Anda di halaman 1dari 156

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Ilmu Komunikasi Skripsi Sarjana

2014

Konsep Diri Dalam Komunikasi


Antarpribadi (Studi Kasus pada Anggota
Language and Cultural Exchange Medan)

Simanungkalit, Rico

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3195
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

(Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan)

SKRIPSI

RICO SIMANUNGKALIT
100904069

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara


KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

(Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana


Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

RICO SIMANUNGKALIT

100904069

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di
kemudian hari saya terbukti melakukan pelangaran (plagiat) maka saya
bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : RICO SIMANUNGKALIT


NIM : 100904069
Tanda Tangan : …………………………….
Tanggal : 14 Juli 2014

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : RICO SIMANUNGKALIT

NIM : 100904069

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI


(Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange
Medan)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : (…………………………..)

Penguji : (…………………………..)

Penguji Utama : (…………………………..)

Ditetapkan di : Medan

Tanggal : Juli 2014

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai,
membimbing, dan memberkati saya setiap saat selama proses penulisan skripsi
ini. Atas berkat dan kasih-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi (Studi Kasus pada Anggota
Language and Cultural Exchange Medan)”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih juga saya persembahkan secara khusus kepada kedua
orang tua yang selalu mendukung saya yaitu Bapak R. Simanungkalit dan Ibu C.
Hutasoit serta ketiga adik kandung saya, Paskah Simanungkalit, Indra
Simanungkalit, dan David Simanungkalit atas doa, dukungan materi dan moril
yang diberikan untuk memotivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara beserta seluruh jajarannya.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Program
Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara sekaligus Dosen Wali saya yang telah memberikan
bimbingan kepada saya selama menjalani perkuliahan di Ilmu Komunikasi
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Dayana, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu Mazdalifah, M.Si, Ph.D, selaku dosen pembimbing, terima kasih atas
waktu, tenaga dan semua pikiran serta masukan yang telah diberikan
dengan sabar untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Para dosen dan staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara khususnya dari Departemen Ilmu Komunikasi atas ilmu
dan pengalaman hidup yang dibagikan selama masa perkuliahaan.

Universitas Sumatera Utara


6. Seluruh staff Departemen Ilmu Komunikasi dan Bagian Pendidikan yang
telah membantu dalam proses administrasi.
7. Para informan dalam penelitian ini, Okta Rezeki Ulpani, Guruh
Qurniartha, Josephine Fiona, Karina Pratiwi, Ramadhani, Roulina M.F
Siboro, Mayliska, dan Rifanny Alfiandi yang telah bersedia memberikan
waktu, tenaga, dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
8. Sahabat saya, Klinton M. Aritonang dan Dewi Veronica Silitonga, dan
seluruh teman-teman komunikasi terkhusus angkatan 2010 yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya untuk
mengajari dan dorongan semangat kepada saya.
9. Semua pihak yang secara tidak sadar juga telah ikut membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini, saya ucapkan banyak terima kasih.
Saya menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
dengan segala kerendahan hati saya berharap pembaca dapat memberikan saran
dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini serta
memperdalam pengetahuan dan pengalaman saya. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, 14 Juli 2014


Peneliti,

Rico Simanungkalit

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Nama : RICO SIMANUNGKALIT
NIM : 100904069
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Sumatera Utara
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non exclusive
Royalty – Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada


Anggota Language and Cultural Exchange Medan)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada tanggal : 14 Juli 2014
Yang Menyatakan,

RICO SIMANUNGKALIT

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi, sebuah studi
kasus tentang peran konsep diri dalam komunikasi antarpribadi pada anggota
Language and Cultural Exchange Medan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jenis konsep diri, bentuk komunikasi antarpribadi, dan peran konsep
diri dalam komunikasi antarpribadi anggota Language and Cultural Exchange
Medan. Adapun metode yang digunakan yaitu studi kasus yang menguraikan serta
menjelaskan secara menyeluruh dan mendalam suatu peristiwa secara sistematis
dengan memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan
mempelajarinya sebagai suatu kasus. Teori-teroi yang digunakan adalah Psikologi
Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, dan Konsep Diri. Informasi diperoleh
melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap delapan anggota Language
and Cultural Exchange Medan yang pernah menjadi fasilitator dalam kelas student
leads discuss sebagai informan dan satu orang anggota Language and Cultural
Exchange Medan yang merupakan teman dari salah satu informan sebagai
informan tambahan. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa tujuh informan
anggota Language and Cultural Exchange Medan memiliki konsep diri positif,
sedangkan satu orang informan memiliki konsep diri negatif. Penelitian juga
menemukan bahwa delapan informan anggota Language and Cultural Exchange
Medan memiliki komunikasi antarpribadi yang efektif. Konsep diri yang positif
ini memiliki peran sangat besar dalam menghasilkan komunikasi antarpribadi
yang efektif anggota Language and Cultural Exchange Medan.

Kata Kunci: konsep diri, komunikasi antarpribadi, studi kasus

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The study is titled Self Concept in Interpersonal Communication, a case studies


on the role of self-concept in interpersonal communication on member of
Language and Cultural Exchange Medan. The aims of this study are to determine
the type of self-concept, forms of interpersonal communication, and the role of
self-concept in interpersonal communication on Language and Cultural Exchange
Medan members. The method used in this research is the study case that
describes and explains a thorough and in-depth events systematically with focus
intensively against a particular object studied as a case. Theories used are
Psychology Communication, Interpersonal Communication, and Self-Concept.
Information was obtained through observation and depth- interview against eight
members of Language and Cultural Exchange Medan that ever as facilitator in
the student leads discuss classroom as informants and one member of Language
and Cultural Exchange terrain constitute friend of one of the informants as
additional informant. Based on this study, found that seven informants member of
Language and Cultural Exchange Medan have the positive self-concept, while one
informant has a negative self-concept. Research also found that eight informants
member of Language and Cultural Exchange Medan has effective interpersonal
communication. The self-concept on this research has a very large positive role in
generating effective interpersonal communication of Language and Cultural
Exchange Medan member.

Keywords: self concept, interpersonal communication, case study

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah .................................................................................... 1
1.2 Fokus Masalah ........................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Paradigma Kajian .................................................................................... 6
2.2 Kajian Pustaka......................................................................................... 7
2.2.1 Psikologi Komunikasi .............................................................. 7
2.2.2 Komunikasi Antarpribadi ......................................................... 9
2.2.3 Konsep Diri .............................................................................. 14
2.3 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 23
2.3 Model Teoretik ........................................................................................ 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian .................................................................................. 26
3.2 Objek Penelitian ..................................................................................... 28
3.3 Subjek Penelitian..................................................................................... 28
3.4 Kerangka Analisis ................................................................................... 29
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 30
3.5.1 Penentuan Informan ................................................................. 31
3.5.2 Keabsahan Data........................................................................ 32
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil ....................................................................................................... 34
4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian............................................. 34
4.1.2 Profil Informan ......................................................................... 37
4.1.3 Hasil Pengamatan dan Wawancara .......................................... 47
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 82

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 88
5.2 Saran........................................................................................................ 88

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Model Teoritik 25

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Profil Informan 46

4.2 Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi 74

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

- Surat Izin Penelitian


- Pedoman wawancara informan
- Hasil wawancara
- Dokumentasi penelitian
- Biodata peneliti
- Daftar bimbingan skripsi

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah
Komunikasi merupakan suatu hal yang penting bagi manusia dalam
menjalani kehidupan sosialnya. Manusia memiliki akal pikiran dan kemampuan
berinteraksi secara personal dalam membangun hubungan antara sesama manusia,
maupun membangun hubungan sosial dengan masyarakat dalam lingkungan
interaksi masing-masing. Individu dapat membuat dirinya tidak merasa terasing
atau terisolasi dari lingkungan di sekitarnya dengan berkomunikasi. Melalui
komunikasi, individu juga dapat menyampaikan apa yang ada di dalam benak
pikirannya dan perasaan hati nuraninya kepada individu lainnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Komunikasi antar individu dalam kehidupan
sosial ini kita kenal sebagai komunikasi antarpribadi.
Komunikasi merupakan sarana bagi pembentukan atau pengembangan
pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi manusia tumbuh dan belajar,
manusia menemukan pribadinya dan orang lain, bergaul, bersahabat, bermusuhan,
mencintai atau mengasihi orang lain, membenci orang lain, dan sebagainya.
Komunikasi yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari terjadi dalam
beberapa bentuk, seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil,
komunikasi publik dan komunikasi massa.
Komunikasi merupakan keharusan bagi manusia dalam rangka membentuk
atau melakukan pertukaran informasi termasuk secara pribadi, baik berupa
gagasan, ide, atau pendapat diri. Tujuannya adalah membangun kesamaan
pandangan secara pribadi, sebagai pemenuhan kebutuhan, serta membangun
kepuasan komunikasi secara tatap muka dan lebih bersifat pribadi antar mereka
yang berkomunikasi.
Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam
bukunya “The Interpersonal Communication Book” (Devito, 1989:4) sebagai:
“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara
sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik
seketika.” Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah
sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa

Universitas Sumatera Utara


percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan
komunikan ketika itu juga (Mulyana, 2005:73).
Peneliti dalam penelitian ini mengambil sebuah kasus pada lembaga LCE
(Language and Cultural Exchange) Medan. LCE Medan adalah sebuah lembaga
kursus bahasa inggris non formal yang beralamat di Jl. Sei Batang Serangan 17/76
Pringgan Medan. Lembaga ini didirikan oleh Yayasan Nexus. LCE telah aktif
beroperasi sebagai salah satu lembaga kursus bahasa inggris sejak Juni 2009.
Sistem pengajaran yang diterapkan di LCE sendiri lebih memfokuskan diri
pada latihan (practice), tidak seperti tempat kursus bahasa inggris lainnya yang
lebih mengutamakan kebahasaan (structure & grammar). Sistem ini
diimplementasikan lewat beragam kelas dan kegiatan yang dapat diikuti secara
bebas oleh para anggotanya. Kelas dan kegiatan yang dimaksudkan, antara lain :
discussion class, seminar, movie night, english improvement days, film project,
games, dan banyak lagi kegiatan lainnya.
Salah satu yang paling menarik di sini adalah adanya kelas student leads
discuss. Ini adalah kelas dimana pengajar memberi kesempatan kepada para
anggota (bergantian setiap minggunya) untuk memimpin kelas sebagai fasilitator
dan menentukan sendiri tema yang akan dibahas dalam diskusi saat itu. Selama
berlangsungnya kelas, fasilitator ini dituntut untuk memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik dengan anggota lain guna mengakomodir setiap diskusi
yang akan berlangsung sehingga kelas dapat berjalan dengan baik.
Pengajar di LCE Medan terdiri dari beberapa native speaker (untuk saat ini
tidak tersedia) dan para pengajar pribumi. Keanggotaan di LCE Medan bersifat
tahunan dimana para anggotanya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
Sebagian besar adalah mahasiswa-mahasiswi dari berbagai kampus yang ada di
kota Medan, namun ada juga beberapa dari mereka yang telah bekerja. Syarat
untuk masuk menjadi anggota LCE Medan adalah membayar uang pendidikan
sebesar Rp 600.000/tahun. Jumlah anggota yang teregistrasi sebagai anggota LCE
Medan untuk tahun 2014 adalah 92 orang (36 orang laki-laki dan 56 orang
perempuan).
Kegiatan yang dilaksanakan di LCE bersifat non formal sehingga terkesan
lebih akrab dan interaktif, baik saat kegiatan di dalam kelas maupun kegiatan-

Universitas Sumatera Utara


kegiatan di luar kelas. Para pengajar beserta anggota biasanya akan berbaur
menjadi kelompok-kelompok diskusi kecil, bermain game berbahasa inggris, atau
bahkan sekedar sharing satu sama lain saat sedang tidak mengikuti kelas sehingga
bisa dikatakan ada banyak komunikasi interpersonal secara akrab dan hangat yang
terjadi di LCE Medan. Bahkan, komunikasi interpersonal mereka tidak hanya
sampai di sini, para anggota LCE Medan tidak jarang menunjukkan kedekatan
mereka lewat kegiatan hang out di luar lokasi LCE Medan, seperti makan bersama
atau menonton bersama. Berdasarkan pada fenomena-fenomena yang terlihat, bisa
dikatakan para anggota LCE Medan memiliki komunikasi antarpribadi yang
efektif.
Devito (Liliweri, 1991:13) memberikan ada 5 (lima) ciri-ciri komunikasi
antarpribadi, untuk memudahkan atau memperjelas pengertiannya, seperti : 1.
Openness (keterbukaan), 2. Emphaty (empati), 3. Supportiveness (dukungan), 4.
Positiveness (rasa positif), 5. Equality (kesamaan). Kelima ciri-ciri ini oleh
Herdiyan Maulana dan Gumgum Gumelar dalam bukunya “Psikologi Komunikasi
dan Persuasi” (2013,97) disebut lima kualitas umum dalam efektivitas komunikasi
antarpribadi.
Berangkat dari asumsi awal bahwa para anggota LCE Medan memiliki
komunikasi antarpribadi yang efektif, ditambah hampir semua kegiatan yang
mereka lakukan mengutamakan komunikasi dengan bahasa inggris yang
membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi, kemudian apakah yang menyebabkan
hal ini bisa terjadi? Apakah ini ada kaitannya dengan pemahaman akan diri
(konsep diri) yang dimiliki oleh masing-masing anggota LCE Medan?.
Manusia tidak hanya berperan menanggapi orang lain ketika berkomunikasi
tetapi juga berusaha mempersepsi dirinya. Diri individu di sini bukan hanya
sebagai persona penanggap, tetapi persona stimuli sekaligus. Artinya individu
menjadi subjek dan objek persepsi sekaligus.
Menurut Charles Horton Cooley, manusia melakukannya dengan
membayangkan dirinya sebagai orang lain; dalam benaknya. Cooley menyebut
gejala ini looking-glass self (diri cermin); seakan-akan individu menaruh cermin
di depannya. Pertama, individu membayangkan dirinya tampak pada orang lain;
individu melihat sekilas dirinya seperti dalam cermin. Misalnya, individu merasa

Universitas Sumatera Utara


wajahnya jelek. Kedua, individu membayangkan bagaimana orang lain menilai
penampilannya. Individu berpikir orang lain menganggapnya tidak menarik.
Ketiga, individu mengalami perasaan bangga atau kecewa; orang mungkin merasa
sedih atau malu (Vander Zanden, 1975:79).
Hasil pengamatan diri sendiri hingga menemukan gambaran dan penilaian
diri inilah yang kemudian disebut sebagai konsep diri. Wiiliam D. Brooks
mendefenisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological
perceptions of ourselves that we have derived from experiences and aour
interaction with others”. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita
tentang diri kita (Jalaluddin Rakhmat, 2005:99).
Konsep diri ini dipakai dalam komunikasi antarpribadi sehari-hari. Manusia
akan melakukan perilaku (komponen afektif) berdasarkan pemahaman akan
dirinya (komponen kognitif), seperti ungkapan bijak yang mengatakan “you are
what you think”. Perilaku manusia dipengaruhi oleh konsep diri, maka hal ini
akan berdampak secara langsung dengan pola perilaku individu di dalam
komunikasi antarpribadi.
Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Psikologi Komunikasi” (2005:105)
mengatakan, “sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas
konsep diri Anda; positif atau negatif”. Konsep diri positif akan menciptakan pola
perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi
yang lebih cermat, dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang
lain menafsirkan kita dengan cermat pula (Jalaluddin Rakhmat, 2005:107).
Mengacu pada sebelas karakteristik orang yang mempunyai konsep diri
menurut D.E. Hamacek (Jalaluddin Rakhmat, 2005:106), dan Jalaluddin Rakhmat
dalam bukunya “Psikologi Komunikasi” ( 2005:107) yang mengatakan bahwa:
“pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang
sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri
kita”, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimanakah konsep diri
dalam komunikasi antarpribadi pada anggota LCE Medan?

Universitas Sumatera Utara


1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus
masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah konsep diri dalam
komunikasi antarpribadi pada anggota LCE Medan?”.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis konsep diri yang dimiliki anggota LCE Medan.
2. Untuk mengetahui komunikasi antarpribadi anggota LCE Medan.
3. Untuk mengetahui peran konsep diri dalam komunikasi antarpribadi pada
anggota LCE Medan.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
dalam bidang komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan
pengetahuan peneliti maupun mahasiswa lainnya mengenai konsep diri
dalam komunikasi antarpribadi.
3. Secara praktik, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
memahami konsep diri dan komunikasi antarpribadi bagi pihak terkait.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Kajian
Penelitian pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan suatu
kebenaran atau untuk lebih mudah membenarkan kebenaran. Usaha untuk mencari
kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti maupun para praktisi melalui
model-model tertentu. Model-model tertentu biasanya disebut dengan paradigma
(Moleong, 2009).
Paradigma bukanlah teori-teori, namun lebih merupakan cara pandang atau
pola-pola untuk penelitian yang diperluas dan dapat menuju pembentukan suatu
teori. Setiap penelitian memerlukan paradigma teori dan model teori sebagai dasar
dalam menyusun kerangka penelitian. Menurut Sandjaya (2007:5) “Paradigma
adalah pandangan dalam kepercayaan yang telah diterima dan disepakati bersama
oleh masyarakat ilmuwan berkaitan dengan suatu keilmuan”.
Penelitian kualitatif lebih menempatkan “teori” pada garis yang digunakan
di bidang sosiologi dan antropologi dan mirip dengan istilah paradigma (Ritzer,
dalam Bogdan & Biklen, 1982). Paradigma adalah kumpulan tentang asumsi,
konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti (Alsa, 2010).
Harmon dalam Moleong (2009), mendefinisikan paradigma sebagai cara
mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan
dengan sesuatu yang secara khusus tentang visi realitas. Baker dalam Moleong
(2009), mendefinisikan paradigma sebagai seperangkat aturan yang melakukan
dua hal yaitu: hal itu membangun atau mendefinisikan batas-batas dan hal itu
menceritakan bagaimana seharusnya melakukan sesuatu di dalam batas-batas itu
agar bisa berhasil.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
konstruktivis. Pendekatan ini termasuk dalam post-positivisme interpretif, tetapi
memiliki kekhususan. Kekhususan yang dimaksud adalah peneliti lebih memiliki
kebebasan dalam mengarahkan dan menggambarkan fenomena yang diteliti
seseuai keinginan peneliti.
Konstruktivis dan interpretif menolak objektivitas. Objektivitas sebagaimana
dianut oleh positivis mengakui adanya fakta, adanya realitas empirik, sedangkan

Universitas Sumatera Utara


konstruktivis berpendapat bahwa yang ada adalah pemaknaan tentang di luar diri
yang dikonstruk, empirical constructed facts (Adian, 2002:27).
Ilmu dan kebenaran dibangun, sifatnya pluralistik dan plastis. Pluralistik
karena realitas dapat diekspresikan dengan beragam simbol dan beragam sistem
bahasa. Plastis karena realitas itu tersebar dan terbentuk sesuai dengan tindakan
perilaku manusia yang berkepentingan. Konstruktivis menawarkan fungsi
instrumental dan fungsi praktis dalam mengkonstruk pengetahuan untuk
menggantikan teori ilmu. Para konstruktivis adalah anti esensialis dan berasumsi
bahwa self evidence apapun itu merupakan produk praktik diskursus yang sangat
kompleks.
Konstruksi personal diatur atau diorganisasi ke dalam skema interpretatif
yang akan mengidentifikasi suatu objek dan menempatkan objek itu ke dalam
suatu kategori. Peneliti juga dapat merasakan suatu peristiwa dengan
menempatkannya ke dalam kategori yang lebih besar dengan skema interpretatif
ini. Skema interpretatif ini berkembang seiring dengan tingkat kedewasaan
bersifat lebih kompleks dan spesifik.

2.2 Kajian Pustaka


Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti
buku, journal paper, artikel, disertai, tesis, skripsi, hand outs, laboratory manual,
dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal. Semua
referensi yang tertulis dalam kajian pustaka harus dirujuk di dalam skripsi.
Peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitiannya
dengan adanya kajian pustaka. Teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian
ini adalah: Psikologi Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, dan Konsep Diri.
2.2.1 Psikologi Komunikasi
Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman
kesadaran manusia. Komunikasi memang dibesarkan oleh para peneliti psikologi
dalam sejarah perkembangannya. Bapak Ilmu Komunikasi yang disebut Wilbur
Schramm adalah sarjana psikologi. Psikologi menukik ke dalam proses yang
mempengaruhi perilaku dalam komunikasi, membuka ”topeng-topeng”, dan
menjawab pertanyaan ”mengapa”. Psikologi melihat komunikasi sebagai prilaku

Universitas Sumatera Utara


manusiawi, menarik, dan melibatkan siapa saja dan di mana saja. Psikologi
menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, pada
peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi, dalam proses saling pengaruh di
antara berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara organisme.
Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat sehingga setiap orang yang
belajar tentang manusia harus juga mempertimbangkannya sebagai kajian.
Komunikasi telah ditelaah dari berbagai segi : antropologi, biologi, ekonomi,
sosiologi, linguistik, psikologi, politik, matematik, enginereering, neurofisiologi,
filsafat, dan sebagainya. Sosiologi mempelajari komunikasi dalam konteks
interaksi sosial, dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Colon Cherry (1964)
mendefinisikan komunikasi sebagai “Usaha untuk membuat suatu satuan sosial
dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama
serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan”.
Psikologi juga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi
terutama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba
menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku manusia
itu. Sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, filsafat pada hubungan
manusia dengan realitas lainnya, dan psikologi pada perilaku individu komunikan.
Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi :
Penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of stimuli), proses yang
mengantarai stimuli dan respon (internal meditation of stimuli), prediksi respon
(prediction of response), dan peneguhan respon (reinforcement of responses).
Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon yang terjadi pada masa lalu
dapat meramalkan respon yang terjadi pada masa yang akan datang.
George A.Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya :
Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental
and behavioral event. Psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha
menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan persistiwa mental dan behavioral
dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah “internal meditation of stimuli”,
sebagai akibat berlangsungya komunikasi.
Komunikasi adalah peristiwa sosial – peristiwa yang terjadi ketika
manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Peristiwa sosial secara psikologis

Universitas Sumatera Utara


membawa asumsi pada psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial adalah juga
pendekatan psikologi komunikasi karena memiliki pendekatan yang sama kepada
manusia sebagai individu dalam interaksinya.
2.2.2 Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar orang-orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.
Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab peserta komunikasi.
Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada
jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan
mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap
orang dalam komunikasi interpersonal bebas mengubah topik
pembicarannya, kenyataannya komunikasi interpersonal bisa didominasi
oleh suatu pihak kapanpun. Komunikasi interpersonal berperan penting
hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi.
Kenyataannya, komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih
akrab dengan sesamanya (Mulyana, 2005:81).
Menurut Effendi (dalam Liliweri, 1991:12) komunikasi antar pribadi
adalah komunikasi antara seorang komunikator dan seorang komunikan. Jenis
komunikasi tersebut dianggap efektif dalam merubah sikap, pendapat, atau
perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. Komunikasi antarpribadi ini
biasanya dilakukan secara tatap muka.
Barnlud (dalam Liliweri, 1991:12) menyatakan komunikasi antar pribadi
biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua atau tiga orang atau empat
orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur. Proses pelaksanaan
komunikasi antar pribadi tidak perlu adanya perencanaan (terjadi secara spontan)
dan dapat mudah terjadi diantara orang – orang yang bertemu. Menurut Tan
(dalam Liliweri, 1991:12) mengemukakan komunikasi antar pribadi adalah
komunikasi tatap muka antara dua atau lebih orang.
Berdasarkan definisi yang dibuat para ahli tersebut komunikasi antar
pribadi terjadi secara spontan, tatap muka dan dialogis memungkinkan terjadinya
kontak langsung. Oleh sebab itu, bentuk komunikasi ini dianggap ampuh untuk
mengubah sikap, pandangan dan perilaku orang lain. Situasi tatap muka dan
terjadi kontak langsung memungkinkan komunikator untuk menguasai situasi
komunikasi yang sedang berlangsung. Komunikan juga mengetahui dengan pasti
apakah pesan – pesan yang disampaikannya itu diterima dengan baik ataupun di

Universitas Sumatera Utara


tolak, berdampak positif maupun negatif. Jika tidak diterima, maka komunikator
bisa mendapatkan respon pertanyaan balik dari komunikan.
Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam
bukunya “The Interpersonal Communication Book” (Devito, 1989:4) sebagai:
“Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara
sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik
seketika.”
Komunikasi antarpribadi bila dibandingkan dengan bentuk komunikasi
lainnya dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini,
dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi antarpribadi
umumnya berlangsung secara tatap muka, sehingga terjadi kontak pribadi. Ketika
pesan disampaikan, umpan balik berlangsung seketika. Artinya, komunikator
dapat mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan pada
saat itu juga, misalnya melalui ekspresi wajah (Effendy, 2003:60-63).
Berdasarkan batasan komunikasi antarpribadi dari Devito, maka dapat
dilihat elemen-elemen apa saja yang terkandung di dalamnya, yaitu :
1. Pesan
Pesan adalah semua bentuk komunikasi baik verbal maupun non verbal.
Bentuk pesan dapat bersifat :
a. Informatif : memberi keterangan dan komunikan membuat persepsi
sendiri.
b. Persuasif : bujukan untuk membangkitkan pengertian, kesadaran,
sehingga terjadi perubahan pada perdapat atau sikap.
c. Koersif : memaksa dengan ancaman sanksi, biasanya berbentuk
perintah.
2. Orang-Orang atau Sekelompok Kecil Orang-Orang
Orang-orang atau sekelompok kecil orang-orang adalah apabila seseorang
berkomunikasi, paling sedikit akan melibatkan dua orang, tapi mungkin
juga akan melibatkan sekelompok kecil orang.
3. Penerimaan Pesan (Komunikan)

Universitas Sumatera Utara


Penerimaan ialah bahwa dalam suatu komunikasi antarpribadi, tentu
pesan-pesan yang dikirimkan oleh seseorang harus dapat diterima oleh
orang lain.
4. Efek
Beberapa efek tentu akan terjadi di dalam suatu komunikasi. Efek
mungkin berupa suatu persetujuan mutlak atau ketidaksetujuan mutlak,
atau mungkin berupa pengertian mutlak atau ketidakmengertian mutlak
pula.
5. Adanya Umpan Balik
Umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali oleh si penerima, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja. Apabila komunikasi itu tatap muka,
maka umpan balik bisa berupa kata-kata, kalimat, gerakan mata, senyum,
anggukan kepala atau gelengan kepala.
Jody C. Pearson mengemukakan enam karakteristik komunikasi
antarpribadi sebagai berikut:
1. Komunikasi antarpribadi dimulai dalam diri pribadi / self.
2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional.
3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-sapek isi pesan dan hubungan
antarpribadi.
4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara
pihak-pihak yang berkomunikasi.
5. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung
satu dengan yang lainnya (interdependen) dalam komunikasi.
6. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang (irreversible)
(Riswandi, 2013:66).

Ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang efektif menurut Herdiyan Maulana


dan Gumgum Gumelar dalam bukunya “Psikologi Komunikasi dan Persuasi”,
yaitu adanya keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesamaan makna
(2013,97).
1. Keterbukaan (openness)
Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau
gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa

Universitas Sumatera Utara


takut atau malu, kedua-duanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-
masing.
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka
kepada orang lain yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang
lain harus dengan segera membukakan riwayat hidupnya. Memang ini mungkin
menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator
untuk berinteraksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,
tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang
menjemukan. Individu ingin orang lain berinteraksi secara terbuka terhadap apa
yang dia ucapkan. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidakacuhan, bahkan
ketidaksependapatan jauh lebih baik. Keterbukaan ini ditunjukkan dengan cara
bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka
dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
dilontarkan adalah memang milik pribadi individu dan individu tersebut
bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata “saya”.
2. Empati (emphaty)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya
kepada orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang. Empati dapat dikomunikasikan baik secara verbal
maupun nonverbal. Secara nonverbal, empati dikomunikasikan dengan
memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang lain melalui ekspresi wajah
dan gerak-gerik yang sesuai ; (2) konsentrasi berpusat meliputi kontak mata,
postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik ; serta (3) sentuhan atau
belaian yang sepantasnya.
3. Dukungan (supportiveness)

Universitas Sumatera Utara


Setiap pendapat, ide, atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan
dari pihak-pihak yang berkomunikasi dengan demikian keinginan atau hasrat yang
ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu individu untuk lebih
bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan.
4. Rasa positif (positiveness)
Setiap pembicaraan yang disampaikan hendaknya mendapat tanggapan
yang positif, Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk
tidak curiga atau berprasangka yang menggangu jalinan interaksi.
5. Kesamaan (equality).
Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila
memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi dan
sebagainya. Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih pandai, lebih tampan atau cantik, atau lebih kaya daripada yang
lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal.
Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila
suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Suatu hubungan
antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih
dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai
kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan
individu menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti individu menerima pihak lain, atau
kesetaraan meminta manusia untuk memberikan “penghargaan positif tak
bersyarat kepada orang lain”.
Tujuan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi tatap muka adalah
sebagai berikut:
a. Mengenal diri sendiri dan orang lain.
b. Mengetahui dunia luar.
c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna.
d. Bermain dan mencari hiburan.
e. Membantu orang lain.

Universitas Sumatera Utara


f. Mengubah sikap dan perilaku (Lubis, 2007:138).
Komunikasi antarpribadi juga tidak terlepas dari upaya pembukaan diri.
Menurut Devito (1997:231), teori self disclosure atau pembukaan diri merupakan
proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan individu terhadap situasi yang
sedang dihadapi serta memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan
terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada
orang lain perasaan individu terhadap suatu yang telah dikatakan atau
dilakukannya, atau perasaan individu terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru
saja disaksikan.
Beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar
pribadi adalah sebagai berikut :
1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua
orang.
2. Semakin individu bersikap terbuka kepada orang lain, maka orang lain
akan menyukai individu tersebut, sehingga ia akan semakin membuka
dirinya dalam berinteraksi.
3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung
memiliki sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, terbuka, ekstrover,
fleksibel, adaptif, dan inteligen.
4. Membuka diri pada orang lain merupakan dasar relasi yang
memungkinkan komunikasi intim, baik dengan diri kita sendiri maupun
dengan orang lain.
5. Membuka diri berarti berarti bersikap realistis, maka di dalam pembukaan
diri haruslah jujur, tulus, dan autentik.
Teori Self Disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama
menjadi fokus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan merupakan
proses mengungkapkan informasi pribadi kepada orang lain dan seterusnya. Josep
Luft mengemukakan teori Self Disclosure berdasarkan pada modal interaksi
model interaksi manusia yang di sebut Johari Window. Ada 4 ruang yakni
terbuka, buta, tersembunyi, dan tidak dikenal.

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Konsep Diri
Pelaku komunikasi tidak hanya berinteraksi dengan orang lain dan dengan
objek-objek sosial; mereka juga berkomunikasi dengan diri mereka sendiri. Para
pelaku komunikasi melakukan percakapan sendiri sebagai bagian dari proses
interaksi; individu berbicara pada dirinya sendiri dan memiliki percakapan dalam
pikirannya untuk membedakan benda dan manusia. Ketika mengambil keputusan
mengenai bagaimana bertindak terhadap suatu objek sosial, manusia menciptakan
rencana tindakan yang dipandu oleh sikap atau pernyataan verbal yang
menunjukkan nilai-nilai terhadap tindakan apa yang akan diarahkan.
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan,
pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri tidak lebih dari
rencana tindakan terhadap diri sendiri, identitas, minat, keengganan, cita-cita,
ideologi, dan penilaiain diri. Konsep diri memberikan sikap-sikap yang
menguatkan karena hal tersebut bertindak sebagai kerangka referensi yang paling
umum untuk menilai objek lain. Semua rencana tindakan selanjutnya berasal dari
konsep diri.
Menurut Rogers, konsep diri merupakan konseptual yang terorganisasi dan
konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi tentang sifat-sifat dari ’diri subjek’
atau ’diri objek’ dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antar ’diri
subjek’ dan ‘diri objek’ dengan orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan
beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-persepsi ini (Lindzey & Hall,
1993;201).
Deddy Mulyana dalam bukunya “Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar”
(2007:8) mengatakan, konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita,
dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada
kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai
siapa diri kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita.
Manusia tidak pernah secara total memenuhi pengharapan orang lain
meskipun manusia berupaya berperilaku sebagaimana yang diharapkan orang lain
tersebut. Akan tetapi, ketika manusia / individu berupaya berinteraksi dengan
orang lain, pengharapan, kesan, dan citra orang lain tentang individu sangat
mempengaruhi konsep diri individu, perilakunya, dan apa yang diinginkannya.

Universitas Sumatera Utara


Orang lain itu ‘mencetak’ diri individu, dan setidaknya individu pun
mengasumsikan apa yang orang lain asumsikan mengenai dirinya. Berdasarkan
asumsi-asumsi itu, individu mulai memainkan peran-peran tertentu yang
diharapkan orang lain. Bila permainan ini menjadi kebiasaan, individu pun
menginternalisasikannya. Manusia menanamkan peran-peran itu sebagai panduan
untuk berperilaku. Manusia menjadikannya bagian dari konsep dirinya.
Beberapa defenisi konsep diri menurut beberapa para ahli yang lain,
diantaranya adalah :
1. Menurut Arndt dalam Theories of Personality, konsep diri adalah
cerminan dari tuntunan significant person terhadap diri individu
(Agustiani,2009:20).
2. Menurut William H. Fitts mengemukakan bahwa konsep diri merupakan
aspek penting dalam diri seseorang karena konsep diri seseorang
merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Fitts
mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi
terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk
abstraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu kesadaran diri dan
kemampuan terhadap dunia di luar dirinya. Fitts juga mengatakan bahwa
konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang
(Agustiani,2009:138-139).
3. Menurut William D. Brooks (Rakhmat,1991:99) mendefenisikan konsep
diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of
ourselves that we have derived from experiences and our interactions with
others”. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri
kita.
4. Menurut Anita Taylor (Rakhmat,1991:100) mendefenisikan konsep diri
sebagai “all you think and feel about you, the entire complex of beliefs and
attitudes you hold about yourself”.
5. Menurut Goss dan O’Hair (Sobur,2010:507) mendefenisikan konsep diri
sebagai acuan bagaimana cara Anda menilai diri Anda sendiri, seberapa
besar Anda berpikir bahwa diri Anda berharga sebagai seseorang.

Universitas Sumatera Utara


6. Menurut Rogers (Sobur,2010:507), mendefenisikan konsep diri sebagai
bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan,
yaitu “aku” merupakan pusat referensi setiap pengalaman.
Rom Harre menguraikan konsep diri sendiri dengan menggunakan tiga
elemen yang membentuknya: kesadaran, perantara, dan riwayat hidup
(Littlejohn,2011:123). Individu dapat membentuk dirinya sendiri dan
menghadirkan dirinya kepada orang lain sebagai sebuah identitas yang saling
berhubungan dengan cara-cara interaksi interpersonal dan intrapersonal. Pertama,
ada pemahaman tentang kesadaran. Artinya adalah individu memiliki kemampuan
untuk melakukan objektivitas terhadap dirinya sendiri - untuk keluar dan
memikirkan dirinya sendiri seperti yang diamati oleh orang lain. Individu
merupakan yang mengetahui dan juga yang diketahui. Kesadaran merupakan
dimensi diri sendiri yang sangat berhubungan dengan keadaan saat ini karena
ketika individu menyadari dirinya bergerak melalui ruang dan waktu, individu
menggunakan persepsi, pengalaman, dan interaksi untuk menjalani tempatnya di
dunia ini.
Dimensi kedua, selain kesadaran akan diri sendiri, konsep diri sendiri
terdiri dari apa yang disebut sebagai riwayat hidup. Riwayat hidup terdiri atas
ingatan-kenangan, keyakinan, atau pemahaman mengenai apa yang terjadi di masa
lalu yang terbiasa menafsirkan pengalaman-pengalaman saat ini dan masa depan.
Riwayat hidup atau sejarah seseorang merupakan sebuah susunan sosial, sama
seperti kesadran saat ini mengenai diri sendiri.
Dimensi ketiga adalah perantara tentang diri sendiri dan lebih
berhubungan dengan kejadian di masa depan. Perantara lebih terlihat ketika
individu bermaksud untuk melakukan sesuatu. Individu mengeluarkan susunan-
susunan di masa lalu untuk menunjang ketika individu membuat pemahaman
mengenai apa yang dipikirkan dan dirasakan pada saat ini serta kedua hal tersebut
memandu pemahamannya tentang perantara masa depan.
Ada tiga alasan pentingnya konsep diri dalam menentukan perilaku :
a. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keseluruhan
batin. Apabila timbul perasaan, pikiran dan persepsi yang tidak seimbang
atau saling bertentangan satu sama lain, maka akan terjadi situasi

Universitas Sumatera Utara


psikologis yang tidak menyenangkan. Individu akan mengubah
perilakunya untuk menyeimbangkan dan menghilangkan ketidakselarasan
tersebut.
b. Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya akan
mempengaruhi individu dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah
kejadian akan ditafsirkan berbeda antara individu yang satu dengan
individu lainnya dikarenakan masing-masing individu mempunyai sikap
dan pandangan yang berbeda terhadap dirinya.
c. Konsep diri menentukan pengharapan individu. Pengharapan ini
merupakan inti dari konsep diri. Sikap dan pandangan negatif terhadap
kemampuan diri akan menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi
untuk mencapai prestasi yang gemilang (Clara R Pudjijogyanti,1995:5).
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah
others images, orang lain, budaya, serta mengevaluasi pikiran dan perilaku diri
sendiri (Devito,2009:55).
1. Others Images
Menurut Charles Horton Cooley, others images merupakan orang yang
mengatakan siapa Anda, melihat citra diri Anda dengan mengungkapkannya
melalui perilaku dan aksi. Konsep diri seseorang dibentuk karena adanya orang-
orang yang paling penting dalam hidup seseorang seperti orang tua. Menurut D.H.
Demo menekankan pada maksud bahwa konsep diri dibentuk, dipelihara,
diperkuat, dan/atau diubah oleh komunikasi para anggota keluarga. Mereka itulah
yang disebut sebagai significant others (Budyatna,2011:169).
Significant others yang dimaksud merupakan orangtua. Orangtua adalah
faktor utama yang membentuk dan mengembangkan konsep diri seorang anak.
Significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran,
dan perasaan individu dalam perkembangannya. Mereka mengarahkan tindakan
individu, membentuk pikirannya dan menyentuhnya secara emosional.
2. Orang lain
Gabriel Marcel menulis tentang peranan orang lain dalam memahami diri,
”The fact is that we can understand ourselves by starting from the other, or from
others, and only by starting from them”. Manusia mengenal dirinya dengan

Universitas Sumatera Utara


mengenal orang lain terlebih dahulu. Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan
bahwa jika individu diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan
dirinya, individu akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya.
Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkannya, menyalahkannya dan
menolaknya, individu akan cenderung tidak akan menyenangi dirinya.
Manusia mencoba menghimpun penilaian semua orang yang pernah
berhubungan dengannya ketika tumbuh menjadi dewasa. Sebagai contoh, Minah
memperoleh informasi tentang dirinya dari kedua orang tuanya dan orang di
sekitarnya bahwa Minah anak yang pintar. Minah berpikir, “Saya pintar”. Ia
menilai dirinya dari persepsi orang lain.
Richard Dewey dan W.J. Humber menamai orang lain sebagai affective
others, dimana orang lain yang mengenal individu mempunyai ikatan emosional.
Secara perlahan-lahan dari merekalah terbentuk konsep diri individu melalui
senyuman, pujian, penghargaan, pelukan yang menyebabkan individu menilai
dirinya secara positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan, membuat kita memandang
dirinya secara negatif.
Pandangan diri individu tentang keseluruhan pandangan orang lain
terhadap dirinya disebut generalized others. Konsep ini berasal dari George
Herbert Mead. Memandang diri sendiri seperti orang lain memandangnya, berarti
mencoba menempatkan diri sendiri sebagai orang lain. Contohnya : bila Saya
seorang Ibu, bagaimanakah Ibu memandang Saya?.
3. Budaya
Konsep diri seseorang dibentuk melalui penanaman keyakinan, nilai,
agam, ras, dan sifat nasional lewat orang tua, pendidikan, dan latar belakang
budaya. Contohnya, ketika seseorang mempunyai latar belakang budaya yang baik
dan memiliki etika maka orang tersebut memiliki konsep diri positif.
4. Mengevaluasi pikiran dan perilaku diri sendiri.
Konsep diri terbentuk karena adanya interpretasi dan evaluasi dari perilaku
diri sendiri berdasarkan apa yang dilakukan, bagaimana perilaku orang tersebut.
Konsep diri yang positif akan berkembang jika seseorang
mengembangkan sifat-sifat yang berkaitan dengan ‘good self esteem’,
‘good self confidence’, dan kemampuan melihat diri secara realistik. Sifat-
sifat ini memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain
secara akurat dan mengarah pada penyesuaian diri yang baik. Seseorang

Universitas Sumatera Utara


dengan konsep diri yang positif akan terlihat optimis, penuh percaya diri
dan selalu bersikap positip terhadap segala sesuatu. Sebaliknya konsep diri
yang negatif akan muncul jika seseorang mengembangkan perasaan rendah
diri, merasa ragu, kurang pasti serta kurang percaya diri. Seseorang
dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang
bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak
kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan tidak memiliki
daya tarik terhadap hidup (Hurlock,1978:238).
Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa konsep diri merupakan
persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri secara menyeluruh. Konsep diri
terbentuk dari hasil interaksinya dengan orang lain, pengalaman-pengalamannya,
dan situasi lingkungannya. Konsep diri ini penting dalam mengarahkan interaksi
seseorang dengan sekitarnya, yang mana di sisi lain juga mempengaruhi
pembentukan konsep diri orang tersebut.
Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Komunikasi
Interpersonal”, ada pengaruh konsep diri pada komunikasi antarpribadi, yaitu
nubuat yang dipenuhi sendiri, membuka diri, percaya diri, dan selektivitas
(2005:104).
1. Nubuat yang Dipenuhi Sendiri
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat
mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Kecenderungan untuk bertingkah
laku sesuai dengan konsep diri disebut sebagai nubuat yang dipenuhi
sendiri. Sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas
konsep diri: positif atau negatif (Jalaluddin Rakhmat, 2005:104).
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert, ada 5 tanda orang yang
memiliki konsep diri negatif,yaitu peka pada kritik, responsif sekali terhadap
pujian, hiperkritis terhadap orang lain, merasa tidak disenangi orang lain, dan
pesimis terhadap kompetisi (1976:42-43).
Pertama, ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang
diterimanya, dan mudah marah atau naik pitam. Bagi orang ini, koreksi seringkali
dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Orang yang memiliki
konsep diri negatif cenderung meghindari dialog terbuka, dan bersikeras
mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau logika yang keliru.
Kedua, orang yang memiliki konsep diri negatif, responsif sekali terhadap
pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat
menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Ketiga, sikap

Universitas Sumatera Utara


hiperkritis. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, mereka pun
bersikap hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela, atau
meremehkan apa pun dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup
mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
Keempat, orang yang konsep dirinya negatif, cenderung merasa tidak
disenangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada
orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan
keakraban persahabatan. Ia tidak akan pernah mempersalahkan dirinya, tetapi
akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres.
Kelima, orang yang konsep dirinya negatif, bersikap pesimis terhadap
kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang
lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan
persaingan yang merugikan dirinya.
Sebaliknya, D.E. hamachek menyebutkan sebelas karakteristik orang yang
mempunyai konsep diri positif:
a. Ia meyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta
bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok
yang kuat, tetapi Ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah
prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia
salah.
b. Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa
bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain
tidak menyetujui tindakannya.
c. Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa
yang akan terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa
yang sedang terjadi waktu sekarang.
d. Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan,
bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran.
e. Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau
rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar
belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya.

Universitas Sumatera Utara


f. Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi
orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.
g. Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima
penghargaan tanpa merasa bersalah.
h. Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.
i. Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan
berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaaan marah sampai cinta, dari
sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan
yang mendalam pula.
j. Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang
meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan,
atau sekedar mengisi waktu.
k. Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah
diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-
senang dengan mengorbankan orang lain. (Brooks dan Emmert, 1976:56).
2. Membuka Diri
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat
yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang
diri sendiri. Konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan dengan membuka
diri. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman pribadi, individu akan lebih
terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru,
lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri
kita dan orang lain.
3. Percaya Diri
Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin
menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan mengejeknya atau
menyalahkannya. Ia akan lebih banyak diam dalam diskusi. Ketakutan untuk
melakukan komunikasi dikenal sebgai communication apprehension. Orang yang
aprehensif dalam komunikasi, akan menarik dari dari pergaulan, berusaha sekecil
mungkin berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja.
4. Selektivitas

Universitas Sumatera Utara


Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi manusia karena konsep
diri mempengaruhi kepada pesan apa individu bersedia membuka diri, bagaimana
individu mempersepsi pesan itu, dan apa yang diingat. Konsep diri menyebabkan
terpaan selektif (selective exposure), persepsi selektif (selective perception), dan
ingatan selektif (selective attention).

2.3 Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan peneliti tidak lepas dari adanya penelitian-
penelitian terdahulu mengenai hubungan antara komunikasi antarpribadi dan
konsep diri. Sebagian besar penelitian yang telah dilakukan lebih terfokus pada
bagaimana komunikasi antarpribadi seseorang berpengaruh terhadap
pembentukan konsep dirinya. Sebaliknya, penelitian yang mengangkat isu
mengenai peranan konsep diri dalam komunikasi antarpribadi itu sendiri masih
dirasa kurang oleh peneliti.
Dewi Arishayanti Purba pada tahun 2014 melakukan penelitian Konsep Diri
Mahasiswa Indekos dalam konteks Komunikasi Antarpribadi. Hasilnya, sebagian
besar mahasiswa indekos memiliki konsep diri positif yang dipengaruhi oleh
komunikasi antarpribadi dengan anggota keluarganya, terutama orang tua.
Komunikasi yang dilakukan dengan orang tua memiliki sikap saling terbuka,
empati, saling mendukung, dan sikap positif. Sementara sebagian mahasiswa lagi
memiliki konsep diri negatif. Hal ini ditandai oleh sikap tidak bisa menerima
kritik, minder, dan cuek terhadap lingkungannya. Hal ini dipengaruhi oleh
komunikasi antarpribadinya, contohnya komunikasi dengan orang tua yang tidak
dekat dan terkesan tertutup.
Teguh Haryo Yudanto pada tahun 2010 melakukan penelitian Studi Kasus
Mengenai Komunikasi Antarpribadi Orang Tua terhadap Pembentukan Konsep
Diri Remaja pada Beberapa Keluarga di Medan. Hasilnya, terdapat pengaruh
yang sangat besar antara komunikasi orang tua dengan pembentukan konsep diri.
Remaja dari keluarga harmonis cenderung memiliki konsep diri positif, yakni
terbuka dan bisa menerima masukan dari orang lain. Sementara remaja dari
keluarga yang kurang harmonis cenderung memiliki konsep diri negatif, yakni
sulit menerima kritikan dari orang lain.

Universitas Sumatera Utara


Heru Asmara Sinta Sinuhaji pada tahun 2011 melakukan penelitian
Komunikasi Antarpribadi Orang Tua terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja
pada Siswa Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Berastagi. Hasilnya, siswa di
sekolah tersebut memiliki konsep diri positif yang dipengaruhi oleh intensitas
berkomunikasi dengan orang tua. Komunikasi yang dilakukan dengan orang tua
umumnya dengan bercerita sehingga komunikasi yang dilakukan tidak terkesan
kaku.
Rika Oktavius Sitepu pada tahun 2011 melakukan penelitian Studi
Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antarpribadi terhadap Pembentukan
Konsep Diri Remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Kelurahan Tanjung Selamat,
Kecamatan Medan Tuntungan. Hasilnya, para remaja memiliki komunikasi
antarpribadi yang baik, seperti mampu menerima pendapat orang lain, mampu
memahami perasaan orang lain, dan bersedeia menerima kritik. Konsep diri secara
umum positif, dilihat dari kemampuan mengenali kelebihan dan kekurangan
dengan baik, dapat menerima keadaan diri secara apa adanya, dan dekat dengan
orang lain di sekitarnya.
Fitriani pada tahun 2010 melakukan penelitian Peranan Komunikasi
Antarpribadi Guru terhadap Pembentukan Konsep Diri Siswa/i (Studi
Korelasional pada Siswa/i Madrasah Aliyah Negeri Kisaran). Hasilnya,
komunikasi antarpribadi yang dilakukan guru sangat berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri siswa. Para siswa menjadi lebih berani, terbuka, rajin,
dan bersemangat dalam belajar serta menjadi siswa/i yang kritis dalam
memecahkan persoalan.
Rosalina Santi Siahaan pada tahun 2011 melakukan penelitian Konstruksi
Identitas Diri Murid pada Lembaga Pendidikan Non Formal (Studi Kasus pada
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Emphaty Medan. Hasilnya,
konstruksi identitas diri para informan terbentuk dari interaksi yang dilakukan
dengan orang lain, baik keluarga, teman/guru (particular others), maupun
komunitas (generalized other).

Universitas Sumatera Utara


2.4 Model Teoritik

Objek Penelitian
Konsep diri dalam komunikasi
antarpribadi pada anggota LCE
Medan

Tujuan Penelitian
- Jenis konsep diri yang dimiliki
anggota LCE Medan
- Komunikasi antarpribadi anggota
LCE Medan
- Peran konsep diri dalam
komunikasi antarpribadi pada
anggota LCE Medan

Teori yang dipakai sebagai


indikator dalam penelitian
- Konsep diri
- Komunikasi antarpribadi

Gambar 2.1 Model Teoritik

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan
investigasi karena biasanya peneliti menggunakan data dengan cara bertatap muka
langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan &
Schumacher, 2003). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data
yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara
komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau
peristiwa secara sistematis. Penelaah berbagai sumber data ini membutuhkan
berbagai macam instrument pengumpulan data. Periset dapat menggunakan
wawancara mendalam, observasi partisipatoris, dokumentasi-dokumentasi,
kuesioner (hasil survei), rekaman, bukti-bukti fisik, dan lainnya (Rachmat
Kriyantono, 2010:65).
Penelitian studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terhadap suatu
objek, yang disebut sebagai kasus, yang dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh
dan mendalam dengan menggunakan berbagai macam sumber data (Guba &
Lincoln, 2005).
Menurut Creswell (2009), suatu objek dapat diangkat sebagai kasus apabila
objek tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dibatasi yang terikat
dengan waktu dan tempat kejadian objek. Mengacu pada kriteria tersebut,
beberapa objek yang dapat diangkat sebagai kasus dalam penelitian studi kasus
adalah kejadian atau peristiwa (event), situasi, proses, program, dan kegiatan.
Suatu penelitian dapat disebut sebagai penelitian studi kasus apabila proses
penelitiannya dilakukan secara mendalam dan menyeluruh terhadap kasus yang
diteliti, serta mengikuti struktur studi kasus.
Berdasarkan pendapat Yin (2009), VanWynsberghe & Khan (2007), dan
Creswell (2009) secara lebih terperinci, karakteristik penulisan studi kasus sebagai
berikut :
1. Menempatkan objek penelitian sebagai kasus

Universitas Sumatera Utara


2. Memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer
3. Dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya
4. Menggunakan berbagai sumber data
5. Menggunakan teori sebagai acuan penelitian
Penelitian studi kasus adalah penelitian yang meneliti fenomena
kontemporer secara utuh dan menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya dengan
menggunakan berbagai sumber data. Menggunakan berbagai sumber data
dimaksudkan sebagai upaya untuk mencapai validitas (kredibilitas) dan reliabilitas
(konsistensi) penelitian. Penelitian dilakukan pada kondisi yang sebenarnya
dengan menggunakan pendekatan penelitian naturalistik. Penelitian studi kasus
lebih tepat menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menggunakan teori
sebagai acuan penelitian, baik untuk menentukan arah, konteks, maupun posisi
hasil penelitian. Kasus ditempatkan sebagai objek penelitian, yaitu fenomena yang
dipandang sebagai suatu sistem kesatuan yang menyeluruh, tetapi terbatasi dalam
kerangka konteks tertentu. Kasus dipandang sebagai fenomena yang bersifat
kontemporer, yang sedang terjadi, telah selesai terjadi, tetapi masih memiliki
dampak yang dapat dirasakan pada saat penelitian dilaksanakan, atau dapat
menunjukkan perbedaan dengan fenomena yang biasa terjadi.
Studi kasus dapat didefenisikan atau dimaknai sebagai investigasi sistematis
untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena melalui berbagai kejadian atau
aktivitas dan relasi-relasinya. Peneliti harus memahami perbedaan antara
mendeskripsikan dan menjelaskan. Upaya menggambarkan apa yang diteliti
secara rinci dan lengkap disebut mendeskripsikan. Peneliti berusaha keras untuk
tidak mencampurbaurkan pandangannya dengan realitas yang mau dideskripsikan.
Studi kasus kualitatif mengikuti cara kerja penelitian kualitatif yang
mengharuskan peneliti tidak mengedepankan etiknya ketika mendeskripsikan.
Temuan-temuan yang diperoleh dari mendeskripsikan akan diproses dalam
suatu aktivitas lanjutan yang disebut menjelaskan. Pada tahap ini peneliti harus
mengkategorisasi, mengelaborasi, dan mengaitkan berbagai temuan yang telah
dideskripsikan. Artinya, menjelaskan merupakan hasil analisis terhadap deskripsi
yang telah dipilih, dipilah, dan diolah.

Universitas Sumatera Utara


Studi kasus memiliki kelebihan, pertama, studi kasus mampu mengungkap
hal-hal yang spesifik, unik, dan hal-hal yang amat mendetail yang tidak dapat
diungkap oleh studi lain. Kedua, studi kasus tidak sekedar memberi laporan
faktual, tetapi juga memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang
berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap
oleh penelitian kuantitatif. Ketiga, bahwa peneliti dapat mempelajari subjek secara
mendalam dan menyeluruh. Keempat, fleksibilitas tinggi, memberi penekanan
pada konteks, sumber data banyak, melibatkan banyak faktor sehingga
dimungkinkan penemuan-penemuan lain di luar pertanyaan permasalahan, dan
apabila dilakukan dengan benar maka teori yang dihasilkan dapat menjawab
permasalahan (Imam Gunawan, 2013:139).

3.2 Objek Penelitian


Objek penelitian adalah karakteristik tertentu yang mempunyai nilai, skor
atau ukuran yang berbeda untuk unit atau individu yang berbeda atau merupakan
konsep yang diberi lebih dari satu nilai (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo,
2007:56). Objek penelitian merujuk pada masalah yang sedang diteliti. Objek
penelitian ini adalah konsep diri dalam komunikasi antarpribadi pada anggota
LCE Medan.

3.3 Subjek Penelitian


Moleong (2010: 132) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan,
yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Adapun kriteria informan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Informan penelitian adalah anggota yang telah terdaftar resmi di LCE
Medan lebih dari 1 tahun.
2. Informan penelitian adalah anggota yang sudah pernah menjadi fasilitator
dalam kelas student leads discuss.

Universitas Sumatera Utara


3.4 Kerangka Analisis
Data dari informan di lapangan akan dilakukan dengan proses pengumpulan
data yang dilakukan terus-menerus hingga data jenuh dan teknik analisis data
selama di lapangan berdasarkan model Miles dan Huberman. Langkah-langkah
dalam analisis data adalah sebagai berikut:
Peneliti akan melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan
akan sangat banyak, sehingga perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi berarti merangkum dan memilih hal-hal apa saja yag pokok, dan
berfokus pada hal-hal yang penting saja. Data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang
umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti objek penelitian. Unit
analisis dalam penelitian ini meliputi tiga komponen menurut Spradly (dalam
Sugiono, 2007:68) yaitu :
1. Place, tempat dimana interaksi dalam penelitian berlangsung. Tempat dalam
penelitian ini adalah lembaga Language & Cultural Exchange (LCE) Medan.
2. Actor, pelaku atau orang yang sesuai dengan objek penelitian tersebut.
Pelaku dalam penelitian ini adalah beberapa orang yang terdaftar sebagai
anggota LCE Medan.
3. Activity, kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi sosial yang
sedang berlangsung. Yang menjadi kegiatan dalam penelitian ini adalah
pemahaman konsep diri dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan.
Peneliti dalam penelitian ini memperoleh data dari informan sebagai subjek
penelitian yang memliki kriteria sesuai dengan yang ditetapkan oleh peneliti,
kemudian penelitian menggunakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan triangulasi data dan teori, dan proses pengumpulan data tersebut
dilakukan terus-menerus hingga datanya jenuh. Kemudian dengan menggunakan
teknik analisis data selama dilapangan model Miles and Huberman, peneliti
menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peneliti melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu segera dilakukan analisis data

Universitas Sumatera Utara


melalui reduksi data. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya.
Dengan demikian data yang telah di reduksi menberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
2. Peneliti melakukan penyajian data. Selain dengan teks yang naratif, peneliti
juga dapat melakukan penyajian data berupa grafik, matriks, network
(jaringan kerja) dan chart.
3. Peneliti menarik kesimpulan dan verikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
adalah yang kredibel.
4. Peneliti menghubungkan kesimpulan dengan pokok permasalahan yang di
teliti dalam penelitian ini agar tidak terjadi kesalahan dalam penelitian ini
untuk mencapai tujuan didalam penelitian ini sehingga mendapatkan hasil
yang yang di inginkan oleh peneliti (Sugiono, 2005:99).

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan peneliti dalam mengumpulkan data (Kriyantono, 2006:91).
Peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama dan tangan
pertama di lapangan (Kriyantono, 2006:43). Adapun data untuk mendapatkan data
primer, yaitu:
a. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antar pewawancara dengan informan atau orang yang

Universitas Sumatera Utara


diwawancarai. Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode
wawancara sedangkan informan adalah orang yang diwawancarai,
dimintai informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang
diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, maupun fakta
dari suatu objek penelitian. Materi wawancara adalah tema yang
ditanyakan kepada informan, berkisar antara masalah dan tujuan
penelitian.
Tipe wawancara mendalam adalah wawancara tidak
berstruktur, yaitu tidak memiliki setting wawancara yang baku.
Penyampaian dan peruntunan pertanyaan akan berbeda dari
wawancara ke wawancara. Tetapi, peneliti tetap membuat
interview guide agar memiliki panduan dalam mewawancari
informan. Wawancara dilakukan secara langsung bertatap muka
untuk mendapatkan data lengkap dan mendalam (Kriyantono,
2006).

b. Observasi
Kegiatan observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung
di lapangan oleh peneliti. Dengan demikian dapat mendokumentasikan
kegiatan informan sebagai data pendukung.
2. Data sekunder
Pada umumnya data sekunder berbentuk catatan atau laporan dokumentasi
oleh lembaga tertentu (Ruslan 2003,138). Pengumpulan data dilakukan dengan
cara studi kepustakaan yaitu mencari, melihat, dan membuka dokumen, situs-
situs, atau buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.
3.5.1 Penentuan Informan
Peneliti dalam penentuan informan penelitian ini melakukan penyesuaian
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan peneliti sebelumnya, yakni telah
menjadi anggota LCE lebih dari satu tahun dan sudah pernah menjadi fasiltator
dalam lakes student leads discuss.
Lokasi dalam penelitian ini adalah lembaga Language and Cultural
Exchange Medan yang terletak di Jl. Sei Batang Serangan 17/76 Pringgan Medan
dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli.

Universitas Sumatera Utara


3.5.2 Keabsahan Data
Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian
keabsahan hasil penelitian. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan
kebenarannya karena beberapa hal:
1. Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif.
2. Alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi (apapun
bentuknya) mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara
terbuka dan apalagi tanpa kontrol (dalam observasi partisipasi).
3. Sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan mempengaruhi hasil
akurasi penelitian (Bungin 2006:253).
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data untuk
mengecek keabsahan data penelitian. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan
hasil wawancara terhadap objek penelitian.
Dezin dalam Moleong, membedakan empat macam triangulasi data
diantaranya dengan memanfaatkan sumber, metode, peneliti, dan teori. Dari
keempat macam triangulasi data tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik
pemerikasaan dengan memanfaatkan sumber ( Moleong 2009).
Triangulasi data sumber adalah teknik pemerikasaan data dengan cara
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif
(Patton,1987). Untuk mencapai kepercayaan tersebut, maka diambil langkah
sebagai berikut:
1. Peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
2. Peneliti membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Peneliti membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Peneliti membandingkan keadaan dan perspektif seseornag dengan
berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

Universitas Sumatera Utara


5. Peneliti membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan ( Moleong, 2009).

3.6 Teknik Analisis Data


Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mendeteksinya, mencari, dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2005:248).
Methew B. Milles dan Michael Huberman membagi tiga alur dalam proses
analisis data kualitatif, yaitu:
1. Reduksi data, proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan di
lapangan.
2. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengamatan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan, kesimpulan tergantung pada besarnya kumpulan
catatan lapangan. (Patilima, 2005)
Kegiatan analisis data ini, akan dimulai dengan pengumpulan data-data,
kemudian menelaah semua data yang terkumpul baik data primer maupun data
sekunder. Hasil data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data kemudian
akan disusun membentuk laporan yang sistematis. Selanjutnya data yang disusun
akan dibagi menjadi data yang utama dan data penjelas.
Hasil penelitian kemudian disajikan di dalam pembahasan yang didukung
dengan teori dan kemudian akan dianalisis untuk mengetahui “Bagaimanakah
peranan konsep diri dalam komunikasi antarpribadi pada anggota Language and
Cultural Exchange Medan ?” serta selanjutnya akan ditarik beberapa kesimpulan
hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tentang peran konsep diri dalam komunikasi antarpribadi pada
anggota LCE Medan ini dilakukan di lembaga Language and Cultural Exchange
Medan yang beralamat di Jl. Sei Batang Serangan 17/76 Pringgan Medan. Peneliti
memakai delapan orang informan untuk mendapatkan informasi dalam penelitian
ini yaitu anggota LCE yang sudah menjadi anggota selama lebih dari satu tahun
dan sudah pernah menjadi fasilitator dalam kelas student leads discuss, serta satu
orang informan tambahan yaitu teman dekat salah satu informan di LCE.
Informasi yang didapatkan dari kesembilan informan dirasa sudah cukup dan
jenuh oleh peneliti. Penambahan informan lagi dirasa tidak memberikan informasi
yang baru dan berarti bagi penelitian yang dilakukan.
Penelitian ini diawali oleh penulis dengan mengumpulkan data anggota
LCE dari staf bagian administrasi di LCE, Kak Healthy. Data yang dikumpulkan
ini dimaksudkan untuk menentukan daftar anggota LCE yang akan dijadikan
sebagai informan penelitian sesuai karakteristik dari informan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Adapun data yang dikumpulkan mengenai anggota LCE
ini terkait pernah atau tidaknya menjadi fasilitator dalam kelas student leads
discuss dan lama durasi waktu telah menjadi anggota dari LCE Medan.
Pengumpulan data ini dilakukan peneliti ketika kunjungan pertama ke lokasi
penelitian mengumpulkan data mentah, yaitu sekitar dua setengah bulan sebelum
peneliti melakukan penelitian (20 Maret 2014), kemudian diperbaharui lagi tiga
hari sebelum peneliti terjun ke lapangan (6 Juni 2014).
Informan pertama yang diperoleh bernama Okta Rezeki Ulpani. Senin, 9
Juni 2014, peneliti menemui saudari Okta dengan tujuan memperkenalkan diri,
menjelaskan tujuan kedatangan peneliti, dan membuat janji untuk melakukan
wawancara keesokan harinya. Saudari Okta menyatakan kesediaannya menjadi
informan dalam penelitian ini. Pada tanggal 10 Juni 2014 pukul 15.00 WIB
peneliti melakukan wawancara dengan saudari Okta Rezeki Ulpani bertempat di
kantor LCE Medan. Peneliti melakukan wawancara mendalam berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. Wawancara berjalan dengan
baik dengan kesediaan saudari Okta menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti.
Pada tanggal 10 Juni 2014, peneliti juga berusaha membuat janji dengan
informan yang kedua. Informan kedua ini bernama Guruh Qurniartha. Peneliti
berhasil memperkenalkan diri kepada beliau dan membuat janji wawancara di
keesokan harinya, yakni tanggal 11 Juni 2014 pukul 16.00 WIB. Keesokan
harinya, peneliti telah berada di LCE untuk melakukan wawancara berikutnya
dengan informan kedua. Beberapa saat setelah lewat dari waktu yang disepakati
bersama, saudara Guruh Qurniartha mengirimkan pesan singkat kepada peneliti
yang isinya memohon maaf karena berhalangan hadir oleh karena kendala cuaca.
Kondisi cuaca memang sedang hujan deras di kota Medan pada saat itu. Peneliti
pun memaklumi alasan dari saudara Guruh Qurniartha dan segera membuat janji
ulang dengan beliau lewat pesan singkat saat itu juga. Waktu yang disepakati
kemudian adalah tanggal 12 Juni 2014 pukul 16.00 WIB. Akhirnya, keesokan
harinya, tanggal 12 Juni 2014 pukul 16.00 WIB bertempat di kantor LCE, peneliti
berhasil melakukan wawancara dengan saudara Guruh Qurniartha. Untuk
menentukan informan ketiga, peneliti agak kesulitan pada saat itu dikarenakan
dari daftar calon informan yang peneliti miliki tidak ada yang hadir di kantor LCE
pada hari itu.
Pada tanggal 13 Juni 2014, peneliti akhirnya memperoleh informan ketiga,
yakni saudari Josephine Fiona. Kebetulan pada saat itu jam masih menunjukkan
pukul 15.30 WIB, masih cukup lama sebelum dimulainya kelas beliau. Saudari
Josephine Fiona memberi tawaran kepada peneliti untuk dilakukan wawancara
pada saat itu juga. Peneliti pun segera menerima tawaran tersebut dan langsung
mulai melakukan wawancara mendalam dengan saudari Josephine Fiona sesuai
dengan pedoman wawancara yang telah peneliti miliki. Wawancara ini dilakukan
di kantor LCE.
Pada tanggal 17 Juni 2014, peneliti berhasil mendapatkan informan
keempat yang bernama saudari Karina Pratiwi. Pada saat itu juga, bertempat di
kantor LCE sekitar pukul 19.00 WIB, setelah berakhirnya kelas belajar beliau,
peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud daripada peneliti. Saudari

Universitas Sumatera Utara


Karina Pratiwi dengan sangat bersemnagat segera menyetujui untuk diwawancarai
oleh peneliti pada saat itu. Peneliti pun tidak membuang kesempatan dengan
segera melakukan wawancara mendalam dengan saudari Karina Pratiwi. Pada hari
ini juga, peneliti berhasil menemui informan kelima saudara Ramadhani dan
membuat janji wawancara dengan beliau di tanggal 19 Juni 2014 karena keesokan
harinya pada tanggal 18 Juni 2014, beliau ada kegiatan sidang tugas akhir di
kampus beliau.
Pada tanggal 19 Juni 2014 sesuai janji yang telah dibuat sebelumnya,
peneliti menemui saudara Ramadhani di kantor LCE pada pukul 16.30 WIB.
Tanpa berlama-lama, peneliti segera mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan pedoman yang telah dibuat selama wawancara dengan saudara
Ramadhani. Pada hari ini, peneliti telah menentukan informan keenam adalah
saudara Rifanny Alfiandi. Namun, oleh karena pada saat itu saudara Rifanny sulit
ditemui, peneliti beralih kepada calon informan selanjutnya yang saat itu juga
hadir di LCE, yakni saudari Roulina M.F Siboro. Pada saat itu sekitar pukul 18.30
WIB, peneliti menemui saudari Roulina, dan setelah mendapat kesediaan beliau
untuk diwawancarai, peneliti segera bergegas memulai wawancara secara
mendalam.
Pada tanggal 23 Juni 2014 pukul 16.00 WIB, Peneliti bertemu dengan
informan ketujuh saudari Mayliska yang merupakan salah satu anggota paling
lama di LCE. Setelah terlebih dahulu peneliti menjelaskan tujuan dari wawancara
yang akan dilakukan, saudari Mayliska pun kemudian bersedia untuk membantu
menjadi informan ketujuh dan mengikuti wawancara sesuai pedoman penelitian.
Setelah melakaukan wawancara dengan saudari Mayliska, informan keenam yang
belum diwawancarai, yakni saudara Rifanny Alfiandi, akhirnya berhasil peneliti
wawancarai pada hari ini juga dan kemudian menjadi informan kedelapan dalam
penelitian ini. . Saudara Rifanny memohon maaf karena baru bisa meluangkan
waktunya untuk diwawancarai pada hari itu. Peneliti kemudian memulai
wawancara yang berjalan sangat baik karena kerjasama yang baik dari saudara
Rifanny Alfiandi.

4.1.2 Profil Informan

Universitas Sumatera Utara


4.1.2.1 Informan
1. Okta Rezeki Ulpani
Okta Rezeki Ulpani adalah seorang perempuan berusia 19 tahun yang
berasal dari daerah Aceh. Okta saat ini sedang duduk bangku kuliah sarjana,
tepatnya di jurusan Ilmu Perpustakaan USU di semester 4 (empat). Okta adalah
perempuan dengan tubuh agak kurus dan memiliki ciri khas selalu memakai jilbab
yang berwarna gelap. Perempuan yang memiliki kulit agak gelap ini untuk
sementara waktu tinggal di Medan sebagai anak kos di kawasan Padang Bulan
Medan. Namun, sesuai pernyataan Okta, ia akan pindah kosan ke daerah Jl. Dr.
Mansyur dalam waktu dekat ini.
Okta adalah perempuan yang ramah dan periang, ini bisa dilihat dari
sikapnya yang tidak pelit mengumbar senyum atau sering sekali terlihat tertawa
lepas saat berinteraksi dengan teman-temannya di LCE. Hal ini mungkin akan
terlihat kontras dengan perawakannya yang terkesan lebih tua dan dewasa dari
umurnya. Okta juga adalah perempuan yang sangat suka sekali berbicara dengan
orang lain. Bahkan, sejak awal berinteraksi dengannya, bisa disimpulkan bahwa
Okta adalah tipe perempuan yang suka ceplas ceplos.
Alasan Okta bergabung dengan LCE adalah karena LCE berbeda dengan
tempat kursus yang lain. LCE menurut Okta mempunyai sistem seperti
kekeluargaan, guru dan muridnya lebih dekat, dan sistem belajarnya yang
berbeda. Menurutnya, di LCE siswanya tidak diisi dengan tenses dan grammar,
tapi belajar bahasa inggrisnya lewat budaya, singing, maupun main games.
Okta mengaku mengenal semua anggota dan staf yang ada di LCE. Okta
biasanya datang lebih cepat dari yang lain ke LCE untuk sekedar membaca buku
terlebih dahulu atau bermain games karena dari games bisa menambah vocabulary
bahasa inggris yang bermanfaat untuk pengetahuan bahasa inggrisnya.
Kelas yang saat ini diikuti oleh Okta di LCE adalah kelas Global English
Program 2. Okta sudah pernah menjadi fasilitator dalam kelas student leads
discuss sebanyak 2 kali. Pada saat menjadi fasilitator, Okta merasa kurang percaya
diri karena termasuk orang tidak percaya diri saat berbicara di depan banyak
orang. Pada saat menjadi fasilitator, anggota diskusi memberikan respon tertarik
hanya saja agak membosankan karena memang Okta tidak bisa membawa suasana

Universitas Sumatera Utara


yang ceria. Sebelumnya, Ia hanya pernah berbicara di depan publik saat presentasi
di depan kelas di kampus.
Di sisi lain, Okta adalah orang yang agak malas, terutama hal yang
berkaitan dengan pelajaran kuliah. Okta juga tidak suka mengerjakan tugas-tugas
yang ada di kampus. Okta sebenarnya suka belajar, hanya saja tidak untuk mata
kuliah yang diikutinya saat ini di kampusnya. Di keluarga, Okta dikenal berbeda,
Okta dikenal sebagai anak yang pendiam, suka di rumah, manja, dan tidak
mandiri. Sifat-sifat ini perlahan berubah setelah ia harus menjadi anak kos demi
kuliah di Medan. Sementara bagi teman-temannya, baik di LCE maupun di luar
LCE, Okta dianggap sebagai perempuan yang ramah dan baik. Hubungan Okta
dengan anggota dan staf yang ada di LCE terkesan baik dan dekat.
2. Guruh Qurniartha
Guruh adalah seorang laki-laki asal Medan berusia 23 tahun yang saat ini
sedang berusaha menyelesaikan studi sarjananya di semester delapan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Guruh telah menjadi anggota di lembaga
LCE Medan selama satu setengah tahun. Alasan Guruh bergabung dengan LCE
adalah untuk membangun social relationship karna anggota LCE yang beragam
dan heterogen. Guruh mengenal semua anggota dan staf yang ada di LCE.
Kelas yang diikuti pria berkacamata dengan warna kulit agak gelap ini di
LCE adalah kelas Global English Program 2. Pada saat sedang tidak mengikuti
kelas, Guruh biasanya mengisi waktunya di LCE dengan bermain game,
internetan di bagian ruangan LCE sebelah samping luar bersama teman lelaki,
atau sekedar bercanda dalam bahasa inggris dengan teman-teman di LCE. Di luar,
Guruh juga ikut bergabung dengan teman-teman di LCE saat berkumpul untuk
sekedar jalan-jalan, berwisata bersama atau nonton bersama.
Guruh adalah orang yang kaku dan lebih santai. Guruh tidak suka berpikir
yang berat-berat, Ia agak pendiam namun cukup percaya diri. Dimata
keluarganya, Guruh adalah orang yang pendiam, jarang berbicara, dan kurang
suka bergaul. Sementara bagi teman-temannya, baik yang di LCE maupun di luar
LCE, Guruh adalah termasuk orang yang percaya diri dan lumayan seru karena
suka bercanda.

Universitas Sumatera Utara


Guruh pernah menjadi fasilitator dalam kelas student leads discuss
sebanyak satu kali. Pada saat menjadi fasilitator, Guruh merasa percaya diri
karena menurut dia para peserta memang wajib menghargai. Jadi, meskipun
materi yang dibawakan membosankan atau kurang bermutu, amggota lainnya
harus dan berkewajiban menghargai. Persiapan yang dilakukan untuk menjadi
fasilitator dirasa kurang karena pada saat itu Ia sedang ada banyak kesibukan.
Topiknya sendiri cukup berat, yaitu mengenai idealisme, sehingga para anggota
lain merasa kurang bersemangat.
Sebelumnya, Guruh memang telah sering berbicara di depan publik,
tepatnya dalam organisasi yang diikutinya di kampus,yakni Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah. Namun, meskipun begitu, pengalaman menjadi fasilitator
student leads discuss dirasa membantu dirinya untuk menjadi semakin percaya
diri. Hubungan Guruh dengan orang di sekitarnya ada yang baik dan ada juga
yang tidak baik, namun untuk hubungan dengan anggota dan staf LCE dirasa baik
dan sangat dekat sekali.
3. Josephine Fiona
Josephine Fiona adalah perempuan berusia 22 tahun yang saat ini sedang
duduk di bangku kuliah sarjana semester delapan di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara. Josephine berasal dari Medan. Josephine telah
bergabung menjadi anggota di LCE selama dua tahun. Josephine berperawakan
agak kelaki-lakian dengan rambut pendek sebahu dan gaya berpakaian terlihat
simple bahkan terkesan asal.
Alasan Josephine bergabung dengan LCE adalah karena mendapat info
dari teman mengenai cara belajar di LCE yang lebih variatif. Di LCE tidak seperti
kursus bahasa inggris lain yang selalu latihan grammar setiap harinya. Saat ini, di
LCE Josephine sedang mengikuti kelas Global English Program 2. Selain itu,
Josephine juga aktif dalam kelas terbuka lainnya seperti movie night. Pada saat
setelah dan sebelum mengikuti kelas di ruangan biasanya Josephine
menghabiskan waktu dengan browsing dan bermain internet memanfaatkan
jaringan Wifi gratis di sudut belakang ruangan LCE, atau kadang berbicara santai
dengan teman-teman yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara


Josephine adalah orang yang keras kepala dan tidak mau setengah-
setengah dalam melakukan sesuatu. Josephine adalah juga orang yang
perfeksionis namun terbuka dengan kritik dan opini dari orang lain karena Ia
ingin mengetahui bagaimana kepribadian orang lain lewat cara mereka menjawab
pertanyaan yang Josephine berikan. Dimata keluarga sendiri, Josephine dianggap
sebagai anak yang keras kepala dan suka kebebasan. Bagi teman-teman di LCE,
Josephine dinilai sebagai orang yang suka membantu, tetapi agak keras kepala
karena ketika sedang berbicara dengan teman sering tidak setuju dan memberikan
argumen-argumen. Sementara bagi teman-teman di luar LCE, Josephine dianggap
susah dimengerti dan tidak terlalu banyak berbicara.
Josephine telah dua kali menjadi fasilitator dalam kelas student leads
discuss. Sebenarnya, Josephine merasa tidak percaya diri saat akan menjadi
fasilitator, tetapi karena menganggapnya sebagai tanggung jawab maka Josephine
berusaha sehingga Josephine mempersiapkan diri jauh sebelum kelas dimulai.
Diskusi yang pertama dirasa kurang berhasil karena topiknya yang berat,
sementara yang kedua kalinya menjadi fasilitator dianggap lebih berhasil karena
topik yang dipilih lebih aplikatif, yakni mengenai lima hal yang paling penting
dalam berbahasa inggris. Respon yang diterima selama diskusi cukup baik karena
para anggota terlihat mendengarkan dan bersemangat. Sebelumnya, Josephine
telah beberapa kali berbicara di depan umum, seperti di pertemuan pemuda di
lingkungannya maupun di kampus. Dari pengalamanya menjadi fasilitator,
Josephine merasa menjadi orang yang lebih percaya diri.
Hubungan dengan orang di sekitarnya cukup baik dan dengan anggota/staf
LCE sangat baik dan juga dekat. Josephine kadang ikut berkumpul dengan teman-
teman LCE di luar kantor LCE, seperti makan bersama, saling bercerita, atau
latihan berbahasa inggris sambil bersantai dengan mereka.
4. Karina Pratiwi
Karina adalah seorang perempuan berusia 21 tahun. Karina saat ini sedang
menjalani studi untuk meraih gelar sarjananya di Universitas Sumatera Utara. Ia
sudah bergabung menjadi anggota di LCE selama 2 tahun. Menurutnya, LCE
adalah tempat yang bagus dimana anggotanya bisa mempraktekan bahasa Inggris
yang dimilikinya. Hal ini semakin didukung oleh karena Ia bisa memiliki banyak

Universitas Sumatera Utara


teman di LCE dan mendapat pelajaran yang sangat banyak di dalam kelas yang
pastinya berguna.
Di dalam keluarga, perempuan berambut ikal panjang dan postur lumayan
tinggi ini dianggap sebagai orang yang kurang percaya diri. Sementara bagi
teman-teman di LCE, Karina dinilai sebagai perempuan yang periang dan suka
berteman, hampir sama dengan penilaian teman-temannya di luar LCE yang
mengganggapnya periang dan pekerja keras.
Di LCE, Karina mengikuti kelas Global English Program 2dan diskusi.
Karina sudah dua kali menjadi fasilitator dalam kelas student leads discuss dan
Karina merasa percaya diri ketika dipercaya menjadi fasilitator sehingga bisa
membawakannya dengan baik. Ketika diskusi sebagian besar anggota yang hadir
merasa senang dan memperhatikan diskusi yang dibawakan oleh Karina.
Sebelumnya, karina telah pernah berbicara di depan publik. Karina
mengikuti klub bahasa Inggris bernama Creative English Club dimana disini juga
ia dilatih menjadi MC yang membawakan suatu topik dan kemudian didiskusikan
bersama. Meskipun begitu, Karina merasa pengalamannya menjadi fasilitator
dalam kelas student leads discuss tetap berdampak dalam meningkatkan
kepercayaaan dirinya.
Hubungan Karina dengan anggota yang lain cukup dekat dan komunikasi
yang terjalin cukup baik. Karina terkadang ikut hang out makan bersama dan
sharing dengan teman-teman di LCE. Pada saat sebelum atau sesudah kelas
berlangsung, biasanya Karina akan bermain games, internetan menggunakan
jaringan wi-fi, atau kadang-kadang mempraktekkan bahasa Inggrisnya dengan
teman.
5. Ramadhani
Laki-laki berusia 22 tahun ini sedang dalam proses menyelesaikan studi
sarjananya di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Ramadhani
memiliki rambut keriting lumayan pendek dan tubuh kurus dengan kulit agak
gelap. Ramadhani telah menjadi anggota di LCE selama 1 tahun lebih. Alasan
utamanya bergabung dengan LCE adalah karena harganya yang murah. Namun,
selain harganya yang murah, alasannya yang berikutnya adalah karena LCE juga
mengajarkan tentang kualitas diri, pengembangan diri, dan juga mengajarkan

Universitas Sumatera Utara


bagaimana menghormati orang lain. Beberapa hal inilah yang dirasa tidak
didapatinya di tempat les sebelumnya.
Ramadhani adalah orang yang easy going, santai dan simpel. Ramadhani
termasuk kelompok orang bersifat melankolik, yakni orang yang suka berpikir,
perfeksionis, tetapi juga sangat sensitif dan mudah marah. Dimata keluarga,
Ramadhani dikenal sebagai anak yang terpelajar dan pembawa harapan karena dia
adalah salah satu dari hanya dua orang di keluarganya yang melanjutkan studi ke
jenjang kuliah. Bagi teman-temannya di LCE, Ramadhani adalah orang yang ceria
dan ramah, sedangkan bagi teman-temannya di luar LCE, ia juga dikenal sebagai
orang yang mudah panik.
Di LCE, Ramadhani mengikuti kelas Global English Program 2 dan kelas
Character Building. Ramdhani pernah sekali menjadi fasilitator dalam kelas
student leads discuss dengan membawakan topik mengenai asal-usul rupiah. Pada
saat menjadi fasilitator, Ramadhani merasa tidak percaya diri di menit-menit awal,
namun karena Ia berhasil membuat lelucon yang membuat anggota kelas tertawa,
ia menjadi merasa semakin percaya diri selama berlangsungnya diskusi. Respon
dari para anggota dirasa cukup baik, anggota lain berusaha mendengarkan, bahkan
anggota baru yang baru bergabung pada saat itu, meskipun mereka mungkin tidak
mengerti secara keseluruhan perkataan Ramadhani, namun mereka ikut tertawa
dan bertahan mengikuti kelas hingga selesai.
Ramadhani memang sudah terbiasa memimpin diskusi di organisasi-
organisasi yang diikutinya, antara lain Badan Pengembangan pengelolaan
Musholah (BP2M) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Ia telah sering
memimpin rapat, membuat acara dan juga memberikan kata sambutan. Namun,
dengan menjadi fasilitator dalam kelas student leads discuss Ia merasa mendapat
peningkatan rasa percaya diri karena lebih sulit untuk menghidupkan susasana
dalam diskusi bahasa Inggris dibanding dengan diskusi berbahasa Indonesia.
Pada saat sebelum atau setelah berlangsungnya kelas biasanya Ramadhani
melakukan percakapan dengan teman-teman di LCE atau membahas soal dan
bermain games dengan mereka. Ramadhani mengenal sebagaian besar anggota di
LCE. Hubungannya dengan mereka cukup baik dan bersahabat.

Universitas Sumatera Utara


6. Roulina M.F Siboro
Roulina adalah perempuan berusia 20 tahun. Roulina adalah perempuan
bertubuh pendek dan agak gemuk dengan rambut lurus panjang. Roulina saat ini
sedang menjalani studi sarjana sebagai mahasiswa semester enam di Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Roulina berasal dari Medan dan akan
menjadi anggota tetap LCE genap dua tahun di bulan November ini. Alasan
Roulina bergabung dengan LCE adalah untuk mengisi waktu luangnya. Info
mengenai LCE didapat dari teman dan Roulina semakin tertarik karena di LCE
ada native speaker yang dapat secara langsung diajak berkomunikasi. Roulina
mengenal semua staf dan sebagian anggota LCE.
Roulina adalah orang yang baik, ramah, dan cenderung tidak bisa diam.
Dimata keluarga, Roulina adalah anak yang cerewet dan malas karena sering
menunda-nunda pekerjaan. Bagi teman-teman di LCE maupun di luar LCE,
Roulina adalah orang yang sangat cepat panik dan cerewet.
Roulina saat ini di LCE sedang mengikuti kelas Global English Program 1.
Pada saat sebelum dan setelah mengikuti kelas GEP 1 biasanya Roulina bermain
game bersama teman-teman di LCE. Roulina pernah sekali menjadi fasilitator
dalam kelas student leads discuss. Pada saat menjadi fasilitator, Roulina awalnya
merasa grogi karena menjadi perhatian semua anggota kelas dan bertanggung
jawab sebagai pengatur alur diskusi. Topik yang diangkat pada diskusi saat itu
adalah mengenai kemiskinan. Respon dari anggota yang hadir cukup antusias,
bahkan terjadi beberapa perdebatan, namun pada akhirnya berhasil diselesaikan
Roulina dengan mengambil kesimpulan.
Sebelumnya, Roulina sudah pernah menjadi pembicara di depan umum,
yakni di organisasi ALT yang diikutinya. Bersama organisasinya, Roulina
menjelaskan mengenai masalah kanker kepada anak-anak sebuah panti asuhan.
Pengalaman menjadi fasilitator dalam kelas student leads discuss memberikan
banyak manfaat bagi Roulina. Salah satunya adalah membuat dirinya menjadi
orang yang lebih percaya diri dan lebih berani.
Hubungan dengan orang-orang di sekitar Roulina sebagian besar berjalan
baik. Khusus dalam interaksi bersama anggota/staf LCE, Roulina cukup baik dan
tidak memiliki masalah. Roulina terkadang meningkatkan hubungannya dengan

Universitas Sumatera Utara


anggota LCE lainnya dengan ikut kegiatan di luar seperti jalan atau makan
bersama.
7. Mayliska
Mayliska adalah seorang perempuan bertubuh kurus, berpostur tinggi,
berkacamata, berkulit gelap, dan memiliki rambut yang panjang. Mayliska berusia
23 tahun. Ia baru saja menyelesaikan studi sarjananya dari Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara dan saat ini sedang berusaha mencari pekerjaan.
Mayliska adalah salah satu anggota terlama yang ada di LCE. Mayliska telah
menjadi anggota LCE selama 4 tahun.
Alasannya bergabung dengan LCE adalah karena Ia ingin bertemu dengan
native speaker agar bisa memperaktekkan langsung bahasa Inggrisnya.
Menurutnya, LCE juga melatih anggotanya untuk menjadi lebih berani. Setiap
anggota dituntut untuk mau aktif dan berani mengutarakan pendapatnya meskipun
dengan bahasa Inggris yang terbata-bata. Selain itu, di LCE juga Mayliska bisa
mendapatkan banyak teman baru.
Mayliska adalah orang tidak suka dengan keramaian dan sedikit tertutup,
serta suka sekali men-judge orang lain secara negatif. Dimata keluarganya,
Mayliska adalah orang yang emosian, tetapi penyayang. Sedangkan bagi teman-
temannya di LCE, Mayliska dikenal suka mengatur, tetapi perhatian dan ramah,
dan bagi teman-temannya di luar LCE, Ia adalah sosok yang suka bergaul dan
selalu menjadi diri sendiri, tidak overacting.
Di LCE, Mayliska mengikuti kelas Conversation Class dan kelas Student
Leads Discuss. Pada saat sedang tidak ada kelas, Mayliska biasanya akan bermain
games bahasa Inggris yang ada di LCE atau sekedar berbicara dengan teman yang
ada di LCE. Hubungannya dengan teman-teman di LCE sangat dekat, bahkan
dirasa seperti saudara sendiri. Mayliska sering hang out dan curhat bersama
mereka.
Mayliska telah dua kali menjadi fasilitator dalam kelas student leads
discuss. Pengalamannya yang pertama tidak menyenangkan karena Ia kurang
persiapan dan merasa gugup. Namun, yang selanjutnya Ia merasa seperti
ketagihan dan sudah mampu mengontrol pikiran takutnya sehingga diskusi
berjalan baik dan para anggota yang hadir menikmati diskusi. Padahal, sebelum

Universitas Sumatera Utara


menjadi fasilitator di LCE, Mayliska pernah menjadi juara 1 dalam kompetisi
speech contest yang diadakan di kampusnya. Oleh karena itu, Ia merasa
pengalamannya di LCE berhasil membuat dirinya semakin merasa percaya diri.
8. Rifanny Alfiandi
Rifanny adalah laki-laki berusia 22 tahun. Ia telah menyelesaikan kuliah
D3 nya di Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara dan saat ini Rifanny
melanjutkan kuliah ekstensinya di kampus yang sama sambil bekerja di salah satu
media digital di Medan. Laki-laki berambut gondrong dan bertubuh lumayan
gemuk ini sudah 2 tahun menjadi anggota di LCE. Alasannya, karena LCE satu-
satunya tempat di medan yang memiliki native speaker dari Amerika langsung. Di
samping itu, harganya masih terjangkau dan bisa mendapatkan lebih banyak
teman. Pada saat sebelum atau setelah kelas berlangsung, Rifanny biasanya
mengisi waktu dengan bermain games dan bercerita dengan teman-temannya.
Hubungannya dengan teman-temannya di LCE sangat dekat dan sering melakukan
mini gathering, makan bersama, nonton bersama, serta melakukan perjalanan ke
luar negeri, seperti yang baru-baru ini mereka lakukan, yaitu ke Kuala Lumpur
dan ke Singapura.
Rifanny adalah orang yang santai dan tidak suka terlalu berpikir berat
terhadap sebuah masalah. Di keluarganya, Rifanny memiliki nilai plus karena
melanjutkan kuliah sambil bekerja. Sementara bagi teman-temannya, Ia adalah
sosok yang bisa menghidupkan suasana, suka berbagi ilmu, friendly, dan easy
going.
Rifanny sudah 3 kali menjadi fasilitator dalam kelas student leads discuss.
Pada awalnya, Ia merasa gugup dan sulit berekspresi ketika menjadi fasilitator
karena Ia belum pernah berbicara di depan publik sebelumnya. Namun, lama-
kelamaan, Ia merasa seperti terbiasa. Respon dari anggota lain selama diskusi
diakui Rifanny sukup baik dan positif. Pengalamannya tersebut dirasa
membuatnya menjadi orang yang lebih percaya diri. Bahkan, kini Rifanny juga
mengikuti organisasi lain bernama Deli Toss Master yang bergerak di bidang
international public speaking.

4.1.2.2 Informan Tambahan

Universitas Sumatera Utara


Informan tambahan diperlukan untuk membandingkan dan mengecek
keabsahan data yang telah peneliti peroleh dari kedelapan anggota LCE Medan
yang menjadi informan dalam penelitian ini. Penentuan keabsahan data ini
merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan validitas informasi yang
telah peneliti peroleh dalam penelitian ini. Untuk menentukan keabsahan data,
peneliti menggunakan teknik triangulasi data, teknik ini memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan dan sebagai pembanding
terhadap data tersebut. Berikut adalah profi informan tambahan.
Nama : Dean Tampubolon
Usia : 25 tahun
Pendidikan : S1 Hukum USU
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Bekerja dan belum menikah
Teman dari : Guruh Qurniartha

Tabel 4.1 Profil Informan


No. 1 2 3 4 5
Profil Usia Pendidikan Jenis Status Lama
Informan Terakhir Kelamin Bergabung
Dengan
LCE
Okta
Rezeki 19 SMK Aceh Perempuan Mahasiswa 1,5 tahun
Ulpani
Guruh 23 SMA N3 Medan Laki-laki Mahasiswa 1,5 tahun
Qurniartha
Josephine 22 SMA Cahaya
Fiona Medan Perempuan Mahasiswa 2 tahun
Karina 21 SMA N2 Perempuan Mahasiswa 2 tahun
Pratiwi Padangsidempuan
Ramadhani 22 SMA N14 Medan Laki-laki Mahasiswa 1 tahun
Roulina 20 SMA N3 Medan Perempuan Mahasiswa 1,5 tahun

Universitas Sumatera Utara


M.F Siboro
Mayliska 23 S1 Ilmu Politik Perempuan Belum 4 tahun
USU Menikah
Rifanny 22 D3 Teknik Laki-laki Mahasiswa 2 tahun
Alfiandi Informatika USU dan
Bekerja
Sumber : Hasil Wawancara

4.1.3 Hasil Pengamatan dan Wawancara


Peneliti melakukan wawancara kepada 8 orang informan. Berikut hasil
wawancara dengan masing-masing informan :

Informan 1
Nama : Okta Rezeki Ulpani
Tanggal Wawancara : 10 Juni 2014
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : Kantor LCE, Jl. Sei Batang Serangan 17/76 Pringgan
a) Konsep Diri
Okta adalah orang yang cukup memiliki prinsip dan pendirian. Ia akan
tetap pada pendirian yang dimilikinya, Meskipun orang lain berdeda pendirian
dengannya. Namun, Ia mengaku siap melakukan perubahan akan prinsip yang
dipercayainya apabila kemudian ternyata Ia menemukan bukti-bukti baru yang
menunjukkan bahwa prinsip awalnya tersebut salah. Ia pasti akan mengikuti yang
benar. Okta sebenarnya adalah orang yang suka menerima koreksi dari orang lain
untuk menjadikan dirinya lebih baik. Ia sering meminta masukan dan menanyakan
kejujuran dari teman-temannya agar mengingatkan kesalahan-kesalahannya.
Namun, apabila Ia merasa tindakan yang dilakukannya adalah benar, maka Ia
tidak akan memperdulikan pendapat orang lain selama tindakannya dirasa tidak
merugikan orang lain tersebut. Ia tidak ingin berpikir terlalu berat terhadap
penolakan orang lain. Ia berharap orang lain dapat menerima sikapnya.
Okta adalah termasuk orang yang suka sekali mencemaskan akan masa
depannya harus bagaimana sebaiknya. Ia tidak terlalu sering mengingat masa lalu

Universitas Sumatera Utara


terlebih masa lalunya yang buruk, baginya lebih baik dilupakan. Sikap Okta
adalah optimis dan tetap percaya kepada Tuhan ketika menghadapi kegagalan,
sekalipun ada kemungkinan besar Ia akan gagal. Kegagalan bagi Okta berarti
belum waktunya untuk berhasil atau keberhasilan yang tertunda. Ia akan selalu
berpikiran positif terhadap kesempatan dan peluang.
Okta adalah orang yang merasa setara dengan orang lain, tidak ada
perbedaan, tidak ada yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Okta juga
merasa dirinya disenangi oleh orang lain, termasuk teman-temannya. Ia merasa
dibutuhkan oleh teman-temannya karena ketika Ia biasanya mengikuti setiap
acara, namun tiba-tiba tidak hadir di kampus maupun di LCE dan tidak
memberikan berita, teman-temannya biasanya akan rindu dan mencarinya.
Contohnya, ketika Ia sakit selama 3 minggu dan tidak memberitahukannya kepada
siapa pun, teman-temannya akan menanyakan kabarnya setelah Ia muncul
kembali. Selain itu, sifatnya yang ceria dan tidak memilih-milih teman juga
membuatnya disenangi oleh banyak orang.
Ketika dipuji, Okta akan bersikap biasa. Hal ini karena Okta mengaku
adalah orang yang tidak suka dipuji. Di sisi lain, ketika ada orang lain yang
berusaha mendominasi keberadaanya, Okta merasa dirinya tidak terganggu.
Justru, Okta merasa senang karena bisa berbagi kesempatan dengannya. Selain itu,
Okta adalah orang yang tidak sanggup mengungkapkan perasaannya secara jujur
kepada orang lain. Okta akan lebih memilih untuk menyembunyikan perasaannya
dari orang lain. Ia tidak imgin orang lain mengetahui apa yang sebenarnya sedang
Ia rasakan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap harinya sangat dinikmati oleh
perempuan yang sedang mengikuti studi kuliah di Universitas Sumatera ini.
Contohnya, Ia mengikuti kegiatan di LCE dan saat sedang hang out dengan teman
di LCE tersebut Ia berkenalan dengan teman baru dan teman itu akan
mengenalkannya dengan teman yang baru lagi, dan begitu seterusnya. Ia adalah
orang yang suka memiliki banyak teman. Jadi, kegiatan di LCE sangat
dinikmatinya. Di sisi lain, Okta adalah orang yang peka pada kebutuhan orang
lain. Ia akan berusaha membantu secepatnya teman yang sedang mengalami

Universitas Sumatera Utara


kesulitan. Ia pasti akan membantu teman tersebut dengan segenap kemampuan
yang dimilikinya.
Kritikan dari orang lain diterima secara positif oleh Okta. Ia menyadari
bahwa tidak mungkin semua perilakunya benar, pasti ada juga yang salah. Oleh
karena itu, lebih baik baginya jika kesalahan tersebut segera diberitahukan
kepadanya. Kritikan dianggap perlu dan baik untuk memperbaiki dirinya sehingga
Ia tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Pada saat menerima pujian dari
orang lain, Okta biasanya akan bersikap biasa karena memang Ia adalah orang
yang tidak terlalu suka apabila dipuji.
Saudari Okta memahami bahwa setiap orang pasti memiliki kekurangan
dan juga kelebihan. Oleh karena itu, kepada teman yang memiliki kekurangan, Ia
biasanya akan memberi semangat sehingga menjadi lebih percaya diri, sedangkan
kepada teman yang memiliki kelebihan, Ia merasa termotivasi ingin seperti itu. Ia
ingin kelebihan itu ditingkatkan lagi dan tidak digunakan untuk hal yang tidak
baik. Apabila kelebihan tersebut ternyata digunakan untuk hal yang tidak baik,
maka Okta akan berusaha mengingatkannya. Di sisi lain, Okta merasa cukup
disenangi oleh orang lain karena sikapnya yang ceria dan suka bercanda dengan
siapa pun, bahkan dengan orang yang baru pertama kali dikenalnya. Dalam
kesempatan lain, untuk mendapatkan hal yang berharga baginya, meskipun
menghadapi kompetisi yang kompetitif, Okta tidak mundur dan menjadi ragu. Ia
akan berusaha keras dan optimis dengan keyakinannya. Ia berusaha meyakinkan
dirinya pasti bisa mendapatkan hal tersebut.
Dari hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Okta
memiliki konsep diri psitif. Hal ini dikarenakan Okta adalah orang yang memiliki
prinsip dan bersedia merubahnya apabila salah, tidak merasa bersalah berlebihan,
yakin dengan kemampuan sendiri, merasa setara dengan orang lain, merasa
penting keberadaannya bagi orang lain, mampu menerima pujian, menikmati
kegiatan secara utuh, peka pada kebutuhan orang lain, menerima kritikan, tidak
hiperkritis terhadap orang lain, merasa disenangi orang lain, dan juga Ia optimis
terhadap kompetisi.

b) Komunikasi Antarpribadi

Universitas Sumatera Utara


Okta memiliki beberapa teman dekat di LCE, salah satunya adalah Karina
Pratiwi. Pada saat bersama dengan teman di LCE,meskipun hampir setiap hari
mereka bertemu, Okta tidak terlalu suka membicarakan mengenai hal-hal
pribadinya kepada mereka. Justru, temannya yang biasanya akan curhat kepada
Okta karena Okta dianggap sebagai orang yang bisa dipercaya untuk menyimpan
rahasia. Topik yang biasanya Okta bahas dengan teman di LCE adalah mengenai
pandangan politik mereka, mengenai pemilu, agama, dan bahkan membahas
masalah masa depan mereka. Okta termasuk memiliki empati yang baik ketika
berkomunikasi dengan temannya di LCE. Pada saat teman tersebut
mengungkapkan permasalahannya kepada Okta, maka Okta sebisa mungkin akan
berusaha bersama-sama mencari solusi untuk masalah tersebut.
Pada saat berkomunikasi dengan teman di LCE, perempuan bertubuh
kurus ini merasa ide-ide atau gagasan-gagasan yang diutarakannya mendapat
dukungan dari temannya. Menurut Okta, ide-idenya yang bagus pasti selalu
didukung oleh temannya tersebut. Okta merasa dirinya mendapat tanggapan
positif dari komunikasi yang dilakukannya dengan teman di LCE. Hal ini
dirasakannya dari tanggapan dan komentar yang diberikan temannya, dan oleh
karena biasanya temannya akan bereaksi langsung menanggapi pembahasan yang
diutarakan Okta. Okta merasa memiliki sangat banyak kesamaan dengan teman-
tean di LCE. Mereka sama-sama menyukai bahasa Inggris, mempunya hobi yang
sama, dan hampir semua temannya di LCE aktif juga berorganisasi di kampusnya
masing-masing. Usia mereka juga dianggapnya masih sebaya, tidak terlalu
berbeda jauh.
Dari uraian wawancara di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
komunikasi antarpribadi Okta di LCE adalah efektif. Hal ini dapat dilihat dari
adanya dukungan dalam komunikasi antarpribadi mereka, Ia mendapat tanggapan
yang positif, memiliki banyak kesamaan, dan bersedia membantu temannya ketika
sedang mengalami masalah.
Informan II
Nama : Guruh Qurniartha
Tanggal Wawancara : 12 Juni 2014
Pukul : 16.00 WIB

Universitas Sumatera Utara


Tempat : Kantor LCE, Jl. Sei Batang Serangan 17/76 Pringgan
a) Konsep Diri
Guruh adalah orang yang sangat kuat memegang prinsip. Bahkan,
sekalipun mendapatkan bukti yang menyatakan prinsipnya salah, pria berkaca
mata ini akan tetap bertahan dengan prinsip awal yang dibuatnya. Baginya,
prinsiplah yang membuatnya nyaman dalam menjalani hidup sehari-hari. Ia tidak
ingin menjalankan prinsip baru yang justru akan membuat dirinya tidak nyaman
karena baginya setiap manusia tentu memiliki hak untuk hidup nyaman. Apabila
ada orang lain yang tidak menyetujui tindakannya, maka saudara Guruh akan
tetap melanjutkan tindakannya. Ia juga mencoba memikirkan terlebih dahulu
penyebab ketidaksependapatan orang lain teresebut, apakah memang benar
tindakannya yang salah. Di sisi lain, kesalahan yang diperbuatnya kepada orang
lain biasanya akan tetap Ia pendam meskipun telah diperbaiki dan telah meminta
maaf akan kesalahan tersebut.
Guruh adalah orang yang sering mengingat akan masa lalu, tetapi Ia tidak
sering mencemaskan masa depan. Guruh adalah orang yang memiliki keyakinan
tinggi terhadap kemampuan dirinya sendiri, bahkan saat akan menghadapi
kegagalan atau kemunduran. Selain itu, Guruh juga menganggap setara orang lain
yang berada di sekitarnya. Baginya, setiap manusia terlahir sama dan
berkemampuan sama, yang kemudian membedakan adalah kerja keras sehingga
masing-masing kemudian dapat memiliki hasil yang berbeda-beda. Kerja keras
yang lebih dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik .
Guruh adalah laki-laki yang sanggup menerima dirinya sebagai orang yang
bernilai bagi orang lain. Ia merasa keberadaan dirinya penting bagi orang lain. Ia
merasa kehadirannya diharapkan oleh orang lain, sedangkan kepergiannya tidak
diinginkan oleh orang lain. Contohnya, ketika temannya ada yang melihatnya
pasti segera memanggilnya untuk bergabung, dan ketika Ia pamit untuk pergi pasti
selalu ditahan-tahan agar mau bertahan lebih lama. Di sisi lain, pada saat dipuji
oleh orang lain, saudara Guruh akan berpura-pura seperti biasa saja, padahal
dalam hatinya Ia merasa sangat senang. Terhadap orang lain yang berusaha
mendominasi keberadaannya, Guruh akan merasa dirinya tersaingi dan berusaha

Universitas Sumatera Utara


melebihinya karena Guruh adalah orang yang tidak suka hidupnya didominasi
oleh orang lain.
Guruh sendiri tidak suka mengungkapkan perasaannya secara jujur kepada
orang lain. Ia hanya akan menunjukkan perasaanya yang sebenarnya kepada orang
tertentu saja. Sementara itu, kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari
dinikmati oleh Guruh. Kegiatan yang dilakukannya akhir-akhir ini antara lain
hadir di LCE, pergi ke kampus, berkumpul bersama kawan, dan berdiskusi dengan
dosen-dosen yang ada di kampusnya. Apabila mengetahui ada teman yang
mengalami kesulitan, Guruh merasa Ia perlu memberi dukungan. Ia akan berusaha
menunjukkan perhatiannya akan kondisi itu dengan kata-kata secara langsung
kepada teman tersebut. Menurutnya, hal ini dilakukannya tulus dari hati, bukan
pura-pura.
Guruh adalah orang yang tidak mau menerima kritikan. Ia akan melawan
kritikan yang ditujukan orang lain kepadanya. Sementara itu, sikap Guruh ketika
dipuji orang lain adalah berpura-pura biasa, tetapi dalam hatinya sebenarnya Ia
senang. Ketika melihat ada orang lain yang memiliki kekurangan, Guruh akan
merasa bersyukur kepada Tuhan karena dirinya masih diberi keadaan yang lebih
baik dari orang tersebut. Ia juga merasa kasihan dan iba, tetapi Ia yakin dibalik
kekurangannya orang lain itu pasti juga mempunyai kelebihan. Sementara itu,
kepada orang lain yang memiliki kelebihan, Ia terkadang iri, namun lebih sering
Ia mengaku akan dijadikan sebagai contoh. Selain itu, Guruh merasa dirinya
disenangi orang lain karena sifatnya yang suka bercanda sehingga dia bukan orang
yang membosankan bagi teman-temannya. Apabila ada kesempatan baginya untuk
berkompetisi mendapatkan sesuatu yang berharga, sekalipun kompetitif, saudara
Guruh akan tetap berusaha sebisa mungkin untuk mengejarnya.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Guruh memiliki konsep
diri positif. Hal ini dikarenakan Guruh yakin dengan kemampuannya sendiri,
merasa setara dengan orang lain, merasa penting keberadaannya bagi orang lain,
menolak dominasi orang lain, menikmati kegiatan secara utuh, peka pada
kebutuhan orang lain, tidak hiperkritis terhadap orang lain, merasa disenangi
orang lain, dan Ia juga optimis terhadap kompetisi.

Universitas Sumatera Utara


b) Komunikasi Antarpribadi
Guruh memiliki beberapa teman dekat lelaki di LCE,salah satunya adalah
Dean Tampubolon. Mereka sering bertemu dan berdiskusi saat sedang tidak
mengikuti kelas di LCE dan pada saat hang out dengan teman-teman LCE
lainnya. Pada saat bersama dengan teman di LCE, biasanya Guruh akan
membahas topik mengenai film, buku, politik, maupun olahraga. Guruh mengaku
tidak pernah membahas hal-hal yang bersifat pribadi dengan temannya di LCE.
Guruh akan berusaha mendengarkan ketika temannya tersebut mengungkapkan
permasalahannya kepada saudara Guruh. Ia kemudian akan berusaha memberikan
solusi semampu yang Ia bisa.
Ide-ide atau gagasan yang diungkapkan oleh Guruh menurutnya sering
mendapat dukungan dari temannya di LCE, walaupun terkadang juga mendapat
penolakan. Namun, Ia mengaku kurang mendapat tanggapan positif dalam
komunikasi antarpribadi yang dilakukannya dengan teman di LCE. Saudara
Guruh merasa memiliki banyak kesamaan dengan teman di LCE. Kesamaan-
kesamaan itu antara lain dalam hal kemampuan berbahasa Inggris, sama-sama
masih mahasiswa, dan sama-sama mengerti bahwa mereka masing-masing
memiliki kewajiban untuk saling menghormati antar anggota satu sama lainnya.
Menurutnya, kesamaan-kesamaan itu yang membuat mereka selama ini bisa
saling menerima dan berteman tanpa adanya perselisihan yang berarti.
Dari ciri-ciri di atas, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi
antarpribadi yang dilakukan Guruh dengan teman di LCE adalah efektif. Hal ini
dapat dilihat dari adanya dukungan dalam komunikasi yang mereka lakukan,
Guruh merasa mendapat tanggapan positif, dan adanya kesamaan-kesamaan
dalam komunikasi mereka.
Informan III
Nama : Josephine Fiona
Tanggal Wawancara : 13 Juni 2014
Pukul : 15.30 WIB
Tempat : Kantor LCE, Jl. Sei Batang Serangan 17/76 Pringgan

Universitas Sumatera Utara


a) Konsep Diri
Josephine adalah perempuan yang cukup memegang prinsip. Ia merasa apa
yang diyakininya benar tidak harus selalu sama dengan apa yang diyakini oleh
orang lain benar. Baginya, setiap orang punya persepsi dan perspektif yang
berbeda-beda. Namun, jika ternyata prinsipnya tersebut salah, Ia tidak malu untuk
mengubahnya. Di samping itu, apabila ada orang yang tidak menyetujui
tindakannya, Josephine menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar. Orang lain
tidak harus selalu setuju dengan tindakannya. Baginya, yang terpenting adalah
tindakannya tidak membuat hidup orang lain menjadi terganggu. Pada saat
melakukan kesalahan, Josephine akan berusaha melakukan introspeksi diri dan
mengambil waktu untuk berdiam diri merenungi kesalahan tersebut.
Josephine adalah orang yang sering mengingat masa lalunya, tetapi Ia
jarang mencemaskan masa depannya. Josephine merasa dirinya cukup mampu
dalam mengatasi kegagalan. Baginya, kegagalan itu memang harus terjadi dan
kegagalan adalah sesuatu yang pasti dalam hidup seorang manusia. Menurutnya,
manusia harus gagal agar bisa sukses. Contohnya, ketika Ia memiliki tugas dan
tugas tersebut memiliki deadline, perlahan-lahan deadline-nya akan mulai
mundur, dan meskipun Ia sudah berusaha mengatasinya namun tetap saja gagal.
Di sisi lain, Josephine terkadang merasa tidak setara dengan orang lain yang ada
di sekitarnya. Contohnya, ketika Ia melihat ada teman yang usianya lebih muda,
tetapi memiliki pemikiran yang lebih dewasa, atau dengan orang yang hidupnya
lebih teratur dan disiplin, Ia akan merasa tidak setara dengan orang tersebut.
Namun, dari sisi yang lain, misalnya latar belakang ekonomi, menurutnya semua
orang adalah setara.
Perhatian yang diberikan oleh teman-temannya membuat Josephine
merasa keberadaannya sangat penting bagi orang lain. Contohnya, ketika Ia
berhalangan hadir, teman-temannya akan menanyakan kabarnya melalui pesan
singkat, atau ketika Ia hadir lagi, teman-temannya akan menanyakan alasannya
tidak hadir sebelumnya. Contoh lain, ketika Ia terlihat sedang berdiam diri, teman-
temannya juga biasanya akan berusaha menanyakan mengenai keadaannya. Di sisi
lain, apabila mendapat pujian dari orang lain, Josephine akan berusaha
mempertimbangkan maksud dari pujian tesebut, apakah pujian tersebut adalah

Universitas Sumatera Utara


sunguh-sungguh atau hanya sekedar untuk membuat dirinya senang, baru
kemudian Ia akan menerima pujian itu, meskipun sebenarnya Ia merasa tidak
layak untuk dipuji.
Josephine lebih memilih untuk mengalah dan mundur terhadap orang lain
yang berusaha mendominasi keberadaannya. Ia sebenarnya menyadari sikap orang
tersebut, tetapi tidak ingin menimbulkan konflik yang baginya sangat tidak
penting. Selain itu, Josephine adalah orang yang tidak mengungkapkan
perasaannya secara jujur kepada orang lain. Ia lebih memilih memendam
perasaannya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari dinikmati oleh
Josephine karena Ia merasa kegiatan yang dilakukannya itu semuanya penting.
Beberapa diantaranya adalah pergi ke perpustakaan, berdiskusi dengan teman,
bermain games, atau belajar hal-hal baru yang belum Ia ketahui sebelumnya.
Sementara itu, ketika mengetahui ada temannya yang mengalami kesulitan,
Josephine akan berusaha membantu semampunya. Contohnya, ketika bersama
dengan teman yang dompetnya hilang dicuri di dalam angkutan umum, Ia tidak
meninggalkan teman tersebut sendirian, justru Ia berusaha menemaninya dalam
kondisi seperti itu, meskipun telah larut malam. Ia berusaha memposisikan diri
seakan-akan berada di posisi teman yang kehilangan dompet tersebut, maka Ia
pasti juga membutuhkan teman untuk menemaninya dan membantunya.
Josephine adalah orang yang mau menerima kritikan. Ia cukup terbuka
dengan kritikan yang ditujukan oleh orang lain kepada dirinya, dengan catatan
kritikan itu memang bertujuan memperbaiki dirinya. Apabila mendapat pujian
dari orang lain, Josephine akan menerima dengan baik pujian tersebut dan
berusaha berterima kasih. Di samping itu, apabila melihat ada teman yang
memiliki kekurangan, Josephine akan bersikap empati kepadanya dengan
berusaha menempatkan dirinya di posisi orang tersebut. Sedangkan kepada teman
yang memiliki kelebihan, Josephine menganggapnya sebagai hal yang biasa saja
karena semua orang juga pasti memiliki kelebihan.
Josephine merasa dirinya cukup disenangi oleh orang lain. Namun, Ia
menyadari bahwa pasti ada juga orang-orang yang tidak menyukai dirinya.
Apabila memiliki kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu yang
berharga baginya, sekalipun kompetisi yang sangat kompetitif, Josephine akan

Universitas Sumatera Utara


tetap berusaha mengejarnya dan mencari cara untuk memenangkan kompetisi
tersebut. Baginya, justru dalam kompetisi yang semakin besar seseorang
sebenarnya sedang dituntut untuk semakin berjuang.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
konsep diri yang dimiliki Josephine adalah positif. Hal ini dikarenakan Josephine
memiliki prinsip dan bersedia merubah prinsip tersebut apabila salah, Ia tidak
merasa bersalah berlebihan, yakin dengan kemampuan diri sendiri, merasa penting
keberadaannya bagi orang lain, mampu menerima pujian, menikmati kegiatan
secara utuh, peka pada kebutuhan orang lain, menerima kritikan, tidak hiperkritis
terhadap orang lain, dan bersikap optimis terhadap sebuah kompetisi
b) Komunikasi Antarpribadi
Josephine memiliki teman dekat di LCE yang bernama Karina Pratiwi.
Josephine adalah orang yang jarang membicarakan hal-hal pribadinya kepada
teman di LCE tersebut. Perempuan yang suka bergaya agak tomboi ini hanya akan
membicarakan hal pribadi mengenai dirinya kepada orang tertentu saja. Mereka
biasanya hanya akan berbicara mengenai kegiatan kuliah dan bercanda dalam
bahasa Inggris. Sementara itu, apabila pada saat berkomunikasi dengan temannya
di LCE, teman tersebut mengungkapkan permasalahannya, Josephine akan lebih
memilih untuk mencari tahu dan menilai dahulu permasalahan tersebut apakah
permasalahan itu memang penting atau justru bukan masalah yang terlalu penting.
Menurutnya, ada orang yang terkadang menciptakan sendiri masalahnya, padahal
hal itu sebenarnya tidak perlu dianggap sebagai masalah. Contohnya, ketika ada
teman yang sangat suka berbicara sehingga Ia tidak suka ada orang lain yang
terlihat suaranya lebih bagus, bagi Josephine hal seperti ini adalah masalah yang
tidak penting dan tidak perlu diberikan solusi.
Di sisi lain, Josephine merasa ide atau gagasan yang diungkapkannya
sering mendapat dukungan dari teman di LCE. Namun, terkadang ada juga
beberapa topik yang terkadang mendapat kontradiksi atau perbedaan pendapat.
Pada saat mengutarakan ide atau gagasan, Josephine sebenarnya tidak
mengharapkan dukungan, Ia hanya ingin agar konsepnya dapat dimengerti oleh
orang lain. Pada saat berkomunikasi dengan teman di LCE, Josephine merasa
mendapat tanggapan positif dari respon dan ekspresi yang diberikan temannya di

Universitas Sumatera Utara


LCE. Josephine juga merasa dalam komunikasi dengan teman di LCE memiliki
kesamaan-kesamaan. Kesamaan itu diantaranya adalah mereka sama-sama
mahasiswa, sama-sama sudah terbiasa berteman dengan anak kos, dan sama-sama
bergabung di LCE karena memiliki impian di masa depan.
Peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi yang dilakukan
Josephine dengan teman di LCE adalah efektif. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri
dalam komunikasi mereka, yakni adanya dukungan, mendapat tanggapan positif,
memiliki lesamaan-kesamaan, dan bersedia membantu apabila teman sedang
mengalami kesulitan.
Informan IV
Nama : Karina Pratiwi
Tanggal Wawancara : 17 Juni 2014
Pukul : 19.00 WIB
Tempat : Kantor LCE, Jl. Sei Batang Serangan 17/76 Pringgan
a) Konsep Diri
Karina adalah orang yang sangat teguh dalam menjalankan prinsipnya.
Bahkan, sekalipun ada bukti baru yang menunjukkan bahwa prinsipnya tersebut
salah, Ia tidak akan mengubah sikapnya dan tetap memilih mempertahankan
prinsip tersebut. Menurutnya, tidak masalah bila orang lain menolak prinsipnya
karena itu adalah hak mereka. Ia tidak bisa mempengaruhi dan mengubah prinsip
orang lain tersebut. Selain itu, apabila ada orang lain yang tidak menyetujui
tindakannya, perempuan berambut panjang ini tetap tidak akan mengubah
perilakunya. Ia mengikuti seperti yang diajarkan oleh dosennya bahwa manusia
harus mempunyai identitas untuk dirinya sendiri. Ia memilih untuk menjadi
dirinya sendiri dan perilakunya hanya dirinya sendiri yang bisa menentukan itu
benar atau tidak, bukan orang lain. Jadi, walaupun tindakannya kurang disetujui
oleh orang lain, menurutnya hal tersebut bukan berarti Ia harus mengubah
perilakunya. Ia merasa sebenarnya telah berperilaku dengan berdasarkan pada
peraturan-peraturan yang ada.
Karina adalah orang yang sering mengingat masa lalu, namun ia jarang
mencemaskan masa depannya karena Ia yakin bahwa masa depannya pasti akan
baik. Karina juga memiliki keyakinan yang besar akan kemampuan dirinya sendiri

Universitas Sumatera Utara


dalam menghadapi kegagalan. Baginya, kegagalan adalah kesuksesan yang
tertunda. Kegagalan berarti Tuhan memberi kesempatan untuk belajar dari
kegagalan itu untuk kemudian menjadi orang yang benar-benar sukes. Ia tidak
ingin menjadi orang yang sukses dengan instan, tetapi tidak mengetahui atau tidak
yakin dengan kesuksesan yang telah diperoleh tersebut.
Karina menganggap semua orang yang ada disekitarnya setara dengannya
karena Tuhan menciptakannya demikian. Menurutnya, tidak ada manusia pintar
dan manusia bodoh. Baginya, semua manusia itu sebenarnya sama-sama pintar,
hanya berbeda-beda dalam kecepatan mencapai target. Karina juga sanggup
menyadari bahwa keberadaannya penting dan bernilai bagi orang lain karena Ia
adalah orang yang suka menolong orang lain. Ia merasa itu adalah identitas dari
dirinya. Sementara itu, apabila mendapat pujian dari orang lain, saudari Karina
akan merasa senang, namun Ia akan berpura-pura bersikap biasa di depan orang
lain, padahal dalam hatinya Ia sebenarnya merasa senang.
Apabila ada orang yang berusaha mendominasi keberadaannya, Karina
akan berusaha menolak. Menurutnya, orang lain tersebut tidak berhak
mendominasi dirinya karena sejak awal setiap manusia adalah setara. Karina
adalah orang yang tidak menunjukkan perasaannya secara jujur kepada orang lain.
Ia lebih memilih untuk menyimpannya. Contohnya, ketika ada teman yang sedang
ribut dan mengganggu jalannya kelas, sebenarnya Ia ingin menegurnya, tetapi Ia
sadar apabila ditegur mereka akan marah dan justru menciptakan pertengkaran,
sehingga Ia lebih memilih untuk tidak menegurnya. Di sisi lain, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan setiap harinya sangat dinikmati oleh perempuan ini, antara lain
mengajar, memasak, dan belajar. Selain itu, Karina termasuk orang yang peka
pada kebutuhan orang lain. Pada saat ada teman yang mengalami kesulitan, Ia
akan bersikap simpatik dan berusaha sekuat mungkin untuk menolongnya.
Karina mengaku akan menerima kritikan yang ditujukan kepadanya
selama kritikan itu bertujuan untuk membangun dirinya. Namun, untuk kritikan
yang bertujuan menjatuhkannya, ia akan segera menolaknya. Sejauh ini Karina
merasa lebih sering mendapat kritikan yang membangun dirinya. Sedangkan
apabila dipuji oleh teman, Karina akan memilih berpura-pura dan
menyembunyikan perasaan senangnya. Karina akan bersikap simpatik terhadap

Universitas Sumatera Utara


temannya yang memiliki kekurangan, sedangkan terhadap teman yang memiliki
kelebihan, Ia memandangnya secara positif karena setiap orang diciptakan oleh
Tuhan memiliki kekurangan dan kelebihan. Karina merasa dirinya disenangi
orang lain karena sikapnya yang suka membantu mereka. Selain itu, apabila
mendapat kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu yang berharga
baginya, sekalipun kompetitif, Karina akan tetap mengikutinya dan berusaha
mendapatkan hasil yang maksimal dalam kompetisi tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara ini, peneliti menyimpulkan bahwa Karina
memiliki konsep diri yang positif. Hal ini dikarenakan Ia tidak merasa bersalah
yang berlebihan, yakin akan kemampuannya sendiri, merasa setara dengan orang
lain, merasa penting keberadaannya bagi orang lain, menolak dominasi orang lain,
menikmati kegiatan secara utuh, peka pada kebutuhan orang lain, menerima
kritikan, tidak hiperkritis terhadap orang lain, merasa disenangi orang lain, dan
juga optimis terhadap kompetisi.
b) Komunikasi Antarpribadi
Karina memiliki teman dekat di LCE, salah satunya adalah Josephine.
Pada saat bersama dengan teman di LCE tersebut, biasanya Karina akan
membahas mengenai pelajaran masing-masing mereka di kampus, masalah
ekonomi dan sosial, atau budaya. Ia mengaku jarang membahas hal-hal yang
pribadi dengan temannya di LCE karena merasa sifat sebenarnya dirinya yang
tertutup pada orang lain. Apabila dalam komunikasinya dengan teman di LCE
teman tersebut mengungkapkan permasalahannya, Karina akan berusaha
mendengarkan permasalahan tersebut kemudian semampunya membantu
mengatasi masalah tersebut dengan memberikan solusi-solusi.
Ide atau gagasan yang diungkapkan Karina sering mendapat dukungan dari
temannya. Contohnya, ketika Ia memberi saran mengenai makanan yang akan
dibawa saat berkunjung ke rumah salah satu teman, kemudian temannya tersebut
menerima saran yang diberikan oleh Karina. Selain itu, dari komunikasinya
dengan teman yang ada di LCE, Karina merasa dirinya mendapat tanggapan yang
positif dengan mendapat respon langsung, contohnya tersenyum atau komentar
persetujuan. Karina juga merasa dalam komunikasi dengan teman di LCE
memiliki banyak kesamaan. Antara lain adalah kesamaan asal kampus atau

Universitas Sumatera Utara


universitas, kesamaan ideologi, kesamaan sudut pandang, dan usia yang relatif
sama. Contohnya, dalam hal mengenai budaya orang barat dan orang timur,
dimana orang barat tidak suka telat, Ia mengaku mereka sama-sama mengagumi
hal tersebut dan sama-sama berusaha mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan ciri-ciri di tersebut dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa
Karina memiliki komunikasi antarpribadi dengan teman di LCE yang efektif
karena memiliki ciri-ciri adanya dukungan dalam komunikasi yang mereka
lakukan, mendapat tanggapan yang positif, memiliki banyak kesamaan, dan
bersedia membantu pada saat teman mengalami kesulitan.
Informan V
Nama : Ramadhani
Tanggal Wawancara : 19 Juni 2014
Pukul : 16.30 WIB
Tempat : Kantor LCE, Jl. Sei Batang Serangan 17/76 Pringgan
a) Konsep Diri
Ramadhani adalah seorang laki-laki yang cukup meyakini prinsip yang
dibuatnya dan siap mempertahankannya. Namun, apabila ada penolakan dari oran
lain, Ia akan mencoba berpikir ulang tentang prinsipnya tersebut. Di sisi lain,
apabila ternyata Ia salah, Ia siap untuk dikoreksi, meminta maaf, dan memperbaiki
diri. Apabila ada orang lain yang tidak menyetujui tindakannya, Ramadhani akan
berusaha menentangnya. Menurutnya, Ia adalah orang bertipe kolerik yang suka
dengan pertikaian. Ia juga sering merasa bersalah yang berlebihan. Bahkan, Ia
pernah tidak bisa tidur semalaman karena merasa bersalah kepada orang lain dan
tidak berani bertemu dengan orang tersebut. Laki-laki bertubuh kurus dan
berambut keriting ini juga adalah orang yang sering mengingat-ingat masa lalu
dan juga sering mencemaskan masa depannya.
Pada saat menghadapi kegagalan, Ramadhani sering merasa cemas dan
memikirkan akan kegagalan tersebut. Namun, hal tersebut tidak membuatnya
mundur, Ia akan tetap menjalaninya dan melakukan apa saja yang Ia bisa lakukan.
Di sisi lain, Ramadhani adalah orang yang terkadang memandang tidak setara
orang lain. Ia merasa iri dengan orang yang memiliki postur tubuh lebih baik dari

Universitas Sumatera Utara


dirinya. Rasa iri ini hanya akan luntur apabila kemudian Ia mendengar kata-kata
motivasi dari orang lain bahwa manusia semua sama di mata Tuhan. Pada saat
seperti ini, rasa percaya dirinya akan tumbuh kembali dan mengganggap orang
tersebut setara dengannya untuk sementara waktu.
Menurut Ramadhani, Ia merasa keberadaannya penting bagi orang
lain. Hal itu dilihat dari tanda-tanda ketika Ia tidak hadir banyak kegiatan
yang akan dibatalkan teman-temannya karena ketidakhadirannya.
Menurutnya, orang lain membutuhkan Ia hadir dalam acara-acara tersebut.
Apabila dipuji oleh teman, Ramadhani akan bersikap biasa saja. Ia kadang
akan menerima secara langsung pujian tersebut, namun lebih sering berpura-
pura biasa saja di depan orang tersebut, padahal dalam hatinya Ia merasa
senang.
Ramadhani adalah tipe orang yang akan membiarkan orang lain yang
sedang berusaha mendominasi keberadaannya. Ia tidak ingin melakukan
perlawanan terhadap orang tersebut. Contohnya, di organisasinya, Ia adalah
seorang ketua, namun sekretarisnya selalu berusaha mendominasi dirinya
dengan membuat kebijakan sendiri yang berlawanan dengan kebijakan yang
sebelumnya telah dibuat oleh Ramadhani. Ramadhani sebenarnya menyadari
hal ini, namun, Ia memilih untuk membiarkannya. Ramadhani juga adalah
tipe orang yang tidak akan menunjukkan perasaannya secara jujur kepada
orang lain, Ia lebih memilih untuk berdiam diri. Sementara itu, kegiatan yang
dilakukan sehari-hari dinikmati oleh Ramadhani, seperti hadir di LCE dan
berkumpul dengan teman-teman di organisasinya. Apabila mengetahui ada
temannya yang mengalami kesulitan, Ramadhani akan segera menolongnya.
Contohnya, ketika temannya yang selama ini selalu menolongnya akan
mengadakan seminar proposal di kampus, Ia berusaha menawarkan
pertolongan juga kepada teman tersebut. Ia pasti akan melakukan hasl sekecil
apa pun untuk menolong temannya tersebut.
Ramadhani tidak menyukai kritikan. Ia akan merasa marah dan benci
kepada orang yang mengkritik tersebut, tetapi tidak akan mengutarakannya secara
langsung, melainkan memendamnya. Apabila dipuji oleh orang lain, Ramadhani
akan bersikap salah tingkah. Ia akan diam saja, padahal sebenarnya di dalam

Universitas Sumatera Utara


hatinya Ia merasa senang. Sementara itu, pada saat melihat ada teman yang
memiliki kekurangan, Ramadhani akan merasa kasihan dan mengoreksi diri
sendiri. Menurutnya, mungkin hal tersebut adalah cobaan bagi dirinya untuk
melihat orang tersebut agar kemudian lebih bersyukur lagi kepada Tuhan karena
memiliki keadaan yang lebih baik. Sedangkan terhadap teman yang memiliki
kelebihan, Ia akan merasa iri dan ingin menjadi seperti orang tersebut. Di sisi lain,
Ramadhani sejauh ini merasa dirinya disenangi oleh orang lain. Menurutnya hal
ini terjadi karena Ia tidak suka membuat keributan, suka dengan hal-hal positif,
dan bisa membuat sebuah suasana menjadi lebih hidup. Apabila memiliki
kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu yang berharga baginya,
saudara Ramadhani akan mengikutinya. Baginya, hasil akhir lebih baik diserahkan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki oleh
Ramadhani adalah negatif. Hal ini dikarenakan Ia sering merasa bersalah yang
berlebihan, sering mengingat masa lalu dan mencemaskan masa depan, kurang
yakin dengan kemampuan sendiri, merasa tidak setara dengan orang lain, berpura-
pura saat menerima pujian, tidak menolak dominasi orang lain, tidak
mengungkapkan perasaan secara jujur, dan tidak mampu menerima kritikan.
b) Komunikasi Antarpribadi
Ramadhani memiliki beberapa teman dekat di LCE, salah satunya adalah
Guruh Qurniartha. Pada saat bersama dengan temannya tersebut di LCE,
Ramadhani biasanya akan membahas mengenai kegiatan di kampus, skripsi, dan
mnegenai kegiatan sehari-hari. Ia jarang membahas hal-hal yang pribadi dengan
teman dekatnya di LCE. Sementara itu, pada saat berkomunikasi dengan teman di
LCE, apabila teman mengungkapkan permasalahannya, Ramadhani akan berusaha
memberi solusi, terlepas dari solusi tersebut akan diterima atau tidak oleh
temannya. Ia akan mencoba menempatkan dirinya berada di posisi teman tersebut.
Lebih lanjut, pada saat berkomunikasi dengan teman di LCE, menurut
Ramadhani, ide-ide atau gagasan yang diutarakannya bisanya akan diterima oleh
temannya, namun Ia tidak bisa memastikan apakah ide tersebut kemudian
dilaksanakan atau tidak oleh temannya. Ramadhani juga merasa dirinya mendapat
tanggapan yang positif dari teman di LCE ketika mereka sedang berkomunikasi.

Universitas Sumatera Utara


Tanggapan positif ini berupa senyuman dan cara temannya menatap. Ramadhani
merasa memiliki banyak kesamaan dengan teman di LCE. Menurutnya, mereka
memiliki kendala yang sama dalam bahasa Inggris dan kemampuan berbahasa
Inggris mereka yang juga sama.
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat dismpulkan bahwa komunikasi
antarpribadi yang dilakukan Ramadhani dengan teman di LCE adalah efektif. Hal
ini dapat dilihat dari adanya dukungan terhadap ide dan gagasan dalam
komunikasi mereka, terdapat tanggapan positif, memiliki banyak kesamaan, dan
berempati ketika teman sedang mengalami kesulitan.
Informan VI
Nama : Roulina M.F Siboro
Tanggal Wawancara : 19 Juni 2014
Pukul : 18.30 WIB
Tempat : Kantor LCE, Jl. Sei Batang Serangan 17/76 Pringgan
a) Konsep Diri
Roulina adalah tipe orang yang meyakini dengan kuat suatu prinsip dan
bersedia mempertahankannya, namun Ia juga tidak ragu untuk mengubah
prinsipnya tersebut apabila ada bukti baru yang menunjukkan bahwa prinsipnya
salah. Ia tidak ingin mempertahankan hal yang salah, Ia hanya ingin
mempertahankan hal yang benar saja. Apabila ada orang yang tidak menyetujui
tindakannya, Roulina biasanya akan tetap mempertahankannya selama tindakan
tersebut tidak merugikan orang lain. Namun, apabila ternyata tindakannya tersebut
mengganggu orang lain, Roulina siap untuk kemudian mengubahnya. Pada saat
melakukan sebuah kesalahan, Roulina akan segera meminta maaf kepada mereka
yang tersakiti, mengubah sifatnya, dan segera melupakan hal tersebut.
Roulina sering mengingat masa lalu dan juga sering mencemaskan masa
depannya. Masa lalu yang sering diingatnya adalah masa lalu yang baik,
sedangkan masa lalu yang buruk berusaha untuk tidak diingatnya lagi. Ia juga
mencemaskan akan kehidupannya di masa mendatang, dimana Ia akan bekerja,
usaha apa yang akan dikerjakannya, dan masih banyak lagi mengenai kegiatan
yang akan dilakukannya di masa yang akan datang. Di sisi lain, Roulina adalah
orang yang tidak takut akan kegagalan. Baginya, lebih baik mencoba daripada

Universitas Sumatera Utara


tidak mencoba sama sekali dimana Ia tidak akan pernah mengetahui hasil yang
akan diraihnya. Perempuan berambut panjang lurus dan bertubuh agak pendek ini
juga memandang orang lain setara dengan dirinya karena menurutnya semua
manusia memiliki fisik yang sama, tidak ada perbedaan. Contohnya, sama-sama
memiliki hidung, sama-sama memiliki mata, dan makanan yang dimakan juga
sama. Menurutnya, yang kemudian membedakan manusia satu dengan lainnya
adalah usahanya. Misalnya, dari segi ekonomi, jika ingin memiliki finansial yang
lebih baik maka usaha yang dikerjakan pun harus lebih besar.
Roulina sanggup memandang dirinya sebagai orang yang bernilai bagi
orang lain. Menurutnya, semua orang saling membutuhkan. Sama seperti Ia
membutuhkan teman-temannya dalam perkuliahan di kampus, teman-temannya
pun membutuhkan dirinya. Menurutnya, karena mereka saling mengisi dan
melengkapi maka hidup mereka menjadi menyenangkan seperti saat ini. Apabila
mendapat pujian dari teman, Roulina akan merasa senang dan mengucapkan
terima kasih karena telah dipuji. Hal ini menurutnya bukan berati Ia sedang
menyombongkan diri. Pujian tersebut akan memacu dirinya untuk menjadi orang
yang lebih baik lagi.
Roulina sangat tidak suka dan akan marah apabila ada orang lain yang
berusaha mendominasi keberadaannya karena hal itu berarti orang tersebut tidak
memberi kesempatan kepada orang lain. Ia akan menegur orang tersebut karena Ia
adalah orang yang tidak bisa memendam perasaannya, tetapi tentu saja tidak akan
menegurnya secara langsung di hadapan umum. Selain itu, Roulina adalah tipe
orang yang akan menunjukkan secara langsung perasaannya kepada orang lain. Ia
adalah orang yang tidak bisa berpura-pura sehingga suasana hatinya dapat
langsung diketahui orang lain. Contohnya, ketika Ia sedang memiliki masalah
maka ekspresi wajahnya akan langsung menggambarkan suasana hatinya, atau
ketika sedang senang maka ekspresi wajahnya akan terlihat bersemangat dan
mudah tertawa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari sebagian dinikmati
oleh Roulina, sedangkan sebagian lagi tidak. Hal ini dikarenakan ada sebagian
waktu yang menurutnya tidak digunakan secara efektif. Namun, secara umum
lebih banyak yang dinikmati, contohnya kegiatan di LCE, di kampus, maupun
bakti sosial yang biasa diikutinya.

Universitas Sumatera Utara


Apabila mengetahui ada teman yang sedang mengalami kesulitan, Roulina
akan berusaha peduli dan mencari tahu permasalahan temannya yang
sesungguhnya dengan langsung menanyakan kepada teman tersebut. Ia akan
memberi solusi dan akan membantu jika Ia memang merasa mampu setelah
mengetahui duduk persoalan. Di samping itu, Roulina adalah orang yang sangat
suka dengan kritikan, sekalipun mungkin itu menyakitkan baginya. Kritikan
baginya adalah sangat penting. Kritikan dianggap sebagai referensi untuk
memperbaiki sifatnya dan membuat dirinya menjadi lebih baik lagi. Ia mengaku
paling senang jika ada evaluasi dari teman terhadap perilakunya dan mengkritik
dirinya. Apabila dipuji oleh orang lain, Roulina akan merasa senang, bangga, dan
tidak menyangkalnya. Kemudian Ia akan memberikan ucapan terima kasih kepada
orang tersebut. Pada saat melihat ada teman yang memiliki kekurangan, Ia akan
merasa kasihan, sedangkan kepada teman yang memiliki kelebihan, Ia akan
menjadikannya sebagai contoh dan acuan. Roulina menyadari bahwa dirinya
disenangi oleh orang lain karena menurutnya Ia adalah orang yang ceria,
bersemangat, dan tidak suka berpura-pura dalam berteman. Sementara itu, pada
saat memiliki kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu yang
berharga baginya, meskipun kompetitif, Roulina akan tetap berusaha dan
mempersiapkan diri. Selain berusaha, Ia juga tidak lupa untuk memohon kepada
Tuhan karena menurutnya Tuhan pasti akan mengabulkan permohonannya.
Menurut pengalamannya, sebagian besar permohonan yang dipanjatkannya
kepada Tuhan selalu dikabulkan
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki oleh Roulina
adalah konsep diri positif. Hal ini dikarenakan Ia bersedia mengubah prinsipnya
apabila ternyata Ia salah, tidak merasa bersalah berlebihan, yakin dengan
kemampuan sendiri, merasa setara dengan orang lain, merasa keberadaannya
penting bagi orang lain, mampu menerima pujian, menolak dominasi orang lain,
mengungkaplan perasaan secara jujur, peka pada kebutuhan orang lain, menerima
kritikan, tidak hiperkritis terhadap orang lain, merasa disenangi orang lain, serta
optimis terhadap kompetisi yang diikutinya.
b) Komunikasi Antarpribadi

Universitas Sumatera Utara


Roulina memiliki teman dekat di LCE, yaitu Rika Panggabean. Pada saat
bersama dengan teman di LCE tersebut biasanya Roulina akan membahas
mengenai pekerjaan di masa depan dan usaha-usaha yang ingin dilakukan. Ia
jarang membahas mengenai hal-hal yang sangat pribadi dengan teman di LCE.
Apabila teman di LCE mengungkapkan permasalahannya kepada Roulina,
biasanya Ia akan terlebih dahulu menganalisis permasalahan tersebut baru
kemudian memberikan solusi tidakan apa yang selanjutnya harus dilakukan oleh
teman tersebut. Pada saat berkomunikasi dengan teman di LCE, Roulina merasa
ide-ide dan gagasan yang diutarakannya sering sekali mendapat dukungan,
contohnya adalah ketika dalam kelompok bersama teman tersebut mereka harus
memperagakan sebuah dram,a Ia memberikan saran topik yang kemudian diterima
oleh temannya. Roulina juga merasa mendapat tanggapan positif dalam
komunikasi yang dilakukannya dengan teman di LCE. Alasannya, ketika Ia
sedang berbicara, teman tersebut akan memperhatikan dan merespon ucapannya.
Di samping itu, pada saat berkomunikasi dengan teman di LCE, Roulina juga
merasa memiliki banyak kesamaan. Kesamaan tersebut antara lain adalah mereka
memiliki tujuan yang sama datang ke LCE, yaitu untuk belajar bahasa Inggris,
kemudian usia yang juga relatif sama, dan latar belakang anggota LCE yang
sebagian besar adalah mahasiswa.
Berdasarkan hasil wawancara ini, peneliti menyimpulkan bahwa
komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh Roulina dengan teman di LCE
adalah efektif. Hal ini dapat dilihat dari adanya dukungan dalam komunikasi
mereka, mendapat tanggapan yang positif, memiliki banyak kesamaan, dan
bersedia membantu teman pada saat teman tersebut mengalami kesulitan.
Informan VII
Nama : Mayliska
Tanggal Wawancara : 23 Juni 2014
Pukul : 16.00 WIB
Tempat : Kantor LCE, Jl. Sei Batang Serangan 17/76 Pringgan
a) Konsep Diri
Mayliska adalah tipe orang yang akan kesal apabila prinsipnya ditolak
oleh orang lain. Ia paling tidak bisa menerima apabila pendapatnya dipatahkan

Universitas Sumatera Utara


oleh orang lain.Ia akan merasa kesal terhadap orang tersebut, tetapi tidak akan
berlangsung lama, Ia kemudian akan sadar dan memperbaiki prinsipnya.
Menurutnya, tetap mempertahankan prinsip meskipun itu salah berarti terlalu
idealis, dan menurutnya, terlalu idealis itu salah. Jadi, Ia merasa akan lebih baik
jika tidak terlalu idealis. Sementara itu, apabila ada orang tidak menyetujui
tindakan Mayliska, Ia terlebih dahulu akan mencari tahu alasan orang tersebut.
Mayliska akan berlapang dada dan belajar menerimanya jika memang alasan
tersebut dapat diterima, namun Ia tidak akan berlama-lama mengingat hal
tersebut. Mayliska adalah orang yang tidak suka mengingat-ingat kesalahannya
karena menurutnya hal tersebut hanya membuang-buang waktu. Mayliska sendiri
adalah orang yang sering mengingat masa lalu dan mencemaskan masa depan,
namun Ia siap menghadapi segala sesuatu yang ada di hadapannya. Menurutnya,
jika terlalu khawatir dengan masa depan sama dengan orang yang tidak memiliki
Tuhan. Menurutnya, manusia tidak akan pernah bisa mengetahui apa yang akan
terjadi di hari esok, jadi hadapi saja apa yang sedang ada saat ini.
Mayliska juga siap mengadapi kegagalan yang akan terjadi. Ia akan
melakukannya hingga level yang terbaik yang Ia bisa dengan semua
kemampuannya. Hasil bukan yang utama baginya karena Ia siap dengan segala
kemungkinan hasil yang akan diperolehnya. Kegagalan menurutnya berarti
menuntut untuk berusaha lebih keras lagi dan belajar dari kegagalan itu sendiri. Di
sisi lain, Mayliska dalam memandang orang lain terkadang merasa tidak setara. Ia
akan merasa lebih rendah kepada orang lain yang aktif dan memiliki keahlian
bermusik. Namun, secara umum ia menganggap orang lain adalah setara
dengannya. Keberadaannya bagi orang lain dirasa penting oleh Mayliska,
contohnya dalam mengambil sebuah keputusan Ia biasanya akan menjadi
penengah yang memberi solusi untuk menyelesaikan perdebatan.
Apabila dipuji oleh teman, Mayliska mengaku akan merasa senang dan
mengungkapkan rasa terima kasihnya. Sementara sikap Mayliska terhadap orang
lain yang berusaha mendominasi keberadaannya adalah tidak suka, tetapi tidak
menunjukkannnya. Ia akan berpura-pura untuk bersikap biasa, padahal Ia merasa
emosi terhadap orang tersebut. Mayliska juga tidak mengungkapkan perasaannya
secara jujur kepada orang lain. Contohnya, ketika Ia sebenarnya sedang sakit,

Universitas Sumatera Utara


tidak akan ada temannya yang mempercayainya bahwa Ia sedang sakit karena
sangat tidak dapat dilihat dari luar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap
harinya diakui dinikmati oleh Mayliska. Kegiatan tersebut antara lain, kegiatan di
LCE, ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial, dan aktif dalam pelayanan di gerejanya.
Contohnya, ketika ada bantuan dari rumah sakit di Korea kepada pengungsi
Sinabung, perempuan berambut ikal dan bertubuh tinggi langsing ini ikut menjadi
relawan penerjemah yang membantu orang-orang dari Korea tersebut untuk
berdialog dengan para pasien pengungsi yang ada di Sinabung. Sementara itu,
apabila ada teman yang mengalami kesulitan, Mayliska akan berusaha menjadi
pendengar yang baik terlebih dahulu. Ia mengaku hanya akan memberikan solusi
kepada teman tersebut apabila memang diminta. Namun, jika tidak diminta, Ia
hanya akan menjadi pendengar yang baik saja.
Mayliska sangat senang mendapat kritikan, sekalipun kritikan tersebut
menyakitkan baginya. Bahkan, Ia akan berterima kasih atas kritikan tersebut.
Apabila dipuji oleh orang lain Mayliska akan berterimakasih secara spontan dan
tidak berpura-pura. Apabila melihat ada teman yang memiliki kekurangan
Mayliska akan merasa kasihan dan tidak akan mengungkit kelemahan teman
tersebut. Menurutnya, tidak ada manusia yang diciptakan sempurna. Di sisi lain,
terhadap teman yang memiliki kelebihan baginya adalah kesempatan untuk
belajar, meskipun Ia tidak bisa menyembunyikan bahwa awalnya Ia terkadang
akan merasa cemburu dengan teman yang memiliki kelebihan tersebut. Mayliska
sendiri merasa dirinya disenangi oleh orang lain karena menurutnya Ia adalah
orang yang bisa diajak bercanda dan tidak mau berpura-pura. Sementara itu,
apabila ada kesempatan baginya untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu yang
berharga, Mayliska akan melakukan persiapan sebaik-baiknya untuk meraih
kemenangan dalam kompetisi tersebut. Menurutnya, ketika sangat menginginkan
sesuatu maka Ia harus berusaha sekuat mungkin, bukan berleha-leha karena hanya
akan buang-buang waktu.
Peneliti menyimpulkan bahwa Mayliska memiliki konsep diri yang positif
karena Ia bersedia mengubah prinsipnya apabila salah, tidak merasa bersalah
berlebihan, yakin dengan kemampuan sendiri, merasa keberadaannya penting bagi
orang lain, mampu menerima pujian, menikmati kegiatan secara utuh, mau

Universitas Sumatera Utara


menerima kritikan, tidak hiperkritis terhadap orang lain, merasa disenangi orang
lain, dan optimis terhadap kompetisi.
b) Komunikasi Antarpribadi
Mayliska memiliki beberapa teman dekat di LCE, salah satunya adalah
Winda. Pada saat bersama dengan teman tersebut di LCE, topik yang akan
dibahas oleh Mayliska adalah mengenai teman-teman mereka yang ada di
perantauan, sekedar berbagi info, serta bercerita mengenai kehidupan di rumah,
kampus dan keadaan ekonomi. Ia mengaku sering membahas hal pribadi dengan
teman di LCE tersebut. Apabila teman di LCE tersebut mengungkapkan
permasalahannya, Mayliska biasanya akan berusaha menjadi pendengar yang baik
meskipun menurutnya membosankan. Ia hanya akan memberikan saran apabila
dibutuhkan karena Ia tidak ingin dianggap sedang menggurui.
Pada saat berkomunikasi dengan teman dekatnya di LCE, Mayliska
merasa ide-ide atau gagasannya terkadang tidak mendapat dukungan. Contohnya,
ketika ada tugas membuat film di LCE, skrip yang ditawarkan oleh saudari
Mayliska ditolak oleh teman-teman dekatnya tersebut. Di sisi lain, dari
komunikasi yang dilakukannya dengan teman di LCE, Mayliska merasa mendapat
tanggapan positif. Hal ini bisa terjadi karena temanya sudah mengetahui sifatnya,
dan bahkan berani mengoreksi sikapnya ketika sedang curhat. Mayliska sendiri
dalam komunikasinya dengan teman di LCE merasa memiliki banyak kesamaan,
antara lain sama-sama sudah berpikiran terbuka, sama-sama ingin melanjutkan
kuliah di luar negeri, dan sudah saling memahami dalam menyikapi teman-teman
tertentu di LCE.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa Mayliska memiliki komunikasi
antarpribadi yang efektif dengan teman di LCE. Hal ini bisa dilihat dari ciri-ciri
komunikasi yang dilakukan oleh Mayliska dengan teman tersebut, yakni terdapat
keterbukaan, adanya tanggapan positif,dan memiliki banyak kesamaan di antara
mereka.
Informan VIII
Nama : Rifanny Alfiandi
Tanggal Wawancara : 23 Juni 2014
Pukul : 18.30 WIB

Universitas Sumatera Utara


Tempat : Kantor LCE, Jl. Sei Batang Serangan 17/76 Pringgan
a) Konsep Diri
Rifanny adalah tipe laki-laki yang akan berusaha semaksimal mungkin
mempertahankan prinsipnya. Namun, Ia bersedia merubahnya demi kebaikan
apabila prinsip tersebut ternyata adalah salah. Apabila ada orang lain yang tidak
menyetujui tindakannya, sikap Rifanny adalah tetap menjadi diri sendiri karena Ia
tidak suka hidupnya diganggu oleh orang lain. Ia juga akan mengingat-ingat
kesalahan yang dibuatnya karena Ia adalah seorang melankolis. Di samping itu,
Rifanny adalah orang yang jarang mengingat masa lalu dan juga jarang
mencemaskan masa depan. Ia mengaku hanya mengingat beberapa momen
bahagia dari masa lalu.
Rifanny akan tetap berjuang dan berusaha pada saat menghadapi
kegagalan. Laki-laki bertubuh agak gemuk dan berambut gondrong ini akan terus
mencoba hingga memperoleh keberhasilan. Rifanny terkadang merasa tidak setara
dengan orang lain karena menurutnya pemikiran dan pengalaman orang lain
sendiri pasti berbeda-beda. Hal tersebut menurutnya tergantung kepada situasi.
Rifanny sendiri merasa dirinya penting bagi orang lain karena merasa biasanya Ia
adalah pemberi informasi bagi orang lain. Sementara itu, apabila mendapat pujian
dari teman, Rifanny mengaku akan menerima pujian tersebut dengan baik karena
menurutnya hal tersebut akan menjadi nilai tambah bagi identitas dirinya.
Pada saat ada orang lain yang berusaha mendominasi keberadaannya,
Rifanny lebih memilih untuk membiarkan orang tersebut. Ia akan tetap menjadi
dirinya seperti biasanya yang tetap santai dan bukan berusaha melawan orang
tersebut. Rifanny juga adalah orang yang tidak suka mengungkapkan perasaannya
secara jujur kepada orang lain karena menurutnya sifatnya adalah introvert. Ia
lebih memilih untuk memendam di dalam hati perasaannya yang sebenarnya.
Kegiatan yang dilakukan setiap hari sendiri tidak terlalu dinikmati oleh saudara
Rifanny karena menurutnya rutinitas tersebut membosankan. Sedangkan apabila
mengetahui ada teman yang mengalami kesulitan, Rifanny biasanya akan
berusaha mendekatinya, menanyakan masalahnya, dan jika Ia mampu akan
membantunya sebisa mungkin.

Universitas Sumatera Utara


Sikap Rifanny terhadap kritikan yang ditujukan kepadanya adalah
menerima untuk kebaikannya. Hal tersebut juga menjadi motivasi baginya.
Apabila dipuji oleh orang lain, Rifanny akan menerima pujian tersebut, tetapi Ia
tidak akan segera merasa puas diri. Sementara itu, apabila ada teman yang
memiliki kelemahan, Rifanny merasa hal tersebut tidak perlu dipermasalahkan
karena Ia juga merasa memiliki kekurangan dan menurutnya tidak ada manusia
yang suka jika kekurangannya dikomentari oleh orang lain. Di sisi lain, teman
yang memiliki kelebihan biasanya akan menjadi inspirasi bagi Rifanny dan
memacu semangatnya. Menurutnya, jika orang lain saja bisa kenapa Ia tidak bisa.
Menurut Rifanny, sejauh ini Ia adalah orang yang disenangi oleh orang lain
karena Ia suka bercanda. Contohnya, ketika bermain games dengan teman-teman
di LCE, Ia membuat celetukan yang akan membuat anggota lain spontan tertawa.
Apabila mendapat kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu yang
berharga baginya, sekalipun kompetitif, Rifanny mengaku akan ikut bersaing
dengan alamiah. Menurutnya, dengan berkompetisi secara adil dan jujur lah akan
diketahui kemampuan diri yang sesungguhnya.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
Rifanny memiliki konsep diri yang positif. Hal ini dikarenakan Ia bersedia untuk
mengubah prinsipnya apabila salah, tidak mengingat masa lalu dan mencemaskan
masa depan, yakin dengan kemampuan sendiri, merasa keberadaanya penting bagi
orang lain, mampu menerima pujian, peka pada pada kebutuhan orang lain, mau
menerima kritikan, tidak hiperkritis terhadap orang lain, merasa disenangi orang
lain, dan bersikap optimis terhadap kompetisi.
b) Komunikasi Antarpribadi
Rifanny mengaku memiliki banyak teman dekat di LCE. Pada saat
Rifanny berkomunikasi dengan teman di LCE tersebut, topik yang mereka bahas
adalah mengenai hal pribadi seperti masalah ekonomi. Kuantitas pembahasannya
sendiri tergantung seberapa sering mereka bisa bertemu. Apabila teman di LCE
mengungkapkan permasalahannya, Rifanny biasanya akan berusaha menjadi
pendengar yang baik sehingga mengetahui secara rinci permasalahannya,
kemudian barulah Ia akan mencoba memberikan solusi-solusi. Namun, jika teman
tersebut hanya ingin didengarkan maka Ia hanya akan mendengarkan saja. Pada

Universitas Sumatera Utara


saat berkomunikasi dengan teman di LCE, ide atau gagasan Rifanny sering
mendapat dukungan. Contohnya, ketika Ia memberi ide ingin membuat LCE
menjadi lebih seru dengan kegiatan-kegiatan outbond, temannya juga setuju
dengan ide tersebut. Selain itu, Rifanny dalam komunikasinya dengan teman di
LCE juga merasa mendapatkan tanggapan yang positif dari ekspresi yang
diberikan oleh temannya ketika mereka berbicara. Rifanny merasa tidak memiliki
kesamaan dalam komunikasinya dengan teman di LCE.
Peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi yang dilakukan
Rifanny dengan teman di LCE adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri
komunikasi mereka, yakni adanya keterbukaan, berempati ketika teman
mengalami kesulitan, adanya dukungan, dan adanya tanggapan positif dari lawan
berkomunikasi.
Informan Tambahan
Nama : Dean Tampubolon
Tanggal Wawancara : 24 Juni 2014
Pukul : 19.00 WIB
Tempat : Kantor LCE, Jl. Sei Batang Serangan 17/76 Pringgan
Dean Tampubolon adalah salah satu teman dekat Guruh Qurniartha di
LCE. Mereka sudah menjadi teman dalam satu tahun belakangan. Menurut Dean,
Guruh adalah tipe orang yang mau mengalah, meskipun menurutnya mungkin saja
dibenak Guruh sebenarnya Ia berpikir berbeda. Namun, Ia merasa Guruh pasti
akan mengalah untuk kebaikan semua orang. Menurut Dean, Guruh adalah orang
yang cukup dewasa, sehingga apabila ada orang yang tidak menyetujui
tindakannya, Guruh akan menerimanya dan menganggapnya sebagai hal yang
biasa.
Dean tidak mengetahui apakah Guruh sering mengingat masa lalu, namun
yang pasti menurutnya Guruh tidak suka mencemaskan masa depan. Menurut
Dean, Guruh adalah orang yang cukup percaya diri dan tidak pesimis akan
kemampuannya sendiri dalam menghadapi kegagalan. Dean menganggap bahwa
Guruh sama dengan anggota LCE lainnya, yakni tidak akan memandang lebih
rendah orang lain, merasa semua orang adalah setara, tidak ada yang lebih rendah
atau lebih tinggi, dan bahkan sudah seperti saudara.

Universitas Sumatera Utara


Dean menganggap penting keberadaan Guruh, sama seperti anggota LCE
yang lainnya. Baginya, semakin banyak karakter orang yang bisa dikenal akan
semakin baik karena dapat membantu untuk cepat beradaptasi apabila kelak
bertemu dengan orang yang memiliki karakter serupa. Menurut Dean, ketika
Guruh mendapat pujian Guruh akan menerima, tetapi tidak berlebihan, cukup
dengan senyuman atau tertawa biasa. Pada saat berada dalam situasi ada orang
lain berusaha mendominasi keberadaan Guruh, Dean mengaku tidak terlalu
memperhatikan Guruh, tetapi biasanya anggota di LCE apabila berada dalam
kondisi tersebut pasti akan bersikap lebih mengerti dan meredam daripada
membuat suasana semakin tidak kondusif.
Menurut Dean, Guruh adalah orang yang tidak terlalu jujur
mengungkapkan perasaannya kepada orang lain. Menurut Dean, Guruh adalah
orang yang mampu menikmati diri secara utuh dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan setiap hari. Menurut Dean, Guruh memiliki kepekaan sosial yang
tinggi. Contohnya, ketika ada pengajar di LCE yang sedang sakit, Guruh sendirian
berusaha mengumpulkan anggota LCE lain dan mengkordinir mereka untuk
menjenguk pengajar tersebut.
Menurut Dean, Guruh adalah tipe orang yang menerima kritik, meskipun
Ia tidak mengetahui isi hati sebenarnya Guruh, namun menurutnya setidaknya
Guruh menunjukkan sikap mau mendengarkan. Apabila dipuji, menurut Dean,
Guruh akan merasa senang, tetapi tidak berlebihan dengan tersenyum atau tertawa
kecil. Menurut Dean, Guruh adalah orang yang memiliki nilai sosial tinggi dan
cukup bijak. Pada saat melihat ada orang yang memiliki kelebihan, menurutnya
Guruh akan mengakuinya dan memujinya. Menurut Dean, Guruh disenangi oleh
orang lain termasuk dirinya karena Guruh orangnya riang dan bersahaja. Menurut
Dean, Guruh adalah orang yang senang untuk berkompetisi.
Menurut Dean, dalam komunikasinya dengan Guruh, mereka jarang
membicarakan hal-hal yang pribadi, dan menurutnya Guruh juga adalah orang
yang tidak suka membicarakan hal pribadinya. Komunikasi yang mereka lakukan
biasnaya lebih kepada berbagi informasi pengetahuan. Menurut Dean, Guruh
adalah orang yang memiliki nilai sosial tinggi sehingga ketika Dean menceritakan
permasalahannya, Guruh akan mencoba memberikan solusi-solusi kepadanya

Universitas Sumatera Utara


sehingga Ia merasa terbantu. Dean mengaku dalam komunikasinya dengan Guruh,
Ia sering memberikan dukungan terhadap ide atau gagasan Guruh. Dean merasa
ketika berkomunikasi dengan Guruh, Ia memberikan tanggapan positif dengan
menunjukkan sikap antusiasnya untuk mendengarkan. Dean sendiri merasa dalam
komunikasinya dengan Guruh memiliki banyak kesamaan, seperti keinginan yang
sama mau belajar bahasa Inggris, sama-sama merasa bahwa bahasa Inggris sangat
penting sebagai modal untuk masa depan, dan sama-sama saling menghargai.
Tabel 4.2 Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi
No. Nama Konsep Diri Komunikasi
Informan Antarpribadi
1. Okta Memiliki prinsip dan Kurang terbuka, memiliki
Rezeki bersedia mengubahnya empati, ada dukungan,
Ulpani apabila salah, tidak merasa memiliki rasa posiitif,
bersalah berlebihan, sering memiliki banyak kesamaan
mencemaskan masa depan,
yakin dengan kemampuan
sendiri, merasa setara dengan
orang lain, merasa penting
keberadaannya bagi orang
lain, mampu menerima
pujian, tidak menolak
dominasi orang lain, tidak
mengungkapkan perasaan
secara jujur, menikmati
kegiatan secara utuh, peka
pada kebutuhan orang lain,
menerima kritikan, tidak
hiperkritis terhadap orang
lain, merasa disenangi orang
lain, optimis terhadap
kompetisi
2. Guruh Tidak bersedia mengubah Tidak terbuka, memiliki

Universitas Sumatera Utara


Qurniartha prinsip apabila salah, merasa empati, ada dukungan,
bersalah berlebihan, sering kurang memiliki rasa
mengingat masa lalu, yakin positif, memiliki banyak
dengan kemampuan sendiri, kesamaan
merasa setara dengan orang
lain, merasa penting
keberadaannya bagi orang
lain, berpura-pura saat
menerima pujian, menolak
dominasi orang lain, tidak
mengungkapkan perasaan
secara jujur, menikmati
kegiatan secara utuh, peka
pada kebutuhan orang lain,
tidak tahan kritikan, tidak
hiperkritis terhadap orang
lain, merasa disenangi orang
lain, optimis terhadap
kompetisi
3. Josephine Bersedia mengubah prinsip Kurang terbuka, kurang
Fiona apabila salah, tidak merasa memiliki empati, ada
bersalah berlebihan, sering dukungan, memiliki rasa
mengingat masa lalu, yakin positif, memiliki banyak
dengan kemampuan sendiri, kesamaan
merasa tidak setara dengan
orang lain, merasa penting
keberadaannya bagi orang
lain, mampu menerima
pujian, tidak menolak
dominasi orang lain, tidak
mengungkapkan perasaan
secara jujur, menikmati

Universitas Sumatera Utara


kegiatan secara utuh, peka
pada kebutuhan orang lain,
menerima kritikan, tidak
hiperkritis terhadap orang
lain, merasa tidak disenangi
orang lain, optimis terhadap
kompetisi
4. Karina Tidak bersedia mengubah Kurang terbuka, memiliki
Pratiwi prinsip apabila salah, tidak empati, ada dukungan,
merasa bersalah berlebihan, memiliki rasa positif,
sering mengingat masa lalu, memiliki banyak kesamaan
yakin dengan kemampuan
sendiri, merasa setara dengan
orang lain, merasa penting
keberadaannya bagi orang
lain, berpura-pura saat
menerima pujian, menolak
dominasi orang lain, tidak
mengungkapkan perasaan
secara jujur, menikmati
kegiatan secara utuh, peka
pada kebutuhan orang lain,
menerima kritikan, tidak
hiperkritis terhadap orang
lain, merasa disenangi orang
lain, optimis terhadap
kompetisi
5. Ramadhani Bersedia mengubah prinsip Kurang terbuka, memiliki
apabila salah, merasa empati, ada dukungan,
bersalah berlebihan, sering memiliki rasa positif,
mengingat masa lalu dan memiliki banyak kesamaan
mencemaskan masa depan,

Universitas Sumatera Utara


kurang yakin dengan
kemampuan sendiri, merasa
tidak setara dengan orang
lain, merasa penting
keberadaannya bagi orang
lain, berpura-pura saat
menerima pujian, tidak
menolak dominasi orang lain,
tidak mengungkapkan
perasaan secara jujur,
menikmati kegiatan secara
utuh, peka pada kebutuhan
orang lain, tidak menerima
kritikan, hiperkritis terhadap
orang lain, merasa disenangi
orang lain, optimis terhadap
kompetisi
6. Roulina Bersedia mengubah prinsip Kurang terbuka, memiliki
M.F Siboro apabila salah, tidak merasa empati, ada dukungan,
bersalah berlebihan, sering memiliki rasa positif,
mengingat masa lalu dan memiliki banyak kesamaan
mencemaskan masa depan,
yakin dengan kemampuan
sendiri, merasa setara dengan
orang lain, merasa
keberadaannya penting bagi
orang lain, mampu menerima
pujian, menolak dominasi
orang lain, mengungkaplan
perasaan secara jujur, tidak
menikmati kegiatan secara
utuh, peka pada kebutuhan

Universitas Sumatera Utara


orang lain, menerima
kritikan, tidak hiperkritis
terhadap orang lain, merasa
disenangi orang lain, optimis
terhadap kompetisi
7. Mayliska Bersedia mengubah prinsip Terbuka, kurang memiliki
apabila salah, tidak merasa empati, kurang ada
bersalah berlebihan, sering dukungan, memiliki rasa
mengingat masa lalu dan positif, memiliki banyak
mencemaskan masa depan, kesamaan
yakin dengan kemampuan
sendiri, merasa tidak setara
dengan orang lain, merasa
keberadaannya penting bagi
orang lain, mampu menerima
pujian, tidak menolak
dominasi orang lain, tidak
mengungkapkan perasaan
secara jujur, menikmati
kegiatan secara utuh, kurang
peka pada kebutuhan orang
lain, menerima kritikan, tidak
hiperkritis terhadap orang
lain, merasa disenangi orang
lain, optimis terhadap
kompetisi
8. Rifanny Bersedia mengubah prinsip Terbuka, memiliki empati,
Alfiandi apabila salah, merasa ada dukungan, memiliki
bersalah berlebihan, jarang rasa posiitf, tidak memiliki
mengingat masa lalu dan kesamaan
mencemaskan masa depan,
yakin dengan kemampuan

Universitas Sumatera Utara


sendiri, merasa tidak setara
dengan orang lain, merasa
keberadaanya penting bagi
orang lain, mampu menerima
pujian, tidak menolak
dominasi orang lain, tidak
mengungkapkan perasaan
secara jujur, tidak menikmati
kegiatan secara utuh, peka
pada pada kebutuhan orang
lain, menerima kritikan, tidak
hiperkritis terhadap orang
lain, merasa disenangi orang
lain, optimis terhadap
kompetisi
Sumber: Hasil Wawancara
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap delapan
orang informan di LCE, ditemukan bahwa Okta, Josephine, Ramadhani, Roulina,
Mayliska, dan Rifanny adalah orang yang memiliki prinsip, tetapi mereka juga
bersedia untuk merubah prinsip tersebut apabila ada bukti baru yang menunjukkan
bahwa prinsip mereka adalah salah. Guruh dan Karina adalah tipe orang yang
memiliki prinsip, tetapi mereka tidak mau merubah prinsipnya meskipun
mendapat bukti baru bahwa prinsipnya tersebut salah.
Peneliti juga menemukan bahwa Okta, Josephine, Karina, Roulina, dan
Mayliska adalah orang yang tidak merasa bersalah berlebihan apabila orang lain
tidak menyetujui tindakannya. Sementara itu, Guruh, Ramadhani, dan Rifanny
adalah tipe orang yang akan merasa bersalah secara berlebihan apabila orang lain
tidak menyetujui tindakan mereka. Okta adalah orang yang sering mencemaskan
masa depan, sedangkan Guruh, Josephine, dan Karina sering mengingat masa lalu
mereka. Di sisi lain, Ramadhani, Roulina, dan Mayliska adalah orang yang sering
mengingat masa lalu dan juga sering mencemaskan masa depan mereka,

Universitas Sumatera Utara


sementara Rifanny tidak suka mengingat-ingat masa lalunya dan tidak suka juga
mencemaskan masa depannya.
Peneliti juga menemukan bahwa hampir semua informan yakin dengan
kemampuan sendiri dalam menghadapi kegagalan, yaitu Okta, Guruh, Josephine,
Karina, Roulina, Mayliska, dan Rifanny. Ramadhani menjadi satu-satunya yang
kurang yakin dengan kemampuan dirinya sendiri dalam menghadapi kegagalan.
Okta, Guruh, Karina, dan Roulina merasa diri mereka setara dengan orang lain,
sedangkan Josephine, Ramadhani, Mayliska, dan Rifanny merasa diri mereka
tidak setara dengan orang lain. Sementara itu, semua informan menganggap
keberadaan mereka penting bagi orang lain.
Penemuan lain adalah bahwa Okta, Josephine, Roulina, Mayliska, dan
Rifanny adalah orang yang mampu menerima pujian tanpa berpura-pura rendah
hati, sedangkan Guruh, Karina, dan Ramdhani apabila mendapat pujian akan
berpura-pura biasa saja, padahal dalam hati mereka senang. Okta, Josephine,
Ramadhani, Mayliska, dan Rifanny tidak menolak orang lain yang berusaha
mendominasi keberadaan mereka, sedangkan Guruh, Karina, dan Roulina akan
berusaha menolak orang lain yang berusaha untuk mendominasi keberadaan
mereka.
Okta, Guruh, Josephine, Karina, Ramadhani, Mayliska, dan Rifanny tidak
mengungkapkan perasaan mereka secara jujur kepada orang lain, hanya Roulina
yang mengungkapkan perasaannya secara jujur kepada orang lain. Roulina dan
Rifanny adalah orang yang tidak mampu menikmati diri secara utuh dalam
kegiatan-kegiatan mereka sehari-hari, sementara Okta, Guruh, Josephine, Karina,
Ramadhani, dan Mayliska mampu menikmati diri mereka secara utuh dalam
kegiatan mereka sehari-hari. Okta, Guruh, Josephine, Karina, Ramadhani,
Roulina, dan Rifanny adalah orang yang peka pada kebutuhan orang lain,
sedangkan Mayliska kurang peka dengan kebutuhan orang lain.
Peneliti menemukan bahwa Guruh dan Ramadhani adalah orang yang peka
terhadap kritikan atau tidak tahan kritik, sementara Okta, Josephine, Karina,
Roulina, Mayliska, dan Rifanny menerima kritikan yang ditujukan oleh orang lain
kepada mereka. Okta, Guruh, Josephine, Karina, Roulina, Mayliska, dan Rifanny
tidak hiperkritis terhadap kekurangan dan kelebihan orang lain, sementara

Universitas Sumatera Utara


Ramadhani adalah orang yang hiperkritis terhadap kekurangan dan kelemahan
orang lain. Okta, Guruh, Karina, Ramadhani, Roulina, Mayliska, dan Rifanny
merasa diri mereka disenangi oleh orang lain, hanya Josephine yang merasa
bahwa dirinya tidak disenangi oleh orang lain. Sementara itu, semua informan
memiliki sikap optimis terhadap kompetisi, bahkan dalam kompetisi yang sangat
kompetitif.
Berdasarkan penelitian terhadap delapan informan di LCE juga ditemukan
bahwa Okta, Josephine, Karina, Ramadhani,dan Roulina memiliki komunikasi
antarpribadi yang kurang terbuka, Guruh memiliki komunikasi antarpribadi yang
tidak terbuka, sementara Mayliska dan Rifanny memiliki komunikasi antarpribadi
yang terbuka. Okta, Guruh, Karina, Ramadhani, Roulina, dan Rifanny memiliki
empati dalam komunikasi antarpribadi mereka, sementara Josephine dan Mayliska
kurang memiliki empati dalam komunikasi antarpribadi yang mereka lakukan di
LCE. Peneliti juga menemukan bahwa hanya Mayliska yang merasa kurang
mendapat dukungan dalam komunikasi antarpribadinya di LCE, sementara Okta,
Guruh, Josephine, karina, Ramadhnai, Roulina, dan juga Rifanny semuanya
merasa sering mendapat dukungan dalam komunikasi antarpribadi mereka di
LCE.
Penemuan lainnya adalah Okta, Josephine, Karina, Ramadhani, Roulina,
Mayliska, dan Rifanny merasa mendapat tanggapan positif atau rasa positif dalam
komunikasi antarpribadinya di LCE, dan hanya Guruh yang merasa dirinya
kurang mendapat tanggapan yang positif atau rasa positif dalam komunikasi
antarpribadinya di LCE. Peneliti juga menemukan bahwa Rifanny merasa dalam
komunikasi antarpribadinya dengan teman di LCE tidak memiliki banyak
kesamaan, sedangkan Okta, Guruh, Josephine, Karina, Ramadhani, Roulina, dan
Mayliska merasa dalam komunikasi antarpribadinya dengan teman di LCE
memiliki banyak kesamaan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap delapan informan di LCE, peneliti
mengelompokkan informan menjadi dua (2) bagian. Yang pertama adalah orang
yang memiliki konsep diri positif dan komunikasi antarpribadi efektif, sedangkan
yang kedua adalah orang yang memiliki konsep diri negatif dan komunikasi
antarpribadi efektif. Okta, Guruh, Josephine, Karina, Roulina, Mayliska, dan

Universitas Sumatera Utara


Rifanny termasuk dalam orang yang memiliki konsep diri positif dan komunikasi
antarpribadi efektif, sedangkan Ramadhani adalah orang yang memiliki konsep
diri negatif dan komunikasi antarpribadi efektif.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan peneliti, maka peneliti membuat
pembahasan sesuai tujuan peneliti yang diantaranya adalah mengetahui jenis
konsep diri anggota LCE Medan, mengetahui komunikasi antarpribadi anggota
LCE Medan, dan mengetahui peran konsep diri dalam komunikasi antarpribadi
anggota LCE Medan:
Konsep diri sebagai hasil penilaian individu terhadap dirinya sendiri
merupakan salah satu hal yang berperan dalam komunikasi antarpribadi. Konsep
diri memberikan sikap-sikap yang menguatkan karena hal tersebut bertindak
sebagai kerangka referensi yang paling umum untuk menilai objek lain. Semua
rencana tindakan selanjutnya berasal dari konsep diri. Seperti yang diungkapkan
oleh William H. Fitts bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri
seseorang karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Fitts juga mengatakan bahwa konsep diri
berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang.
Jenis konsep diri sendiri ada dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri
negatif. Seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat optimis, penuh
percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu. Di sisi lain,
konsep diri yang negatif akan muncul jika seseorang mengembangkan perasaan
rendah diri, merasa ragu, kurang pasti serta kurang percaya diri. Seseorang
dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa
dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal,
malang, tidak menarik, tidak disukai dan tidak memiliki daya tarik terhadap
hidup.
Upaya menentukan konsep diri seseorang dalam penelitian ini menggunakan
penjabaran kriteria konsep diri positif yang dikemukan oleh William D.Brooks
dan Philip Emmert, serta kriteria konsep diri negatif oleh D.E Hamacek.
Sedangkan untuk menilai efektifitas komunikasi antarpribadi dapat digunakan

Universitas Sumatera Utara


ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang efektif yang dikemukakan oleh Herdiyan
Maulana dan Gumgum Gumelar, yaitu adanya keterbukaan, empati, dukungan,
rasa positif, dan kesamaan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap delapan informan di
LCE yang pernah menjadi fasilitator dalam kelas student leads discuss, peneliti
menemukan dan mengelompokkan informan ke dalam dua jenis konsep diri, yaitu
orang yang memiliki konsep diri positif dan orang yang memiliki konsep diri
negatif. Ciri- ciri orang berkonsep diri positif dalam penelitian ini beberapa
diantaranya adalah mau merubah prinsip apabila salah, tidak merasa bersalah
berlebihan, merasa setara dengan orang lain, mengungkapkan perasaan secara
jujur, dan mau menerima kritikan. Di sisi lain, ciri-ciri orang yang memiliki
konsep diri negatif dalam penelitian ini beberapa diantaranya adalah merasa
bersalah yang berlebihan, kurang yakin dengan kemampuan diri sendiri, merasa
tidak setara dengan orang lain, berpura-pura saat menerima pujian, tidak
mengungkapkan perasaan secara jujur, dan tidak tahan terhadap kritikan dari
orang lain. Dari temuan peneliti tidak ada seorang informan pun yang ciri-cirinya
memenuhi semua kriteria konsep diri positif secara total, begitu juga tidak ada
seorang informan pun yang secara total memenuhi kriteria konsep diri negatif.
Penelitian menemukan bahwa tujuh orang informan di LCE memiliki
konsep diri yang positif. Mereka adalah Okta, Guruh, Josephine, Karina, Roulina,
Mayliska, dan Rifanny. Okta termasuk orang yang memiliki konsep diri positif
karena Ia adalah orang yang memiliki prinsip dan bersedia untuk mengubahnya
apabila salah, tidak merasa bersalah berlebihan, yakin dengan kemampuan sendiri,
merasa setara dengan orang lain, merasa penting keberadaannya bagi orang lain,
mampu menerima pujian, menikmati kegiatan secara utuh, peka pada kebutuhan
orang lain, menerima kritikan, tidak hiperkritis terhadap orang lain, merasa
disenangi orang lain, dan Ia juga optimis terhadap kompetisi.
Guruh termasuk konsep diri yang positif karena Ia yakin dengan
kemampuannya sendiri, merasa setara dengan orang lain, merasa penting
keberadaannya bagi orang lain, menolak dominasi orang lain, menikmati kegiatan
secara utuh, peka pada kebutuhan orang lain, tidak hiperkritis terhadap orang lain,
merasa disenangi orang lain, dan Ia juga optimis terhadap kompetisi. Josephine

Universitas Sumatera Utara


juga termasuk orang yang memiliki konsep diri positif karena Ia memiliki prinsip
dan bersedia mengubah prinsip tersebut apabila salah, tidak merasa bersalah
berlebihan, yakin dengan kemampuan diri sendiri, merasa penting keberadaannya
bagi orang lain, mampu menerima pujian, menikmati kegiatan secara utuh, peka
pada kebutuhan orang lain, menerima kritikan, tidak hiperkritis terhadap orang
lain, dan bersikap optimis terhadap kompetisi.
Karina juga memiliki konsep diri positif karena Ia tidak merasa bersalah
yang berlebihan, yakin akan kemampuannya sendiri, merasa setara dengan orang
lain, merasa penting keberadaannya bagi orang lain, menolak dominasi orang lain,
menikmati kegiatan secara utuh, peka pada kebutuhan orang lain, menerima
kritikan, tidak hiperkritis terhadap orang lain, merasa disenangi orang lain, dan Ia
juga optimis terhadap kompetisi. Roulina sendiri termasuk orang yang berkonsep
diri positif karena Ia bersedia mengubah prinsipnya apabila ternyata Ia salah,
tidak merasa bersalah berlebihan, yakin dengan kemampuan sendiri, merasa setara
dengan orang lain, merasa keberadaannya penting bagi orang lain, mampu
menerima pujian, menolak dominasi orang lain, mengungkaplan perasaan secara
jujur, peka pada kebutuhan orang lain, menerima kritikan, tidak hiperkritis
terhadap orang lain, merasa disenangi orang lain, serta optimis terhadap kompetisi
yang diikutinya.
Mayliska adalah orang yang memiliki konsep diri positif karena Ia bersedia
merubah prinsipnya apabila salah, tidak merasa bersalah berlebihan, yakin dengan
kemampuan sendiri, merasa keberadaannya penting bagi orang lain, mampu
menerima pujian, menikmati kegiatan secara utuh, mau menerima kritikan, tidak
hiperkritis terhadap orang lain, merasa disenangi orang lain, dan optimis terhadap
kompetisi. Sedangkan Rifanny termasuk juga dalam orang yang berkonsep diri
positif karena Ia bersedia untuk merubah prinsipnya apabila salah, tidak
mengingat masa lalu dan mencemaskan masa depan, yakin dengan kemampuan
sendiri, merasa keberadaannya penting bagi orang lain, mampu menerima pujian,
peka pada pada kebutuhan orang lain, mau menerima kritikan, tidak hiperkritis
terhadap orang lain, merasa disenangi orang lain, dan bersikap optimis terhadap
kompetisi.

Universitas Sumatera Utara


Sementara itu, satu-satunya informan yang memiliki konsep diri negatif
adalah Ramadhani. Ramadhani adalah orang yang memiliki konsep diri negatif
karena Ia merasa bersalah yang berlebihan, sering mengingat masa lalu dan
mencemaskan masa depan, kurang yakin dengan kemampuan sendiri, merasa
tidak setara dengan orang lain, berpura-pura saat menerima pujian, tidak menolak
dominasi orang lain, tidak mengungkapkan perasaan secara jujur, dan tidak
mampu menerima kritikan.
Penelitian yang dilakukan terhadap delapan informan di LCE juga
menemukan bahwa meskipun informan terdiri dari dua jenis konsep diri yang
berbeda, namun komunikasi antarpribadi semua informan yang diteliti di LCE
adalah efektif. Okta, meskipun memiliki komunikasi antarpribadi yang kurang
terbuka, namun dalam komunikasinya dengan teman di LCE terdapat empati, ada
dukungan, merasa mendapat tanggapan positif, dan merasa memiliki banyak
kesamaan. Guruh, meskipun komunikasi antarpribadinya tidak terbuka dan tidak
merasa mendapat tanggapan yang positif, tetapi komunikasinya dengan teman di
LCE memiliki empati, ada dukungan, dan mereka merasa memiliki banyak
kesamaan.
Penemuan yang sama juga terhadap Josephine, meskipun komunikasi
antarpribadinya di LCE kurang terbuka dan kurang memiliki empati, namum
dalam komunikasi yang terjadi tersebut terdapat dukungan, tanggapan yang positif
dan merasa memiliki banyak kesamaan. Begitu juga dengan Karina dan Roulina
yang komunikasi antarpribadinya dengan teman di LCE kurang terbuka, namun
memiliki empati, mendapat dukungan, mendapat tanggapan yang positif dan
merasa memiliki banyak kesamaan. Mayliska sendiri memiliki komunikasi
antarpribadi dengan teman di LCE yang terbuka, mendapat respon positif, dan
memiliki banyak kesamaan, meskipun Ia kurang memiliki empati dan kurang
mendapat dukungan. Sementara Rifanny, Ia memiliki komunikasi antarpribadi
dengan teman di LCE yang terbuka, memiliki empati, mendapat dukungan, dan
mendapat tanggapan yang positif, tetapi tidak memiliki kesamaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tambahan saudara Dean,
peneliti menemukan secara umum ada kesamaan antara jawaban Dean dengan
hasil wawancara mendalam terhadap Guruh sebelumnya. Dean juga mengakui

Universitas Sumatera Utara


bahwa Guruh adalah orang yang yakin dengan kemampuannya sendiri, merasa
setara dengan orang lain, penting bagi orang lain termasuk dirinya, tidak
mengungkapkan perasaan secara jujur, menikmati kegiatan secara utuh, peka pada
kebutuhan orang lain, tidak hiperkritis terhadap orang lain, disenangi orang lain
termasuk dirinya, dan optimis terhadap kompetisi. Sementara dalam komunikasi
dengan Guruh, Dean mengaku mereka tidak terbuka, namun memiliki empati, Ia
memberikan dukungan kepada guruh, dan mereka memiliki banyak kesamaan.
Hasil penelitian ini adalah semua informan di LCE yang berkonsep diri
dominan positif ternyata memiliki komunikasi antarpribadi yang efektif tentunya
sesuai dengan pendapat Jalaluddin Rakhmat yang menyatakan bahwa sukses
komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri; positif
atau negatif. Konsep diri positif akan menciptakan pola perilaku komunikasi
interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat, dan
mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan kita
dengan cermat pula. Meskipun, harus diakui peneliti bahwa tidak ada bukti yang
kuat dari penelitian ini yang bisa menarik hubungan antara semakin kuat atau
semakin lemah sifat positif konsep diri seseorang terhadap semakin efektif atau
tidaknya komunikasi antarpribadi orang tersebut.
Hal yang menarik dari penelitian ini adalah munculnya fakta bahwa
Ramadhani, meskipun Ia memiliki konsep diri yang negatif, tetapi ternyata
memiliki komunikasi antarpribadi yang efektif pula. Hal ini mungkin terjadi
karena jenis konsep diri meskipun cukup kuat namun bukan satu-satunya yang
mempengaruhi efektifitas komunikasi antarpribadi. Berdasarkan hasil observasi
peneliti, fenomena ini mungkin disebabkan oleh Ramadhani yang telah
berpengalaman dalam menjalin hubungan dengan orang lain dalam kapasitasnya
sebagai ketua salah satu organisasi di kampusnya sehingga Ia menjadi orang yang
lebih mudah berinteraksi dengan orang lain dan berpengalaman dalam upaya
menjalin hubungan dengan orang lain. Pengalaman ini mungkin membuatnya
merasa tidak kesulitan lagi dalam memulai suatu hubungan pertemanan dan
melanjutkannya secara kontinyu ke hubungan yang lebih dekat lagi. Selain itu,
sifat Ramadhani yang suka berpura-pura dan memendam perasaannya yang

Universitas Sumatera Utara


sebenarnya, membuatnya tidak kesulitan dalam menjalin komunikasi antarpribadi
dengan orang lain.
Oleh karena itu, hasil dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari
delapan informan, yaitu anggota LCE Medan yang pernah menjadi fasilitator
dalam kelas student leads discuss, tujuh diantaranya memiliki konsep diri positif
sedangkan satu informan lainnya memiliki konsep diri negatif. Konsep diri yang
sebagian besar positif ini lah yang membuat para anggota LCE terlihat percaya
diri, termasuk ketika menjadi fasilitator dalam kelas student leads discuss.
Penelitian juga menemukan bahwa semua informan dalam penelitian ini memiliki
komunikasi antarpribadi yang efektif. Di samping itu, konsep diri yang positif
para informan anggota LCE Medan memiliki kecenderungan yang besar berperan
dalam berperilaku yaitu menghasilkan komunikasi antarpribadi yang efektif para
informan angota di LCE Medan, meskipun tentunya ada kemungkinan hal ini juga
dipengaruhi oleh sistem belajar di LCE yang tidak formal sehingga memberikan
kesempatan yang lebih besar bagi anggotanya untuk melakukan komunikasi.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap delapan informan anggota LCE
Medan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari delapan informan anggota LCE Medan yang pernah menjadi fasilitator
dalam kelas student leads discuss hampir semua memiliki jenis konsep diri
yang positif. Tujuh orang informan berkonsep diri positif, sementara satu
orang informan berkonsep diri negatif.
2. Semua kedelapan informan anggota LCE Medan yang pernah menjadi
fasilitator dalam kelas student leads discuss memiliki komunikasi
antarpribadi yang efektif.
3. Konsep diri yang positif para informan anggota LCE Medan memiliki
kecenderungan yang besar berperan menghasilkan komunikasi antarpribadi
yang efektif para informan angota di LCE Medan.

5.2 Saran
Beberapa saran yang ingin diberikan penulis adalah :
1. Penelitian ini kiranya mendorong pihak akademis untuk bisa membantu
mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi melakukan penelitian serupa
sehingga bisa menambah kekurangan-kekurangan yang masih didapati
dalam penelitian ini atau bahkan memperluas kajian penelitian.
2. Saran penelitian, penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih
memperhatikan kondisi dan situasi saat proses wawancara. Usahakan untuk
mencari tempat yang nyaman dan tenang, sehingga dapat lebih menjaga
konsentrasi responden saat di wawancarai. Peneliti juga harus dapat
memahami teknik wawancara dengan baik, sehingga dapat menggali lebih
dalam dinamika dalam masalah yang digali.
3. Saran dalam kaitan akademis, peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan
metode kuantitatif dalam mengukur dan membandingkan pengaruh konsep
diri terhadap efektivitas komunikasi antarpribadi.

Universitas Sumatera Utara


4. Saran dalam kaitan praktis, individu-individu yang menginginkan
komunikasi antarpribadi yang efektif dapat terlebih dahulu mengenali jenis
konsep diri mereka dan kemudian berusaha memperbaiki diri.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR REFERENSI
Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi
Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja.
Bandung: Refika Aditama.
Alsa, Asmadi. 2010. Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif serta Kombinasinya
dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ardiyanto, Elvinaro. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Bogdan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen. 1982. Qualitative Research for
Education: An Introduction to Theory and Methods. Toronto: Allyn and
Bacon, Inc.
Brooks, william D. dan Philip Emmert. 1976. Interpersonal Communication.
Iowa: William C. Brown Company Publishers.
Budyatna, Muhammad dan Ganiem, Leila Mona. 2011. Teori Komunikasi Antar
Pribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Bungin, Burhan. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Cangara, Hafied. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Creswell, J.W. 2009. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. Los Angeles: Sage.
Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
DeVito, Joseph A. 1989. The Interpersonal Communication Book. Jakarta:
Professional Book.
Effendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.
. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Fieldman, Robert S. 1998. Social Psychology. New Jersey Prentice Hall.
Guba, Egin dan Yvonna S. Lincoln. 2005. Naturalistic Inquiry. California: SAGE
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.

Universitas Sumatera Utara


Hall, Calvin S dan Gardner Lindzey. 1993. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta:
Kanisius
Hurlock, E.B. 1978. Personality Development. New York: McGrawHill.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2007. Metode Penelitian Bisinis.
Bandung: CV. Alfabeta.
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kharisma
Putra Utama.
Littlejohn, Stephen W. dan Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi: Theories of
Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.
Maulana, Herdiyan dan Gumgum Gumelar. 2013. Psikologi Komunikasi dan
Persuasi. Jakarta: Akademia Permata.
McMillan, James H. dan Sally Schumacher. 2006. Research in Education. New
Jersey: Pearson.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Morrisan, M. A. 2013. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Neuman, W. Laurence. 2000. Social Research Methods Qualitative and
Quantitative Approaches. 4th edition: Needham Heights.
Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Patton, Michael Quinn. 1987. Qualitative Education Methods. Beverly Hills: Sage
Publication
Pudjijogyanti, C.R. 1988. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta:Arcan.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Riswandi. 2013. Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Universitas Sumatera Utara


Sandjaya, Sasa Djuarsa, 2007. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sarwono, J dan Lubis, H. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sugiono. 2005. Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Uchjana Effendy, Onong. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Wade, Carole. 2009. Psikologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
West, Richard dan Lynn H Turner. 2011. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Sumber lain:
http://aflahchintya23.wordpress.com/2008/02/23/metode-penelitian-studi-kasus/
diakses tanggal 16 Maret 2014
http://ikyyy.wordpress.com/category/uncategorized/ diakses pada tanggal 14 Mei
2014
http://rendezvous2318.wordpress.com/2012/11/07/makalah-pkip-teori-reasoned-
action/ diakses tanggal 17 Mei 2014
http://eprints.uny.ac.id/9817/4/BAB3%20-%2006205244067.pdf diakses pada
tanggal 20 Mei 2014

Universitas Sumatera Utara


BIODATA
Data Pribadi
Nama : Rico Simanungkalit
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Kelahiran : Sipoholon, 28 Januari 1992
Umur : 22 tahun
Status Marital : Mahasiswa
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Jl. Pembangunan No. 75, Pintu 4 USU
Kode Pos : 20155
Nomor Telepon : 081262632522
Email : rico_baker@ymail.com

Pendidikan
1. Taman Kanak-Kanak Harapan Sungailiat, Bangka Tamatan 1997
2. Sekolah Dasar Kristen Immanuel, Batam Tamatan 2003
3. Sekolah Menengah Pertama kristen Immanuel, Batam Tamatan 2006
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 2, Tarutung Tamatan 2009
5. Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi, Medan sampai Sekarang

1996-1997 : TK Harapan Sungailiat


1997-2001 : SD Harapan Sungailiat
2001-2003 : SD K Immanuel Batam
2003-2006 : SMP K Immanuel Batam
2006-2009 : SMA N 2 Tarutung
2010-sekarang : Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Universitas Sumatera Utara


Pengalaman Organisasi
No. Nama Organisasi Kedudukan Tempat Tahun
dalam
Organisasi
Ilmu Komunikasi
1 IMAJINASI Anggota 2011-2012
USU

2 KMK Anggota FISIP USU 2010-2013

3 Perhumas Muda Anggota Medan 2011-2012

Universitas Sumatera Utara


Dokumentasi Penelitian

Suasana LCE pada saat sedang tidak ada kelas

Para anggota LCE sedang bermain games

Universitas Sumatera Utara


Wawancara dengan Karina Pratiwi

Wawancara dengan Guruh Qurniartha

Universitas Sumatera Utara


Wawancara dengan Josephine Fiona

Wawancara dengan Mayliska

Universitas Sumatera Utara


Pedoman Wawancara Anggota LCE
A. Data Diri
1. Nama :
2. Usia :
3. Pendidikan :
4. Jenis kelamin :
5. Status :
6. Lama bergabung dengan LCE :

B. Jenis Konsep Diri

Positif
1. meyakini betul-betul nilai dan prinsip tertentu serta bersedia
mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat.
Tetapi, mau mengubah prinsip itu bila pengalaman dan bukti baru
menunjukkan ia salah
Pertanyaan :
- Apa tanggapan Anda bila ada satu prinsip yang Anda yakini benar,
tetapi ditolak oleh orang / kelompok lain?

2. tidak merasa bersalah yang berlebihan, atau menyesali tindakannya jika orang
lain tidak menyetujui tindakannya
Pertanyaan :
- Apabila ada orang yang tidak menyetujui tindakan Anda, apa
komentar Anda?

3. tidak menghabiskan waktu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi besok,
apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu
sekarang
Pertanyaan :
- Apakah Anda sering mengingat masa lalu dan mencemaskan masa
depan?

Universitas Sumatera Utara


4. memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan
ketika menghadapi kegagalan atau kemunduran
Pertanyaan :
- Bagaimana keyakinan terhadap kemampuan Anda dalam
menghadapi kegagalan atau kemunduran?

5. merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah,
walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang
keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya
Pertanyaan :
- Apakah Anda merasa setara atau tidak setara dengan orang lain?
Jelaskan!

6. sanggup menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang
lain, paling tidak bagi orang-orang yang dipilih sebagai sahabat
Pertanyaan :
- Seberapa penting keberadaan Anda bagi orang lain?

7. dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima


penghargaan tanpa merasa bersalah
Pertanyaan :
- Bila Anda dipuji oleh teman, bagaimana sikap Anda?

8. cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasi


Pertanyaan :
- Bagaimana sikap Anda terhadap orang lain yang berusaha
mendominasi keberadaan Anda?

9. sanggup mengaku kepada orang lain bahwa mampu merasakan berbagai


dorongan dan keinginan, dari perasaaan marah sampai cinta, dari sedih sampai
bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam

Universitas Sumatera Utara


Pertanyaan :
- Apakah Anda mengungkapkan perasaan Anda kepada orang lain
(seperti: marah, cinta, sedih, bahagia, kecewa, dll)?

10. mampu menikmati diri secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi
pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar
mengisi waktu
Pertanyaan :
- Apakah Anda menikmati kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap
hari?

11. peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima,
dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang
dengan mengorbankan orang lain
Pertanyaan :
- Apa yang Anda lakukan apabila ada teman yang mengalami
kesulitan?

Negatif
1. Peka pada kritik / tidak tahan kritik
Pertanyaan :
- Bagaimana sikap Anda terhadap kritikan yang ditujukan kepada
Anda?

2. Responsif sekali terhadap pujian


Pertanyaan :
- Bagaimana sikap Anda apabila dipuji?

3. Hiperkritis terhadap orang lain


Pertanyaan :
- Bagaimana komentar Anda apabila melihat ada teman yang memiliki
kekurangan? Dan bagaimana melihat teman yang memiliki kelebihan?

Universitas Sumatera Utara


4. Merasa tidak disenangi orang lain
Pertanyaan :
- Menurut Anda, apakah Anda disenangi atau tidak disenangi orang
lain?

5. Pesimis terhadap kompetisi


Pertanyaan :
- Apabila ada kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu
(yang berharga), apa yang Anda lakukan?

C. Komunikasi Antarpribadi
1. Keterbukaan
Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau
gagasan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa
takut atau malu, kedua-duanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-
masing
- Pada saat bersama dengan teman di LCE apa topik yang Anda
bahas? Apakah bersifat pribadi atau tidak pribadi?
- Seberapa sering anda membahas mengenai hal-hal pribadi?

2. Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya
kepada orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan
keinginan mereka untuk masa mendatang
- Saat berkomunikasi dengan teman di LCE, teman mengungkapkan
permasalahannya kepada Anda. Apa yang Anda lakukan?

3. Dukungan
Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan
dari pihak-pihak yang berkomunikasi

Universitas Sumatera Utara


- Apakah ketika berkomunikasi dengan teman di LCE, ide atau
gagasan yang Anda ungkapkan mendapat dukungan?

4. Rasa positif
Setiap pembicaraan yang disampaikan hendaknya mendapat tanggapan
yang positif. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi
untuk tidak curiga atau berprasangka yang menggangu jalinan interaksi
- Apakah dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman di LCE
Anda merasa mendapat tanggapan positif?

5. Kesamaan
Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila
memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi
dan sebagainya
- Apakah dalam komunikasi dengan teman di LCE Anda memiliki
banyak kesamaan atau tidak? Dalam hal apa saja?

Universitas Sumatera Utara


Hasil Wawancara
Informan 1
D. Data Diri
7. Nama : Okta Rezeki Ulpani
8. Usia : 19 tahun
9. Pendidikan : SMK Aceh
10. Jenis kelamin : Perempuan
11. Status : Mahasiswi
12. Lama bergabung dengan LCE : hampir 2 tahun

E. Jenis Konsep Diri

Positif
12. Apa tanggapan Anda bila ada satu prinsip yang Anda yakini benar, tetapi
ditolak oleh orang / kelompok lain?
Okta akan tetap pada prinsip itu ya. Karna sering itu kan biasanya beda apa
gitu ,mereka nggak setuju ya, okta tetap pada pendirian okta. Kalo okta
percaya itu ya tetap itu, okta nggak akan berubah.kalo itu benar ya itu, gitu
menurut okta. Kalo ada pembuktian salah ya, nggak mungkin, pasti okta cari
yang benar ya.Tapi kalo ya misalnya prinsip awalnya waktu itu percaya pada
hal itu, tapi ternyata itu salah, ya pasti okta milih yang benar sih. Berubah.
13. Apabila ada orang yang tidak menyetujui tindakan Anda, apa komentar Anda?
Memang biasanya okta juga suka nanya sama teman kan kalo misalnya ada
salah ya bilang aja gitu kan. Harus bisa dikoreksi juga maksudnya biar satu
untuk berubah menjadi lebih baik. Tapi kalok misalnya menurut okta itu benar
tapi mereka gak suka, ya terima aja ya, itulah okta gitu, maksudnya terserah
orang mau bilang apa yang penting ya menututku itu benar gitu. Gak peduli
lah kata orang. Yang penting kita nggak ganggu dialah
14. Apakah Anda sering mengingat masa lalu dan mencemaskan masa depan?
Masa lalu hmm.. kadang-kadang ya. Sebenarnya okta lebih positif ke depan
aja mikir masa depan ya kedepannya bagaimana baiknya. Masa lalu ya
terutama buruk-buruk ya dilupain aja. Ya sangat mencemaskan masa depan
15. Bagaimana keyakinan terhadap kemampuan Anda dalam menghadapi

Universitas Sumatera Utara


kegagalan atau kemunduran?
Jawaban :
Tetap optimis ya. Biasanya iya sering kan walaupun udah gagal gitu tapi
optimis tetap percaya sama Tuhan. Kalo memang mungkin ya kegagalan itu
ya memang belum waktunya kita untuk berhasil. Mungkin nanti gitu. Optimis
aja selalu optimis. Positif..
16. Apakah Anda merasa setara atau tidak setara dengan orang lain? Jelaskan!
Nggaklah. Sama lah. Setara..
17. Seberapa penting keberadaan Anda bagi orang lain?
Pernah kemaren juga okta sakit jadi udah 3 minggu gitu nggak ke kampus
nggak ke LCE nggak kemana-mana gitu ya jadi mereka nanya-nanya gitu ya
okta kemana, kangen, gak ada okta, selalu ikut setiap acara, tapi kok nggak
ada gitu. Soalnya kemaren itu mereka juga nggak okta kasi tau kalo okta sakit.
Mereka kangen biasanya
18. Bila Anda dipuji oleh teman, bagaimana sikap Anda?
Ya biasa aja. Nggak terlalu suka sih dipuji
19. Bagaimana sikap Anda terhadap orang lain yang berusaha mendominasi
keberadaan Anda?
Biasanya senang ya maksudnya kalok ada jadi kita itu bisa saling berbagi juga
sih gitu. Kalo ada yang lebih menonjol ya kenapa nggak. Nggak masalah.
Nggakpapa sih
20. Apakah Anda mengungkapkan perasaan Anda kepada orang lain (seperti:
marah, cinta, sedih, bahagia, kecewa, dll)?:
Nggak. Disembunyikan ya
21. Apakah Anda menikmati kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari?
Iya. Sangat menikmati. Misalnya ya ke LCE. Hang out bareng teman-teman
gitu kan terutama jumpa dengan teman-teman yang baru gitu kan. Misalnya
setiap jumpa teman yang ini mungkin mereka bawa teman yang baru, jumpa
sama teman yang baru itu teman baru lagi, jadi menikmati banget..
22. Apa yang Anda lakukan apabila ada teman yang mengalami kesulitan?
Oiya. Membantunya secepatnya. Ya sebisa okta ya membantunya ya gitu.
Pasti..

Universitas Sumatera Utara


Negatif
6. Bagaimana sikap Anda terhadap kritikan yang ditujukan kepada Anda?
Ya okta sering juga ya memang okta juga perlu kritikan karna ya nggak
mungkin kan setiap apa yang okta lakukan itu benar. Pastinya ada yang salah,
jadi ya lebih bagus dibilang aja gitu langsung aja gitu jadi okta bisa
memperbaiki hal itu jadi okta nggak mengulangi kesalahan itu, itu lebih bagus
7. Bagaimana sikap Anda apabila dipuji?
Nggak terlalu suka dipuji karna ya nggak terlalu suka aja bukan nggak suka sih
maksudnya biasa aja gitu
8. Bagaimana komentar Anda apabila melihat ada teman yang memiliki
kekurangan? Dan bagaimana melihat teman yang memiliki kelebihan?
Biasanya okta semangatin dia ya gitu ya misalnya kayak ada teman gitu kan
dia itu orangnya misalnya nggak bisa dalam hal ini, biasanya okta semangatin
pasti bisa. Pasti semua orang itu memiliki kekurangan dan kelebihan gitu ya.
Okta selalu semangatin teman-teman biasanya ya.
Kalo yang memiliki kelebihan ya ditingkatkan lagi lah maksudnya jangan
sampai kelebihannya itu dipergunakan hal yang nggak bagus. Kalo yang
memiliki kelebihan ya bagus. Nggak masalah. Oh gini sih kalo misalnya ada
yang kelebihan kayak gitu ya okta juga pengen pastinya kayak gitu maksudnya
pasti pengen kayak dia. Seneng jadi termotivasi jadi ingin seperti dia.
9. Menurut Anda, apakah Anda disenangi atau tidak disenangi orang lain?
disenangi
10. Apabila ada kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu (yang
berharga), apa yang Anda lakukan?
Harus berusaha keras. Harus dapat. Harus optimis. Harus bisa ya pasti bisa.
Yakin. Saya kira bisa . Harus dapat

F. Komunikasi Antarpribadi
6. - Pada saat bersama dengan teman di LCE apa topik yang Anda bahas?
Apakah bersifat pribadi atau tidak pribadi?
- Seberapa sering anda membahas mengenai hal-hal pribadi?

Universitas Sumatera Utara


O banyak biasanya banyak sih kita kadang ngomongin tentang ya tentang diri
masing-masing eh maksudnya nanya gimana ya ah misalnya kayak kemarin
kita ngomongin tentang politik kan kita mau pemilu kan tentang agama juga
tentang jurusan tentang kehidupan pribadi trus tentang ya tentang masa depan.
Banyak.
Kalo teman mungkin iya sering curhat mungkin sama okta gitu tapi kalo
oktanya emang agak . Iya tapi kalo orang lain sering gitu kalo misalnya curhat
iya curhat aja soalnya okta bakalan nyimpan rahasia. Okta nggak suka
maksudnya hehehe..
7. Saat berkomunikasi dengan teman di LCE, teman mengungkapkan
permasalahannya kepada Anda. Apa yang Anda lakukan?
Biasanya kita tu berusaha untuk nyari solusi gitu kan untuk masalah itu. Nyari
solusi sama-sama gitu. Pernah.
8. Apakah ketika berkomunikasi dengan teman di LCE, ide atau gagasan yang
Anda ungkapkan mendapat dukungan?
Iya sih. Kalo misalnya bagus kan nanti kita kan didukung.
9. Apakah dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman di LCE Anda
merasa mendapat tanggapan positif?
Iya. Dari tanggapannya. Maksudnya langsung nanggapin. Iya dari
komentarnya,maksudnya mereka nanggapin lah pokoknya
10. Apakah dalam komunikasi dengan teman di LCE Anda memiliki banyak
kesamaan atau tidak? Dalam hal apa saja?
Iya. Kesamaanya sama-sama menyukai bahasa inggris ya semua anak LCE
suka bahasa inggris gitu, kita tu rata-rata punya hobi yang sama, oiya kita suka
belajar ya selain di LCE, sama anggota LCE yang lain kita juga ada gabung di
klub-klub yang lain, tapi anak-anak LCE juga gitu kan di luar LCE. Kita
sering sama gitu dalam banyak hal. Rata-rata anak LCE itu aktif organisasi
maksudnya mereka anak-anak yang aktif di kampus. Rata-rata ya hampir
semua. Pokoknya enak-enak lah anak LCE gitu. Maksudnya aktif. Oh usia
beda. Nggak beda jauh sih. Masih hampir sebaya. Beda-beda dua tahun tiga
tahun sampai lima tahun lah.Makanya sampe abang-abang yang udah bapak-
bapakgitu kan nggak bapak-bapak banget sih tapi dia udah nikah gitu kan tapi

Universitas Sumatera Utara


kita ya kayak teman gitu kalo di LCE.

Informan 2
A. Data Diri
1. Nama : Guruh Qurniartha
2. Usia : 23 tahun
3. Pendidikan : SMA Negeri 3 Medan
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Status : Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU
6. Lama bergabung dengan LCE : 1,5 tahun

B. Jenis Konsep Diri

Positif
1. Apa tanggapan Anda bila ada satu prinsip yang Anda yakini benar, tetapi
ditolak oleh orang / kelompok lain?
Ya tetap jugalah dijalankan. Karna kan prinsip itu yang bikinkan kita nyaman
menjalani hidup. Kalo kita nggak nyaman kita menjalani nggak sesuai prinsip
kita kan kita nggak nyaman. Sementara hak kita untuk nyaman itu kan ada
2. Apabila ada orang yang tidak menyetujui tindakan Anda, apa komentar Anda?
Tetap jugalah dijalankan. Pertama ya dipikirkan dulu lah sebab-sebabnya baru
ini betul gak ni awak yang salah. Kalo berbuat salah? Ya itulah diperbaiki.
Pasti dipendam.
3. Apakah Anda sering mengingat masa lalu dan mencemaskan masa depan?
Sering. Nggak pala
4. Bagaimana keyakinan terhadap kemampuan Anda dalam menghadapi
kegagalan atau kemunduran?
Yakin.Yakin sekali
5. Apakah Anda merasa setara atau tidak setara dengan orang lain? Jelaskan!
Setara karna kan kita terlahir sama cuma yang beda itu kan cuma dari kerja

Universitas Sumatera Utara


keras kita aja makanya hasilnya berbeda.itu aja. Jadi kalo kita mau dapat hasil
yang lebih kita kerja keras lebih, kemampuan sama
6. Seberapa penting keberadaan Anda bagi orang lain?
Penting. Karna misalnya kalok misal ketemuan nih atau ketemuan itu misal
sama kawan itu pasti selalu dipanggil, sinilah bentar. Baru kalok misalnya
mau pulang itu pasti ditahan. Jadi kayaknya itulah kita bisa bilang bahwa
kehadiran itu kehadiran awak ini masih menggenapkan orang dan kepergian
masih mengganjilkan juga, gitu
7. Bila Anda dipuji oleh teman, bagaimana sikap Anda?
Ya pura-pura biasa aja tapi dalam hati senang
8. Bagaimana sikap Anda terhadap orang lain yang berusaha mendominasi
keberadaan Anda?
Pertama ya merasa tersaingi. Kok dia malah mau mendominasi ya kan.Merasa
tersaingi . Baru ya pasti juga mau melebihi dialah. Jangan sampai dia
mendominasi
9. Apakah Anda mengungkapkan perasaan Anda kepada orang lain (seperti:
marah, cinta, sedih, bahagia, kecewa, dll)?
Tergantung orangnya. Seringan sih nggak
10. Apakah Anda menikmati kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari?
Ya menikmati. Inikan masuk semester akhir ya kegiatannya cuma
disini,kampus,nongkrong-nongkrong sama kawan,baru duduk-duduk di
departemen sama dosen cerita-cerita gitu aja lah. Menikmatilah
11. Apa yang Anda lakukan apabila ada teman yang mengalami kesulitan?
Pertama merasa kayaknya dia perlu juga diberi dukungan.minimal kita nggak
usah dukung,kita perhatian aja kita itu udah menjadi hak dia. Istilahnya kita
tunjukkan kita itu perhatian sama kondisi dia itu gitu, dengan kata-kata kita.
Iya, dari hati bukan pura-pura. Ditunjukkan gitu bahwa dia itu ada yang
perhatikan.Gitu aja

Universitas Sumatera Utara


Negatif
1. Bagaimana sikap Anda terhadap kritikan yang ditujukan kepada Anda?
Kadang nggak nerima juga. Dilawan
2. Bagaimana sikap Anda apabila dipuji?
Ya itulah pura-pura biasa tapi senang
3. Bagaimana komentar Anda apabila melihat ada teman yang memiliki
kekurangan? Dan bagaimana melihat teman yang memiliki kelebihan?
Kadang merasa bersyukur juga. Bukan mensyukuri dia, tapi mensyukuri Tuhan
masih kasih awak ini kelebihan gitu. Mungkin dia kurang usaha gitu. Ya itulah
merasa iba juga kasihan. Kita kok dikasih perbedaan gitu ya. Tapi dia pasti
punya kelebihan dibalik kekurangannya itu.
Ya itulah iri. Baru kadang dijadikan contoh juga. Lebih sering contoh sih..
4. Menurut Anda, apakah Anda disenangi atau tidak disenangi orang lain?
Disenangi. Karna mungkin ya suka becanda itu. Ya itulah suka joke. Jadi orang
nggak bosen
5. Apabila ada kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu (yang
berharga), apa yang Anda lakukan?
Ya dikejarlah. Berusaha. Iya

C. Komunikasi Antarpribadi
1. - Pada saat bersama dengan teman di LCE apa topik yang Anda bahas?
Apakah bersifat pribadi atau tidak pribadi?
- Seberapa sering anda membahas mengenai hal-hal pribadi?
Topiknya mengenai film, buku, politik, olahraga, ya itu kami bahas.
Nggak ada
2. Saat berkomunikasi dengan teman di LCE, teman mengungkapkan
permasalahannya kepada Anda. Apa yang Anda lakukan?
Ya didengarlah.didengar baru dikasih la solusi seberapa mampu
3. Apakah ketika berkomunikasi dengan teman di LCE, ide atau gagasan yang
Anda ungkapkan mendapat dukungan?
Sejauh ini pernah mendapat dukungan. Kadang-kadang ditolak juga. Tapi

Universitas Sumatera Utara


lebih sering didukung
4. Apakah dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman di LCE Anda
merasa mendapat tanggapan positif?
Kurang
5. Apakah dalam komunikasi dengan teman di LCE Anda memiliki banyak
kesamaan atau tidak? Dalam hal apa saja?
Samalah, dalam kemampuan berbahasa inggris gitu. Kita juga sama-sama
mahasiswa kebanyakan disini. Kita sama-sama saling menghormati, wajib itu

Informan 3
A. Data Diri
1. Nama : Josephine Fiona
2. Usia : 22 tahun
3. Pendidikan : SMA Cahaya Medan
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Status : Mahasiswi FISIP USU
6. Lama bergabung dengan LCE : hampir 2 tahun

B. Jenis Konsep Diri

Positif
1. Apa tanggapan Anda bila ada satu prinsip yang Anda yakini benar, tetapi
ditolak oleh orang / kelompok lain?
Saya pikir prinsip kita tidak harus selalu diyakini dengan orang lain. Yang
kita anggap benar tidak selalu harus dianggap orang lain benar. Karna orang
masing-masing punya persepsi yang beda-beda perspektif yang beda-beda
juga. Kalo saya sudah tau prinsip saya salah ya saya harus minta maaf dengan
mereka. Dan juga saya harus tanya alasan kenapa prinsip saya salah. Kalo
memang alasannya logis memang prinsip saya salah ya sudah, ya saya akan
mengubahnya
2. Apabila ada orang yang tidak menyetujui tindakan Anda, apa komentar Anda?
Ya orang tidak harus selalu setuju dengan apa yang kita lakukan. Selama kita

Universitas Sumatera Utara


pikir sesuatu itu baik dan benar dan tidak ada orang yang merasa terganggu ya
tidak ada yang salah dengan itu. Saya biasanya ketika saya tau saya salah saya
jujur, lebih baik intropeksi diri dan perlu waktu untuk berdiam diri
3. Apakah Anda sering mengingat masa lalu dan mencemaskan masa depan?
Sering. Jarang
4. Bagaimana keyakinan terhadap kemampuan Anda dalam menghadapi
kegagalan atau kemunduran?
Ya saya pikir saya cukup bisa untuk mengatasi kegagalan. Ya pernah. Salah
satu contoh yang paling dekatnya,waktu saya misalnya saya sudah
menetapkan misalnya saya ada tugas tapi kemudian batas deadlinenya
semakin lama semakin bergeser, saya sudah lakukan yang saya bisa,tapi tetap
tidak berhasil juga. Menurut saya itu kegagalan, karna saya tidak berhasil
fokus dengan prioritas saya dan tujuan utama saya tidak tercapai. Jadi itu
kegagalan. Kegagalan itu memang harus terjadi. Itu sesuatu yang pasti dalam
hidup manusia. Manusia itu harus gagal supaya bisa sukses.
5. Apakah Anda merasa setara atau tidak setara dengan orang lain? Jelaskan!
Dalam beberapa hal mungkin saya merasa saya tidak setara dengan orang lain.
Misalnya, waktu saya liat ada teman saya yang usianya lebih muda dari saya
dan saya liat secara pemikiran dia lebih dewasa dari saya. Atau mungkin
ketika misalnya ada orang yang misalnya dia orangnya lebih teratur atau
disiplin dari saya,saya merasa tidak setara dengan orang itu.
Kalo dari ekonomi mungkin sama setara.
6. Seberapa penting keberadaan Anda bagi orang lain?
Ya menurut saya penting.Ya misalnya waktu saya tidak datang ya mungkin ya
kadang-kadang mereka misalnya sms. Tapi kadang-kadang juga misalnya
waktu saya datang lagi mereka tanya kenapa kemarin nggak datang. Atau
misalnya waktu saya diam selalu ada teman yang tanya kamu lagi ada
masalah
7. Bila Anda dipuji oleh teman, bagaimana sikap Anda?
Bisanya saya akan pikirkan dulu apa maksud dari pujiannya, apa dia sungguh-
sungguh atau dia hanya ingin menyenangkan saya. Ya saya terima juga,saya
hanya bilang terima kasih, biarpun saya pikir saya tidak layak dipuji

Universitas Sumatera Utara


8. Bagaimana sikap Anda terhadap orang lain yang berusaha mendominasi
keberadaan Anda?
Saya biasanya segera mundur dari tempat, dari situ. Misalnya karna saya pikir
kalo memang begitu keinginannya ya sudah,saya juga tidak ingin
menimbulkan konflik yang tidak penting.
9. Apakah Anda mengungkapkan perasaan Anda kepada orang lain (seperti:
marah, cinta, sedih, bahagia, kecewa, dll)?
Biasanya saya memendam perasaan saya
10. Apakah Anda menikmati kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari?
Ya. Karna saya pikir yang saya lakukan itu penting ya jadi saya nikmati.
Misalnya saya pergi ke perpustakaan, atau misalnya ngobrol dengan teman,
kadang-kadang main games, atau misalnya belajar hal-hal yang baru yang
saya belum pernah tau sebelumnya
11. Apa yang Anda lakukan apabila ada teman yang mengalami kesulitan?
Ya saya akan membantunya dengan ya yang saya bisa. Saya ingat waktu
kemaren waktu di angkot teman saya barangnya ada yang hilang di angkot
ada yang ngambil yang pencurinya langsung kabur dari angkot,dia tidak turun
dari angkot setelah angkotnya berhenti, jadi dia langsung lari begitu saja. Di
posisi seperti itu saya yakin itu posisi yang sangat tidak menyenangkan. Jadi
gimanapun caranya waktu itu sudah jam mungkin jam-jam tengah 9,
seharusnya sudah pulang, tapi kami masih di angkot masih bingung. Akhirnya
ya saya harus saya pikir saya harus bersama dengan dia,dia teman saya

Negatif
1. Bagaimana sikap Anda terhadap kritikan yang ditujukan kepada Anda?
Saya menerima. Saya terbuka dengan kritikan. Tapi kadang-kadang ada orang
yang mengkritik untuk membenarkan diri mereka. Jadi biasanya ketika saya
dikritik saya pikirkan dulu,apakah itu benar,atau dia hanya membual saja
2. Bagaimana sikap Anda apabila dipuji?
Ya ketika dipuji saya hanya bilang terimakasih. Saya terima
3. Bagaimana komentar Anda apabila melihat ada teman yang memiliki
kekurangan? Dan bagaimana melihat teman yang memiliki kelebihan?

Universitas Sumatera Utara


Ya saya biasanya lebih memilih untuk bersikap empati dengan orang lain,kalo
saya berada di posisi dia.
Biasa aja karena semua orang punya kelebihan
4. Menurut Anda, apakah Anda disenangi atau tidak disenangi orang lain?
Saya pikir dua-duanya. Ada yang tidak senang dengan saya, ada yang senang
dengan saya. Yang lebih besar ya disenangi
5. Apabila ada kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu (yang
berharga), apa yang Anda lakukan?
Ya kalo misalnya saya pikir peluangnya cukup besar dan ada prospek
kedepannya saya akan kejar, saya akan mencari tau gimana caranya supaya
bisa memenangkan kompetisi itu. Justru kalo kompetisinya semakin besar
justru itulah saatnya supaya kita semakin berjuang

C. Komunikasi Antarpribadi
1. - Pada saat bersama dengan teman di LCE apa topik yang Anda bahas?
Apakah bersifat pribadi atau tidak pribadi?
- Seberapa sering anda membahas mengenai hal-hal pribadi?
Topik yang di LCE.. Tergantung dengan siapa saya berbicara. Kalo saya
berbicara dengan misalnya mereka yang misalnya, ada teman juga yang suka
menggosip ya saya hanya bercanda saja. Kalo dengan teman yang suka
berfilsafat saya berfilsafat. Kalo saya dengan orang yang suka berpuisi saya
berpuisi lagi. Atau saya dengan teman akrab saya ya saya bercanda seperti itu.
Saya jarang membahas hal yang pribadi. Dan saya hanya berbicara tentang
hal-hal pribadi dengan orang-orang tertentu saja. Jarang
2. Saat berkomunikasi dengan teman di LCE, teman mengungkapkan
permasalahannya kepada Anda. Apa yang Anda lakukan?
Saya akan pikir dulu apakah itu penting dan saya akan tanya prioritas-prioritas
dari teman itu,apa yang sebenarnya dia ingin kejar. Karna kadang-kadang ada
orang yang membicarakan masalah yang tidak penting. Ya ada teman saya, ya
kadang ada teman yang dia cuman suka berbicara, menurut dia kalo ada orang
yang terlihat misalnya suaranya lebih bagus dari dia ataupun misalnya sesuatu
yang tidak terlalu penting dibahas. Atau mungkin dia kita sudah ingatkan

Universitas Sumatera Utara


bahwa misalnya dia tidak seharusnya berteman dengan orang-orang yang
seperti yang dia, gimana ya kalimatnya, ada teman yang misalnya dia bilang
“aku nggak pengen kesitu,ya udah jangan kesitu,tapi mereka disana itu ramah-
ramah baik-baik”. Masalah yang tidak perlu diatasi, cuman dia yang
sebenarnya memperumit masalah. Seperti itulah masalah yang tidak penting
3. Apakah ketika berkomunikasi dengan teman di LCE, ide atau gagasan yang
Anda ungkapkan mendapat dukungan?
Lebih sering mendukung. Tergantung topiknya kalo misalnya topik itu ada
kontradiksi misalnya mungkin ada yang membela ada yang tidak membela.
Ketika saya menyampaikan gagasan biasanya saya tidak mencari dukungan
saya hanya mencari pengertian apakah mereka bisa misalnya memahami
konsep saya karna kadang-kadang ada orang yang misalnya dia tidak suka
dengan konsep orang lain. Dia hanya ingin hanya dia yang berbicara. Jadi
hanya konsep dialah yang kita dengar setiap hari
4. Apakah dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman di LCE Anda
merasa mendapat tanggapan positif?
Ya saya mendapat tanggapan yang positif
5. Apakah dalam komunikasi dengan teman di LCE Anda memiliki banyak
kesamaan atau tidak? Dalam hal apa saja?
Ada misalnya dalam hal, karna kebanyakan siswa yang di LCE itu mahasiswa
jadi yang pasti kesamaannya mahasiswa. Juga misalnya saya bukan anak kos
tapi teman-teman saya kebanyakan anak kos, di kampus teman-teman
kebanyakan anak kos dan di LCE teman-teman itu banyak yang anak kos jadi
ya ada kesamaan.apalagi ya, ya di LCE mereka semua datang ke LCE karena
mereka masing-masing punya impian dan saya juga punya impian.saya pikir
itu kesamaan.

Universitas Sumatera Utara


Informan 4
A. Data Diri
1. Nama : Karina Pratiwi
2. Usia : 21 tahun
3. Pendidikan : SMA N2 Padangsidempuan
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Status : Mahasiswi USU
6. Lama bergabung dengan L : 2 tahun

B. Jenis Konsep Diri

Positif
1. Apa tanggapan Anda bila ada satu prinsip yang Anda yakini benar, tetapi
ditolak oleh orang / kelompok lain?
Menurut saya itu sah-sah aja kalo mereka menolak karna itukan hak mereka,
saya tidak bisa mempengaruhi atau merubah konsep mereka karna mereka
memiliki asumsi yang berbeda-beda. Pastinya semua manusia memiliki
asumsi yang berbeda-beda kan. Sebagai manusia biasa saya tidak bisa
merubah mereka. Tapi mungkin, kalo udah ada bukti berarti saya mengacu
bukti itu. Kadang sih saya memilih prinsip mempertahankan prinsip saya
sendiri. Biasanya sih saya tetap bertahan.
2. Apabila ada orang yang tidak menyetujui tindakan Anda, apa komentar Anda?
Seperti yang diajarkan dosen saya jadilah diri sendiri karna kamu mempunyai
identitas untuk dirimu sendiri. Jadi walaupun tindakan saya kurang disetujui
oleh mereka itu kan asumsi mereka, bukan berarti saya harus merubah
perilaku saya itu. Misalnya saya memakai baju yang begini dan mereka
anggap itu salah. Itukan bukan hak mereka untuk mempengaruhi perilaku
saya. Saya tau bahwa perilaku saya benar atau tidak ,itu, jadi sayalah yang
memilahnya benar atau tidak. Dan saya biasanya mendasarinya berdasarkan
peraturan bukan menurut asumsi mereka
3. Apakah Anda sering mengingat masa lalu dan mencemaskan masa depan?
Iya. Masa depan,kadang sih iya, tapi saya yakin bahwa masa depan saya
bagus. Jarang

Universitas Sumatera Utara


4. Bagaimana keyakinan terhadap kemampuan Anda dalam menghadapi
kegagalan atau kemunduran?
Yakin. Seperti yang saya yakini bahwa kegagalan itu adalah kesuksesan yang
tertunda. Istilahnya kita gagal itu berarti Tuhan memberikan kita kesempatan
untuk belajar lagi berdasarkan pengalaman kegagalan kita itu untuk menjadi
lebih benar-benar sukses daripada menjadi sukses dengan instan tetapi mereka
tidak mengetahui atau tidak yakin dengan kesuksesan mereka
5. Apakah Anda merasa setara atau tidak setara dengan orang lain? Jelaskan!
Menurut saya setara. Karna Tuhan menciptakan manusia juga setara dan
bahkan juga seperti ada orang pintar dan orang bodoh mereka bilang, menurut
saya sih orang pintar dan orang bodoh itu sama-sama aja. Sebenarnya semua
manusia itu pintar, tapi bagaimana mereka mencapai kecepatan, mencapai
target
6. Seberapa penting keberadaan Anda bagi orang lain?
Penting sekali karna itu identitas kita kan bang. Istilahnya saya berusaha
menolong orang lain dan mereka merasa penting. Istilahnya saya suka seperti
mengajar, kami juga dengan teman saya berkeliling rumah di tetangga kami,
disana kami mengajar anak-anak
7. Bila Anda dipuji oleh teman, bagaimana sikap Anda?
Pastinya senang, tapi tidak berarti saya sangat senang sekali kan. Istilahnya
kita perlu belajar lagi untuk hal itu. Kita tidak mudah untuk puas. Lebih
seringan sih nggak nggak gitu bang, menutupinya, tapi dalam hati iya
8. Bagaimana sikap Anda terhadap orang lain yang berusaha mendominasi
keberadaan Anda?
Kalo itu sih menurut saya dia tidak mempunyai hak untuk mendominasi
siapa-siapa istilahnya karna kita adalah setara kan dari awal kita adalah setara.
Kurang. Tidak menerima
9. Apakah Anda mengungkapkan perasaan Anda kepada orang lain (seperti:
marah, cinta, sedih, bahagia, kecewa, dll)?:
Biasanya sih saya suka menyimpannya. Istilahnya seperti ada teman kan yang
misalnya ribut gitu, dan saya dalam hati pingin menegurnya tapi karna kalo
mereka juga ditegur pastinya mereka akan marah dan akhirnya berkelahi kan,

Universitas Sumatera Utara


jadinya nggak enak
10. Apakah Anda menikmati kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari?
Iya. Saat ini sih saya suka ngajar dan memasak dan belajar
11. Apa yang Anda lakukan apabila ada teman yang mengalami kesulitan?
Biasanya sih saya suka simpatik pada mereka dan saya berusaha sekuat
mungkin untuk menolong mereka, semampu saya untuk menolong mereka

Negatif
1. Bagaimana sikap Anda terhadap kritikan yang ditujukan kepada Anda?
Saya biasanya menerima sih, menerima kritikan itu selama kritikan itu
mendukung atau bisa membangun, kecuali ada kritikan yang dimana bisa
menjatuhkan orang lain. Lebih sering kritik yang membangun sih, saya
menerimanya
2. Bagaimana sikap Anda apabila dipuji?
Saya biasanya senang. Saya biasanya menyembunyikannya. Iya, berpura-pura
3. Bagaimana komentar Anda apabila melihat ada teman yang memiliki
kekurangan? Dan bagaimana melihat teman yang memiliki kelebihan?
Karna saya orangnya simpatik ya seperti yang saya bilang tadi bang, saya
biasanya semampu mungkin untuk bisa menolongnya. Kelebihan, saya
memandangnya sih positif aja karna kita diciptakan juga mempunyai
kelemahan dan kelebihan. Jadi itu wajar aja
4. Menurut Anda, apakah Anda disenangi atau tidak disenangi orang lain?
Menurut saya mungkin disenangi karna saya suka membantu mereka juga kan
gitu
5. Apabila ada kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu (yang
berharga), apa yang Anda lakukan?
Saya berusaha semampu saya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam
kompetisi itu

Universitas Sumatera Utara


C. Komunikasi Antarpribadi
1. - Pada saat bersama dengan teman di LCE apa topik yang Anda bahas?
Apakah bersifat pribadi atau tidak pribadi?
- Seberapa sering anda membahas mengenai hal-hal pribadi?
Biasanya sih macam-macam, bisa tentang pelajaran, bisa tentang masalah
ekonomi atau sosial, budaya, tapi paling sering itu tentang budaya. Pribadi
kurang. Karna saya juga orangnya tertutup
2. Saat berkomunikasi dengan teman di LCE, teman mengungkapkan
permasalahannya kepada Anda. Apa yang Anda lakukan?
Biasanya saya mendengarkan mereka dengan baik karna saya adalah good
listener ya. Jadi saya biasa mendengar permasalahan mereka dan semampu
saya untuk bisa membantu mereka mengatasi masalah mereka dengan
memberi solusi
3. Apakah ketika berkomunikasi dengan teman di LCE, ide atau gagasan yang
Anda ungkapkan mendapat dukungan?
Mereka sering menerima. misalnya seperti yang kemarin kami mau pergi ke
rumah teman saya dan dia katakan kepada saya teman yang mau kami
kunjungi itu pingin masakan Indonesia. Dan saya bilang gimana kalau ini aja,
dan dia bilang oke gitu
4. Apakah dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman di LCE Anda
merasa mendapat tanggapan positif?
Iya bang. Karna seperti yang saya bilang kan solusi yang saya berikan mereka
terima dan diaplikasikan. Bisanya mereka juga senyum dan oiya katanya.
Memberikan respon
5. Apakah dalam komunikasi dengan teman di LCE Anda memiliki banyak
kesamaan atau tidak? Dalam hal apa saja?
Kadang sih saya mendapatkan kesamaan kadang ketidaksamaan karna kadang
ada teman yang juga keras kepala yang susah disamakan idenya, kadang juga
ada yang sama adanya. Lebih banyak kesamaan sih. Yang paling banyak itu
kesamaan universitas la kan. Tentang jurusan juga, baru tentang ideologi,
sudut pandang kami gitu kan, istilahnya kayak budaya, jadi kami sering nih
bicara tentang budaya, budaya antara orang barat dan orang timur, yang

Universitas Sumatera Utara


dimana orang barat tidak suka telat, biasanya sih kami menerima ide itu dan
kami aplikasikan sama-sama dalam kehidupan sehari-hari. Umur juga sama

Informan 5
A. Data Diri
1. Nama : Ramadhani
2. Usia : 22 tahun
3. Pendidikan : SMAN 14 Medan
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Status : Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU
6. Lama bergabung dengan LCE : 1 tahun lebih

B. Jenis Konsep Diri

Positif
1. Apa tanggapan Anda bila ada satu prinsip yang Anda yakini benar, tetapi
ditolak oleh orang / kelompok lain?
Seandainya itu mungkin terjadi, saya akan berpikir ulang, kenapa mereka
menolak, setelah itu mungkin yaudahlah lanjut terus aja. Kalok saya salah ya
evaluasi, koreksi diri dimana letak salahnya. Kalok salah ya perbaiki kalok
enggak salah ya minta maaf.
2. Apabila ada orang yang tidak menyetujui tindakan Anda, apa komentar Anda?
Sejauh ini paling komplain-komplain juga karena saya orang yang kolerik ya
agak suka keributan, pertikaian. Mungkin sejauh ini saya diam saja tapi kalok
terus-menerus mungkin saya coba ngomong alasannya kenapa habis itu
diselesaikan secara sendiri aja. Ngomong-ngomong aja gak suka pertikaian.
Kalok saya orangnya suka memikirkan kesalahan apa, segan jumpa sama dia,
kadang mikirin sampek gak bisa tidur malamnya karena merasa bersalah itu.
3. Apakah Anda sering mengingat masa lalu dan mencemaskan masa depan?
Sering juga.

Universitas Sumatera Utara


4. Bagaimana keyakinan terhadap kemampuan Anda dalam menghadapi
kegagalan atau kemunduran?
Sejauh ini saya suka cemas akan kegagalan. Jadi di jalani aja. Sejauh ini saya
gak pernah mundur. Apa yang bisa saya lakukan saya gak pernah mundur
paling jadi sering kepikiran terus.
5. Apakah Anda merasa setara atau tidak setara dengan orang lain? Jelaskan!
Kadang-kadang saya merasa iri kalok melihat orang yang memiliki badan
yang bagus. Trus punya badan tinggi apalagi mereka kaya kadang agak
merasa jealous. Jadi merasa gak setara. Tapi kalok dengar kata-kata motivasi,
kita sama di mata Tuhan, kadang-kadang ya PD, tergantung motivasi tertentu.
6. Seberapa penting keberadaan Anda bagi orang lain?
Menurut saya penting ya. Soalnya selama ini abang buat-buat acara, biasanya
kalok tanpa abang mereka sering batalin. Kalok gak datang katanya gak enak.
Mungkin saya rasa walaupun bukan apa-apa di acara itu, mungkin mereka
merasa abang itu penting. Karena sering kalok abang gak datang jadi dibatalin
ke minggu depan.
7. Bila Anda dipuji oleh teman, bagaimana sikap Anda?
Kalok dipuji paling biasa aja. Saya gak suka dipuji. Saya menerima dipuji.
Kadang-kadang dalam hati senang juga.
8. Bagaimana sikap Anda terhadap orang lain yang berusaha mendominasi
keberadaan Anda?
Oh ada sih pengalaman, kebetulankan saya ikut organisasi di kampus, jabatan
saya di organisasi itu ketua bidang dan dia sekretaris saya. Dia di dalam
jabatan itu seolah-olah ingin jadi ketua juga. Jadi kadang-kadang, kalok saya
sendiri sih, biarin sajalah mungkin dia lebih baik dari saya. Adapun saya
ngerasa kebijakan yang saya buat kadang-kadang gak cocok jadi karena dia
orangnya semangat, yauda saya biarkan saja walaupun dia sekretaris saya,
untuk membuat kebijakan. Kadang-kadang dia mendominasi apa yang saya
buat.
9. Apakah Anda mengungkapkan perasaan Anda kepada orang lain (seperti:
marah, cinta, sedih, bahagia, kecewa, dll)?
Gak, paling diam aja.

Universitas Sumatera Utara


10. Apakah Anda menikmati kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari?
So far menikmati. Yang paling disenangi kegiatan di LCE dan kumpul dengan
teman-teman di organisasi juga.
11. Apa yang Anda lakukan apabila ada teman yang mengalami kesulitan?
Sejauh ini akan menolong dia. Misalnya kayak teman saya baru-baru ini,
Guruh kan mau ngadain seminar, karena dia udah nolong saya jadi saya
merasa hutang budi sama dia jadi kalok bisa pun saya menolong dia lebih dari
yang dia tolong sama saya. kalok bisa hal sekecil apapun dia minta tolong ke
saya aja.

Negatif
1. Bagaimana sikap Anda terhadap kritikan yang ditujukan kepada Anda?
Paling diam aja. Dalam hati pasti ada rasa gondok atau marah tapi gak
diutarakan secara langsung. Lebih dipendam aja.
2. Bagaimana sikap Anda apabila dipuji?
Kadang salah tingkah. Kadang diam aja padahal dalam hati senang.
3. Bagaimana komentar Anda apabila melihat ada teman yang memiliki
kekurangan? Dan bagaimana melihat teman yang memiliki kelebihan?
Kadang merasa kasihan. Kadang merasa koreksi dalam diri, Tuhan dia aja yang
seperti ini bisa bertahan, gimana dengan saya? Mungkin ini cobaan bagi saya
untuk melihat dia supaya saya lebih bersyukur lagi kepada Tuhan. Kalok
kelebihan, kadang-kadang merasa iri pengen seperti dia. Intinya kalok ngeliat
yang lebih kurang kita merasa kasihan, bersyukur. Kalok ngeliat yang lebih
dari kita, merasa iri. Namun di satu sisi ngerasa ini gak rejeki aku.
4. Menurut Anda, apakah Anda disenangi atau tidak disenangi orang lain?
Sejauh ini disenangi. Saya gak suka membuat keributan dan mereka sama saya
happy happy aja. Sementara saya juga gak suka dengan hal-hal negatif, sejauh
ini saya suka hal-hal positif, suka buat suasana jadi hidup juga.
5. Apabila ada kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu (yang
berharga), apa yang Anda lakukan?
Akan saya ikutin, namun mengenai hasil saya serahkan kepada Tuhan.

Universitas Sumatera Utara


C. Komunikasi Antarpribadi
1. - Pada saat bersama dengan teman di LCE apa topik yang Anda bahas?
Tergantung sama temannya. Paling main games, baru menceritakan tentang
kegiatan di kampus, tentang skripsi, baru tentang kegiatan sehari-hari.
- Apakah bersifat pribadi atau tidak pribadi?
Kadang-kadang ada.
- Seberapa sering anda membahas mengenai hal-hal pribadi?
Jarang kalok dengan teman di LCE.
2. Saat berkomunikasi dengan teman di LCE, teman mengungkapkan
permasalahannya kepada Anda. Apa yang Anda lakukan?
Biasanya paling ngasih solusi, ini mungkin menurutku yang paling baik tapi
terserah terima atau enggak. Kalok aku di posisi ini aku bilang seperti ini.
3. Apakah ketika berkomunikasi dengan teman di LCE, ide atau gagasan yang
Anda ungkapkan mendapat dukungan?
Saya jawaban terima mereka nerima tapi untuk implementasi gak tau kita.
Dilakuin atau tidak ya gak tau.
4. Apakah dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman di LCE Anda
merasa mendapat tanggapan positif?
Ya saya merasa mendapat tanggapan itu. Mereka senyum, mereka ketawa, dari
cara mereka menatap.
5. Apakah dalam komunikasi dengan teman di LCE Anda memiliki banyak
kesamaan atau tidak? Dalam hal apa saja?
Secara umum kayaknya sama lah. Kendala dalam bidang bahasa inggris
kayaknya semua samalah saya rasa. Kalok mendominasi kayaknya gak ada tapi
kalok saya bandingkan sama angota-angota lama LCE yang uda lancar kali
mungkin iya. Di sini kemampuan bahasa inggrisnya sama semua.

Universitas Sumatera Utara


Informan 6
A. Data Diri
1. Nama : Roulina M.F Siboro
2. Usia : 20 tahun
3. Pendidikan : SMA N3 Medan
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Status : Mahasiswi Fakultas Ekonomi USU
6. Lama bergabung dengan LCE : hampir 2 tahun

B. Jenis Konsep Diri

Positif
1. Apa tanggapan Anda bila ada satu prinsip yang Anda yakini benar, tetapi
ditolak oleh orang / kelompok lain?
Saya nggak mau mempertahankannya. Merubah,karna saya tau,kalo misalnya
saya tau prinsip itu benar walaupun orang lain menolaknya saya akan
mempertahankan prinsip itu,tapi ketika prinsip yang saya anggap benar
ternyata salah saya nggak mau mempertahankan apa yang salah, saya tetap
mempertahankan apa yang benar
2. Apabila ada orang yang tidak menyetujui tindakan Anda, apa komentar Anda?
Menurut saya sejauh tindakan saya tidak merugikan mereka atau merugikan
siapapun,saya kira,dan tindakan saya itu gak buruk,saya kira saya,kalo
misalnya tindakan saya itu bagus ya gapapa. Kalo misalnya orang
sirik.Kecuali kalo misalnya tindakan saya merugikan orang lain sampe apa
saya akan ubah sifat tindakan saya itu.
Setiap orang kan melakukan kesalahan kan itu hal yang lumrah kan. Jadi kalo
misalnya melakukan kesalahan untuk yang berikutnya jangan lagi berbuat
kesalahan yang sama dan coba untuk inilah minta maaf kalo misalnya ada
orang yang tersakiti. Minta maaf, dilupakan dan diubah sifatnya.
3. Apakah Anda sering mengingat masa lalu dan mencemaskan masa depan?
Kalo masa lalunya yang bagus saya ingat dan kalo masa lalunya yang
mengerikan atau apa saya coba untuk tidak kembali mengingatnya. Kadang-
kadang gini apa namanya nengok-nengok masa lalunya kekmana.Kalo

Universitas Sumatera Utara


misalnya ada yang buruk lah apa kadang teringat, alah ya udahla itu kekgitu,
langsung lupakan ajalah. Mengingat masa lalu eee iya saya rasa masih sering.
Kadang-kadang saya mencemaskan masa depan saya,kekmana ya aku
nantinya kekmana ya,trus apa ya usaha yang mau kuapakan nanti untuk masa
depanku nanti,dimana ku kerja,masih bercabang-cabang pikiran untuk masa
depan
4. Bagaimana keyakinan terhadap kemampuan Anda dalam menghadapi
kegagalan atau kemunduran?
Kalo saya coba dulu. Kalo misalnya walaupun itu gagal ya gapapa setidaknya
kita udah mencoba daripada gak mencoba sama sekali kita gak tau itu gagal
apa berhasil
5. Apakah Anda merasa setara atau tidak setara dengan orang lain? Jelaskan!
Saya merasa setara dengan orang lain. Karna sama-sama secara physicly dia
punya mata saya punya mata dia punya hidung saya punya hidung dia makan
apa saya juga makan apa. Jadi saya melihat kalo misalnya gak ada perbedaan
apa. Saya rasa semua orang sama,cuma yang membedakan kenapa mereka
berbeda karna mereka,misalnya kalo misalnya dalam secara finansial ya karna
mereka usahanya lebih makanya seperti itu gitu. Jadi pada intinya kita bisa
finansial kita sama sama mereka kalo misalnya usaha kita bahkan lebih dari
mereka pun dari orang yang kita anggap gak sama dalam hal finansial,bisa
kita melibihi mereka kalo usaha kita melebihi mereka juga
6. Seberapa penting keberadaan Anda bagi orang lain?
Penting dong. Kalo misalnya dalam lingkungan kuliah ya,ya kalo misalnya
dalam lingkungan kuliah karna orang itu gak bisa ya,harus membutuhkan
orang lain. Jadi gak bisa cuman orang itu aja,apa,mana tau karna gak ada saya
diantara mereka gak bisa juga,trus karna gak ada mereka gak bisa juga se-
happy ini kuliah gitu
7. Bila Anda dipuji oleh teman, bagaimana sikap Anda?
Pertama ya,saya kalo misalnya dipuji pasti ada rasa bangga,cuman saya nggak
langsung sombong gitu,ya udah dipuji makasih kek gitu. Cuman kalo bisa
berusaha juga untuk membuat yang lebih lagi dari apa yang telah dipuji sama
orang

Universitas Sumatera Utara


8. Bagaimana sikap Anda terhadap orang lain yang berusaha mendominasi
keberadaan Anda?
Sebenarnya marah cuma kalo misalnya liat keadaannya, sebenarnya benci ya
sama orang yang kayak gitu karna gak kasih kesempatan kayak gitu sama
orang lain kayak gitu.Gak suka.Saya mau mengingatkan.biarkan aja dulu
mungkin dia belum sadar pada saat itu.Tapi setelah misalnya dia apa kayak
gitu diingatkan terserah dia mau terima apa tidak.Akan diingatkan karna gak
bisa dipendam,cuman gak didepan umum
9. Apakah Anda mengungkapkan perasaan Anda kepada orang lain (seperti:
marah, cinta, sedih, bahagia, kecewa, dll)?
Iya.Gak bisa pura-pura.Kalo misalnya ada masalah la ya,muka ini langsung
berbeda,langsung nampak kalok lagi gak enak hati gitu. Kalo lagi senang ya
udah seneng gitu
10. Apakah Anda menikmati kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari?
Sebagian menikmati sebagian nggak. Karna menurut saya ada sebagian waktu
saya yang kurang efektif ya digunakan. Masih ada waktu-waktu yang
digunakan itu sia-sia gitu. Lebih banyak dinikmati.misalnya kegiatan kekgini
lah LCE, di kampus, trus kalo ada bakti sosial biasanya saya ikut
11. Apa yang Anda lakukan apabila ada teman yang mengalami kesulitan?
Pertama ditanya dulu ya kenapa kekgitu kesulitan,berusaha mengapa berusaha
dia untuk berbagi kesulitannya,trus kemudian kalo misalnya kita pikirkan kita
pikirkan apanya solusinya trus kita bicarakan masalahnya setidaknya kan
beban dia berkurang.Trus kalo misalnya kita bisa untuk membantu dia kenapa
nggak

Negatif
1. Bagaimana sikap Anda terhadap kritikan yang ditujukan kepada Anda?
Pertama ya saya sangat suka kritikan, walaupun itu se... itu sangat menyakiti
hati ya.Tapi kritikan itu sangat penting.Kadang-kadang saya minta sama orang
apa yang salah dalam apa saya.Supaya itu menjadi referensi untuk
memperbaiki sifat-sifat saya.Dan saya paling suka kalo misalnya ada evaluasi
trus kemudian teman-teman mengritik kekmana saya.Karna kritikan itu

Universitas Sumatera Utara


otomatis untuk membuat kita lebih baik kekgitu
2. Bagaimana sikap Anda apabila dipuji?
Saya senang,apa,ada rasa bangga,truskemudian mengungkapkan inilah
makasih apa kekgitu.Gak menyangkal
3. Bagaimana komentar Anda apabila melihat ada teman yang memiliki
kekurangan? Dan bagaimana melihat teman yang memiliki kelebihan?
Iya.Kasihan sih.Kadang kalo misalnya ada orang yang kekurangan dan saya
nggak kenal kekgitu segan untuk bantu,bantu gak ya,nanti kalo misalnya
diapakan eh sok tau gini gini gini,itulah masih kelemahan
Ee kalo misalnya,saya nggak nggak,sebenarnya irinya dalam hal positif,ada
nggak ya iri positif,gini,kok dia bisa ya kekgitu kenapa padahal samanya,saya
nggak menyalahkan dia kenapa bisa kekgitu saya menyalahkan diri saya
kenapa gak bisa kekgitu. Saya nggak menyalahkan.tapi justru yang memiliki
kelebihan menjadi kadang-kadang menjadi pacuan,kalo dia bisa kenapa saya
nggak kekgitu.bukan menjadi irinya yang jadi jahat bukan. Cuman saya salut
jadinya salut sama dia
4. Menurut Anda, apakah Anda disenangi atau tidak disenangi orang lain?
Disenangi
5. Apabila ada kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu (yang
berharga), apa yang Anda lakukan?:
Otomatis persiapan ya untuk itu.Berusaha, kadang-kadang kalo kita udah
pengen sama sesuatu,trus nggak lupa juga ya menyampaikan sama,karna kan
kekuatan yang paling besar itu pada akhirnya kan sama Tuhan otomatis itu
yang pertama,trus usaha kita,trus kemudian kita harus kadang-kadang kalo
misalnya kita udah pengen udah pengen kali,kayaknya Tuhan itu tau juga
gitu,anak ini pengen kali ini. Gak tau ya perasaanku aja,selama yang pernah
saya alami,kalo misalnya udah pengen kali sama sesuatu trus saya inikan sama
Tuhan trus usaha saya,kesringan dapat itu gitu

C. Komunikasi Antarpribadi
1. - Pada saat bersama dengan teman di LCE apa topik yang Anda bahas?
Apakah bersifat pribadi atau tidak pribadi?

Universitas Sumatera Utara


- Seberapa sering anda membahas mengenai hal-hal pribadi?
Oh gini,kadang-kadang kalo misalnya bicara-bicara sama ini ya,eh
kekmana,kalo misalnya contohnya bang dhani bang guruh,kebetulan kami
memiliki target tujuan kerja yang hampir sama mendekati gitu,trus kadang-
kadang membicarakan tentang ini kerja di masa depan, setelah tamat apa yang
mau dilakukan trus usaha-usaha apa yang mau dilakukan kekgitu. Jarang
2. Saat berkomunikasi dengan teman di LCE, teman mengungkapkan
permasalahannya kepada Anda. Apa yang Anda lakukan?
Pertama saya analisa dulu permasalahannya apa ya kan. Karna kan kalo
misalnya kita cuma dengar aja,gak ada kita apakan,gak ada kita pikirkan
permasalahannya apa gak bisa kita apakan kan,trus kasih solusi,solusi
pendapat kita kekmana sebaiknya kekgitu,trus tindakannya kekmana kekgitu
3. Apakah ketika berkomunikasi dengan teman di LCE, ide atau gagasan yang
Anda ungkapkan mendapat dukungan?
Kadang-kadang iya kadang-kadang nggak. Lebih sering dapat.misalnya dulu
kan sering apa sampai sekarang sih kelompok trus bikin drama misalnya,eh ini
aja topiknya kak gini-gini aja,trus kadang-kadang kalo misalnya apa,oiya itu
juga bagus ya kekgitu
4. Apakah dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman di LCE Anda
merasa mendapat tanggapan positif?
Iya.Kalo misalnya,gak tau ya,apa perasaan atau kekmana tapi sejauh yang
saya tau kalo misalnya orang-orang di LCE ketika orang ngomong itu orang
itu terutama memperhatikan orang yang ngomong kayak gitu. Dan itulah
enaknya di LCE kita diajari untuk bisa mendengarkan orang lain dan bisa
merespon apa yang dibilang orang lain
5. Apakah dalam komunikasi dengan teman di LCE Anda memiliki banyak
kesamaan atau tidak? Dalam hal apa saja?
Ya menurut saya banyak kesamaan. Sama-sama ee kita kan datang ke LCE ini
karna sama-sama kita pengen lebih belajar lagi bahasa inggris kan untuk
practice bahasa inggris untuk praktek bahasa inggris,itu,trus kemudian usianya
hampir-hampir sama,trus dari kalangan kebanyakan pelajar kekgitu. Lebih
banyak yang sama.

Universitas Sumatera Utara


Informan 7
A. Data Diri
1. Nama : Mayliska
2. Usia : 23 tahun
3. Pendidikan : S1 Ilmu Politik USU
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Status : Belum menikah
6. Lama bergabung dengan LCE : 4 tahun

B. Jenis Konsep Diri

Positif
1. Apa tanggapan Anda bila ada satu prinsip yang Anda yakini benar, tetapi
ditolak oleh orang / kelompok lain?
Pastinya kesal ya. Karna terus terang aku memang nggak bisa kalau pendapat
aku itu dipatahkan. Aku akan bakalan yang kesal dan nggak suka liat orang
itu. tapi itu tidak akan berlangsung lama, itu akan segera, dalam waktu
beberapa saat, beberapa jam gitu, aku langsung sadar, oh benar juga ya yang
dia bilang itu sebenarnya. Kalo pikir-pikir kenapa kita terlalu menjadi orang
yang ideologis idealis maksudnya, idealis gitu kan, karna kalo kita terlalu
idealis kita sendiri yang rugi kan. Karna kita sudah liat kebenaranya seperti ini
ternyata gitu, jadi jangan jadi terlalu idealis lah
2. Apabila ada orang yang tidak menyetujui tindakan Anda, apa komentar Anda?
Komentarku pasti aku akan tanya alasannya seditel-ditelnya kenapa dan apa
sebabnya. Kalo itu masuk akal, oke aku akan berlapang dada
menerima,meskipun sedikit tidak suka.tapi aku mau dan aku masih belajar
untuk menerima itu gitu. Kalo salah minta maaf, trus langsung lupakan. Kalo
diingat lagi kita yang rugi, wasting time namanya, kita kan udah minta maaf
berarti udah selesai dong. Kalo mereka nggak mau nerima ya itu urusan
mereka. Kita sudah minta maaf dengan rendah hati ya selanjutnya terserah
mereka.
3. Apakah Anda sering mengingat masa lalu dan mencemaskan masa depan?
Masa lalu, ya sering. Cemas pasti, tapi maksudnya kayak kita nggak ber-

Universitas Sumatera Utara


Tuhan gitu kalo kita cemas dengan akan masa depan. Emang kita tau apa yang
terjadi ke depan. Kita kan nggak tau. Jadi ya hadapi aja apa yang sekarang ada
di hadapan kita gitu. Contohnya kayak kamu lagi skripsi nih, aduh nanti
gimana pekerjaanku ya, skripsi aja belum kelar kamu udah mikirin pekerjaan
gitu kan. Ya udah fokus aja dengan apa yang di depan ya percayalah kalo
kamu bisa menghadapi yang fokus yang di depan mata kamu sekarang ini
dengan bagus, yakinlah pasti masa depan kamu juga akan bagus karna kamu
sudah merangkainya dari hal yang bagus gitu. Jadi untuk apa khawatir kalo
kita sudah melakukan apa yang terbaik apa yang ada di depan kita sekarang
ini
4. Bagaimana keyakinan terhadap kemampuan Anda dalam menghadapi
kegagalan atau kemunduran?
Kalau situasinya seperti itu, ya lakukanlah apa yang kita bisa perbuat gitu,
dengan kemampuan semaksimal mungkin. Ya apapun hasilnya ya terjadilah
nothing to loose. Pokoknya kamu, pokoknya kita, kalo aku sendiri sih
kerahkan kemampuanmu,benar-benar sampe tahap yang bener-bener kamu
tuh nggak bisa dan yaudah kalo hasilnya gagal berarti kita butuh latihan lagi
kan. Belajar dari kegagalan itu. Intinya kalo kita liat itu udah mau gagal, ya
kita jangan ikut gagal gitu. Lakukan dulu semampu kita. Hasilnya nanti
apapun yang terjadi terjadilah gitu
5. Apakah Anda merasa setara atau tidak setara dengan orang lain? Jelaskan!
Aku kadang-kadang merasa setara, kadang-kadang tidak. Merasa nggak setara
misalnya aku kayak di lingkungan kawan-kawan yang dia itu aktif terus dia
bisa bermain musik kek gitu gitu, aku merasa nggak setara gitu, minder. Tapi
kalo di lingkungan yang biasa-biasa ya itu tadi depends on situation lah
sebenarnya. Tapi kebanyakan sih aku merasa setara
6. Seberapa penting keberadaan Anda bagi orang lain?
Penting. Contohnya, ketika mengambil keputusan, kadang aku paling nggak
suka kalo liat, kadang kan kalo kita mau ngambil keputusan itu berputar di
situ aja di situ aja, nggak keluar dari lingkaran itu, jadi di situ aku mencoba
untuk jadi penengah gitu. Jangan hanya disitu-situ aja tapi yaudah solusinya
seperti apa dan nanti kedepannya mau dilakukannya seperti apa, supaya

Universitas Sumatera Utara


jangan berada di sekitar keputusan yang disitu-situ aja gitu.
7. Bila Anda dipuji oleh teman, bagaimana sikap Anda?
Senang, bahagia. Seneng diungkapkan terima kasih gitu
8. Bagaimana sikap Anda terhadap orang lain yang berusaha mendominasi
keberadaan Anda?
Aku pastinya nggak suka, tapi aku tidak akan menunjukkan itu. Aku akan
bersikap pretend. Pretend untuk bersikap biasa. Ya, karna pasti ya emosi la ya
kan. Tapi ya pretend untuk enjoy la sama sikap yang mendominasi tadi
9. Apakah Anda mengungkapkan perasaan Anda kepada orang lain (seperti:
marah, cinta, sedih, bahagia, kecewa, dll)?
Nggak. Iya dipendam. Karna ya kayak aku sakit kan mereka nggak tau kalo
aku itu sakit dan mereka nggak percaya kalo eh aku ini sakit loh.mereka
nggak percaya. Jadi nggak nampak
10. Apakah Anda menikmati kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari?
Ya. Contohnya, ya ini datang ke LCE terus aku sering ikut ini volunteer jadi
translater. Kan kemaren ada bakti sosial dari rumah sakit korea datang ke
Medan untuk korban Sinabung. Jadi aku bergabung sama mereka untuk jadi
translater dengan pasiennya yang disana. Aku suka kegiatan-kegiatan sosial
seperti itu dan aku hampir selalu terjun di dalam kegiatan seperti itu. Dan aku
juga aktif dengan kegiatan gerejaku pelayananku di gereja. Aku merasa hari-
hariku jadinya menyenangkan dengan kegiatan-kegiatn seperti itu. Jadi aku
enjoy
11. Apa yang Anda lakukan apabila ada teman yang mengalami kesulitan?
Pastinya aku menjadi pendengar yang baik. Kalo mengenai solusi itu
tergantung pribadi dia dululah apakah dia mau menerima atau dia hanya mau
mengeluarkan keluh kesahnya. Kalo dia minta solusi baru kukasih, tapi kalo
dia nggak bilang ya aku cuma jadi pendengar yang baik

Negatif

Universitas Sumatera Utara


1. Bagaimana sikap Anda terhadap kritikan yang ditujukan kepada Anda?
Aku akan sangat berterima kasih dengan kritikan itu, walaupun itu
menyakitkan
2. Bagaimana sikap Anda apabila dipuji?
Sikapku akan berterimakasih dan tidak akan berpura-pura, ah nggak ah nggak
kok biasa aja. Aku nggak suka kekgitu.yaudah kalo dibilang eh pintar kali ko,
oiya makasih, gitu
3. Bagaimana komentar Anda apabila melihat ada teman yang memiliki
kekurangan? Dan bagaimana melihat teman yang memiliki kelebihan?
Irritated. Irritated tapi kasihan. Pastinya aku nggak akan menunjukkan nggak
akan menggungkit kelemahan dia, tapi ya kalo disampaikan baik-baik sih ya
mungkin dia mau dengar kali ya. Irritated tapi nggak dinampakkan gitu.
Nobody is perfect memang ya kan. Balik lagi lah kesitu
Kalo kelebihan, itu kesempatan, kesempatan belajar sama dia. Cemburu,
pertama sih iya, tapi ngapain cemburu, kita minta dong ajarin ilmunya. Rugi
cemburu, wasting time
4. Menurut Anda, apakah Anda disenangi atau tidak disenangi orang lain?
Disenangi. Alasannya, aku orangnya nggak jaim, nggak mood-moodan. Dan
mau diajak gila, bisa diajak gila. Iya, karna aku orangnya nggak moody
5. Apabila ada kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu (yang
berharga), apa yang Anda lakukan?
Persiapan sebaik-baiknya dan mempersiapkan dirilah untuk meraih
kemenangan kompetisi itu. Ya karena kalo kita pengen sesuatu pastinya kita
harus berusaha mencapai sesuatu itu. Itu sih prinsipku. Kalo kita berleha-leha
ya mending nggak usah ikutlah aklo nggak ada persiapan. Buang-buang waktu.
Jadi ya persiapan, cari tau apa kelemahan si musuh

C. Komunikasi Antarpribadi
1. - Pada saat bersama dengan teman di LCE apa topik yang Anda bahas?
Apakah bersifat pribadi atau tidak pribadi?
- Seberapa sering anda membahas mengenai hal-hal pribadi?

Universitas Sumatera Utara


Topik dibahas teman-teman yang diperantauan. Kemudian membahas rencana
kedepan setelah selesai kuliah. Dan kalo ada yang ikut kompetisi sharing
infonya atau ada student exchange gitu. Ada. Mengenai kehidupan di rumah,
kampus, keadaan ekonomi. Sering.
2. Saat berkomunikasi dengan teman di LCE, teman mengungkapkan
permasalahannya kepada Anda. Apa yang Anda lakukan?
Menjadi pendengar yang baik, meskipun membosankan. Iya. Balik lagi kalo
dia butuh saran kita kasih, kalo dia tidak butuh saran ya kita keep silent. Nanti
kita dibilang menggurui lagi
3. Apakah ketika berkomunikasi dengan teman di LCE, ide atau gagasan yang
Anda ungkapkan mendapat dukungan?
Terkadang. Tidak semua. Pengalaman pas syuting kali ya kemaren, mungkin
ada beberapa judul yang harus kami pilih, ya dan rupanya skrip temanku yang
dipilih gitu kan, yasudah berarti memang itu dah keputusan bersama mereka
setuju dengan skrip temanku daripada skrip dari aku sendiri. Jadi nggak selalu
diterima
4. Apakah dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman di LCE Anda
merasa mendapat tanggapan positif?
Absolutely yes. Ya ketika kawan-kawanku yang dulu masih ada disini ya
mereka sudah tau seperti apa diriku dan aku merasa nyaman dengan mereka.
Dan kadang-kadang juga, kadang kan kalo kita curhat itu kita maunya dibela
gitu kan, tapi ketika mereka, itulah teman yang baik, mau berterus terang
dengan fakta yang ada gitu. Tidak mendukung keegoan kita. Jadi aku merasa
itu sangat memnbantu.
5. Apakah dalam komunikasi dengan teman di LCE Anda memiliki banyak
kesamaan atau tidak? Dalam hal apa saja?
Ya.sama misalnya seperti kayak kalo kita udah disini berarti kita harus open
minded kan, jadi kita harus pokoknya percayalah anak LCE ini pasti semuanya
pada pengen study abroad. Nah jadi, iya nih aku mau studi disini,
informasinya udah disini nih, oiya ya itu kekmana ngurus visanya kekmana
test toeflnya harus yang kekmana. Disitu kan udah punya kesamaan bahwa
kalo ko mau kek, di LCE ini kan ada banyak anak-anak yang ikut pertukaran

Universitas Sumatera Utara


pelajar musim panas atau musim dingin kan. Jadi pendapat yang sama itu
langsung bertukar informasi gitu. Aku jugaklah pengen ikut. Kek gitu-gitu.
Kayak menghadapi temen yang luar biasa beda lah gitu misalnya sikapnya.
Kita sudah tau menghadapi sikawan. Jadi udah cukup tau lah gitu, jadi ya udah
saling liat-liatan, dia datang yaudah gitu, tau menanggapi sikap teman kita
yang beda tadi.

Informan 8
A. Data Diri
1. Nama : Rifanny Alfiandi
2. Usia : 22 tahun
3. Pendidikan : D3 Teknik Informatika USU
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Status : Mahasiswa ekstensi dan bekerja
6. Lama bergabung dengan LCE : 2 tahun

B. Jenis Konsep Diri

Positif
1. Apa tanggapan Anda bila ada satu prinsip yang Anda yakini benar, tetapi
ditolak oleh orang / kelompok lain?
Aku berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan prinsipku itu, tapi
kalo prinsip itu ternyata emang melenceng sedikit mungkin aku bakalan ya
setidaknya menerima prinsip dari orang lain dan aku merubahnya lah demi
kebaikan
2. Apabila ada orang yang tidak menyetujui tindakan Anda, apa komentar Anda?
Ya aku tetap jadi diri aku sendiri gitu loh,karena aku sebenarnya sejujurnya

Universitas Sumatera Utara


nih ya aku paling gak suka gitu diurusin sama orang lain. Jadi aku pengen ya
this is my life gitu. Aku juga orangnya melankolis ya jadi aku ketika ada
kesalahan aku selalu mengingat masalah itu. Jadi kadang-kadang sometimes
bikin stres dikitlah
3. Apakah Anda sering mengingat masa lalu dan mencemaskan masa depan?
Mengingat masa lalu mungkin nggak terlalu sering, yang diingat pun paling
ya momen-momen bahagianya ajalah. Karna kan hidup kan untuk ke depan
bukan ke belakang kan. Masa depan mungkin nggak terlalu sering cuman
pernah sesekali aku memikirkan itu
4. Bagaimana keyakinan terhadap kemampuan Anda dalam menghadapi
kegagalan atau kemunduran?
Aku terus berjuang tetap berusaha. Even ya meskipun itu gagal, tapi try again
try again sampe berhasil gitu loh
5. Apakah Anda merasa setara atau tidak setara dengan orang lain? Jelaskan!
Di satu sisi di satu kelompok, itu tergantung ya. Di satu kelompok aku merasa
setara, di satu kelompok yang lain aku merasa tidak setara. Karna kenapa?
Pemikiran orang itu berbeda-beda dan pengalaman orang juga berbeda-beda.
Jadi, ya itu tadi it depends on situation
6. Seberapa penting keberadaan Anda bagi orang lain?
Emm..nggak penting-penting kali sih sebenarnya. Cuma karena aku pemberi
informasi orangnya, mungkin penting bagi mereka. Secara umum penting.
7. Bila Anda dipuji oleh teman, bagaimana sikap Anda?
Tetap down to earth, eee ya menerima apa pujian-pujian itu dengan baik gitu
loh. Karna kan misalnya nih,aku berkarya trus dipuji banyak orang itu jadi
suatu nilai plus buat aku, bonus lah. Jadi menerima
8. Bagaimana sikap Anda terhadap orang lain yang berusaha mendominasi
keberadaan Anda?
Ya ada sih orang-orang yang seperti itu. Cuman aku tetap bawa santai tetep
jadi diri aku sendiri, dan yah biarkanlah dia lebih mendominasi dari aku
9. Apakah Anda mengungkapkan perasaan Anda kepada orang lain (seperti:
marah, cinta, sedih, bahagia, kecewa, dll)?
Enggak..enggak. Jadi lebih karena aku orangnya introvert jadi aku lebih

Universitas Sumatera Utara


memendam itu semua
10. Apakah Anda menikmati kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap hari?
Menikmati nggak terlalu ya karna kan kegiatanku gitu-gitu aja setiap hari.
Jadi ya sometimes it’s too boring sometimes ya it depends on situation again
11. Apa yang Anda lakukan apabila ada teman yang mengalami kesulitan?
Aku berusaha untuk mendekatinya, aku berusaha untuk menanyakan apa
masalahnya. Trus juga kalau misalnya aku mampu untuk membantunya aku
bantu, kalo memang dia nggak mau dibantu ya udah, mungkin emang dia
butuh menyendiri gitu loh

Negatif
1. Bagaimana sikap Anda terhadap kritikan yang ditujukan kepada Anda?
Nah, ketika aku berkarya itu pasti ada positif kritik dan negatif ya kan. Aku
menerima itu semua karna itu juga demi kebaikan aku. Dan itu juga menjadi
motivasi tersendiri gitu loh
2. Bagaimana sikap Anda apabila dipuji?
Ya aku berusaha menerimanya semua pujian itu aku terima. Trus juga tapi aku
nggak langsung puas sih dengan pujian itu. Aku ya itu seperti yang aku bilang
tadi pujian itu bonus nilai plus buat aku
3. Bagaimana komentar Anda apabila melihat ada teman yang memiliki
kekurangan? Dan bagaimana melihat teman yang memiliki kelebihan?
Aku sih no comment ya soalnya itu kan pribadi masing-masing gitu aku nggak
berhak untuk ngomentari dia. Takutnya kan sakit hati pulak ya kan.
Kau,kurang kau ini, gak gitu kan. Jadi ya aku no comment. Ya hidup orang itu
hidup ya orang itulah. Teman-temanku punya kekurangan dan aku pun juga
punya kekurangan. Cuman aku nggak suka juga di notice orang gitu loh.
Kekuranganmu ini ini ini, itu aku nggak suka. Jadi ya udahlah urus hidup
masing-masing aja gitu
Jadi inspirasi sih biasanya. Kok dia bisa, aku kenapa nggak gitu loh. Dimana
kekuranganku gitu. Jadi memacu semangat gitu
4. Menurut Anda, apakah Anda disenangi atau tidak disenangi orang lain?
Selama detik ini sampai detik ini aku tipe orang yang disenangi, tapi itu sih

Universitas Sumatera Utara


juga tergantung lingkunganku juga ya kekmana kekmana. Kalo masuk
lingkungan yang penuh haters kan nggak mungkin kan aku disenangi kan. Jadi
itu tergantung situasi juga sih. Seperti tadi mungkin waktu main games dengan
teman-teman di LCE, jadi itu ada celetukan yang spontanitas itu membuat
mereka tertawa, dan itu ya jadi satu poin plus juga lah untuk aku lebih ke
meramaikan suasana
5. Apabila ada kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan sesuatu (yang
berharga), apa yang Anda lakukan?
Ee ya bersaing dengan apa ya. Misalnya itu kompetisi fotografi gitu, ya
bersaing dengan alamiah aja gitu loh , apa namanya nggak usah yang nutup-
nutupi kompetisi itu, yang aku harus menang jadi aku nggak mau ngasih tau
info ini. Aku nggak kayak gitu orangnya. Jadi berkompetisilah sefair mungkin
karna dengan hal itu kita bakalan tau siapa sih pemenang sesungguhnya gitu

C. Komunikasi Antarpribadi
1. - Pada saat bersama dengan teman di LCE apa topik yang Anda bahas?
Apakah bersifat pribadi atau tidak pribadi?
- Seberapa sering anda membahas mengenai hal-hal pribadi?
Kalo bersifat pribadi dengan teman-teman dekat ada sih beberapa seperti
ekonomi salah satu teman aku dan itu aku juga gimana ya mendengarkan
ceritanya, kalo bisa kubantu kubantu gitu. Tergantung sih tergantung seberapa
ketemunya dengan dia
2. Saat berkomunikasi dengan teman di LCE, teman mengungkapkan
permasalahannya kepada Anda. Apa yang Anda lakukan?
Ya aku berusaha menjadi pendengar yang baik, trus aku dengerin step by
stepnya kenapa permasalahan itu terjadi, trus ya kalo aku bisa kasih solusi aku
kasih solusinya, trus kalo memang dia cukup butuh didengerin ya udah
kudengerin aja gitu
3. Apakah ketika berkomunikasi dengan teman di LCE, ide atau gagasan yang
Anda ungkapkan mendapat dukungan?
Sering. Seperti contohnya aku pengen bikin LCE ini lebih cheerful, jadi kayak
aku pengen adain semacam outbond semacam apa namanya kuis-kuis gitu, itu

Universitas Sumatera Utara


selalu didukung. Karna menjadi sesuatu yang baru disini gitu loh biar nggak
ngebosenin
4. Apakah dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman di LCE Anda
merasa mendapat tanggapan positif?
Sejauh ini positif. Contohnya ya itu tadi kayak kayak apa namanya, aku punya
ide gimana kalo kita bikin outbond gitu di luar, trus mereka juga
menanggapinya dengan positif, trus juga mereka mendukung. Dan mereka
juga ingin menjadi bagian dari ide aku ini. Mereka ingin ikut serta gitu. Dari
ekspresi sih mendukung, cuman dari action mungkin belum kayaknya iya
5. Apakah dalam komunikasi dengan teman di LCE Anda memiliki banyak
kesamaan atau tidak? Dalam hal apa saja?
Kesamaan? Kayaknya enggak

Informan Tambahan
A. Data Diri
1. Nama : Dean Tampubolon
2. Usia : 25 tahun
3. Pendidikan : S1 Hukum USU
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Status : Bekerja
6. Teman dari : Guruh Qurniartha

B. Jenis Konsep Diri

Positif
1. Apakah menurut Anda saudara Guruh orang yang mempertahankan
prinsipnya? Apakah menurut Anda ketika mengetahui prinsipnya salah dia
mau merubah sikapnya?

Universitas Sumatera Utara


Dia orangnya mengalah juga sih. Mengalah. Tapi dalam artian mungkin
dibenak dia dia tetap mempertahankan prinsip itu, tapi mungkin yang keluar
dia mau mengalah untuk mungkin apa untuk kebaikan untuk kebanyakan
orang gitu, untuk kebaikan banyak orang gitu
2. Menurut Anda bagaimana sikap saudara Guruh apabila ada orang yang tidak
menyetujui tindakannya ?
Biasanya dia terima sih. Ya biasa aja. Nggak marah nggak apa gitu. Soalnya
dia, dia orangnya cukup dewasa juga.
3. Apakah menurut Anda saudara Guruh adalah orang yang suka mengingat
masa lalu dan mencemaskan masa depan ?
Kurang tau sih kalo yang ini. Mencemaskan, saya rasa nggak
4. Apakah menurut Anda saudara Guruh adalah orang yang yakin dengan
kemampuan dirinya sendiri saat akan menghadapi kegagalan ?
Dia cukup apa ya, cukup percaya diri, cukup taf juga, cukup yakinlah dengan
kemampuannya sendiri. Dalam arti bukan sombong ya atau angkuh ya. Dia
orangnya saya lihat bisa lah melihat masa depannya itu lebih baiklah. Nggak
pesimis terhadap masa depan
5. Apakah menurut Anda saudara Guruh adalah orang yang menganggap setara
orang lain ?
Saya rasa kalo di LCE ini biasanya kebanyakan, bukan kebanyakan sih,
semuanya kalo di LCE ini orangnya nggak melihat apa ya semacam
underestimate gitu ya terhadap orang. Kayaknya nggak ada yang seperti itu
kayaknya. Orangnya kalo kita-kita berbicara ada masalah ada
ketidaksepahaman ya itukan biasa ya. Tapi dianggap samalah setara ya. Kita
kayak saudara di LCE gitu. Nggak ada senior junior nggak ada.Nggak ada
lebih pintar nggaka ada yang. Semuanya disini belajar kan. Nggak saya liat
orang-orang yang seperti itu.
6. Apakah menurut Anda saudara Guruh penting keberadaannya bagi Anda?
Saya rasa semua orang di LCE ini semuanya penting. Dalam artian, semakin
banyak karakter orang yang kita jumpai semakin memperbanyak kekayaan
karakter orang yang kita kenal. Baik pun orangnya jahat, baik, atau gimana,
pokoknya setiap karakter orang itu yang berbeda tentunya memperkaya diri

Universitas Sumatera Utara


kita sendiri. Misalnya kita mengenal seseorang kan yang baru gitu kan, oh dia
seperti ini,ada lagi yang baru, oh dia seperti ini. Nah itu membuat kita
semakin kaya mengenal orang jadi kita semakin gampang untuk beradaptasi
jika kelak menjumpai orang-orang berkarakter sama atau setidaknya mirip
dengan karakter orang yang kita temui itu, gitu
7. Menurut Anda bagaimana sikap saudara Guruh terhadap pujian ?
Saya rasa semua orang senang ya dipuji. Dalam artian suatu apresiasi yang
positif ya. Dalam arti tapi tidak berlebihan. Saya rasa ya cukup dengan
senyum atau tertawa biasa. Dan tidak menyombongkan diri tentunya. Saya
rasa seperti itu
8. Menurut Anda bagaimana sikap saudara Guruh terhadap orang yang berusaha
mendominasi keberadaannya ?
Saya nggak terlalu perhatiin sih tapi biasanya kita disini jika ada yang seperti
itu ada yang mendominasi, kita lebih kita nggak akan berusaha lebih
mendominasi lagi, ya kita lebih meredam. Kita kan berbeda-beda karakternya
di LCE ini, jadi kalo ada yang mendominasi kita lebih mengerti aja, lebih
mengerti dalam arti kita meredam tidak membuat suasana lebih gaduh seperti
itu
9. Menurut Anda apakah saudara Guruh mengungkapkan perasaannya secara
jujur kepada orang lain (seperti: marah, cinta, sedih, bahagia, kecewa, dll)?
Kalau itu kalo perasaan sih kayaknya dia masih kurang, mungkin tidak serasa
persen lah ya. Kurasa tidak ada manusia yang bisa mengungkapkan, mungkin
sebagian ada yang malu, sebagian ada yang segan, sebagian ada yang takut
untuk kalo orang tahu bagaimana perasaan seseorang itu kan. Tapi dia
kayaknya tidak terlalu ini sih, tidak terlalu jujur kalo untuk perasaan
10. Menurut Anda apakah saudara Guruh menikmati kegiatan-kegiatan yang
dilakukan setiap hari?
Ya. Ya, dia orangnya have fun, orangnya apa gitu, cheerful
11. Menurut Anda apa yang saudara Guruh lakukan apabila ada teman yang
mengalami kesulitan?
Dia orangnya, sosialnya guruh termasuk yang cukup tinggi. Pokoknya kita
kemaren pas ada yang sakit kan pengajar kita, dia berinisiatif untuk

Universitas Sumatera Utara


mengumpulkan kita semua pigi ke rumah sakit. Bang Pilip speakernya sakit,
dan dia mengorganize mengakomodisir semua kita supaya kita pigi
menjenguk. Dia termasuk tinggi nilai sosialnya

Negatif
1. Menurut Anda bagaimana sikap saudara Guruh terhadap kritikan yang
ditujukan kepadanya?
Sepertinya kalau kita kasi masukan dia orangnya welcome, welcome untuk
menerima. Ya kita nggak tau dia menerima atau di hatinya menolak, tapi
setidaknya dia mendengarkan, mendengarkan apa yang kita kasih masukan
kepada dia.
2. Menurut Anda bagaimana sikap saudara Guruh apabila dipuji?
Ya saya rasa ya senang. Tapi yang tidak berlebihan ya. Saya pun kalo dipuji
ya cukup mungkin tersenyum, ketawa kecil, tidak berlebihan, tidak terlalu
over. Yang sewajarnya lah
3. Menurut Anda bagaimana sikap saudara Guruh melihat ada teman yang
memiliki kekurangan? Dan bagaimana saudara Guruh melihat teman yang
memiliki kelebihan?
Seperti yang saya tadi, dia nilai sosialnya cukup tinggi. Kalo ada yang lebih ya
dia puji, dia bilang kamu bagus kamu apa, saya rasa dia orangnya cukup wise
lah. Ketika ada orang yang dianggap mungkin lebih dari dia, ya dia mengakui
dia mengatakan kamu baik, kamu pintar, kamu cerdas, gitu
4. Menurut Anda, apakah saudara Guruh disenangi atau tidak disenangi orang
lain ?
Ya senang. Dia orangya have fun. Easy going
5. Menurut Anda bagaimana sikap saudara Guruh apabila ada kesempatan untuk
berkompetisi mendapatkan sesuatu (yang berharga)?
Dia senang dia senang untuk berkompetisi. Fair play dia orangnya fair play
orangnya

Universitas Sumatera Utara


C. Komunikasi Antarpribadi
1. - Pada saat bersama dengan saudara Guruh, apa topik yang Anda bahas?
Apakah bersifat pribadi atau tidak pribadi?
- Seberapa sering anda membahas mengenai hal-hal pribadi dengannya?
Ya saya rasa kita jarang ya membicarakan hal-hal yang pribadi gitu. Biasanya
kita lebih berbagi informasi pengetahuan ya. Saya pikir dia, saya juga ya,
orangnya nggak terlalu suka membicarakan hal-hal yang personal, ya seperti
itu
2. Menurut Anda apa yang akan saudara Guruh lakukan saat Anda
mengungkapkan permasalahan kepadanya ?
Ya seperti yang tadi saya bilang ya, dia itu orangnya punya nilai sosial yang
tinggi. Biasanya dia akan mencoba untuk memberikan solusi-solusi. Jadi kita
merasa mendapat, terbantu gitu ya
3. Apakah ide atau gagasan yang diungkapkan oleh saudara Guruh mendapat
dukungan dari Anda?
Tergantung ya. Kadang kalo ide yang dia kasih itu bagus kita terima ya,
cuman ya kadang-kadang kan kita punya pendapat sendiri juga, jadi nggak
selalu saya dukung ya idenya dia. Kebanyakan sih sering kayaknya
4. Menurut Anda apakah dalam komunikasi yang Anda lakukan dengan saudara
Guruh di LCE Anda memberi tanggapan positif?
Saya rasa iya ya. Biasanya saya akan mendengarkan dia ya. Dia cukup enak
diajak sharing. Saya kira saya menunjukkan antusias saya ya untuk mencoba
mendengarkan sharenya dia gitu
5. Apakah dalam komunikasi dengan saudara Guruh Anda merasa memiliki
banyak kesamaan atau tidak? Dalam hal apa saja?
Ada yang sama ya. Rata-rata anak LCE disini punya keinginan sama untuk
belajar bahasa inggris ya, jadi kita pingin meningkatkan practice kita. Dan kita
disini merasa bahasa inggris jadi modal penting ya untuk masa depan. Cuma
kalo dari latar belakang saya kira anak LCE cukup beragam ya, tapi kita saling
menghargai, gitu

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai