Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

Asma Bronkial dan Gizi Kurang

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unsyiah BPK RSUDZA
Banda Aceh

Oleh:
Cloudia Noviani
1607101030116

Pembimbing
Dr.dr Bakhtiar, M.Kes, Sp.A

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BPK RUMAH SAKIT dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus yang
berjudul ”Asma Bronkial dan Gizi Kurang”. Salawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing umat
manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Unsyiah / RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penulis menyadari
bahwa penyusunan tugas Laporan Kasus ini tidak terwujud tanpa ada bantuan dan
bimbingan serta dukungan dari dosen pembimbing. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr.dr.
Bakhtiar, M.Kes, Sp.A yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
tugas Laporan Kasus ini.
Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan tugas
Laporan Kasus ini, namun penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan.
Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak khususnya di bidang kedokteran serta
dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.

Banda Aceh, Juli 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I : Pendahuluan ...................................................................................... 1

BAB 2 : Laporan Kasus


2.1 Identitas Pasien ................................................................................. 2
2.2 Anamnesis......................................................................................... 2
2.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 3
2.4 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 5
2.5 Diagnosis .......................................................................................... 6
2.6 Terapi ................................................................................................ 6
2.7 Prognosis .......................................................................................... 6
2.8 Follow Up Harian ............................................................................. 7

BAB 3 : Analisa Kasus .................................................................................... 9


3.1 Analisa Kasus Asma Bronkial .......................................................... 9
3.2 Analisa Kasus Gizi Kurang .............................................................. 18

BAB 4 : Kesimpulan ........................................................................................ 22

Daftar Pustaka .................................................................................................. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Asma merupakan sebagai penyakit kronik saluran nafas yang berhubungan


dengan hiperresponsif saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan
atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas,
bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan . Asma
dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat
menetap dan mengganggu aktivitas bahkan kegiatan harian. Diduga asma apabila
anak menunjukkan gejala batuk dan/atau mengi yang timbul secara episodik,
cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik,
serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien atau keluarganya.
Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Prevalensi
asma telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir baik pada negera
berkembang maupun pada negara maju. Penelitian International Study of Asthma
dan Allergies in Childhood (ISAAC) menunjukkan bahwa prevalensi gejala asma
berkisar dari 1.6-27.2% pada anak usia 6-7 tahun, dan 1.9-35.5% pada anak usia
13-14 tahun. Sedangkan prevalensi asma anak di Indonesia sekitar 10% pada anak
usia 6-7 tahun dan sekitar 6,5% pada anak usia <14 tahun.
Sebenarnya, selama ini asma tidak termasuk kedalam kelompok penyakit
yang mematikan, namun akhir-akhir ini dilaporkan adanya peningkatan kematian
akibat penyakit asma. Di Ameika Serikat pada tahun 1994 sekitar 5500 pasien
asma meninggal dimana angka mortalitas pada smeua usia meningkat sekitar
3.4% setiap tahun. Pada tahun 2000 terdapat 4.487 kematian akibat asma atau
sekitar 1.6 per 100.000 populasi. WHO memperkirakan saat ini terdapat 250.00
kematian akibat asma.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Mayvin lestari
Nomor CM : 1-13-31-37
Tanggal lahir/Umur : 14-09-2010 / 7 tahun 9 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Darussalam, Aceh Besar
Tanggal masuk : 29/06/2018
Tanggal pemeriksaan : 29/06/2018
Nama orang tua : Ahmad
Pekerjaan : Swasta

2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan orangtua pasien di ruangan
PONEK pada tanggal 29/06/2018

2.2.1 Keluhan Utama


Sesak Nafas

2.2.2 Keluhan Tambahan


Pasien perempuan 7 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang dialami
sejak 1 jam SMRS. Sekitar 5 jam SMRS, pasien mengkonsumsi ikan tongkol dan
tiba-tiba timbul bengkak di daerah sekitar mulut, mata dan tenggorokan terasa
berair. Pasien sering mengeluhkan sesak sejak usia 5 tahun dan biasanya dipicu
oleh suhu dingin, kelelahan ataupun mengkonsumsi seafood. Frekuensi sesak
nafas dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali per bulan. Biasanya bila sesak
nafas kambuh, ibu pasien membawa pasien ke IGD dan keluhan membaik setelah
di Nebule. Pasien juga keluhkan demam sejak 1 hari SMRS, demam turun dengan
obat penurun panas.

2
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Alergi udang, cumi-cumi dan ayam
Pasien dengan riwayat sesak nafas sejak usia 5 tahun

2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Nenek pasien seorang penderita Asma
Kedua orang tua pasien menyangkal keluhan yang sama

2.2.5 Riwayat Pemakaian Obat


Parasetamol syr

2.2.6 Riwayat Kehamilan Ibu


Selama hamil, ibu mengaku ANC teratur ke bidan dan puskesmas, Riwayat
keputihan dan gatal pada daerah kemaluan selama kehamilan ada, namun tidak
berbau. Riwayat demam disangkal. Ibu mengkonsumsi rokok hingga usia
kandungan 3 bulan.

2.2.7 Riwayat Persalinan


Pasien lahir cukup bulan secara pervaginam dengan berat badan lahir 3000
gram. Pasien lahir segera menangis, gerakan aktif dan tidak ada riwayat kebiruan.

2.2.8 Riwayat Imunisasi


Imunisasi Hep B-0.

2.3 Pemeriksaan Fisik


2.3.1 Vital Sign
Keadaan Umum : Sedang
GCS : E4M6V5
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 136 x/ menit
Frekuensi napas : 32 x/ menit
Temperatur : 38.5°C

3
2.3.2 Antropometri
Berat badan : 17.5 kg
Panjang badan : 114 cm
HA : 6 tahun
BBI : 20 kg
BB/U : 70%
TB/U : 90%
BB/TB : 87%
Status gizi : Gizi kurang

2.3.3 Pemeriksaan Fisik

Kepala : Normocephali, rambut warna hitam dan sukar dicabut


Wajah : Simetris, kulit wajah tampak sembab
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (+/+), sklera ikterik (-/-),
palpebrae udem (+/+)
Telinga : Bentuk dan ukuran normal, sekret (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (+), sekret (-/-)
Mulut : Bibir edem, pucat (-), sianosis (-),
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Simetris,retraksi intercostal (+),vesikular(+/+),wheezing
(+/+), rhonki (-/-)
Cor : BJ I > BJ II, reguler, bising jantung (-)
Abdomen : Inspeksi : Simetris, distensi (-), darm contour (-),
darm steifung (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Palpasi : soepoel, tidak terdapatnya adanya pembesaran
hepar dan lien
Perkusi : timpani
Anogenitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

4
Ekstremitas :
Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri


Sianosis (+) (+) (+) (+)

Edema (-) (-) (-) (-)


Pucat (-) (-) (-) (-)

Ikterik (-) (-) (-) (-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium Klinik
Hematologi 29/06/2018 30/06/2018 Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 10.9 12.0 – 14.5 g/dL


Hematokrit 33 45 – 55 %
Eritrosit 4.2 4,7- 6.1 10 /mm3
6

Leukosit 8.8 5,0-21,0 103/mm3


Trombosit 558 150-450 103/mm3
MCV 78 80-100 fL
MCH 26 27-31 Pg
MCHC 33 32-36 %
RDW 13.8 11,5-14,5 %
MPV 8.4 7,2-11,1 fL
PDW 8.2 Fl
Eosinofil 0 0-6 %
Basofil 0 0-2 %
N.Batang 0 2-6 %
N.Segmen 85 50-70 %
Limfosit 10 20-40 %
Monosit 5 2-8 %
GDS 122 <200 mg/dL
Na 147 132-147 mmol/L
K 4.2 3,6-6,1 mmol/L
Cl 110 95-116 mmol/L
Ureum 15 13-43 mg/dL
Creatinin 0.62 0.67 – 1.17 mg/dL

5
2.5 Diagnosa
- Asma Eksaserbasi Akut Derajat Sedang Persistent Ringan
- Food Alergy
- Gizi Kurang

2.6 Terapi

2.6.1 Terapi Non Medikamentosa


- Hindari faktor pencetus
- Diet 1.200 kkal + 20 gr protein
- MB 3 x sehari
- Snack 2 x sehari

2.8.2 Terapi Medikamentosa


- O2 nasal kanul 2 L/i
- IVFD 2:1 720 cc /hari, 10 gtt/ i makro
- Inj. Dexamethason 2 mg (extra)
- Nebule Ventolin 1 resp/8 jam
- Paracetamol 3x 1 ½ cth
- Rhinofed tab 3x1
- Ambroxol 3x1
- Cetirizine 3x1
- Methyl prednisiolon 3x 16 mg
- ascorbid acid 3x1

2.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam: dubia ad malam

6
2.8 Follow Up Harian
TANGGAL VITAL SIGN PEMERIKSAAN FISIK TERAPI
29/06/2018 S: sesak nafas dan Kepala: Normosefali. Terapi:
gatal pada seluruh Thorax: Vesikuler (+/+), Wh - O2 nasal kanul 2
tubuh (+/+/), Rh (-/-) L/i
Jantung: BJI >BJ II, reguler, - IVFD 2:1 720 cc
Vital sign : bising jantung (-) /hari, 10 gtt/ i
TD : 110/70 mmHg Abdomen: Soepel, simetris, makro
HR : 136 x/menit tidak terdapat - Inj.
RR : 32 x/menit pembesaran Dexamethason 2
T : 38.5 ºC organ. mg (extra)
Anogenitalia : tidak - Nebule Ventolin
BB: 17.5 kg dilakukan 1 resp/8 jam
TB: 114 cm pemeriksaan - Paracetamol 3x
de 1 ½ cth
Ass :
- Asma EksaserbasiAkut
Derajat Sedang Persistent
Ringan.
- Food Alergy
- Gizi Kurang

P:
Cek DR, Ur/Cr, Elektrolit

30/06/2018 S: sesak nafas dan Kepala: Normosefali. Terapi:


gatal pada seluruh Thorax: Vesikuler (+/+), Wh - O2 nasal kanul 2
tubuh berkurang (-/-/), Rh (-/-) L/i
Jantung: BJI >BJ II, reguler, - IVFD 2:1 720 cc
Vital sign : bising jantung (-) /hari, 10 gtt/ i
TD : 110/70 mmHg Abdomen: Soepel, simetris, makro
HR : 128 x/menit tidak terdapat - Nebule Ventolin
RR : 26 x/menit pembesaran 1 resp/8 jam
T : 36.9 ºC organ. - Paracetamol 3x
Anogenitalia : tidak 1 ½ cth
BB: 17.5 kg dilakukan - Rhinofed tab
TB: 114 cm pemeriksaan 3x1
- Ambroxol 3x1
Ass : - Cetirizine 3x1
- Asma EksaserbasiAkut - Methyl
Derajat Sedang Persistent prednisiolon 3x
Ringan. 16 mg
- Food Alergy - ascorbid acid
- Gizi Kurang 3x1

P:

7
1/07/2018 S: tidak ada sesak Kepala: Normosefali. Terapi:
nafas, batuk Thorax: Vesikuler (+/+), Wh - O2 nasal kanul 2
sesekali, demam (-/-/), Rh (-/-) L/i
naik turun Jantung: BJI >BJ II, reguler, - IVFD 2:1 720 cc
bising jantung (-) /hari, 10 gtt/ i
Vital sign : Abdomen: Soepel, simetris, makro
TD : 100/70 mmHg tidak terdapat - Nebule Ventolin
HR : 92 x/menit pembesaran 1 resp/8 jam
RR : 24 x/menit organ. - Paracetamol 3x
T : 37.2 ºC Anogenitalia : tidak 1 ½ cth
dilakukan - Rhinofed tab
BB: 17.5 kg pemeriksaan 3x1
TB: 114 cm - Ambroxol 3x1
Ass : - Cetirizine 3x1
- Asma EksaserbasiAkut - Methyl
Derajat Sedang Persistent prednisiolon 3x
Ringan. 16 mg
- Food Alergy - ascorbid acid
- Gizi Kurang 3x1

P : PBJ

8
BAB III
ANALISA KASUS

3.1 Analisa Kasus Asma Bronkial


Pasien perempuan 7 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang dialami
sejak 1 jam SMRS. Sekitar 5 jam SMRS, pasien mengkonsumsi ikan tongkol dan
tiba-tiba timbul bengkak di daerah sekitar mulut, mata dan tenggorokan terasa
berair. Pasien sering mengeluhkan sesak sejak usia 5 tahun dan biasanya dipicu
oleh suhu dingin, kelelahan ataupun mengkonsumsi seafood. Frekuensi sesak
nafas dalam satu tahun terakhir sebanyak satu kali per bulan. Sesampainya di IGD
RSUDZA os diberikan nebule ventolin dan injeksi dexamethason

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan


hipereaktivitas bronkus akibat dari berbagai rangsangan, yang menunjukan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, nafas pendek dan batuk yang berubah-
ubah setiap waktu baik frekuensi maupun intensitasnya biasanya timbul apabila ada
pencetus.1,2,3
Pada pasien ini terjadi inflamasi akut fase lambat dimana reaksi ini timbul
antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkan pengerahan serta aktivasi
1,2,3
eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan makrofag. Eosinofil berperan sebagai
efektor dan mensintesis sejumlah sitokin antara lain IL-3, IL-5, IL-6, GM-CSF,
TNF-alfa serta mediator lipid seperti LTC4 dan PAF. Th0 ke arah Th2 dan
bersama-sama IL-13 menginduksi sel limfosit B mensintesis IgE. IL-3, IL-5 serta
GM-CSF berperan pada maturasi, aktivasi serta memperpanjang ketahanan hidup
eosinophil. Eosinofil mengandung granul protein yang toksik terhadap epitel saluran
napas dan mengakibatkan hiperreaktivitas saluran nafas sehingga terjadi
bronkokonstriksi serta hipersekresi mukus. 1,2,3

Studi epidemiologi menunjukkan asma sering underdiagnosed


dikarenakan gambaran klinis yang tidak khas dan gejala yang episodik.
Anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan faal paru cukup untuk
menegakkan diagnosis asma.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menunjukan variabilitas
gangguan aliran nafas akibat obstruksi, hiperreaktivitas, dan inflamasi saluran

9
respiratori, atau adanya atopi pada pasien. Adapun pemeriksaan yang dapat
dilakukan berupa:
 Spirometri adalah suatu pemeriksaan fungsi paru. Pengukuran VEP1 dan
kapasitas vital paksa dilakukan untuk menilai obstruksi jalan nafas,
reversibilitas dan derajat berat asma. Pada fasilitas terbatas dapat
dilakukan pemeriksaan dengan peak flow meter.
 Skin prick test adalah metode pengukuran status alergi pasien untuk
menilai eosinofil total darah dan pemeriksaan IgE spesifik serum
 Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin
hipertonik. 1,2,3

Tabel 1. Kriteria diagnosis asma1,2,3


Gejala Karakteritik
Wheezing, batuk, sesak nafas, dada
tertekan, produksi sputum Biasanya > 1 gejala respiratori
Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring
waktu
Gejala memberat pada malam hari atau
dini hari
Gejala timbul bila ada pencetus

Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi


Gambaran obstruksi saluran nafas FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
FEV1/ FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas (paska Peningkatan FEV1 > 12%
bronkodilator)
Variabilitas Perbedaan PEFR harian > 13%
Uji provokasi Penurunan FEV1 > 20% atau PEFR >
15%

10
Pada pasien ini diagnosis asma ditegakkan berdasarkan alur diagnosis asma
pada anak dimana pasien patut diduga asma dan tidak dilakukan spirometri.
Pasien diberikan β agonis dengan nebule selama 3 hari dan mengalami perbaikan,
maka pasien dapat didiagnosis sebagai penderita asma.2

Gambar 3.1 Alur Diagnosis Asma Pada Anak2

Setelah pasien didiagnosis dengan asma, maka ditentukan derajat penyakit


dan serangan dengan klasifikasi kekerapan dan derajat keparahan asma, dimana
klasifikasi ini dibuat pada kunjungan – kunjungan awal dan dibuat berdasarkan
anamnesis2:

11
Tabel 3.1 Klasifikasi kekerapan2
Derajat Asma Uraian Kekerapan Gejala Asma

Intermitten Episode gejala asma < 6 x/ tahun atau jarak antar gejala ≥ 6
minggu

Persisten Ringan Episode gejala asma >1x/bulan, <1x/ minggu

Persisten Sedang Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari

Persisten Berat Episode gejala asma terjadi hampir tiap hari

Tabel 3.2 Derajat Keparahan Serangan Asma2


Asma serangan ringan- Asma serangan berat Serangan asma
sedang dengan ancaman
henti nafas

- Bicara dalam kalimat - Bicara dalam kata - Mengantuk


- Lebih senang duduk - Duduk bertopang lengan - Letargi
daripada berbaring - Gelisah - Suara nafas tak
- Tidak gelisah - Frekuensi nafas meningkat terdengar
-Frekuensi nafas meningkat - Frekuensi nadi meningkat
- frekuensi nadi meningkat - Retraksi jelas
- Retraksi minimal - SpO2 <90%
- SpO2 90-95% - PEF ≤ 50% prediksi atau
- PEF >50% prediksi atau terbaik
terbaik

Dari klasifikasi kekerapan dan keparahan serangan asma, pasien ini


termasuk kedalam asma derajat sedang persistent ringan. Namun pada saat masuk
ke IGD RSUDZA pasien mengalami episode asma dikarenakan alergi makanan
dan terjadi reaksi hipersensitivitas. Oleh karena itu pasien dalam keadaan
eksaserbasi akut.
Gejala asma tidak patognomonik, sehingga perlu dipertimbangkan
kemungkinan diagnosa banding sebagai berikut:

12
Inflamasi : infeksi, alergi3
- Rinitis, rinosinusitis
- Chronic upper airway cough syndrome
- Infeksi resoiratori berulang
- Bronkiolitis
- Aspirasi berulang
- Defisinesi imun
- Tuberculosis

Obstruksi Mekanis3
- Laringomalasia, trakeomalasia
- Hipertropi timus
- Pembesaran kelenjar getah bening
- Aspirasi benda asing
- Vascular ring, laryngeal web
- Disfungsi pita suara
- Malformasi kongenital saluran respiratori

Patologi Bronkus3
- Displasia bronkopulmonal
- Bronkiektasis
- Diskinesia Silia Primer
- Fibrosis kistik

Kelainan Sistem Organ Lain3


- GERD
- Penyakit jantung bawaan
- Gangguan neuromuscular
- Batuk psikogen

13
Selama hamil, ibu pasien mengaku ANC teratur ke bidan dan puskesmas,
Riwayat keputihan dan gatal pada daerah kemaluan selama kehamilan ada, namun
tidak berbau. Riwayat demam disangkal. Ibu mengkonsumsi rokok hingga usia
kandungan 3 bulan. Nenek pasien memiliki riwayat asma.
Adapun beberapa faktor resiko yang terdapat pada pasien yang dapat
memicu timbulnya episode asma seperti:

- Jenis Kelamin : Berdasarkan penelitian, prevalensi asma pada anak laki-


laki sampai usia 10 tahun adalah 1.5 sampai 2 kali lipat
daripada anak perempuan. Menurut laporan MMM tahun
2001 rasio asma pada anak laki-laki dan perempuan usia
6-11 tahun (3:2), meningkat pada usia 12-17 tahun (8:5).1,3
- Riwayat Atopi : Adanya atopi berhubungan dengan meningkatnya resiko
asma persisten dan beratnya asma. 1,3
- Lingkungan : Adanya allergen di lingkungan hidup anak meningkatkan
faktor resiko penyakit asma. 1,3
- Asap Rokok : Resiko terhadap asap rokok sudah dimulai sejak janin
dalam kandungan. Umumnya berlangsung terus setelah
anak dilahirkan dan meningkatkan faktor resiko. 1,3
- Outdoor Air Pollution1,3

Pasien sedang mengalami serangan asma dan saat sampai ke IGD RSUD
ZA, os diberikan dengan oksigen 2 liter per menit, IVFD 2:1 10 gtt/ menit, injeksi
dexametason 2 mg, nebule ventolin / 8 jam dan parasetamol syrup 3 x ½ cth
Serangan asma akut merupakan kegawatan medis dimana harus dilakukan
tatalaksana yang cepat. Tujuan tatalaksana serangan asma:
- Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin
- Mengurangi hipoksemia
- Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
- Mengevaluasi dan memperbarui tatalaksana jangka panjang untuk
mencegah kekambuhan.3

14
Tabel 3.3 Pilihan dan Dosis Steroid untuk Serangan Asma3
Nama Generik Sediaan Dosis
Metilprednisolon Tablet 4 mg, 8 mg 0.5 – 1 mg/ kgBB/hari – tiap 6 jam
Prednison Tablet 5 mg 0.5 – 1 mg/ kgBB/hari – tiap 6 jam
Metilprednisolon Vial 125 mg 30 mg dalam 30 menit (dosis
suksinat injeksi Vial 500 mg tinggi) tiap 6 jam
Hidrokortison Vial 100 mg 4 mg/ kgBB/ hari – tia 6 jam
suksinat injeksi
Dexametason injeksi Ampul 0.5 – 1 mg/ kgBB/ - bolus,
dilanjutkan 1 mg/ kgBB/hari
diberikan tiap 6-8 jam
Betametason Injeksi Ampul 0.05- 0.1 mg/ kgBB – tiap 6 jam

Setelah menangani serangan asma, kita melanjutkan program tatalaksana


jangka panjang yang bertujuan untuk mencapai kendali asma sehingga menjamin
tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Terdapat dua
tatalaksana jangka panjang yakni non medikamentosa dan medikamentosa.
1. Tatalaksana non-medikamentosa1,2,3
- Program KIE untuk keluarga dan lingkungan sekitar
- penghindaran pencetus1,2,3

2. Tatalaksana medikamentosa
- Reliever : obat ini digunakan untuk meredakan serangan asma yang sedang
timbul, bila serangan dan gejala telah teratasi, maka pemakaian
obat dihentikan. 1,2,3
- Controller :
1. Steroid Inhalasi
Steroid inhalasi dapat menekan inflamasi saluran respiratori dan berperan
penting dalam tatalakasana asma jangka panjang. Steroid inhalasi umumnya
diberikan dua kali dalam sehari kecuali ciclesonide yang diberikan sekali sehari.
1,2,3

15
Gambar 3.2 Dosis berbagai Preparat Steroid Inhalasi pada Anak Asma3

2. Agonis β2 kerja panjang (LABA)


Sebagai pengendali asma, agonis β2 kerja panjang tidak digunakan
tunggal melainkan selalu bersama steroid inhalasi. 1,2,3

3. Antileukotrien
Antileukotrin dapat menurunkan gejala asma namun secara umum tidak
lebih unggul dibandingkan steroid inhalasi. Jika digunakan sebagai obat
pengendali tunggal, efeknya lebih rendah dibandingkan steroid inhalasi. 1,2,3

4. Teofilin lepas lambat


Kombinasi steroid dan teofilin lepas lambat akan memperbaiki kendali
asma dan dapat menurunkan dosis steroid inhalasi pada anak dengan asma
persistent. Preparat teofilin lepas lambat lebih dianjurkan untuk pengendalian
asma karena kemampuan absorbs dan bioavaibilitas yang lebih baik. 1,2,3

16
5. Anti Imunoglobulin E (Anti – IgE)
AntiHIgE (omalizumab) adalah antibodi monoklonal yang mampu
mengurang kadar IgE bebas dalam serum. Pada orang dewasa dan anak di atas
usia 5 tahun, omalizumab dapat diberikan pada pasien asma yang telah mendapat
steroid inhalasi dosis tinggi danagonis β2 kerja panjang namun masih sering
mengalami eksaserbasi dan terbukti asma karena alergi. 1,2,3

Gambar 3.3Jenjang dalam tatalaksana asma jangka panjang pada anak usia > 5 th3

17
3.2 Analisa Kasus Gizi Kurang
Dari hasil pemeriksaan antropometri didapatkan berat badan pasien,
perempuan usia 7 tahun 9 bulan adalah 17.5 kg dengan tinggi badan 114 cm.
Berdasarkan kurva CDC-2000, didapatkan hasil height age 6 tahun, berat badan
ideal 20 kg, berat badan menurut umur 70% dan tinggi badan menurut umur 90%

Gambar 3.4 Kurva CDC-2000

Asuhan Nutrisi Pediatrik dilakukan untuk anak sehat maupun anak sakit.
Pada anak sehat, ANP ditujukan untuk menunjang pencapaian tumbuh kembang
yang optimal, pada pasien rawat jalan agar tidak terjadi gagal tumbuh, sedangkan
pada pasien rawat inap untuk mencegah terjadinya malnutrisi rumah sakit (MRS)
yakni penurunan berat badan selama perawatan di rumah sakit, yang disebabkan

18
oleh ANP yang tidak memadai. Adapun langkah-langkah asuhan nutrisi pediatrik
sebagai berikut:5

1. Assasment
Penentuan status gizi dengan kurva WHO untuk anak usia dibawah 5
tahun dan kurva CDC untuk anak diatas usia 5 tahun.5 Pada pasien ini digunakan
kurva CDC dan didapatkan berat badan menurut tinggi badan 87% dengan
interpretasi gizi kurang.

Gambar 3.4 Penentuan Status Gizi Berdasarkan Waterlow, WHO 2006 dan CDC
20005

2. Penentuan Kebutuhan
Pada pasien ini termasuk kondisi sakit kritis (non critical illness) dalam
kategori gizi kurang. Kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan berat badan ideal
dikalikan EER menurut usia tinggi. Pada pasien didapatkan hasil kebutuhan kalori
sebanyak 1.240 – 1.540 kkal/ hari dan kebutuhan protein sebanyak 22 gr/ hari.

HA 6
thaunHA
HA

19
Gambar 3.5 Estimated Energy Reguirement (EER) for Pediatric Patient (non-
Criticall Ill)

Gambar 3.6 Calorie and Protein Reguirement, 1989 RDA

3. Penentuan Cara Pemberian


Pemberian nutrisi melalui oral atau enteral merupakan pilihan utama. Jalur
parenteral hanya digunakan pada situasi tertentu saja. Kontra indikasi pemberian
makan melalui saluran cerna ialah obstruksi saluran cerna, perdarahan saluran
cerna serta tidak berfungsinya saluran cerna. Pemberian nutrisi enteral untuk
jangka pendek dapat dilakukan melalui pipa nasogastrik atau nasoduodenal atau
nasojejunal. Untuk jangka panjang, nutrisi enteral dapat dilakukan melalui
gastrostomi atau jejunostomi. Untuk nutrisi parenteral jangka pendek (kurang dari
14 hari) dapat digunakan akses perifer, sedangkan untuk jangka panjang harus
menggunakan akses sentral5

4. Penentuan Jenis Makanan


Untuk 0-6 bulan ASI dan/formula, 6 bulan-1 tahun ASI dan/atau formula
di-tambah makanan pendamping, 1-2 tahun makanan keluarga ditambah ASI
dan/atau susu sapi segar, dan di atas 2 tahun makanan keluarga. Jenis sediaan
makanan untuk enteral disesuaikan dengan fungsi gastrointestinal dan dapat
dibagi dalam beberapa jenis.5

20
5. Pemantauan dan Evaluasi
Meliputi pemantauan terhadap akseptabilitas atau penerimaan makanan,
dan toleransi (reaksi simpang makanan). Reaksi simpang yang dapat terjadi pada
pemberian enteral antara lain adalah mual, muntah, konstipasi dan diare. Pada
pemberian parenteral dapat terjadi reaksi infeksi, metabolik dan mekanis. Selain
itu, diperlukan pemantauan efektivitas berupa monitoring pertumbuhan.5

Gambar 3.7 Langkah-langkah melakukan Asuhan Nutrisi Pediatrik.


Dikutip dari American Society for Parenteral and Enteral Nutrition(ASPEN)
dengan modifikasi.

21
BAB V
KESIMPULAN

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan


hipereaktivitas bronkus akibat dari berbagai rangsangan, yang menunjukan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, nafas pendek dan batuk yang
berubah-ubah setiap waktu baik frekuensi maupun intensitasnya. 1,2,3
Asma sering underdiagnosed dikarenakan gambaran klinis yang tidak khas
dan gejala yang episodik sehingga orang tua cenderung tidak membawa pasien ke
dokter, sehingga diperlukannya anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik untuk
mendiagnosa asma. Sangat penting untuk membangun hubungan dokter-pasien
untuk menghilangkan gejala, mengurangi faktor resiko dan mencegah eksaserbasi
asma. 1,2,3
Adapun tujuan tatalaksana serangan asma adalah:
- Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin
- Mengurangi hipoksemia
- Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
- Mengevaluasi dan memperbarui tatalaksana jangka panjang untuk
mencegah kekambuhan.3

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak.


Jakarta : Badan Penerbit IDAI

2. UKK Respirologi PP IDAI. 2015. Pedoman Nasional Asma Anak


Ed.2. Jakarta : UKK Respirologi PP IDAI

3. PDPI. 2015. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaa Indonesia,


Chapter : Asma . Jakarta

4. GINA . 2018. Global Update Astma Management and Prevention.


Available from www.ginasthma.org

5. UKK Nutrisi dan Penyakit Metaboli. 2011. Asuhan Nutrisi


Pediatrik. Jakarta : UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI

23

Anda mungkin juga menyukai