PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil perumusan masalah
yaitu :
1. Bagaimana dengan pengertian HAM?
2. Bagaimana HAM dalam UUd 1945?
3. Bagaimana dengan kasus-kasus yang berkaitan dengan HAM?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4. Tidak dapat dicabu, artinya dalam keadaan bagaimanapun, hak asasi setiap orang
itu tetap ada.
5. Tidak dapat dibagi, artinya HAM itu tidak dapat diwakili ataupun dialihkan
kepada orang lain.
2. Kemanusiaan/ Perdamaian
Manusia dalam menjalani kehidupannya sangat mendambakan ketentraman,
bebas dari rasa takut, terjamin ketentramannya dan senantiasa dalam suasana yang
damai.
3. Keadilan/Kesedarajatan/Persamaan
Diperlakukan secara wajar dan adil, mendapat kesempatan yang sama dalam
memperoleh hak, tidak dibeda-bedakan antara manusia yang satu dengan yang
lainnya.
4
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Hal ini terbukti dari dicantumkannya secara eksplisit
masalah HAM, yaitu pada bab XA dengan judul HAM yang terdiri atas 10 pasal (
diberi label pasal 28 A s.d. 28 J) dan 24 ayat. Diluar yang berjudul tersendiri dalam
bab XA, rumusan lainnya terdapat dalam pasal 27 (3 ayat), kemudian bab XI pasal 29
(2 ayat), bab XII pasal 30, bab XIII pasal 31, pasal 32, bab XIV pasal 33 dan pasal 34.
BAB XA
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28 B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dn negaranya.
Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
5
Pasal 28 E
(1) setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal diwilayah Negara dan meninggalkannya serta berhak
kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasai dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelola, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dan ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dan
negara lain.
Pasal 28 H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan social yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
6
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milih pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hokum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hokum yang
berlaku surut adalah HAM yang tidak dapat dikurangi dalam leadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dan perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan HAM adalah tanggungjawab
negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi HAM sesuai dengan prinsip negara hokum
yang demokratis maka pelaksanaan HAM dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.
Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati HAM orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan oranglain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam
suatu masyarakat demokratis.
7
BAB XI
AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
BABXII
PERTAHANAN NEGARA DAN KEAMANAN NEGARA
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui system pertahanan
dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utuama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum.
(5) Susunan dan dan kedudukan Tentara Nasional, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat
keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta
hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-
undang.
8
BAB XIII
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban seta
kesejahtrerahan umat manusia.
Pasal 32
BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
9
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kedatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan pasal ini diatur dalam undang-
undang ini.
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan system jaminan social bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
(3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
10
Upaya untuk menegakkan HAM telah dibuktikan dalam wujud diadakannya
peradilan adhoc bagi para pelanggar HAM, apakah dari kalangan militer atau sipil.
Dalam proses perdailan terhadap pelanggar HAM dirasakan masih terjadi
adanya kontroversi. Sikap kontoversi terhadap keputusan pengadilan HAM bukan
sebatas pada level lokal, tetapi dalam skala lebih luas, baik didalam negeri maupun
diluar negeri, suara sumbang trehadap kinerja pengadilan HAM selalu mengiringi
setiap putusan pengadilan. Hakim sesuai posisinya memiliki hak prerogative dan
independen untuk memutus terdakwa bersalah atau bebas.
Pengadilan HAM sebagai realisasi perintah UU Nomor 3911999 tentang
HAM dan UURI Nomor 26/2000 tentang pengadilan HAM. Secara institusional,
pengadilan mulai aktif beroperasi sekitar akhir 2001. Pengadilan HAM dirancang
sebagai institusi pertanggungjawaban secara hukum bagi para pelaku pelanggaran
HAM.
Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap kejahatan genosida dan
kejahatan terhadap kemanusiaan. Di samping pengadilan HAM, saat ini dikenal pula
dengan adanya pengadilan Ad Hoc. Menurut pasal 43 ayat 1 UU No. 26 Tahun 2000,
pengadilan HAM Ad Hoc adalah pengadilan yang memeriksa, mengadili, dan
memutus pelanggaran HAM yang berat yang terjadi sebelum berlakunya UU (No. 26
Tahun 2000. Dengan demikian undang-undang pengadilan HAM berlaku surut atau
retroaktif. Pelanggaran HAM yang berat mempunyai sifat khusus dan digolongkan
sebagai kejahatanyang luar biasa (extra ordinary crime). Oleh karena itu, pasal 28
ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 dan hukum internasional menentukan bahwa
asas retroaktif berlaku dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM yang
berat. Asas retroaktif merupakan dasar yang membolehkan suatu peraturan
perundang-undangan dapat berlaku surut ke belakang. Hal ini berbeda dengan
kejahatan biasa (ordinary crime) yang perbuatannya baru dapat dihukum setelah ada
hukumnya/undang-undangnya terlebih dahulu. Asas yang berlaku dalam penanganan
kejahatan biasa adalah asas legalitas (Luhut M.P. Pangaribuan, S.H., LL.M. dan
Waskito Adiribowo, S.H)
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2. Saran
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang
Konsep Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Undang-Undang Dasar 1945 dengan tepat.
12
DAFTAR PUSTAKA
13