Laporan p1 Asam Asteat Fixx
Laporan p1 Asam Asteat Fixx
Asam asetat adalah senyawa organik yang termasuk dalam golongan carboxylic acid
dengan gugus fungsinya (RCOOH) dan rumus kimia (CH3COOH. Asam asetat dapat dibuat dari
substrat yang mengandung alkohol. Asam asetat merupakan sumber utama dalam pembuatan
garam derivate, dan ester asam asetat. Asam asetat dapat digunakan sebagai pelarut zat organik
yang baik dan untuk membuat selulosa asetat yang dibutuhkan untuk pembuatan film, rayon, dan
selofan. Tujuan dari percobaan ini adalah membuat asam asetat dengan fermentasi aerob dari air
legen dan air kelapa serta membandingkan produk asam asetat yang terbentuk dengan variabel
sari buah nanas, pH, starter, dan waktu fermentasi.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah buah nanas, air legen air, kelapa,
glukosa anhidris, alkohol, indikator PP, NaOH, sukrosa, dan ragi roti. Alat yang digunakan
erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, buret, statif, klem, aerator, pipet tetes, autoclave,
pengaduk.Metode kerjanya meliputi pembuatan starter, persiapan bahan, dan pembuatan asam
asetat.
Hasil percobaan yang didapat adalah kadar asam asteat pada starter air legen mengalami
peningkatan seiring dengan waktu fermentasi. Pada air kelapa juga terjadi peningkatan kadar asam
astetat seiring dengan waktu fermentasi. Pada starter air legen kadar asam asetat berkisar dari
0,00094 - 0,0017 (%). Sedangkan pada starter kelapa, kadar asam asetat yang dihasilkan, berkisar
dari 0,00061 – 0,0017 (%).
BAB I
PENDAHULUAN
II.7 Nanas
Nanas (Ananas comosus) merupakan salah satu buah-buahan yang nikmat disantap
dalam bentuk buah segar, jus, manisan, maupun dijadikan bahan masakan. Meski berasal dari
Amerika Selatan, buah ini tergolong mudah dibudidayakan di Indonesia, terutama di daerah
Subang dan Lampung yang terkenal sebagai sentra perkebunan nanas. Nanas pun mudah dijumpai
di pasaran dan dijajakan mulai dari supermarket besar hingga pedagang rujak keliling. Seperti
buah-buahan lainnya, nanas juga kaya akan kandungan vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi
kesehatan. Meski sering terdengar mitos bahwa konsumsi nanas terutama yang masih muda dapat
menggugurkan kandungan, buah ini memiliki banyak manfaat jika dikonsumsi dalam jumlah
wajar. Kandungan gizi yang paling menonjol dari nanas adalah vitamin C dan mangan. The
World’s Healthiest Foods mengungkap bahwa kandungan vitamin C pada 165 g nanas mencapai
105,1 % kebutuhan per hari. Sedangkan kandungan mangannya mencukupi 765 % kebutuhan per
hari.
Selain itu, ekstrak inti buah dan batang nanas banyak mengandung enzim proteolitik bromelain
yang dapat membantu memecah protein. Nanas pun kaya akan tembaga, serta mengandung cukup
banyak vitamin B1, vitamin B6, serat pangan, folat, dan asam pantotenik. Vitamin A juga
ditemukan dalam nanas meski dalam jumlah kecil. (http://webkesehatan.com/nanas-kandungan-
gizi-manfaat-nanas-untuk-kesehatan/)
Gambar 2.8.1 Pengaruh konsentrasi alkohol awal terhadap produksi asam asetat
Dari hasil penelitian terlihat bahwa konsentrasi alkohol awal sebesar 6% masih
memberikan hasil asam asetat 6% atau yield sekitar 100%, untuk waktu fermentasi 10 hari.
Hal ini menunjukkan bahwa acetobacter aceti masih toleran terhadap konsentrasi alkohol
awal 6% atau aktivitas acetobacter aceti masih bekerja dengan optimal. Pada konsentrasi
alkohol awal lebih tinggi dari 6%, aktivitas acetobacter aceti akan menurun atau sebagian
bakteri mati, sampai konsentrasi alkohol awal 12%, seluruh bakteri acetobacter aceti mati.
Hal ini diindikasikan dengan makin menurunnya asam asetat yang diproduksi dan pada
konsentrasi awal alkohol 12% tidak terproduksi asam asetat. Pada konsentrasi alkohol awal
lebih besar dari 6%, alkohol akan menjadi racun bagi acetobacter aceti (Hardoyo, 2007).
Pada proses pembuatan asam asetat terdapat dua tahap pembentukan yaitu
pembentukan etanol dan asam asetat. Alkohol sangat berperan aktif dalam pembentukan
etanol sehingga tahap pembentukan etanol dapat lebih cepat terjadi. Hal ini menyebabkan
asam asetat yang terbentuk juga semakin cepat (Hardoyo, 2007).
Setelah metil iodide telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus katalitik
dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodide ke dalam [Rh(CO)2I2]- sehingga terbentuk
kompleks [MeRh(CO)I3]-. Kemudian dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH3
membentuk kompleks. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO
berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium-alkil kemudian
membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III). Dengan terbentuknya kompleks
maka gugus CH3COI mudah lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil
iodide dan katalis rhodium yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan
tekanan 30-60 atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O
menghasilkan CH3COOH dan HI.
Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi metanol
menjadi MeI yang akan masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus. Sedangkan asam
asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurnian untuk dipisahkan dari pengotor yang
mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian dilakukan dengan cara destilasi (Roth,
2009).
Reaksi:
1
CH3CH2OH + O2 CH3CHO + H2O
2
II.10 Vineger
Cuka atau yang mempunyai nama lain asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah
senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.
Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-
COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni atau disebut juga asam asetat glasial
adalah cairan higroskopis tak berwarna yang memiliki titik beku 16.7°C.
1. Jenis jenis vinegar
Cuka ini sering dibuat dari buah-buahan yang mempunyai kandungan gula dan dapat
difermentasi. Berikut macam-macam cuka adalah:
1) Cuka Anggur Cuka anggur telah digunakan selama berabad-abad baik untuk tujuan
pengobatan dan kuliner. Hal ini digunakan di seluruh dunia, terutama di negara-negara
Mediterania, di berbagai resep, dan juga sebagai agen acar untuk buah- buahan dan
sayuran. warnanya dapat bervariasi dari cahaya naik menjadi merah
2) Cuka Putih Cuka putih tidak seperti cuka anggur, yang dibuat dari anggur, cuka putih
disuling dari alkohol. Cuka putih ini mempunyai 5% tingkat keasaman. Jadi cuka ini keras
dan memiliki rasa tajam. Cuka jenis ini lebih murah dibandingkan jenis cuka lainnya dan
dapat ditemukan di toko-toko kelontong. Cuka putih ini adalah cuka yang paling banyak
diproduksi setiap tahun sesuai dengan kbutuhannya yang setiap tahun mengalami
peningkatan sejalan dengan meningkatnya industri.
3) Cuka Apel Kita juga mengenal adanya cuka apel atau Apple Cider. Khasiat cuka apel juga
besar karena kandungan maltic acid (suatu komponen alami dalam apel), membantu
menstimulasi proses pencernaan. Karena bahan ini dibuat lewat proses fermentasi, cuka
apel juga kaya kalium, yaitu mineral yang mampu menciptakanantiseptik dalam sel tubuh
yang penuh lemak. Hal ini menyebabkan ia dapat memperkuat metabolisme alami dan
mempercepat proses oksidasi. Meminum segelas air dicampur cuka apel dan sedikit madu
setiap hari dapat membantu menghancurkan dan melepaskan deposit lemak yang
menumpuk didalam tubuh.
Cuka berasal dari proses fermentasi dengan memanfaatkan bakteri atau ragi. Berikut adalah
macam-macam cuka berdasarkan metode fermentasinya :
1) Slow fermentation
adalah pembuatan cuka dengan metode tradisional. Pada metode ini fermentasi biasanya
dilakukan pada tong-tong lalu difermentasi dalama waktu yang cukup lama yaitu minimal
3 bulan, bahkan sampai bertahun-tahun. Bahan yang akan dibuat dihancurkan terlebih
dahulu lalu di fermentasi dalam tong-tong. Flavor dari cuka dengan slow fermentation
lebih kaya dan enak.
2) Fast Fermentation
biasanya dikenal sebagai fermentasi modern. Pada pembuatannya menggunakan kultur
murni. Waktu fermentasi juga lebih cepat yaitu dalam hitungan hari. Flavornya lebih
spesifik asam asetat karena mikroba yang digunakan hanya tertentu saja berdasarkan
bahan bakunya :
1. Cider vinegar (Apple vinegar) à Vinegar ini dibuat dari sari buah apel yang difermentasi
sampai diperoleh kadar asam asetat sebesar 4 gram/100mL, kadar gula reduksi maksimum
50 % dan jumlah padatan total sebesar 1,6 %.
2. Wine Vinegar à Bahan yang digunakan ialah sari buah anggur. Vinegar ini mengandung
jumlah padatan total lebih dari 1 gram dan abu sebesar 0,13 gram setiap 100mL. Kadar
asam asetat minimum 4 gram/100 mL.
3. Spirit/Distilled/Grain Vinegar à Vinegar ini diperoleh dari hasil fermentasi asam asetat
dengan menggunakan substrat alkohol hasil distilasi yang telah diencerkan. Kadar asam
asetat minimum 4 gram/100 mL.
4. Malt Vinegar à Vinegar yang diperoleh dari fermentasi tanpa melalui proses distilasi dari
salt malt atau biji-bijian yang mengandung tepung yang sebelumnya telah dikecambahkan.
Seperti vinegar lainnya,vinegar jenis ini juga mengandung asam asetat minimum 4
gram/100 mL.
5. Sugar Vinegar à Vinegar yang diperoleh dari hasil fermentasi asam asetat dari sirop molase
dengan kadar asam asetat minimum 4 gram/100 mL.
6. Glucose Vinegar à Vinegar yang diperoleh dari hasil fermentasi asam asetat dari larutan
glukosa dan dekstrosa dengan kadar asam asetat minimum 4 gram/100 mL.(Waluyo S.,
1984 dalam Kwartiningsih dan Mulyati, 2005).
2. Pemrosesan
Fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim. Enzim
yang berperan dapat dihasilkan oleh mikroorganisme atau enzim yang telah ada dalam bahan
pangan. (Bucle, K.A., 1985 dalamKwartiningsih dan Mulyati, 2005)
Fermentasi merupakan suatu reaksi oksidasi atau reaksi dalam system biologi yang
menghasilkan energi di mana donor dan aseptor adalah senyawa organik. Senyawa organik yang
biasa digunakan adalah zat gula. Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis
enzim menjadi senyawa lain. (Fardiaz, Winarno, 1984dalam Kwartiningsih dan Mulyati, 2005).
Dalam pengolahan vinegar, terjadi 2 kali fermentasi yaitu :
1. Fermentasi pembentukan alcohol dengan yeast Saccharomyces cerevisiae. Pada fermentasi
ini terjadi perombakan glukosa menjadi alkohol dan gas CO2 dengan reaksi sebagai berikut :
C6H12O6 à 2 CH3CH2OH + CO2
Reaksi yang terjadi anaerob. Etanol adalah hasil utama fermentasi tersebut di atas, di samping
asam laktat, asetaldehid, gliserol dan asam asetat. Etanol yang diperoleh maksimal hanya sekitar
15 %. Untuk memperoleh etanol 95 % dilakukan proses distilasi. Etanol digunakan untuk
minuman, zat pembunuh kuman, bahan bakar dan pelarut.
2. Fermentasi perubahan alcohol menjadi asam asetat dan air dengan bakteri Acetobacter aceti.
Reaksi pembentukan asam asetat dituliskan sebagai berikut :
CH3CH2OH + O2 CH3COOH + H2O
Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerob. Pada fermentasi pembentukan asam asetat tersebut terjadi
perubahan etanol menjadi asam asetat melalui pembentukan asetaldehid dengan reaksi sebagai
berikut :
CH3CH2OH + ½ O2 CH3CHO + H2O
Etanol asetaldehid
CH3CHO + ½ O2 CH3COOH
Asetaldehid asam asetat
(Salle, A.J., 1974 dalam Kwartiningsih dan Mulyati, 2005)
Berdasarkan literature lain yaitu berasal dari Bagas (2010), yang menyatakan :
Proses fermentasi pembuatan asam asetat atau vinegar :
A). Fermentasi secara Aerob
a. Metoda lambat (Slow Methods)
- Biasanya untuk bahan baku berupa buah-buahan.
- Etanol tidak banyak bergerak atau mengalir karena proses dilakukan pada suatu tangki batch.
- Memasukan jus buah, yeast, dan bakteri vinegar ke dalam tangki
- Sebagian jus buah terfermentasi menjadi etanol (11-13% alkohol) setelah beberapa hari.
- Fermentasi etanol menjadi asam asetat terjadi pada permukaan tangki.
- Bakteri vinegar di permukaan larutan yang membentuk lapisan agar-agar tipis mengubah etanol
menjadi asam asetat atau vinegar(asetifikasi).
- Proses ini memerlukan temperatur 21- 29 oC.
- Jatuhnya lapisan tipis agar-agar dari bakteri vinegar akan memperlambat asetifikasi.
Permasalahan ini bisa dicegahdengan memasang lapisan yang dapat mengapungkan lapisan
tipis agar-agar dari bakteri vinegar.
b. Metoda Perendaman (Submerged Method)
- Umpan yang mengandung 8-12 % etanoldiinokulasi dengan Acetobacter acetigenum.
- Temperatur proses dipertahankan pada rentang suhu 24-29 oC.
- Bakteri tumbuh di dalam suspensi antara gelembung udara dan cairan yang difermentasi.
- Umpan dimasukkan melewati bagian atas tangki.
- Udara didistribusikan dalam cairan yang difermentasi sehingga membentuk gelembung-
gelembung gas.Udara keluar tangki melewati pipa pengeluaran di bagian atas tangki.
- Temperatur proses dipertahankan dengan menggunakan koil pendingin stainless steel yang
terpasang di dalam tangki.
- Defoamer yang terpasang di bagian atas tangki membersihkan busa yang terbentuk dengan
sistem mekanik.
2. Bahan
a. Air legen 350 ml f. Indikator PP
b. Sari buah nanas 1600 ml g. NaOH 0,05 N
c. Air kelapa 350 ml h. Sukrosa 5 gram
d. Glukosa anhidris 10 gram i. Ragi roti 0,5%W
e. Alkohol (etanol) 10 ml
d. Masukkan ke dalam erlenmeyer, tutup rapat menggunakan aluminium foil, pasang selang
aerator.
e. Lakukan aerasi selama 7 hari dan jaga aerasi berjalan lancar.
2. Persiapan Bahan
a. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan dengan menggunakan autoclave hingga suhu
121oC
b. Sari buah dipanaskan dalam beaker glass pada suhu 60oC selama 30 menit, kemudian
didinginkan hingga suhu 30oC.
c. Tambahkan sukrosa 5 gram dan atur pH sesuai variabel dengan menggunakan HCl atau
NaOH.
d. Tambahkan yeast sebanyak 0,5 %w.
e. Tutup rapat bahan dan diamkan selama 7 hari.
IV.1 Pembahasan
4.1 Pengaruh waktu fermentasi dan jenis starter terhadap kadar asam asetat
Chart Title
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 1 2 5
variabel 1 air legen variabel 2 air legen variabel 3 air legen variabel 4 air legen
variabel 1 air kelapa variabel 2 air kelapa variabel 3 air kelapa variabel 4 air kelapa
Pada grafik yang menunjukkan hubungan kadar asam astetat dengan waktu fermentasi
pada air legen. Asam asetat yang dihasilkan merupakan hasil dari fermentasi mikroorganisme
yaitu bakteri acetobacter aceti yang dapat terbukti dengan berkurangnya volume total dari hari ke
hari. Berkurangnya volume tersebut dikarenakan nutrien-nutrien yang terdapat di dalam sampel
yang digunakan untuk sumber energi yang menyebabkan volume larutan berkurang seiring
berjalannya waktu.
Pada variabel 1 diperoleh kadar asam asetat paling tinggi dengan nilai 0, 15% dengan
penambahan starter 10% sari buah. Berbeda dengan variabel air legen yang juga ditambahkan
dengan starter 10% sari buah hanya menghasilkan kadar asam asetat kurang dari 0, 15%. Hal ini
terjadi akibat Mikroba yang bersifat fermentatif dapat mengubah karbohidrat dan turunan-
turunannya terutama menjadi alkohol, asam dan CO2. Mikroba proteolitik dapat memecah protein
dan komponen-komponen nitrogen lainnya sehingga menghasilkan bau busuk yang tidak
diinginikan sedangkan mikroba lipolitik akan memecah atau menghidrolisa lemak, fosfolipida dan
turunannya dengan menghasilkan bau yang tengik (Winarno et al., 1980). Bau tengik dan bau
busuk yang terdapat pada air legen mengindikasikan telah terjadi proses fermentasi sehingga kadar
alkohol di dalam tomat busuk lebih besar yang menyebabkan kadar asam asetatnya lebih tinggi.
Diantara semua variabel yang menggunakan air legen, kadar asam asetat paling banyak
yang diperoleh ada pada variabel 1 dengan starter 10% sari buah yaitu sebesar 0, 15%. Fungsi
penambahan starter adalah untuk menghambat mikroorganisme yang tidak diinginkan dan untuk
menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme (Waluyo, 1984). Apabila
jumlah starter yang dihasilkan semakin banyak, kondisi yang tercipta untuk mikroorganisme juga
semakin baik sehingga asam asetat yang terbentuk pun semakin optimum.
Pada grafik diatas merupakan grafik kadar asam asetat pada variabel air kelapa. Asam
asetat yang dihasilkan merupakan hasil dari fermentasi mikroorganisme yaitu bakteri acetobacter
aceti yang dapat terbukti dengan berkurangnya volume total dari hari ke hari. Akibat dari
fermentasi tersebut menyebabkan volume asam asetat semakin kecil.
Dilihat dari grafik Pada variabel 1 diperoleh kadar asam asetat paling tinggi dengan nilai
0,0015% dengan penambahan starter 10% sari buah.Penambahan starter tersebut menjadi yang
paling optimum dikarenakan jumlah nutrisi yang ada dan sukrosa yang ditambahkan sesuai
dengan laju pertumbuhan mikroorganisme yang ada sehingga tidak terjadi persaingan yang
menyebabkan kadar yang terbentuk pun cukup tinggi.
Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pembentukan asam asetat dipengaruhi
oleh konsentrasi sukrosa awal. Penambahan sukrosa awal 5% memberikan produksi asam asetat
yang tertinggi (Kusnadi, 2003). Dimana pada percobaan ini jumlah sukrosa yang ditambahkan 5
%. Penambahan sukrosa yang sesuai ini menyebabkan nutrisi yang ada untuk mikroorganisme
tercukupi sehingga pada penambahan starter 10% sari buah kadar asam asetat yang terbentuk
tinggi.
0.0018
0.0016
Kadar Asam Asetat (%)
0.0014
0.0012
0.001
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0
0 1 2 5
Waktu (hari)
pH 3 pH 4 pH 5 pH 6
Gambar 4.2.1. Grafik pH Terhadap Kadar Asam Asetat dengan Starter Air Legen
0.0018
0.0016
pH 3 pH 4 pH 5 pH 6
Gambar 4.2.2. Grafik pH Terhadap Kadar Asam Asetat dengan Starter Air Kelapa
Dari diagram di atas, diketahui bahwa pada starter air legen variabel dengan pH
3,4 dan 5 pada hari kelima mengalami penurunan, sedangkan untuk variabel dengan pH 6
mengalam kenaikan pada hari kelima. Begitu pula pada starter air kelapa, variabel dengan
pH 3 dan 4 cenderung turun dari hari ke hari tetapi mengalam kenaikan pada hari terakhir.
Variabel dengan pH 5 dan 6 dari hari ke hari cenderung mengalami kenaikan kadar asam
asetat. Dari kedua grafik, nilai kadar asam asetat yang paling tinggi adalah pada pH 3 dan
4. Kondisi tersebut adalah kondisi paling baik bagi aktivitas bakteri Acetobacter aceti.
Bakteri Acetobacter aceti tumbuh baik dalam media yang memiliki pH 3-4. Jika pH lebih
dari empat atau kurang dari tiga, maka proses fermentasi tidak akan dapat berjalan
optimum (Imroatin,2013).
1 1
0.95
Densitas
0.5
0.9
0.85 0
0 1 2 5
0.8
0.75
0 1 2 5 Waktu (hari)
variabel 1 variabel 2 variabel 3 variabel 4 variabel 1 variabel 2 variabel 3 variabel 4
Waktu (hari)
Gambar 4.3.1 diagram densitas asam asetat vs waktu Gambar 4.3.2 diagram densitas asam
asetat vs waktu
Gambar di atas adalah diagram perubahan densitas asam astetat terhadap waktu fermentasi
pada sampel dari starter air legen dan kelapa. Dari diagram diatas dapat disimpulkan, bahwa
densitas mengalami peningkatan dari hari ke hari. Hal disebabkan oleh densitas sampel yang
berubah dari hari ke hari yang semakin mendekati densitas dari asam astetat yang terbentuk
selama proses fermentasi. Menurut referensi bila dibiarkan, kandungan gula di dalam air Legen
akan menjadi alkohol melalui proses fermentasi selama beberapa hari dengan kandungan
alkohol sekitar 4%. Sedangkan kadar asetat pada air legen yaitu sebesar 0,424%. Pada praktikum
kali ini pada awalnya kadar yang kita dapatkan masih besar karena mengikuti kadar dari alcohol.
Seiring waktu aerasi alcohol mengalami kontraksi volume sehingga volume akan berkurang dan
kadar alcohol menjadi menurut dan kadar asetat menjadi naik sehingga pada akhirnya kadar asetat
hampir sama dengan kadar pada referensi. Jadi seiring lama waktunya aerasi kadar asam asetat
menjadi lebih besar dan menyebabkan kadar dari alcohol menurun. Begitu juga dengan air kelapa,
pada hari pertama kadar alkoholnya besar karena belum semuanya bereaksi membentuk asam
asetat, setelah mengalami aerasi sealama beberapa hari kadar alcohol akan menurun karena terjadi
kontraksi volume pada variable air kelapa karena kontraksi volume itu juga menyebabkan kadar
asam asetat menjadi meningkat.
Selain itu densitas menurun juga dapat disebabkan oleh pengurangan volume dari hari ke
selama fermentasi.
ρ = m/v
m = massa (gr)
v = volume (ml)
Dari persamaan di atas, jika volume semakin kecil dengan massa tetap, maka densitas makin
besar.
(Perry’s Chemical Engineer’s
Handbook)
Namun terjadi penyimpangan densitas starter air legen pada variabel 2 di hari ke-2,
dimana densitas mengalami penurunan. Penyimpangan ini dapat dikarenakan, berkurangnya
biomassa yang dihasilkan karena dipengaruhi oleh pertumbuhan bakteri acetobacter yang
terhambat karena berkurangnya nutrient-nutrient dalam larutan yang disebabkan eksporasi pada
larutan.
250
200
Volume (ml)
150
100
50
0
0 1 2 5
Waktu (hari)
250
200
Volume (ml)
150
100
50
0
0 1 2 5
Waktu (hari)
Gambar 4.2.4.1. Diagram Volume vs Waktu Fermentasi dengan Starter Air Kelapa
Dari grafik di atas, volume variabel 1,2,3, dan 4 pada starter air legen maupun air
kelapa cenderung mengalami penurunan. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan
bakteri dari genus Acetobacter dalam kondisi aerobik. Salah satu spesies yang banyak
digunakan untuk fermentasi asam asetat adalah Acetobacter aceti. Reaksi dasar
fermentasi asam asetat adalah seperti pada persamaan:
Kecenderungan volume yang semakin hari semakin menurun sesuai dengan reaksi
diatas, dimana alkohol yang direaksikan dengan oksigen akan menghasilkan asam asetat dan H2O.
H2O berupa gas yang dihasilkan bersamaan dengan asam asetat kemudian menguap, sehingga
semakin hari volume dari asam asetat semakin menurun (Hardoyo,2007).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Kadar asam asetat paling besar adalah 0,17% pada variabel 1 Air Legen dan Air Kelapa
dan starter 10% sari buah..
2. Sebagian besar variabel mengalami kenaikan densitas dikarenakan proses fermentasi
menyebabkan semakin banyak asam asetat yang terbentuk.
3. Penambahan starter optimum adalah 10% sari buah.
V.2 Saran
1. Melakukan sterilisasi pada sari buah Nanas dan alat-alatnya.
2. Melakukan pengaturan pH secara tepat.
3. Memastikan proses aerasi berjalan dengan baik.
4. Menghitung densitas dan mengukur volume larutan dan titran secara tepat.
5. Melakukan titrasi asam basa sampai berwarna merah muda hampir hilang
DAFTAR PUSTAKA
Pada t0 (0 hari)
Variabel 1
(2,3 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 250 𝑚𝑙 1
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 = 0,01725 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙 10
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,999 𝑥 250𝑚𝑙 = 249,75 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,01725 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,0069 %
249,75 𝑔𝑟
Variabel 2
(1,3 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 230 𝑚𝑙 1
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 = 0,00897 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙 10
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1.001 𝑥 230 𝑚𝑙 = 230,23 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,00897 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,0039 %
230,23 𝑔𝑟
Variabel 3
(1.1 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 245 𝑚𝑙 1
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 = 0,0081 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙 10
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1.006 𝑥 245𝑚𝑙 = 246,47 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,0081 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0.0033 %
246,47 𝑔𝑟
Variabel 4
(2.5 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 245 𝑚𝑙 1
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 = 0,0184 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙 10
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,996 𝑥 245 𝑚𝑙 = 244,02 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,0184 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,0075 %
244,02 𝑔𝑟
Pada t1 (1 hari)
Variabel 1
(0,55 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 144 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,24 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1,01 𝑥 144 𝑚𝑙 = 145,44 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,24 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,17 %
145,44 𝑔𝑟
Variabel 2
(0,4 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 168 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,2 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1,000 𝑥 168 𝑚𝑙 = 168 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,2 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,12 %
168 𝑔𝑟
Variabel 3
(0,4 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 138 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,17 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1,0118 𝑥 138 𝑚𝑙 = 139,628 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,17 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,12 %
139,628 𝑔𝑟
Variabel 4
(0,3 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 185 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,17 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,99 𝑥 185 𝑚𝑙 = 183,15 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,17 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,092 %
183,15 𝑔𝑟
Pada t2 (2 hari)
Variabel 1
(0,5 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 104 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,16 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1,014 𝑥 104 𝑚𝑙 = 105,456 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,16 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,15 %
105,456 𝑔𝑟
Variabel 2
(0,4 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 163 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,2 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,978 𝑥 163 𝑚𝑙 = 159,414 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,2 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,13 %
159,414 𝑔𝑟
Variabel 3
(0,4 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 130 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,16 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1,004 𝑥 130 𝑚𝑙 = 130,52 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,16 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,12 %
130,52 𝑔𝑟
Variabel 4
(0,3 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 136 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,12 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,996 𝑥 136 𝑚𝑙 = 135,456 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,12 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,09 %
135,456 𝑔𝑟
Pada t3 (5 hari)
Variabel 1
(0,2 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 92 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,06 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,996 𝑥 92 𝑚𝑙 = 91,632 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,06 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,07 %
91,632 𝑔𝑟
Variabel 2
(0,4 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 100 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,12 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,981 𝑥 100 𝑚𝑙 = 98,1 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,12 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,12 %
98, 1 𝑔𝑟
Variabel 3
(0,3 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 122 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,11 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,958 𝑥 122 𝑚𝑙 = 116,876 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,11 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,094 %
116,876 𝑔𝑟
Variabel 4
(0,3 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 128,5 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,12 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,983 𝑥 128,5 𝑚𝑙 = 126,316 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,12 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,094 %
126,316 𝑔𝑟
Pada t0 (0 hari)
Variabel 1
(0,5 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 175 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,26 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,853 𝑥 175𝑚𝑙 = 149,275 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,26 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,17 %
149,275 𝑔𝑟
Variabel 2
(0,4 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 174 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,21 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,855 𝑥 174 𝑚𝑙 = 148,77 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,21 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,14 %
148,77 𝑔𝑟
Variabel 3
(0,3 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 176 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,16 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,857 𝑥 176𝑚𝑙 = 150,832 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,16 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,11 %
150,832 𝑔𝑟
Variabel 4
(0,2 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 193 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,12 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,862 𝑥 193 𝑚𝑙 = 166,366 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,12 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,072 %
166,366 𝑔𝑟
Pada t1 (1 hari)
Variabel 1
(0,5 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 169 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,25 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,994 𝑥 169 𝑚𝑙 = 167,986 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,25 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,15 %
167,986 𝑔𝑟
Variabel 2
(0,4 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 146 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,18 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1,01 𝑥 146 𝑚𝑙 = 147,46 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,18 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,12 %
147,46 𝑔𝑟
Variabel 3
(0,4 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 165 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,2 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1,004 𝑥 165 𝑚𝑙 = 165,66 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,2 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,12 %
165,66 𝑔𝑟
Variabel 4
(0,3 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 188 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,17 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,998 𝑥 188 𝑚𝑙 = 187,624 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,17 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,091 %
187,624 𝑔𝑟
Pada t2 (2 hari)
Variabel 1
(0,5 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 139 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,21 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1,105 𝑥 139 𝑚𝑙 = 153,595 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,21 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,14 %
153,595 𝑔𝑟
Variabel 2
(0,4 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 142 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,17 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1,017 𝑥 142 𝑚𝑙 = 144,414 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,17 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,12 %
144,414 𝑔𝑟
Variabel 3
(0,4 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 159 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,19 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 1,015 𝑥 159 𝑚𝑙 = 161,385 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,19 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,12 %
161,385 𝑔𝑟
Variabel 4
(0,3 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 180 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,16 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,986 𝑥 180 𝑚𝑙 = 177,48 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,16 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,09 %
177,48 𝑔𝑟
Pada t3 (5 hari)
Variabel 1
(0,5 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 55 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,08 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,977 𝑥 55 𝑚𝑙 = 53,735 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,08 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,15 %
53,735 𝑔𝑟
Variabel 2
(0,4 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 121 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,15 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,981 𝑥 121 𝑚𝑙 = 118,701 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,15 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,13 %
118,701 𝑔𝑟
Variabel 3
(0,2 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 90 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,054 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,983 𝑥 90 𝑚𝑙 = 88,47 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,054 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,061 %
88,47 𝑔𝑟
Variabel 4
(0,3 𝑚𝑙. 0,05 𝑁). 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 169 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 𝑥 10 = 0,15 𝑔𝑟
1000 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
𝑔𝑟
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 0,985 𝑥 169 𝑚𝑙 = 166,465 𝑔𝑟
𝑚𝑙
0,15 𝑔𝑟
% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 0,09 %
166,465 𝑔𝑟