Anda di halaman 1dari 4

MODEL – MODEL BELAJAR

A. BELAJAR KOLABIRATIF (COLLABORATIVE LEARNING)

Dua unsur yang penting dalam belajar kolabiratif adalah (1) adanya tujuan yang sama, dan(2)
ketergantungan yang positif.

Pertama, dalam mencapai tujuan tertentu, siswa bekerjasama dengan teman untuk
merencanakan strategi pemecahan masalah yang di tugaskan oleh guru. Dua orang siswa atu
sekelompok kecil siswa berdiskusi untuk mencari jalan keluar, menetapkan keputusan bersama.
Setiap orang mengemukakan ide saling menanggapi, yang pada akhirnya dapat mengembangkan
pengetahuan bersama maupun pengetahuan masing-masing individu.

Kedua, ketergantungan yang positif, setiap anggota kelompok hanya dapat berhasil mencapai
tujuan apabila seluruh angota bekerja sama. Dengan demikian, dalam belajar kolaboratif,
ketergantungan individu sangat tinggi.

B. BELAJAR KUANTUM (QUANTUM LEARNING)

Model belajar ini muncul untuk menanggulangi masalah yang paling sukar di sekolah yaitu
“kebosanan”. Istilah kuantum secara harfiah berarti “kualitas sesuatu”, mekanis (yang berkenaan
dengan gerak). Kuantum mekanis merupakan studi tentang gerakan-gerakan partikel-partikel
subatomic (Shelton, 1999). Quantum learning merupakan seperangkat metode dan falsafah
belajar. De Porter & Hernacki (1999) mendefinisikan quantum learning sebagai interaksi-
interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya, sedangkan Agus Hermanto (2002) mengatakan
bahwa quantum learning menjelaskan bagaimana cara belajar efektif sehingga mendapatkan
hasil yang sama dengan kecepatan cahaya. Metode membaca kuantum adalah sebagai quantum
learning mencapai kecepatan cahaya.

C. BELAJAR KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)

Kooperatif berarti bekerjasama untuk menyelesaikan satu tujuan. Dalam kegiatan kooperatif,
seseorang mencari hasil yang menguntungkan bagi dirinya dan menguntungkan pula bagi
seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan
kelompok kecil sehingga siswa bekerjasama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri
juga anggota lain. Idenya sangat sederhana, anggota kelas di organisasikan kedalam kelompok-
kelompok setelah menerima pembelajaran dari guru. Kemudian, kemudian para siswa itu
mengerjakan tugan sampai semua anggota kelompok siswa berhasil memahaminya.

Usaha-usaha kooperatif menghasilkan participant berusaha saling menguntungkan. Jadi,


semua anggota kelompok tambahan dari usaha-usaha satu sama lain, pengakuan bahwa semua
anggota kelompok berbagi nasib bersama, pengenalan bahwa kinerja seseorang selain
disebabkan oleh dirinya sendiri, juga saling membantu dengan teman-temannya.

1
Kata kooperatif digunakan pada anak-anak yang bersikap manis, bersedia berbagi bahan-
bahan yang dimiliki. Ini merupkan perilaku social yang tepat dalam suatu lingkungan tertentu,
tetapi tidak berarti bahwa anak-anak perlu ambil bagian dalam kegiatam belajar kooperatif.
Belajar kooeratif bukan harmonisasi, dan sering melibatkan konflik intelektual. Kegiatan
kooperatif dapat dikatakan eksis apabila dua orang atau lebih bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang sama.

D. BELAJAR TEMATIK

Belajar tematik didefinisikan sebagai suatu kegiatan belajar yang dirancang sekitar ide
pokok(tema), dan melibatkan beberapa bidang studi yang berkaitan dengan tema. Pendekatan ini
dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk menciptakan konteks dalam berbagai jenis
pengembangan yang terjadi sehingga apa yang di pelajari atau dibahas disajikan secara utuh dan
menyeluruh, bukan bagian-bagian dari satu konsep yang utuh. Pappas (1995) mengatakan bahwa
pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang digunakan guru untuk mendorong
partisipasi aktif pebelajar dalam kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada suatu topic yang
disukai pebelajar dan dipilih untuk belajar.

2
RUMPUN MODEL MENGAJAR

A. RUMPUN MODEL SOSIAL

Joice & Weil (2000) mengatakan bahwa model-model social dirancang untuk menilai
keberhasilan dan tujuan akademik, termasuk studi tentang nilai-nilai social, kebijakan publik dan
memecahkan masalah. Dalam berbagai rumpun model belajar, rumpun model social dipaparkan
pertama kali karena perkembangan social pebelajar sangat penting pada semua kegiatan
pembelajaran. Apabila pebelajar bekerja sama yang menimbulkan energi kolektif disebut sinergi.
Model mengajar sosisal diciptakan untuk membentuk masyarakat belajar. Kegiatan terpenting
dalam pengelolaan kelas sebenarnya merupakan pengembangan hubungan kooperatif di dalam
kelas.

B. RUMPUN MODEL PEMROSESAN INFORMASI

Model pemrosesan informasi menekankan pada cara meningkatkan pembawaan seseorang


memahami dunia dengan memperoleh dan mengorganisaikan data, memahami masalah dan
mencari pemecahannya, serta mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk
menyampaikannya. Beberapa model memberikan informasi konsep-konsep kepada pebelajar, di
antaranya menekan pada bentuk-bentuk konsep dan pengujian hipotesis, sedangkan yang lain
membangkitkan cara berfikir kreatif. Hanya sedikit yang di rancang untuk meningkatkan
kemampuan intelektual umum. Banyak model pemrosesan informasi yang digunakan untuk
mempelajari kemampuan untuk menilai tujuan pendidikan pribadi maupun social.

C. RUMPUN MODEL PERSONAL

Model belajar personal dimulai dari pandangan tentang harga diri individu. Seseorang berusaha
memperoleh pendidikan sehingga berusaha memahami diri sendiri dengan lebih baik,
bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri, dan belajar mencapai pengembangan yang baru
dengan lebih kuat, lebih sensitif, dan lebih kreatif dalam meraih kehidupan yang berkualitas
tinggi.

D. RUMPUN MODEL SISTEM PERILAKU

Dasar teoretik model ini sering disebut teori belajar social, modifikasi perilaku, terapi perilaku,
dan cybernetic. Manusia memiliki sistem komunikasi koreksi diri yang memodifikasi perilaku
dalam merespos informasi tentang seberapa jauh keberhasilan tugas-tugas yang dikehendaki.

3
DAFTAR PUSTAKA

Boud, D. & Feletti, G.I. (Ed.). (1997). The Challenge of Problem-Based Learning. Boston: Allyn
& Bacon.

Bouhuiys, A.A.J., Schmidt, H.G., Berkel, H.J.M. (Eds.). (1993). Problem-Based Learning on
Educational Strategy. Netherlands: Network Publishers.

Elaine, B. (2002). Contextual Teaching & Learning. California: Corwin Press, Inc.

Frazee, B.M. & Rudnitski, R.A. (1995). Integrated Teaching Methods. Washington: Delmar
Publishers.

Hill, S. & Hill, T. (1996). The Collaborative Classroom. Australia: Leanor Curtain Publishing.

Slavin. R.E. (1995). Cooperative Learning. Theory, Research and Practice. Boston : Allyn &
Bacon

Yoice, B. & Marsha, W. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn & Bacon.

Anda mungkin juga menyukai