Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, masyarakat yang dibutuhkan saat ini bukan
sekedar mereka yang mampu memahami ilmu pengetahuan tertentu saja akan
tetapi lebih dalam dari itu. Saat ini, masyarakat dituntut untuk memanfaatkan
pengetahuannya secara optimal agar lebih cerdas dan kritis dalam menerima dan
mengolah informasi. Hal ini sangat penting untuk menunjang pemecahan masalah
yang semakin kompleks. Untuk itu pendidikan saat ini diharapkan mampu
mengembangkan siswa untuk berfikir kreatif, fleksibel, memecahkan masalah,
ketrampilan berkolaborasi dan inovatif yang dibutuhkan untuk sukses dalam
pekerjaan maupun kehidupan.
Berdasarkan Standar Isi tersebut, matematika sebagai salah satu mata
pelajaran wajib diharapkan tidak hanya membekali siswa dengan kemampuan
untuk mengunakan perhitungan atau rumus dalam mengerjakan soal tes saja akan
tetapi juga mampu melibatkan kemampuan bernalar dan analitisnya dalam
memecahkan masalah sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pandangan NCTM
(National Council of Teaching Mathematics) yang menjadikan problem solving
(Pemecahan Masalah), reasoning and proof (Penalaran dan Pembuktian),
communication (Komunikasi) dan representation (Penyajian) sebagai standar
proses pada pembelajaran matematika.
Tuntutan kemampuan siswa dalam matematika tidak sekedar memiliki
kemampuan berhitung saja, akan tetapi kemampuan bernalar yang logis dan kritis
dalam pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini tidak semata-mata masalah
yang berupa soal rutin akan tetapi lebih kepada permasalahan yang dihadapi
sehari-hari. Kemampuan matematis yang demikian dikenal sebagai kemampuan
literasi matematika.Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Programme for
International Student Assessment (PISA), kemampuan literasi matematika siswa
di Indonesia masih rendah. Indonesia berada di bawah rata-rata internasional.
Tidak hanya itu, mayoritas siswa hanya dapat menyelesaikan masalah dibawah
level 2. Melihat fakta terebut, kemampuan literasi matematika siswa di Indonesia
masih perlu untuk ditingkatkan.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi matematika ini, guru,
pemerintah maupun pemerhati pendidikan perlu memahami terlebih dahulu apa
itu literasi matematika.
Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus
dikuasai seseorang, sehingga diharapkan pendidikan dapat mempersiapkan siswa
untuk menguasai berbagai keterampilan tersebut agar menjadi pribadi yang sukses
dalam hidup. Keterampilan-keterampilan penting di abad ke-21 masih relevan
dengan empat pilar kehidupan yang mencakup learning to know, learning to do,
learning to be dan learning to live together. Pada abad terakhir ini telah terjadi
pergeseran yang signifikan dari layanan manufaktur kepada layanan yang
menekankan pada informasi dan pengetahuan (Scott, 2015a). Teknologi informasi
dan komunikasi telah mengubah cara kita belajar, sifat pekerjaan yang dapat
dilakukan, dan makna hubungan sosial. Pengambilan keputusan bersama, berbagi
informasi, berkolaborasi, berinovasi, dan kecepatan bekerja menjadi aspek yang
sangat penting pada saat ini. Siswa diharapkan tidak lagi berfokus untuk berhasil
dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan manual atau pekerjaan rutin berbantuan
mesin ataupun juga pekerjaan yang mengandalkan pasar tenaga kerja murah.
Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin
siswa memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan
teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan
menggunakan keterampilan untukhidup (life skills).
Pembelajaran matematika pada abad 21 memiliki tujuan dengan
karakteristik 4C, yaitu; Communication, Collaboration, Critical Thinking and
Problem Solving, Creativity and Innovation . Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh lebih dari 250 peneliti dari 60 institusi dunia yang
tergabung dalam ATC21S (Assessment & Teaching of 21st Century Skills)
mengelompokkan kecakapan abad 21 dalam 4 kategori, salah satunya adalah cara
berpikir (ATC21S, 2013).
Kemampuan berpikir terbagi atas dua bagian, yaitu kemampuan berpikir
tingkat rendah ( Low Order Thinking Skill atau LOTS) dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill atau HOTS).
Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa merupakan salah satu barometer
tingkat intelektualitas bangsa. Oleh karena itu, pada abad 21 ini proses
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah maupun di perguruan tinggi harus
benar-benar diperhatikan, agar dapat menghasilkan lulusan yang kompeten.
HOTS yang dimaksud dalam kajian ini adalah kemampuan berpikir kritis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan literasi matematika?
2. Apa yang dimaksud dengan keterampilan abad-21?
3. Apa yang dimaksud dengan berpikir tingkat tinggi ( higher order
thingking/HOT )?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah
adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan literasi matematika
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keterampilan abad-21
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan berpikir tingkat tinggi (
higher order thingking/HOT )

Anda mungkin juga menyukai