Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar bagi negara-
negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 20-50% kematian wanita usia subur disebabkan
hal yang berkaitan dengan kehamilan. Menurut data statistik yang dikeluarkan World Health
Organisation (WHO) sebagai badan PBB yang menangani masalah bidang kesehatan, tercatat
angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di dunia mencapai 515.000 jiwa setiap
tahun (WHO, 2008).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup, sebagai angka tertinggi di
ASEAN. Tingginya angka kematian ibu ini disebabkan oleh berbagai penyebab yang kompleks,
yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan gender, dan
penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama
dan komplikasi abortus. Hal ini menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas
pemerintah.
Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang unik dan penuh misteri bagi setiap pasangan suami
istri. Setiap kehamilan diharapkan dapat berakhir aman dan sejahtera baik bagi ibu maupun bagi
janinnya, oleh karena itu pelayanan kesehatan maternal yang bermutu sangatlah penting dan
semua perempuan diharapkan dapat memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan tersebut.
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering didapatkan
pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap
saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi setelah 6 minggu setelah hari pertama
haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Prawirohardjo, 2005).
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida. Satu diantara
seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena
meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan
hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang
berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian
gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis
gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.
Hiperemesis gravidarum yang yang tidak mendapatkan penanganan yang baik dapat pula
menyebabkan kematian pada ibu hamil (Prawihardjo, 2005).
Frekuensi kejadian hiperemesis gravidarum adalah 2 per 1000 kehamilan (Mochtar, 1998).
Di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang terdapat 1.245 ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya selama tahun 2007-2008 dan 38 diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Karakteristik Ibu Hamil yang
Mengalami Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umam Daerah Karawang tahun 2008.
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok masalah dalam
penelitian ini adalah bagaiman mengetahui karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Tahun 2007-2008.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang mengalami hiperemesisgravidarum di Rumah
Sakit Umum Daerah tahun 2008.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil dengan hiperemesisgarvidarum
di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang tahun 2007-2008.
2) Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil dengan hiperemesisgarvidarum
di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang berdasarkan gravida tahun 2007-2008.
3) Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil dengan hiperemesis garvidarum
di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang berdasarkan riwayat molahidatidosa tahun
2007-2008.
4) Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil yang mengalmi hiperemesis garvidarum
di Rumah Sakit Umum Daerah Karawangberdasarkan kehamilan ganda tahun 2007-2008.
5) Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil dengan hiperemesis garvidarum
di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang berdasarkanpendidikan tahun 2007-2008.
6) Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil dengan hiperemesis garvidarum
di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang berdasarkanpekerjaan tahun 2007-2008.
7) Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil dengan hiperemesis garvidarum
di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang berdasarkanpendapatan tahun 2007-2008.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman belajar
khususnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum.
b. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana kepustakaan dan menambah informasi mahasiswa
dalam melaksanakan asuhan kebidanan khususnya pada kehamilan.
c. Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi
pegawai/bidan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang untuk lebih meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat khususnya ibu hamil.
d. Ruang Lingkup Penelitian
Karya tulis ini memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil data tentang
hiperemesis gravidarum dan akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada
Mei - Juli 2009. Data yang diambil adalah semua data ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum tahun 2007-2008.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lama kehamilan normal
adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Saifuddin, 2002).
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari
43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan
premature, sedangkan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur (Manuaba, 2005).
Kehamilan adalah masa dimulai dari ovulasi sampai partus, kira-kira 280 hari (40 minggu)
(Prawihardjo, 2002).

b. Usia Kehamilan
Menurut Wiknjosastro, 2005, kehamilan dibagi dalam 3 trimester:
1) Trimester I (konsepsi sampai 12 minggu).
2) Trimester II (12 minggu sampai 28 minggu).
3) Trimester III (28 minggu sampai 40 minggu).
c. Tanda-tanda kehamilan
1) Amenorhoea
Gejala pertama kehamilan ialah haid tidak datang pada tanggal yang diharapkan. Bila seorang
wanita memiliki siklus haid teratur dan mendadak berhenti, ada kemungkinan hamil. Tetapi
meskipun demikian sebaiknya ditunggu selama 10 hari sebelum memeriksakan diri ke dokter.
Karena sebelum masa itu sulit untuk memastikan adanya kehamilan.
Haid yang terlambat pada wanita berusia 16-40 tahun, pada umumnya memang akibat adanya
kehamilan. Tetapi kehamilan bukanlah satu-satunya penyebab keterlambatan haid. Haid dapat
tertunda oleh tekanan emosi, beberapa penyakit tertentu, dan juga akibat makan obat-obat
tertentu.
Selain kehamilan, penurunan berat badan dan tekanan emosi juga sering menjadi penyebab
keterlambatan haid pada wanita yang semula mempunyai siklus normal.
2) Perubahan pada payudara
Banyak wanita merasakan payudara memadat ketika menjelang haid. Bila terjadi kehamilan,
gejala pemadatan bersifat menetap dan semakin bertambah. Payudara menjadi lebih padat,
kencang dan lebih lembut, juga dapat disertai rasa berdenyut dan kesemutan pada putting susu.
Perubahan diatas disebabkan oleh tekanan kelamin wanita, estrogen dan progesterone yang
dihasilkan oleh uri (plasenta). Hormon-hormon ini menyebabkan saluran dan kantong kelenjar
susu membesar, dan tertimbun lemak di daerah payudara. Rasa kesemutan dan berdenyut
disebabkan oleh bertambahnya aliran darah yang mengaliri payudara.
3) Mual dan muntah
Kira-kira separuh dari wanita yang mengandung mengalami mual dan muntahmuntah, dengan
tingkat yang berbeda-beda, biasanya cukup ringan dan terjadi dipagi hari. Penyebabnya tidak
4

diketahui, tetapi juga disebabkan oleh peningkatan kadar hormon kelamin yang diproduksi
selama hamil. Sesudah 12 minggu gejala-gejala itu biasanya menghilang, karena tubuh sudah
menyesuaikan diri.
4) Sering kencing
Pada awal kehamilan ginjal bekerja dan kandung kencing sepat penuh.
d. Perubahan Fisik Dan Psikologis Yang Terjadi Pada Wanita Hamil
1) Perubahan fisik
a) Mudah mengantuk
b) Sering buang air kecil
c) Mual dengan atau tanpa muntah atau mengeluarkan air secara berlebihan
d) Rasa panas dalam perut dan mengganggu pencernaan, gas dalam perut dan rasa kembung
e) Enggan makan dan mengidam
f) Pembesaran pada payudara
2) Perubahan psikologis
a) Emosional, mudah marah, suasana hati yang beragam, cengeng
b) Perasaan was-was, takut, elasi (rasa senang yang berlebihan yang ditandai dengan
meningkatnya aktivitas fisik dan mental).

B. Emesis Gravidarum
a. Pengertian
Emesis gravidarum adalah muntah-muntah pada wanita hamil (Kamus Kedokteran). Keadaan ini
biasanya didahului rasa mual (nausea).
Mual dan muntah sering terjadi pada 60-80% Primigravida dan 40-60% Multigravida. Mual
biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malam hari. Rasa mual
biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat.
Namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan (kehamilan yang
menyenangkan).
Kedua hal itu adalah gejala yang wajar dan sering didapati pada sebagian besar ibu hamil.
Kebanyakan mual dan muntah ini terjadi di pagi hari atau biasa disebut morning sickness, tetapi
dapat juga terjadi pada siang hari atau bahkan pada malam hari.
Mual dan muntah ini terjadi pada minggu ke 6 setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 12 minggu pertama kehamilan.

b. Penyebab Emesis Gravidarum


Penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai saat ini tidak dapat diketahui secara pasti. Ada
yang mengatakan bahwa perasaan mual disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) dalam serum (Wiknjosastro, 1999).
Ada anggapan bahwa kadar hormon estrogen yang tinggi saat hamil muda, mungkin merupakan
penyebabnya, wanita yang hamil untuk pertama kalinya dan wanita yang bertubuh besar,
memiliki hormon estrogen yang bersirkulasi lebih tinggi dan lebih cenderung mengalami
gangguan kehamilan.
5

Dalam kehamilan terjadi kekenduran relatif jaringan otot dalam sistem pencernaan sehingga
pencernaan menjadi kurang efisien, dan kelebihan asam dalam lambung. Tetapi pencetus fisik ini
belum dapat menjelaskan secara pasti penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan,
karena sebagian besar hal ini terjadi pada semua kehamilan, namun tidak semua ibu hamil
mengalaminya.
Pada bulan-bulan awal dan pertengahan kehamilan. Hal ini disebabkan makanan yang buruk dan
rahim yang mudah teriritasi.
Selain faktor fisik, faktor emosional juga punya andil besar dalam menyebabkan mual dan
muntah pada kehamilan. Para wanita yang mengalami mual berkepanjangan kelihatannya
mendapatkan dukungan lebih sedikit dari suaminya atau orang tua mereka.
Dalam masyarakat primitif yang cara hidupnya lebih sederhana, lebih santai dan tidak banyak
tuntutan, jarang sekali ditemukan ibu hamil yang mengalami rasa mual ini. Ketidakstabilan
emosi dan keadaan sosial lingkungan dapat menjadi pemicu terjadinya emesis gravidarum.
Pola makan calon ibu sebelum maupun pada minggu-minggu awal kehamilan, serta gaya
hidupnya juga berpengaruh terhadap terjadinya emesis gravidarum ini. Studi membuktikan
bahwa calon ibu yang makan makanan berprotein tinggi namun berkarbohidrat dan bervitamin
B6 rendah lebih berpeluang menderita mual hebat. Keparahan mual pun berkaitan dengan gaya
hidup calon ibu. Kurang makan, kurang tidur atau istirahat dan stress dapat memperburuk rasa
mual Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan).
c. Tanda Dan Gejala Emesis Gravidarum
Tanda-tanda emesis gravidarum berupa :
1) Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari tetapi dapat pula terjadi
setiap saat.
2) Nafsu makan berkurang
3) Mudah lelah
4) Emosi yang cenderung tidak stabil
Keadaan ini merupakan suatu yang normal, tetapi dapat berubah menjadi tidak normal apabila
mual dan muntah ini terjadi terus-menerus dan mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan
elektrolit tubuh. Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang berkelanjutan dapat terkena
dehidrasi sehingga akan menimbulkan gangguan pada kehamilannya.

d. Pengaruh Emesis Gravidarum Pada Ibu dan Janin


Emesis merupakan dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek
negatif terhadap kehamilan dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan
dan berubah menjadi hipermesis gravidarum yang dapat meningkatkan resiko terajadinya
gangguan pada kehamilan.
Wanita-wanita hamil dengan gejala emesis gravidarum yang berlebih berpotensi
besar mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh, dapat
pula terjadi robekan kecil pada selaput lendir esofagus dan lambung atau sindroma Mallary
Weiss akibat perdarahan gastrointestinal (Wiknjosastro, 1999).
6

e. Tanda-tanda dehidrasi :
1) Berat badan menurun
2) Denyut nadi meningkat (120 x / menit dan terus naik)
3) Tekanan darah menurun (diastolik 50 mmHg dan terus turun)
4) Mata cekung
5) Elastisitas kulit menghilang
Apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada ibu hamil maka, ia harus segera mendapat
pertolongan dari bidan atau tenaga kesehatan lainnya.
Ada mitos yang mengatakan bila rasa mual anda hebat, maka anda mengandung anak
perempuan. Dan ternyata menurut penelitian, wanita hamil yang mengalami mual hebat dan
terpaksa dibawa ke rumah sakit, kemungkinan besar melahirkan bayi perempuan. Sebagai contoh
dari 69 wanita hamil penderita mual yang hebat, 307 orang melahirkan bayi laki-laki dan 352
sisanya melahirkan perempuan (Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan).
Bayi-bayi dari wanita yang menderita hiperemesis gravidarum sepanjang kehamilan lebih
cenderung memiliki kelainan dan pertumbuhan yang sedikit terbelakang.
Pencegahan terhadap emesis gravidarum yang berlebihan perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik,
memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.

f. Hal-hal Yang Harus Dilakukan Dalam Mengatasi Emesis Gravidarum


1) Makanlah sesering mungkin, dalam porsi kecil. Siang hari untuk porsi besar, malam hari
cukup porsi kecil.
2) Lebih banyak istirahat, hal ini akan membantu mengurangi keletihan yang dapat
menimbulkan rasa mual.
3) Simpanlah beberapa makanan kecil seperti coklat atau cracker untuk dimakan sebelum
turun dari tempat tidur di pagi hari.
4) Bangun tidur perlahan-lahan, luangkan waktu untuk bangkit dari tempat tidur secara
perlahan-lahan.
5) Berolahraga dan hiruplah udara segar, dengan melakukan oleh raga ringan, berjalan kaki
atau berlari-lari kecil akan membantu mengurangi rasa mual dan muntah di pagi hari.
6) Beberapa ahli nutrisi juga menyarankan suplemen vitamin B6 mencegah dan mengurangi
rasa mual, tetapi tidak diminum dalam dosis tinggi atau menurut aturan dokter.

g. Hal-hal Yang Harus Dihindari


1) Hindari mengkonsumsi makanan yang berminyak atau digoreng karena akan lebih sulit
untuk dicerna.
2) Hindarilah minuman yang mengandung kafein seperti kopi, cola.
3) Hindari menyikat gigi begitu selesai makan
7

Bagi beberapa ibu hamil menyikat gigi menjadi hal yang problematik karena hanya dengan
memasukkan sikat gigi dalam mulut membuat mereka muntah, sehingga pilihlah waktu yang
tepat untuk menggosok gigi.
4) Hindari bau-bau yang tidak enak atau sangat menyengat.
Bau menyengat seperti dari tempat sampah, asap rokok biasanya dapat menimbulkan rasa mual
dan muntah.
5) Hindari mengenakan pakaian yang ketat.
Pakaian yang terlalu ketat dapat memberikan tekanan yang tidak nyaman pada perut dan dapat
memperburuk rasa mual.

C. Hiperemesis Gravidarum
a. Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari sehingga keadaan umumnya menjadi buruk
karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998).
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan (Farrer, 1999).
Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana wanita tidak dapat menyesuaikan dengan
keadaan mual dan muntah yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I, sehingga
pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Prawirohardjo,
2005).

b. Etiologi
Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor yang telah ditemukan yaitu :
1) Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda.
2) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, ini merupakan faktor organik.
3) Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4) Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, serta takut terhadap tanggug
jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.

c. Patologi
1) Hati
Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi lemak tanpa
nekronis, degenerasi lemak tersebut terletak sentrilobuler.
8

2) Jantung
Jantung menjadi lebih kecil dari pada biasanya dan beratnya atrofi, ini sejalan dengan lamanya
penyakit.
3) Otakbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
Ada kalanya terdapat bercak-bercak pendarahan pada otak dan kelainan seperti pada ensefalopati
wernicle dapat dijumpai.
4) Ginjalmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Ginjal tampak pucat dan generasi lemak dapat ditemukan pada tabulikonturti.

d. Tanda dan Gejala


Hiperemesis Gravidarum, menurut berat ringannya dapat dibagi kedalam 3 (tiga) tingkatan.
1) TingkatnImmmmmmmsefsdvgdhtfsdfgsdertmmmsdfvsfgdefgfgdfg
Mual terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu
makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium, nadi meningkat
sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan
mata cekung.

2) TingkatnIIismdfvjkmsjdvjkjdksjJKjhfurks.aihdjfbjk.liahye.ajkdajnd
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan nampak
kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik, berat badan turun
dan mata menjadi cekung, tekanan darah turun, hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi.
Aseton tercium dalam hawa pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam kencing.

3) TingkatnIIIJSDHKHBVCSHDVCJHKSHDVBJKSDJKSBCVKJV
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,
nadi kecil dan cepat, suhu meningkat tensi menurun, komplikasi fatal terjadi pada susunan syaraf
yang dikenal sebagai ensefalopati werniele, dengan gejala : nistagmus, dipolpia dan perubahan
mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks, timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

e. Diagnosa
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang
dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.JJ

f. PenatalaksanaanMSDVCSDFDVFD
1) Obat-obatanKJSHDGCVJKHYJSHDGJHSGJDHJHJSDHJHD
Sedativa yang siring diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1
dan B6. Anti histamika juga dianjurkan seperti dramamin, ovamin pada keadaan lebih kuat
diberikan antimetik seperti disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin.
9

2) IsolasiJSKDJKJSHKJGKJHGJGJHGJHGJGHGJHGJGJHGGG
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara baik. Catat
cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita. Sampai muntah berhenti dan penderita mau makan, tidak diberikan makan/minum
selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
3) TerapinPsikologikJKSDKJUSKDHGKJSGDKGKSGDKGKSDJ
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4) CairannParenteralSDKJKSJDBGKJGSKGKGKGKJGKGKJGS
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam
cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin,
khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan
pula asam amino secara intravena.
5) PenghentiannkehamilanSJHDJHGJSDVJHUGIKJUGSKLDJUJJ
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi
organis adalah delirium, kebutuhan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan
pertimbangan gugur kandung diantaranya
a) GangguannkejiwaanjkjkjbgkjgkjgkjgkjgkjgkjkjgkkjgkjgkjjHJH
(1) Delirium
(2)jiApatis,nsomnolennsampainkomakiswdckjubgksjdsk
(3) Terjadi gangguan jiwa ensepalopati wernicle
b)nGangguannpenglihatandgbdgfdfJKJCFBVJKBKSBJVBKSDJS
(1)nPendarahanbretina
(2) Kemunduran penglihatan
c) GangguanmfaalJKSJDKVBHSKJDVMJHVMSHDVCSMDVH
(1) Hatibdalambbentukbikterus
(2) Ginjalbdalambbentukbanuria
(3)nJantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat
(4) Tekanan darah menurun
g. Diet Hiperemesis Gravidarum
1) Tujuan
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan
mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
2) Syarat
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranyanadalah:
a) Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total
b) Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energi total
c) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
10

d) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan
pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
e) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering dalam
porsi kecil
f) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan
selingan malam
g) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan gizi pasien
3) Macam-macambDiet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu:

a)bDietbHiperemesisbI
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat. Makanan
hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi
yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.

b)nDietbHiperemesisbII
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara berangsur
dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini
dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.

c)nDietbHiperemesisbIII
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan
sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan pada diet
ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
4) Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
a) Roti panggang, biskuit, crackers
b) Buah segar dan sari buah
c) Minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun), sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
5) Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan yang
umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang
mengandung alkohol, kopi, dan yang mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan
penyedap) juga tidakbdianjurkan.

D. Karakteristik Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum


a. Gravida
Faktor presdisposisi yang sering ditemukan sebagai penyebab hiperemesis gravidarum
adalah pada primigravida (Prawihardjo, 2005).
11

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kejadian hiperemesis gravidarum lebih
sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan dengan tingkat
kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama (Nining, 2009).
Hiperemesis gravidarum terjadi 60-80% pada primigravida dan 40-60% pada multigravida
(Prawihardjo, 2009).

b. Mola hidatidosa
Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah pada mola hidatiodosa. Frekuensi
yang tinggi pada mola hidatidosa memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang
peranan, karena pada keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan
(Prawihardjo, 2005).
c. Kehamilan ganda
Penyebab hiperemesis gravidarum lainnya adalah pada kehamilan ganda. Frekuensi yang
tinggi pada kehamilan ganda juga memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang
peranan (Prawihardjo, 2005).
d. Pendidikan
Kejadian hiperemesis pada ibu hamil lebih sering terjadi pada ibu hamil yang
berpendidikan rendah, karena secara teoritis, ibu hamil yang berpendidikan lebih rendah
cenderung kurang memperhatikan kesehatan diri dan kehamilannya (Prawihardjo, 2005).
e. Psikologik
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada hiperemesis gravidarum, rumah
tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, serta takut terhadap
tanggug jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual
dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai
pelarian kesukaran hidup (Prawirohardjo, 2005).

Anda mungkin juga menyukai