Sap Diare
Sap Diare
A. Tinjauan Pustaka
1. Teori Hospitalisasi
a. Definisi Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah masuknya individu ke rumah sakit sebagai
pasien dengan berbagai alasan seperti pemeriksaan diagnostik,
prosedur operasi, perawatan medis, pemberian obat dan
menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh, Keadaan ini
(hospitalisasi) terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi
dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi stressor baik terhadap anak maupun orang
tua dan keluarga, perubahan kondisi ini merupakan masalah besar
yang menimbulkan ketakutan, kecemasan bagi anak yang dapat
menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis pada anak jika
anak tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut (Heri
Saputro 2017). Hospitalisasi merupakan cara yang efektif untuk
menyembuhkan anak yang sedang sakit. Bagi anak, hospitalisasi
merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan (Hockenbery
MJ 2009).
Hospitalisasi hal yang mengharuskan anak dirawat dirumah
sakit yang banyak mengakibatkan kecemasan pada anak maupun
bagi orang tua.
1
2
b. Manfaat Hospitalisasi
Meskipun hospitalisasi menyebabkan stress pada anak,
hospitalisasi juga dapat memberikan manfaat yang baik, antara lain
menyembuhkan anak, memberikan kesempatan kepada anak unuk
mengatasi stres dan merasa kompeten dalam kemampuan koping
serta dapat memberikan pengalaman bersosialisasi dan memperluas
hubungan interpersonal mereka. Dengan menjalani rawat inap atau
hospitalisasi dapat menangani masalah kesehatan yang dialami
anak, meskipun hal ini dapat menimbulkan krisis. Manfaat
psikologis selain diperoleh anak juga diperoleh keluarga, yakni
hospitalisasi anak dapat memperkuat koping keluarga dan
3
2. Ansietas sedang
Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada hal yang penting dengan mengesampingkan yang lain
perhatian selektif dan mampu melakukan sesuatu yang lebih
terarah. Manifestasi yang muncul pada kecemasan sedang
antara lain:
a) Respon fisiologis
Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
kering, diare atau konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan
berkeringat setempat.
b) Respon kognitif
Respon pandang menyempit, rangsangan luas mampu
diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan
bingung.
c) Respon perilaku dan emosi
Bicara banyak, lebih cepat, susah tidur dan tidak aman.
9
3. Ansietas berat
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tantang hal lain.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang muncul
pada kecemasan berat antara lain:
a) Respon fisiologis
Napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat
dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan.
b) Respon kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
c) Respon perilaku dan emosi
Perasaan terancam meningkat, verbalisasi cepat, dan
menarik diri dari hubungan interpersonal.
4. Panik
Tingkat panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan
dan terror. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian, terjadi
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang
dan kehilangan pemikiran yang rasional. Manifestasi yang
muncul terdiri dari:
a) Respon fisiologis
Napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, dan koordinasi motorik rendah.
b) Lapang kognitif
Lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat berfikir
logis.
c) Respon perilaku dan emosi
Mengamuk- amuk dan marah- marah, ketakutan, berteriak-
teriak, menarik diri dari hubungan interpersonal, kehilangan
kendali atau kontrol diri dan persepsi kacau.
f. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan ada empat yaitu : ringan, sedang, berat dan
panik (Kaplan, H.I., & Sadock 2010).
1) Kecemasan Ringan
10
2) Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari
kegiatan orang lain.Pemain menghabiskan sedikit energi, anak
hanya menikmati temannya bermain atau menonton televisi
dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak
tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain
aktif.
c. Klasifikasi Bermain
Menurut (Heri Saputro 2017) klasifikasi bermain ada 3 yaitu,
berdasarkan isi permainan, jenis permainan dan karakteristik
sosial,
1) Berdasarkan isinya
a) Bermain afektif sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi
akan mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan
yang menyenangkan dengan orangtua dan orang lain.
Permainan yang biasa dilakukan adalah “cilukba”,
berbicara sambil tersenyum/tertawa atau sekedar
memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya
tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan
tertawa.
b) Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure
play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan
rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikkan.
Misalnya dengan menggunakan pasir, anak akan membuat
gunung-gunung atau benda-benda apa saja yang dapat
dibentuk dengan pasir. Bisa juga dengan menggunakan air
anak akan melakukan bermacam-macam permainan seperti
memindahkan air ke botol, bak atau tempat lain.
c) Permainan Ketrampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak,
khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan
14
Manfaat : Penyebab :