Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Bisnis Administrasi

Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

HUBUNGAN PREFERENSI GAYA BELAJAR VISUAL, AUDITORI DAN


KINESTETIK DENGAN PRESTASI MAHASISWA PROGRAM STUDI
ADMINISTRASI BISNIS POLITEKNIK LP3I MEDAN

1 2 3
Irwanto *, Dedi Wahyudi & Norisma Fitra
1,2,3
Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Medan
Telp. 061-7322634 Fax. 061-7322649
*E-Mail : irwan.irone2@gmail.com

ABSTRAK

Pendidikan dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil,
bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur. Hal tersebut bisa tercapai bila pelajar dapat
menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan hasil belajar yang baik. Strategy Based
Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinistetik adalah suatu pendekatan
belajar dengan strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
menentukan sendiri metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar yang
mengakomodir gaya belajar mahasiswa dan disesuaikan dengan pilihan yang dikehendaki oleh
mahasiswa. Dalam Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan
Kinistetik, dosen menjadi fasilitator dengan memberikan sejumlah alternatif metode pembelajaran yang
sudah disesuaikan dengan pokok bahasan dan mengakomodir gaya belajar mahasiswa. Tujuan dari
penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi
Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mahasiswa
pada pembelajaran mata kuliah Dasar Manajemen

Kata Kunci : Preferensi Gaya Belajar, Visual, Auditori Dan Kinestetik.

PENDAHULUAN tersebut bisa tercapai bila pelajar dapat


menyelesaikan pendidikan tepat pada
Kemajuan dan perkembangan jaman waktunya dengan hasil belajar yang baik.
selalu menuntut ada peningkatan kualitas Ada faktor dominan yang menentukan
sumberdaya manusia. Hal tersebut keberhasilan proses belajar adalah dengan
mengharuskan setiap orang mau tidak mau mengenal dan memahami bahwa setiap
untuk terus berupaya meningkatkan jenjang individu adalah unik dengan gaya belajar yang
pendidikannya. Hal tersebut sudah terjadi sejak berbeda satu dengan yang lain. Semua sama
manusia menghendaki kemajuan dalam uniknya dan sama berharganya. Kesulitan yang
kehidupan, sejak itulah timbul gagasan untuk timbul selama ini lebih disebabkan oleh gaya
melakukan pengalihan, pelestarian dan mengajar yang tidak sesuai dengan gaya
mengembangkan kebudayaan melalui belajar. Dan ditambah lagi jika peserta didik
pendidikan. Oleh karena itu, dalam sejarah sendiri tidak mengenal gaya belajar mereka.
pertumbuhan masyarakat, pendidikan (Gunawan, 2007).
senantiasa menjadi perhatian utama dalam Pembangunan bidang pendidikan di
rangka memajukan kehidupan generasi sejalan Indonesia memiliki kerangka hukum (Legal
dengan tuntunan masyarakat. framework) yang kuat sejak diundangkannya
Dalam perspektif keyakinan kita, Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
pendidikan memegang peranan penting dalam Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-
menciptakan dan mempersiapkan sumber daya undang tersebut dinyatakan, “Sistem
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu Pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan
pendidikan hendaknya dikelola, baik secara yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan
kualitas maupun kuantitas. Pendidikan pendidikan yang berkaitan satu sama lainnya
memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai untuk mengusahakan tercapainya tujuan
dengankemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan nasional.” Oleh karena itu, seluruh
teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai jalur, jenis dan jenjang pendidikan diakomodasi
kemanusiaan. Pendidikan juga dipandang dan dibina dalam suatu sistem pendidikan
sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan nasional.
yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung Seiring dengan perkembangan zaman,
jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur. Hal Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang

69
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Sistem Pendidikan Nasional dianggap tidak mahasiswa menuliskan dikertas. Hasil pilihan
memadai lagi dan perlu disempurnakan agar mahasiswa di saring, dipilih 3 metode yang
sesuai dengan amanat perubahan Undang- paling banyak dipilih mahasiswa. Berdasarkan
Undang Dasar Negara Republik Indonesia hasil pilihan mahasiswa itulah dosen akan
Tahun 1945, maka lahirlah undang-undang menggunakan metode pembelajaran dalam
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem kegiatan belajar mengajar.
Pendidikan Nasional. Bab I pasal 1 dalam Disamping itu ada alasan utama bagi
undang-undang ini menyebutkan Pendidikan penulis mengembangkan Strategy Based
adalah usaha sadar dan terencana untuk Student’s Choice dengan Preferensi Sensori:
mewujudkan suasana belajar dan proses Visual, Auditori dan Kinestetik yaitu adanya
pembelajaran agar peserta didik secara aktif suatu fakta bahwa selama ini metode
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pembelajaran yang sering digunakan dosen
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dalam pembelajaran masih bercorak
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, konvensional dan kurang inovatif, serta tidak
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, mengakomodir gaya belajar mahasiswa.
masyarakat, bangsa dan negara. Misalnya metode teoritis. Kelemahan metode
Metode pembelajaran yang berpusat pada ini menurut pengamatan peneliti sebagai
dosen (teacher centris) adalah cara pengajar adalah mahasiswa sering menjadi
pembelajaran yang menempatkan dosen jenuh, bosan, mengantuk, pasif dan hanya
sebagai pemberi informasi, pembina mencatat saja. Pelaksanaan pembelajaran
danpengarah satu-satunya dalam proses yang tidak menarik seperti ini mengakibatkan
belajar mengajar. Sebagaakibat dari konsep motivasi belajar mahasiswa melemah, karena
mengajar yang demikian itu, maka seorang motivasi belajar melemah maka bisa dipastikan
dosen yang mengajar mencukupkan dirinya prestasi belajar akan rendah. Kondisi inilah
pada penguasaan bahan pelajaran semata- yang terjadi di Kelas AB.SM.13.01 Politeknik
mata, tanpa harus mengetahui nilai apa saja LP3I Medan pada mata kuliah dasar
yang dapat disentuh oleh materi pelajaran yang manajemen. Dengan penerapan Strategy
akan diberikan kepada para mahasiswanya. Based Student’s Choice dengan Preferensi
Metode pembelajaran yang berpusat pada Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik
mahasiswa (student centris) merupakan diharapkan mahasiswa dapat belajar sesuai
pengembangan metode pembelajaran yang dengan gaya belajarnya dan sesuai dengan
semula dosen sebagai satu-satunya pemberi pilihannya sendiri, sehingga mampu
informasi, menjadi sebagai orang yang membangkitkan motivasi dan meningkatkan
bertindak sebagai director and fasilitator of prestasi belajar mereka.
learning, yakni pengarah dan pemberi fasilitas Prestasi belajar mahasiswa sangat terkait
untuk terjadinya proses belajar. Metode dengan banyak faktor, antara lain: faktor
pembelajaran yang memadukan antara yang internal, faktor eksternal dan faktor non
berpusat pada dosen (teacher centris) dan manusia. Faktor internal mahasiswa meliputi
mahasiswa (student centris) adalah suatu motivasi, percaya diri, ketekunan dan
metode pembelajaran yang di dalamnya terjadi kedisiplinan. Faktor eksternal misalnya faktor
interaksi antara dosen dan mahasiswa secara dari dosen, keluarga (orang tua) dan
bersama-sama, yaitu interaksi yang bersifat masyarakat. Faktor non manusia, misalnya
edukatif. kurikulum, sarana atau media pengajaran,
Strategy Based Student’s Choice dengan materi pelajaran, dan lain-lain. Karena luasnya
Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan pembahasan tentang faktor-faktor tersebut,
Kinistetik adalah suatu pendekatan belajar maka peneliti membatasi hanya pada
dengan strategi pembelajaran yang penggunaan strategi pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada mahasiswa digunakan dosen untuk meningkatkan motivasi
untuk menentukan sendiri metode dan prestasi belajar mahasiswa. Strategi
pembelajaran yang akan digunakan dalam dimaksud adalah Strategy Based Student’s
proses belajar mengajar yang mengakomodir Choice dengan Preferensi Sensori : Visual,
gaya belajar mahasiswa dan disesuaikan Auditori dan Kinistetik. Sedangkan rumusan
dengan pilihan yang dikehendaki oleh masalah dalam penelitian ini adalah Apakah
mahasiswa. Dalam Strategy Based Student’s Strategy Based Student’s Choice dengan
Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan
Auditori dan Kinistetik, dosen menjadi fasilitator Kinestetik dapat meningkatkan motivasi belajar
dengan memberikan sejumlah alternatif metode mahasiswa pada pembelajaran dasar
pembelajaran yang sudah disesuaikan dengan manajemen. Apakah Strategy Based Student’s
pokok bahasan dan mengakomodir gaya Choice dengan Preferensi Sensori : Visual,
belajar mahasiswa. Kemudian mahasiswa Auditori dan Kinestetik dapat meningkatkan
diminta untuk menentukan pilihan terhadap prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah
metode pembelajaran yang ia sukai. Setelah itu dasar menajemen.

70
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

KAJIAN PUSTAKA c. Strategi pembelajaran yang berpusat pada


materi pengajaran.
Strategi Pembelajaran Metode pembelajaran yang berpusat pada
dosen adalah cara pembelajaran yang
Strategi dapat diartikan sebagai suatu menempatkan dosen sebagai pemberi
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam informasi, pembina dan pengarah satu-satunya
usaha mencapai sasaran yang telah dalam proses belajar mengajar. Sebagai akibat
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar dari konsep mengajar yang demikian itu, maka
mengajar, strategi juga bisa diartikan sebagai seorang dosen yang mengajar mencukupkan
pola-pola umum kegiatan dosen dan anak didik dirinya pada penguasaan bahan pelajaran
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar semata-mata, tanpa harus mengetahui nilai-niai
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.1 apa saja yang dapat disentuh oleh materi
Dick dan Carey dalam Hamruni menjelaskan pelajaran yang akan diberikan kepada para
bahwa strategi pembelajaran terdiri atas mahasiswanya.
seluruh komponen materi pembelajaran dan Strategi pembelajaran sifatnya masih
prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang konseptual dan untuk mengimplementasikan
digunakan dosen dalam rangka membantu digunakan berbagai metode pembelajaran
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Jadi, metode pembelajaran dapat
tertentu. diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
Dalam memilih strategi, dosen harus mengimplementasikan rencana yang sudah
berpedoman pada tiga kriteria Sifat dari tujuan disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
belajar yang harus dicapai, kebutuhan untuk praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
memperkaya pengalaman belajar, seperti Metode pembelajaran yang dapat digunakan
meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik, untuk mengimplementasikan strategi
dan kemampuan mahasiswa yang tercakup pembelajaran, diantaranya: (1) Card Sort (sortir
dalam tugas. kartu); (2) Small Group Discussion (Diskusi
Keputusan untuk menentukan strategi Kelompok Kecil) ; dan (3) Talking Stick
mana yang harus digunakan merupakan fungsi (Tongkat berbicara).
interaksi antara ketiga variabel tesebut. Ketiga 1) Card Sort (sortir kartu) merupakan kegiatan
criteria tersebut merupakan persyaratan yang kolaboratif yang bisa digunakan untuk
harus dilaksanakan oleh dosen dalam memilih mengajarkan konsep, penggolongan, sifat
srtategi pembelajaran yang bertujuan fakta tentang suatu obyek, atau mengulang
membantu mahasiswa untuk mampu informasi. Gerakan fisik yang dilakukan
menemukan dan mengembangkan mahasiswa dapat membantu untuk memberi
kemampuannya sehingga berhasil dalam energi kepada kelas yang telah letih.
pembelajaran. Langkah selanjutnya setelah 2) Small Group Discussion (Diskusi Kelompok
dosen menentukan strategi pembelajaran, Kecil) merupakan salah satu teknik belajar
dosen hendaknya mampu merencanakan mengajar yang dilakukan oleh seorang
program pengajaran dengan strategi tersebut dosen di sekolah. Di dalam diskusi terjadi
dan sekaligus mampu pula melaksanakannya suatu proses interaksi antara dua atau
dalam bentuk pengelolaan kegiatan belajar lebih individu yang terlibat, saling tukar
mengajar. Bila dosen berhasil menukar pengalaman, informasi,
melaksanakannya dengan baik, akan tampak memecahkan masalah. Pembelajaran
perubahan-perubahan yang berarti bagi small group discussion adalah suatu
mahasiswa-mahasiswanya, antara lain timbul proses yang teratur yang melibatkan
sikap positif dalam belajarnya dan prestasi sekelompok individu dalam suatu interaksi
belajarnya akan meningkat. Bagi dosen sendiri tatap muka secara kooperatif untuk tujuan
keberhasilan tersebut akan meningkatkan membagi informasi, membuat keputusan
kepuasan, rasa percaya diri, dan semangat dan memecahkan masalah.
mengajar yang tinggi. Hal ini merupakan 3) Talking Stick (Tongkat Berbicara) adalah
keterampilan dasar mengajar yang perlu dibina metode pembelajaran yang dilakukan
dan dikembangkan sehingga menjadi dosen dengan bantuan tongkat, siapa yang
yang benar-benar profesional. memegang tongkat wajib menjawab
Jenis-jenis Strategi Pembelajaran pertanyaan dari dosen setelah mahasiswa
mempelajari materi pokoknya. Metode ini
Secara garis besar strategi pembelajaran memberikan pengalaman belajar yang
dikenal tiga macam, yaitu : menyenangkan, meningkatkan motivasi,
a. Strategi pembelajaran yang berpusat pada kepercayaan diri dan life skill, pendekatan
dosen (teacher centre strategies) ini ditujukan untuk memunculkan emosi
b. Strategi pembelajaran yang berpusat pada dan sikap positif belajar dalam proses
peserta didik belajar mengajar yang berdampak pada
peningkatan kecerdasan otak.

71
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Gaya Belajar dalam Pembelajaran Motivasi Belajar


Gaya belajar adalah cara yang konsisten Motivasi belajar adalah keseluruhan daya
yang dilakukan oleh seorang mahamahasiswa penggerak di dalam diri mahasiswa yang
dalam menangkap stimulus atau informasi, menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
cara mengingat, berpikir dan memecahkan kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang
soal. memberikan arah pada kegiatan belajar,
Michael Grinder, pengarang buku Righting sehingga tujuan yang dikehendaki oeh subjek
the Education Conveyor Belt telah belajar itu dapat tercapai.
mengidentifikasi adanya tiga gaya belajar yaitu Motivasi merupakan kekuatan yang
gaya belajar Visual, gaya belajar Auditorial dan tersembunyi yang mampu mendorong
gaya belajar Kinestetik. seseorang untuk bertindak dengan cara yang
a. Gaya Belajar Visual adalah gaya belajar khas. Dalam proses belajar mengajar motivasi
dengan cara melihat. Orang yang memiliki sungguh sangat diperlukan oleh setiap
gaya belajar visual memiliki ciri-ciri antara mahasiswa untuk meraih prestasi belajar.
lain : rapi dan teratur, berbicara dengan Seorang dosen yang dicintai mahasiswa adalah
cepat, perencana dan pengatur jangka yang bisa memberikan motivasi. Dosen adalah
panjang yang baik, teliti, mementingkan motivator yang membuat mahasiswa
penampilan baik dalam hal pakaian maupun senantiasa semangat dalam meraih cita-cita.
presentasi, mengingat apa yang dilihat Komponen-komponen Motivasi
daripada yang didengar, pembaca cepat
Motivasi mempunyai dua komponen yaitu
dan tekun, biasanya tidak terganggu dengan
pertama, komponen dalam (inner component)
keributan, lebih suka membaca daripada
yaitu kebutuhan-kebutuhan yang ingin
dibacakan, mencorat-coret tanpa arti
dipuaskan an kedua, komponen luar (outer
selama berbicara di telepon dan dalam
component) adalah tujuan yang hendak
rapat, lebih suka seni daripada musik.
dicapai.
b. Gaya Belajar Auditorial adalah gaya belajar
Dari uraian di atas, ada tiga unsur yang
yang mengandalkan pada pendengaran
saling berkaitan, yaitu :
untuk bisa memahami dan mengingatnya.
a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan
Karakter orang yang mempunyai gaya
energi dalam pribadi.
belajar ini adalah pertama, semua informasi
b. Motivasi ditandai dengan timbulnya
hanya bisa diserap melalui pendengaran.
perasaan (affective arousal). Mulamula
Kedua, memiliki kesulitan untuk menyerap
merupakan ketegangan psikologis, lalu
informasi dalam bentuk tulisan langsung.
merupakan suasana emosi. Suasana emosi
Ketiga, memiliki kesulitan menulis ataupun
ini menimbulkan kelakuan yang bermotif.
membaca. Beberapa pendekatan
c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk
pembelajaran bagi pelajar auditorial
mencapai tujuan.
misalnya dengan wawancara atau terlibat
Motivasi dipandang sebagai dorongan
dalam kelompok diskusi.
mental yang menggerakkan dan mengarahkan
c. Gaya Belajar Kinestetik adalah gaya belajar
perilaku manusia termasuk perilaku belajar.
dengan cara bergerak, bekerja dan
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan
menyentuh. Karakter yang khas bagi orang-
untuk mengaktifkan, menggerakkan,
orang yang menyukai gaya belajar
menyalurkan dan mengarahkan perilaku belajar
Kinestetik adalah berbicara dengan
sehingga motivasi berperan menumbuhkan
perlahan, menanggapi perhatian fisik,
gairah belajar, emosi, perasaan senang, dan
menyentuh orang untuk mendapatkan
semangat untuk belajar.
perhatian mereka, berdiri dekat ketika
berbicara dengan orang, selalu berorientasi Jenis-jenis Motivasi
pada fisik dan banyak bergerak, belajar Berdasarkan sumbernya motivasi di bagi
melalui praktik, menghafal dengan cara menjadi dua jenis, yaitu :
berjalan dan melihat, menggunakan jari a. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang
sebagai penunjuk ketika membaca, banyak sumbernya datang dari dalam diri orang
menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat yang bersangkutan (mahasiswa), dan.
duduk diam untuk waktu lama, tidak dapat b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang
mengingat geografi, kecuali jika mereka sumbernya datang dari lingkungan luar diri
memang telah pernah berada di tempat itu, orang yang bersangkutan (mahasiswa).
menggunakan kata-kata yang mengandung Untuk proses belajar mengajar, motivasi
aksi, menyukai permainan yang instrinsik lebih menguntungkan karena
menyibukkan dan kemungkinan tulisannya biasanya dapat bertahan lebih lama, sedagkan
jelek. Untuk mahasiswa yang mempunyai motivasi ekstrinsik akan lebih mudah luntur bila
gaya belajar kinestetik pendekatan belajar tujuan sudah tercapai. Beberapa cara
yang bisa dikembangkan adalah dengan membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam
menggunakan alat peraga. rangka menumbuhkan motivasi instrinsik, yaitu:

72
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

a) Kompetisi (persaingan), dosen membuat Bentuk-bentuk Motivasi Belajar


persaingan mahasiswanya untuk
Beberapa bentuk dan cara menumbuhkan
meningkatkan prestasi belajarnya.
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah,
b) Pace Making (membuat tujuan sementara
yaitu:
atau dekat), membuat tujuan intruksional
a. Memberi angka. dalam hal ini angka identik
khusus yang akan dicapai mahasiswa.
dengan simbol dari nilai kegiatan belajar.
c) Tujuan yang jelas
Banyak mahasiswa belajar, yang utama
d) Kesempatan untuk sukses yang dapat
justru untuk mencapai nilai/angka yang baik.
menimbulkan rasa puas, senang dan
b. Hadiah. Pemberian hadiah dapat
percaya diri
memberikan motivasi atau dorongan bagi
e) Minat yang besar motif akan timbul jika
seseorang dan biasanya orang cenderung
individu memiliki minat yang besar.dan;
melakukan lagi agar mendapatkan hadiah.
f) Mengadakan penilaian atau tes.
Hal ini sesuai dengan teori behavior yang
Prinsip-prinsip Motivasi menjelaskan bahwa tingkah laku manusia
dikendalikan oleh hadiah atau ganjaran dan
Kenneth H. Hover dalam Hamalik
pengenalan dari lingkungan.
mengemukakan prinsip-prinsip motivasi
c. Saingan/kompetisi. Saingan atau kompetisi
sebagai berikut :
dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman.
mendorong belajar mahasiswa. Persaingan,
Hukuman bersifat menghentikan suatu
baik persaingan individual maupun
perbuatan, sedangkan pujian bersifat
persaingan kelompok dapat meningkatkan
menghargai apa yang telah dilakukan.
prestasi belajar mahasiswa.
Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi
d. Ego-involvement. Menumbuhkan kesadaran
motivasi belajar mahasiswa.
kepada mahasiswa agar merasakan
b. Motivasi yang berasal dari dalam individu
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai
lebih efektif daripada motivasi yang
tantangan sehingga bekerja keras dengan
dipaksakan dari luar.
mempertaruhkan harga diri, sebagai salah
c. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi
satu bentuk motivasi yang cukup penting.
(sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan
e. Memberi ulangan. Mahasiswa akan giat
usaha pemantauan (reinforcement).
belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
d. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar
Oleh karena itu memberi ulangan/tes ini
terhadap orang lain. Dosen yang berminat
juga merupakan sarana motivasi.
tinggi dan antusias akan menghasilkan
f. Mengetahui hasil. Dengan mengetahui hasil
mahasiswa yang juga berminat tinggi dan
pekerjaan, akan mendorong mahasiswa
antusias pula. Demikian juga mahasiswa
untuk lebih giat belajar.
yang antusias akan mendorong motivasi
g. Pujian. Apabila ada mahasiswa yang sukses
mahasiswa lainnya.
dan berhasil menyelesaikan tugas dengan
e. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-
baik, perlu diberikan pujian. Pujian adalah
tujuan akan merangsang motivasi. Apabila
bentuk reinforcement yang positif sekaligus
seseorang telah menyadari tujuan yang
merupakan motivasi yang baik.
hendak dicapainya maka perbuatannya ke
h. Hukuman. Hukuman sebagai reinforcement
arah itu akan lebih besar daya dorongnya.
yang negatif tetapi kalau diberikan secara
f. Puji-pujian yang datangnya dari luar
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
(eksternal reward) kadang-kadang
diperlukan dan cukup efektif untuk Prestasi Belajar
merangsang minat yang sebenarnya.
Kata “prestasi” berasal dari bahasa
g. Teknik dan proses mengajar yang
Belanda yaitu prestatie kemudian dalam
bermacam-macam adalah efektif untuk
Bahasa indonesia menjadi “prestasi” yaitu yang
memelihara minat mahasiswa.
berarti “hasil usaha”. Sedangkan belajar berarti
h. Manfaat minat yang telah dimiliki
berusaha supaya mendapat suatu kepandaian.
mahasiswa adalah bersifat ekonomis.
Berikut ini pendapat beberapa ahli
i. Kecemasan yang besar akan menimbulkan
pendidikan terhadap pengertian prestasi
kesulitan belajar.
belajar. Menurut Suryabrata “Prestasi belajar
j. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila
adalah nilai sebagai rumusan yang diberikan
tidak ada maka frustasi secara cepat
dosen bidang studi mengenai kemajuan atau
menuju ke demoralisasi,
prestasi belajar selama masa tertentu”.
k. Tekanan kelompok mahasiswa (per grup)
Menurut Sudjana “prestasi belajar adalah hasil
kebanyakan lebih efektif dalam motivasi
yang telah dicapai seseorang dalam melakukan
daripada tekanan/paksaan dari orang
proses untuk mendapatkan perubahan tingkah
dewasa.
laku kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Untuk
l. Motivasi yang besar erat hubungannya
lebih konkritnya dapat dijelaskan Prestasi
dengan kreativitas mahasiswa.
belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh

73
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

mahasiswa ketika mengikuti dan mengerjakan Pembelajaran Dasar Menajemen dengan


tugas pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar Strategy Based Student’s Choice dengan
adalah pencapaian nilai mata pelajaran tertentu Preferensi sensori : Visual, Auditori dan
berdasarkan kemampuan mahasiswa. Kinestetik.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pendidikan manajemen di Politeknik LP3I
Medan merupakan bagian dari mata kuliah inti
Fakor-faktor yang mempengaruhi proses dari program studi Administrasi Bisnis. Dasar
dan hasil belajar meliputi: faktor yang berasal menajemen merupakan unsur mata kuliah
dari diri individu dan dari luar diri individu. dasar umum pada Politeknik LP3I Medan yang
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar memberikan pemahaman kepada peserta didik
mahasiswa dapat dibedakan menjadi tiga tentang dasar menajemen sebagai sumber dari
macam, yakni: bagian ilmu administrasi. Secara subtansial,
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri
materi matauliah dasar menajemen di LP3I
mahasiswa), yakni keadaan/kondisi jasmani merupakan bagian pengetahuan umum dasar
dan rohani mahasiswa; dari pembelajaran ilmu administrasi pada
b. Faktor eksternal (faktor dari luar jenjang Mahasiswa, terutama pada penekanan
mahasiswa), yakni kondisi lingkungan di kemampuan mempelajari dasar-dasar ilmu
sekitar mahasiswa; manajemen, interpretasi dalam memperkaya
c. Faktor pendekatan belajar (approach to
hasanah intelektual serta menerapkan isi
learning), yakni jenis upaya belajar
kandungan yang merupakan unsur
mahasiswa yang meliputi strategi dan pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-
metode yang digunakan mahasiswa untuk hari.
melakukan kegiatan pembelajaran materi- Secara fungsional pelajaran dasar
materi pelajaran. menajemen memiliki fungsi sebagai berikut :
Selanjutnya masing-masing faktor, baik a. Pengajaran, yaitu menyampaikan ilmu
internal maupun eksternal memiliki aspek- pengetahuan yang merupakan informasi
aspek tersendiri, yakni faktor internal dan pesan-pesan dasar menajemen tentang
mahasiswa meliputi dua aspek, yaitu: berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
a. Aspek Fisiologis. Untuk mempertahankan b. Dalam rangka mencapai tiga keahlian yang
kondisi kebugaran jasmani agar tetap sehat diperlukan seorang manajerial, yaitu
dan organ yang berfungsi dalam proses Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan,
pembelajaran, maka dianjurkan anak didik/ proses pengambilan keputusan, peran
mahasiswa selalu memperhatikan pemimpin dalam budaya organisasi.
kesehatan jasmani tersebut. Dengan pola c. Sumber Motivasi, memberikan dorongan
makanan yang sehat, bergizi, olah raga dan dan semangat yang kuat dalam beramal
istirahat yang cukup, maka kesehatan dan lebih meyakini akan makna perbuatan
jasmani dan organ yang difungsikan dalam yang dilakukannya.
pembelajaran akan berfungsi dengan baik, d. Pengembangan, yaitu pengembangan daya
mampu menyerap ilmu pengetahuan dan pikir dan nalar peserta didik melalui proses
pelajaran lain yang diberikan dosen dengan pendidikannya.
stabil dan kondusif.
b. Aspek Psikologis. Banyak faktor yang Pembelajaran Dasar Menajemen dengan
termasuk aspek ini, diantara faktor-faktor Strategy Based Student’s Choice dengan
rohaniah mahasiswa pada umumnya preferensi sensori : Visual, Auditori dan
dipandang esensial itu adalah Intelegensi Kinestetik.
Mahasiswa, Sikap Mahasiswa, Bakat Dipilihnya Srategy Based Student’s Choice
Mahasiswa, Minat Mahasiswa, dan Motivasi
dengan preferensi sensori : Visual, auditori dan
Mahasiswa.
Kinestetik dalam pembelajaran dasar
Strategy Based Student’s Choice dengan menajemen disesuaikan dengan karakteristik
Preferensi Sensori : Visual, Auditori dan dari materi yang dipelajari seperti pokok
Kinestetik pembahasan menajemen dan problematikanya.
Materi ini mengandung muatan pelajaran yang
Strategy Based Student’s Choice adalah
menekankan pada pemahaman yang
suatu srtategi pembelajaran yang memberi merupakan pengamalan dari ilmu manajemen
kesempatan kepada mahasiswa untuk dalam fenomena kehidupan sehari-hari.
menentukan sendiri metode pembelajaran yang Langkah-Langkah Pembelajaran Strategy
akan digunakan dalam proses belajar mengajar Based Student’s Choice Dari hasil “choice”
sesuai dengan pilihan dan keinginan (pilihan) mahasiswa, disaring beberapa strategi
mahasiswa, strategi belajar yang disesuaikan yang telah dipilih mahasiswa, mampu
dengan gaya belajar mahasiswa. dilaksanakan, mudah dan tidak mengurangi
makna pembelajaran itu sendiri.

74
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

METODE PENELITIAN c. Motivasi belajar mahasiswa minimal


dengan kriteria penilaian baik (minimal
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Kampus 70%).
SM. Raja Politeknik LP3I Medan. Pertimbangan Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
peneliti memilih Politeknik LP3I Medan sebagai
tempat penelitian karena peneliti adalah Data dalam Penelitian Tindakan Kelas
pengajar di Unit Kampus SM. Raja Politeknik diperoleh dengan cara melakukan Observasi,
LP3I Medan tersebut sehingga hal tersebut tes dan dokumentasi.
akan memudahkan bagi peneliti dalam Langkah-langkah analisis data yaitu :
berinteraksi dengan pihak Unit Kampus SM. a. Reduksi Data (Data Reduction)
Raja Politeknik LP3I Medan. Data diperoleh dari lapangan jumlahnya
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa cukup banyak, untuk itu perlu di catat
Kelas AB.SM.13.01 Unit Kampus SM. Raja secara teliti dan rinci, dan segera dilakukan
Politeknik LP3I Medan sebanyak 27 mahasiswa analisis data melalui reduksi data yaitu
aktif yang terdiri dari 3 mahasiswa laki-laki dan dengan merangkum, memilih hal-hal yang
24 mahasiswa perempuan pada Semester pokok, memfokuskan hal-hal yang penting.
Genap Tahun Akademik 2013/2014. Kelas b. Penyajian Data (Data Display)
AB.SM.13.01 merupakan kelas reguler yang Setelah data direduksi, maka langkah
prestasi akademiknya sangat bervariatif dan selanjutnya adalah mendisplaikan data,
sebagian besar tergolong rendah. Hal ini bisa yaitu dengan teks yang bersifat naratif.
dilihat dari nilai ujian seleksi masuk pada saat c. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan
Penerimaan Mahasiswa Baru TA. 2013/2014. Kesimpulan)
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
Variabel Penelitian bersifat sementara dan akan berubah bila
Dalam penelitian ini ada tiga variabel yaitu ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
variabel X, variabel Y1 dan variabel Y2. Variabel mendukung pada tahap pengumpulan data
X adalah Srtategy Based Student’s Choice berikutnya. Penyajian data tentang motivasi
berdasarkan Preferensi Sensori: Visual, belajar mahasiswa digunakan rumus
Auditori dan Kinestetik, sedangkan variabel Y1 persentase. Menurut Anas Sudijono, untuk
adalah Motivasi belajar mahasiswa dan Y2 mengetahui motivasi belajar selama
adalah Prestasi belajar mahasiswa Kelas pembelajaran berlangsung dihitung
AB.SM.13.01 Unit Kampus SM. Raja Politeknik menggunakan rumus sebagai berikut :
LP3I Medan Semester Genap Tahun Akademik f
2013/2014. P = --- x 100%
N
Prosedur Tindakan
Dimana :
Penelitian ini merupakan Penelitian F = frekuensi yang sedang dicari
Tindakan Kelas dengan menerapkan Strategy persentasenya
Based Student’s Choice dengan Preferensi N = Jumlah fekuensi/banyaknya individu
Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik untuk P = angka persentase
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Dengan kategori / kriteria penilaian sebagai
Kelas AB.SM.13.01 semester genap di berikut:
Politeknik LP3I Medan pada Mata Kuliah Dasar 80% s.d 100% = sangat baik
Manajemen. Kegiatan penelitian ini 70% s.d 79% = baik
direncanakan sebanyak tiga siklus. Dimana 60% s.d 69% = cukup
setiap siklus prosedur atau langkah-langkah ≤ 59 % = kurang
yang akan dilakukan terdiri dari empat Menurut Arikunto untuk mengukur
komponen pokok, yaitu perencanaan, persentase ketuntasan belajar secara klasikal
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebelum digunakan rumus berikut :
tindakan siklus I dilaksanakan terlebih dahulu jumlah
dilaksakan observasi pra siklus tujuannya untuk seluruh
mengetahui kondisi awal tentang seberapa mahasiswa
besar motivasi dan prestasi belajar mahasiswa Ketuntasan klasikal = ----------------- x 100%
Kelas AB.SM.13.01 dalam mengikuti mahasiswa
pembelajaran. Setelah itu dilaksanakan yang tuntas belajar
persiapan Penelitian Tindakan Kelas.
Ketuntasan belajar klasikal tercapai
Indikator Kinerja apabila persentase mahasiswa yang tuntas
Penelitian ini dinilai berhasil apabila : belajar atau mahasiswa yang memperoleh nilai
a. Nilai rata-rata kelas minimal 75 lebih dari atau sama dengan 75 jumlahnya
b. Ketuntasan klasikal mahasiswa minimal lebih dari atau sama dengan 85% dari jumlah
85% dengan KKM 75%. seluruh mahasiswa di dalam kelas.

75
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

HASIL DAN PEMBAHASAN standar nilai ketuntasan klasikal yaitu 85%


mahasiswa mencapai nilai ketuntasan
Proses pembelajaran memuat gagasan- individu 75.
gagasan pokok tenang pembelajaran yang b. Motivasi belajar mahasiswa dalam proses
dijadikan sebagai pegangan untuk mencapai pembelajaran masih rendah
kompetensi yang ditetapkan. Untuk membantu c. Rendahnya prestasi belajar mahasiswa ini
memaksimalkan proses belajar mengajar disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar
melalui pendekatan gaya belajar (Preferensi mahasiswa yang ditandai dengan
sensori) mahasiswa, dilakukan dengan rendahnya aktivitas mahasiswa dalam
memberi keleluasaan kepada mahasiswa untuk pembelajaran. Hal ini karena penggunaan
memilih metode pembelajaran sesuai dengan metode pembelajaran yang tidak sesuai
yang mereka kehendaki. Hasil Penelitian dengan gaya belajar mahasiswa, yaitu
Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan mulai metode teoritish. Gaya belajar setiap
tanggal 21 April 2014 sampai dengan 11 Juni individu tidak sama, tergantung dari masing-
2014 menunjukkan bahwa : masing pribadi yang bersangkutan. Ada
yang lebih menekankan pada visual, ada
Hasil Observasi Awal
yang lebih menekankan auditori, ada yang
Observasi awal dilakukan peneliti di Kelas lebih menekankan pada kinestetik.
AB.SM.13.01 Politeknik LP3I Medan pada
tanggal 13 April 2013. Ketuntasan belajar Analisis Hasil Penelitian tentang Motivasi
klasikal tercapai apabila persentase mahasiswa Mahasiswa
yang tuntas belajar atau mahasiswa yang a. Siklus I
memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan Hasil observasi terhadap motivasi belajar
75 jumlahnya lebih dari atau sama dengan 85% mahasiswa pada siklus I adalah sebesar
dari jumlah seluruh mahasiswa di dalam kelas. 87,5%. Motivasi belajar mahasiswa pada siklus
Pada observasi awal jumlah mahasiswa yang I mengalami peningkatan yang sangat bagus
tuntas hanya 15 mahasiswa dan ketuntasan jika dibandingkan dengan hasil observasi awal
klasikalnya 46,87 % masih di bawah standar tentang motivasi belajar mahasiswa yang
ketuntasan klasikal yaitu 85%. Melihat hasil hanya sebesar 57,81%. Di sini ada peningkatan
observasi awal ini, maka dapat diketahui sebesar 29,69%. Peningkatan ini disebabkan
beberapa permasalahan Mata Kuliah Dasar karena dalam pembelajaran dosen
Manajemen di Kelas AB.SM.13.01 Politeknik menggunakan metode pembelajaran card sort,
LP3I Medan, yaitu: suatu metode pembelajaran yang dipilih
a. Prestasi belajar mahasiswa masih rendah mahasiswa sebagai metode pembelajaran yang
(nilai rata-rata kelas 69,68 masih di bawah paling mereka senangi. Perkembangan
nilai ketuntasan individual yaitu 75 dan motivasi belajar mahasiswa dapat dilihat pada
ketuntasan klasikal 46,87% masih jauh dari tabel 1.

Tabel 1. Data Perkembangan Motivasi Belajar Mahasiswa Siklus I

Skor Observasi Skor


No Keterangan
awal Siklus I
1 Jumlah parameter motivasi belajar mahasiswa 170 238
2 Persentase motivasi belajar mahasiswa 62,96% 883,5%

Pada siklus I motivasi mahasiswa selama gerakan fisik yang dominan dalam metode ini
proses pembelajaran sudah ada peningkatan dapat membantu mendinamisir mahasiswa di
yang sangat baik, motivasi mahasiswa yang kelas. Metode card sort dengan menggunakan
tercermin dalam aktivitas mahasiswa dalam media kartu dalam praktik pembelajaran, akan
pembelajaran ini terlihat sangat jelas. Semua membantu mahasiswa dalam memahami
mahasiswa antusias mengerjakan tugas dan materi pelajaran dan menumbuhkan motivasi
tidak terlihat rasa enggan atau takut untuk mereka dalam pembelajaran, sebab dalam
mengerjakan dan maju ke papan tulis, penerapan metode card sort dosen hanya
menempelkan hasil kartu induk dan kartu berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi
rincian. Metode pembelajaran card sort mahasiswa dalam pembelajaran sementara
merupakan metode pembelajaran yang mahasiswa belajar aktif dengan fasilitas dan
menekankan pada keaktifan mahasiswa, arahan dari dosen.

76
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Tabel 2. Data Perkembangan Motivasi Belajar Mahasiswa


Visual, Auditori dan kinestetik Siklus I
Skor Mahasiswa Skor Mahasiswa Skor Mahasiswa
No Visual Auditori Kinestetik
Keterangan
Observasi Siklus Observasi Siklus Observasi Siklus
awal I awal I awal I
1 Jumlah parameter
Motivasi belajar 47 83 53 72 85 59
mahasiswa
2 Persentase
75,45
motivasi 58,75% 53% 80% 60,71% 84,28%
%
belajar mahasiswa

Dari data tabel 2 tentang perkembangan pada kategori sangat baik. Motivasi belajar
motivasi belajar mahasiswa diketahui bahwa mahasiswa pada siklus II mengalami
motivasi belajar mahasiswa visual pada peningkatan yang sangat bagus jika
observasi awal 58,75% dan pada siklus I dibandingkan dengan hasil observasi awal
sebesar 75,45 %. Terjadi peningkatan motivasi terhadap motivasi belajar mahasiswa yang
belajar sebesar 16,70%. Perkembangan hanya sebesar 62,96%, di sini terjadi
motivasi belajar mahasiswa auditori pada peningkatan sebesar 19,26%. Peningkatan ini
observasi awal sebesar 53% dan pada siklus I disebabkan karena dalam pembelajaran dosen
sebesar 80%. Terjadi peningkatan motivasi menggunakan metode pembelajaran yang
belajar sebesar 27%. Perkembangan motivasi sesuai dengan pilihan mahasiswa yang
belajar mahasiswa kinestetik pada observasi menempati posisi kedua. Namun jika
awal sebesar 60,71% dan pada siklus I sebesar dibandingkan dengan siklus I perkembangan
84,28%. Terjadi peningkatan motivasi belajar motivasi belajar mahasiswa mengalami
sebesar 23,57%. penurunan sebesar 3,44%. Penurunan ini
b. Siklus II disebabkan karena pada siklus II ini
Pelaksanaan Siklus II menggunakan menggunakan metode Small Group Discussion.
metode pembelajaran Small Group Discussion Metode ini merupakan metode pembelajaran
(diskusi kelompok kecil). Hasil observasi yang dipilih mahasiswa menduduki urutan
terhadap motivasi belajar mahasiswa pada kedua. Perkembangan motivasi belajar
siklus II adalah sebesar 82,22 %, ini berada mahasiswa dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Data Perkembangan Motivasi Belajar Mahasiswa Siklus II


Skor Skor Skor
No Keterangan
Observasi Awal Siklus I Siklus II
1 Jumlah parameter motivasi belajar mahasiswa 170 238 222
2 Persentase motivasi belajar 62,96% 88,15% 82,22%

Berdasarkan data tabel 3 dapat diketahui beraktivitas untuk mencocokkan kartu


bahwa perkembangan motivasi belajar induk/kartu rincian dengan teman sekelas,
mahasiswa dari observasi awal persentase sehingga mahasiswa terlihat aktif.
motivasi belajar yaitu 62,96%, motivasi belajar Siklus II, menggunakan metode
mahasiswa rendah diasumsikan karena pembelajaran sesuai hasil pilihan mahasiswa
masalah penggunaan metode belajar yang yang lebih sedikit yaitu metode diskusi (Small
tidak sesuai dengan gaya belajar mahasiswa Group Discussion). persentase motivasi belajar
yaitu metode teoritish. Maka dilakukan suatu mahasiswa 82,22%, mengalami kenaikan jika
tindakan untuk mengatasi masalah, dengan dibandingkan dengan hasil observasi awal,
penggunaan Strategi Based Student’s Choice yaitu sebesar 19,26 %, akan tetapi mengalami
dengan preferensi Sensori: Visual, auditori dan penurunan sebesar 5,93% dari siklus I.
kinestetik. Siklus I dengan menggunakan Penurunan disebabkan karena pembelajaran
metode pembelajaran Card Sort, sesuai hasil siklus II menggunakan metode yang dipilih
pilihan mahasiswa yang terbanyak, persentase mahasiswa lebih sedikit (pilihan kedua). Namun
motivasi belajar mahasiswa sebesar 88,15%, demikian pada siklus II indikator keberhasilan
motivasi belajar sangat tinggi, karena metode sudah tercapai.
card sort, menuntut semua mahasiswa

77
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Tabel 4. Data Perkembangan Motivasi Belajar Mahasiswa Visual, Auditori dan Kinestetik
Siklus II
Gaya Observasi
Rum. No Keterangan Siklus I Siklus II
Belajar Mahasiswa awal
Jumlah parameter
1 motivasi belajar Visual 47 83 93
I mahasiswa
Persentase motivasi
2 Visual 58,75% 75,45% 84,54%
belajar mahasiswa
Jumlah parameter
1 motivasi belajar Auditori 53 72 77
II mahasiswa
Persentase motivasi
2 Auditori 53% 80% 85,55%
belajar mahasiswa
Jumlah parameter
1 motivasi belajar Kinestetik 85 59 58
III mahasiswa
Persentase motivasi
2 Kinestetik 60,71% 84,28% 82,86%
belajar mahasiswa

Dari data tabel 4. tentang perkembangan Perkembangan motivasi belajar


motivasi belajar mahasiswa diketahui bahwa mahasiswa auditori pada pada siklus II 85,55%
motivasi belajar mahasiswa visual pada jika dibandingkan dengan observasi awal
observasi awal 58,75%, dengan kriteria terjadi peningkatan motivasi belajar sebesar
penilaian kurang (rendah), siklus II sebesar 32,55%. Dan jika dibandingkan dengan
84,54%, dengan kriteria penilaian sangat baik. motivasi belajar siklus I terjadi peningkatan
Jika dibandingkan dengan observasi awal sebesar 5,55%. Peningkatan ini disebabkan
terjadi peningkatan motivasi belajar sebesar pada siklus II pembelajaran menggunakan
25,79% Jika dibandingkan dengan siklus I metode Small Group Discussion. Metode ini
terjadi kenaikan sebesar 16,7%. Penurunan sesuai dengan gaya belajar mahasiswa
disebabkan karena pada siklus II ini auditori. Perkembangan motivasi belajar
pembelajaran menggunakan metode mahasiswa kinestetik pada pada siklus II
pembelajaran yang tidak sepenuhnya 82,86% jika dibandingkan dengan observasi
mengakomodir gaya belajar, namun karena awal awal terjadi peningkatan motivasi belajar
dalam penmbelajaran menggunakan metode sebesar 22,15%. Jika dibandingkan dengan
yang bervariasi menyebabkan mahasiswa ikut motivasi belajar siklus I terjadi penurunan
bersemangat karena timbulnya motivasi selain sebesar 1,42%. Penurunan disebabkan karena
tumbuh dari dalam adakalanya dipengaruhi metode pembelajaran tidak sepenuhnya
oleh faktor eksteren (faktor luar) dalam hal ini mengokomodir gaya belajar mahasiswa
(siklus II) mahasiswa auditori ikut memberi kinestetik, sedangkan di siklus I motivasi besar
kontribusi peningkatan motivasi bagi dalam pembelajaran menggunakan metode
mahasiswa visual dari motivasi belajar yang sesuai dengan gaya belajar kinestetik.
observasi awal. Dan mahasiswa kinestetik c. Siklus III
pada siklus I ikut memberi kontribusi pada Metode pembelajaran Talking Stick
peningkatan motivasi dari observasi awal. (Tongkat berbicara) merupakan metode
dengan demikian mahasiswa visual pada siklus pembelajaran yang paling sedikit dipilih oleh
II motivasi belajarnya sebesar 84,54% dengan mahasiswa. Perkembangan motivasi belajar
kriteria penilaian sangat baik. mahasiswa dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Data Perkembangan Motivasi Belajar Mahasiswa Siklus III


Skor Skor Skor Skor
No Keterangan
Observasi Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Jumlah parameter
1 170 238 222 180
motivasi belajar mahasiswa
Persentase motivasi
2 62,96% 88,15% 82,22% 66,67%
belajar mahasiswa

78
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Berdasarkan data tabel 5. dapat diketahui Dari uraian di atas dapat disimpulkan,
bahwa persentase motivasi belajar adalah berdasarkan data tabel 5 persentase motivasi
66,67% ini berada pada kategori cukup. Jika belajar mahasiswa yaitu 62,96 %, motivasi
dibandingkan dengan siklus II maka terjadi belajar mahasiswa masuk pada kriteria cukup.
penurunan motivasi sebesar 15,55 %, jika Hal ini karena masalah penggunaan metode
dibandingkan dengan siklus I terjadi penurunan belajar yang tidak sepenuhnya mengakomodir
sebesar 21,48%. Penurunan ini disebabkan gaya belajar mahasiswa, maka dilakukan suatu
karena pada siklus III ini menggunakan metode tindakan untuk mengatasi masalah yaitu
Talking Stick. Metode ini menurut Choice dengan penggunaan Strategy Base Student’s
(pilihan mahasiswa yang menduduki urutan Choice berdasarkan preferensi sensori: Visual,
ketiga atau dipilih paling sedikit oleh Auditori dan Kinastetik. Siklus I meggunakan
mahasiswa, akan tetapi jika dibandingkan metode pembelajaran Card Sort, sesuai
dengan observasi awal, maka mengalami dengan pilihan mahasiswa yang terbanyak,
kenaikan 3,71%, karena metode pembelajaran persentase motivasi belajar mahasiswa
yang digunakan sesuai dengan pilihan dan 88,15%, motivasi belajar mahasiswa dalam
mengakomodir gaya gaya belajar mahasiswa. kriteria sangat baik. Siklus II menggunakan
Metode ini memberikan pengalaman belajar metode pembelajaran yang dipilih lebih sedikit
yang menyenangkan, meningkatkan motivasi, dari mahasiswa yaitu Small Group Discussion,
kepercayaan diri dan life skill. Pendekatan ini persentase motivasi belajar mahasiswa
ditujukan untuk memunculkan emosi dan sikap 82,22%, mengalami kenaikan jika dibandingkan
positif dalam proses belajar mengajar yang dengan hasil observasi awal, yaitu sebesar
berdampak pada peningkatan kecerdasan otak. 19,26 %, akan tetapi mengalami penurunan
Keunggulan metode talking stick dalam sebesar 25,19 % dari sikus I. Sekalipun
pembelajaran adalah menguji kesiapan mengalami penurunan, namun indikator
mahasiswa, kesiapan mahasiswa ini terlihat keberhasilannya sudah tercapai. Siklus III
jelas ketika dosen memberikan tongkat kepada dengan metode yang paling sedikit dipilih
mahasiswa dan mahasiswa mampu menjawab mahasiswa yaitu metode Talking Stick.
pertanyaan yang diberikan oleh dosen. Selain Persentase motivasi belajar mahasiswa
itu keunggulan metode ini adalah melatih sebesar 66, 67%. Indikator keberhasilan sudah
kecepatan membaca dan memahami materi tercapai yaitu minimal 80%. Jika dibandingkan
dengan cepat. Adapun kelemahan metode ini, dengan observasi awal mengalami kenaikan
secara psikologis membuat mahasiswa agak sebesar 3,71%, namun jika dibandingkan
cemas, hal ini terlihat ada 3 mahasiswa ketika dengan siklus I mengalami penurunan sebesar
mendapat giliran estafet tongkat dan 21,48% dan jika dibandingkan dengan siklus II
mendapatkan pertanyaan dari dosen, cangung mengalami penurunan sebesar 15.55%.
dalam menjawab pertanyaan walaupun Penurunan disebabkan karena siklus III
sebenarnya ia menjawab dengan benar. menggunakan metode pembelajaran yang
dipilih paling sedikit oleh mahasiswa.

Tabel 6. Data Perkembangan Motivasi Belajar Mahasiswa Visual, Auditori dan Kinestetik
Siklus III
Gaya
Observasi Siklus Siklus Siklus
Rum. No Keterangan Belajar
awal I II III
mahasiswa
Jumlah parameter
1 motivasi belajar Visual 47 83 93 73
I mahasiswa
Persentase motivasi 84,54
2 Visual 58,75% 75,45% 66,36%
belajar mahasiswa %
Jumlah parameter
1 motivasi belajar Auditori 53 72 77 61
II mahasiswa
Persentase motivasi 85,55
2 Auditori 53% 80% 67,78%
belajar mahasiswa %
Jumlah parameter
1 motivasi belajar Kinestetik 85 59 58 50
III mahasiswa
Persentase motivasi 82,86
2 Kinestetik 60,71% 84,28% 71,42%
belajar mahasiswa %

79
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Dari data tabel 6. tentang perkembangan tinggi hal itu disebabkan karena dalam
motivasi belajar mahasiswa siklus III, diketahui: pembelajaran dosen menggunakan metode
a. Motivasi belajar mahasiswa visual pada Card Sort. metode ini dipersiapkan dengan
observasi awal sebesar 58, 75%, dengan mengamodir mahasiswa yang mempunyai
kriteria kurang, siklus I sebesar 75,45%, karakteristik gaya belajar kinestetik, yaitu
dengan criteria baik, siklus II sebesar dalam kegiatan pembelajaran disertai
84,54% dengan kriteria sangat baik dan dengan kegiatan fisik atau gerak.
siklus III sebesar 66,36% dengan kriteria Mahasiswa kinestetik menempatkan tangan
cukup. Dari data tersebut pada siklus III sebagai alat penerima informasi utama agar
mahasiswa visual memiliki motivasi yang bisa megingatnya terus. Pada siklus II dan
sangat tinggi, hal ini di sebabkan karena III motivasi mahasiswa berada pada kriteria
pembelajaran pada siklus III menggunakan baik, karena dalam pembelajaran karena
metode Talking Stick, metode ini dosen menggunakan metode pembelajaran
dipersiapkan untuk mengakomodir yang bervariasi sehingga mahasiswa tidak
mahasiswa yang mempunyai gaya belajar merasa monoton dalam proses
visual, karena dalam pembelajaran lebih pembelajaran, terbukti ketika digunakan
menekankan pada aspek penglihatan, metode konvensional yang kurang inovatif,
mahasiswa visual disajikan tulisan dan motivasi mahasiswa pada observasi awal
gambar-gambar yang relevan dengan berada pada kategori cukup.
materi pembelajaran lewat slide LCD. Pada Dari hasil observasi peneliti beserta
siklus I dan siklus II motivasi mahasiswa kolaborator dalam pelaksanaan Penelitian
berada pada level kriteria penilaan baik, hal Tindakan Kelas, dapat disimpulkan bahwa
ini disebabkan karena dosen dalam Strategy Based Student’s Choice
pembelajaran menggunakan metode berdasarkan preferensi sensori Visual,
pembelajaran yang bervariasi sehingga auditori dan kinestetik dapat meningkatkan
mahasiswa tidak merasa monoton dalam motivasi belajar mahasiswa pada
proses pembelajaran, terbukti ketika pembelajaran dasar menajemen, dari
digunakan metode konvensional yang observasi awal motivasi belajar mahasiswa
kurang inovatif, motivasi mahasiswa pada sebesar 57,49% dengan kriteria penilaian
observasi awal berada pada kategori kurang kurang (rendah). kemudian pada siklus I
(rendah). mencapai 79,91% dengan kriteria penilaian
b. Motivasi belajar mahasiswa auditori pada baik, siklus II mencapai 84,32% dengan
observasi awal 53% dengan kiteria kurang, kriteria penilaian sangat baik dan siklus III
sikus I sebesar 80% dengan kriteria sangat mencapai 68,52% dengan kriteria penilaian
baik, siklus II sebesar 85,55% dengan cukup. Berdasarkan hasil motivasi belajar
kriteria sangat baik dan siklus III 67,78% mahasiswa pada siklus I, siklus II dan siklus
dengan kriteria cukup. Dari data tersebut III jka dirata-rata maka hasil motivasi belajar
pada siklus II mahasiswa auditori memiliki mahasiswa sebesar 72,56% dengan kriteria
motivasi yang paling tinggi hal itu penilaian baik.
disebabkan karena dalam pembelajaran
dosen menggunakan metode Small Group Analisis Hasil Penelitian tentang Prestasi
Discussion metode ini dipersiapkan dengan Belajar Mahasiswa
mengamodir mahasiswa yang mempunyai a. Siklus I
karakteristik gaya belajar auditori, karena Prestasi belajar mahasiswa dapat diukur
dalam pembelajaran lebih menekankan dari hasil kemampuan mahasiswa dalam
pada aspek auditori dan verbal, yaitu mengerjakan tes. Optimalisasi prestasi
dengan diskusi. Mahasiswa auditori lebih mahasiswa ditentukan besarnya perolehan
mudah belajar dengan mendengar, suka hasil tes akhir yaitu didasarkan pada
berbicara dan menjelaskan sesuatu dengan ketercapaian nilai ketuntasan individual dan
panjang lebar. Materi yang sudah nilai ketuntasan klasikal. Indikator keberhasilan
didiskusikan akan disimpan di memeori prestasi belajar mahasiswa adalah jika
dalam bentuk ingatan. mahasiswa mencapai Kriteria Ketuntasan
c. Motivasi belajar mahasiswa Kinestetik pada Minimal (KKM) yaitu skor ≥ 75 dan ketuntasan
observasi awal 60,71% dengan kiteria klasikal jika 85 % dari seluruh mahasiswa
cukup, sikus I sebesar 84,28% dengan mencapai ketuntasan individual.
kriteria sangat baik , siklus II sebesar Perkembangan prestasi belajar mahasiswa dari
82,86% dengan kriteria sangat baik dan observasi awal sampai dengan siklus I dapat
siklus III 71,42% dengan kriteria baik. Dari dilihat pada tabel 7.
data tersebut pada siklus I mahasiswa
kinestetik memiliki motivasi yang paling

80
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Tabel 7. Data Rangkuman Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Siklus I


Perolehan
No Keterangan
Observasi Awal Siklus I
1 Nilai terendah 57 58
2 Nilai tertinggi 88 85
3 Rata-rata kelas 74,63 74,59
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 7 6
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 20 21
6 Persentase ketuntasan klasikal 74,07% 77,78%

Berdasarkan data yang diperoleh dari menentukan sendiri metode pembelajaran yang
tabel 7. diketahui bahwa persentase ketuntasan diinginkan maka dihara kan mahasiswa lebih
klasikal siklus I sebesar 77,78 %. Di sini terjadi antusias untuk melaksanakan aktivitas belajar.
peningkatan prestasi belajar sebesar 3,71%, Pembelajaran dengan menggunakan metode
jika dibandingkan dengan observasi awal. yang dipilih oleh mahasiswa mengakibatkan
Peningkatan prestasi belajar mahasiswa pada mahasiswa tidak cepat bosan dalam
siklus I dikarenakan sesuai dengan metode pembelajaran. Belajar dengan metode
pembelajaran yang diinginkan mahasiswa. menyenangkan akan lebih mudah diterima oleh
Metode pembelajaran Card Sort merupakan mahasiswa dan lebih efektif. Pembelajaran
metode pembelajaran yang dipilih paling pada siklus I menggunakan metode
banyak oleh mahasiswa. Secara psikologis pembelajaran yang sesuai dengan pilihan
mahasiswa yang mempunyai minat atau mahasiswa, yaitu Card Sort (sortir kartu)
motivasi untuk melakukan aktivitas belajar, metode pembelajaran ini merangsang
maka motivasi itu dapat mempengaruhi kreativitas dan kemampuan berpikir
prestasi belajar. Dengan Strategy Based mahasiswa, tujuan metode ini adalah
Student’s Choice berdasarkan preferensi memperkuat daya ingat terhadap materi yang
sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik sudah dipelajari.
mahasiswa diberi keleluasan untuk memilih dan

Tabel 8. Data Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Visual Siklus I


Perolehan
No Keterangan
Observasi Awal Siklus I
1 Nilai terendah 57 59
2 Nilai tertinggi 88 88
3 Rata-rata kelas 74,63 73,64
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 4 6
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 7 5
6 Persentase ketuntasan klasikal 37,5% 45,45%

Dari tabel 8. dapat diketahui bahwa jika dibandingkan dengan prestasi belajar pada
persentase ketuntasan 45,45 %. Di sini terjadi observasi awal.
peningkatan prestasi belajar sebesar 7,95%,

Tabel 9. Data Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Auditori Siklus I


Perolehan
No Keterangan
Observasi Awal Siklus I
1 Nilai terendah 45 57
2 Nilai tertinggi 77,5 87
3 Rata-rata kelas 64.25 72,44
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 7 2
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 2 7
6 Persentase ketuntasan klasikal 30% 77,78%

Berdasarkan tabel 9. dapat diketahui 47,78%, jika dibandingkan dengan prestasi


bahwa persentase ketuntasan 77,78%. Di sini belajar pada observasi awal.
terjadi peningkatan prestasi belajar sebesar

81
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Tabel 10. Data Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Kinestetik Siklus I


Perolehan
No Keterangan
Observasi Awal Siklus I
1 Nilai terendah 52,5 68
2 Nilai tertinggi 90 84
3 Rata-rata kelas 75 79
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 5 2
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 9 5
6 Persentase ketuntasan klasikal 64,28% 71,42%

Berdasarkan data tabel 10 diketahui mahasiswa auditori mencapai 77,78%.


bahwa persentase ketuntasan 71,42%. Di sini Pencapaian persentase tertinggi diperoleh oleh
terjadi peningkatan prestasi belajar mahasiswa mahasiswa yang mempunyai gaya belajar
sebesar 7,14%, jika dibandingkan dengan kinestetik.
prestasi belajar pada observasi awal. Dari b. Siklus II
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Prestasi belajar mahasiswa pada siklus II
pembelajaran pada siklus I menggunakan sebesar 74.7%. Jumlah mahasiswa yang
metode Card Sort. Metode ini dirancang untuk nilainya mencapai KKM sebanyak 27
mengokomodir mahasiswa yang mempunyai mahasiswa dan yang tidak mencapai KKM
gaya belajar kinestetik. Dari data prestasi sebanyak 3 mahasiswa. Nilai terendah 65, rata-
belajar siklus I diketahui bahwa persentase rata nilai kelas 75,7. Perkembangan prestasi
ketuntasan mahasiswa kinestetik sebesar belajar mahasiswa dari observasi awal, siklus I
71,42%, mahasiswa visual 45,45% dan dan siklus II dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Data Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Siklus II


Perolehan
No Keterangan
Observasi Awal Siklus I Siklus II
1 Nilai terendah 57 58 65
2 Nilai tertinggi 88 85 83
3 Rata-rata kelas 74,63 74,59 75,7
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 7 6 7
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 20 21 20
6 Persentase ketuntasan klasikal 74,07% 77,78% 74,7%

Dari data tabel 11. dapat dijelaskan bahwa penurunan, namun indikator pencapaian
prestasi belajar mahasiswa di siklus II adalah ketuntasan belajar sebesar 77,78% sudah
74,7%, jika dibandingkan dengan prestasi tercapai. Pembelajaran pada siklus II
belajar mahasiswa dari observasi awal menggunakan metode pembelajaran Small
mengalami peningkatan sebesar 0,63% dan Group Discussion (diskusi kelompok kecil)
jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus Metode pembelajaran ini memiliki sifat
I mengalami penurunan sebesar 3,71%. karakterstik kooperatif, melibatkan sekelompok
Penurunan prestasi belajar terjadi karena individu dalam tujuan membagi informasi,
pembelajaran pada siklus II ini, menggunakan membuat keputusan dan memecahkan
metode pembelajaran yang dipilih lebih sedikit masalah.
oleh mahasiswa. Sekalipun mengalami
Tabel 12. Data Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Auditori Siklus II
Perolehan
No Keterangan
Observasi Awal Siklus I Siklus II
1 Nilai terendah 45 57 69
2 Nilai tertinggi 77,5 87 82
3 Rata-rata kelas 64,25 72,44 77,56
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 7 2 2
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 2 7 7
6 Persentase ketuntasan klasikal 30% 77,78% 77,78%

82
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Berdasarkan data tabel 12. diketahui prestasi belajar siklus I tidak mengalami
bahwa perkembangan prestasi belajar peningkatan hal ini disebabkan pada siklus II
mahasiswa auditori pada siklus II persentase menggunakan metode pembelajaran Small
ketuntasan 77,78%. Terjadi peningkatan Group Discussion. Metode ini memang
prestasi belajar mahasiswa sebesar 47,78%, mengakomodir gaya belajar mahasiswa
jika dibandingkan dengan prestasi belajar pada auditori.
observasi awal. Jika dibandingkan dengan
Tabel 13. Data Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Kinestetik Siklus II
Perolehan
No Keterangan
Observasi Awal Siklus I Siklus II
1 Nilai terendah 52,5 68 65
2 Nilai tertinggi 90 84 83
3 Rata-rata kelas 75 79 73,86
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 3 2 1
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 4 5 6
6 Persentase ketuntasan 64,28% 71,42% 85,71 %

Berdasarkan data tabel 13. diketahui dengan prestasi mahasiswa pada observasi
bahwa perkembangan prestasi belajar awal dan mengalami peningkatan jika
mahasiswa kinestetik di siklus II, nilai terendah dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I.
65, nilai tertinggi 83, rata-rata nilai 73,86, Peningkatannya sebesar 14,29%. Peningkatan
jumlah mahasiswa yang mencapai KKM disebabkan karena suklus II ini menggunakan
sebanyak 6 orang dan yang tidak mencapai metode pembelajaran yang tidak sepenuhnya
KKM sebanyak 1 orang. Persentase ketuntasan mengakomodir gaya belajar mahasiswa
85,71 %. Prestasi belajar siklus II ini mengalami kinestetik. Namun demikian, indikator
peningkatan sebesar 21,43% jika dibandingkan keberhasilan sudah tercapai.

Tabel 14. Data Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Visual Siklus II


Perolehan
No Keterangan
Observasi Awal Siklus I Siklus II
1 Nilai terendah 42,5 59 65
2 Nilai tertinggi 82,5 88 80
3 Rata-rata kelas 67.2 73,64 75,36
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 7 6 3
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 4 5 8
6 Persentase ketuntasan 37,5% 45,45% 72,73%

Berdasarkan data tabel 14 diketahui mahasiswa yang mempunyai gaya belajar


bahwa perkembangan prestasi belajar auditori. Dari data prestasi belajar siklus II
mahasiswa visual pada siklus II, nilai terendah diketahui bahwa persentase ketuntasan
65, nilai tertinggi 80, rata-rata nilai 75,36, mahasiswa auditori sebesar 77,78%,
jumlah mahasiswa yang mencapai KKM mahasiswa kinestetik 85,71% dan mahasiswa
sebanyak 8 orang dan yang tidak mencapai visual 72,73%. Pencapaian persentase tertinggi
KKM sebanyak 3 orang. Persentase ketuntasan diperoleh oleh mahasiswa yang mempunyai
72,73%. Terjadi peningkatan prestasi belajar gaya belajar kinestetik.
mahasiswa sebesar 35,23%, jika dibandingkan d. Siklus III
dengan prestasi belajar pada observasi awal. Siklus III menggunakan metode
Jika dibandingkan dengan prestasi belajar pembelajaran Talking Stick,(Tongkat berbicara)
siklus I mengalami peningkatan prestasi belajar ketuntasan klasikal mencapai 87,5 %.
mahasiswa sebesar 27,28%. Pada siklus I dan Perkembangan prestasi belajar mahasiswa
II ini Indikator kebehasilan telah dicapai oleh pada mata Dasar Manajemen dengan
mahasiswa visual. penerapan Strategi Based Student’s Choice
Dari uraian di atas dapat disimpulkan berdasarkan preferensi sensori: Visual, Auditori
bahwa pembelajaran pada siklus II dan Kinestetik dapat pada tabel 15.
menggunakan metode Small Group Discussion.
Metode ini dirancang untuk mengokomodir

83
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Tabel 15. Data Rangkuman Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Siklus I,


Siklus II dan Siklus III
Perolehan
No Keterangan Observasi Siklus Siklus Siklus
Awal I II III
1 Nilai terendah 42,5 58 65 65
2 Nilai tertinggi 90 85 83 84
3 Rata-rata kelas 69,68 74,59 75,7 75,78
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 14 6 7 2
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 13 21 20 25
6 Persentase ketuntasan 46,87% 77,78% 74,07% 92,59%

Prestasi belajar mahasiswa pada mata peningkatan bila dibandingkan dengan prestasi
pelajaran Mata Kuliah Dasar Manajemen belajar kondisi awal yaitu sebesar 27,2%.
sebelum diadakan tindakan menunjukkan hasil Penurunan disebabkan karena pada siklus II
yang masih rendah. Nilai ketuntasan klasikal pembelajaran menggunakan metode
sebesar 46,87% masih di bawah standar pembelajaran yang dipilih mahasiswa lebih
ketuntasan klasikal yaitu 85%. Berdasarkan sedikit (pilihan urutan kedua). Siklus III
data yang diperoleh dari prestasi belajar siklus persentase ketuntasan klasikal 92,59%
I, dengan menggunakan Strategy Based mengalami peningkatan bila dibandingkan
Student’s Choice dengan preferensi Sensori: dengan siklus I yaitu sebesar 14,81%, dan Jika
Visual, Auditorial dan Kinestetik, menunjukkan dibandingkan dengan siklus II mengalami
adanya peningkatan Prestasi belajar peningkatan sebesar 18,52% tetapi mengalami
mahasiswa, pada observasi awal persentase peningkatan jika dibandingkan dengan prestasi
ketuntasan klasikal sebesar 46,87 %, pada belajar observasi awal, yaitu sebesar 45,72%.
siklus I persentase ketuntasan klasikal Peningkatan disebabkan karena pembelajaran
meningkat menjadi 77,78%, terjadi peningkatan siklus III menggunakan metode pembelajaran
sebesar 30,91%. Siklus II persentase yang diplih sisiwa paling sedikit. Sekalipun
ketuntasan klasikal 74,07% mengalami mengalami peningkatan namun indikator
penurunan bila dibandingkan dengan siklus I, keberhasilan telah tercapai.
penurunan sebesar 3,71% namun mengalami

Tabel 16. Data Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Visual Siklus III
Perolehan
No Keterangan Observasi
Siklus I Siklus II Siklus III
Awal
1 Nilai terendah 42,5 59 65 68
2 Nilai tertinggi 82,5 88 80 81
3 Rata-rata kelas 67,2 73,64 75,36 75,18
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 7 6 3 2
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 4 5 8 9
6 Persentase ketuntasan 37,5% 45,45% 72,73% 81,82%

Berdasarkan tabel 16 diketahui bahwa persentase ketuntasan meningkat menjadi


nilai terendah 68, nilai tertinggi 81, rata-rata 81,82%, terjadi peningkatan sebesar 44,32%
nilai 75,18, jumlah mahasiswa yang mencapai jika dibandingkan dengan prestasi belajar pada
KKM sebanyak 9 orang. Persentase ketuntasan observasi awal. Jika dibandingkan dengan
81,82%. Pada observasi awal persentase prestasi belajar siklus I mengalami peningkatan
ketuntasan 37,5%, pada siklus I persentase sebesar 36,37% dan jika dibandingkan dengan
ketuntasan meningkat sebesar 7,95%, Siklus II prestasi belajar mahasiswa siklus II mengalami
persentase ketuntasan 72,73 dan silkus III peningkatan sebesar 9,09%.

84
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Tabel 17. Data Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Kinestetik Siklus III
Perolehan
No Keterangan
Observasi Awal Siklus I Siklus II Siklus III
1 Nilai terendah 52,5 68 65 77
2 Nilai tertinggi 90 84 83 82
3 Rata-rata kelas 75 79 73,86 78,86
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 2 2 1 3
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 5 5 6 4
6 Persentase ketuntasan 64,28% 71,42% 85,71% 78,57%

Berdasarkan tabel 17. diketahui bahwa jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus
nilai terendah 77, nilai tertinggi 82, rata-rata I. Peningkatannya sebesar 7,15%. Serta
nilai 78,86. Jumlah mahasiswa yang mencapai mengalami penurunan sebesar 7,14 jika
KKM sebanyak 4 orang dan yang tidak dibandingkan dengan siklus II. Penurunan
mencapai KKM sebanyak 3 orang. Persentase disebabkan karena dalam pembelajaran siklus
ketuntasan 78,57 %. Prestasi belajar siklus III III ini menggunakan metode talking stick,
ini mengalami peningkatan sebesar 14,29% jika metode ini lebih banyak mengakomodir gaya
dibandingkan dengan prestasi mahasiswa pada belajar mahasiswa visual.
observasi awal. Dan mengalami peningkatan

Tabel 18. Data Perkembangan Prestasi Belajar Mahasiswa Auditori Siklus III
Perolehan
No Keterangan Observasi Siklus Siklus Siklus
Awal I II III
1 Nilai terendah 45 57 69 65
2 Nilai tertinggi 77,5 87 82 84
3 Rata-rata kelas 64,25 72,44 77,56 76,11
4 Jumlah mahasiswa yang belum tuntas 7 2 2 1
5 Jumlah mahasiswa yang sudah tuntas 3 7 7 8
6 Persentase ketuntasan 30% 77,78% 77,78% 88,89%

Berdasarkan tabel 18. diketahui nilai Persentase tertinggi dicapai oleh mahasiswa
terendah 65, nilai tertinggi 84, rata-rata nilai yang mempunyai gaya belajar auditori.
76,11, jumlah mahasiswa yang mencapai KKM Pelaksanaan pembelajaran dengan
sebanyak 8 orang Persentase ketuntasan menggunakan Strategy Based Student’s
88,89%. Terjadi peningkatan prestasi belajar Choice berdasarkan preferensi sensori: Visual,
mahasiswa sebesar 58,89%, jika dibandingkan Auditori dan Kinestetik dapat meningkatkan
dengan prestasi belajar pada observasi awal motivasi dan prestasi belajar mahasiswa.
yang sebesar 30%. Jika dibandingkan dengan Pembelajaran dengan Strategy Based Student
prestasi belajar siklus I mengalami peningkatan Choice dengan preferensi sensori: Visual,
sebesar 11,11%. Hal ini sama jika Auditori dan Kinestetik, merupakan
dibandingkan dengan siklus II yaitu mengalami pembelajaran yang berusaha mengakomodir
peningkatan sebesar 11,11%. Peningkatan berbagai macam gaya belajar mahasiswa.
disebabkan karena dalam siklus III Sebagaimana pendapat Michael Grinder,
pembelajaran menggunakan metode yang pengarang Righting the Education Conveyor
mengakomodir gaya belajar mahasiswa Belt, mengungkapkan ”bahwa dalam setiap
auditori, dengan demikian indikator kelompok yang terdiri dari tiga puluh
keberhasilan telah tercapai. Dari uraian di atas mahasiswa, sekitar dua puluh dua orang
dapat disimpulkan bahwa pada siklus III mampu belajar secara cukup efektif dengan
pembelajaran menggunakan metode Talking cara visual, auditorial, dan kinestetik sehingga
Stick. Pembelajaran dengan metode ini mereka tidak membutuhkan perhatian khusus.
dirancang dan mengokomodir mahasiswa yang Dari sisa delapan orang, sekitar enam orang
mempunyai gaya belajar visual. Hasil memilih satu modalitas (gaya belajar) yang
pembelajaran dengan metode tersebut sangat menonjol. Sehingga setiap saat mereka
diketahui bahwa presentase ketuntasan harus berusaha maksimal untuk dapat
mahasiswa visual mencapai 81,82%, memahami perintah, kecuali jika perhatian
mahasiswa kinestetik mencapai 78,57% dan khusus diberikan kepadanya sesuai dengan
mahasiswa auditori mencapai 88,89%. cara belajar yang mereka pilih, akan lebih cepat

85
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

dan mudah dalam pembelajaran”. Strategy kinestetik dalam Mata Kuliah Dasar Manajemen
Based Student’s Choice berdasarkan mengakomodir mahamahasiswa yang
preferensi sensori:Visual, Auditori dan mempunyai gaya belajar visual, gaya belajar
Kinestetik merupakan salah satu cara yang auditori dan gaya belajar kinestetik. Motivasi
bisa dikembangkan untuk mengatasi belajar mahamahasiswa yang mempunyai gaya
permasalahan belajar mahasiswa terutama belajar visual pada siklus I sebesar 78,75%,
untuk meningkatkan motivasi dan prestasi siklus II sebesar 75% dan siklus III sebesar
belajar mahasiswa. Dalam strategi ini 97,5%.
mahasiswa diberi peluang untuk bisa memilih Berdasarkan hasil observasi pada siklus I,
dan menentukan metode pembelajaran siklus II dan siklus III jika dirata-rata maka hasil
menurut keinginan yang mereka sukai, yang motivasi belajar sebesar 83,75%, ini berada
disesuaikan dengan gaya belajar mereka pada kriteria penilaian sangat baik. Motivasi
sendiri sehingga dengan demikian bisa belajar mahamahasiswa yang mempunyai gaya
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa yang belajar auditori pada siklus I sebesar 81%,
ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar siklus II sebesar 98% dan siklus III sebesar
dan dapat meningkatkan prestasi belajar 80%. Berdasarkan hasil observasi pada siklus
dengan tercapainya persentase ketuntasan I, siklus II dan siklus III jika dirata-rata maka
klasikal. hasil motivasi belajar sebesar 86,33%, ini
berada pada kriteria penilaian sangat baik.
Motivasi belajar mahamahasiswa yang
KESIMPULAN mempunyai gaya belajar kinestetik pada siklus I
sebesar 97,14%, siklus II sebesar 79,28% dan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan siklus III sebesar 70,71%. Berdasarkan hasil
Kelas pada Mata Kuliah Dasar Manajemen observasi pada siklus I, siklus II dan siklus III
dengan penerapan Strategy Based Student’s jika dirata-rata maka hasil motivasi belajar
Choice dengan preferensi sensori: visual, sebesar 82,38%, ini berada pada kriteria
auditori dan kinestetik di Kelas AB.SM.13.01 penilaian sangat baik.
Politeknik LP3I Medan, maka dapat Penerapan Strategy Based Student’s
disimpulkan Strategy Based Student’s Choice Choice dengan preferensi sensori:visual,
dengan preferensi sensori : visual, auditori dan auditori dan kinestetik pada Mata Kuliah Dasar
kinestetik dalam Mata Kuliah Dasar Manajemen Manajemen, Siklus I menggunakan metode
dapat meningkatkan motivasi belajar card sort. Metode ini dipersiapkan untuk
mahamahasiswa. Motivasi belajar mahamahasiswa yang mempunyai gaya belajar
mahamahasiswa tercermin dalam aktivitas kinestetik, dampak metode ini terhadap
mahamahasiswa saat pembelajaran motivasi belajar mahamahasiswa visual
berlangsung. Hal ini disebabkan karena motivasi belajarnya 78,75%, dengan kriteria
pelaksanaan pembelajaran menggunakan penilaian baik, mahamahasiswa auditori
metode yang sesuai dengan pilihan motivasi belajarnya 81 %, dengan kriteria
mahamahasiswa yaitu metode pembelajaran penilaian sangat baik, mahamahasiswa
yang menarik, menyenangkan dan sesuai kinestetik motivasi belajarnya 97,14%, dengan
dengan gaya belajar mahamahasiswa. Pada kriteria penilaian sangat baik. Siklus II
siklus I, berdasarkan hasil Choice (pilihan) menggunakan metode Small Group Discussion.
mahamahasiswa metode pembelajaran Metode ini dirancang untuk mahamahasiswa
bermain Card Sort (sortir kartu) yang dipilih yang mempunyai gaya belajar auditori, dampak
paling banyak oleh mahamahasiswa, hasilnya metode ini terhadap motivasi belajar
motivasi belajar mahamahasiswa sebesar mahamahasiswa visual motivasi belajarnya
87,5%, sedangkan siklus II dengan 75% dengan kriteria penilaian baik,
menggunakan metode pembelajaran Small mahamahasiswa auditori motivasi belajarnya
Group Discussion, motivasi belajar 98, kriteria penilaian sangat baik, kinestetik
mahamahasiswa sebesar 84,06%, dan siklus III motivasi belajarnya 79,28% dengan kriteria
dengan metode pembelajaran Talking Stick penilaian baik. Siklus III menggunakan metode
(tongkat berbicara), motivasi belajar Talking Stick. Metode ini dirancang untuk
mahamahasiswa sebesar 80,31%. mahamahasiswa yang mempunyai gaya belajar
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, visual. Dampak metode ini terhadap motivasi
siklus II dan siklus III jika dirata-rata maka hasil belajar mahamahasiswa visual motivasi
motivasi belajar mahamahasiswa sebesar belajarnya 97,5% dengan kriteria penilaian
83,96%, ini berada pada kategori kriteria sangat baik, mahamahasiswa auditori motivasi
penilaian sangat baik, jika dibandingkan belajarnya 80 %,dengan kriteria penilaian
dengan hasil observasi awal terjadi sangat baik, mahamahasiswa kinestetik
peningkatan motivasi belajar sebesar 26.15%. motivasi belajarnya 70,71% dengan kriteria
Penerapan Strategy Based Student’s Choice baik.
dengan preferensi sensori: visual, auditori dan

86
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Strategy Based Student’s Choice dengan 87,5%, indikator keberhasilan tercapai,


preferensi sensori:visual, auditori dan kinestetik mahamahasiswa auditori prestasi belajarnya
yang diterapkan pada Mata Kuliah Dasar 100%, indicator keberhasilan tercapai,
Manajemen dapat meningkatkan prestasi mahamahasiswa kinestetik prestasi belajarnya
belajar mahamahasiswa, hal ini terlihat dari 85,71% indicator keberhasilan tercapai. Siklus
ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 93,75%, III menggunakan metode Talking Stick. Metode
pada siklus II yaitu 90,63% dan pada siklus III ini dirancang untuk mengakomodir
87,5% jika dirata-rata ketuntasan klasikal dari mahamahasiswa yang mempunyai gaya belajar
siklus I, siklus II dan siklus III diperoleh hasil visual.
ketuntasan klasikal sebasar 90,62% kriteria Dampak metode ini terhadap prestasi
ketuntasan berada di atas standar ketuntasan belajar mahamahasiswa visual, prestasi
klasikal yaitu 85%. Jika dibandingkan dengan belajarnya 100% indikator keberhasilan
hasil ketuntasan klasikal pada observasi awal tercapai, mahamahasiswa auditori prestasi
maka terjadi peningkatan ketuntasan klasikal belajarnya 90 %, indikator keberhasilan
sebesar 43,75%. Penerapan Strategy Based tercapai. Mahamahasiswa kinestetik prestasi
Student’s Choice dengan preferensi sensori: belajarnya 78,57%, indikator keberhasilan tidak
visual, auditori dan kinestetik dalam Mata tercapai.
Kuliah Dasar Manajemen mengakomodir
mahamahasiswa yang mempunyai gaya belajar
visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar DAFTAR PUSTAKA
kinestetik. Prestasi Belajar mahamahasiswa
yang mempunyai gaya belajar visual pada Arifin. (1991). Kapita Selekta Pendidikan.
siklus I sebesar sebesar 87,5%, siklus II Jakarta: Bumi Aksara
sebesar 87,5% dan siklus III sebesar 100%, Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian suatu
jika dirata-rata ketuntasan belajar dari siklus I, Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
siklus II dan siklus III diperoleh hasil ketuntasan Cipta.
sebesar 91,66%, indikator keberhasilan telah _________. (2002). Dasar-dasar Evalusi
tercapai. Prestasi Belajar mahamahasiswa Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
yang mempunyai gaya belajar auditori pada _________. (2009). Penelitian Tindakan Kelas.
siklus I sebesar 90%, siklus II sebesar 100% Jakarta: PT. Bumi Aksara.
dan siklus III sebesar 90%, jika dirata-rata Azzet, A., M. (2011). Menjadi Guru Favorit.
ketuntasan belajar dari siklus I, siklus II dan Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
siklus III diperoleh hasil ketuntasan sebesar Davies, I., K. (1987). Pengelolaan Belajar.
93,33%, indikator keberhasilan telah tercapai. Jakarta: Rajawali Pers.
Prestasi belajar mahamahasiswa yang Dimyati. (2009). Belajar dan Pembelajaran.
mempunyai gaya belajar kinestetik pada siklus I Jakarta : Rineka Cipta.
sebesar sebesar 100%, siklus II sebesar Djamarah, B. (2006). Srategi Belajar Mengajar,
85,71% dan siklus III sebesar 78,57%, jika Jakarta: PT. Rineka Cipta.
dirata-rata ketuntasan belajar dari siklus I, Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar.
siklus II dan siklus III diperoleh hasil ketuntasan Jakarta: PT. Grasindo, cet. Ke-2.
sebesar 88,09%, indikator keberhasilan telah Accelarated Learning. (2003). Jakarta: PT
tercapai. Gramedia Pustaka Utama
Penerapan Strategy Based Student’s Hamalik, O. (2007). Psikologi Belajar dan
Choice dengan preferensi sensori: visual, Mengajar. Bandung: Sinar Baru
auditori dan kinestetik pada Mata Kuliah Dasar Algensindo.
Manajemen, Siklus I menggunakan metode Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar.
Card Sort. Metode ini dirancang untuk Jakarta: PT. Bumi Aksara.
mengakomodir mahamahasiswa yang Hamruni. (2009) Strategi dan Model-model
mempunyai gaya belajar kinestetik, dampak Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan.
metode ini terhadap prestasi belajar Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
mahamahasiswa visual, prestasi belajarnya Kalijaga.
87,5%, indikator keberhasilan tercapai, Hasan, M., T. (2000). Diskursus Islam &
mahamahasiswa auditori prestasi belajarnya 90 Pendidikan. PT. Bina Wiraswasta Insan
%, indikator keberhasilan tercapai, kinestetik Indonesia.
prestasi belajarnya 100%, indikator Hernacki, M. & Porter, B., D. (2003). Quantum
keberhasilan tercapai. Learning, Membiasakan Belajar Nyaman
Siklus II menggunakan metode Small dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Group Discussion. Metode ini dirancang untuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
mengakomodir mahamahasiswa yang Madrasah Tsanawiyah. (2007). Jakarta:
mempunyai gaya belajar auditori. Dampak PT. Bina Raya.
metode ini terhadap prestasi belajar Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional:
mahamahasiswa visual prestasi belajarnya Menciptakan pembelajaran kreatif dan

87
Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 01, 2016, 69-88

Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Nana S. (2005). Penilaian Hasil Belajar


Rosdakarya. Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Sardiman. (2003). Interaksi dan Motivasi Rosdakarya.
Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Sumanto, W. (1990). Psikologi Pendidikan.
Perkasa. Jakarta: Rineka Cipta.
Nata, A. (2001). Paradigma Pendidikan Islam. Suryabrata, S. (1988). Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Indonesia. Syafaruddin. (2002). Manajemen Mutu Terpadu
Nasution. (2010). Berbagai Pendekatan Dalam dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan
Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Aplikasi. Jakarta, Grasindo.
Bumi Aksara. Syah, M. (1999). Psikologi Pendidikan dengan
Purwodarminto, W. J. S. (1985) Kamus Umum Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rosdakarya.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
mengembangkan Profesionalisme Guru. (UU RI. No.20 Tahun 2003). Semarang:
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. CV. Duta Nusindo.
Sardiman. (2003). Interaksi dan Motivasi Uno, H., B. (2008). Orientasi Baru dalam
Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Perkasa. Aksara.
Slameto. (2001). Belajar dan Faktor-faktor yang Usman, M., U. (2000). Menjadi Guru
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Profesional. Bandung: Remaja
Silberman, M., L. (1996). active Learning, 101 Rosdakarya.
Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Wahyuni, E. & Nur, B. (2008). Teori Belajar dan
Pustaka Insan Madani. Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
_____________. (2009). Silberman, Active Winkel, W., S. (1999). Psikologi Pengajaran.
Learning: 101 Cara Belajar siswa aktif. Jakarta: Gramedia Widiasrana.
Terjemah, Bandung: Nusamedia Yolanda, A., Ranita, S. V., Idris, I., &
bekerjasama dengan Nuansa. Nurismilida, N. (2015). EFEKTIVITAS
Sudijono, A. (2010). Pengantar Statistik PENILAIAN PRESTASI KERJA
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo KARYAWAN (STUDI KASUS: PTPN IV
Persada. (PERSERO)-KEBUN TINJOWAN
SIMALUNGUN). Jurnal Bis-A: Jurnal
Bisnis Administrasi, 4(2), 69-74.

88

Anda mungkin juga menyukai