Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unsyiah BPK RSUDZA
Banda Aceh
Oleh:
Cloudia Noviani
1607101030116
Pembimbing
Dr.dr Bakhtiar, M.Kes, Sp.A
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus yang
berjudul ”Asma Bronkial dan Gizi Kurang”. Salawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing umat
manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior pada bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Unsyiah / RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penulis menyadari
bahwa penyusunan tugas Laporan Kasus ini tidak terwujud tanpa ada bantuan dan
bimbingan serta dukungan dari dosen pembimbing. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr.dr.
Bakhtiar, M.Kes, Sp.A yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
tugas Laporan Kasus ini.
Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan tugas
Laporan Kasus ini, namun penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan.
Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak khususnya di bidang kedokteran serta
dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan orangtua pasien di ruangan
PONEK pada tanggal 29/06/2018
2
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Alergi udang, cumi-cumi dan ayam
Pasien dengan riwayat sesak nafas sejak usia 5 tahun
3
2.3.2 Antropometri
Berat badan : 17.5 kg
Panjang badan : 114 cm
HA : 6 tahun
BBI : 20 kg
BB/U : 70%
TB/U : 90%
BB/TB : 87%
Status gizi : Gizi kurang
4
Ekstremitas :
Superior Inferior
5
2.5 Diagnosa
- Asma Eksaserbasi Akut Derajat Sedang Persistent Ringan
- Food Alergy
- Gizi Kurang
2.6 Terapi
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam: dubia ad malam
6
2.8 Follow Up Harian
TANGGAL VITAL SIGN PEMERIKSAAN FISIK TERAPI
29/06/2018 S: sesak nafas dan Kepala: Normosefali. Terapi:
gatal pada seluruh Thorax: Vesikuler (+/+), Wh - O2 nasal kanul 2
tubuh (+/+/), Rh (-/-) L/i
Jantung: BJI >BJ II, reguler, - IVFD 2:1 720 cc
Vital sign : bising jantung (-) /hari, 10 gtt/ i
TD : 110/70 mmHg Abdomen: Soepel, simetris, makro
HR : 136 x/menit tidak terdapat - Inj.
RR : 32 x/menit pembesaran Dexamethason 2
T : 38.5 ºC organ. mg (extra)
Anogenitalia : tidak - Nebule Ventolin
BB: 17.5 kg dilakukan 1 resp/8 jam
TB: 114 cm pemeriksaan - Paracetamol 3x
de 1 ½ cth
Ass :
- Asma EksaserbasiAkut
Derajat Sedang Persistent
Ringan.
- Food Alergy
- Gizi Kurang
P:
Cek DR, Ur/Cr, Elektrolit
P:
7
1/07/2018 S: tidak ada sesak Kepala: Normosefali. Terapi:
nafas, batuk Thorax: Vesikuler (+/+), Wh - O2 nasal kanul 2
sesekali, demam (-/-/), Rh (-/-) L/i
naik turun Jantung: BJI >BJ II, reguler, - IVFD 2:1 720 cc
bising jantung (-) /hari, 10 gtt/ i
Vital sign : Abdomen: Soepel, simetris, makro
TD : 100/70 mmHg tidak terdapat - Nebule Ventolin
HR : 92 x/menit pembesaran 1 resp/8 jam
RR : 24 x/menit organ. - Paracetamol 3x
T : 37.2 ºC Anogenitalia : tidak 1 ½ cth
dilakukan - Rhinofed tab
BB: 17.5 kg pemeriksaan 3x1
TB: 114 cm - Ambroxol 3x1
Ass : - Cetirizine 3x1
- Asma EksaserbasiAkut - Methyl
Derajat Sedang Persistent prednisiolon 3x
Ringan. 16 mg
- Food Alergy - ascorbid acid
- Gizi Kurang 3x1
P : PBJ
8
BAB III
ANALISA KASUS
9
respiratori, atau adanya atopi pada pasien. Adapun pemeriksaan yang dapat
dilakukan berupa:
Spirometri adalah suatu pemeriksaan fungsi paru. Pengukuran VEP1 dan
kapasitas vital paksa dilakukan untuk menilai obstruksi jalan nafas,
reversibilitas dan derajat berat asma. Pada fasilitas terbatas dapat
dilakukan pemeriksaan dengan peak flow meter.
Skin prick test adalah metode pengukuran status alergi pasien untuk
menilai eosinofil total darah dan pemeriksaan IgE spesifik serum
Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin
hipertonik. 1,2,3
10
Pada pasien ini diagnosis asma ditegakkan berdasarkan alur diagnosis asma
pada anak dimana pasien patut diduga asma dan tidak dilakukan spirometri.
Pasien diberikan β agonis dengan nebule selama 3 hari dan mengalami perbaikan,
maka pasien dapat didiagnosis sebagai penderita asma.2
11
Tabel 3.1 Klasifikasi kekerapan2
Derajat Asma Uraian Kekerapan Gejala Asma
Intermitten Episode gejala asma < 6 x/ tahun atau jarak antar gejala ≥ 6
minggu
Persisten Sedang Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari
12
Inflamasi : infeksi, alergi3
- Rinitis, rinosinusitis
- Chronic upper airway cough syndrome
- Infeksi resoiratori berulang
- Bronkiolitis
- Aspirasi berulang
- Defisinesi imun
- Tuberculosis
Obstruksi Mekanis3
- Laringomalasia, trakeomalasia
- Hipertropi timus
- Pembesaran kelenjar getah bening
- Aspirasi benda asing
- Vascular ring, laryngeal web
- Disfungsi pita suara
- Malformasi kongenital saluran respiratori
Patologi Bronkus3
- Displasia bronkopulmonal
- Bronkiektasis
- Diskinesia Silia Primer
- Fibrosis kistik
13
Selama hamil, ibu pasien mengaku ANC teratur ke bidan dan puskesmas,
Riwayat keputihan dan gatal pada daerah kemaluan selama kehamilan ada, namun
tidak berbau. Riwayat demam disangkal. Ibu mengkonsumsi rokok hingga usia
kandungan 3 bulan. Nenek pasien memiliki riwayat asma.
Adapun beberapa faktor resiko yang terdapat pada pasien yang dapat
memicu timbulnya episode asma seperti:
Pasien sedang mengalami serangan asma dan saat sampai ke IGD RSUD
ZA, os diberikan dengan oksigen 2 liter per menit, IVFD 2:1 10 gtt/ menit, injeksi
dexametason 2 mg, nebule ventolin / 8 jam dan parasetamol syrup 3 x ½ cth
Serangan asma akut merupakan kegawatan medis dimana harus dilakukan
tatalaksana yang cepat. Tujuan tatalaksana serangan asma:
- Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin
- Mengurangi hipoksemia
- Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
- Mengevaluasi dan memperbarui tatalaksana jangka panjang untuk
mencegah kekambuhan.3
14
Tabel 3.3 Pilihan dan Dosis Steroid untuk Serangan Asma3
Nama Generik Sediaan Dosis
Metilprednisolon Tablet 4 mg, 8 mg 0.5 – 1 mg/ kgBB/hari – tiap 6 jam
Prednison Tablet 5 mg 0.5 – 1 mg/ kgBB/hari – tiap 6 jam
Metilprednisolon Vial 125 mg 30 mg dalam 30 menit (dosis
suksinat injeksi Vial 500 mg tinggi) tiap 6 jam
Hidrokortison Vial 100 mg 4 mg/ kgBB/ hari – tia 6 jam
suksinat injeksi
Dexametason injeksi Ampul 0.5 – 1 mg/ kgBB/ - bolus,
dilanjutkan 1 mg/ kgBB/hari
diberikan tiap 6-8 jam
Betametason Injeksi Ampul 0.05- 0.1 mg/ kgBB – tiap 6 jam
2. Tatalaksana medikamentosa
- Reliever : obat ini digunakan untuk meredakan serangan asma yang sedang
timbul, bila serangan dan gejala telah teratasi, maka pemakaian
obat dihentikan. 1,2,3
- Controller :
1. Steroid Inhalasi
Steroid inhalasi dapat menekan inflamasi saluran respiratori dan berperan
penting dalam tatalakasana asma jangka panjang. Steroid inhalasi umumnya
diberikan dua kali dalam sehari kecuali ciclesonide yang diberikan sekali sehari.
1,2,3
15
Gambar 3.2 Dosis berbagai Preparat Steroid Inhalasi pada Anak Asma3
3. Antileukotrien
Antileukotrin dapat menurunkan gejala asma namun secara umum tidak
lebih unggul dibandingkan steroid inhalasi. Jika digunakan sebagai obat
pengendali tunggal, efeknya lebih rendah dibandingkan steroid inhalasi. 1,2,3
16
5. Anti Imunoglobulin E (Anti – IgE)
AntiHIgE (omalizumab) adalah antibodi monoklonal yang mampu
mengurang kadar IgE bebas dalam serum. Pada orang dewasa dan anak di atas
usia 5 tahun, omalizumab dapat diberikan pada pasien asma yang telah mendapat
steroid inhalasi dosis tinggi danagonis β2 kerja panjang namun masih sering
mengalami eksaserbasi dan terbukti asma karena alergi. 1,2,3
Gambar 3.3Jenjang dalam tatalaksana asma jangka panjang pada anak usia > 5 th3
17
3.2 Analisa Kasus Gizi Kurang
Dari hasil pemeriksaan antropometri didapatkan berat badan pasien,
perempuan usia 7 tahun 9 bulan adalah 17.5 kg dengan tinggi badan 114 cm.
Berdasarkan kurva CDC-2000, didapatkan hasil height age 6 tahun, berat badan
ideal 20 kg, berat badan menurut umur 70% dan tinggi badan menurut umur 90%
Asuhan Nutrisi Pediatrik dilakukan untuk anak sehat maupun anak sakit.
Pada anak sehat, ANP ditujukan untuk menunjang pencapaian tumbuh kembang
yang optimal, pada pasien rawat jalan agar tidak terjadi gagal tumbuh, sedangkan
pada pasien rawat inap untuk mencegah terjadinya malnutrisi rumah sakit (MRS)
yakni penurunan berat badan selama perawatan di rumah sakit, yang disebabkan
18
oleh ANP yang tidak memadai. Adapun langkah-langkah asuhan nutrisi pediatrik
sebagai berikut:5
1. Assasment
Penentuan status gizi dengan kurva WHO untuk anak usia dibawah 5
tahun dan kurva CDC untuk anak diatas usia 5 tahun.5 Pada pasien ini digunakan
kurva CDC dan didapatkan berat badan menurut tinggi badan 87% dengan
interpretasi gizi kurang.
Gambar 3.4 Penentuan Status Gizi Berdasarkan Waterlow, WHO 2006 dan CDC
20005
2. Penentuan Kebutuhan
Pada pasien ini termasuk kondisi sakit kritis (non critical illness) dalam
kategori gizi kurang. Kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan berat badan ideal
dikalikan EER menurut usia tinggi. Pada pasien didapatkan hasil kebutuhan kalori
sebanyak 1.240 – 1.540 kkal/ hari dan kebutuhan protein sebanyak 22 gr/ hari.
HA 6
thaunHA
HA
19
Gambar 3.5 Estimated Energy Reguirement (EER) for Pediatric Patient (non-
Criticall Ill)
20
5. Pemantauan dan Evaluasi
Meliputi pemantauan terhadap akseptabilitas atau penerimaan makanan,
dan toleransi (reaksi simpang makanan). Reaksi simpang yang dapat terjadi pada
pemberian enteral antara lain adalah mual, muntah, konstipasi dan diare. Pada
pemberian parenteral dapat terjadi reaksi infeksi, metabolik dan mekanis. Selain
itu, diperlukan pemantauan efektivitas berupa monitoring pertumbuhan.5
21
BAB V
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23