Anda di halaman 1dari 7

J. Tek. Ling Vol.11 No.1 Hal.

71 - 77 Jakarta, Januari 2010 ISSN 1441-318X

PENGHITUNGAN EMISI KARBON DARI LIMA


SEKTOR PEMBANGUNAN BERDASAR METODE
IPCC DENGAN VERIFIKASI FAKTOR EMISI DAN
DATA AKTIVITAS LOKAL
Wahyu Purwanta
Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract
After ratifying the Kyoto Protocol, Indonesia has obligation to make report on National
GHGs emission for UNFCCC. There are some studies at national level related to GHGs
inventory. In this study we calculated GHG (CO 2 and CH4) emissions from 5 (five) sectors
i.e forestry, energy, industry, agriculture and waste. Calculation use 2006 IPCC method
with local values for verification or enhanced the Tier of method. The local values are,
forestry allometric equation, emission factor of paddy field, generation and composition of
municipal solid waste, solid waste management as well. Calculation result of GHGs
emission in this study is 827,058 Gg/year in the term of CO 2 equivalent. This numbers is
estimated arround 60% of the realistic numbers due to the accuracy of the transportation
data and unaccounted peat fire data in the study. Carbon emission from peat fire is the
biggest emission. From all sector has calculated, forestry sector is the biggest CO 2e
emmitor with contribute arround 58%, follow energy sector (25%), agriculture (8% ),
industry sector (6%), and waste sector (3%). The proportion of distribution each sector
can change if the data more broad the calculation include more detail in sub sectors.
Key words : GHGs Emissions, Local Values, Sector Contribution

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sudah meratifikasi Protokol memiliki data dasar ( baseline) emisi
Kyoto melalui UU No.17 Tahun 2004, dan karbon dari beberapa sektor pembangunan
tidak termasuk dalam negara yang harus (sector based emissions).
mengurangi emisi tetapi dapat berperan Penyusunan data emisi GRK pada
dalam mitigasi pemanasan global melalui dasarnya adalah aktivitas manajemen data
Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) dan merupakan bagian utama dari kegiatan
sebagai host country bagi proyek-proyek pengkajian GRK. Keberadaan data emisi
pengurangan Gas Rumah Kaca (GRK). GRK secara nasional akan memberi arah
Karena itulah, sangat penting bagi Indonesia bagi pengambilan kebijakan pembangunan.
untuk mengkaji berapa besar kemampuan Hal ini disampaikan dalam UNFCC Article 2
alam maupun berbagai aktivitas sektoral di “.. stabilisasi konsentrasi GRK di atmosfer
Indonesia dalam ’menyumbang’ (source) pada tingkat aman ... “ dimana tingkat
maupun ’menyerap’ (sink) GRK. Untuk itu aman menurut IPCC adalah 450 – 550
sebagai langkah awal berbagai tindakan ppm1). Pada dasarnya upaya inventarisasi
mitigasi GRK, penting bagi Indonesia untuk emisi GRK juga akan berguna dalam

Penghitungan Emisi Karbon...J. Tek. Ling. 11 (1): 71 - 77 71


hal tindakan pengurangan emisi melalui House Gases Inventories. Pembagian sektor
instrumen ekonomi (misal Certified Emission dalam IPCC agak sedikit berbeda dengan
Reduction). Inventarisasi emisi GRK maupun yang dilakukan dalam studi ini namun
potensi Carbon Sink -nya akan sangat metode yang digunakan tetap mengacu pada
berguna bagi Indonesia dalam perundingan- metode yang dikembangkan IPCC dan
perundingan atau negosiasi internasional diverifikasi dengan pengukuran-pengukuran
terlebih berdasar pengalaman pernah ada isu lapangan sehingga didapatkan konstanta-
bahwa Indonesia adalah emitor terbesar ke konstanta yang tepat untuk Indonesia.
tiga di dunia terkait dengan seringnya terjadi
kebakaran hutan2). Hal-hal seperti ini hanya a. Sektor Kehutanan
bisa dicounter dengan data-data yang akurat. Metode penghitungan kesetimbangan
karbon di hutan dapat didekati dengan
Tulisan ini mencoba memaparkan
“Biomass Stock Approach” dan “Flow
hasil penghitungan emisi karbon dari lima
Approach”. Dalam Biomass Stock
sektor yakni sektor kehutanan, sektor
Approach total stok karbon hutan netto
pertanian, sektor energi, sektor industri dan
didasarkan pada dua point asumsi3) :
sektor limbah. Data-data diperoleh baik dari
pengamatan langsung maupun data Net penurunan stok karbon hutan = Net
sekunder dari instansi terkait dan diolah
emisi CO2
dengan formula IPCC Calculation Method
yang sudah disepakati (approved) banyak Net kenaikan stok karbon hutan = Net sink
negara. Pengukuran atau survey langsung CO2
dilakukan terhadap ‘activity data’ maupun
faktor emisi bertujuan agar kualitas Dalam Flow Approach, perubahan
penghitungan lebih mendekati angka tahunan dalam stok karbon hutan dihitung
sebenarnya atau sesuai kondisi Indonesia. dengan mengestimasi fluks karbon
‘Activity data’ adalah data tingkat produksi, pertumbuhan dan penyisihan biomassa
tingkat pemakaian atau kuantitas lain yang tahunan, dan dihubungkan dengan perubahan
dinyatakan dalam berat. di tanah. Umumnya pendugaan biomassa di
lapangan dilakukan dengan menggunakan
1.2 Tujuan persamaan alometrik. Biomassa yang diukur
umumnya berupa biomassa pohon tegakan
Penelitian ini bertujuan menghitung
(diatas permukaan tanah) yang dihitung
emisi GRK khususnya dari sektor
berdasarkan penjumlahan biomassa batang,
kehutanan, sektor pertanian, sektor energi,
cabang dan daun. Setelah seluruh berat
sektor industri dan sektor limbah, dengan biomasa dihitung, maka dilakukan penjumlahan
mengukur langsung angka-angka faktor total biomasa dengan rumus sbb:
emisi pada tiap sektor.
Ds
2. METODOLOGI Dw = -------------- x Fw........... (1)
Metode penghitungan emisi dan atau
Fs
sink karbon (GHGs source-sink inventory) terus
berkembang dari waktu ke waktu seiring Dimana:
dengan kemajuan verifikasi setiap parameter Dw : seluruh berat kering
maupun konstanta tertentu bagi tiap negara. Ds : berat kering sampel
Intergovernmental Panel on Climate Change
Df : berat sampel segar
(IPCC) selalu merilis metode ini untuk tiap
sektor dan selalu direvisi tiap tahun dalam Fw : seluruh berat segar
dokumen IPCC Guideline for National Green

72 Purwanta.W., 2010
Setelah mendapatkan seluruh data b. Sektor Pertanian
dari setiap plot, maka seluruh sensus
Dalam tulisan ini, sektor pertanian
pohon dihitung sbb:
meliputi penghitungan emisi CH 4 dari
Wus1 + Wus2 +........Wusn.....Apa peternakan (enteric fermentation dan
manure management) serta lahan sawah
Wu = --------------------------------- x --------- (2) (paddy field). Formula untuk emisi dari
n 4 enteric fermentation adalah2) ;

dimana Emisi CH4 = EF(T) * N(T) * 106 Gg/ tahun ...


................................ .......................... ....(3)
Wu : berat kering biomass dibawah
tanah per plot dimana,
Dw : berat kering sample no.1 EF(T) = faktor emisi tiap spesies ternak,
Dw : berat kering sample no.2 kg CH4/ekor/thn
Dw : berat kering sample no.n N(T) = jumlah ternak tiap spesies (T)
T = spesies/jenis ternak
Apa : Luas plot untuk semua pohon (m2)
Untuk manure management, juga
Alometri adalah hubungan antara
digunakan persamaan (3) dengan nilai faktor
pertumbuhan beberapa bagian yang berbeda
emisi tiap jenis ternak EF(T) yang berbeda.
dari tanaman, yaitu khususnya hubungan
Sedangkan untuk emisi dari lahan sawah
antara diameter pohon (setinggi dada), tinggi,
(padi) digunakan formula perhitungan sbb;
dan berat kering dari suatu tanaman.
Persamaan alometri ini digunakan untuk Emisi CH4 = A * CFsoil * SFwater regime *
melakukan estimasi dari suatu biomasa,
EFpadi Gg/tahun ........................... (4)
dimana setelah persamaan alometri diketahui,
maka biomasa total dari suatu tegakan dalam dimana,
hutan dapat diperkirakan besarnya, hanya A = luas lahan sawah (Ha) CFsoil
dengan mengukur diameter suatu jenis pohon.
Setelah diketahui jumlah stok biomasa = faktor koreksi jenis tanah
disuatu area, dilakukan perkiraan kandungan SFwater regime = scaling factor untuk
karbonnya dengan dikalikan faktor kandungan water regime
karbon yaitu ekivalen 45 % - 55 %. Selanjutnya
Nilai lokal yang digunakan dalam
untuk mengetahui besar emisi karbon, yaitu
penelitian ini adalah faktor emisi lokal
dengan memperhitungkan berat molekul C,
sehingga kandungan karbon tersebut dikali
untuk jenis padi lokal di lahan sawah
Indramayu (Pantura Jawa)4).
dengan faktor 44/12 CO2.
Dengan metode ini tampaknya cukup
b. Sektor Energi
mudah diterapkan dengan hasil yang baik.
Peralatan yang digunakan untuk pengukuran Untuk sektor energi khususnya pada
dilapangan juga relatif sederhana, demikian pembakaran bahan bakar fosil, tingkat emisi
juga cara perhitungannya tidak rumit. Apabila akan tergantung pada jumlah dan jenis
semua jenis tanaman hutan sudah diketahui bahan bakar, fraksi oksidasi bahan bakar,
persamaan alometrinya, maka akan semakin dan kandungan karbonnya. Menurut IPCC
memudahkan melakukan estimasi emisi guideline, untuk menghitung emisi CO2 harus
karbon dari sektor kehutanan. Faktor lokal didapatkan dahulu ; (1) data berbagai jenis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan bahan bakar fosil, (2) koefisien
persamaan alomatrik untuk hutan di kandungan karbon, (3) karbon yang
Kabupaten Siak (Riau). tersimpan dalam produk untuk jangka waktu

Penghitungan Emisi Karbon...J. Tek. Ling. 11 (1): 71 - 77 73


tertentu, 4) persen karbon teroksidasi selama d. Sektor Limbah
pembakaran. Bila data keseluruhan diperoleh
Merujuk pada 2006 IPCC
maka dengan matematika sederhana akan
Guidelines, emisi CH4 dari timbulan
didapatkan Net Carbon Emission-nya.
sampah di TPA dihitung dengan formula1);
Dalam menghitung emisi Gas Rumah
Emisi CH4 = { MSWT * MSWF * MCF * DOC
Kaca (GRK) pada umumnya dapat digunakan
* DOCf * F * 16/12 – R} { 1 – OX} ton/t
persamaan sederhana sebagai berikut5) ;
hn..................................................(7)
Emisi GRK, bhn bakar = Konsumsi Energi
dimana,
bhn bakar * Faktor Emisi GRK, bhn bakar ....
................................................................(5) MSWT = total produksi sampah (ton/
tahun)
dimana,
MSWF = fraksi sampah dibuang ke
Emisi GRK, bhn bakar = Emisi GRK TPA
seperti CO2 , CH4, N2O dari hasil MCF = Methane Correction Factor
pembakaran bahan bakar fosil . DOC = Degradable Organic Carbon
Konsumsi Energi bhn bakar =
DOCf = Fraksi DOC disimilated
Konsumsi Energi Fosil
F = fraksi CH4 di TPA
Faktor Emisi GRK, bhn bakar = Faktor
Emisi GRK CO2, CH4, N2O dari hasil R = recovered CH4
pembakaran bahan bakar fosil OX = fraksi oksidasi

c. Sektor Industri Nilai-nilai lokal yang digunakan


Penghitungan emisi sektor industri dalam perhitungan adalah komposisi
proses akan dilakukan dengan menggunakan sampah dan laju timbulan perkotaan yang
metodologi berdasarkan pada metodologi IPCC didapat dari rerata atas survei komposisi
Good Practice Guidelines (IPCC 1997a, b, c, sampah di 3 (tiga) kota yakni Bandung,
2000a), World Resource Institute/ World Yogyakarta dan Piyungan4).
Business Council for Sustainable Development Sedangkan untuk emisi CH4 dari
(WRI/WBCSD) (WRI 2001, 2004a), perhitungan sub sektor limbah domestik dihitung
emisi carbon dari UNEP serta metodologi dari formula sbb:
U.S. EPA (USEPA 2003). Pada penelitian ini
hanya akan dihitung pada 4 (empat) jenis Emisi CH4 = Σi,j (Ui * Ti,j * EFij) x ( TOW – S)
industri lahap energi (intensive energy uses) – R kg CH4/tahun.........................(8)
yakni semen, baja, pulp & kertas dan tekstil.
TOW = Total organik dalam limbah cair
Formula penghitungan secara umum dalam
pada tahun inventarisasi, kg
sektor industri adalah :
BOD CH4
CO2 emisi = M produk (ton produk/tahun ) x S = Komponen organik yang
FE (ton CO2/ton produk) x FKM....(6) disisihkan sebagai lumpur
(sludge) pada tahun inventarisasi,
Dimana ;
kg BOD/tahun
M produk = berat produk yang
Ui = Fraksi populasi pada di
dihasilkan per tahun (ton)
golongan pendapatan i pada
FE = Faktor emisi dalan ton CO2 per tahun inventarisasi
ton produk
Tij = Tingkat utilisasi sistem/ jalur
FKM = Faktor Koreksi Metana (%)
pengolahan dan pembuangan,

74 Purwanta.W., 2010
j, untuk tiapfraksi golongan pendapatan i yang tidak dihitung dalam tulisan ini sehingga
pada tahun inventarisasi bisa diperkirakan emisi GRK dari sektor
i = golongan pendapatan: urban, low hutan bisa lebih tinggi lagi. Beberapa tipe
income - rural, high income - rural kawasan seperti forest land, crop land, grass
j = Tiap jalur/sistem pengolahan/ land, wetlands dan settlements menurut
IPCC harus dihitung secara terpisah, namun
pembuangan
pengklasifikasian ini agak menyulitkan untuk
EFij = faktor emisi, kg CH4/kg BOD
Limbah
R = Banyaknya recovery/pemanfaatan CH4 6%
Industri
3%

pada tahun inventarisasi, kg CH4/tahun Energi


25%
Nilai-nilai lokal yang digunakan dalam
perhitungan adalah komposisi sampah dan laju Hutan
58%
timbulan perkotaan yang didapat dari rerata Pert anian
8%
atas survey komposisi sampah di 3 (tiga) kota
yakni Bandung, Yogyakarta dan Piyungan4).
Gambar 1. Kontribusi emisi GRK (dalam
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
CO2e Gg/tahun) tiap sektor
Perhitungan emisi GRK (CO2 dan CH4)
dilakukan dengan memasukkan data-data yang Indonesia karena kita punya data luasan
didapat dari tahun 2001 – 2006 ke dalam formula jenis hutan dengan definisi yang berbeda.
yang sudah disepakati dalam IPCC method. Penyumbang emisi GRK kedua
Dalam 2006 IPCC Guidelines sebenarnya terbesar adalah energi sebesar 207.179
ditetapkan secara lebih rinci untuk tiap sektor CO2eq Gg/tahun (25%). Komponen terbesar
seperti jenis dan tipe hutan, jenis industri dan dalam sektor energi adalah penggunaan
sebagainya. Mengingat keterbatasan waktu dan dalam industri khususnya yang lahap energi
biaya serta tidak tersedianya data-data yang
yakni sebesar 49.645 CO2eq Gg/tahun dan
dipersyaratkan, maka beberapa sub sektor tidak
diikuti transportasi sebesar 44.970 CO2eq
dapat dihitung. Ini menyebabkan total emisi GRK
nasional sebesar 827.058.035 Gg/tahun CO 2eq Hutan Pertanian Energi Industri Limbah
Gg/tahun (Tabel 1) diperkirakan hanya 60% dari
angka emisi sebenarnya jika seluruh sektor dan
sub sektor dalam IPCC dihitung (gambar 1).
500000
400000
Dari angka emisi total tersebut hampir
58% nya berasal dari sektor kehutanan 300000
sebesar 480.000 CO 2eq Gg/tahun, dimana
200000 Limbah
emisi total sebesar 821.000 CO 2eq Gg/
tahun dan kemampuan uptake sebesar Industri
341. 000 CO2eq Gg/tahun. Kelemahan 100000 Energi
Pertanian
dalam perhitungan ini adalah dengan 0 Hutan
menganggap hutan kita homogen, padahal 1
dalam kenyataannya terdapat perbedaan
kemampuan menyerap karbon maupun
Gambar 2. Besaran emisi CO2eq tiap
besaran emisi dari tiap jenis hutan atau tipe
sektor per tahun
kawasan. Selain itu ada satu sumber emisi
karbon yang cukup besar dari sektor hutan
ini yaitu kebakaran lahan gambut (peat fire)

Penghitungan Emisi Karbon...J. Tek. Ling. 11 (1): 71 - 77 75


Tabel 1. Hasil Penghitungan Rata-rata Emisi GRK (Data 2001 – 2006)

No Sektor/Sub sektor CO2 CH4 CO2eq


(Gg/thn) (Gg/thn) (Gg/thn)
1 Kehutanan
- Hutan (campuran) 480.000 - 480.000
2 Pertanian -
- Peternakan 680 - 680
- Lahan sawah 62.000 - 62.000
3 Energi
- Rumah tangga 23.595 - 23.595
- Komersil 3.602 - 3.602
- Transportasi 44.970 - 44.970
- Pembangkit listrik 82.253 - 82.253
- Coal mining 148 3.114
- Industri lahap energi 49.645 - 49.645
4 Industri Proses
- Produk kapur 2.356 - 2.356
- Besi & baja 11.980 - 11.980
- Semen 28.803 - 28.803
- Ammonia 9.120 - 9.120
5 Limbah
- Sampah di TPA - 609 12.800
- Limbah cair domestik - 578 12.140
Total 827.058
Sumber : Hasil perhitungan

Gg/tahun serta rumah tangga sebesar ammonia dan besi baja. Khusus untuk
24.793 CO2eq Gg/tahun. sektor industri ini hasil perhitungan bukan
berasal dari data produksi tetapi dari
Untuk sektor industri umumnya emisi
sebagian besar berasal dari penggunaan
pengukuran langsung di industri sampel.
energi khususnya bahan bakar minyak dan Menurut 2006 IPCC guidelines, sektor
listrik. Namun penggunaan energi di industri, industri proses ini setidaknya harus
emisinya dihitung sebagai emisi sektor dihitung pada 30 jenis industri, namun
energi. Hasil penghitungan emisi untuk dalam penelitian ini hanya dihitung atas
industri yang berasal dari proses industri pengukuran emisi di 4 jenis industri utama.
adalah 827.058 CO2eq Gg/tahun atau 6 % Untuk sektor limbah, setidaknya
dari keseluruhan sektor yang dihitung dalam harus diukur beberapa sub sektor dalam
penelitian ini. Industri semen merupakan 2006 IPCC Guidelines yakni, sampah
industri yang paling besar mengeluarkan terbuang ke TPA, pengolahan sampah
emisi karbon diikuti industri secara biologis, pembakaran sampah (baik

76 Purwanta.W., 2010
insinerasi terkendali maupun open burning), industri semen masih merupakan
limbah cair domestik dan industri. Dalam kontributor emisi CO2 terbesar yakni
penelitian ini hanya akan dihitung emisi GRK 65%, sedangkan di sektor energi
dari sampah yang dibuang ke TPA dan paling tinggi adalah emisi dari
limbah cair domestik1). Pengolahan sampah kegiatan pembangkit listrik disusul
secara biolgis dapat diabaikan mengingat transportasi.
kuantitasnya yang masih sangat kecil di • Proporsi distribusi emisi per sektor
Indonesia demikian pula pembakaran tersebut dapat berubah jika cakupan
dengan insinerator. Sedangkan pembakaran perhitungan dan tersedianya data
sampah secara terbuka walau secara visual
yang lebih lengkap.
sering dilakukan di Indonesia namun data
pasti sulit didapat, sehingga emisinya tidak DAFTAR PUSTAKA
diperhitungkan dalam penelitian ini.
1. WMO-UNEP, 2007, Climate Change
Hasil penghitungan emisi CH4 di
TPA sampah menghasilkan angka 609 Gg/ 2007 – The Physical Science Basis,
tahun atau setara 12.800 CO2eq Gg/tahun. IPCC Report
Hasil ini tergolong besar dan berpotensi bagi 2. National Geographic, 2008,
pemanfaatan gasbio lebih lanjut. Sedangkan Perubahan Iklim, Edisi Spesial
limbah cair domestik menghasilkan emisi 3. KLH, UNDP, 2009, Indonesian
CH4 578 Gg/tahun atau setara dengan National Greenhouse Gas Inventory
12.140 CO 2eq Gg/tahun. Besarnya angka under the UNFCCC, Enabling
emisi dari sektor limbah cair domestik sama Activities for the Preparation of
sekali tidak mencerminkan potensi Indonesia’s Second National
pemanfaatan gasbio mengingat sifatnya Communication to the UNFCCC.
yang menyebar di tiap pemukiman penduduk 4. Purwanta, W., 2008, Studi Neraca
(spot), artinya emisi per titik sebenarnya kecil GRK di Indonesia, Laporan Akhir
namun ada banyak jumlah titik emisi. Potensi
Kegiatan (Technical Document TD-
pemanfaatan gasbio pada limbah cair adalah
03), TPSA-BPPT
pada sub sektor industri khususnya industri
agro seperti kelapa sawit dan tapioka. 5. Eggleston S., L. Buendia , M. Kyoko,
T. Ngara, 2006, “2006 IPCC
4. KESIMPULAN Guidelines for National Greenhouse
• Hasil penghitungan emisi Gas Rumah Gas Inventories”, Vol 5 Waste, IGES
Kaca dalam penelitian adalah 827.058
Gg/tahun dalam CO2 equivalent.
Angka ini diperkirakan baru 60% dari
angka sebenarnya mengingat belum
akuratnya penghitungan di sektor
kehutanan dengan tidak dihitungnya
emisi dari kebakaran lahan gambut
(peat fire) yang besar di Indonesia.
• Dari keseluruhan sektor, sektor
kehutanan merupakan penyumbang
emisi CO2 ekivalen terbesar (58%),
diikuti sektor energi (25%), pertanian
(8%), industri (6%), dan limbah
(3%).
• Untuk sektor industri sendiri,

Penghitungan Emisi Karbon...J. Tek. Ling. 11 (1): 71 - 77 77

Anda mungkin juga menyukai