjadi
Tujuan : Setelah dilakukan Irama pernafasan 2 5
3) Bantu untuk mengenl tanda dan 3) Mengetahui tindakan yang sesuai
tindakan keperawat ± 1 x 24 gejala sebelum terjadi reaksi
Suara auskultasi nafas 2 5 untuk dilakukan tindakan
jam diharapkan pola nafas asma dan implementasikan dari pertolongan pada pasien asma
Kepatenan jalan nafas 2 5 respon tindakan yang tepat 4) Untuk memantau dan mengetahui
kembali efektif
4) monitor kecepatan, irama seberapa parah klien tersebut
kedalaman dan usaha kesulitan saat bernafas
pernafasan 5) Bronkodilator adalah sebuah
Keterangan: 5) Kolaborasi dengan tim medis substansi yang dapat memperlebar
pemberian bronkodilator luas permukaan bronkus dan
1) Deviasi berat dari kisaran normal
2) Deviasi yang cukup berat dari kisaran bronkiolus pada paru-paru, dan
normal membuat kapasitas serapan oksigen
3) Deviasi sedang dari kisaran normal paru-paru meningkat
4) Deviasi ringan dari kisaran normal
Tidak ada deviasi dari kisaran normal

75
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sputum

NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

2 Ketidakefektifan bersihan Status Pernafasan (0415) Manajemen jalan nafas (3140)


jalan nafas berhubungan 1) Posisikan pasien untuk
Indikator Ir Er memaksimalkan ventilasi 1) posisi yang sesuai indikasi
dengan peningkatan 2) Lakukan fisioterapi dada membantu klien memaksimalkan
sputum Frekuensi pernafasan 2 5 sebagaimana mestinya ventilasi sehingga kebutuhan oksigen
3) Buang sekret dengan
terpenuhi melalui proses pernafasan
Tujuan : Setelah dilakukan Irama pernafasan 2 5 memotivasi pasien untuk
tindakan keperawat ± 2 x 24 melakukan batuk efektif
2) fisioterapi dada dapat memudahkan
Kemampuan untuk 2 5 4) Auskultasi suara nafas, catat
jam diharapkan jalan nafas area yang ventilasinya klien dalam mengeluarkan secret yang
mengeluarkan secret sulit dikeluarkan secara mandiri
menurun atau tidak ada dan
klien kembali efektif
adanya suara tambahan.
Suara nafas tambahan 2 5 3) batuk efektif dapat memudahkan
5) Intruksikan bagaimana agar
bisa melakukan batuk klien mendorong secret keluar
Keterangan:
efektif
6) Monitor status pernafasan 4) memonitor suara nafas tambahan
1) Deviasi berat dari kisaran normal.
dan oksigenasi,
2) Devisiasi yang cukup berat dari kisaran
sebagaimana mestinya. 5) membantu klien dalam
normal.
3) Devisiasi sedang dari kisaran normal. mengeluarkan secret secara mandiri
4) Devisiasi ringan dari kisaran normal.
5) Tidak ada devisiasi dari kisaran normal. 6) memonitor status pernafasan dalam
perkembangan klien

76
Kien 2
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1 Ketidakefektifan pola nafas Status pernafasan ( 0415 ) Monitor pernafasan (3350)


1) Monitor kecepatan, irama,
berhubungan dengan
Indikator Ir Er kedalaman, dan kesulitan bernafas. 1) monitor kecepatan, irama, kedalama,
keletihan otot pernapasan 2) Monitor pola nafas (misalnya: dan kesulitan bernafas.
Frekuensi pernafasan 3 5 bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
pernafasan kusmaul). 2) memonitor pola nafas harus
Tujuan : Setelah dilakukan Irama pernafasan 3 5 3) Palpasi kesimetrisan ekspansi dilakukan terutama pada klien dengan
paru.
tindakan keperawat ± gangguan pernafasan
Suara auskultasi nafas 3 5 4) Berikan bantuan terapi nafas jika
diperlukan (Misalnya: Nebulizer.
1 x 24 jam diharapkan pola 3) mengetahui adanya kelainan pada
Kepatenan jalan nafas 3 5 5)Monitor keluhan sesak nafas
pasien, termasuk kegiatan yang bentuk paru
nafas kembali efektif
meningkatkan atau memperburuk
sesak nafas tersebut 4) membuka jalan nafas yang dipenuhi
oleh secret
Keterangan:
5) memberikan anjuran pada klien
1) Deviasi berat dari kisaran normal
2) Deviasi yang cukup berat dari kisaran dalam aktivitas
normal
3) Deviasi sedang dari kisaran normal
4) Deviasi ringan dari kisaran normal
5) Tidak ada deviasi dari kisaran normal

77
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sputum

NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

2 Ketidakefektifan bersihan Status Pernafasan (0415) Manajemen jalan nafas (3140)


jalan nafas berhubungan 1) Posisikan pasien untuk
Indikator Ir Er memaksimalkan ventilasi 1) posisi yang sesuai indikasi
dengan peningkatan 2) Lakukan fisioterapi dada membantu klien memaksimalkan
sputum Frekuensi pernafasan 2 5 sebagaimana mestinya ventilasi sehingga kebutuhan oksigen
3) Buang sekret dengan
terpenuhi melalui proses pernafasan
Tujuan : Setelah dilakukan Irama pernafasan 2 5 memotivasi pasien untuk
tindakan keperawat ± 2 x 24 melakukan batuk efektif
2) fisioterapi dada dapat memudahkan
Kemampuan untuk 2 5 4) Auskultasi suara nafas, catat
jam diharapkan jalan nafas area yang ventilasinya menurun klien dalam mengeluarkan secret yang
mengeluarkan secret sulit dikeluarkan secara mandiri
atau tidak ada dan adanya suara
klien kembali efektif
tambahan.
Suara nafas tambahan 2 5 3) batuk efektif dapat memudahkan
5) Intruksikan bagaimana agar bisa
melakukan batuk efektif klien mendorong secret keluar
Keterangan:
6) Monitor status pernafasan dan
oksigenasi, sebagaimana mestinya. 4) memonitor suara nafas tambahan
6) Deviasi berat dari kisaran normal.
7) Devisiasi yang cukup berat dari kisaran
5) membantu klien dalam
normal.
8) Devisiasi sedang dari kisaran normal. mengeluarkan secret secara mandiri
9) Devisiasi ringan dari kisaran normal.
10) Tidak ada devisiasi dari kisaran 6) memonitor status pernafasan dalam
normal. perkembangan klien

2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ( misal, infeksi, iskemia, neoplasma )
NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

78
2 Nyeri akut berhubungan Kontrol Nyeri (1605) Manajemen nyeri ( 1400 )
dengan agens cedera 1) Lakukan pengkajian nyeri 1) Untuk mengetahui tingkat nyeri
Indikator Ir Er koprehensif yang meliputi pasien
biologis ( misal, infeksi,
lokasi, karakteristik, durasi, 2) Untuk mengetahui tingkat
iskemia, neoplasma ) Melaporkan nyeri yang 3 1
frekuensi, beratnya nyeri dan ketidaknyamanan yang dirasakan
terkontrol
faktor pencetus. oleh pasien
2) Observasi reaksi 3) Bertujuan untuk mengalihkan
Menggunakan tindakan 3 1
ketidaknyamanan secara non pasien terhadap nyeri yang di
pengurang (nyeri) tanpa
Setelah dilakukan tindakan verba alaminya
anlgesik
keperawatan selama ± 1x24 3) Gunakan strategi komunikasi 4) Untuk mengetahui apakan nyeri
Menggunakan tindakan 3 1 terapeutik untuk yang dialami pasien dapat
jam diharapkan nyeri mengungkapkan pengalaman berpengaruh ke aktivitas lainnya
pencegagan
berkurang nyeri dan penerimaan klien 5) Analgesik dapat membantu
Kenali kapan nyeri 3 1 terhadap respon nyeri mengurangi rasa nyeri pada klien.
terjadi 4) Tentukan pengaruh
pengalaman nyeri terhadap
Keterangan: kualitas hidup ( napsu
makan, tidur, aktivitas )
1) Tidak pernah menunjukkan.
5) Kolaborasi dengan tim medis
2) Jarang menunjukkan pemberian analgesik

3) Kadang-kadang menunjukkan

4) Sering menunjukkan

5) Secara konsisten menunjukkan

79
4.1.6 Pelaksanaan Keperawatan
Tabel 4.9pelaksanaan keperawatan
Diagnosa 08 januari 2019 09 januari 2019 10 januari 2019 11 januari 2019
keperawatan
Klien 1
Ketidakefektifan
pola nafas
berhubungan
dengan dyspneu
Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
08.30 1) Monitor reaksi 07.15 1) Monitor reaksi asma 07.10 1) Monitor reaksi asma 07.30 1) Monitor reaksi asma
asma Hasil: sesak klien Hasil: sesak klien Hasil: sesak klien timbul jika
Hasil: sesak klien timbul jika klien timbul jika klien klien terkena udara dingin
timbul jika klien terkena udara dingin terkena udara dingin
terkena udara 2) Obervasi tanda tanda vital
dingin 2) Obervasi tanda tanda 2) Obervasi tanda tanda klien
07.20
vital klien 07.15 vital klien Hasil :
08.35 2) Obervasi tanda Hasil : Hasil :
07.33 a. TD : 130/80 mmHg
tanda vital klien
a. TD : a. TD : 130/80
Hasil : b. N : 100 x/menit
140/80 mmHg
a. TD : c. S: 36,5oc
mmHg b. N : 100 x/menit
140/80 d. RR : 22x/Menit
b. N : 100 c. S: 36,5oc
mmHg
3) Ajarkan klien untuk
x/menit d. RR : 25x/Menit
b. N : 97 07.40 mengidentifikasi dan
menghindari pemicu

80
x/menit c. S: 36,5oc 3) Ajarkan klien untuk Hasil : klien dalam keadaan
o mengidentifikasi dan duduk untuk menghindari
c. S: 36,9 c d. RR : 25 07.18
menghindari pemicu sesak timbul kembali
x/Menit
09.10 d. RR : 29 Hasil : klien dalam
x/Menit posisi semi fowler 4) monitor kecepatan, irama
3) Ajarkan klien untuk 07.44
3) Ajarkan klien 07.30 untuk menghindari kedalaman dan usaha
mengidentifikasi dan
untuk sesak timbul kembali pernafasan
menghindari pemicu
mengidentifikasi Hasil : frekuensi pernafasan
Hasil : klien dalam
dan menghindari 4) monitor kecepatan, 22 x/menit
keadaan duduk untuk
pemicu 07.20 irama kedalaman dan
menghindari sesak
Hasil : klien dalam usaha pernafasan
timbul kembali 07.45
keadaan duduk Hasil : frekuensi
untuk menghindari pernafasan 25 x/menit
4) monitor kecepatan,
sesak timbul 07.38
irama kedalaman dan
kembali 5) pemberian O2 nasal
usaha pernafasan
09.12 07.22 kanul 07.46
Hasil : frekuensi
4) monitor kecepatan, Hasil : terpasang O2
pernafasan 25
irama kedalaman nasal 3 LPM
x/menit
dan usaha
pernafasan 6) Kolaborasi dengan tim
5) pemberian O2 nasal
Hasil : frekuensi medis pemberian
kanul
pernafasan 29 08.00 07.26 bronkodilator
Hasil : terpasang O2
x/menit Hasil : klien diberikan
nasal 3 LPM
09.15 nebul ventoline +
5) pemberian O2 pulmicot
6) Kolaborasi dengan tim
nasal kanul
medis pemberian
Hasil : terpasang 08.15
bronkodilator
O2 nasal 5 LPM
Hasil : klien diberikan
09.17 nebul ventoline +
6) Kolaborasi dengan
pulmicot
tim medis
pemberian
bronkodilator
Hasil : klien

81
diberikan nebul
ventoline +
pulmicot dan
injeksi solvinex,
levoplaxacine

82
Diagnosa 08 januari 2019 09 januari 2019 10 januari 11 januari 2019
keperawatan
Klien 1
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan sputum
yang berlebih
Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
08.31 1) Mengkaji 07.15 1)Mengkaji 07.10 1)Mengkaji 07.30 1)Mengkaji kecepatan,
kecepatan, irama, kecepatan, irama, kecepatan, irama, irama, kedalaman dan
kedalaman dan kedalaman dan kedalaman dan kesulitan bernafas
kesulitan bernafas kesulitan bernafas kesulitan bernafas Hasil: RR 29 terdapat
Hasil: RR 29 Hasil: RR 29 Hasil: RR 29 otot bantu pernafasan
terdapat otot terdapat otot bantu terdapat otot bantu 2)Monitor sistem
bantu pernafasan pernafasan pernafasan kardiorespirasi selama
08.35 2) Monitor sistem 8) Monitor sistem 2)Monitor sistem kegiatan ( takikardi,
07.15 07.33
kardiorespirasi kardiorespirasi kardiorespirasi dyspnea, tanda – tanda
07.20
selama kegiatan ( selama kegiatan ( selama kegiatan ( vital )
takikardi, takikardi, dyspnea, takikardi, dyspnea, Hasil:
dyspnea, tanda – tanda – tanda vital ) tanda – tanda vital ) a. TD : 130/90 mmHg
tanda vital ) Hasil: klien Hasil: klien b. N : 100 x/menit
Hasil: klien mengalami sesak mengalami sesak
c. S: 36,5 oc
mengalami sesak a. TD : 140/90 a. TD : 130/90
a. TD : d. RR : 22 x/menit
mmHg mmHg
140/90
b. N : 100 x/menit b. N : 100 x/menit
3) Memposisikan semi
mmHg 07.40
c. S: 36,5 oc c. S: 36,5 oc fowler
b. N : 97 Hasil: klien diposisikan
d. RR : 25 x/menit d. RR : 25 x/menit
semi fowler
x/menit
9) Melakukan nebul 14) Melakukan nebul 4)Mengauskultasi suara
c. S: 36,9 oc combivent 07.18 nafas klien
combivent
Hasil: klien tampak Hasil:
d. RR : 29 07.44
07.30 menghirup asap Hasil: klien tampak
x/menit
nebul menghirup asap

83
09.10 07.38 10) Memposisika nebul
3) Melakukan nebul n semi fowler 15) Memposisikan -- --
combivent Hasil: klien semi fowler
Hasil: klien diposisikan semi 07.20 Hasil: klien
-- --
tampak fowler diposisikan semi -- --
menghirup asap 08.00 11) Mengajarkan fowler -- --
nebul klien cara batuk 07.22 16) Mengajarkan
09.12
4) Memposisikan efektif klien cara batuk --
semi fowler Hasil: klien tampak efektif
Hasil: klien susah mengeluarkan Hasil: klien tampak
--
diposisikan semi 08.15 dahak susah mengeluarkan
07.26
fowler 12) Membantu dahak
klien untuk nafas 17) Membantu
5) Mengajarkan dalam klien untuk nafas
klien cara batuk Hasil:klien mampu dalam
09.15
efektif melakukan nafas Hasil:klien mampu
Hasil: klien 08.2 dalam. melakukan nafas
07.40
tampak susah 0 13) Mengauskulta dalam.
mengeluarkan si suara nafas klien 18) Mengauskulta
dahak Hasil: si suara nafas klien
Hasil:
6) Membantu klien
09.17
untuk nafas
dalam
-- ++
Hasil:klien -- ++ -- ++
mampu -- ++ -- ++
melakukan nafas -- ++ -- ++
dalam. -- ++
19.30
7) Mengauskultasi
--
suara nafas klien -- --
Hasil: --

84
-- ++
-- ++
-- ++
-- ++

--
--

85
Diagnosa 11 januari 2019 12 januari 2019 13 januari 2019
keperawatan
Klien 2
Ketidakefektifan
pola nafas
berhubungan
dengan keletihan
otot pernapasan
Implementasi Implementasi Implementasi
08.15 1) Monitor kecepatan, irama, 07.15 1) Monitor kecepatan, irama, 07.15 1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman
kedalaman dan kesulitan kedalaman dan kesulitan bernafas dan kesulitan bernafas
bernafas Hasil: sesak klien timbul jika Hasil: sesak klien timbul jika klien
Hasil: sesak klien timbul jika klien dalam keadaan terbaring, dalam keadaan terbaring, RR 20
klien dalam keadaan terbaring, RR 24 2)mengobervasi tanda tanda vital klien
07.20 07.16
RR 27 1) mengobervasi tanda tanda vital Hasil :
klien
a. TD : 120/80 mmHg
2) mengobervasi tanda tanda vital Hasil :
08.35 klien b. N : 94x/menit
a. TD : 120/80 mmHg
Hasil :
c. S: 36,5 oc
b. N : 94x/menit
a. TD : 120/80 mmHg
d. RR : 20 x/menit
c. S: 36,5 oc
b. N : 94x/menit
d. RR : 24 x/menit
c. S: 36,0 oc 07.23 3) mengajarkan klien untuk
mengidentifikasi dan menghindari
d. RR : 28 x/menit
07.30 2) mengajarkan klien untuk pemicu
08.38 mengidentifikasi dan menghindari Hasil : klien beristirahat dengan posisi
3) mengajarkan klien untuk
pemicu semi fowler untuk mengurangi sesak

86
mengidentifikasi dan Hasil : klien beristirahat dengan posisi klien
menghindari pemicu semi fowler untuk mengurangi sesak
Hasil : klien beristirahat dengan klien
posisi semi fowler untuk 07.25 4) pemberian O2 nasal kanul
mengurangi sesak klien Hasil : tidak terpasang O2
07.38 3) pemberian O2 nasal kanul
4) pemberian O2 nasal kanul Hasil : terpasang O2 nasal 3 lpm
08.39 Hasil : terpasang O2 nasal 3 lpm
08.00 4) Kolaborasi dengan tim medis pemberian
08.40 5) Kolaborasi dengan tim medis bronkodilator
pemberian bronkodilator Hasil : klien diberikan nebul combivent
Hasil : klien diberikan nebul + pulmicot.
combivent + pulmicot.

Diagnosa 11 januari 2019 12 januari 2019 13 januari 2019


keperawatan
Klien 2
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas

87
berhubungan
dengan sputum
yang berlebih
Implementasi Implementasi Implementasi
08.32 1) Mengkaji kecepatan, irama, 07.15 1)Mengkaji kecepatan, irama, 07.10 1)Mengkaji kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan kedalaman dan kesulitan bernafas kedalaman dan kesulitan bernafas
bernafas Hasil: RR 24 terdapat otot bantu Hasil: RR 20 terdapat otot bantu
Hasil: RR 27 terdapat otot bantu pernafasan pernafasan
pernafasan 2) Monitor sistem kardiorespirasi 2)Monitor sistem kardiorespirasi
08.35 07.20 07.15
2) Monitor sistem kardiorespirasi selama kegiatan ( takikardi, dyspnea, selama kegiatan ( takikardi, dyspnea,
selama kegiatan ( takikardi, tanda – tanda vital ) tanda – tanda vital )
dyspnea, tanda – tanda vital ) Hasil: klien mengalami sesak Hasil:
Hasil: klien mengalami sesak a. TD : 120/80 mmHg a. TD : 120/80 mmHg
a. TD : 140/90 mmHg
b. N : 97 x/menit b. N : 97 x/menit
b. N : 97 x/menit o
c. S: 36,5 c c. S: 36,5 oc
c. S: 36,9 oc
d. RR : 24 x/menit d. RR : 20 x/menit
d. RR : 27 x/menit 07.18
3) Melakukan nebul combivent 3) Memposisikan semi fowler
07.30
Hasil: klien tampak menghirup asap Hasil: klien diposisikan semi fowler
3) Melakukan nebul combivent nebul 4) Mengauskultasi suara nafas klien
09.10 07.38 07.20
Hasil: klien tampak menghirup 4) Memposisikan semi fowler Hasil:
asap nebul Hasil: klien diposisikan semi fowler
09.12 4) Memposisikan semi fowler 5) Mengajarkan klien cara batuk efektif -- --
08.00
Hasil: klien diposisikan semi Hasil: klien tampak susah
fowler mengeluarkan dahak
-- --
08.15 -- --
6) Membantu klien untuk nafas dalam
09.15 5) Mengajarkan klien cara batuk Hasil:klien mampu melakukan nafas -- --
efektif dalam.
Hasil: klien tampak susah 08.20 7) Mengauskultasi suara nafas klien --
mengeluarkan dahak Hasil:
--

88
09.17 6) Membantu klien untuk nafas
dalam -- ++
Hasil:klien mampu melakukan
nafas dalam.
-- ++
-- ++
19.30 7) Mengauskultasi suara nafas klien -- ++
Hasil:
--
--
-- ++
-- ++
-- ++
-- ++

--
--

Diagnosa 11 januari 2019 12 januari 2019 13 januari 2019


keperawatan
Klien 2
Nyeri akut
berhubungan

89
dengan agens
cedera biologis (
misal, infeksi,
iskemia,
neoplasma)
Implementasi Implementasi Implementasi
08.15 1) Lakukan pengkajian nyeri 07.15 1) Lakukan pengkajian nyeri 07.15 1) Lakukan pengkajian nyeri
koprehensif yang meliputi koprehensif yang meliputi lokasi, koprehensif yang meliputi lokasi,
lokasi, karakteristik, durasi, karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi,
frekuensi, beratnya nyeri dan beratnya nyeri dan faktor beratnya nyeri dan faktor
faktor pencetus. pencetus. pencetus.
Hasil: klien mengeluhkan Hasil: klien mengeluhkan nyeri Hasil: klien tidak mengeluhkan
nyeri kram diperut bagian kram diperut bagian bawah dan nyeri kram diperut bagian bawah
bawah dan skala nyeri 6 skala nyeri 3
2) Observasi reaksi
07.20
08.35 2) Observasi reaksi 2) Observasi reaksi 07.16 ketidaknyamanan secara non
ketidaknyamanan secara non ketidaknyamanan secara non verba
verba verba Hasil: klien tampak rileks
Hasil: klien tampak Hasil: klien tampak menyeringai 3) Tentukan pengaruh pengalaman
menyeringai dan menahan dan menahan sakit nyeri terhadap kualitas hidup (
sakit napsu makan, tidur, aktivitas )
07.30
3) Tentukan pengaruh pengalaman 07.23 Hasil: klien selalu menghabiskan
08.38 3) Tentukan pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup ( makanan yang disediakan RS.
pengalaman nyeri terhadap napsu makan, tidur, aktivitas )
kualitas hidup ( napsu makan, Hasil: klien selalu menghabiskan
tidur, aktivitas ) makanan yang disediakan RS
Hasil: klien selalu
07.38
menghabiskan makanan yang 4) Kolaborasi dengan tim medis
disediakan RS pemberian analgesik
Hasil: methilprednisolon
4) Kolaborasi dengan tim medis diberikan 3x dalam sehari

90
08.39 pemberian analgesik
Hasil: methilprednisolon
diberikan 3x dalam sehari

91
92

4.1.7 Evaluasi

Dx 08 januari 2019 09 januari 2019 10 januari 2019 11 januari 2019


Klien Pukul 13.00 Pukul 12.00 Pukul 14.00 Pukul 12.15
1 dx 1
S : Keluarga S : Keluarga klien S : Keluarga klien Ds : Keluarga klien
klien mengatakan mengatakan mengatakan
mengatak klien sesak klien sesak tidak sesak
an klien nafas dan nafas dan Do : K/u : cukup
sesak batuk – batuk batuk – batuk Kesadaran
nafas dan tidak disertai tidak disertai compos mentis
batuk – lendir. lendir. GCS : 4 5 6
batuk O: O: TTV:
tidak K/u : lemah K/u : cukup a. TD : 130/80
disertai Tidak Tidak mmHg
lendir. menggunakan menggunakan b. N :
O: otot bantu otot bantu 100x/menit
K/u : lemah pernafasan pernafasan c. S: 36, 5 oc
Menggunakan Kesadaran Kesadaran d. RR : 22
x/menit
otot bantu compos mentis compos mentis
pernafasan GCS : 4 5 6 GCS : 4 5 6 A: Masalah
ketidakefektifan pola
Kesadaran Menggunakan Menggunakan
nafas teratasi
compos mentis oksigen nasal 3 oksigen nasal 3
P: hentikan intervensi
GCS : 4 5 6 Lpm Lpm
pasien pulang
Menggunakan TTV: TTV:
oksigen nasal a. TD : 140/90 a. TD : 130/90
5 Lpm mmHg mmHg
TTV: b. N :100 b. N :
a. TD : 140/90 x/menit 100x/menit
mmHg c. S: 36,5 oc c. S: 36,5 oc
b. N : 97 x/menit d. RR : 25 d. RR : 25
o
c. S: 36,9 c x/menit x/menit
d. RR : 29
x/menit A: Masalah
A: Masalah A: Masalah ketidakefektifan pola
ketidakefektifan ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian
pola nafas belum nafas teratasi sebagian
teratasi P: lanjutkan intervensi
P: lanjutkan intervensi 3,4,5,6
P: lanjutkan 3,4,5,6

92
intervensi
1,2,3,4,5,6
Klien S: Do: klien S: Do: klien S: Do: klien S: Do: klien
1 dx
ke 2 mengatakan mengatakan mengatakan mengatakan
merasa sesak merasa sesak merasa sesak merasa tidak
dan batuk- dan batuk-batuk nya berkurang dan kadang
batuk O: K/u : cukup dan batuk-batuk batuk
O: K/u : lemah Terdapat otot O: K/u : cukup O: K/u : cukup
Terdapat otot bantu pernafasan Tidak terdapat Kesadaran
bantu Kesadaran otot bantu compos mentis
pernafasan compos mentis pernafasan GCS : 4 5 6
Kesadaran GCS : 4 5 6 Kesadaran Menggunakan
compos mentis Menggunakan compos mentis oksigen nasal 3
GCS : 4 5 6 oksigen nasal 3 GCS : 4 5 6 Lpm
Menggunakan Lpm Menggunakan TTV:
oksigen nasal TTV: oksigen nasal 3 a. TD : 140/90
5 Lpm a. TD : 140/90 Lpm mmHg
TTV: mmHg TTV: b. N : 97
a. TD : b. N : 100 a. TD : 140/90 x/menit
140/90 x/menit mmHg c. S: 36,9 oc
o
mmHg c. S: 36,5 c b. N : 97 d. RR : 29
b. N : 97 d. RR : 25 x/menit x/menit
x/menit x/menit c. S: 36,9 oc Terdengar suara
Terdengar suara nafas tambahan
c. S: 36,9 oc d. RR : 25
nafas tambahan whezzing dan
d. RR : 29 whezzing dan x/menit ronchi
x/menit ronchi Terdengar suara
A: Masalah teratasi
nafas tambahan
Terdengar suara
whezzing dan
nafas tambahan A: Masalah belum P: hentikan intervensi
ronchi
whezzing dan teratasi pasien pulang
ronchi
A: Masalah belum
P: lanjutkan intervensi teratasi
A: Masalah belum 3,4,5,6
teratasi
P: lanjutkan intervensi
3,4,5,6
P: lanjutkan
intervensi
1,2,3,4,5,6
Klien 11 Januari 2019 12 Januari 2019 13 Januari 2019
2 Dx 1
S : Ds : Klien S : Ds : Klien S : Ds : Klien
mengatakan sesak, mengatakan masih mengatakan sudah
batuk dan nyeri di sesak, kadang batuk tidak sesak, kadang
abdomen bagian dan nyeri di abdomen batuk dan nyeri di
atas. bagian atas. abdomen bagian atas.
DO: DO: DO:

93
1) Posisi klien semi 1) Posisi klien semi 1) Posisi klien semi
fowler ditempat fowler ditempat fowler ditempat
tidur. tidur. tidur.
2) RR 27 x / menit 2) RR 25 x / menit 2) RR 20 x / menit
3) Nadi 94 x / menit 3) Nadi 94 x / menit 3) Nadi 94 x / menit
4) TD : 4) TD : 120/80mmHg 4) TD : 120/80mmHg
120/80mmHg 5) Terdengar suara 5) Terdengar suara
5) Terdengar suara nafas tambahan nafas tambahan
nafas tambahan whezzing whezzing
whezzing
++ -- ++ --
++ -- ++ - - ++ - -
++ - - ++ - - ++ - -
++ - - - - - -
- -
8) terpasang O2 nasal
5) terpasang kanul 3 lpm A: Masalah teratasi
O2 nasal
kanul 3 P: hentikan intervensi
lpm A: Masalah belum klien pulang
A: Masalah belum teratasi
teratasi
P: lanjutkan intervensi
P: lanjutkan 1,2,3,4,5,6
intervensi
1,2,3,4,5,6

Klien S : Ds : Klien S : Ds : Klien S : Ds : Klien


2 dx mengatakan sesak, mengatakan masih mengatakan sudah
ke 2 batuk dan nyeri di sesak, kadang batuk tidak sesak, kadang
abdomen bagian dan nyeri di abdomen batuk dan nyeri di
atas. bagian atas. abdomen bagian atas.
DO: DO: DO:

1) Posisi klien semi 1) Posisi klien semi 1) Posisi klien semi


fowler ditempat fowler ditempat fowler ditempat
tidur. tidur. tidur.
2) RR 27 x / menit 2) RR 25 x / menit 2) RR 20 x / menit
3) Nadi 94 x / menit 3) Nadi 94 x / menit 3) Nadi 94 x / menit
4) TD : 4) TD : 120/80mmHg 4) TD : 120/80mmHg
120/80mmHg 5) Terdengar suara 5) Terdengar suara
5) Terdengar suara nafas tambahan nafas tambahan
nafas tambahan whezzing whezzing
whezzing
++ -- ++ --
++ -- ++ - - ++ - -
++ - - ++ - - ++ - -
++ - - - - - -
- -
8) terpasang O2 nasal
6) terpasang kanul 3 lpm A: Masalah teratasi
O2 nasal
kanul 3 P: hentikan intervensi
lpm A: Masalah belum klien pulang
A: Masalah belum teratasi

94
teratasi
P: lanjutkan intervensi
P: lanjutkan 1,2,3,4,5,6
intervensi
1,2,3,4,5,6

Klien S : klien mengatakan S : klien mengatakan S : klien mengatakan


2 dx 3 nyeri / kram di perut nyeri / kram di perut nyeri / kram di perut
dibagian atas dibagian atas dibagian atas
O : k/u : lemah O : k/u : lemah O : k/u : lemah
Kesadaran : compos Kesadaran : compos Kesadaran : compos
mentis mentis mentis
GCS : 4 5 6 GCS : 4 5 6 GCS : 4 5 6
Wajah tampak Wajah tampak Wajah tampak relax
menyeringai menyeringai Klien tampak nyaman
Klien tampak Klien tampak menahan TTV
menahan sakit sakit a. TD : 120/80
Klien tampak gelisah Klien tampak gelisah mmHg
Skala nyeri 3 ( nyeri Skala nyeri 3 ( nyeri b. N : 94 x/menit
ringan ) ringan ) c. S: 36,5 oc
TTV TTV d. RR : 20 x/Menit
a. TD : 120/80 a. TD : 120/80 A: Masalah teratasi
mmHg mmHg
P: Hentikan intervensi
b. N : 94 x/menit b. N : 94 x/menit klien pulang
c. S: 36,0 oc c. S: 36,5 oc
d. RR : 27 d. RR : 24 x/Menit
x/Menit A: Masalah belum
teratasi
A: Masalah belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
2,3,4,5
P: lanjutkan
intervensi 1,2,3,4,5

95
4.2 Pembahasan

Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pembahasan dari asuhan

keperawatan tentang studi kasus yang berjudul : “Asuhan Keperawatan

dengan PPOK dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan

jalan nafas di Ruang RPD 1 RSUD Blambangan Banyuwangi Tahun

2018 “.

Pada pembahasan ini akan dijelaskan tentang kesesuaian fakta dengan

teori pada asuhan keperawatan yang dialami oleh Tn. Y dan Tn. P

4.2.1 Hasil pengkajian

Menurut ( Ikawati, 2016 ) Penyakit paru obstruktif kronik adalah suatu

penyakit yang bisa dicegah dan diatasi, yang ditandai dengan keterbatasan

aliran udara yang menetap, yang biasanya bersifat progresif dan terkait

dengan adanya respon inflamasi kronis saluran nafas dan paru-paru terhadap

gas atau partikel berbahaya seperti asap rokok, debu industri, polusi udara

baik dari dalam maupun luar ruangan.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 08 januari 2019 jam

08.15 dengan klien 1 ( Tn. Y ) dan pada tanggal 11 januari 2019 jam 09.20

dengan klien 2 yaitu ( Tn.P ) didapatkan hasil sebagai berikut:

Klien 1 ( Tn. Y ) mengatakan bahwa penyakit asma diderita sekitar 2

tahun yang lalu, asma sering muncul apabila terkena udara dingin, klien

seorang perokok berat. Pada saat dilakukan pengkajian klien merasakan

sesak dengan batuk, sesak dirasakan seperti tertimpa benda berat di bagian

dada dan mengeluh kram pada bagian perut atas, sesak dan kram memberat

saat klien batuk dan berkurang saat klien beristirahat dengan posisi semi

96
fowler. Dari hasil pengkajian tersebut didapatkan TD: 140/90 mmHg, nadi:

97 x/menit, suhu: 36,9 ◦c , dan Rr: 29 x/menit, terdapat suara ronchi dan

wheezing.

Klien 2 ( Tn. P ) mengatakan bahwa tiga hari sebelum masuk rumah

sakit blambangan ia merasa batuk dan dadanya sesak, klien merasakan

sesaknya tambah parah, di tambah nyeri perut dibagian atas dan batuk

kemudian keluarga membawa klien ke rumah sakit umum blambangan klien

perokok aktif . Pada saat dilakukan pengkajian klien merasakan sesak yang

disertai batuk dengan dahak, sesak dirasakan seperti tertimpa benda berat di

area dada, sesak memberat apabila klien saat batuk dan berkurang saat klien

beristirahat dengan posisi semi fowler. Dari hasil pengkajian tersebut,

didapatkan TD: 120/80 mmHg, nadi: 94 x/Menit, suhu: 36,0 oc dan RR: 27

x/menit, disertai suara ronchi dan wheezing.

Untuk asuhan keperawatan PPOK kita perlu mengetahui etiologi

PPOK atau penyebab PPOK serta manifestasi klinis secara teori yang akan

dibandingkan dengan data pengkajian pada klien, terdapat kesesuaian antara

teori dan kasus penelitian dilapangan bahwasannya untuk menetapkan

penyebab PPOK harus mengetahui riwayat penyakit sekarang.

Pada kasus PPOK yang dialami oleh Tn. Y dan Tn. P didapatkan

data dari penyebab dari PPOK adalah dari faktor perokok aktif dan riwayat

penyakit asma. Hal tersebut dapat menyebabkan terhambatnya pembersihan

mukosiliar, juga dapat menyebabkan inflamasi pada bronkiolus dan alveoli.

97
dan didapati manifestasi klinis, batuk yang produktif dan sesak nafas

sehingga terjadi penyakit PPOK.

Dari hasil pengkajian pada ke dua klien memiliki karakteristik yang

sama dengan teori yang menunjukkan klien sudah terkena penyakit PPOK.

1. Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas

Klien 1 (Tn. Y) mengalami sesak yaitu sejak 5 tahun yang lalu

apabila klien terpapar oleh udara dingin, respirasi red 29x/menit. klien

adalah seorang perokok yang aktif dan batuk, pada pemeriksaan

auskultasi terdapat suara wheezing

Sedangkan pada klien 2 (Tn. P) mengalami sesak sejak 3 hari

sebelum masuk ke rumah sakit disertai dengan batuk respirasi red 28x/

menit, sesak berkurang apabila klien dalam keadaan posisi semi fowler

dan beristirahat, terdapat suara ronchi dan terdapat suara wheezing.

2. Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Klien 1 (Tn. Y) mengalami batuk yang produktif dicampur

dengan dahak, dahak berwarna kuning dan batuk berkurang saat

dibawa istirahat pada pemeriksaan auskultasi terdapat suara wheezing

dan terdapat nyeri abdomen bagian atas.

Sedangkan pada klien 2 (Tn. P) mengalami batuk berdahak,

dahak berwarna kuning, batuk hilang timbul batuk berkurang saat

dibawa istirahat. Terdapat suara tambahan wheezing dan ronchi.

98
3. Masalah keperawatan nyeri akut

Diagnosa keperawatan ini hanya di alami klien 2 dengan gejala klien

tampak merasa kesakitan apabila di palpasi dibagian perut atas dengan

skala nyeri 6.

4.2.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien 1 (Tn. Y ) adalah klien yang

mengalami PPOK dengan:

1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan dyspneu

2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan


sputum

Diagnosa yang muncul pada klien 2 ( Tn. P ) adalah klien yang mengalami

PPOK dengan :

1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot

pernafasan

2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan


sputum.
3) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ( misal, infeksi,

iskemia, neoplasma ) Commented [S18]: Agen cidera biologis di sebutkan yang pasti
(aktual) yang di alami oleh pasien/klien

Berdasarkan fakta dilapangna dan teori diliteratur tentang diagnosa

keperawatan terdapat kesesuaian antara teori dan dengan kasus penelitian

dilapangan, akan tetapi prioritas masalah yang diutamakan dari diagnosa

pada teori dengan kasus penelitian dilapangan berbeda. Hal ini disebabkan

karena tanda dan gejala pada klien tidak muncul, pengelompokan data yang

ditemukan dilapangan tidak menunjang semua diagnosa yang muncul pada

teori.

99
Pada klien 1 ditemukan dua diagnosa keperawatan yang dikarenakan

diagnosa yang ada pada teori tidak muncul pada klien 1, sedangkan pada Commented [S19]: Sebutkan alasan kenapa diagnosis tidak
muncul

klien 2 di temukan tiga diagnosa keperawatan, hal ini dikarenakan klien 2

terjadi kram pada perut sehingga dapat muncul masalah keperawatan yaitu

Nyeri akut, disamping itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi kedua

klien tersebut memiliki diagnosa keperawatan yang berbeda, yaitu karena

faktor usia, gender atau jenis kelamin, kebiasaan, genetik, dan juga

pekerjaan.

Oleh sebab itu diagnosa yang ditemukan pada klien yang ada

dilapangan sesuai dengan analisa data yang ada di lapangan. Sehingga

diagnosa yang muncul tidak terlalu banyak seperti yang muncul di teori.

Diagnosa yang muncul diteori tidak semuanya muncul di lapangan,

diagnosa yang diambil sesuai dengan prioritas dan data yang dapat

menunjang di lapangan.

4.2.3 Perencanaan

Dari rencana keperawatan yang telah diberikan kepada klien 1 dan 2

terdapat kesenjangan antara diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola

nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan dan Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sputum . Hanya saja

pada klien 2 ditambah rencana keperawatan nyeri akut berhubungan

dengan agens cedera biologis ( misal, infeksi, iskemia, neoplasma ). Commented [S20]: Etiologi disebutkan sesuai yang ada di klien

Dari rencana keperawatan yang ada pada teori hampir sama dengan

rencana keperawatan yang ada dilapangan. Hanya saja intervensi yang

100
dilakukan hanya sebagian dikarenakan fasilitas dari Rs tidak mendukung.

Terdapat intervensi yang berbeda antara klien 1 dan klien 2 yaitu pada

klien 2 mendapat terapi obat antihistamin ( ranitidine) karena klien 1

mengalami mual – muntah, sedangkan pada klien 1 tidak mendapatkan

terapi obat antihistamin. Intervensi yang dilakukan berdasarkan kondisi

dari pasien, Jadi rencana keperawatan yang akan dilakukan kepada klien

harus disesuaikan dengan kondisi klien yang ada dilapangan, agar

intervensi bisa dilakukan dengan baik sehingga menghasilkan tujuan atau

kriteria hasil yang diharapkan.

4.2.4 Implementasi

Pelaksanaan tindakan atau implementasi disesuaikan dengan

perencanaan dan juga disesuaikan dengan perencangaan yang telah dibuat

sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul dan juga waktu

pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan kegiatan yang ada dilapangan.

Injeksi yang dilakukan pada pukul 08.00 pagi pada shift pagi, injeksi pada

pukul 16.00 pada shift sore. Sedangkan penggantian cairan infus

disesuaikan dengan dosis yang diberikan oleh dokter. Implementasi lain

yang dilakukan adalah mengobservasi pola nafas klien, kebutuhan oksigen

klien, melakukan fisioterapi dada, memberikan nebulezer dan

mengobservasi tanda – tanda vital klien. Semua implementasi bisa

diterapkan pada kedua klien dan tidak ada implementasi yang belum

dilakukan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk tujuan yang spesifik. Pelaksanaan implementasi merupakan

101
aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien ( Nursalam,

2016 )

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi antara lain

seperti implementasi harus disesuaikan dengan rencana yang ada, bersifat

fleksibel, perawat memvalidasi apakah intervensi masih sesuai dengan

kebutuhan sesuai dengan keadaan klien yang ada, serta tindakan yang telah

dilaksanakan harus didokumentasikan secara teratur beserta dengan respon

klien.

Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan perencanaan untuk

tiap masalah keperawatan dan secara keseluruhan setiap intervensi telah di

implementasikan kepada klien.

4.2.5 Evaluasi

Dari hasil evaluasi dan catatan perkembangan yang dialami klien 1

dan klien 2 untuk masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas sudah

teratasi. Untuk klien 1 ( Tn. Y ) perawatan selama 3 hari dan pada hari ke

4 masalah teratasi dengan keadaan umum cukup/baik, batuk berkurang

dan tidak terdapat sesak nafas tidak terdengar suara ronchi dan wheezing,

TD : 130/80 mmHg, Nadi : 100x/menit, Suhu : 36,5 oc, RR : 22 x/menit.

Karena masalah pola nafas klien sudah teratasi klien dianjurkan pulang

dan diberikan Health education. Commented [S21]: Lampirkan SAP yang telah di berikan
(example : leaflet, dll).
Catatan : Ditaruh di lampiran

Untuk klien 2 ( Tn. P ) perawatan selama 2 hari dan pada hari ke 3

masalah teratasi dengan keadaan umum baik, klien mampu melakukan

aktivitas toileting secara mandiri, kram yang ada diperut kliem mulai

membaik, batuk klien sudah berkurang dan sesak klien membaik, tidak

102
ditemukan suara nafas tambahan seperti ronchi dan wheezing, TD : 120/80

mmHg, Nadi : 94x/menit, Suhu : 36,5oC, RR : 20 x/menit. Karena masalah

sudah teratasi klien dianjurkan untuk KRS dan diberi head education. Commented [S22]: Lampirkan SAP yang telah di berikan
(example : leaflet, dll).
Catatan : Ditaruh di lampiran

Menurut nursalam ( 2015 ) evaluasi adalah sesuatu yang

direncanakan dan perbandingan yang sistematis pada sistem kesehatan

klien, tipe pernyataan evaluasi ada dua yaitu formatif dan sumatif.

Pernyataan formatif merefleksi observasi perawat dan alinisa terhadap

klien, terhadap respon langsung dari intervensi keperawatan. Pernyataan

sumatif adalah merefleksi rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisa

data mengenai status kesehatan klien terhadap waktu. Pernyataan ini

mengurangi kemajuan terhadap pencapian kondisi yang dijelaskan dalam

hasil yang diharapkan.

103
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada survei pengambilan data yang dilakukan pada tanggal 22

november 2018 dan 25 november 2018, bahwasannya di ruang penyakit dalam

RSUD Blambangan banyuwangi pada bulan Januari sampai Oktober tahun

2018 pasien PPOK mencapai 32 pasien, yang disertai dengan masalah

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada bulan Oktober tahun

2018 mencapai 6 pasien.

Berdasarkan hasil pengumpulan pengkajian, analisa data, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi, dan pembahasan, maka

diperoleh kesimpulan berikut:

5.1.1 Pengkajian pada Tn. Y dan Tn. P dengan PPOK dilakukan untuk

mendapatkan informasi data yang akurat, berdasarkan data dari hasil

pengkajian telah dapat diinterpretasikan dan ditetapkan diagnosa,

rencana, tindakan, dan evaluasi keperawatan. Berdasarkan hasil

pengkajian pada klien 1 dan 2 mengalami persamaan dikarenakan

memiliki riwayat seorang perokok berat dan terdapat riwayat asma

pada klien 1 atau Tn. Y.

5.2.2 Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu:

Pada klien 1 : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan

dengan Dyspneu, ketidakefektifan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan peningkatan sputum, sedangkan pada klien 2

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot

104
pernafasan, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan peningkatan sputum, nyeri akut berhubungan dengan agens

cedera biologis ( misal, infeksi, iskemia, neoplasma ). Pada

diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus penelitian juga

terdapat dalam teori PPOK, akan tetapi hanya 3 diagnosa yang

muncul pada kasus penelitian, sedangkan dalam teori terdapat 7

diagnosa keperawatan. Berdasarkan hasil diagnosa keperawatan

yang muncul pada klien 1 dan 2 terdapat perbedaan dimana klien 1

mengalami 2 diagnosa keperawatan dan klien 2 mengalami 3

masalah keperawatan ditandai dengan riwayat perokok aktif dan

terdapat riwayat asma.

5.1.3 pada tahap perencanaan Commented [S23]: Pada BAB 1 apakah menggunakan kata
Perencanaan ? (di tujuan)
Kalau menggunakan kata intervensi, maka harus konsisten gunakan
Rencana keperawatan disusun dengan masalah keperawatan. kata intervensi

Dalam memprioritaskan masalah keperawatan dilihat dari kebutuhan

dan kondisi klien pada saat pengkajian. Asuhan keperawatan yang

diberikan dan dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan

keperawatan yang telah dibuat sesuai dengan tingkat kebutuhan klien

agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat mengatasi masalah

yang dialami klien. Berdasarkan tahap perencanaan yang telah

dibuat, ditemukan kesenjangan atau perbedaan pada tahapan

perencanaan pada klien 1 dan klien 2, karena tahap perencanaan

mengikuti masalah keperawatan yang dialami oleh masing – masing

klien.
Commented [S24]: Pada BAB 1 apakah menggunakan kata
5.1.4 Pada tahap pelaksanaan pelaksanaan ? (di tujuan)
Kalau menggunakan kata implemantasi, maka harus konsisten
gunakan kata implementasi

105
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

keperawatan yang telah dibuat dan didokumentasikan pada catatan

keperawatan. Berdasarkan tahapan pelaksanaan tindakan

keperawatan yang diberikan oleh penulis antara klien 1 dan klien 2

terdapat sedikit perbedaan pelaksanaan tindakan keperawatan karena

pada klien 2 ditambah dengan tindakan keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan agens cedera biologis ( misal, infeksi, iskemia,

neoplasma )

5.1.5 Evaluasi

Dari asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien

disesuaikan dengan konsep teori yang ada untuk mengetahui sejauh

mana perkembangan tindakan yang telah dilakukan pada klien

dengan masalah ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

keletihan otot pernafasan, ketidakefektifan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan peningkatan sputum. Pada tahap evaluasi

selama 4 hari klien 1 ( Tn.Y ) sejak tanggal 08 januari – 12 januari

2019 semua intervensi tercapai dan kondisi klien stabil, meskipun

klien sudah tidak batuk – batuk dan sesak sudah membaik.

Sedangkan pada klien 2 ( Tn. P ) semua intervensi tercapai dan

kondisi klien stabil, meskipun klien sudah tidak batuk – batuk dan

sesak sudah membaik.

5.2 Saran

Dari hasil pengkajian dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan,

diharapkan dapat menjadi masukan bagi beberapa pihak terkait yaitu: Commented [S25]: Saran tidak perlu menggunakan kalimat
harapan, langsung ke pokok yang ingin di sampaikan (bentuknya
sudah bisa di aplikasikan)

106
5.2.1 Bagi perawat

Hasil penelitian studi kasus ini dapat dijadikan sebagai masukan

dalam mengidentifikasi faktor yang terkait dengan upaya penanganan

penyakit PPOK

5.2.2 Bagi rumah sakit

Hasil penelitian studi kasus ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk

dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan

asuhan keperawatan pada kasus PPOK.

5.2.3 Bagi institusi pendidikan

1) Dapat dijadikan sebagai acuan dan masukan dalam kegiatan

pembelajaran dengan tepat dalam proses pembelajaran terutama

mengenai asuhan keperawatan PPOK.

2) Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan tambahan yang menjadi

referensi di perpuskakaan untuk menambah wawasan mengenai

asuhan keperawatan PPOK.

5.2.4 Bagi klien

1) Hasil penelitian studi kasus ini diharapkan dapat menambah Commented [S26]: Saran tidak perlu menggunakan kalimat
harapan, langsung ke pokok yang ingin di sampaikan (bentuknya
sudah bisa di aplikasikan)
pengetahuan bagi klien tentang pencegahan terjadinya PPOK dari

paparan benda benda asing yang akan masuk ke dalam tubuh

2) Dapat memberikan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan

tentang masalah – masalah klien dengan PPOK yang dialami serta

tindakan yang harus dilakukan.

107
3) Klien mampu menjelaskan dan memahami tentang kasus asma

bronkhial dan klie klien mampu melakukan head education secara

mandiri dengan anggota keluarga lain di rumah.

108

Anda mungkin juga menyukai