Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan alumina berasal dari boehmite yang dicampurkan dengan air

dimana reaksi berjalan secara eksotermal. Reaksi berjalan secara eksotermal

dikarenakan boehmite mengion menjadi Al(OH)4- seperti ditunjukkan pada reaksi

dibawah ini.

AlOOH (s) + 2H2O (aq) → Al(OH)4- (s) + H+ (s)

Selanjutnya direaksikan asam nitrat membentuk sol-gel disertai pengadukan.

Pengadukan turut memicu terbentuknya inti kristal (nukleasi) dan pengendapan

kristal sehingga mempengaruhi ukuran kristal. Ukuran kristal yang kecil akan

menghasilkan luas permukaan yang besar.

Al(OH)4- (s) + 4HNO3 (aq) → Al(NO3)3 (s) + NO3- (s) + 4H2O (aq)

Padatan yang telah berbentuk sol-gel ditambahkan dengan ammonia hidroksida

hingga didapatkan serbuk aluminium hidroksida.

Al(NO3)3 (s) + 3 NH4OH (aq) = Al(OH)3 (s) + 3 NH4NO3 (s)

Untuk memperoleh -alumina, serbuk dikalsinasi pada suhu 450 oC selama 3-

5 jam. Kalsinasi bertujuan mendekomposisi pengotor yang terikat pada struktur

kristal berupa anion atau kation yang mudah menguap seperti ion amoniak (NH4+).

Selain itu, kalsinasi yang dilakukan pada suhu tinggi dengan kenaikan bertahap

akan terjadi pembentukan oksida (sintering precursor) dan menaikkan kekuatan

fisik suatu katalis.


2Al(OH)3 (s) → Al2O3 (s) + 3H2O (g)

Pelepasan gugus -OH menjadi H2O pada atom aluminium akan menyebabkan

atom aluminium bertindak sebagai asam Lewis, sedangkan pengikatan molekul

H2O akan menyebabkan atom aluminium sebagai asam Brönsted. Alumina bersifat

amfoter yang berarti dapat bertindak basa dan asam sekaligus di mana kekuatan

asam-basanya dapat berubah-ubah bergantung pada koordinasi aluminium pada

strukturnya dan gugus atau atom tetangga yang berada di sekelilingnya.

Proses sintesis γ-alumina melewati berbagai tahapan seperti pengendapan,

aging, pengeringan atau kalsinasi yang ikut mempengaruhi struktur alumina, luas

permukaan area dan ukuran pori.

Setelah support alumina didapatkan, larutan impregnan yang terdiri dari

logam NiMo diimpregnasi ke support alumina dan dikalsinasi pada suhu 550 oC.

Untuk katalis dengan dopping Ca, CaCO3 ditambahkan setelah terbentuk sol-gel

ketika direaksikan dengan asam nitrat.

4.1. Analisa XRD (PANanalytical)

Difraksi sinar-X (XRD) merupakan suatu metoda yang umum digunakan

untuk identifikasi bahan. Setiap jenis bahan akan memiliki pola difraksi yang

berbeda-beda sehingga komponen-komponen penyusun katalis dapat diidentifikasi.

Pembacaan hasil XRD sampel dilakukan dengan cara membandingkan spektrum

XRD katalis sintesis dengan spektrum senyawa standar yang tercantum pada data

file JCPDS (Joint Committee Powder Diffraction Standard) sesuai nomor kode

masing-masing komponen.

Menurut data base γ-Al2O3 JCPDS kode ICSD 98-003-0267 puncak γ-Al2O3

akan muncul pada 2θ derajat 37°, 46°, dan 67°. Gambar 1 memperlihatkan pola
XRD dari keempat katalis NiMo/-Al2O3 dimana tiga dari empat katalis didoping

kalsium dengan kadar yang berbeda-beda.

Gambar 8. Pola XRD Katalis NiMo/γ-Al2O3 Hasil Sintesis

Berdasarkan gambar 8, terlihat bahwa katalis tanpa doping Ca memiliki pola

difraksi yang sama dengan katalis referensi dan tidak muncul puncak dari logam

nikel maupun molibdenum. Puncak Ni-Mo akan muncul pada 2θ = 23.32°, 26.67°,

32.15°, 33.70°, 40.60°, 43.89°, dan 48.0° (JCPDS 45-0142). Logam Ni dan Mo

tidak merubah struktur - Al2O3 dan hanya terjadi sedikit pergeseran dan penurunan

intensitas pada masing-masing peak difraksi antara katalis referensi dengan

katalisis sintesis tanpa doping. Hal diatas menunjukkan bahwa logam telah

terdistribusi merata pada γ-Al2O3. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh (K

Vishwakarma, 2007). Selain itu, menurut (Marsih dkk, 2012) intensitas rendah dan

puncak difraksi yang luas menyiratkan kristalinitas rendah atau ukuran kristal yang

kecil dari partikel.


Namun untuk katalis dengan doping Ca 2%, 4% dan 6% terdapat puncak baru

yang cukup tajam. Ini menandakan bahwa kalsium tidak terdispersi dengan baik

terhadap penyangga γ-Al2O3 sehingga membentuk senyawa kalsium aluminat

(CaAl2O4) dengan puncak yang muncul pada 2θ = 29° (JCPDS 12-0008).

4.2. Analisa XRF

Komposisi Unsur Katalis Hasil Sintesis

Katalis Referensi NiMo/ γ-Al2O3 NiMo/ γ-Al2O3 Dop-Ca 2%

Element Conc. (%) Element Conc. (%) Element Conc. (%)

Al 43.61 Al 42.11 Al 41.42

O - O 46.52 O 46.09

P - P 4.54 P 4.41

Ni 1.82 Ni 1.66 Ni 1.44

Mo 5.75 Mo 4.79 Mo 4.17

Ca <0.01 Ca 0.01 Ca 2.27

Berdasarkan tabel diatas, katalis sintesis tanpa doping dan katalis dengan

doping Ca 2% telah mengalami proses dealuminasi hal ini ditunjukkan dengan

kadar aluminium katalis yang lebih rendah dibanding dengan katalis referensi.

Selain itu, kadar nikel dan molibdenum juga mengalami penurunan dibanding

dengan katalis referensi. Perbedaaan ini mengindikasikan bahwa reaksi adsorpsi

belum berjalan secara sempurna yang terjadi akibat nikel dan molibdenum

belum seluruhnya berdifusi dalam pori katalis. Penurunan kadar senyawa nikel dan

molibdenum yang teradsorpsi dikarenakan kurang optimalnya kondisi reaksi saat

proses sintesis, seperti waktu reaksi dan tekanan.


Katalis yang diberikan doping Ca 2% mengalami kenaikan kadar kalsium

dibandingkan katalis tanpa doping dan katalis referensi yang mengakibatkan pada

analisa XRD puncak kalsium terbentuk. Ini menandakan bahwa lebih dari 2%

kalsium menempel pada permukaan alumina.

4.3. Crushing Strength Katalis

Tabel 2. Kekuatan Mekanik γ-Al2O3 Hasil Sintesis

Katalis Crushing Strength (N)

Referensi 47,057

NiMo/-Al2O3 40,063

NiMo-Ca/-Al2O3 (2%Ca) 59,400

NiMo-Ca/-Al2O3 (4%Ca) 67,667

NiMo-Ca/-Al2O3 (6%Ca) 79,531

Tabel 2 menampilkan kekuatan mekanik (crush) dari katalis referensi dan

yang telah disintesis. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi

konsentrasi Ca yang ditambahkan, maka kekuatan mekanik katalis bertambah.

Atom aluminium sebagian besar berada pada koordinasi tetrahedral dan

pentahedral (peralihan dari oktahedral ke tetrahedral) serta sebagian kecil berada

pada koordinasi oktahedral. Dengan demikian, sisi asam gamma alumina

ditingkatkan dengan cara mengurangi struktur oktaheral menjadi tetrahedral dan

pentahedral melalui proses aging (pematangan).

OH 2 OH 2 OH 2
H2O OH 2 H2O OH OH 2

Al Al Al

OH 2 H2O OH OH 2
H2O OH 2
OH 2 OH 2
OH 2 O OH 2
H2O O OH 2

Al Al
Al

O OH 2
H2O O
OH 2
OH 2
Proses Perubahan Struktur Aluminium

Katalis NiMo/γ-alumina dapat ditingkatkan kekuatan mekaniknya dengan

menyisipkan ion kalsium pada strukturnya. Dimungkinkan peningkatan jumlah

kalsium menyebabkan ikatan antara partikel-partikel alumina semakin rapat.

Menurut Satterfield (1995) unsur Ca yang terdapat dalam alumina ini dapat

meningkatkan kestabilan terhadap alumina sehingga kekuatan ikatannya juga

meningkat.

Ca Ca

HO O O OH O O

Al Al Al Al
Al Al
O O
O O O
HO
Al Al
Al Al Al
Al

Struktur γ-alumina terfosfat

4.4. Analisa BET

Luas permukaan Dia. Pori rata- Vol. pori rata-


Katalis
(m2/g) rata (Å) rata (cm3/g)

TK-831 204.0 118.23 -

NiMo/-Al2O3 182.60 135.58 0.62

NiMo-Ca/-
195.05 124.71 0.61
Al2O3 (2%Ca)

Anda mungkin juga menyukai