Anda di halaman 1dari 3

Ekonomi Hijau adalah sebuah rezim ekonomi yang meningkatkan "Selain itu, insentif kurang dari pemerintah.

ng dari pemerintah. Hal itu dibutuhkan untuk


kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi risiko berkompetisi dengan ekonomi konvensional," tambahnya.
lingkungan secara signifikan. Ekonomi Hijau juga berarti perekonomian Pemerintah, menurutnya, terus mendobrak tantangan tersebut dengan
yang rendah atau tidak menghasilkan emisi karbon dioksida dan polusi berbagai kebijakan. Insentif fiskal maupun non fiskal diklaim telah tersedia
lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial.[1] Sedangkan saat ini.
ekonomi hijau ekologis merupakan sebuah model pembangunan ekonomi Insentif fiskal yang di sediakan, antara lain, pembebasan pajak dalam
yang berlandaskan pembangunan berkelanjutan dan pengetahuan ekonomi periode tertentu atau tax holiday, bagi lima sektor industri pionir.
ekologis. "Tax holiday, 5-10 tahun untuk lima industri pionir termasuk biofuel,"
Ciri ekonomi hijau yang paling membedakan dari rezim ekonomi lainnya ujarnya.
adalah penilaian langsung kepada modal alami dan jasa ekologis sebagai nilai Ada pula, lanjut Franky, keringanan pajak atau tax allowance untuk
ekonomi dan akuntansi biaya di mana biaya yang diwujudkan ke masyarakat industri-industri yang memperbesar investasinya di Indonesia. Fasilitas itu
dapat ditelusuri kembali dan dihitung sebagai kewajiban, kesatuan yang tidak juga diberikan untuk perusahaan yang melakukan transfer teknologi.
membahayakan atau mengabaikan aset. Untuk tinjauan umum tentang Sementara itu, untuk insentif non fiskal, BKPM telah mengembangkan
kebijakan pembangunan lingkungan internasional yang menuju ke laporan pelayanan satu pintu untuk perizinan investasi. Diharapkan dengan upaya
Ekonomi Hijau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), tersebut, bisa mempermudah investasi yang masuk.
lihat Runnals (2011).[2] Pemeritah juga akan membangun zona ekonomi khusus baru. Agar
diharapkan perkembangan ekonomi bisa merata.
Tantangan dan Peluang Ekonomi Hijau di Indonesia "Izin pekerja asing juga bisa dilakukan di BKPM," tambahnya.
VIVA.co.id - Indonesia terus mendorong perkembangan ekonomi hijau Lebih lanjut, menurut Franky, saat ini ada sekitar tujuh sektor yang
dalam menjaring investasi. Namun, ada sejumlah tantangan yang harus memiliki potensi besar di Indonesia. Antara lain, agrikultur, perikanan,
dihadapi pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut. kehutanan dan energi terbarukan.
Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani, Senin, 27 "Selama lima tahun terakhir, realaisasi dalam tujuh potensi itu sebesar
April 2015 memaparkan, tantangan tersebut antara lain, masih banyaknya US$41 miliar, dan pertumbuhan tahunannya 20-24 persen," ungkapnya.
industri yang menggunakan teknologi tua.
Kemampuan industri dalam mengembangkan teknologinya juga masih KONSEP EKONOMI HIJAU (GREEN ECONOMICS)
terbatas. Pada Oktober 2008, UNEP mencetuskan gagasan mengenai “Green
"Banyak industri yang tidak menganggarkan perbaruan teknologi," ujarnya, Economy” dalam rangka mendukung upaya penurunan emisi gas rumah
dalam pembukaan Tropical Landscapes Summit bertajuk A Global kaca. Gagasan “green economy” tersebut bertujuan memberikan peluang
Investment Opportunity 2015. yang besar bagaimana upaya memanfaatkan konsepsi “green economy”
Tantangan selanjutnya, kata dia, masih rendahnya kualitas Sumber Daya dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada
Manusia (SDM). Sehingga, penerapan ekonomi hijau belum bisa aspek lingkungan dan ekosistem.
diimplementasikan dengan maksimal. Dengan demikian, Green Economy merupakan suatu alat/sarana yang
diharapkan mampu memberikan tiga keluaran, yaitu
1) adanya sumber-sumber penghasilan serta lapangan pekerjaan yang baru;
2) emisi karbon yang rendah, mengurangi penggunaan sumber daya alam,
dan mengurangi peningkatan polusi dan limbah; serta
3) memberikan kontribusi untuk tujuan sosial yang lebih luas melalui
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, kesetaraan sosial, dan
pengurangan kemiskinan, meskipun tujuan sosial tersebut kadangkadang
tidak terjadi secara otomatis. Namun, tujuan sosial tersebut memerlukan
kebijakan kelembagaan yang spesifik dan harus melekat pada kegiatan green
economy.
Sehubungan dengan itu semua, maka ekonomi hijau secara singkat dicirikan
sebagai:
peningkatan investasi hijau; peningkatan kuantitas dan kualitas lapangan
pekerjaan pada sektor hijau; peningkatan pangsa sektor hijau; penurunan
energi/sumberdaya yang digunakan dalam setiap unit produksi; penurunan
CO2 dan tingkat polusi per GDP yang dihasilkan; serta (vi) penurunan
konsumsi yang menghasilkan sampah (decrease in wasteful consumption).
Selanjutnya, untuk memberikan contoh-contoh riil penerapan konsep
ekonomi hijau, dalam berbagai literatur tentang ekonomi hijau disebutkan
paling tidak terdapat 11 (sebelas) sektor yang berkaitan dengan ekonomi
hijau, yaitu pertanian, bangunan, perkotaan, energi, perikanan, kehutanan,
industri pengolahan/manufakturing, pariwisata, transportasi, limbah, dan air.
Kesebelas sektor ini sangat penting untuk membentuk atau menentukan
terjadinya ekonomi hijau di suatu negara. Kekeliruan dalam pengembangan
di dalam sektorsektor ini dan keterkaitan diantaranya akan berpengaruh besar
terhadap proses pembentukan ekonomi hijau di suatu negara. 'Ekonomi hijau' dapat dilihat sebagai paradigma ekonomi baru,
Gambaran dan pemodelan ekonomi hijau mendorong pertumbuhan pendapatan dan lapangan kerja, sekaligus
Di seluruh dunia, sebagai bukti kerusakan ekologi dan biaya ekonomi telah mengurangi risiko dan kelangkaan lingkungan—singkatnya,
meningkat, minat untuk mencari pilihan selain 'bisnis seperti biasa' juga telah mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
meningkat. Perekonomian seperti itu dapat secara tajam mengurangi atau bahkan
memperbaiki kerusakan lingkungan, sekaligus mengurangi dan membantu
adaptasi terhadap perubahan iklim. Ini merupakan ekonomi alternatif yang
berlandaskan pada pengakuan nilai alam untuk masyarakat dan
penggabungan modal alam ke dalam kebijakan ekonomi dan pengambilan Mampukah masyarakat menerapkan ekonomi hijau? Apakah kita
keputusan di sektor swasta. sanggup jika tidak menerapkannya?
Konsep ekonomi hijau telah berkembang luas untuk menanggapi kebutuhan Mencari jawabannya adalah langkah penting dalam mengumpulkan
terhadap strategi pembangunan rendah karbon. Namun, tidak hanya secara keinginan politik dan konsensus untuk tantangan perubahan perubahan arah
dramatis mengurangi karbon dengan intensif, ekonomi hijau, khususnya di dan prioritas ekonomi yang tidak dapat dihindari.
negara-negara yang memiliki hutan seperti Brunei, Indonesia, dan Malaysia, Meningkatkan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial
harus sepenuhnya menghargai modal alam sebagai mesin pembangunan sekaligus mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi
berkelanjutan. secara signifikan.

Memberikan pertumbuhan secara luas dan pada saat yang sama


menjaga modal alam agar dapat memberikan ketahanan pangan,
air, iklim, tanah, dan sumber daya.

Memberikan prioritas pembangunan pemerintah lokal dan


nasional untuk kepentingan masyarakat, khususnya kelompok
yang paling miskin.

Menjadi lebih banyak modal alam untuk penggunaan di masa


depan, meningkatkan penyediaan barang untuk pendapatan
generasi mendatang dan menghindari biaya yang terkait dengan
kerusakan jasa ekosistem.
http://www.hobgreeneconomy.org/id/gambaran-dan-pemodelan-ekonomi-
hijau

Penerapan ekonomi hijau perlu mempertimbangkan kontribusi alam


terhadap PDB dan memikirkan kembali alokasi modal, insentif, pasar
dan indikator-indikator pembangunan.
Apa yang dibutuhkan untuk mengubah pola pembangunan dari yang berlaku
saat ini, dari pola yang tidak berkelanjutan menjadi pola ekonomi yang lebih
berkelanjutan dan hijau? Dan apa dampaknya terhadap pertumbuhan
ekonomi, lapangan pekerjaan, dan dampak perekonomian lainnya?

Anda mungkin juga menyukai