Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Eco-Building sebagai Penerapan Green Energy
karakteristik dan prinsip kerja dalam pabrik kimia.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Eco-Building sebagai
Penerapan Green Energy ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Semarang, 28 Maret 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara berkembang, saat ini mengalami pertumbuhan di berbagai
sektor salah satunya sektor ekonomi. Pertumbuhan yang terjadi pada sektor ekonomi
dipengaruhi oleh pertumbuhan kawasan perkotaan khususnya kota metropolitan dan kota-
kota besar. Kota metropolitan dan kota-kota besar mempunyai peran penting dalam
pertumbuhan ekonomi nasional sebagai sumber dan pusat pertumbuhan perekonomian. Di
Indonesia pada tahun 2007 kontribusi kota metropolitan pada Produk Domestik Bruto (PDB)
mencapai 23.2% sedangkan kota-kota besar sebesar 8.8% dan kota-kota menengah sebesar
7.6% (BKPRN, 2012). Pertumbuhan ekonomi yang terjadi berdampak pada pesatnya
pertumbuhan kawasan perkotaan yang terlihat dari meningkatnya pembangunan serta
urbanisasi. Pertumbuhan kota yang begitu cepat dapat menimbulkan permasalahan perkotaan
baik permasalahan lingkungan maupun permasalahan sosial.
Permasalahan lingkungan yang umumnya terjadi di kawasan perkotaan adalah
terjadinya berbagai pencemaran, perubahan fisik lahan perkotaan dan penurunan kualitas
lingkungan hidup. Indonesia merupakan negara ketiga penghasil emisi gas rumah kaca
terbesar di dunia, terutama pada kawasan perkotaan yang merupakan sumber penghasil emisi
gas rumah kaca tertinggi hasil dari penggunaan bahan bakar fosil untuk keperluan listrik,
industri, rumah tangga, transportasi, perdagangan dan lain sebagainya. Hal tersebut membuat
kawasan perkotaan sangat rentan terhadap dampak pemanasan global serta perubahan iklim
(BKPRN, 2012).
Pembangunan sangat berpengaruh terhadap kelestarian dan kualitas lingkungan
karena menggunakan berbagai jenis sumber daya alam. Eksploitasi sumber daya alam yang
tidak memperhatikan kemampuan dan daya dukung lingkungan dapat mengakibatkan
merosotnya kualitas lingkungan. Kaitannya dengan masalah kualitas lingkungan ini adalah
adanya isu pemanasan global di mana bangunan menjadi salah satu sebab pemanasan global
karena bangunan berpotensi memproduksi emisi gas karbon lebih dari 40% (Ervianto, 2012).
Salah satu solusi untuk mengatasi pemanasan global di sektor konstruksi adalah
dengan membangun green building. Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building
concept adalah terciptanya konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian
produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya,
serta berbiaya rendah, dan memperhatikan kesehatan, kenyamanan penghuninya yang
semuanya berpegang kepada kaidah bersinambungan. Bangunan hijau juga harus dimulai
dengan penggunaan lahan yang sesuai dengan tata ruang kota dan merupakan daerah
peruntukan. Selain itu Green Building juga memperhatikan sampai taraf pengoperasian
hingga dalam operasional pemeliharaannya. Manfaat Pembangunan Green Building meliputi
manfaat lingkungan, manfaat ekonomi, manfaat sosial. Setiap kawasan memiliki peraturan
mendirikan bangunan yang harus dipatuhi seperti Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Garis Sepadan Bangunan (GSB), dan Ruang Terbuka
Hijau (RTH).

1.2 Rumusan Masalah


Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap
perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal
pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat,
mengurangi pengunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di
dalam ruangan dan memperhatikan kesehatan penghuninya. Green building adalah bangunan
yang berkelanjutan. Green building sendiri memberikan banyak manfaat tetapi di
samping itu, green building juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Meskipun
green building memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, green building juga
mempunyai hambatan dalam proses pembangunannya. Dalam rangka memenuhi
atau membantu green building dalam prosesnya, diperlukan suatu bahasan yang bertujuan
untuk menemukan atau membantu memecahkan kesulitan yang terjadi pada green
building dalam proses pembuatannya. Masalah yang terdapat dalam proses
pengembangan green building adalah kesadaran tentang green building,
komitmen perusahaan dalam green building, tingkat pengembangan green
building,, manfaat keuangan green building dan peran utama dalam
mengembangkan green building.
1.3 Tujuan
1. Memahami konsep dari green building.
2. Mengetahui bagaimana kontruksi bangunan yang ramah lingkungan.
3. Mengetahui peran dari green building terhadap efesiensi energi dan dampak terhadap
lingkungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Green Energy


Pengertian green energy menurut Ernawi (2012, dalam Buletin Tata Ruang, 2012)
adalah pemanfaatan sumberdaya energi secara efisien, berkelanjutan serta ramah
lingkungan. Kebutuhan energi dalam negeri sampai saat ini masih bersumber pada sumber
energi minyak bumi. Minyak bumi sebagai sumber utama energi di Indonesia, tidak hanya
digunakan untuk berbagai keperluan dalam negeri tetapi juga diekspor keluar negeri sebagai
penghasil penerimaan dan devisa negara, hal tersebut tentu saja membuat ketersediaan
sumber energi di Indonesia akan semakin berkurang dimasa mendatang. baik terhadap
limbah dari penggunaan energi untuk berbagai keperluan tersebut. Trend kebutuhan energi
dalam Indonesia Energy Outlook (2010) menunjukan kebutuhan akan energi di massa
mendatangan akan didominasi oleh sector industri, transportasi serta rumah tangga.
Kawasan perkotaan sebagai konsumen energi terbesar merupakan kawasan yang juga rentan
terhadap dampak konsumsi energi secara berlebihan.

Gambar Sistem Penyediaan dan Kebutuhan Energi (batan.go.id)


2.2 Green Building
Green building sendiri dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai bangunan
hijau, namun pengertian sebenarnya merupakan sebuah konsep perencanaan pembangunan
terhadap suatu bangunan yang ramah terhadap lingkungan (BKPRN, 2012).
Konsep bangunan hijau merupakan pembangunan yang memperhatikan beberapa
aspek yaitu :
a. Uji AMDAL
b. Efisiensi Struktur Bangunan
c. Efisiensi Energi
Selain aspek-aspek tersebut, penerapan aspek hjau pada sebuah bangunan juga
sangat penting dilakukan, seperti menerapkan komposisi 60:40 antara bangunan dan lahan
hijau, penerapan roof garden (taman pada atap) dan green wall (dinding hijau)
Ada empat manfaat penerapan konsep bangunan hijau (BKPRN 2012) yaitu :
a. Bangunan yang dibangun dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang dengan
perawatan minimal.
b. Efisiensi energi dapat meminimalkan pengeluaran.
c. Mendapatkan kehidupan yang lebih sehat.
d. Ikut berperan dalam kepedulian terhadap lingkungan.
Konsep penghematan energi pada bangunan sebaiknya dimulai dengan pemilihan
lahan dimana bangunan tersebut ditempatkkan. Efisiensi energi, air, dll, diterapkan pada
aspek lahan dalam skala kawasan dan kota yang terkait dengan lingkungan binaan (built
environment) akan semakin nyata. Efisiensi energi dalam hal aspek lahan yaitu dengan cara
merancang lahan dan bangunan dengan mempertimbangkan aspek penghematan
penggunaan energi. Sebagai contoh pengalihan fungsi area tanam menjadi bangunan
menyumbang emisi CO2 sebesar 18,3 %. Kemudian jika bangunan sudah dipakai baik
sebagai rumah tinggal atau bangunan komersial menyumbang emisi CO2 sebesar lebih dari
15 %. Dengan demikian perlu diantisipasi berbagai kemungkinan pelestarian lingkungan
dan penghematan energi.
Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup
keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga
dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan.
Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding
dengan arsitektur pada umumnya. Green architecture adalah pembangunan yang
memperhatikan masalah ekonomi, hema energi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan,
ramah lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi pembangunan berkesinambungan.
Green architecture (dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang berkelanjutan)
adalah membuat struktur dan menggunakan proses pembuatannya memperhatikan terhadap
lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan: dari tapak
untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. Tujuan
umumnya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan
dari lingkungan yang dibangun pada kesehatan manusia dan lingkungan alam dengan cara :
1. Efisien menggunakan energi, air (memilih keran yang memakai tap yang hanya
mengeluarkan air dalam volume tertentu) dan sumber daya lain seperti material
bagunan.
2. Kesehatan penghuni, melindungi dan meningkatkan produktivitas manusia dalam
bekerja.
3. Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan.
Sebagai contoh bangunan yang ramah lingkungan adalah dengan mendesain
bangunan yang memperhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan
cahaya alami. Seperti desain interior, menggunakan interior yang ramah lingkungan dan
mengurangi pengunaan listrik yang sangat berlebihan, misalnya menggunakan lampu hemat
energi sepert lampu LED yang rendah konsumsi listrik, memperbanyak penggunaan panel
sel surya sehingga bisa mengurangi kebutuhan energi listrik bangunan dan memberikan
keuntungan antara lain tidak perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting), bebas
polusi, hemat listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan. Sesedikit mungkin
penggunaan pendingin ruang / AC pada siang hari dan memperbanyak pembuatan taman di
lingkungan rumah dan gedung. Dengan jendela besar untuk lubang sirkulasi udara ke dalam
ruangan. Sedangkan pada desain eksteriornya, dengan menghindari penggunaan bahan
bangunan yang berbahaya dan diganti dengan yang ramah lingkungan, dengan
memperbanyak taman hijau dan taman dilingkungan rumah dan gedung untuk mengatur
keseimbangan lingkungan sekitar. Desain bangunan dengan atap-atap bangunan
dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis
tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).
Sedangkan untuk material bangunan yang ramah lingkungan seperti misalnya
kerangka bangunan utama dan atap, menggunakan material baja memiliki keunggulan lebih
kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga
tidak membebani konstruksi dan fondasi, sehingga baja dapat digunakan sebagai pengganti
pemakaian material kayu, untuk mengurangi penebangan hutan/pembabatan kayu hutan
yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud
kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian hutan sebagai paru-
paru dunia. Material bangunan lainnya yang ramah lingkungan misalnya semen instan,
keramik ( untuk dinding pengganti wallpaper dan lantai ). Dinding keramik memberikan
kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap),
motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana
ruang yang bervariasi, batu bata, aluminium (bisa untuk kusen jendela dan pintu juga sudah
mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang).
Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat
pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), hemat biaya, lebih
kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja,
tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu). sehingga
dapat mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan. Untuk bangunan ramah lingkungan
(green building), tidak hanya disain bangunan dan material bangunannya saja yang
dipikirkan tetapi juga dipikirkan masalah energi,selain energi listrik seperti diatas,
merambah ke dunia sanitasi. Septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic
tank) berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari air
tanah dan lingkungan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi. Untuk mengantisipasi
krisis air bersih, dikembangkan sistem pengurangan pemakaian air (reduce), penggunaan
kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih
(recycle), dan pengisian kembali air tanah (recharge). Dikembangkan sistem pengolahan air
limbah bersih yang mendaur ulang air buangan sehari-hari (cuci tangan, piring, kendaraan,
bersuci diri) maupun air limbah (air buangan dari kamar mandi) yang dapat digunakan
kembali untuk mencuci kendaraan, membilas kloset, dan menyirami taman, serta membuat
sumur resapan air (1 x 1 x 2 meter) dan lubang biopori (10 sentimeter x 1 meter) sesuai
kebutuhan.

Gambar desain biopori


2.3 Aspek dan Manfaat Green Building
Konsep Pembangunan Green Building. Beberapa aspek utama green building antara lain :
1. Material
Material yang digunakan untuk membangun harus diperoleh dari alam, dan merupakan
sumber energi terbarukan yang dikelola secara berkelanjutan. Daya tahan material
bangunan yang layak sebaiknya teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur
ulang, mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang.
2. Energi
Penerapan panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan. Selain itu,
bangunan juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi,
terutama lampu dan AC. Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka agar mengurangi
pemakaian listrik. Jendela tentunya juga dapat meningkatkan kesehatan dan
produktivitas penghuninya. Green building juga harus menggunakan lampu hemat
energi, peralatan listrik hemat energi, serta teknologi energi terbarukan, seperti turbin
angin dan panel surya.
3. Air
Penggunaan air dapat dihemat dengan menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara ini
akan mendaur ulang air yang dapat digunakan untuk menyiram tanaman atau menyiram
toilet. Gunakan pula peralatan hemat air, seperti pancuran air beraliran rendah, tidak
menggunakan bathtub di kamar mandi, menggunakan toilet hemat air, dan memasang
sistem pemanas air tanpa listrik.
4. Kesehatan
Penggunaan bahan-bahan bagunan dan furnitur harus tidak beracun, bebas emisi, rendah
atau non-VOC (senyawa organik yang mudah menguap), dan tahan air untuk mencegah
datangnya kuman dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga dapat
ditingkatkan melalui sistim ventilasi dan alat-alat pengatur kelembaban udara.
Manfaat Pembangunan Green Building antara lain :
 Manfaat Lingkungan
1. Meningkatkan dn melindungi keragaman ekosistem
2. Memperbaiki kualitas udara
3. Memperbaiki kualitas air
4. Mereduksi limbah
 Manfaat Ekonomi
1. Mereduksi biaya operasional
2. Menciptakan dan memperluas pasar bagi produk dan jasa hijau
3. Meningkatkan produktivitas penghuni
4. Mengoptimalkan kinerja daur hidup ekonomi
 Manfaat Sosial
1. Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan penghuni
2. Meningkatkan kualitas estetika
3. Mereduksi masalah dengan infrastruktur lokal

Anda mungkin juga menyukai