Anda di halaman 1dari 95

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN
SEMESTER II TAHUN ANGGARAN (TA) 2005

ATAS

BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2004 DAN 2005
PADA
PROVINSI BANTEN
DI
SERANG

AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA IV


Perwakilan III BPK-RI di Jakarta

Nomor :
Tanggal :
Daftar Isi

KESIMPULAN…………………………………………………………………………………… 1
HASIL PEMERIKSAAN………………………………………………………………………... 3
I. Gambaran Umum…………………………………………………….……………………….. 3
1. Tujuan Pemeriksaan…………………………………….……………………………............ 3
2. Sasaran Pemeriksaan…………………………………….…………………………………... 3
3. Metode Pemeriksaan………………………………….……………………………………... 3
4. Jangka Waktu Pemeriksaan………………………….…………………………………….. 4
5. Obyek Pemeriksaan …………………….…………………………………………………… 4
a. Uraian Singkat Obyek Pemeriksaan ………………………………………………….. 4
b. Realisasi Anggaran …………………………………………………………………… 4
c. Cakupan Pemeriksaan ………………………………………………………………… 6

II. Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern…………………………………………... 12


1. Kebijakan……………………………………………………………………………. 12
2. Organisasi dan Personalia…………………………………………………………… 12
3. Perencanaan ………………………………………………………………………… 13
4. Pengadaan Barang/Jasa …………………………………………………………….. 13
5. Pembayaran ………………………………………………………………………… 13
6. Pembukuan …………………………………………………………………………… 14
7. Penyusunan dan Penyajian Informasi Keuangan …………………………………….. 15
8. Pengawasan …………………………………………………………………………. 15

III. Hasil Pemeriksaan Tindak Lanjut ………………………………………………..............


16
IV. Temuan Pemeriksaan …………………………………………………………………….. 17

1. Fasilitas Rumah Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Yang Diberikan Dalam Bentuk
Tunjangan Perumahan, Ternyata Diberikan Juga Biaya Pemeliharaan Rumah Jabatan sebesar 17
Rp127.707.600,00, Tidak Sesuai Ketentuan …………………………………………
2. Pengeluaran dan Pertanggungjawaban atas Belanja Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
Banten TA 2005 (s.d Oktober) senilai Rp2.597.817.400,00 Tidak Didukung Dengan Bukti
Yang Sah ……………………………………………………………………………………. 19
3. Belanja Barang dan Jasa pada Pos Sekretariat DPRD Provinsi Banten Digunakan untuk
Kegiatan yang Tidak Sesuai dengan Peruntukannya Sebesar Rp384.500.000,00…………... 21
4. Pengadaan Lahan Untuk Pembangunan Gedung Mapolda Banten Harganya Lebih Mahal dari
Harga Pasaran Tertinggi Sebesar Rp3.448.620.000,00…………………………………. 23
5. Pengadaan Jembatan Bailley Rangka Baja Knock Down Senilai
Rp1.272.568.000,00 Untuk Penanganan Darurat Tidak Siap Pakai, Di Antaranya Terdapat
Komponen Yang Kurang Diterima Senilai Rp55.069.000,00 Dan Denda Sebesar
Rp3.817.704,00 Belum Dipungut …………………………………………………. .............. 25
6. Pembangunan Gedung DPRD Provinsi Banten Senilai Rp62.500.000.000,00 Dilaksanakan
Oleh Kontraktor Yang Tidak Memiliki Keahlian/Kemampuan Teknis Bangunan …………. 27
7. Pemberian Addendum Perpanjangan Waktu atas Pelaksanaan 11 Paket Pekerjaan
Pembangunan Jalan dan Jembatan Tidak Sesuai Ketentuan Sehingga Denda Keterlambatan
Harus Dikenakan Sebesar Rp1.010.756.157,00……………………………………………... .. 31
8. Pelaksanaan Pekerjaan Tiga Paket Pembangunan Jalan Tidak Sesuai Kontrak Sebesar
Rp349.990.510,71…………………………………………………………………………… .. 34
9. Volume Pekerjaan Pada Dua Paket Pembangunan Jalan Dihitung Lebih Besar Senilai
Rp86.632.624,85 Dari Yang Seharusnya……………………………………………………… 38
10. Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Situ Garukgak Tidak Sesuai Dengan Yang
Dipersyaratkan Dalam Kontrak Sebesar Rp6.615.860,00…………………………………… ... 41
11. Pelaksanaan Pekerjaan Perbaikan Tanggul Kiri Sungai Cidurian Terlambat Diselesaikan Dan
Belum Dipungut Denda Keterlambatan Sebesar Rp18.798.654,00…………... ……………… 43
12. Pengadaan Obat Pada Dinas Kesehatan Provinsi Banten Dengan Dana APBD Senilai
Rp1.192.008.988,00 Fiktif....................................................................................................... 45
13. Obat Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar Dari Pengadaan TA 2005 Senilai
Rp1.493.987.312,00 Belum Semuanya Diterima dan Di Antaranya Lebih Dibayar Sebesar
Rp1.070.142.045,00...............................................................................………………………. 51
14. Kegiatan Pengadaan Alat Kesehatan Lebih Dibayar Sebesar Rp5.137.455.309,00 Dan Kepada
Rekanan Belum Dikenakan Denda Keterlambatan Sebesar Rp264.044.000,00........................ 55
15. Addendum Perpanjangan Waktu Atas Dua Pelaksana Kegiatan Di Lokasi RSUD Malimping
Tidak Layak Dan Terdapat Kekurangan Pekerjaan Sebesar Rp69.465.163,59........................... 57
16. Pengadaan Incenerator Tidak Efektif dan Harga Ditetapkan Lebih Tinggi Sebesar
Rp240.841.600,00 serta atas Keterlambatan Pekerjaan Tidak Dikenakan Sangsi Denda
Sebesar Rp30.557.825,00............................................................................................................ 61
17. Pengadaan Barang Senilai Rp361.927.866,00 Belum Dimanfaatkan .................................... 64
18. Penyelesaian Pekerjaan Pembangunan SMA Cahaya Madani Banten Boarding School
Terlambat, Belum Dikenakan Denda Sebesar Rp 24.038.004,00, Dan Kelebihan Pembayaran
Sebesar Rp 56.984.623,02.......................................................................................................... 66
19. Penganggaran Bantuan Pendidikan Guru Swasta/Non PNS Dan Siswa Sebesar
Rp10.064.800.000,00 Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Dan Di Antaranya Belum
Disalurkan Sebesar Rp 514.000.000,00.................................................................................. ... 72

Lampiran – Lampiran ………………………………………………………………………...........


Lampiran 1........................................................................................................................................
Lampiran 2........................................................................................... ............................……........
Lampiran 3........................................................................................................................................
Lampiran 4 -1&2...............................................................................................................................
Lampiran 5 - ....................................................................................................................................
KESIMPULAN

Berdasarkan ketentuan Pasal 23 E Undang-undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Pasal 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1973, dan Undang-
Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) telah
melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas Belanja Daerah pada Pemerintah
Provinsi Banten Tahun Anggaran (TA) 2004 dan TA 2005. Pemeriksaan dilakukan
dengan berpedoman pada Standar Audit Pemerintahan (SAP) Tahun 1995 dan
Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) BPK-RI Tahun 2002.

Tujuan Pemeriksaan adalah untuk menguji dan menilai, apakah informasi


keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, entitas yang
diperiksa telah mematuhi persyaratan kepatuhan terhadap peraturan keuangan
tertentu, dan Sistem Pengendalian Intern (SPI) terhadap laporan keuangan maupun
terhadap pengamanan atas kekayaan telah dirancang dan dilaksanakan secara
memadai untuk mencapai tujuan pengendalian.

Sasaran pemeriksaan diarahkan pada SPI, akurasi penyajian Laporan


Realisasi Anggaran Belanja daerah, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan dalam pelaksanaan kegiatan penggunaan Belanja Daerah, dengan luas
cakupan pemeriksaan TA 2004 sebesar Rp182.904.533.425,00 atau 16,35 % dari
realisasi anggaran sebesar Rp1.118.833.681.261,00 dan TA 2005 sebesar
Rp403.290.623.876 atau 31,48% dari realisasi anggaran sebesar
Rp1.281.289.232.634,00

Tanpa mengurangi keberhasilan yang dicapai dalam merealisasikan Anggaran


Belanja Daerah yang ditetapkan dalam Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK),
dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pada TA 2004 dan TA 2005
ditemukan penyimpangan sebesar Rp90.405.383.408,17 dari Realisasi Anggaran
Belanja Daerah yang diperiksa sebesar Rp586.195.157.301,00 yaitu :

1. Penyimpangan TA 2004 sebesar Rp4.148.078.988,00 (termasuk temuan TA


2003 sebesar Rp3.448.620.000,00) atau 2,27% dari realisasi Anggaran Belanja
Daerah yang diperiksa sebesar Rp182.904.533.425,00, merupakan penyimpangan
yang berindikasi kerugian daerah.

1
2. Penyimpangan TA 2005 sebesar Rp86.257.304.420,17 atau 21,39% dari realisasi
Anggaran Belanja Daerah yang diperiksa sebesar Rp403.290.623.876,00, yang
terdiri atas penyimpangan yang berindikasi kerugian daerah sebesar
Rp8.077.955.136,17 , kekurangan penerimaan sebesar Rp5.187.305.818,00, dan
penyimpangan administratif sebesar Rp72.992.043.466,00.

Penyimpangan tersebut di atas pada dasarnya terjadi karena pelaksanan SPI


yang kurang efektif, khususnya mengenai prosedur kerja dan ketaatan pada azas
yang tidak sepenuhnya dilaksanakan baik oleh para pelaksana maupun oleh
Penanggung Jawab Kegiatan penggunaan Belanja Daerah.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, BPK-RI menyarankan agar kelemahan-
kelemahan yang ada diatasi, kelebihan pembayaran yang merugikan keuangan
daerah segera dipertanggungjawabkan dengan menyetorkan kembali ke Kas Daerah,
Para Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan penggunaan belanja daerah yang
lalai dalam melaksanakan tugas dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, serta atas penyimpangan yang diduga adanya unsur korupsi dan kolusi,
maka atas masalah ini seyogyanya ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Kepala Perwakilan III BPK-RI


di Jakarta,

Drs. Hadi Priyanto, MM


NIP.240000961

2
HASIL PEMERIKSAAN

I. Gambaran Umum
1. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji dan menilai apakah :
a. Informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan;
b. Entitas yang diperiksa telah mematuhi persyaratan kepatuhan terhadap
peraturan keuangan tertentu;
c. SPI Entitas tersebut baik terhadap laporan keuangan maupun terhadap
pengamanan atas kekayaan telah dirancang dan dilaksanakan secara
memadai untuk mencapai tujuan pengendalian.

2. Sasaran Pemeriksaan
Untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut, maka sasaran pemeriksaan
diarahkan pada :
a. Sistem Pengendalian Intern.
b. Akurasi Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Belanja Daerah.
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pelaksanaan
kegiatan penggunaan belanja daerah.

3. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan atas Belanja Daerah Provinsi Banten akan memberikan
penilaian terhadap pelaksanaan anggaran dan SPI, serta akurasi penyajian
informasi keuangan dengan melakukan pengujian secara sampling dengan
memperhatikan pendekatan resiko dan materialitas, penelaahan terhadap
dokumen, pengujian di lapangan atas obyek pengeluaran, konfirmasi kepada
rekanan dan pihak-pihak lain terkait serta melakukan tanya jawab
(Permintaan Keterangan) dengan para pejabat dan para petugas yang terkait
pada pengelolaan Belanja Daerah Provinsi Banten.

4. Jangka Waktu Pemeriksaan


Pemeriksaan dilaksanakan selama 40 hari kalender terhitung mulai tanggal
21 November 2005 sampai dengan 31 Desember 2005, berdasarkan Surat

3
Tugas BPK-RI No. 67/ST/XIV.3-XIV.3.3/11/2005 tanggal 16 November
2005 dan No. 86/ST/XIV.3-XIV.3.3/11/2005 tanggal 30 November 2005

5. Obyek Pemeriksaan
a. Uraian Singkat Obyek Pemeriksaan
Belanja Daerah Provinsi Banten yang dianggarkan dalam APBD
Tahun Anggaran 2004 ditetapkan dengan Perda No.3 Tahun 2004
Tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Banten Tahun Anggaran 2004 dengan jumlah Anggaran Belanja Daerah
sebesar Rp1.290.417.004.059,01 sedangkan untuk APBD TA 2005
ditetapkan dengan Perda Provinsi Banten No. 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Banten
Tahun Anggaran 2005 dengan jumlah Anggaran Belanja Daerah sebesar
Rp1.679.426.717.543,85
Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Banten terbagi menjadi dua
bagian belanja yaitu Belanja Aparatur dan Belanja Publik. Belanja
Aparatur terdiri tiga jenis Belanja yaitu Belanja Administrasi Umum,
Belanja Operasi dan Pemeliharaan, Belanja Modal, sedangkan Belanja
Pelayanan Publik terdiri dari lima jenis belanja yaitu Belanja Administrasi
Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan, Belanja Modal, Belanja Bagi
Hasil dan Bantuan Keuangan, dan Belanja Tidak Tersangka.
Anggaran Belanja Daerah tersebut lebih lanjut dialokasikan dalam
Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) sebanyak 32 DASK sesuai
dengan jumlah Dinas, Badan, dan Satuan Kerja Daerah pada Provinsi
Banten yang ditetapkan sebagai pengguna anggaran.

b. Anggaran dan realisasi


Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Banten TA 2004 dan 2005 adalah sebagai berikut
TA 2004
Uraian Anggaran Realisasi Prosenta
(Rp) (Rp) se
(%)
1. Belanja Aparatur
a. Belanja Administrasi Umum 226.281.303.397,08 190.762.094.489,00 84,30
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 99.885.648.379,00 101.985.741.646,00 102,10
c. Belanja Modal 22.515.748.915,00 21.269.049.406,00 94,46
Jumlah (1) 348.682.700.691,08 314.016.885.541,000 90,06
2. Belanja Publik
a. Belanja Administrasi Umum 8.177.075.040,00 7.062.559.604,00 86,37

4
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 250.279.446.575,88 181.996.290.992,00 72,72
c. Belanja Modal 178.164.385.305,50 123.033.690.664,00 69,06
Jumlah (2) 436.620.906.921,38 312.092.541.260,00 71,48
3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 485.113.396.446,55 464.329.282.360,00 95,72
Jumlah (3) 485.113.396.446,55 464.329.282.360,00 95,72
4. Belanja Tidak tersangka 20.000.000.000,00 1.282.600.000,00 6,41

Jumlah (4) 20.000.000.000,00 1.282.600.000,00 6,41


Jumlah (1+2+3+4) 1.290.417.004.059,01 1.091.721.309.161,00 84,60

TA 2005
Uraian Anggaran Realisasi Prosentase
(Rp) (Rp) (%)
1. Belanja Aparatur
a. Belanja Administrasi Umum 303.702.763.837,49 244.707.737.293,00 80,57
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 58.456.820.166,00 47.934.764.222,00 82,00
c. Belanja Modal 36.187.547.311,00 28.107.030.598,00 77,67
Jumlah (1) 398.347.131.314,49 320.749.532.113,00 80,52
2. Belanja Publik
a. Belanja Administrasi Umum 9.920.821.068,00 8.334.599.511,00 84,01
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 231.877.595.435,00 178.902.841.549,00 77,15
c. Belanja Modal 264.810.384.586,72 195.996.237.015,00 74,01

Jumlah (2) 506.608.801.089,72 383.233.678.075,00 75,65


3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Ke 754.470.785.139,64 571.421.650.516,00 75,74
uangan
Jumlah (3) 754.470.785.139,64 571.421.650.516,00 75,74
4. Belanja Tidak Tersangka 20.000.000.000,00 5.884.3711.930,00 29,42

Jumlah (4) 20.000.000.000,00 5.884.3711.930,00 29,42


Jumlah (1+2+3+4) 1.679.426.717.543,85 1.281.289.232.634,00 76,29

Daftar tersebut mengungkapkan bahwa realisasi Anggaran


Belanja Daerah Provinsi Banten TA 2004 pada umumnya di bawah
anggaran, yakni dari Anggaan Belanja Daerah TA 2004 sebesar
Rp1.290.417.004.059,01 telah direalisasi sebesar
Rp1.091.721.309.161,00 atau mencapai 84,60% sedangkan Anggaran
Belanja Daerah TA 2005 sebesar Rp1.679.426.717.543,85 telah diealisasi
sebesar Rp1.281.289.232.634,00 atau mencapai 76,29%.

c. Cakupan Pemeriksaan
Pemeriksaan atas Belanja Daerah Provinsi Banten meliputi belanja daerah
pada DPRD, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Sekretariat
Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan,
dan Dinas Kesehatan dengan luas cakupan pemeriksaan TA 2004 dan TA
2005 adalah sebagai berikut :

5
Uraian Realisasi Nilai yang Cakupan
(Rp) diperiksa pemeriksa
(Rp) an
(%)
1. Belanja Aparatur
a. Belanja Administrasi Umum 190.762.094.489,00 113.173.083.976,00 59,32
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 101.985.741.646,00 10.016.900.527,00 9,82
c. Belanja Modal 21.269.049.406,00 4.645.371.105,00 21,83

Jumlah (1) 314.016.885.541,00 127.835.355.608,00 40,71


2. Belanja Publik
a. Belanja Administrasi Umum 7.062.559.604,00 2.197.376.000,00 31,11
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 181.996.290.992,00 20.840.521.780,00 11,45
c. Belanja Modal*) 150.146.062.764,00 32.031.280.039,00 21,33
Jumlah (2) 339.204.913.360,00 55.069.177.819,00 16,23
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 464.329.282.360,00 -
Jumlah (3) 464.329.282.360,00 -
3. Belanja Tak Tersangka 20.000.000.000,00 -
Jumlah (4) 20.000.000.000,00 -
Jumlah (1+2+3+4) 1.118.833.681.261,00 182.904.533.425,00 16,35
*) termasuk anggaran & realisasi TA 2003 sebesar Rp27.112.372.100

TA 2005
Uraian Realisasi Nilai yang Prosentase
(Rp) diperiksa (%)
(Rp)
1. Belanja Aparatur
a. Belanja Administrasi Umum 244.707.737.293,00 44.117.792.899,00 18,02
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 47.934.764.222,00 6.698.218.510,00 13,97
c. Belanja Modal 28.107.030.598,00 19.401.294.000,00 69,02

Jumlah (1) 320.749.532.113,00 70.217.305.409,00 21,89


2. Belanja Publik
a. Belanja Administrasi Umum 8.334.599.511,00 954.718.000,00 11,45
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan 178.902.841.549,00 145.982.605.352,00 81,59
c. Belanja Modal 195.996.237.015,00 186.135.995.115,00 94,97

Jumlah (2) 383.233.678.075,00 333.073.318.467,00 86,91


Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 571.421.650.516,00 - -
Jumlah (2) 571.421.650.516,00 - -
4. Belanja Tak Tersangka 5.884.3711.930,00 - -
Jumlah (4) 5.884.3711.930,00 - -
Jumlah (1+2+3+4) 1.281.289.232.634,00 403.290.623.876,00 31,48

Dari cakupan pemeriksaan TA 2004 sebesar


Rp182.904.533.425,00 ditemukan penyimpangan sebesar
Rp4.148.078.988,00 atau 2,27% (termasuk penyimpangan Tahun 2003
sebesar Rp3.448.620.000,00) yang berindikasi merugikan daerah. Pada TA
2005, dari cakupan pemeriksaan sebesar Rp403.290.623.876,00 ditemukan
penyimpangan sebesar Rp86.257.304.420,17 atau 21,39% terdiri atas
penyimpangan yang berindikasi kerugian daerah sebesar
Rp8.077.955.136,17, kekurangan penerimaan sebesar Rp5.187.305.818,00,
dan penyimpangan administratif sebesar Rp72.992.043.466,00.
Rekapitulasi hasil pemeriksaan atas Belanja Daerah Provinsi
Banten TA 2004 dan TA 2005 dimuat dalam daftar pada halaman berikut
ini.

6
DAFTAR REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DALAM SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2005

Pemerintah Provinsi Banten


Tahun Anggaran 2004

Rincian Temuan
Ketertiban dan Ketaatan (2K)
Total Nilai Temuan Yang Ditemukan Pada
No Nama Obrik/Sasaran Jumlah Anggaran/Asset Jml Realisasi Nilai yang diperiksa % Cakrik
Saat Pemeriksaan
Indikasi Kerugian Kekurangan Penerimaan Administrasi

Jenis Entitas Jml Jml Nilai % Jml Nilai % Jml Nilai % Jml Nilai %
1 2 3 4 5 6 7=6:5 8 9 10=9:6 11 12 13=12:6 14 15 16=15:6 17 18 19=18:6

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu 1.317.529.376.159,00 1.118.833.681.261,00 182.904.533.425,00 16,35% 4.148.078.988,00 2,27% 4.148.078.988,00 2,27% - 0,00 0,00%

Belanja Barang dan Jasa pada Pos Sekretariat


DPRD Provinsi Banten Digunakan untuk
1 384.500.000,00 0,21% 384.500.000 0,21%
Kegiatan yang Tidak Sesuai dengan
Peruntukannya Sebesar Rp384.500.000,00

Pengadaan Lahan Untuk Pembangunan Gedung


Mapolda Banten Harganya Lebih Mahal dari
2*) 3.448.620.000,00 1,89% 3.448.620.000 1,89%
Harga Pasaran Tertinggi Sebesar
Rp3.448.620.000,00

Pengadaan Obat Pada Dinas Kesehatan Provinsi


3 Banten Dengan Dana APBD Senilai 314.958.988,00 0,17% 314.958.988,00 0,17%
Rp1.192.008.988,00 Fiktif

Catatan *)

temuan no 2 merupakan temuan atas penyimpangan Thn 2003


DAFTAR REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DALAM SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2005

Pemerintah Provinsi Banten


Tahun Anggaran 2005

Rincian Temuan
Ketertiban dan Ketaatan (2K)
% Total Nilai Temuan Yang Ditemukan
No Nama Obrik/Sasaran Jumlah Anggaran/Asset Jml Realisasi Nilai yang diperiksa
Cakrik Pada Saat Pemeriksaan
Indikasi Kerugian Kekurangan Penerimaan Administrasi

Jenis Entitas Jml Jml Nilai % Jml Nilai % Jml Nilai % Jml Nilai %
1 2 3 4 5 6 7=6:5 8 9 10=9:6 11 12 13=12:6 14 15 16=15:6 17 18 19=18:6

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu 1.679.426.717.544 1.281.289.232.634 403.290.623.876 31,48% 86.257.304.420,17 21,39% 8.077.955.136,17 2,00% 5.187.305.818,00 1,29% 72.992.043.466,00 18,10%
Fasilitas Rumah Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten
Yang Diberikan Dalam Bentuk Tunjangan Perumahan Ternyata
1 127.707.600,00 0,01% 127.707.600,00 0,03%
Diberikan Juga Biaya Pemeliharaan Rumah Jabatan sebesar
Rp127.707.600,00, Tidak Sesuai Ketentuan

Pengeluaran dan Pertanggungjawaban atas Belanja Gubernur


dan Wakil Gubernur Provinsi Banten TA 2005 (s.d Oktober)
2 2.597.817.400,00 2.597.817.400,00
Senilai Rp2.597.817.400,00 Tidak Didukung Dengan Bukti
Yang Sah

Pengadaan Jembatan Bailley Rangka Baja Knock Down Senilai


Rp1.272.568.000,00 Untuk Penanganan Darurat Tidak Siap
3 Pakai, Di Antaranya Terdapat Komponen Yang Kurang 1.276.385.704,00 0,32% 55.069.800,00 0,01% 3.817.704,00 0,00% 1.217.498.200
Diterima Senilai Rp55.069.800,00 Dan Denda sebesar
Rp3.817.704,00 Belum Dipungut

Pembangunan gedung DPRD Provinsi Banten Senilai


4 Rp62.500.000.000,00 Dilaksanakan oleh Kontraktor yang Tidak 62.500.000.000,00 15,50% 3.750.000.000,00 0,93% 58.750.000.000 14,57%
Memiliki Keahlian/Kemampuan Teknis Bangunan

Pemberian Addendum Perpanjangan Waktu atas Pelaksanaan 11


Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan dan Jembatan Tidak Sesuai
5 1.010.756.157,00 0,25% 1.010.756.157,00 0,25%
Ketentuan Sehingga Denda Keterlambatan Harus Dikenakan
Sebesar Rp1.010.756.157,00

Pelaksanaan Pekerjaan Tiga Paket Pembangunan Jalan Tidak


6 349.990.510,71 0,09% 349.990.510,71 0,09%
Sesuai Kontrak Sebesar Rp349.990.510,71

Volume Pekerjaan Pada Dua Paket Pembangunan Jalan


7 Dihitung Lebih Besar Senilai Rp86.632.624,85 Dari Yang 86.632.624,85 0,02% 86.632.624,85 0,02%
Seharusnya

Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Situ Garukgak Tidak Sesuai


8 Dengan Yang Dipersyaratkan Dalam Kontrak Sebesar 6.615.860,00 0,00% 6.615.860,00 0,00%
Rp6.615.860,00

Pelaksanaan Pekerjaan Perbaikan Tanggul Kiri Sungai Cidurian


9 Terlambat Diselesaikan Dan Belum Dipungut Denda 18.798.654,00 0,00% 18.798.654,00 0,00%
Keterlambatan Sebesar Rp18.798.654,00

Pengadaan Obat Pada Dinas Kesehatan Provinsi Banten Dengan


10 877.050.000,00 0,22% 877.050.000,00 0,22%
Dana APBD Senilai Rp1.192.008.988,00 Fiktif
Obat Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar Dari Pengadaan TA
11 2005 Senilai Rp1.493.987.312,00 Belum Semuanya Diterima 1.070.142.045,00 0,27% 1.070.142.045,00 0,27%
dan Di Antaranya Lebih Dibayar Sebesar Rp1.070.142.045,00

Kegiatan Pengadaan Alat Kesehatan Lebih Dibayar Sebesar


12 Rp5.137.455.309,00 Dan Kepada Rekanan Belum Dikenakan 5.401.499.309,00 1,34% 5.137.455.309,00 1,27% 264.044.000,00 0,07%
Denda Keterlambatan Sebesar Rp264.044.000,00

Addendum Perpanjangan Waktu Atas Dua Pelaksana Kegiatan


13 Di Lokasi RSUD Malimping Tidak Layak Dan Terdapat 154.758.637,59 0,04% 69.465.163,59 0,02% 85.293.474,00 0,02%
Kekurangan Pekerjaan sebesar Rp69.465.163,59

Pengadaan Incenerator Tidak Efektif dan Harga Ditetapkan


Lebih Tinggi Sebesar Rp240.841.600,00 serta atas
14 271.399.425,00 0,07% 240.841.600,00 0,06% 30.557.825,00 0,01%
Keterlambatan Dua Pekerjaan Belum Dikenakan Sangsi Denda
Sebesar Rp30.557.825,00

Pengadaan Barang Senilai Rp361.927.866,00 Belum


15 361.927.866,00 0,09% 0,00% 361.927.866 0,09%
Dimanfaatkan

Penyelesaian Pekerjaan Pembangunan SMA Cahaya Madani


Banten Boarding School Terlambat, Belum Dikenakan Denda
16 81.022.627,02 0,02% 56.984.623,02 0,01% 24.038.004,00 0,01%
Sebesar Rp 24.038.004,00, Dan Kelebihan Pembayaran Sebesar
Rp 56.984.623,02

Penganggaran Bantuan Pendidikan Guru Swasta/Non PNS


Dan Siswa Sebesar Rp10.064.800.000,00 Tidak Sesuai
17 10.064.800.000,00 2,50% 10.064.800.000 2,50%
Dengan Ketentuan Dan Di Antaranya Belum Disalurkan
Sebesar Rp 514.000.000,00.
DAFTAR REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DALAM SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2005

Pemerintah Provinsi Banten


Tahun Anggaran 2004 & 2005

Rincian Temuan
Ketertiban dan Ketaatan (2K)
Jumlah % Total Nilai Temuan Yang Ditemukan Pada
No Nama Obrik/Sasaran Jml Realisasi Nilai yang diperiksa
Anggaran/Asset Cakrik Saat Pemeriksaan
Indikasi Kerugian Kekurangan Penerimaan Administrasi

Jenis Entitas Jml Jml Nilai % Jml Nilai % Jml Nilai % Jml Nilai %
1 2 3 4 5 6 7=6:5 8 9 10=9:6 11 12 13=12:6 14 15 16=15:6 17 18 19=18:6

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu 2.996.956.093.703 2.400.122.913.895 586.195.157.301 24,42% 90.405.383.408,17 3,77% 12.226.034.124,17 0,51% 5.187.305.818,00 0,22% 72.992.043.466,00 3,04%

T.A. 2004 1.317.529.376.159 1.118.833.681.261 182.904.533.425 16,35%


T.A. 2005 1.679.426.717.544 1.281.289.232.634 403.290.623.876 31,48%

Fasilitas Rumah Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten Yang


Diberikan Dalam Bentuk Tunjangan Perumahan Ternyata Diberikan Juga
1 127.707.600,00 0,01% 127.707.600,00 0,01% 0,00%
Biaya Pemeliharaan Rumah Jabatan sebesar Rp127.707.600,00, Tidak
Sesuai Ketentuan

Pengeluaran dan Pertanggungjawaban atas Belanja Gubernur dan Wakil


2 Gubernur Provinsi Banten TA 2005 (s.d Oktober) Senilai 2.597.817.400,00 2.597.817.400,00
Rp2.597.817.400,00 Tidak Didukung Dengan Bukti Yang Sah

Belanja Barang dan Jasa pada Pos Sekretariat DPRD Provinsi Banten
3 Digunakan untuk Kegiatan yang Tidak Sesuai dengan Peruntukannya 384.500.000,00 0,02% 384.500.000 0,02%
Sebesar Rp384.500.000,00

Pengadaan Lahan Untuk Pembangunan Gedung Mapolda Banten Harganya


4 3.448.620.000,00 0,14% 3.448.620.000 0,14%
Lebih Mahal dari Harga Pasaran Tertinggi Sebesar Rp3.448.620.000,00

Pengadaan Jembatan Bailley rangka baja knock down senilai


Rp1.272.568.000,00 untuk penanganan darurat tidak siap pakai dan terdapat
5 1.276.385.704,00 0,05% 55.069.800,00 0,00% 3.817.704,00 0,00% 1.217.498.200,00 0,05%
komponen yang kurang diterima senilai Rp55.069.800,00 dan denda sebesar
Rp3.817.704,00 belum dipungut

Pembangunan gedung DPRD Provinsi Banten Senilai Rp62.500.000.000,00


6 Dilaksanakan oleh Kontraktor yang Tidak Memiliki Keahlian/Kemampuan 62.500.000.000,00 2,60% 3.750.000.000,00 58.750.000.000 2,45%
Teknis Bangunan

Pemberian Addendum Perpanjangan Waktu atas Pelaksanaan 11 Paket


Pekerjaan Pembangunan Jalan dan Jembatan Tidak Sesuai Ketentuan
7 1.010.756.157,00 0,04% 0,00% 1.010.756.157 0,04%
Sehingga Denda Keterlambatan Harus Dikenakan Sebesar
Rp1.010.756.157,00

Pelaksanaan Pekerjaan Tiga Paket Pembangunan Jalan Tidak Sesuai Kontrak


8 349.990.510,71 0,01% 349.990.510,71 0,01%
Sebesar Rp349.990.510,71

Volume Pekerjaan Pada Dua Paket Pembangunan Jalan Dihitung Lebih


9 86.632.624,85 0,00% 86.632.624,85 0,00%
Besar Senilai Rp86.632.624,85 Dari Yang Seharusnya

Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Situ Garukgak Tidak Sesuai Dengan


10 6.615.860,00 0,00% 6.615.860,00 0,00%
Yang Dipersyaratkan Dalam Kontrak Sebesar Rp6.615.860,00

Pelaksanaan Pekerjaan Perbaikan Tanggul Kiri Sungai Cidurian Terlambat


11 Diselesaikan Dan Belum Dipungut Denda Keterlambatan Sebesar 18.798.654,00 0,00% 18.798.654,00 0,00%
Rp18.798.654,00

Pengadaan Obat Pada Dinas Kesehatan Provinsi Banten Dengan Dana


12 1.192.008.988,00 0,05% 1.192.008.988,00 0,05%
APBD Senilai Rp1.192.008.988,00 Fiktif
Obat Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar Dari Pengadaan TA 2005 Senilai
13 Rp1.493.987.312,00 Belum Semuanya Diterima dan Di Antaranya Lebih 1.070.142.045,00 0,04% 1.070.142.045 0,04%
Dibayar Sebesar Rp1.070.142.045,00

Kegiatan Pengadaan Alat Kesehatan Lebih Dibayar Sebesar


14 Rp5.137.455.309,00 Dan Kepada Rekanan Belum Dikenakan Denda 5.401.499.309,00 0,23% 5.137.455.309 0,21% 264.044.000,00 0,01%
Keterlambatan Sebesar Rp264.044.000,00

Addendum Perpanjangan Waktu Atas Dua Pelaksana Kegiatan Di Lokasi


15 RSUD Malimping Tidak Layak Dan Terdapat Kekurangan Pekerjaan 154.758.637,59 0,01% 69.465.163,59 0,00% 85.293.474,00 0,00%
sebesar Rp69.465.163,59

Pengadaan Incenerator Tidak Efektif dan Harga Ditetapkan Lebih Tinggi


16 Sebesar Rp240.841.600,00 serta atas Keterlambatan Dua Pekerjaan Belum 271.399.425,00 0,01% 240.841.600,00 0,01% 30.557.825,00 0,00%
Dikenakan Sangsi Denda Sebesar Rp30.557.825,00

17 Pengadaan Barang Senilai Rp361.927.866,00 Belum Dimanfaatkan 361.927.866,00 0,02% 361.927.866 0,02%

Penyelesaian Pekerjaan Pembangunan SMA Cahaya Madani Banten


18 Boarding School Terlambat, Belum Dikenakan Denda Sebesar 81.022.627,02 0,00% 56.984.623,02 0,00% 24.038.004,00 0,00%
Rp24.038.004,00, Dan Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp 56.984.623,02

Penganggaran Bantuan Pendidikan Guru Swasta/Non PNS Dan Siswa


19 Sebesar Rp10.064.800.000,00 Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Dan Di 10.064.800.000,00 0,42% 0,00% 10.064.800.000 0,42%
Antaranya Belum Disalurkan Sebesar Rp 514.000.000,00.

Keterangan:
Temuan nomor 4 merupakan temuan kerugian thn 2003
II. Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern
Hasil pengujian SPI atas penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan
dan atas kegiatan penggunaan Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Banten adalah
sebagai berikut :
1. Kebijakan
Kebijakan pengelolaan belanja daerah pada Pemerintah Provinsi
Banten secara umum dituangkan dalam berbagai peraturan perundangan
antara lain:
a. Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 2 Tahun 2002 tentang Rencana
Strategis Provinsi Banten Tahun 2003-2008;
b. Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 1 Tahun 2005 tentang Penetapan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Angaran 2005;
c. Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 2 Tahun 2004 tentang Pokok-
pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Banten.
Ditinjau dari SPI, kebijakan tersebut di atas telah memadai. Kebijakan
penyediaan dana APBD untuk kegiatan yang telah diprogramkan melalui
DASK Unit Kerja sesuai Bidang masing-masing dan pembayaran terhadap
tagihan dilaksanakan melalui Kas Daerah Pemerintah Provinsi Banten,
namun kebijakan penetapan anggaran belanja bagi Pimpinan dan Anggota
DPRD yang dituangkan dalam DASK belum sepenuhnya berpedoman pada
ketentuan yang berlaku.

2. Organisasi dan Personalia


Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Banten yang terdiri dari Satuan Pemegang Kas dan
Pemegang Kas, Kasir Penerima, Kasir Pembayar serta Pencatat Pembukuan
ditunjuk melalui Keputusan Gubernur yakni Keputusan Gubernur No
902/Kep.I-Huk/05 tahun 2005. Penunjukan Penanggung jawab Kegiatan,
Pimpinan Kegiatan dan Pemegang Kas Pembantu ditetapkan oleh masing-
masing Kepala satuan Kerja.
Ditinjau dari SPI, susunan organisasi telah memisahkan fungsi,
namun dalam penempatan personil masih dijumpai pelaksana kegiatan yang
kurang menguasai fungsi dan tugas yang diemban.

12
3. Perencanaan
Penyusunan Rencana Anggaran dan Kegiatan pada Unit Kerja di
lingkungan Pemerintah Provinsi Banten yang merupakan penjabaran dari
APBD masing-masing Unit Kerja setelah diadakan persetujuan para Asisten
Sekretaris Daerah, para Kepala Dinas/Badan kemudian dituangkan dalam
format Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) yang kemudian diajukan
kepada Panitia Anggaran Eksekutif dan Panitia Anggaran Legislatif untuk
dibahas, dan selanjutnya dituangkan dalam Dokumen Anggaran Satuan Kerja
(DASK). Namun demikian masih terdapat kegiatan yang pemanfaatannya
tidak direncanakan dengan baik.

4. Pengadaan barang/jasa
Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Banten berpedoman
pada Surat Keputusan Gubernur Provinsi Banten No 18 Tahun 2004
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 9 Tahun 2005
tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan APBD Provinsi Banten TA 2005.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pengadaan barang dan jasa masih kurang
cermat yakni rekanan pemenang lelang tidak kompeten (Dinas Pekerjan
Umum dan Dinas Kesehatan), dan terdapat pengadaan barang yang dokumen
pengadaannya dibuat secara formalitas. Selain itu, beberapa barang modal
hasil pengadaan tidak segera disalurkan kepada pengguna, dan penyerahan
barang dari pengguna anggaran kepada pengguna barang tidak didokumentasi
dalam suatu berita acara serah terima.

5. Pembayaran
Berita acara pekerjaan 100% selesai merupakan dasar pengajuan SPP
Beban Tetap oleh pengguna anggaran. Pengajuan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) Beban tetap (BT) maupun Pengisian Kas (PK) terhadap
Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan, Belanja
Modal, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, dan Belanja Tidak
Tersangka oleh Pemegang Kas (PK) di unit kerja pengelola dan pengguna
anggaran disertai DASK dan SKO.
Meski belum seluruhnya diselesaikan, beberapa pekerjaan dinyatakan
telah selesai melalui pembuatan berita acara pekerjaaan 100% selesai. Atas
dasar pengajuan SPP yang telah memenuhi persyaratan dari masing-masing

13
satuan kerja tersebut, Gubenur Cq. Biro Keuangan yang berfungsi sebagai
otorisator SPM, menerbitkan SPM untuk mengajukan pencairan anggaran
melalui Pemegang Kas Daerah (PKD).
Pembayaran melalui SPM-BT dilakukan untuk keperluan belanja non
pegawai, belanja perjalanan dinas sepanjang mengenai uang pesangon,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan yang nilainya diatas Rp10.000.000,00,
pelaksanaan pekerjaan oleh pihak ketiga dimana pencairan SPM-nya tidak
oleh PK. Sedangkan SPM pengisian Kas pencairan dan pembayarannya
melalui PK. Prosedur pembayaran tersebut cukup memadai dan
pelaksanaannya telah sesuai ketentuan.

6. Pembukuan
a. Pembukuan Keuangan
Buku yang diselenggarakan oleh PK di unit kerja adalah Buku Kas
Umum (BKU) dan Buku-buku Pembantu. Buku tersebut berfungsi untuk
mencatat transaksi penerimaan maupun pengeluaran terhadap dokumen
berupa SPM-BT/PK, SPJ, PPN, PPh dan uang kas. Sedangkan prosedur
pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh Subbag Pembukuan Bagian
Akutansi Sekretariat Daerah adalah terhadap seluruh transaksi
pengeluaran kas dari seluruh unit kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi
Banten, dengan menyelenggarakan pencatatan jurnal pengeluaran kas
yang menggunakan dokumen berupa Buku Kas Umum Daerah, SPM-
BT/PK dan Nota Debet Bank. Selain menyelenggarakan jurnal
Pengeluaran Kas diselenggarakan pula Buku Besar Pembantu yang
berfungsi untuk mencatat transaksi-transaksi ke dalam buku Besar
pembantu yang berisi rincian obyek belanja.

b. Pembukuan Barang Inventaris dan Sediaan


Pada Dinas Kesehatan Untuk pembukuan barang modal kantor, tidak ada
catatan yang membedaan antara barang hasil pengadaan APBD dan
APBN. Selain itu, untuk sediaan farmasi, pembukuan penerimaan obat
dilakukan tidak tepat waktu, dan tidak seluruh sediaan yang ada
dibukukan.

14
7. Penyusunan dan Penyajian Informasi Keuangan
Kewajiban Pinlak adalah menyusun laporan perkembangan fisik dan
keuangan setiap bulan yang diketahui oleh atasan langsung. Sedangkan
kewajiban PK pada setiap satuan kerja/Dinas perangkat daerah menyusun dan
menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (SPJ).
Laporan-laporan tersebut oleh satuan kerja/Dinas disampaikan setiap bulan,
triwulan dan tahunan kepada Gubernur Cq. Biro Keuangan Sekretariat
Daerah, Bappeda dan Bawasda. Laporan dari satuan kerja/dinas merupakan
realisasi pelaksanaan program dan kegiatan dinas yang dijadikan dasar untuk
menyusun Nota Perhitungan APBD.

8. Pengawasan
a. Pengawasan atasan langsung PK di satuan kerja/dinas di lingkungan
Pemerintah Provinsi Banten dilakukan oleh kepala satuan kerja/dinas
dengan melakukan pemeriksaan atas pengurusan kas oleh PK setiap bulan
dengan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan Kas.
b. Pengawasan atas pekerjaan fisik kegiatan
Pengawasan atas pekerjaan fisik kegiatan yang dikerjakan oleh
pemborong atau rekanan dilaksanakan oleh pengawas lapangan/pengawas
pekerjaan.Pengawasan dilakukan dengan mengerjakan buku kegiatan
harian, laporan mingguan, mengawasai kemajuan fisik/pekerjaan
sehubungan dengan pengajuan termin dan pengawasan atas penyelesaian
pekerjaan 100%. Dalam pelaksanaannya pengawasan yang dilakukan
kurang efektif, banyak pekerjaan yang terlambat diselesaikan karena
pekerjaan tidak segera dilaksanakan oleh rekanan dalam jangka waktu
kontrak yang telah ditetapkan, dan adanya perubahan dalam pengerjaan
tanpa dibuatkan berita acara maupun addendum.

15
III. Hasil Pemeriksaan Tindak Lanjut

Pemeriksaan atas pelaksanaan belanja sebagai bagian dari Pemeriksan atas


Laporan Keuangan Daerah TA 2004 pada Pemerintah Provinsi Banten dilaksanakan
oleh BPK-RI. Hasil pemeriksaan tersebut dimuat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK-RI Nomor 41/S/XIV.3-XIV.3.3/08/2005 tanggal 5 Agustus 2005. Dari tiga
belas saran BPK-RI terhadap temuan pelaksanaan belanja daerah tersebut sebanyak
enam saran telah ditindaklanjuti.

16
IV. Temuan Pemeriksaan

Penyimpangan yang ditemukan pada saat pemeriksaan sebesar


Rp90.405.383.408,17 dari realisasi Anggaran Belanja Daerah yang diperiksa TA
2004 dan TA 2005 sebesar Rp586.195.157.301,00 adalah penyimpangan terhadap
asas ketaatan, dengan uraian temuan sebagai berikut :

1. Fasilitas Rumah Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Yang Diberikan


Dalam Bentuk Tunjangan Perumahan, Ternyata Diberikan Juga Biaya
Pemeliharaan Rumah Jabatan sebesar Rp127.707.600,00, Tidak Sesuai
Ketentuan

Provinsi Banten baru dibentuk tahun 2000 berdasarkan Undang-Undang


Republik Indonesia No. 23 Tahun 2000. Gubernur dan Wakil Gubernur yang dalam
kedudukannya melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai Kepala Daerah perlu
didukung dengan penyediaan fasilitas berupa rumah jabatan. Berdasarkan dokumen
belanja TA 2005, kepada Gubernur dan Wakil Gubernur diberikan tunjangan
perumahan berdasarkan Keputusan Gubernur Banten No. 840.1/Kep. 169-Huk/2005
tanggal 1 April 2005. Tunjangan Perumahan tersebut berupa uang sewa rumah dan
perlengkapannya yang dianggarkan pada Pos Sekretariat Daerah dengan realisasi
untuk Gubernur sebesar Rp200.000.000,00 dan Wakil Gubernur sebesar
Rp150.000.000,00. Namun demikian, untuk Gubernur dan Wakil Gubernur
dianggarkan juga biaya pemeliharaan rumah jabatan dalam Belanja Administrasi
Umum Pos Sekretariat Daerah dengan realisasi sampai dengan bulan Oktober 2005
sebesar Rp75.000.000 dan Rp52.707.600,00.
Dalam masa jabatan dinas Gubernur dan Wakil Gubernur selama 5 tahun,
apabila uang untuk sewa tersebut dicadangkan dalam cadangan daerah, sebenarnya
dalam tahun ke 5 dana akan mencapai Rp1.000.000.000,00 dan Rp750.000.000,00,
dan sudah dapat dibelanjakan untuk belanja modal rumah jabatan yang menambah
asset daerah. Dengan demikian dana yang dibelanjakan untuk tunjangan perumahan
tersebut cenderung tidak ekonomis karena tidak menambah kekayaan daerah. Selain
itu, karena dana untuk tunjangan perumahan kepada Gubernur dan Wakil Gubernur
(rumah jabatan) tersebut diberikan berupa uang sewa, berarti rumah tersebut bukan
asset daerah, sehingga atas rumah jabatan tersebut seharusnya tidak dapat diberikan
biaya pemeliharaan dari APBD Provinsi Banten.

17
Hal ini tidak sesuai dengan:
a. Bab V Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengelolaan Barang Daerah dalam
Kepmendagri nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang
Daerah, yang menyatakan bahwa barang yang dipelihara dan dirawat adalah
barang inventaris yang tercatat dalam buku inventaris.
b. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 Pasal 64 yang menyatakan
bahwa prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa dalam rangka pelaksanaan
APBD adalah: hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai kebutuhan teknis yang
disyaratkan.
c. PP 105 tahun 2000 yang antara lain mengatur bahwa daerah dapat membentuk
dana cadangan untuk pengeluaran yang tidak dapat dilakukan sekaligus dalam
satu tahun anggaran.
Hal ini mengakibatkan terjadinya indikasi kerugian daerah sebesar
Rp127.707.600,00 (Rp75.000.000 + Rp52.707.600,00) dan pengeluaran untuk biaya
sewa rumah jabatan kurang optimal dalam mendukung efisiensi belanja daerah, yang
terjadi karena pengguna anggaran dan panitia anggaran eksekutif dan legislatif
kurang memperhatikan ketentuan penganggaran.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi Banten
menjelaskan bahwa, pemberian tunjangan perumahan kepada Gubernur dan Wakil
Gubernur disebabkan Pemprov Banten belum dapat menyediakan rumah jabatan
sebagaimana diatur dalam PP No. 109 Tahun 2000. Namun kriteria, bentuk dan
standar rumah jabatan tersebut tidak diatur dalam PP, maka terdapat kesulitan dalam
menentukan besaran nilai tunjangan perumahan dimaksud.

BPK-RI menyarankan:
a. Gubernur dan Wakil Gubernur mempertanggungjawabkan kerugian daerah
dengan menyetor ke kas Daerah masing-masing sebesar Rp75.000.000,00 dan
Rp52.707.600,00, serta menyampaikan salinan bukti setornya ke BPK-RI..
b. Gubernur dan Pimpinan DPRD menginstruksikan kepada Panitia Anggaran
Eksekutif dan Legislatif supaya mengupayakan pembentukan dana cadangan bagi
pengadaan rumah jabatan Gubernur, Wakil Gubernur, dan Sekretaris Daerah dan
juga rumah jabatan Pimpinan DPRD dalam Perubahan APBD 2006.

18
2. Pengeluaran dan Pertanggungjawaban atas Belanja Gubernur dan Wakil
Gubernur Provinsi Banten TA 2005 (s.d Oktober) Senilai Rp2.597.817.400,00
Tidak Didukung Dengan Bukti Yang Sah

Dalam upaya mendukung pelaksanaan tugas Gubernur dan Wakil Gubernur


Provinsi Banten TA 2005 selain diberi Gaji, Tunjangan Jabatan, Tunjangan Keluarga
dan Tunjangan Beras meliputi sebesar Rp3.323.516.952,00 disediakan pula anggaran
dalam DASK Belanja Administrasi Umum (BAU) Sekretariat Daerah TA 2005
sebesar Rp3.123.942.000,00 dan telah direalisasikan s.d Oktober 2005 sebesar
Rp2.725.525.000,00 atau 87,25% dari anggaran, yang direalisasikan untuk Gubernur
sebesar Rp1.570.363.000,00 atau 57,62% dan untuk Wakil Gubernur sebesar
Rp1.155.162.000,00 atau 42,38%.
Dari realisasi tersebut sebesar Rp1.495.363.000,00 untuk Gubernur dan
sebesar Rp1.102.454.400,00 untuk Wakil Gubernur dengan rincian pembebanan
sebagai berikut :
No. Uraian Gubernur Wakil Gubernur
(Rp) (Rp)
1. Belanja Pegawai
- Biaya Pengobatan dan Perawatan 94.800.000,00 85.500.000,00
2. Belanja Barang dan Jasa
- Biaya Makan dan Minum 225.000.000,00 165.000.000,00
- Biaya Operasional Kantor 778.613.000,00 481.767.000,00
- Biaya Pakaian Dinas Harian 22.500.000,00 27.500.000,00
- Biaya Pakaian Dinas Resmi 33.750.000,00 41.250.000,00
3. Belanja Perjalanan Dinas
- Perjalanan Dinas Dalam Daerah 125.000.000,00 110.000.000,00
- Perjalanan Dinas Luar Daerah 125.000.000,00 110.000.000,00
4. Belanja Pemeliharaan
- Biaya Pemeliharaan Alat Angkut Darat 49.034.000,00 53.937.400,00
bermotor
- Biaya Pemeliharaan Alat Kantor 41.666.000,00 27.500.000,00
Jumlah 1.495.363.000,00 1.102.454.400,00

Hasil Pemeriksaan atas realisasi belanja tersebut mengungkapkan bahwa


pengeluaran tersebut seluruhnya merupakan Beban Sementara (BS) dengan
penerbitan SPMU untuk pengisian kas, kendati penganggaran dan pembebanan telah
sesuai diuraikan ke dalam masing-masing jenis belanja namun bukti
pertanggungjawaban hanya berupa kuitansi tanpa didukung dengan bukti
penggunaan yang sesungguhnya, dan hal serupa ini telah diungkap dalam Hasil
Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Daerah Provinsi Banten TA 2004 yang
sampai saat pemeriksaan Nopember 2005 belum ditindaklanjuti.

19
Hal tersebut tidak sesuai dengan :
a. Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah pada Pasal 27 ayat (1) yang menyatakan
Setiap Pembebanan APBD harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan
sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
b. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 antara lain :
1) Pasal 53 menyebutkan bahwa pembayaran untuk pengisian kas dapat
dilakukan apabila SPP-PK, SKO, Daftar rincian penggunaan anggaran
belanja dan SPJ berikut bukti pendukung lainnya atas realisasi pencairan SPP
sebelumnya dinyatakan lengkap dan sah oleh pejabat yang melaksanakan
fungsi perbendaharaan.
2) Pasal 54 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap SPP yang telah memenuhi
persyaratan dan disetujui oleh pejabat yang melaksanakan fungsi
perbendaharaan dapat diterbitkan SPM.
3) Pasal 57 ayat (1) menyebutkan bahwa Pengguna Anggaran wajib
mempertanggungjawabkan uang yang digunakan dengan cara membuat SPJ
yang dilampiri bukti-bukti yang sah.

Masalah ini mengakibatkan pertanggungjawaban atas realisasi Belanja


Gubernur dan Wakil Gubernur sebesar Rp2.597.817.400,00 belum sah, yang terjadi
karena :
a. Gubernur dan Wakil Gubernur tidak menaati ketentuan yang berlaku.
b. Pemegang Kas dan Atasan langsungnya kurang maksimal dalam meminta
pertanggungjawaban Gubernur dan wakil Gubernur atas uang yang diterima.

Atas permasalahn tersebut, Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi Banten


menjelaskan bahwa, jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur merupakan jabatan
politis yang secara faktual kegiatannya di lapangan sulit untuk diprediksi, hal
tersebut mengakibatkan kesulitan dalam menghimpun bukti pengeluaran sebagai
pendukung (SPJ).

BPK-RI menyarankan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten supaya


mempertanggungjawabkan uang yang diterima sebesar Rp2.597.817.400,00, dengan
rincian Gubernur sebesar Rp1.495.363.000,00 dan Wakil Gubernur sebesar
Rp1.102.454.400,00 dengan cara melengkapi bukti-bukti pendukung atas
pengeluaran tersebut sebagai bukti pertanggungjawaban kebenaran materi atas
penggunaan pengeluaran belanja tersebut.

20
3. Belanja Barang dan Jasa pada Pos Sekretariat DPRD Provinsi Banten
Digunakan untuk Kegiatan yang Tidak Sesuai dengan Peruntukannya Sebesar
Rp384.500.000,00

Berdasarkan Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) Sekretariat DPRD


Provinsi Banten TA 2004 pada kelompok belanja barang dan jasa, diketahui antara
lain terdapat Biaya Penunjang Operasional Kantor (kode rekening
2.01.04.1.2.18.01.1) yang dianggarkan sebesar Rp2.729.000.000,00 dengan realisasi
sebesar Rp 2.599.389.725,00 atau 95,25% dari anggaran.
Pemeriksaan terhadap Surat Pertanggungjawaban (SPJ) mengungkapkan
bahwa, terdapat pengeluaran yang bersifat tetap dibayarkan setiap bulan untuk
Pimpinan DPRD (Ketua dan 3 orang Wakil Ketua) yang terdiri dari biaya bantuan
kegiatan pimpinan DPRD, biaya bantuan operasional bagi Ketua dan Wakil Ketua
DPRD, serta biaya bantuan jamuan tamu bagi Ketua dan Wakil Ketua DPRD. Total
pengeluaran untuk tiga jenis biaya tersebut adalah sebesar Rp 384.500.000,00 dengan
rincian sebagai berikut:
a. Biaya Bantuan Kegiatan Pimpinan DPRD diberikan langsung kepada Ketua dan
para Wakil Ketua masing-masing sebesar Rp2.500.000,00 per bulan dan telah
diberikan selama 9 bulan atau seluruhnya sebesar Rp90.000.000,00 (4 x
Rp2.500.000,00 x 9).
b. Biaya Bantuan Operasional diberikan langsung kepada Ketua dan para Wakil
Ketua masing-masing sebesar Rp5.000.000,00 per bulan dan telah diberikan
selama 10 bulan atau seluruhnya sebesar Rp200.000.000,00 (4 x Rp5.000.000,00
x 10).
c. Biaya Bantuan Jamuan Tamu diberikan kepada Ketua sebesar Rp3.000.000,00
per bulan dan kepada para Wakil Ketua masing-masing sebesar Rp2.500.000,00
per bulan dan telah diberikan selama 9 bulan atau seluruhnya sebesar
Rp94.500.000,00 (9 x Rp3.000.000,00) + (3 x Rp2.500.000,00 x 9).

Pengeluaran biaya-biaya tersebut dilakukan secara tunai dengan bukti


pertanggungjawaban hanya berupa kuitansi sebagai tanda terima, dan atas
pengeluaran tersebut sejak bulan Juni 2004 dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21. Dengan demikian pemberian biaya bantuan operasional, biaya bantuan kegiatan
dan biaya bantuan jamuan tamu menjadi tambahan penghasilan tetap bagi Ketua dan
Wakil Ketua DPRD. Padahal penghasilan tetap Pimpinan DPRD telah dialokasikan
dalam DASK DPRD yang dibayarkan rutin dalam setiap bulan. Sehingga atas

21
pengeluaran yang diambil dari belanja barang dan jasa dimaksud telah menyalahi
ketentuan. Yang semestinya diperuntukan guna membiayai pembelian seperti ATK,
biaya jasa kantor, biaya cetak dan penggandaan, sewa gedung dan sejenisnya, namun
yang terjadi telah digunakan untuk membiayai pimpinan dan anggota dewan.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 161/3211/SJ tanggal 29 Desember
2003 Perihal Pedoman tentang Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota
DPRD dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD yang menetapkan
bahwa:
1) Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD yaitu : Uang representasi, Uang
Paket, Tunjangan Jabatan, Tunjangan Panitia, Tunjangan Komisi, Tunjangan
Badan Kehormatan, dan Tunjangan Khusus.
2) Tunjangan Kesehatan dan Pengobatatan berupa pembayaran premi asuransi
kesehatan kepada lembaga asuransi.
3) Kepada Pimpinan dan Anggota DPRD dapat diberikan tunjangan perumahan
berupa uang sewa dengan besarnya disesuaikan dengan standar harga yang
berlaku setempat yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
b. Objek Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD yang dianggarkan pada Pos
Sekretariat DPRD yaitu Belanja uang duka, penunjang pimpinan DPRD,
Tunjangan Perumahan, Pemeliharaan Rumah Dinas Anggota DPRD, dan
Perjalanan Dinas.
c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Pasal 49 yang
menyatakan Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan
sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, Pasal 44 setiap kerugian daerah baik
yang langsung maupun yang tidak langsung sebagai akibat perbuatan melangar
hukum atau kelalaian harus diganti oleh yang bersalah dan atau lalai.

Masalah ini mengakibatkan penggunaan belanja daerah TA 2004 merugikan


keuangan Daerah Provinsi Banten sebesar Rp 384.500.000,00, yang terjadi karena
adanya unsur kepentingan Legislatif untuk memperoleh fasilitas dan penghasilan
yang lebih besar dari yang ditetapkan.

22
Atas permasalahan tersebut, Sekretaris DPRD Provinsi Banten menjelaskan
bahwa, dasar pembayaran biaya penunjang operasional kepada Pimpinan DPRD
periode 1999-2004 adalah Keputusan Pimpinan DPRD Provinsi Banten No.
163.1/Kep-Pim/DPRD/V/2004 tanggal 05 Mei 2004. Untuk melakukan klarifikasi
kepada pihak yang terkait, dijumpai kesulitan karena Pengguna Anggaran telah
meninggal dunia dan Pimpinan DPRD terkait sedang dalam proses tuntutan (Kasasi)
di Mahkamah Agung

BPK-RI menyarankan Sekretaris DPRD Provinsi Banten agar mengupayakan


untuk melakukan penagihan kepada para mantan Pimpinan DPRD Provinsi Banten
periode 1999-2004 atas penerimaan biaya penunjang operasional yang tidak sesuai
ketentuan sebesar Rp384.500.000,00.

4. Pengadaan Lahan Untuk Pembangunan Gedung Mapolda Banten Harganya


Lebih Mahal dari Harga Pasaran Tertinggi Sebesar Rp3.448.620.000,00
Banten sebagai provinsi yang baru dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI
No. 23 Tahun 2000 memerlukan peningkatan status Kepolisian Wilayah (Polwil)
menjadi Kepolisian Daerah (Polda). Guna Mendukung pelaksanaan peningkatan
status tersebut, Pemerintah Pusat telah menyediakan anggaran untuk pembangunan
Mapolda, sedangkan Pemprov. Banten menyediakan lahan yang lokasinya sudah
ditentukan, yaitu lahan seluas 10,948 Ha yang terletak di Desa Banjarsari Kecamatan
Cipocok Jaya, Kabupaten Serang., dengan jumlah ganti rugi tanah sebesar
Rp25.344.620.000,00 atau seharga Rp231.500,00 per m2. Status kepemilikan lahan
tersebut sebelum dilakukan pembebasan oleh Pemprov Banten adalah sebagai
berikut:
a. Tanah seluas 61.358 m2, dikusai oleh Prof Dr. H. Tb. CHS.
b. Tanah seluas 33.287 m2, dimiliki oleh Herlin Wijaya.
c. Eks Tanah Bengkok seluas 14.835 m2 milik Pemda Kabupaten Serang,.
Sumber pendanaan untuk lahan tersebut berasal dari APBD Provinsi Banten
TA 2003 yaitu dari Pos Setda dan Pos Belanja Tidak Tersangka. Pembayaran ganti
rugi kepada Prof Dr. H. Tb. CHS dan Herlin Wijaya sebesar Rp21.910.317.500,00
telah didokumentasikan dalam daftar nominatif yang telah ditandatangani oleh para
penerima pada bulan Mei 2003, dan dibayar terakhir tanggal 30 Desember 2003
atas beban rekening Belanja Tidak Tersangka sebesar Rp13.778.372.100,00,
sedangkan pembayaran ke Pemda Kabupaten Serang sebesar Rp3.434.302.500,00

23
dilakukan dengan menggunakan Surat Tanda Setoran/ Model Bend. 1. dalam dua
tahap melalui rekening individual, yaitu pemindahbukuan sebesar
Rp3.262.587.375,00 pada tanggal 24 Juni 2003 dan setoran tunai sebesar
Rp171.715.125,00 pada tanggal 12 januari 2004.
Harga ganti rugi tersebut ternyata lebih mahal sebesar Rp31.500,00 per m2
bila dibandingkan dengan harga yang wajar menurut rekomendasi Bupati Serang
selaku panitia pembebasan yang berkisar antara Rp150.000,00 – Rp250.000,00 per
m2 atau rata-rata sebesar Rp200.000,00 per m2 dan sesuai dengan harga pasar
tertinggi menurut camat setempat adalah juga sebesar Rp200.000,00 per m2.
Dengan demikian pengadaan lahan untuk Gedung Mapolda seluas 10,948 Ha
lebih mahal dari harga pasaran tertinggi per m2 (Rp231.500,00-Rp200.000).
Masalah ini mengindikasikan adanya kerugian daerah sebesar Rp3.448.620.000,00
(Rp31.500 x 109.480 m2)
Diduga masalah ini terjadi karena adanya pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab termasuk pihak penjual tanah dhi. PT BBJ yang mengintervensi
Gubernur Banten untuk tidak mencari alternatif lokasi lain dengan alasan pekerjaan
gedung Mapolda Banten telah ditenderkan di Polda Jawa Barat yang nota bene
pelaksana pekerjaannya adalah PT SCRC selaku pemilik PT BBJ.
Atas masalah ini, Pemprov Banten menjelaskan antara lain bahwa penetapan
harga sebesar Rp231.500 per m2 masih dalam koridor interval rekomendasi dari
Panitia Kabupaten Serang dan bahwa kondisi tanah sudah siap bangun serta tanpa
ada ganti rugi atas tegakan.

Atas penjelasan Pemprov Banten tersebut, dapat dikemukakan bahwa:


a. Hasil inventarisasi dan pengukuran tanggal 14 April 2003 jo Peta Bidang Tanah
No. 01/2003 tanggal 5 Januari 2003 yang dimuat dalam risalah rapat panitia 9
Kabupaten Serang tanggal 17 April 2003 menyebutkan bahwa pada bidang tanah
tersebut tidak terdapat bangunan dan tanam tumbuh atau tegakan lainnya.
b. Permintaan harga ganti rugi dari pemilik tanah per m2 yang semula Rp250.000,
dan kemudian berubah menjadi Rp220.000,00 sudah termasuk tegakan di atasnya
serta dalam keadaan lahan sudah siap bangun.

Berdasarkan modus operandi dari penyimpangan yang terjadi yang diduga


adanya unsur kolusi yang mengindikasikan adanya kerugian daerah sebesar
Rp3.448.620.000,00, maka seyogyanya atas masalah ini ditindaklanjuti oleh aparat
penegak hukum.

24
5. Pengadaan Jembatan Bailley Rangka Baja Knock Down Senilai
Rp1.272.568.000,00 Untuk Penanganan Darurat Tidak Siap Pakai, Di
Antaranya Terdapat Komponen Yang Kurang Diterima Senilai
Rp55.069.800,00 Dan Denda sebesar Rp3.817.704,00 Belum Dipungut

Biro Perlengkapan Provinsi Banten dalam TA 2005 telah menganggarkan dan


merealisasikan pengadaan Jembatan Bailley (jembatan rangka baja knock down)
sepanjang 60m yang, direncanakan guna memenuhi kebutuhan Dinas PU dalam
penanganan jembatan darurat di wilayah Provinsi Banten.
Pelaksana pengadaan adalah PT Leony Udurma Karya dengan kontrak
No.024/528-PLK/2005 tanggal 30 Juni 2005, senilai Rp 1.272.568.000,00, jangka
waktu pelaksanaan selama 150 hari kalender atau s/d tanggal 26 Nopember 2005. .
Dari pengecekan ke lapangan diketahui alat berat tersebut telah diterima
sementara untuk kepentingan demo di halaman Work Shop PU Bina Marga pada
tanggal 29 Nopember 2005, namun sebagian rangkaian jembatan tertumpuk dan
selebihnya terangkai. Dijelaskan oleh Pinlak, bahwa jembatan Bailley telah diterima
lengkap sesuai kontrak meskipun belum siap pakai bilamana diperlukan, karena
masih harus diadakan kembali beberapa komponen utama berupa kunci-kunci/alat
bongkar pasang, lantai/alas jembatan dan tiang penyangga untuk bentangan 60 m.
Selain itu, dari komponen yang telah diadakan pun ternyata masih terdapat
kekurangan beberapa komponen yaitu :

Harga
No. Nama Komponen Kode Jumlah Satuan Jumlah
Komponen (Rp) (Rp)
1 2 3 4 8 7
1 Maker BB3 44 buah 313.300,00 13.785.200,00
2 Panel Pin BB4 176 buah 58.700,00 10.331.200,00
3 Transom Bolt BB6 176 buah 26.500,00 4.664.000,00
4 Stringer Button BB8 6 buah 2.307.900,00 13.847.400,00
5 Riband Bolt BB10 180 set 26.500,00 4.770.000,00
6 Bracing frame bolt BB11 180 set 27.400,00 4.932.000,00
7 Raker Bolt BB12 100 set 27.400,00 2.740.000,00
Jumlah 55.069.800,00

Dengan demikian atas pengadaan alat berat senilai Rp 1.272.568.000,00


masih belum siap pakai bilamana dibutuhkan saat keadaan darurat terjadi dan atas

25
keterlambatan tidak dikenakan denda sebesar Rp 3.817.704,00 (1/1000 x 3 hari x
Rp 1.272.568.00,00).

Hal tersebut tidak sesuai dengan Kontrak No. 024/528-PLK/2005 tanggal 30


Juni 2005:
a. Pasal 1 menyatakan bahwa, Pihak Pertama memberi tugas Pekerjaan Pengadaan
Jembatan Bailley Pada Biro Perlengkapan Provinsi Banten TA 2005, sesuai
dengan rincian terlampir, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Surat Perjanjian ini, Pihak Kedua bersedia mengerjakan pekerjaan yang diberikan
oleh Pihak Pertama tersebut sesuai dengan syarat-syarat dan spesifikasi yang
telah ditentukan dalam dokumen lelang.
b. Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa, Pekerjaan yang dimaksud pada Pasal 1 harus
diserahterimakan oleh Pihak Kedua di tempat yang telah ditentukan yaitu Dinas
Pekerjaan Umum Cq. Sub dinas Bina Marga Jl. Bayangkara No. 21 Serang dalam
keadaan 100% Lengkap tanpa cacat.
c. Pasal 2 Ayat (2) menyatakan bahwa, Semua pekerjaan yang dimaksud pada
Pasal 1 harus sudah diserahterimakan selambat-lambatnya 150 hari kalender,
terhitung sejak SPMK diterbitkan atau paling lambat sampai dengan tanggal 26
Nopember 2005.
d. Pasal 2 Ayat (3) menyatakan bahwa, Apabila di kemudian hari pekerjaan yang
dimaksud pada pasal 1 tidak sesuai dengan syarat-syarat dalam Surat Perjanjian
ini maka Pihak Pertama berhak menolak seluruhnya atau sebagian, dengan
seluruh kerugian akibat penolakan tersebut ditanggung oleh Pihak Kedua.

Masalah tersebut mengakibatkan Pengadaan Jembatan Baja tidak efektif dan


kerugian daerah sebesar Rp55.069.800,00 dan kekurangan penerimaan daerah
sebesar Rp 3.817.704,00, yang terjadi karena:
a. Panitia Penerima Barang tidak cermat dalam menerima barang dan lalai dalam
melakukan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Barang.
b. Pengawasan oleh pimpinan Kegiatan dan atasan langsung sebagai pengendali
teknis lalai dalam menjalankan tugasnya

Atas permasalahan tersebut, Kepala Biro Perlengkapan Setda Provinsi Banten


menjelaskan bahwa, sesuai Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang yang
ditandatangani oleh Bendaharawan Barang dan BAST Barang dari Biro
Perlengkapan kepada Dinas PU Provinsi Banten, semua komponen pengadaan
Jembatan Bailley sudah dalam keadaan lengkap sesuai komponen yang tercantum

26
dalam kontrak. Pelaksanaan demo pemasangan jembatan bailley sudah dijadwalkan
sebelum tanggal jatuh tempo yaitu pada tanggal 26 November 2005, akan tetapi
kesiapan Dinas PU adalah pada tanggal 29 November 2005.

BPK-RI menyarankan Kepala Biro Perlengkapan agar menginstruksikan


Panitia Pemeriksa Barang dan Pimpinan Pelaksana Biro Perlengkapan untuk
mempertanggungjawabkan kekurangan beberapa komponen jembatan bailey senilai
Rp55.069.800,00 tersebut dan mengenakan sanksi denda kepada rekanan sebesar
Rp3.817.704,00.

6. Pembangunan Gedung DPRD Provinsi Banten Senilai


Rp62.500.000.000,00 Dilaksanakan Oleh Kontraktor Yang Tidak Memiliki
Keahlian/Kemampuan Teknis Bangunan

Panitia Pengadaan Pemborongan Jasa/Pekerjaan Dinas PU Provinsi Banten


telah menunjuk PT Sinar Ciomas Raya Contractor (PT SCRC) sebagai pelaksana
pembangunan Gedung DPRD melalui mekanisme Pemilihan Langsung dengan
menyisihkan kontraktor papan atas yang menjadi pesaingnya yaitu PT Pembangunan
Perumahan, PT Waskita Realty, dan PT Waskita Karya Jakarta. Namun dalam
pelaksanannya PT SCRC tidak mampu menyelesaikan progress pekerjaan senilai
Rp62.500.000.000,00 sesuai waktu yang ditentukan dalam kontrak selama 340 hari
kalender (termasuk addendum penambahan waktu 100 hari ) s.d tanggal 18
September 2004 sehingga kepada PT SCRC telah diberikan peringatan sampai ke
tiga kalinya mengingat tidak ada peningkatan progress secara signifikan maka
tanggal 9 November 2004 telah dilakukan pemutusan kontrak. Sehubungan dengan
itu, atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan tersebut, pelaksana belum dikenakan
denda. Masalah ini mengakibatkan kekurangan penerimaan daerah sebesar
Rp3.125.000.000,00, dan telah diungkap oleh BPK dalam ikhtisar HAPSEM I TA
2005. Selanjutnya atas pemutusan kontrak tersebut, ternyata PT SCRC mengajukan
permohonan arbitrase kepada Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), yang
kemudian BANI memutuskan “menghukum” kedua belah pihak untuk memenuhi,
menepati, serta menaati Akte Perdamaian tanggal 21 Juli 2005, yaitu PT SCRC
bertanggungjawab menyelesaikan progress pekerjaan tanpa mengajukan

27
pembayaran/termin sebelum pekerjaan selesai 100%, dan Dinas PU Provinsi Banten
membayar angsuran ke III progress pekerjaan 70,092% sebesar Rp6.6.24.843.750,00.
Dengan keputusan BANI itu, maka pemutusan kontrak menjadi batal dan
sanksi denda sebesar Rp3.125.000.000,00, serta jaminan pelaksanaan sebesar
Rp3.125.000.000,00 tidak bisa dicairkan, sementara PT SCRC memperoleh
kesempatan untuk melanjutkan kembali addendum ke IV Kontrak Induk
No.761/KTRK/PG.DPRD-ADD.IV/DPU/070-12/VII/2005 tanggal 28 Juli 2005
dengan jangka waktu pelaksanaan 146 hari kalender s/d tanggal 20 Desember 2005.
Namun sampai dengan tanggal 20 Desember 2005 ternyata PT SCRC telah
mengulang kembali kegagalannya tidak mampu menyelesaikan progress pekerjaan
100%. Hasil opname pekerjaan oleh konsultan LPPM-ITB diketahui progress yang
dicapai 81,118% itupun termasuk pengadaan material on site (MOS), sehingga sisa
pekerjaan secara keseluruhan s/d tanggal 20 Desember 2005 sebesar 18,882%
dengan nilai kontrak yang tidak mampu dilaksanakan sebesar Rp10.728.125.592,68.
Hingga pemeriksaan berakhir tanggal 30 Desember 2005, pekerjaan belum dapat
diselesaikan. Atas kenyataan ketidakmampuan PT SCRC tersebut, seharusnya Dinas
PU Provinsi Banten melakukan pemutusan kontrak dengan mencairkan jaminan
pelaksanaan senilai Rp3.125.000.000,00 dan menetapkan denda kelambatan sebesar
Rp625.000.000,00 untuk disetorkan ke Kas Daerah tetapi hal ini tidak dilakukan.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Materi yang diperjanjikan dalam Kontrak Induk No. 761/KTRK/P3B.DPRD-
DPU/123/2003 tanggal 10 September 2003 beserta addendumnya s/d terakhir
Addedum ke IV Kontrak Induk tanggal 28 Juli 2005.
b. Materi yang diperjanjikan dalam Kontrak Anak ke I No. 761/KTRK/P3B-
DPRD-ADD/DPU/134/X/2003 tanggal 10 Oktober 2003 dan Kontrak Anak ke II
No. 761/KTRK-P3B-DPRD-ADDI/DPU/134/III/2004 tanggal 19 Maret 2004
beserta Addedumnya serta Kontrak Anak ke III No.761/KTRK/PG-DPRD-
ADD/III/DPU/070-13/VI/2005 tanggal 28 Juli 2005.
c. Keppres No. 80 Tahun 2003 jo Keppres No. 37 Tahun 2005 :
1) Pasal 35 ayat (3) yang berbunyi “Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh
kelalaian penyedia barang/jasa dikenakan sangsi sesuai yang ditetapkan
dalam kontrak berupa : jaminan pelaksanaan menjadi milik negara, sisa uang
muka dilunasi oleh penyedia barang/jasa, membayar denda ganti rugi kepada
negara dan pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tertentu.

28
2) Lampiran Keppres No. 80 tahun 2003 jo No. 32 Tahun 2005 yang berbunyi :
a) Penyedia barang/jasa yang mempunyai harga kontrak di atas
Rp 25.000.000.000,00 wajib bekerjasama dengan penyedia barang/jasa
golongan usaha kecil termasuk Koperasi yaitu dengan mensubkontrakan
sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama.
b) Bagian pekerjaan yang disubkontrakan tersebut harus diatur dalam
kontrak dan disetujui terlebih dahulu oleh pengguna barang/jasa.
c) Penyedia baran/jasa tetap bertanggungjawab atas bagian pekerjaan yang
disubkontrakan tersebut.
d. Materi Putusan perdamaian Badan Arbitrase Nasional Inonesia No. 304/I/ARB-
BANI/2005 tanggal 21 Juli 2005.
e. Intruksi Gubernur Banten No. 3 Tahun tanggal 19 Nopember 2005 kepada :
- Kepala Dinas, Badan, Setwan, Biro dan Kantor selaku Pengguna Anggaran
atau Kuasa Pengguna Anggaran di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten
antara lain : Supaya kegiatan dan penyelesaian pekerjaan diselesaikan tepat
waktu sesuai dengan schedule program Tahun 2005 yang akan berakhir pada
bulan bulan Desember 2005.
- Melakukan penilaian terhadap kinerja para penyedia barang/jasa khususnya
bagi paket pekerjaan yang tidak terselesaikan tepat waktu dengan
memberikan sangsi sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak yang
telah disepakati dan ditandatangani bersama.

Masalah tersebut mengakibatkan kekurangan penerimaan daerah sebesar


Rp3.750.000.000,00 yang mengindikasikan kerugian daerah serta kerugian karena
terlambatnya pemanfaatan gedung DPRD, yang terjadi karena:
a. Ketidakmampuan Panitia Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan untuk tidak
memilih PT. SCRC sebagai pemenang pemilihan langsung.
b. Komitmen yang tertuang dalam Akta Perdamaian yang ditetapkan BANI telah
diingkari oleh PT SCRC yang diketahui tidak professional dan atau tidak
memiliki keahlian di bidang bangunan.
c. Adanya permasalahan atas pekerjaan utama yang di subkontrakan, tidak dibayar
oleh PT SCRC yang telah menghambat pelaksanaan pekerjaan, dan tidak
diberitahukan kepada BANI baik oleh pemohon maupun termohon.

29
d. Ketidaktegasan Dinas PU dan petinggi-petinggi Pemprov mengekskusi PT
SCRC.

Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas PU Provinsi Banten menjelaskan


bahwa:
a. Dinas PU Provinsi Banten belum melakukan sikap terhadap pemutusan kontrak
dengan pertimbangan berikut:
1) Secara normatif berdasarkan aspek hukum administrasi kontrak, tanggal 20
Desember 2005 kontrak dengan sendirinya sudah selesai (putus kontrak).
2) Jaminan pelaksanaan dari Bank BNI Cabang Bandung masih berlaku sampai
dengan tanggal 25 Juli 2006 sehingga masih ada waktu untuk mencairkannya.
b. Persetujuan perpanjangan waktu kontrak yang melampaui akhir TA 2005 bukan
kewenangan Dinas PU, maka permohonan perpanjangan waktu dari PT. SCRC
diteruskan kepada Gubernur Banten dan Ketua DPRD Provinsi Banten. Plt.
Gubernur Banten telah menyampaikan disposisi kepada Kepala Dinas PU pada
tanggal 20 Desember 2005 agar mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan
dengan BANI untuk penyelesaiannya, dan BANI baru bisa memberikan waktu
pada tanggal 3 Januari 2006 untuk konsultasi atas masalah perpanjangan waktu
yang telah diajukan oleh PT. SCRC.
c. Dinas PU Provinsi Banten telah mengeluarkan surat No. 640.3/1387.4-
DPU/XII/2005 tanggal 21 Desember 2005 yang isinya memerintahkan kepada
PT. SCRC untuk tidak melaksanakan pekerjaan (menghentikan pekerjaan) di luar
scope kontrak dan mengacu kepada penyelesaian MOS sampai dengan progres
tanggal 20 Desember 2005 sebesar 81,118 % serta PT. SCRC tetap
bertanggungjawab terhadap keamanan lingkungan dan aset pembangunan
Gedung DPRD Provinsi Banten.

Berdasarkan modus operandi dari penyimpangan yang terjadi yang


mengindikasikan adanya kerugian daerah, maka atas masalah ini seyogyanya
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.

30
7. Pemberian Addendum Perpanjangan Waktu atas Pelaksanaan 11 Paket
Pekerjaan Pembangunan Jalan dan Jembatan Tidak Sesuai Ketentuan
Sehingga Denda Keterlambatan Harus Dikenakan Sebesar Rp1.010.756.157,00

Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Banten pada TA 2005 melaksanakan


kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan sebanyak 15 paket yang terdiri dari 13
paket pembangunan jalan dan 2 paket pembangunan jembatan. Nillai kontrak
keseluruhan adalah sebesar Rp96.923.734.000,00 dengan realisasi keuangan sampai
dengan tanggal 20 Desember 2005 sebesar Rp67.185.677.679,00 (69,32 %).
Dari lima belas paket tersebut, ternyata sebelas paket tidak dapat diselesaikan
sampai dengan saat berakhirnya masa kontrak. Semua paket pekerjaan sesuai kontrak
harus diselesaikan pada tanggal 20 Desember 2005. Realisasi fisik sampai dengan
tanggal 20 Desember 2005 diantaranya ada yang masih di bawah 50,00% (2 paket),
di bawah 70,00 % (2 paket), di bawah 90,00 % (3 paket) dan sisanya di bawah 98,00
% (4 paket). Rincian paket-paket pekerjaan yang terlambat penyelesaiannya tersebut
adalah sebagai berikut:

No. Nama Paket Pekerjaan Nilai Kontrak Jangka Waktu


(Rp) Pelaksanaan
Kontraktor Pelaksana

Mulai Selesai
1. Pemb. Jalan Provinsi Cikotok-Simpang Karang Hawu 8.457.819.000,00 04-07- 20-12-2005
(PT. Sinar Ciomas Wahana Putra) 2005
2. Pemb. Jalan Provinsi Bayah-Cikotok 6.150.728.000,00 08-07- 20-12-2005
(PT. Nurihsan Minasamulia) 2005
3. Pembangunan Jalan Provinsi Rangkasbitung-Cigelung 14.778.247.000,00 08-07- 20-12-2005
(PT. Putra Perdana Jaya) 2005
4. Pembangunan Jalan Provinsi Cibaliung-Sumur 3.713.337.000,00 01-07- 30-11-2005
(PT. Sumber Usaha Baru Karya) 2005
5. Pemb. Jalan Cincin Utara 7.329.099.000,00 08-07- 20-12-2005
(PT. Sambada Arga Agung Putra) 2005
6. Pemb. Jalan Tigaraksa-Rangkasbitung 7.289.767.000,00 08-07- 20-12-2005
(PT. Balipacific Pragama) 2005
7. Pemb. Jalan Provinsi Serang-Palima 8.468.824.000,00 04-07- 20-12-2005
(PT. Sinar Ciomas Raya Contractor) 2005
8. Pemb. Jalan Hasyim Ashari Tangerang 4.001.966.000,00 01-07- 20-12-2005
(PT. Alwan Pratama) 2005
9. Pembangunan Jalan Cigadung-Cipacung 5.968.461.000,00 01-07- 30-11-2005
(PT. Trio Pundi Tama) 2005
10. Pemb. Jembatan Cimanceuri 3.222.088.000,00 04-07- 20-12-2005
(PT. Telaga Kencana Prima) 2005
11. Pemb. Jembatan Jalitreng 3.890.590.000,00 04-07- 20-12-2005
(PT. Putra Perdana Jaya) 2005

31
Karena pelaksanaan sebelas paket pekerjaan tersebut di atas tidak dapat diselesaikan
dengan tepat waktu, maka kepada masing-masing paket telah diadakan addendum
perpanjangan waktu selama 11 hari, yaitu sampai dengan tanggal 31 Desember 2005
kecuali untuk paket pekerjaan Pembangunan Jalan Provinsi Cibaliung-Sumur dan
Pembangunan Jalan Cigadung-Cipacung yang diberikan perpanjangan waktu selama
34 hari dan 31 hari. Addendum perpanjangan waktu untuk 11 paket pekerjaan
tersebut berkisar tertanggal 1 s.d. 6 Desember 2005.
Pemberian perpanjangan waktu pelaksanaan didasarkan kepada hasil kaji
ulang terhadap kemungkinan diadakan perubahan/perpanjangan waktu akibat
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mengakibatkan kenaikan harga
material dan kelangkaan aspal curah. Proses pemberian addendum perpanjangan
waktu tersebut, diawali dari tahap rapat penelitian pelaksanaan kontrak yang
diprakarsai oleh Panitia Peneliti Kontrak dari Dinas PU Provinsi Banten dengan
mengundang Kontraktor Pelaksana, Pemimpin Pelaksana Kegiatan dan Konsultan
Supervisi, dan tidak diawali oleh surat permohonan perpanjangan waktu secara
tertulis dari para kontraktor kepada Dinas PU. Disamping itu, ternyata Addendum
Kontrak dibuat setelah melewati masa berakhirnya kontrak yaitu pada tanggal 28
Desember 2005 (dibuat mundur). Hal tersebut diketahui pada saat tim melakukan
pemeriksaan pada tanggal tersebut, addendum kontrak masih dalam bentuk draft.
Dengan demikian pemberian addendum perpanjangan waktu adalah tidak
tepat karena alasan-alasan perpanjangan dan proses serta prosedur tidak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Lampiran I Keppres RI No.80 Tahun 2003.
Berkaitan hal tersebut, kepada para kontraktor tetap harus dikenakan denda
keterlambatan seluruhnya (11 paket) sebesar Rp1.010.756.157,00 dengan rincian
perhitungan termuat dalam lampiran 1.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Lampiran I Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Bab II huruf D angka 2 huruf d, menyatakan
bahwa Perpanjangan waktu dapat diberikan oleh pengguna barang/jasa atas
pertimbangan yang layak dan wajar yaitu karena adanya pekerjaan tambah,
perubahan desain, keterlambatan yang disebabkan oleh pihak pengguna
barang/jasa, masalah yang timbul di luar kendali penyedia barang/jasa, dan
keadaan kahar. Pengguna barang/jasa dapat menyetujui perpanjangan waktu

32
pelaksanaan atas kontrak setelah melakukan penelitian dan evaluasi terhadap
usulan tertulis yang diajukan oleh penyedia barang/jasa.
b. Surat Perjanjian Pekerjaan/Kontrak dari setiap paket pekerjaan, pasal 9 (Sanksi
dan Denda) ayat (2) yang menyatakan bahwa, jika Pihak Kedua (kontraktor)
tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan oleh Pihak Kesatu, maka Pihak Kedua harus membayar denda
keterlambatan kepada Pihak Kesatu sebesar 1 0/000 (satu perseribu) per hari dari
harga kontrak sejak rencana tanggal penyelesaian atau denda maksimum sebesar
5 % (lima per seratus) dari harga kontrak.

Masalah ini mengakibatkan kekurangan penerimaan daerah sebesar


Rp1.010.756.157,00 yang terjadi karena:
a. Pemimpin Pelaksana Kegiatan kurang maksimal dalam melakukan pengendalian
dan atau pengawasan atas pelaksanaan kegiatan khususnya dalam memacu
percepatan pekerjaan.
b. Pengendali Kegiatan (d.h.i Kepala Sub Dinas Bina Marga) kurang maksimal
dalam memberikan pengarahan atas pelaksanaan kegiatan dimaksud.
c. Pengguna Anggaran (d.h.i Kepala Dinas PU Provinsi Banten) tidak tegas untuk
tidak memberikan addendum perpanjangan waktu.

Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas PU Provinsi Banten menjelaskan


bahwa pemberian perpanjangan waktu tersebut dikarenakan kondisi force majeure
nasional yaitu adanya kenaikan BBM, dan setelah tanggal 1 Oktober 2005 terjadi
kenaikan harga aspal secara signifikan serta kelangkaan aspal minyak di pasaran,
sehingga kepada rekanan diadakan optimasi kontrak dan addendum kontrak.

BPK-RI menyarankan:
a. Gubernur Banten agar memberikan teguran tertulis kepada Kepala Dinas PU
Provinsi Banten atas kebijakannya memberikan persetujuan perpanjangan waktu
yang tidak didasari dengan pertimbangan-pertimbangan sesuai ketentuan yang
berlaku, dan menginstruksikan kepada Kepala Dinas PU supaya
mempertanggungjawabkan kekurangan penerimaan daerah sebesar
Rp1.010.756.157,00 dengan memenuhi dan menyetorkan ke Kas Daerah dan
bukti setor disampaikan kepada BPK-RI.

33
b. Kepala Dinas PU Provinsi Banten agar memberikan teguran tertulis kepada
Pengendali Kegiatan (d.h.i Kepala Sub Dinas Bina Marga) dan Pemimpin
Pelaksana Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan TA 2005 yang kurang
maksimal dalam melakukan pengendalian dan atau pengawasan atas pelaksanaan
kegiatan khususnya dalam memacu percepatan pekerjaan pembangunan jalan dan
jembatan TA 2005.

8. Pelaksanaan Pekerjaan Tiga Paket Pembangunan Jalan Tidak Sesuai Kontrak


Sebesar Rp349.990.510,71

Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Banten pada TA 2005 melaksanakan


kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan, antara lain paket pekerjaan
Pembangunan Jalan Provinsi Serang-Palima, Pembangunan Jalan By Pass
Tangerang, dan Pembangunan Jalan Provinsi Rangkasbitung-Cigelung. Hasil
pemeriksaan dokumen kontrak dan pemeriksaan fisik di lapangan atas ketiga paket
pekerjaan tersebut mengungkapkan:
a. Pembangunan Jalan Provinsi Serang-Palima dikerjakan oleh PT. Sinar Ciomas
Raya Contractor berdasarkan kontrak No. 761/Ktrk/PJPSP/DPU/039/VII/2005
tanggal 04 Juli 2005 sebesar Rp8.468.824.000,00. Jangka waktu pelaksanaan
selama 170 hari kalender sejak 04 Juli 2005 sampai dengan 20 Desember 2005.
Jenis pekerjaan yang dilaksanakan adalah pelebaran jalan (kiri 5,00 m’ dan kanan
5,00 m’) sepanjang 3.000 m’ (STA 3+200 s.d. STA 6+200). Pengawasan atas
pekerjaan dilaksanakan oleh konsultan pengawas CV. Nurihsan Konsultan.
Sampai dengan tanggal 19 Desember 2005 pekerjaan telah mencapai 75,28 %
dan kepada kontraktor telah dilakukan pembayaran sebesar Rp5.750.429.500,00
atau 67,90 %.
Jenis pekerjaan yang dilaksanakan diantaranya adalah Lapis Pondasi Agregat
(LPA) Klas A dan LPA Klas B dengan ketebalan sesuai kontrak masing-masing
0,24 m’ dan 0,42 m’ atau tebal kedua LPA tersebut dari lapis permukaan tanah
0,66 m’.
Pengujian fisik di lapangan pada tanggal 14 Desember 2005 pada STA 3+200
(kiri), STA 3+200 (kanan), STA 3+500 (kiri), STA 4+000 (kiri) atau sepanjang
800,00 m’, mengungkapkan bahwa tebal kedua lapisan LPA rata-rata 0,45 m’
(hasil pengukuran: 0,50 m’, 0,48 m’, 0,45 m’ dan 0,38 m’).

34
Dengan demikian terdapat selisih kurang atas ketebalan sebesar 0,21 m’ (0,66 m’
– 0,45 m’). Jumlah volume kekurangan adalah sebesar 1.680,00 m3 (800,00 x 10
x 0,21) senilai Rp192.687.600,00 (1.680,00 x Rp114.695,00). Harga satuan
pekerjaan LPA Klas A adalah sebesar Rp124.371,56 dan LPA Klas B adalah
sebesar Rp114.695,03. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, lapisan LPA Klas
A dan LPA Klas B tidak bisa terlihat perbedaannya karena sudah bercampur satu
sehingga dipergunakan harga satuan terendah yaitu LPA Klas B sebesar
Rp114.695,03.

b. Pembangunan Jalan By Pass Tangerang dikerjakan oleh PT. Rindu Alam Lestari
berdasarkan Surat Perjanjian Kerja/Kontrak No.761/Ktrk/PJBPT/DPU/024/VII/
2005 tanggal 04 Juli 2005 sebesar Rp9.799.093.000,00. Jangka waktu
pelaksanaan selama 170 hari kalender sejak 04 Juli 2005 sampai dengan 20
Desember 2005. Pengawasan atas pekerjaan dilaksanakan oleh konsultan
pengawas PT. Sigma Pro 77. Pekerjaan telah dinyatakan selesai 100 % dan
kepada kontraktor telah dilakukan pembayaran sebesar Rp9.309.138.350,00
(95,00 %).
Berdasarkan Laporan Data Quality Control yang dibuat oleh Laboratorium
Pengujian Bahan Dinas PU Provinsi Banten, diketahui bahwa hasil pengujian di
lapangan (test core drill) yang dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2005
mengungkapkan bahwa ketebalan Lapis Aus Aspal Beton (AC-WC) rata-rata
adalah 3,80 cm, sedangkan ketebalan menurut kontrak adalah 4,00 cm, sehingga
terdapat kekurangan tebal 0,20 cm, seluruhnya senilai Rp30.990.430,71 dengan
rincian perhitungan pada lampiran 2 .

c. Pembangunan Jalan Provinsi Rangkasbitung-Cigelung dikerjakan oleh PT. Putra


Perdana Jaya berdasarkan Surat Perjanjian Kerja/Kontrak No.
761/Ktrk/PJPRC/DPU/045.3/VII/2005 tanggal 08 Juli 2005 sebesar
Rp14.778.247.000,00. Jangka waktu pelaksanaan selama 165 hari kalender sejak
08 Juli 2005 sampai dengan 20 Desember 2005. Pengawasan atas pekerjaan
dilaksanakan oleh konsultan pengawas CV. Yudhitama KC. Sampai dengan
tanggal 19 Desember 2005 pekerjaan telah mencapai 81,51 % dan kepada
kontraktor telah dilakukan pembayaran sebesar Rp8.277.199.400,00 atau
56,01%. Pengujian fisik di lapangan (test core drill) pada tanggal 15 Desember
2005 pada STA 0+000, 0+200 dan 0+900 mengungkapkan bahwa ketebalan
Asphalt Treated Base (AC-Base) rata-rata 4,60 cm (hasil pengukuran: 4,00 cm,

35
4,90 cm dan 4,90), sedangkan ketebalan seharusnya adalah 6,00 cm. Ketebalan
Lapis Aus Aspal Beton (AC-WC) rata-rata 3,02 cm (hasil pengukuran: 2,60 cm,
4,27 cm dan 2,20 cm) sedangkan ketebalan seharusnya adalah 4,00 cm. Dengan
demikian pada STA 0+000 s.d. STA 0+900 (sepanjang 900,00 m’) terdapat
kekurangan tebal AC-Base sebesar 1,40 cm (6,00 cm – 4,60 cm) dan AC-WC
sebesar 0,98 cm (4,00 cm – 3,02 cm) dengan nilai kekurangan seluruhnya
sebesar Rp126.312.480,00 dengan perhitungan sebagai berikut:
1) Kekurangan volume AC-Base sepanjang 900,00 m’ dengan lebar 6,00 m’
adalah 75,60 m3 (900,00 x 6,00 x 0,014) senilai Rp72.863.280,00 (75,60 x
Rp963.800,00). Harga satuan pekerjaan AC-Base adalah Rp963.800,00 per
m3.
2) Luas penampang AC-WC sepanjang 900,00 m’ dengan lebar 6,00 m’ adalah
5.400,00 m2 (900,00 x 6,00) dengan ketebalan 4,00 cm. Kekurangan volume
AC-WC adalah sebanyak 1.323,00 m2 {(0,98 : 4,00) x 5.400,00} senilai
Rp53.449.200,00 (1.323,00 x Rp40.400,00). Harga satuan pekerjaan AC-WC
adalah Rp40.400,00 per m2.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 9 ayat (3) huruf i, menyatakan bahwa Pengguna
Barang mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak, dan ayat (5) menyatakan
bahwa Pengguna Barang/Jasa bertanggung jawab dari segi administrasi, fisik,
keuangan, dan fungsional atas pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya.
b. Surat Perjanjian/Kontrak dari ketiga paket pekerjaan:
1) Pasal 5 (Ketentuan Kontrak) antara lain menyatakan bahwa, spesifikasi dan
gambar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen kontrak dan
mengikat kedua belah pihak.
2) Pasal 6 menyatakan bahwa:
a) Pemimpin Pelaksana Kegiatan bertugas untuk memimpin pelaksanaan
operasional kegiatan sehingga target kualitatif dan kuantitatif dari
pekerjaan yang dikontrakan tercapai.
b) Pengendali Kegiatan bertugas membina dan mengarahkan Pemimpin
Pelaksana Kegiatan dalam menjalankan tugasnya.
c) Pengawas Lapangan bertugas mengawasi, meniliti dan memberi
pengarahan jalannya pelaksanaan pekerjaan.

36
d) Konsultan Pengawas bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan
pekerjaan dan memeriksa administrasi kontrak dari waktu ke waktu.

Masalah tersebut mengakibatkan kerugian keuangan daerah sebesar


Rp349.990.510,71 (Rp192.687.600,00 + Rp30.990.430,71 + Rp126.312.480,00),
yang terjadi karena:
a. Konsultan Pengawas dan Pengawas Lapangan kurang cermat dalam melakukan
pengawasan pekerjaan.
b. Pengendali Kegiatan (d.h.i Kepala Sub Dinas Bina Marga) dan Pemimpin
Pelaksana Kegiatan kurang cermat dalam melakukan pengendalian dan atau
pengawasan atas pelaksanaan kegiatan dimaksud.
c. Pengendalian dari Pengguna Anggaran (dhi. Kepala Dinas PU Provinsi Banten)
kurang memadai.

Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas PU Provinsi Banten menjelaskan


bahwa:
a. Test yang dilakukan pada 4 (empat) titik pada pekerjaan pembangunan jalan
Serang-Palima sepanjang 3 Km belum bisa mewakili volume secara keseluruhan,
karena untuk ketebalan base klas A dan klas B perlu dilakukan test pit zik zak per
100 meter agar ketebalan yang didapat sesuai dengan yang terpasang.
b. Pekerjaan AC-WC pada pekerjaan pembangunan jalan By Pass Tangerang,
dengan rata-rata ketebalan t = 3,8 cm dari speck t = 4 cm masih masuk dalam
toleransi dan volume sesuai kontrak karena target panjang bertambah.
c. Test core drill pada pekerjaan pembangunan jalan Rangkasbitung-Cigelung
belum bisa dijadikan untuk menghitung volume secara keseluruhan karena core
drill harus dilakukan setiap 100 meter zik zak.

Atas penjelasan Kepala Dinas PU atas temuan ini, dapat dikemukakan bahwa
dokumen kontrak Buku II Bab V (Spesifikasi Umum) Seksi 6.3 Angka 4 huruf a)
menyatakan bahwa pengujian tebal lapisan aspal bisa dilakukan pada setiap jarak 200
meter, bukan 100 meter.

BPK-RI menyarankan:
a. Gubernur Banten agar memberikan teguran tertulis kepada Kepala Dinas PU
Provinsi Banten yang kurang maksimal dalam melakukan pengendalian atas

37
pelaksanaan pekerjaan dimaksud, dan menginstruksikan Kepala Dinas PU supaya
mempertanggungjawabkan kerugian daerah sebesar Rp349.990.510,71 dengan
menyetorkan ke Kas Daerah dan atau melakukan pengecekan ulang (test core
drill) di lapangan atas keseluruhan panjang ruas jalan tersebut dengan disaksikan
pihak berwenang.
b. Kepala Dinas PU Provinsi Banten agar memberikan teguran tertulis kepada
Pengendali Kegiatan (d.h.i Kepala Sub Dinas Bina Marga), Pemimpin Pelaksana
Kegiatan dan Konsultan Pengawas serta Pengawas Lapangan yang kurang
maksimal dalam melakukan pengendalian dan atau pengawasan atas pelaksanaan
pekerjaan dimaksud.

9. Volume Pekerjaan Pada Dua Paket Pembangunan Jalan Dihitung Lebih Besar
Senilai Rp86.632.624,85 Dari Yang Seharusnya

Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Banten pada TA 2005 melaksanakan


kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan, antara lain paket pekerjaan
Pembangunan Jalan Provinsi Tangerang-Serpong-Parung dan Pembangunan Jalan
Provinsi Cikotok-Simpang Karang Hawu. Hasil pemeriksaan dokumen kontrak
kedua paket pekerjaan tersebut mengungkapkan sebagai berikut :
a. Pembangunan Jalan Provinsi Tangerang-Serpong-Parung dikerjakan oleh PT.
Tiga Perkasa berdasarkan Surat Perjanjian Kerja/Kontrak No.
761/Ktrk/PJPTSP/DPU/025/VII/2005 tanggal 04 Juli 2005 sebesar
Rp9.268.978.000,00. Jangka waktu pelaksanaan selama 170 hari kalender sejak
04 Juli 2005 sampai dengan 20 Desember 2005. Pengawasan atas pekerjaan
dilaksanakan oleh konsultan pengawas CV. Karunia Indah Keluarga. Pekerjaan
telah dinyatakan selesai 100 % dan kepada kontraktor telah dilakukan
pembayaran sebesar Rp8.805.529.100,00 (95,00 %).
Berdasarkan Back Up Data dan Monthly Certificate (MC)-05 bulan November
2005 yang dibuat oleh kontraktor pelaksana dan diperiksa oleh konsultan
pengawas serta disetujui oleh pengawas lapangan, diketahui bahwa terdapat
perhitungan lebih pada volume pekerjaan Asphalt Treated Base (ATB) Leveling.
Sampai dengan MC-05 atau tanggal 30 November 2005 pekerjaan ATB Leveling
telah dinyatakan selesai dikerjakan sesuai kontrak yaitu sebanyak 9.054,30 ton.
Berdasarkan perhitungan kembali, diketahui bahwa terdapat perhitungan lebih

38
sebanyak 175,50 ton atau senilai Rp77.119.403,40 (175,50 x Rp439.426,80)
dengan rincian perhitungan pada lampiran 3.

b. Pembangunan Jalan Provinsi Cikotok-Simpang Karang Hawu dikerjakan oleh


PT. Sinar Ciomas Wahana Putra berdasarkan Surat Perjanjian Kerja/Kontrak No.
761/Ktrk/PJPCSK/DPU/030/VII/ 2005 tanggal 04 Juli 2005 sebesar
Rp8.457.819.000,00. Jangka waktu pelaksanaan selama 170 hari kalender sejak
04 Juli 2005 sampai dengan 20 Desember 2005. Pengawasan atas pekerjaan
dilaksanakan oleh konsultan pengawas CV. Ottoman Laras Cipta. Prestasi
pekerjaan sampai dengan tanggal 19 Desember 2005 dinyatakan mencapai
67,00% dan kepada kontraktor telah dilakukan pembayaran sebesar
Rp3.479.682.300,00 atau 41,14 %.
Berdasarkan Laporan Sertifikat Bulanan (Monthly Certificate/MC) dan Laporan
Back Up Quantity bulan September 2005 yang yang dibuat oleh kontraktor dan
diperiksa oleh konsultan pengawas serta disetujui oleh pengawas lapangan,
diketahui bahwa terdapat perhitungan lebih volume pada pekerjaan Lapis Pondasi
Agregat (LPA) Klas A, LPA Klas B dan Asphalt Treated Base (ATB) Leveling
senilai Rp9.513.221,45 dengan rincian sebagai berikut:
1) Pekerjaan LPA Klas A lebar 4,50 m’ dan tebal 0,20 m’ sampai tanggal 30
September 2005 telah dikerjakan sebanyak 6.385,00 m3. Pada STA 1+480
s.d. STA 1+500, ternyata dihitung panjang 50,00 m’ seharusnya 20,00 m’
(1+500 dikurangi 1+480) atau lebih dihitung 30,00 m’ sehingga perhitungan
volume lebih besar 27,00 m3 (30,00 x 4,50 x 0,20) senilai Rp3.301.061,31
(27,00 x Rp122.261,53). Harga satuan pekerjaan LPA Klas A adalah
Rp122.261,53 per m3.
2) Pekerjaan LPA Klas B dengan lebar 4,50 m’ dan tebal 0,25 m’ sampai
dengan tanggal 30 September telah dikerjakan sebanyak 7.060,00 m3. Pada
STA 1+480 s.d. STA 1+500, dihitung sepanjang 50,00 m’ seharusnya 20,00
m’ (1+500 dikurangi 1+480) atau lebih hitung 30,00 m’ sehingga perhitungan
volume lebih besar 33,75 m3 (30,00 x 4,50 x 0,25) senilai Rp3.993.243,30
(33,75 x Rp118.318,32). Harga satuan pekerjaan LPA Klas B adalah
Rp118.318,32 per m3.
3) Pekerjaan Asphalt Treted Base (ATB) Leveling dengan lebar 4,50 m’ dan
tebal 0,05 m’ sampai dengan tanggal 30 September telah dikerjakan sebanyak
257,00 ton. Pada STA 1+310 s.d. STA 1+320, dihitung sepanjang 20,00 m’

39
seharusnya 10,00 m’ (1+320 dikurangi 1+310) atau lebih hitung 10,00 m’
sehingga perhitungan volume lebih besar 5,175 ton (10,00 x 4,50 x 0,05 x
2,30) senilai Rp2.218.916,84 (5,175 x Rp428.776,20). Angka 2,3 merupakan
faktor pengali yaitu untuk setiap ton pekerjaan ATB Leveling dibutuhkan
hotmix ATB sebanyak 2,3 ton.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 9 ayat (3) huruf i, yang menyatakan bahwa
Pengguna Anggaran mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak.
b. Surat Perjanjian/Kontrak dari kedua paket pekerjaan, pasal 6 menyatakan bahwa:
1) Pemimpin Pelaksana Kegiatan bertugas untuk memimpin pelaksanaan
operasional kegiatan sehingga target kualitatif dan kuantitatif dari pekerjaan
yang dikontrakan tercapai.
2) Pengendali Kegiatan bertugas membina dan mengarahkan Pemimpin
Pelaksana Kegiatan dalam menjalankan tugasnya.
3) Pengawas Lapangan bertugas mengawasi, meniliti dan memberi pengarahan
jalannya pelaksanaan pekerjaan.
4) Konsultan Pengawas bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan
pekerjaan dan memeriksa administrasi kontrak dari waktu ke waktu.

Masalah tersebut mengakibatkan kerugian keuangan daerah sebesar


Rp86.632.624,85 (Rp77.119.403,40 + Rp9.513.221,45), yang terjadi karena:
a. Konsultan Pengawas dan Pengawas Lapangan kurang cermat dalam melakukan
pengawasan pekerjaan antara lain terhadap perhitungan back up data volume
yang dibuat oleh kontraktor.
b. Pengendali Kegiatan (d.h.i Kepala Sub Dinas Bina Marga) dan Pemimpin
Pelaksana Kegiatan kurang cermat dalam melakukan pengendalian dan atau
pengawasan atas pelaksanaan kegiatan dimaksud.

Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas PU Provinsi Banten menjelaskan


bahwa, pada kedua paket pekerjaan pembangunan jalan tersebut telah terjadi
kesalahan administrasi pada Back Up Data.

40
BPK-RI menyarankan Kepala Dinas PU Provinsi Banten agar:
a. Memberikan teguran tertulis kepada Pengendali Kegiatan (d.h.i Kepala Sub
Dinas Bina Marga), Pemimpin Pelaksana Kegiatan dan Konsultan Pengawas
serta Pengawas Lapangan yang kurang cermat dalam melakukan pengendalian
dan atau pengawasan atas pelaksanaan kegiatan dimaksud.
b. Mempertanggungjawabkan kerugian sebesar Rp86.632.624,85 dengan menyetor
ke Kas Daerah dan menyampaikan bukti setoran tersebut ke BPK-RI.

10. Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Situ Garukgak Tidak Sesuai Dengan Yang
Dipersyaratkan Dalam Kontrak Sebesar Rp6.615.860,00

Sub Dinas Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Banten pada TA 2005
melaksanakan kegiatan Perbaikan dan Rehabilitasi Situ dan Sungai Lintas
Kabupaten/Kota, diantaranya paket pekerjaan Rehabilitasi Situ Garukgak Kabupaten
Tangerang. Paket tersebut dikerjakan oleh PT. Rubi Jaya berdasarkan Surat
Perjanjian Pemborongan/ Kontrak No. 761/Ktrk/P&RSSKK/DPU/064/ VII/2005
tanggal 11 Juli 2005 senilai Rp1.562.823.000,00. Jangka waktu pelaksanaan selama
120 hari kalender sejak 11 Juli 2005 sampai dengan 08 November 2005.
Pengawasan atas pekerjaan dilaksanakan oleh konsultan pengawas CV. Duta Reksa
Sembada. Pekerjaan telah dinyatakan selesai 100 % dan telah diserahterimakan
berdasarkan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Pertama tanggal 31 Oktober 2005,
dan kepada kontraktor telah dilakukaan pembayaran 100 % (lunas).
Salah satu jenis pekerjaan yang dilaksanakan antara lain adalah pekerjaan
pembuatan bronjong kawat penahan longsor sepanjang 200 m’ dengan menggunakan
kawat bronjong yang dimuat secara manual. Setiap bronjong berdimensi panjang
2,00 m’, lebar 1,00 m’ dan tinggi 0,50 m’ yang disusun secara bertumpuk dari bawah
ke atas sebanyak delapan lapis. Volume pekerjaan bronjong kawat tersebut menurut
Berita Acara Mutual Check Akhir (MC 100 %) adalah sebanyak 1.800,00 m3 senilai
Rp595.427.400,00 (1.800,00 x Rp330.793,00).
Hasil pemeriksaan fisik di lapangan pada tanggal 08 Desember 2005
diketahui bahwa lebar bronjong bagian lapis atas rata-rata 0,80 m’ (hasil pengukuran
pada 10 titik) yang seharusnya 1,00 m’. Dengan demikian terdapat selisih kurang
0,20 m’ sepanjang 200 m’ dengan ketinggian 0,50 m’ atau sebanyak 20,00 m3 (0,20
x 0,50 x 200) senilai Rp6.615.860,00 (20,00 x Rp 330.793,00).

41
Hal tersebut tidak sesuai dengan:
a. Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah pasal 9 ayat (3) huruf i, menyatakan bahwa Pengguna
Barang mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak, dan ayat (5) menyatakan
bahwa Pengguna Barang/Jasa bertanggung jawab dari segi administrasi, fisik,
keuangan, dan fungsional atas pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya.
b. Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak No. 761/Ktrk/P&RSSKK/DPU/064/
VII/2005 tanggal 11 Juli 2005,
1) Pasal 7 (Ketentuan Kontrak) antara lain menyatakan bahwa, spesifikasi teknis
dan gambar-gambar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen
kontrak dan mengikat kedua belah pihak.
2) Pasal 8 menyatakan bahwa:
a) Pemimpin Pelaksana Kegiatan bertugas untuk memimpin pelaksanaan
operasional kegiatan sehingga target kualitatif dan kuantitatif dari
pekerjaan yang dikontrakan tercapai.
b) Pengendali Kegiatan bertugas membina dan mengarahkan Pemimpin
Pelaksana Kegiatan dalam menjalankan tugasnya.
c) Pengawas Lapangan bertugas mengawasi, meniliti dan memberi
pengarahan jalannya pelaksanaan pekerjaan.
d) Konsultan Pengawas bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan
pekerjaan dan memeriksa administrasi kontrak dari waktu ke waktu.

Masalah ini mengakibatkan kerugian keuangan daerah sebesar


Rp6.615.860,00, yang terjadi karena:
a. Konsultan Pengawas dan Pengawas Lapangan kurang cermat dalam melakukan
pengawasan pekerjaan.
b. Pengendali Kegiatan (d.h.i Kepala Sub Dinas Pengairan) dan Pemimpin
Pelaksana Kegiatan kurang cermat dalam melakukan pengendalian dan atau
pengawasan atas pelaksanaan kegiatan dimaksud.

Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas PU Provinsi Banten menjelaskan


bahwa, atas kekurangan volume pekerjaan dimaksud, telah diperintahkan kepada
kontraktor yang bersangkutan untuk segera membayar ke Kas Daerah.

42
BPK-RI menyarankan Kepala Dinas PU Provinsi Banten agar:
a. Memberikan teguran tertulis kepada Pengendali Kegiatan (dhi. Kepala Sub Dinas
Pengairan), Pemimpin Pelaksana Kegiatan dan Konsultan Pengawas serta
Pengawas Lapangan yang kurang cermat dalam melakukan pengendalian dan
atau pengawasan atas pelaksanaan kegiatan dimaksud.
b. Mempertanggungjawabkan kerugian sebesar Rp6.615.860,00 dengan menyetor
ke Kas Daerah, dan menyerahkan bukti setornya ke BPK-RI.

11. Pelaksanaan Pekerjaan Perbaikan Tanggul Kiri Sungai Cidurian Terlambat


Diselesaikan Dan Belum Dipungut Denda Keterlambatan Sebesar
Rp18.798.654,00

Sub Dinas Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Banten pada TA 2005
melaksanakan kegiatan Perbaikan dan Rehabilitasi Situ dan Sungai Lintas
Kabupaten/Kota, diantaranya paket pekerjaan Perbaikan Tanggul Kiri Sungai
Cidurian. Paket tersebut dikerjakan oleh PT. Buana Wardana Utama berdasarkan
Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak No. 761/Ktrk/ P&RSSKK/DPU/053/VII/
2005 tanggal 11 Juli 2005 sebesar Rp2.685.522.000,00. Jangka waktu pelaksanaan
selama 150 hari kalender sejak 11 Juli 2005 sampai dengan 08 Desember 2005.
Pengawasan atas pekerjaan dilaksanakan oleh konsultan pengawas PT. Mitra Karya
Utama.
Jenis pekerjaan yang dilaksanakan meliputi timbunan tanah, pembuatan
jembatan penghubung dan pekerjaan batu onderlaag (jalan). Hasil pemeriksaan fisik
pada tanggal 12 Desember 2005 diketahui bahwa pembuatan jembatan penghubung
masih dalam pengerjaan. Pekerjaan jembatan baru selesai (100 %) pada tanggal 15
Desember 2005 dan kepada kontraktor yang bersangkutan telah diberikan
pembayaran sebesar Rp2.040.996.720,00 (76,00 %). Dengan demikian, pekerjaan
perbaikan Tanggul Kiri Sungai Cidurian terlambat diselesaikan selama tujuh hari
kalender (8 s.d. 15 Desember 2005). Atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan
tersebut kepada rekanan belum dikenakan denda keterlambatan sebesar
Rp18.798.654,00 (1/1000 x 7 x Rp2.685.522.000,00).

Hal ini tidak sesuai dengan:


a. Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 9 ayat (3) huruf i, yang menyatakan bahwa
Pengguna Anggaran mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak.

43
b. Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak No. 761/Ktrk/P&RSSKK/DPU/053/VII/
2005 tanggal 11 Juli 2005:
1) Pasal 8, menyatakan bahwa:
a) Pemimpin Pelaksana Kegiatan bertugas untuk memimpin pelaksanaan
operasional kegiatan sehingga target kualitatif dan kuantitatif dari
pekerjaan yang dikontrakan tercapai.
b) Pengendali Kegiatan bertugas membina dan mengarahkan Pemimpin
Pelaksana Kegiatan dalam menjalankan tugasnya.
c) Pengawas Lapangan bertugas mengawasi, meniliti dan memberi
pengarahan jalannya pelaksanaan pekerjaan.
d) Konsultan Pengawas bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan
pekerjaan dan memeriksa administrasi kontrak dari waktu ke waktu.
2) Pasal 11 (Sanksi dan Denda) ayat (2) yang menyatakan bahwa, jika Pihak
Kedua (kontraktor) tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
jangka waktu yang telah ditentukan oleh Pihak Kesatu, maka Pihak Kedua
harus membayar denda keterlambatan kepada Pihak Kesatu sebesar 1 0/000
(satu perseribu) per hari dari harga kontrak sejak rencana tanggal
penyelesaian atau denda maksimum sebesar 5 % (lima per seratus) dari harga
kontrak.

Masalah ini mengakibatkan kekurangan penerimaan daerah yang merugikan


daerah sebesar Rp18.798.654,00 apabila tidak dipungut denda keterlambatan, yang
terjadi karena:
a. Pemimpin Pelaksana Kegiatan kurang maksimal dalam melakukan pengendalian
dan atau pengawasan atas pelaksanaan kegiatan khususnya dalam memacu
percepatan pekerjaan.
b. Pengendali Kegiatan (d.h.i Kepala Sub Dinas Pengairan) kurang maksimal dalam
memberikan pengarahan atas pelaksanaan kegiatan dimaksud.

Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas PU Provinsi Banten menjelaskan


bahwa, atas keterlambatan pekerjaan dimaksud, telah diperintahkan kepada
kontraktor yang bersangkutan untuk segera membayar ke Kas Daerah

BPK-RI menyarankan Kepala Dinas PU Provinsi Banten agar:


a. Memberikan teguran tertulis kepada Pengendali Kegiatan (d.h.i Kepala Sub
Dinas Pengairan), Pemimpin Pelaksana Kegiatan dan Konsultan Pengawas serta

44
Pengawas Lapangan yang kurang cermat dalam melakukan pengendalian dan
atau pengawasan atas pelaksanaan kegiatan dimaksud.
b. Mempertanggungjawabkan kekurangan penerimaan daerah sebesar
Rp18.798.654,00 dengan menyetor ke Kas Daerah dan menyampaikan bukti
setornya ke BPK-RI.

12. Pengadaan Obat Pada Dinas Kesehatan Provinsi Banten Dengan Dana APBD
Senilai Rp1.192.008.988,00 Fiktif

Untuk melaksanakan pengadaan obat-obatan dengan sumber dana APBD,


setiap tahun dibentuk Panitia Pengadaan Barang dan Jasa. Guna memeriksa
kebenaran jumlah/volume, jenis, spesifikasi dan kualitas atas barang/jasa yang
diadakan dibentuk Panitia Pemeriksa Barang dan Jasa serta Pimpinan Pelaksana
Kegiatan yang bertanggungjawab terhadap pengadaannya.
Pada TA 2004 dan 2005 telah diprogramkan pengadaan obat untuk Pelayanan
Kesehatan Dasar (PKD), Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) yang umumnya
berupa obat-obatan anti TBC (OAT), dan pengadaan obat untuk Program Gizi / KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak). Rekanan pelaksana pengadaan obat buffer stock TA 2004
adalah PT. Rizki Fitria, dengan kontrak No. 03/KPJB/P-Angg/APBD/Kes/PO/VII/
2004 tanggal 7 Juli 2004 sebesar Rp1.237.669.000,00 dan dengan jangka waktu
pelaksanaan 150 hari kalender s/d 7 Desember 2004. Sesuai Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan No 512/BAPB/APBD/Kes/2004 tanggal 26 November 2004,
pekerjaan telah dinyatakan selesai 100%, dan berdasarkan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) nomor 900/SPP-389/BT/XII/2004 diterbitkan SPMU Nomor
932/Keu-9632/BT/.PI/2004 tanggal 31 Desember 2004 untuk pelunasannya.
Sedangkan dalam TA 2005 pengadaan obat dikhususkan untuk obat program
P2M dan Program Gizi, dengan pelaksana CV. Cipta Bahagia, dengan kontrak No.
03.d/Peng/PA/APBD/Kes/V/2005 tanggal 30 Mei 2005 sebesar Rp998.000.000,00
Jangka waktu pelaksanaan 194 hari s/d tanggal 10 Desember 2005. Pada tanggal 12
Desember 2005 telah dibuat berita acara pekerjaan selesai 100%, yang kemudian
telah dilunasi dengan SPM nomor 932/KEU-09037/BT.P.I/2005 tanggal 29 Desember
2005.
Spesifikasi obat-obatan PKD, P2M, dan program gizi yang ditenderkan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi Banten dalam kontrak Tahun 2004 dan 2005 adalah
sebagai berikut:

45
Pengadaan Obat Untuk Buffer Stok 2004 dan 2005
T.A. 2004 T.A. 2005
PT Rizki Fitria CV Cipta Bahagia
Jangka Waktu Kontrak s.d. 7 Desember 2004 s.d. 10 Desember 2005
Jumlah Nilai Jumlah Nilai*
Obat Pelayanan Kesehatan 908.537.805,00
Dasar (PKD)
Obat Program P2M/P2PL
Kombipak Kat 1 150 paket 35.273.580,00
Kombipak Kat II 150 paket 56.273.317,00
Kombipak Kat III 150 paket 23.017.505,00
Kombipak Kat Anak 150 paket 19.011.862,00 200 paket 25.440.000,00
Obat Lain - - 120.950.000,00
Subtotal 133.576.263,00 146.390.000,00
Obat Program Gizi / KIA
Vit A 100.000 UI, kapsul 2500 botol 31.761.168,00 4500 botol 57.375.000,00
Vit A 200.000 UI, kapsul 4500 botol 75.195.500,00 20500 botol 343.785.000,00
Tablet besi 200 mg + Asam Folat 912 kotak @ 100 74.426.057,00 5500 kotak @ 450.450.000,00
0,25 mg sache 100 sache
Iodin Tes Botol 15 ml 14.172.207,00
Subtotal 195.554.932,00 851.610.000,00
Total Nilai Kontrak 1.237.669.000,00 998.000.000,00

Meski pembayaran kepada CV Cipta Bahagia telah dilunasi seluruhnya,


sampai dengan saat pemeriksaan tanggal 22 Desember 2005, atau 12 hari setelah
lewatnya jatuh tempo penyerahan barang, ternyata belum ada laporan pengiriman
obat kepada Dinas Kesehatan sebagai pemberi pekerjaan.
Selain itu, berdasarkan pemeriksaan atas dokumen pengiriman barang Tahun
2004, diketahui bahwa pengiriman obat-obatan sejumlah Rp1.237.669.000,00
tersebut di atas dilakukan oleh kantor cabang pemasaran PT Kimia Farma Trading
and Distribution Cabang Serang melalui beberapa kali pengiriman antara tanggal 3
s/d 14 November 2004. Jenis-jenis spesifikasi obat-obatan yang dikirim PT Kimia
Farma tersebut, persis sama dengan yang dikontrakkan kepada PT Rizki Fitria.
Pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Usulan pengadaan seluruh obat tersebut sesuai tugas pokok dan fungsinya
dilakukan melalui Sub Dinas Farmasi Dinas Kesehatan. Beberapa jenis obat-obat
yang diadakan melalui PT Rizky Fitria dan CV Cipta Bahagia tersebut adalah
obat-obatan yang memiliki spesifikasi khusus, tidak tersedia di apotik-apotik
pada umumnya. Dari sampel yang diambil, obat-obat tersebut berlabel tidak
diperjualbelikan, antara lain :
1) Kombipak (OAT) Katagori 1, produk PT Marin Lirya sebanyak 144 paket
dalam 12 dos (pada Dos tidak tertera nama obat) yang diadakan dengan

46
pembiayaan APBD Tahun 2004, nomor batch 513008044, berlabel milik
Depkes, tidak diperjualbelikan.
2) Vitamin A 100.000 Iu dan 200.000 Iu, berlabel tidak diperjuabelikan, khusus
untuk pengadaan bina program.
3) Tablet besi yang terdiri dari Ferro Sulfat 200 mg dan Asam Folat 0,25 mg
berlogo Bakti Husada, dan. berlabel tidak untuk diperjualbelikan.

Berdasarkan dokumen, brosur dan pamflet, obat jenis OAT adalah bantuan
dari KNCV Tubercolosis Foundation, suatu organisasi LSM Belanda yang
bertujuan memberikan bantuan dana untuk penyediaan obat-obatan dan
penanganan langsung bagi pemberantasan penyakit TBC di Indonesia. Hal
ini diperkuat dengan adanya komitmen Pemerintah melalui Departmen
Kesehatan RI bahwa penanggulangan TBC merupakan suatu program
nasional karena penyakit TBC merupakan kedaruratan global. Oleh
karenanya, Pemerintah Pusat telah menyediakan dana untuk seluruh
kebutuhan OAT. Karena itu, pada tahun 2003 telah dialokasi buffer stock di
setiap provinsi 50% dan tahun 2004 sebesar 25% dari seluruh kebutuhan di
setiap provinsi. Sementara itu, Pemerintah Daerah menyediakan dana
distribusi dari provinsi ke Kota dan Kabupaten..

b. Uji petik terhadap obat untuk buffer stock senilai Rp1.237.669.000,00 tersebut
di atas, sebagian di antaranya sebesar Rp314.958.988,00 (Rp133.576.263,00 +
Rp195.554.932,00 - Rp14.172.207,00) berlabel tidak diperjualbelikan dan atau
milik Departemen Kesehatan.
c. Untuk pengadaan Tahun 2005, senilai Rp877.050.000 (Rp998.000.000-
Rp120.950.000,00) spesifikasinya sama dengan obat Tahun 2004 senilai
Rp314.958.988 di atas.
d. Khusus untuk OAT kategori anak, diketahui bahwa pada tanggal 31 Agustus
2005 sebenarnya sudah ada pengiriman OAT dari dana APBN sebanyak 1.650
paket, sementara dari APBD 2005 pun telah dikontrakkan kepada CV Cipta
Bahagia. Pengiriman ini merupakan hasil usulan Dinas Kesehatan pada bulan Juli
2005 untuk memenuhi kebutuhan Kabupaten dan Kota se Provinsi Banten
termasuk untuk cadangan pada (gudang) Dinas Kesehatan Provinsi hingga
triwulan IV, yang disampaikan oleh Kepala TU Dinas Provinsi yang juga
menjabat sebagai panitia pengadaan barang dan jasa APBD tahun 2005.

47
e. Dari hasil konfirmasi, observasi di gudang farmasi pada tanggal 9 Desember
2005, pemeriksaan dokumen laporan bulanan pemakaian obat dan dokumen
terkait lainnya diketahui hal-hal sebagai berikut:
1) Dinas kesehatan tidak mempunyai data laporan bulanan tahun 2003 karena
musibah kebanjiran di lokasi kantor lama. Menurut pengelola gudang farmasi
pengelolaan seluruh obat dilakukan oleh Seksi Farmasi, kecuali untuk OAT
bantuan APBN yang pengadaannya bukan dari APBD Tahun 2004 dilakukan
oleh Seksi P2PL.
2) Di gudang farmasi Dinas Kesehatan Provinsi terdapat tiga kelompok obat
OAT, yaitu OAT bantuan APBN produk Indo Farma (INF) yang kadaluarsanya
tahun 2006 dan 2007, OAT bantuan APBN produk Phapros berlabel biru, dan
OAT dari Kimia Farma (KF) dengan kadaluarsa Tahun 2008 yang diterima
bulan November 2004.
3) Obat-obatan yang diterima dari PT Kimia Farma Trading & Distribution
cabang Serang senilai Rp1.239.784.800,00 pada bulan November 2004
tersebut dibukukan sebagai penerimaan obat bulan Januari 2005.
4) Penyaluran Obat:
• berita acara penyaluran obat APBD menunjukkan bahwa obat program
vitamin A dan Tablet besi dari pengadaan tersebut telah seluruhnya
disalurkan pada bulan Desember 2004, meski sebenarnya pemberian
vitamin A secara nasional dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu setiap
bulan Februari dan Agustus. Sementara itu diketahui pula bahwa pada
bulan yang sama terdapat penyaluran obat sejenis yang sumber dananya
berasal dari APBN namun saldo awal dan saldo akhirnya, serta
penerimaan maupun pengeluarannya tidak diadministrasikan dalam kartu
gudang.
• OAT kategori 2,3, dan kategori anak yang diterima dari Kimia Farma
masing-masing sebanyak 150 paket dengan kadaluarsa hingga Tahun
2008 sudah tidak ada di gudang tanpa ada catatan pengeluarannya.
Sementara itu masih banyak OAT dari PT INF dan PT Phapros dengan
kadaluarsa tahun 2006 dan 2007 yang belum disalurkan.
5) Pembukuan Pengeluaran Obat: Pada laporan bulanan Tahun 2005 telah
dibukukan pengeluaran obat vitamin A dan tablet besi yang sebenarnya fisik
obatnya belum diterima mengingat bahwa penerimaan obat yang dibukukan
bulan Januari 2005 adalah obat yang diterima dari Kimia Farma yang juga

48
telah disalurkan seluruhnya pada bulan Desember 2004 dan bahwa obat-
obatan sejenis hingga tanggal 4 Januari 2006 belum diterima dari CV
Bahagia.

Dengan demikian telah terjadi penyimpangan pengeluaran belanja daerah


dengan memanfaatkan obat bantuan APBN yang terkesan dibeli melalui PT Rizky
Fitria dan CV Cipta Bahagia dengan dana APBD, sementara diketahui bahwa
rekanan obat-obatan yang diadakan untuk program bantuan adalah PT Pillar (bukan
PT Rizky Fitria) dan CV Cipta Bahagia.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 pasal 50 yang menyatakan “Setiap orang yang
diberi kewenangan menandatangani dan atau mengesahkan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran kas bertanggungjawab atas kebenaran dan akibat dari
penggunaan bukti tersebut”.
b. UU Nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang tertib dan bebas
dari KKN pasal 8 :
1) Ayat (1) menyatakan “peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara
merupakan hak dan tanggung jawab masyarakat untuk ikut mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih.
2) Ayat (2) menyatakan “Hubungan antara penyelenggara negara dan
masyarakat dilaksanakan dengan berpegang teguh pada asas-asas umum
penyelenggaraan negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 yaitu: azas
kepastian hukum, tertib, azas kepentingan umum, azas keterbukaan,
proporsionalitas, profesionalitas, dan akuntabilitas.
c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek
(dalam arti luas), bab 2.3 menyatakan bahwa Pengeluaran obat memakai sistem
FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out).
Masalah ini mengakibatkan kerugian daerah Pemerintah Provinsi Banten
Tahun 2004 sebesar Rp 314.958.988,00, dan Tahun 2005 sebesar Rp877.050.000,00
(Rp998.000.000 – Rp120.950.000). Selain itu, tidak dicatatnya keseluruhan obat dan
mutasinya, tidak dicatatnya penerimaan obat pada periode yang seharusnya, dan
pencatatan pengeluaran obat sebelum fisiknya diterima membuka peluang obat

49
tersebut tidak dipertanggungjawabkan karena dapat tertutup oleh penerimaan obat
pada periode berikutnya (contoh OAT kategori anak). Hal ini terjadi karena:
a. Kecenderungan Panitia Pengadaan Barang dan Jasa memanfaatkan dana APBD
untuk memberikan keuntungan kepada rekanannya.
b. Panitia Pemeriksa Barang tidak bekerja / berfungsi sebagaimana mestinya
c. Kurangnya pengendalian Kepala Dinas atas kegiatan pengadaan barang dan jasa
yang dilakukan di lingkungan kerjanya.

Atas permasalahan ini, pada tanggal 30 Desember 2005 Kepala Dinas


Kesehatan Provinsi Banten menjelaskan bahwa:
a. Pelabelan tersebut sesuai permintaan dari Departemen Kesehatan dengan maksud
sebagai kontrol bahwa obat-obatan tersebut adalah obat gratis (program) dari
Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi Banten kepada masyarakat,
tetapi proses pengadaannya antara Dinas Kesehatan Provinsi Banten dengan
produsen d.h.i PT. Kimia Farma Tbk tetap melalui proses jual beli seperti biasa.
b. Belum ada pemanfaatan bantuan KNCV. Obat bantuan APBN (khusus obat
OAT) program Tahun 2005 oleh CV Cipta Bahagia belum semuanya dikirim.
KNCV Foundation hanya memberi bantuan program pelatihan SDM, survey, dan
reagentia (cairan uji-laboratorium).
c. Pencatatan penerimaan obat dilakukan pada bulan Januari 2005 karena system
pelaporan yang digunakan dalam pengelolaan obat di gudang farmasi dibuat
laporan per triwulan.
d. Adanya perbedaan jumlah fisik item obat OAT dan Vitamin A pada laporan
bulanan dengan hasil perhitungan pemeriksa, maka akan dilakukan stock opname
akhir bulan Desember 2005

Atas penjelasan Dinas Kesehatan terhadap permasalahan ini dapat


dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
a. Sesuai dengan pengertian tentang asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan dalam penyelenggran pemerintahan di daerah, apabila dana
pengadaan obat memang dari APBD Provinsi (APBD I), seharusnya tulisan label
tersebut bertuliskan ”Milik Dinas Kesehatan Provinsi Banten”. Fakta yang ada
adalah bahwa pembayaran yang dilakukan atas beban APBD bukan kepada PT
Kimia Farma sebagai produsen, melainkan kepada CV Rizky Fitria, sehingga

50
secara formal telah terjadi jual beli obat dari Kimia Farma ke Rizky Fitria, dan
Rizky Fitria ke Dinas Kesehatan.
b. Sesuai penjelasan Dinas Kesehatan pada poin b di atas, obat OAT adalah
memang obat bantuan APBN (bukan APBD), dan bahwa berbagai dokumen yang
ada menunjukkan bahwa bantuan KNCV kepada Departemen Kesehatan adalah
termasuk untuk pengadaan obat OAT.
c. Berdasarkan bukti dokumen dan sesuai penjelasan Dinas Kesehatan atas
permasalahan ini pada poin d di atas, Dinas Kesehatan membuat laporan bulanan
pemakaian obat, dan bahwa permasalahannya adalah penerimaan obat tersebut
dicatat sebagai penerimaan bulan Januari 2005 bukan sebagai penerimaan bulan
November 2004.
d. Adanya perbedaan fisik jumlah obat dengan laporan bulanan bukanlah
berdasarkan perhitungan pemeriksa (BPK-RI). Perhitungan fisik obat-obatan
dimaksud dilakukan oleh dua staf pengelola gudang farmasi Dinas Kesehatan
yang telah ditandatangani dalam berita acara tanggal 9 Desember 2005.

Berdasarkan modus operandi dari penyimpangan yang terjadi yang diduga


adanya unsur korupsi dan kolusi, maka atas masalah ini seyogyanya ditindaklanjuti
oleh aparat penegak hukum.

13. Obat Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar Dari Pengadaan TA 2005 Senilai
Rp1.493.987.312,00 Belum Semuanya Diterima dan Di Antaranya Lebih
Dibayar Sebesar Rp1.070.142.045,00

Dalam DASK Dinas Kesehatan Provinsi Banten TA 2005 telah dianggarkan


Kegiatan Pengadaan Obat untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) yang
diperuntukkan bagi gudang farmasi Dinkes Provinsi, kode rekening
2.10.01.2.2.01.03.2 senilai Rp1.500.000.000,00. Melalui perubahan APBD TA 2005
tanggal 6 September 2005, pekerjaan pengadaan obat untuk PKD dirubah menjadi
pekerjaan pengadaaan obat untuk RSUD Malingping dan Balai Kesehatan Tenaga
Kerja (BKTK). RSUD Malingping dan BKTK merupakan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) di bawah pengelolaan Sub Dinas Pelayanan Kesehatan Provinsi Banten yang
masing-masing berlokasi di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Tangerang.

51
Untuk merealisasi pengadaan obat tersebut telah ditetapkan PT Profesional
Indonesia Lantera Raga (PT Pilar) sebagai pelaksana pengadaan obat dengan
kontrak No.03.C/Peng/PA/APBD/Kes/V/2005 tangal 30 Mei 2005 sebesar
Rp1.493.987.312,00. Jangka waktu penyelesaian pekerjaan selama 194 hari kalender
s/d tanggal 10 Desember 2005. Lingkup pekerjaan dalam kontrak adalah pengadaan
306 jenis obat senilai Rp1.308.724.730,00, untuk RSUD Malimping, dan 112 jenis
obat senilai Rp185.262.583,00 untuk BKTK Balaraja, Tangerang.
Uang muka telah dibayar dengan SPMU nomor 932/KEU-05001/BT.P.I/2005
tanggal 22 September sebesar Rp298.797.462,00. Berdasarkan Berita Acara
Pekerjaan Selesai 100% tanggal 5 Desember 2005, Dinas Kesehatan telah
mengajukan surat permintaan pembayaran (SPP) nomor 307/SPP-BT/XII/2005
sebesar Rp1.195.189.850,00, dan telah diterbitkan SPM Nomor 932/KEU-
09071/BT.P.I/2005 tanggal 30 Desember 2005
Sementara itu, diketahui pula bahwa per tanggal 12 Desember 2005,
persediaan obat untuk penanganan gawat darurat berupa obat jenis injeksi di RSUD
Malingping kurang memadai, dan sembilan jenis reagentia untuk keperluan uji
laboratorium semuanya sudah kadaluarsa. Ketidaktersediaan obat ini juga tersirat
dalam surat yang diajukan oleh para Dokter RSUD Malimping ke beberapa instansi
yang berwenang. Semestinya hal tersebut tidak perlu terjadi mengingat fungsi
gudang farmasi Dinas Kesehatan sebagai penyimpan buffer stock, dan kontrak telah
dibuat tanggal 30 Mei 2005 semestinya tidak perlu terlambat pengadaannya.
Hasil pengecekan di RSUD Malimping tanggal 12 Desember 2005 saat obat
diterima Panitia Pemeriksa Barang untuk kemudian diserahkan ke pihak RSUD,
diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Obat-obat yang dikirim PT Pilar tidak lengkap, baik dari banyaknya jenis obat
maupun volume tiap jenisnya. Dari 306 jenis obat yang diadakan untuk RSUD
Malingping, hanya 70 jenis yang dipenuhi dan volumenya lebih kecil dari yang
dipersyaratkan dalam kontrak. Berdasarkan perhitungan BPK-RI atas surat
pengantar barang dari PT Pillar, nilai kekurangan penerimaan obat untuk RSUD
Malingping saat dibuatnya berita acara pekerjaan selesai 100% per 5 Desember
adalah sebesar Rp1.201.264.293,00 atau 92% (Rp1.201.264.293,00 /
Rp1.308.724.730,00), sedangkan per 13 Desember adalah sebesar
Rp1.070.142.045,00 atau 82%, yang terlampir pada lampiran 4-1
b. Terdapat perbedaan beberapa nomor batch dan tanggal kedaluarsa antara
kemasan fisik obat dengan Surat Pengantar Barang (SPB) dari PT Pilar. Selain itu

52
beberapa nomor batch dalam SPB hanya ditulis dengan kode ZZ atau ZZZ.
Rincian atas hal ini dimuat dalam lampiran 4-2

Dari hal-hal tersebut di atas, dapat disimpulkan antara lain:


a. Kredibilitas PT Pillar sebagai rekanan pengadaan obat diragukan .
b. Diduga terdapat kejanggalan bahwa kontrak yang dibuat hanya formalitas karena
kontrak bertanggal 30 Mei 2005, sedangkan pengadaan obat dengan peruntukan
RSUD Malingping dan BKTK baru dimunculkan saat perubahan APBD bulan
September 2005.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Fungsi gudang farmasi sebagai buffer stock. Seharusnya kelangkaan obat tidak
terjadi pada UPT binaan Dinas Kesehatan.
b. Asas pengelolaan keuangan yang sehat, mengingat perubahan pelaksanaan
pekerjaan dalam kontrak dilakukan empat bulan lebih awal dari perubahan
APBD.
c. SK Menkes No. 676 Tahun 2005 tentang Prinsip-prinsip pengadaan obat
mengatur antara lain: Pengadaan obat-obatan dilaksanakan melalui Pedagang
Besar Farmasi atau Industri Farmasi dan Pengadaan Obat dilaksanakan secara
efektif.
d. Berita Acara 100% dan SPP tidak sesuai dengan PP 105 Pasal 27 ayat (2) yang
menyatakan “Setiap orang yang diberi wewenang menandatangani dan atau
mengesahkan Surat Bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD
bertanggungjawab atas kebenaran dan akibat dari pengguna bukti tersebut.
e. Pasal 10 Kontrak No No.03.C/Peng/PA/APBD/Kes/V/2005 tangal 30 Mei 2005
menyebutkan bahwa Pihak Pertama (Dinas Kesehatan) berhak membatalkan
sebagian atau seluruh perjanjian kontrak bila PT Pilar tidak menyerahkan barang
dalam waktu kontrak kecuali dalam keadaan memaksa.

Masalah ini mengakibatkan tidak optimalnya pelayanan kesehatan pada UPT


binaan Dinas Kesehatan Provinsi Banten dan terjadinya kerugian daerah sebesar
Rp1.070.142.045,00, yang disebabkan oleh Panitia Pengadaan tidak berhati-hati
dalam penentuan rekanan pengadaan obat-obatan, Panitia Pemeriksa Barang tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya, dan karena lemahnya pengendalian atasan
langsung.

53
Atas permasalahan tersebut Dinas Kesehatan Provinsi Banten menjelaskan
bahwa:
1) Pengadaan obat-obatan untuk RS Malingping dan BKTK oleh PT Pillar sampai
dengan tanggal 12 Desember 2005 memang belum semuanya terkirim.
2) Tidak ada ketentuan bahwa dalam proses pengadaan obat nomor batch harus
sama karena produksi pabrik untuk setiap kali berproduksi menghasilkan nomor
batch yang berbeda.

Penjelasan kedua dari Dinas Kesehatan tersebut tidak relevan dengan


substansi permasalahan. Yang menjadi permasalahan adalah adanya perbedaan
antara nomor batch obat dalam surat pengantar barang (SPB) dari PT Pilar dengan
nomor obat pada kemasan fisik obat yang dikirim tersebut. Hal ini telah
didokumentasi dalam berita acara tanggal 12 Desember dengan pihak RSUD
Malingping sebagai pihak penerima obat.

BPK-RI menyarankan Gubernur Banten agar:


a. Memberikan teguran tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten,
Panitia Pengadaan Barang dan Jasa serta Panitia Pemeriksa Barang yang tidak
cermat dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya terkait dengan pengadaan
obat dimaksud.
b. Menginstruksikan Kepala Dinas Kesehatan mempertanggungjawabkan kerugian
daerah sebesar Rp1.070.142.045,00, dengan menyetorkannya ke Kas Daerah,
serta menyampaikan bukti setorannya kepada BPK-RI.
c. Memasukkan PT Profesional Lantera Raga ke dalam daftar hitam rekanan / black
list di lingkungan Pemerintah Provinsi Banten.

54
14. Kegiatan Pengadaan Alat Kesehatan Lebih Dibayar Sebesar
Rp5.137.455.309,00 Dan Kepada Rekanan Belum Dikenakan Denda
Keterlambatan Sebesar Rp264.044.000,00

Dinas Kesehatan Provinsi Banten pada TA 2005 mengalokasikan anggaran


untuk melaksanakan kegiatan Pengadaan Obat-obatan untuk Pelayanan Medis Dasar,
Penyediaan Alat Kesehatan Sebagai Penunjang Medis dan Peningkatan Pengawasan
Sarana Kefarmasian berupa pekerjaan Pengadaan Alat Kesehatan sebesar
Rp19.684.400.000,00 dengan realisasi s.d. November 2005 sebesar
Rp13.203.560.462,00 atau sebesar 67,03%.
Salah satu pekerjaan dari kegiatan tersebut adalah Pengadaan Alat Kesehatan
yang dilaksanakan oleh pihak ketiga yakni PT Buana Wardana Utama yang diikat
dengan Surat Perjanjian Kerjasama No. 03.a/Peng/PA/APBD/KES/V/2005 tanggal
30 Mei 2005 dengan nilai kontrak sebesar Rp15.532.000.000,00. Jangka waktu
pelaksanaan adalah selama 194 hari kalender terhitung sejak SPMK diterbitkan atau
s.d 10 Desember 2005. Adapun peruntukkan dari hasil pengadaan alat kesehatan
tersebut akan didistribusikan kepada Dinas Kabupaten/Kota Serang, Lebak,
Pandeglang, Tangerang, dan RSUD Pandeglang, Serang, Ajidarmo dan RSUD
Tangerang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen berupa Berita Acara Pemeriksaan
Barang yang dikeluarkan oleh Tim Panitia Pemeriksa Barang/Jasa No.
71/Peng/PPMBJ/APBD/KES/XI/2005 tanggal 16 November 2005 diketahui bahwa
prestasi pekerjaan rekanan dalam pengadaan alat kesehatan Provinsi Banten
dinyatakan telah mencapai 75%, dengan bobot untuk prestasi pengadaan alat
kesehatan RSUD Tangerang dinyatakan mencapai 100% menurut Lampiran Berita
Acara Pemeriksaan Barang, yang terdiri dari :

No Alat Kesehatan Jumlah Harga (Rp)


1 Highspeed CT/e dual 1 unit 5.137.455. 309,00
2 Full Autohematolyzer 1 unit 397.457.659,00
3 Mesin Anesthesi 1 Vaporizer 1 unit 179.980.717,00
4 Elektro stimulasi 1 unit 103.893.685,00
5 Monitor Anesthesi 1 unit 319.965.875,00
5 unit 6.138.753.245,00

55
Dari pengecekan di lapangan dan konfirmasi dengan pihak RSUD Tangerang
pada tanggal 27 Desember 2005 diketahui bahwa salah satu alat kesehatan berupa
Highspeed CT/e dual ternyata belum diterima oleh pihak RSUD Tangerang,
sedangkan alat kesehatan lainnya telah diterima namun belum terpakai karena belum
dilakukan uji fungsi oleh Tim Panitia Pemeriksa Barang dan Jasa. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Berita Acara Pemeriksaan Barang yang dikeluarkan oleh Tim
Panitia Pemeriksa Barang dan Jasa adalah tidak benar. Oleh karena itu PT Buana
Wardana Utama harus mengembalikan kelebihan pembayaran sebesar
Rp5.137.455..309,00 untuk alat kesehatan Highspeed CT/e dual yang belum diterima
oleh pihak RSUD Tangerang, sementara masa penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak
berakhir tanggal 10 Desember dan tidak ada addendum perpanjangan waktu,
sehingga kepada PT Buana Wardana Utama harus dikenakan sangsi denda
keterlambatan selama 17 hari atau sebesar Rp264.044.000,00
(1/1000x17xRp15.532.000.000,00).

Hal tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 30 ayat (2)
yang menyatakan bahwa Kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan barang/jasa
atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga,
satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi
teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara,
sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan.

Selain terganggunya kepentingan masyarakat karena alat kesehatan tersebut


belum tersedia, masalah tersebut mengakibatkan Pemerintah Daerah dirugikan
sebesar Rp5.137.455.309,00 karena telah terjadi kelebihan pembayaran kepada
rekanan untuk alat kesehatan berupa Highspeed CT/e dual dan kekurangan
penerimaan daerah sebesar Rp264.044.000,00 atas sangsi denda yang tidak dipungut,
yang terjadi karena Panitia Pemeriksa Barang/Jasa tidak melakukan tugas dan
fungsinya dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan lemahnya
pengawasan dan pengendalian dari Pengendali Kegiatan dan Pengguna Anggaran.

Berdasarkan modus operandi dari penyimpangan yang terjadi yang diduga


adanya unsur korupsi dan kolusi, maka atas masalah ini seyogyanya ditindaklanjuti
oleh aparat penegak hukum.

56
15. Addendum Perpanjangan Waktu Atas Dua Pelaksana Kegiatan Di Lokasi
RSUD Malimping Tidak Layak Dan Terdapat Kekurangan Pekerjaan Sebesar
Rp69.465.163,59

Dalam DASK Dinas Kesehatan Provinsi Banten TA 2005 diprogramkan


Kegiatan Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Tenaga Kesehatan Rujukan dan
Khusus yang terdiri dari beberapa kegiatan meliputi anggaran sebesar
Rp 9.284.857.135,00 dengan realisasi s/d Nopember 2005 sebesar
Rp1.832.728.000,00 Atau 19,74%.
Dari realisasi tersebut, 2 (dua) kegiatan diantaranya dilaksanakan oleh
pihak ketiga yaitu :
a. Kegiatan Penataan RSU Malimping tahap III, berupa pekerjaan Penataan parkir,
Pemagaran, Plang Nama, Dinding penahan tanah, Pertamanan dan Penataan jalan
sekitar Rumah Sakit, dilaksanakan oleh PT Telaga Makmur, dengan Kontrak No.
03.C/Pemb/PA/APBD/Kes/VI/2005 tanggal 30 Mei 2005 sebesar
Rp2.008.255.000,00. Jangka waktu pelaksanaan 194 hari kalender s/d 10
desember 2005.
b. Kegiatan pengadaan peralatan RSU Malimping berupa pekerjaan Jaringan listrik,
Gardu listrik, Rumah genset, Gardu dan penerangan jalan (lampu mercury, tiang,
panel), dilaksanakan oleh PT Banten Aqwyndo Raya, dengan Kontrak No.
03.b/Pembg/PA/APBD/Kes/V/2005 tanggal 30 Maret 2005 sebesar
Rp2.053.339.000,00. Jangka waktu pelaksanaan 194 hari kalender s/d 10
Desember 2005.
Hasil pemeriksaan dokumen pelaksanaan kontrak dan pemeriksaan fisik di
lapangan pada tanggal 12 dan 13 Desember 2005 mengungkapkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Pelaksanaan pekerjaan oleh PT Telaga Makmur dilakukan addendum
perpanjangan waktu 10 hari dari 194 hari menjadi 204 hari kalender, berakhir s/d
19 Desember 2005. Surat Permohonan Addendum Perpanjangan Waktu dari PT
Telaga Makmur kepada Pinlak tertanggal 28 Nopember 2005 dan Addendum
Kontrak No. 05.C/Peb/PA/APBD/Kes/XI/2005 tanggal 28 Nopember 2005,
dengan alasan karena terkendala oleh pekerjaan yang dilaksanakan pihak lain
yaitu belum adanya kepastian penempatan lokasi untuk incenerator dan IPAL
serta curah hujan yang tidak mendukung. Perpanjangan waktu yang demikian
tidak dapat diterima mengingat :

57
- Permohonan dibuat pada tanggal yang sama dengan tanggal Addendum
Kontrak yaitu tanggal 28 Nopember 2005 tanpa dilakukan pengkajian
terlebih dahulu.
- Alasan terkendala oleh pekerjaan pihak lain, adalah tidak releven karena
pekerjaan penataan RSU Malimping tahap III sesuai SPMK No.
04.c/Pemb/PA/APBD/KES/VI/2005 dilaksanakan lebih dulu tanggal 31 Mei
2005 sedangkan pekerjaan incinerator dan IPAL sesuai SPMK No. 04.
l/Peng/PA/APBD/KES/VI/2005 dan 04.m/Peng/PA/APBD /KES/VI/2005
baru dilaksanakan tanggal 23 Juni 2005.
- Mengenai curah hujan tidak dapat dijadikan alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan karena tidak didukung data dari Badan Meteorologi dan Geofisika.
Selain itu semestinya pekerjaan harus sudah dilaksanakan pada bulan Juni
2005, sedangkan menurut informasi di lapangan pekerjaan dilaksanakan pada
bulan Oktober 2005.
Sehubungan hal tersebut, atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan dimaksud
diakui oleh pihak pelaksana akan melampaui akhir tahun anggaran yang
diperkirakan selesai tanggal 11 Januari 2006. Mengingat pekerjaan s/d
pengecekan lapangan tanggal 13 Desember 2005, masih terdapat item-item
perkerjaan yang belum dilaksanakan antara lain : Lapisan Pondasi Atas, Lapis
Pondasi Aspal Beton, Saluran Drainase Tipe DS 1 (depan), Pekerjaaan Trotoar,
Pagar tipe PG 1 (Pagar depan), Gerbang Kaibon, Tembok plang nama, Dinding
penahan Tanah Tipe 1A (dinding depan), Pekerjaan Taman dan Instalasi
Pendukung sehingga hal tersebut telah memperkuat bahwa progess fisik
dipastikan tidak akan selesai 100% sesuai waktu yg ditentukan tanggal 19
Desember 2005, dan bahkan akan melampaui TA 2005. Oleh karena itu kepada
PT Telaga Makmur harus dikenakan sangsi denda keterlambatan 21 hari (dari
tanggal 11 Desember s/d tanggal 31 Desember yaitu sebesar Rp42.173.355,00
(1/1000 x 21 hari x Rp 2.008.255.000,00 ).
Realisasi pembayaran s/d 13 Desember 2005 .sebesar Rp401.651.000,00 dengan
bukti SPMU No. 932/KEU-066669/BT.P.I/2005 tanggal 10 November 2005,
berarti masih ada sisa pembayaran sebesar Rp1.606.604.000,00
(Rp2.008.255.000,00 - Rp401.651.000,00 ) yang dapat diperhitungkan dengan
sangsi denda sebesar tersebut di atas.
Selain itu, hasil pengecekan uji petik terhadap volume fisik yang
dikerjakan dibandingkan dengan RAB yang disepakati dalam kontrak sebesar

58
Rp2.008.255.000,00, di antaranya pada pekerjaan Divisi 2 Penataan Jalan dan
Parkir senilai Rp741.861.822,93 menunjukkan adanya ketidaksesuaian dan atau
terdapat selisih yang tidak dikerjakan senilai Rp69.465.163,59 terinci sebagai
berikut :
No Jenis Pekerjaan Sat. Volume Selisih Harga Total
Satuan
RAB FISIK
1 Saluran drainase DS 0 m¹ 10,00 7,90 2,10 490.136,10 1.029.285,81
2 Saluran drainase DS 2 m¹ 223,87 208,70 15,17 485.126,72 7.359.372,34
3 Saluran drainase DS 3 m¹ 57,01 56,90 0,11 108.331,67 11.916,48
4 Paving Blok m² 295,00 129,75 165,25 96.798,63 15.995.973,61
5 Lapisan Pondasi m³ 400,02 179,09 220,93 203.995,00 45.068.615,35
Bawah Kelas A
69.465.163,59

b. Pelaksanaan Pekerjaan oleh PT Banten Aqwyndo Raya, telah pula dilakukan


Addendum perpanjangan waktu 8 hari dari 194 hari menjadi 202 hari kalender
berakhir s/d 19 Desember 2005. Alasan perpanjangan waktu hampir sama dengan
yang dikemukakan PT Telaga Makmur yaitu terkendala oleh pekerjaan pihak
lain menyangkut belum ada kepastian lokasi penempatan inconerator dan IPAL.
Selain itu karena adanya pekerjaan pembuatan dinding penahan tanah yang
dikerjakan oleh PT Telaga Makmur.
Atas alasan perpanjangan waktu tersebut, tidak dapat diterima, terlebih lagi
kegiatan yang dilaksanakan oleh PT Banten Aqwyndo itu berupa pengadaan dan
pemasangan/penempatan yang semestinya sudah direncanakan dan
dikoordinasikan dengan PT Telaga Makmur yang notabene masih dalam satu
naungan, kendati memakai bendera yang berbeda. Hal itu terbukti dari
pengakuan atas keterlambatan pekerjaan untuk 2 (dua) kontrak yang berbeda
namun diakui oleh satu pelaksana yang sama yang menyatakan bahwa
keterlambatan pekerjaan baik yang dikerjakan oleh PT Telaga Makmur maupun
PT Banten Aqwyndo Raya disanggupi selesai pada tanggal 11 Januari 2006.
Oleh karena itu kepada PT Banten Aqwyndo Raya harus dikenakan sangsi denda
keterlambatan 21 hari (dari tanggal 11 Desember s/d tanggal 31 Desember 2005
yaitu sebesar Rp43.120.119,00 (1/1000 x 21 hari x Rp 2.053.339.000,00).
Sampai dengan tanggal 21 Desember 2005 belum ada realisasi pembayaran

59
Dengan demikian sangsi denda yang belum dikenakan sebesar
Rp85.293.474,00 (Rp42.173.355,00 + Rp43.120.119,00) dan selisih kekurangan
volume yang harus dipertanggungjawabkan sebesar Rp69.465.163,59.
Hal tersebut tidak sesuai dengan :
a. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan
Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pasal 37 ayat (1) “ Bila terjadi keterlambatan penyelesaian
pekerjaan akibat dari kelalaian penyedia barang/jasa, maka penyedia barang/jasa
yang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1 1/000
(satu permil) per hari dari nilai kontrak
b. Surat Perjanjian Kerjasama (Kontrak) No. 03.C/Pemb/PA/APBD/Kes/VI/2005
tanggal 30 Mei 2005 dan No. 03.b/Pemb/PA/APBD/Kes/V/2005 tanggal 30
Maret 2005, dalam satu klausulnya menetapkan :
1) Ayat (2) : Pihak kedua harus mengganti semua pekerjaan yang tidak sesuai
dengan spesifikasi, mutu, jenis, fungsi pekerjaan yang sesuai dengan
perjanjian.
2) Ayat (3) : Dalam hal ini terjadi penundaan atau keterlambatan penyerahan
pekerjaan dari jangka waktu penyerahan yang ditetapkan Pasal 2 ayat (2)
kontrak ini Pihak Kedua dikenakan denda keterlambatan sebesar 1 (satu)
permil perhari dengan jumlah maksimal 5%.

Masalah ini mengakibatkan kerugian daerah sebesar Rp69.465.163,59 dan


kekurangan penerimaan daerah sebesar Rp85.293.474,00 yang disebabkan oleh
kontraktor pelaksana tidak bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan untuk
melaksanakan pekerjaan secara tepat waktu dan tepat volume yang dipersyaratkan,
dan karena lemahnya pengawasan atas pelaksanaan di lapangan.

Atas permasalahan tersebut Dinas Kesehatan menjelaskan bahwa memang


terjadi keterlambatan dan kekurangan volume, namun tedapat pekerjaan tambah
kurang yang mungkin dapat diperhitungkan untuk kekurangan volume tersebut.

BPK-RI menyarankan Gubernur Banten agar menginstruksikan Kepala Dinas


supaya mempertanggungjawabkan kerugian daerah sebesar Rp69.465.163,59 dan
kekurangan penerimaan daerah sebesar Rp85.293.474,00 dan, dengan menyetorkan
ke kas daerah dan menyampaikan bukti setor kepada BPK-RI.

60
16. Pengadaan Incenerator Tidak Efektif dan Harga Ditetapkan Lebih Tinggi
Sebesar Rp240.841.600,00 serta atas Keterlambatan Pekerjaan Belum
Dikenakan Sangsi Denda Sebesar Rp30.557.825,00

Dinas Kesehatan Provinsi Banten pada TA 2005 mengalokasikan anggaran


untuk melaksanakan kegiatan Penyehatan Air dan Pengamanan Limbah yang terdiri
dari beberapa pekerjaan dengan jumlah anggaran sebesar Rp4.012.699.500,00
dengan realisasi s/d Nopember 2005 sebesar Rp1.003.393.720,00 atau 25%.
Dari realisasi kegiatan tersebut, terdapat 2 (dua) pekerjaan yang dilaksanakan
oleh pihak ketiga yaitu :
a. Pekerjaan Pengadaan Incenerator (alat penghancur limbah medis) untuk Balai
Kesehatan Tenaga Kerja (BKTK) dilaksanakan oleh CV Baskara Adi Perkasa
yang diikat dengan Surat Perjanjian Kerjasama No. 03.f
/Peng/PA/APBD/KES/VI/2005 tanggal 22 Juni 2005 sebesar Rp423.245.000,00.
Jangka waktu pelaksanaan adalah selama 160 hari kalender, terhitung sejak
SPMK diterbitkan atau s.d. 1 Desember 2005.
b. Pekerjaan pembangunan MCK Pontren sebanyak 20 (dua puluh) buah yang
dilaksanakan oleh pihak ketiga yakni PT Angger yang diikat dengan Surat
Perjanjian Kerjasama No. 03.g/Pemb/PA/APBD/KES/VI/2005 tanggal 22 Juni
2005, dengan nilai kontrak sebesar Rp712.675.000,00. Jangka waktu pelaksanaan
adalah 150 hari kalender, terhitung sejak SPMK diterbitkan atau s.d. 21
November 2005

Berdasarkan pemeriksaan dokumen pelaksanaan kontrak dan pemeriksaan


fisik diketahui hal-hal sebagai berikut :
a. Pekerjaan Pengadaan Incenerator BKTK dilakukan addendum dengan Surat
Perjanjian Kerjasama yang baru No. 03.f/Add/APBD/KES/X/2005 tanggal 20
Oktober 2005 berupa permintaan perpanjangan waktu hingga tanggal 10
Desember 2005, tanpa disertai alasan permohonan perpanjangan waktu.
Pekerjaan dianggap telah selesai menurut hasil pemeriksaan Tim Panitia
Pemeriksa Barang sesuai Berita Acara Pemeriksaan Barang No.
122/Pem/Peng/PPMBJ/APBD/KES/XII/2005 tanggal 12 Desember 2005 yang
menyatakan bahwa berdasarkan hasil uji fungsi dinyatakan alat bekerja baik dan
prestasi pekerjaan dianggap telah mencapai 100%.
b. Pekerjaan Pengadaan MCK Pontren dilakukan addendum dengan Surat
Perjanjian Kerjasama yang baru No. 03.g/Pemb/Add/PA/APBD/KES/XI/2005

61
tanggal 18 November 2005 berupa permintaan perpanjangan hingga tanggal 11
Desember 2005, dengan alasan tersebarnya lokasi pekerjaan sehingga memakan
waktu pengiriman bahan dan pekerja, seringnya turun hujan serta kenaikan harga
BBM.

Alasan permintaan perpanjangan waktu oleh kedua rekanan tersebut tidak


dapat diterima karena yang dijadikan dasar permintaan perpanjangan waktu tidak
dapat dijadikan sebagai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan tidak
termasuk dalam kategori force majeur.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik diketahui bahwa hingga tanggal 21
Desember 2005 ternyata :
a. Pekerjaan Pengadaan Incenerator BKTK tersebut masih belum selesai
dilaksanakan, yakni pekerjaan rumah incenerator masih belum selesai dan alat
incenerator belum dirakit dan terpasang pada rumah incenerator. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Berita Acara Hasil Pemeriksaan dari Tim Panitia Pemeriksa
Barang adalah tidak benar, oleh karena itu kepada CV Baskara Adi Perkasa harus
dikenakan sangsi denda keterlambatan selama 20 hari (2 Desember - 21
Desember) yaitu sebesar Rp8.464.900,00 (1/1000x20xRp423.245.000,00).
b. Pada pekerjaan Pengadaan MCK Pontren hingga tanggal 22 Desember 2005
berdasarkan konfirmasi dengan Tim Panitia Pemeriksa dinyatakan belum selesai,
oleh karena itu kepada PT Angger harus dikenakan sangsi denda keterlambatan
selama 31 hari (22 November - 22 Desember) yaitu sebesar Rp22.092.925,00
(1/1000x31xRp712.675.000,00). Sementara itu pekerjaan telah dianggap selesai
dengan dikeluarkannya SPMU No. 932/KEU-04178/BT.P.I/2005 tanggal 24
Agustus 2005 sebesar Rp142.535.000,00 dan SPMU No. 932/KEU-
07906/BT.P.I/2005 tanggal 16 Desember 2005 sebesar Rp570.140.000,00

Hasil konfirmasi dengan pihak BKTK diketahui bahwa pengadaan alat


incenerator (alat penghancur limbah medis) tersebut ternyata bukan atas usulan pihak
BKTK melainkan atas inisiatif Dinas Kesehatan Provinsi Banten. BKTK tidak
mempunyai fasilitas ruang operasi dan rawat inap bagi pasien sehingga limbah
medis relatif tidak banyak dan tidak diperlukan alat penghancur seperti incenerator
mengingat pasien yang datang sifatnya hanya rawat jalan.
Selain itu, diketahui bahwa merek incenerator tidak sesuai dengan spesifikasi
kontrak yang mensyaratkan merek Baratech sedangkan di lapangan adalah Riello
Burners.Berdasarkan price list yang dikeluarkan oleh PT Unitek Standarindo sebagai

62
pemegang lisensi incenerator dengan merek Riello Burners, harga incenerator yang
ditetapkan terlampau tinggi sehingga terdapat selisih lebih besar senilai
Rp240.841.600,00 dengan perhitungan sebagai berikut :
No Uraian Kontrak Price List Selisih
Incenerator 344.735.500,00 103.893.900,00 240.841.600,00
Ket :Harga sudah termasuk tabung incenerator, keuntungan dan PPN

Hal tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan
Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pasal 37 ayat (1) “ Bila terjadi keterlambatan penyelesaian
pekerjaan akibat dari kelalaian penyedia barang/jasa, maka penyedia barang/jasa
yang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1 1/000
(satu permil) per hari dari nilai kontrak.
b. Surat Perjanjian Kerjasama No. 03.f/Peng/PA/APBD/KES/VI/2005 tanggal 22
Juni 2005 Pasal 7 Sanksi-sanksi :
1) Ayat (2): Pihak kedua harus mengganti semua pekerjaan yang tidak sesuai
dengan spesifikasi, mutu, jenis, fungsi pekerjaan yang sesuai dengan
perjanjian.
2) Ayat (3): Dalam hal ini terjadi penundaan atau keterlambatan penyerahan
pekerjaan dari jangka waktu penyerahan yang ditetapkan Pasal 2 ayat (2)
kontrak ini Pihak Kedua dikenakan denda keterlambatan sebesar 1 (satu)
permil perhari dengan jumlah maksimal 5%.
c. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 3 huruf b yang menyatakan bahwa
Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip : efektif, berarti
pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang
ditetapkan.
d. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 Pasal 64 yang menyatakan
bahwa Prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa dalam rangka pelaksanaan
APBD adalah :
- hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai kebutuhan teknis yang disyaratkan
- Terarah, terkendali sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi perangkat daerah.

63
Masalah tersebut mengakibatkan kekurangan penerimaan daerah sebesar
Rp30.557.825,00 (Rp8.464.900,00 + Rp22.092.925,00) serta terjadi kemahalan harga
incenerator yang merugikan daerah sebesar Rp240.841.600,00, yang terjadi karena :
a. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa memanfaatkan dana daerah untuk
memberikan keuntungan yang lebih besar kepada rekanan.
b. Panitia Pemeriksa barang sengaja membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan
yang tidak benar.
c. Lemahnya pengawasan dan pengendalian dari Pengendali Kegiatan dan
Pengguna Anggaran.

Atas permasalahan tersebut Dinas Kesehatan menjelaskan bahwa incinerator


tersebut akan digunakan untuk menampung limbah medis dari BKTK, klinik,
puskesmas, dan RS sekitar. Harga incenerator dalam kontrak merupakan harga
terendah dari beberapa peserta lelang, dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan
MCK Pontren karena masalah di luar kendali rekanan.

BPK-RI menyarankan:
a. Gubernur Banten agar memberikan teguran tertulis kepada Kepala Dinas yang
kurang meakukan pengawasan dan pengendalian dalam pengadaan barang dan
jasa di lingkungannya.
b. Kepala Dinas Kesehatan agar mempertanggungjawabkan kekurangan penerimaan
daerah sebesar Rp30.557.825,00 dan kerugian daerah sebesar Rp240.841.600,00,
dengan menyetorkan ke kas daerah dan menyampaikan bukti setor tersebut
kepada BPK-RI

17. Pengadaan Barang Senilai Rp361.927.866,00 Belum Dimanfaatkan

Dinas Kesehatan Provinsi Banten pada TA 2005 mengalokasikan anggaran


belanja modal untuk membiayai pelaksanaan kegiatan pengadaan barang penunjang
kantor dan kegiatan sebesar Rp961.996.853,00, telah direalisasikan sampai dengan
bulan November 2005 sebesar Rp949.345.000,00 atau 98%.
Pengadaan barang modal penunjang kantor yang telah dilaksanakan oleh
rekanan dan diterima Panitia Penerima Barang Dinas Kesehatan terdiri dari berbagai
jenis sebagai berikut :

64
No. Jenis Barang Volume Harga BA Pemeriksaan Barang
1 Komputer dan Printer 50 652.238.000,00 25/Peng/PPMBJ/APBD/KES/IX/2005
27/Peng/PPMBJ/APBD/KES/IX/2005
2 Alat rumah tangga 26 66.272.000,00 70/Pem/PPMBJ/APBD/KES/X/2005
3 Meja dan Kursi 48 21.580.000,00 20/Peng/PPMBJ/APBD/KES/IX/2005
4 Alat Studio 6 26.700.000,00 51/PL/PPMBJ/APBD/KES/X2005
5 Alat Kantor mesin tik 11 57.410.000,00 72/Peng/PPMBJ/APBD/KES/XI/2005
6 Barang elektronik 2 34.914.000,00 28/Peng/PPMBJ/APBD/KES/IX2005
7 Aksesoris computer 23 38.034.000,00 09/Peng/PPMBJ/APBD/KES/IX/2005
8 Filling cabinet 35 44.197.000,00 10/PL/Peng/PPMBJ/APBD/
KES/IX/2005
199 941.345.000,00

Pengadaan barang-barang tersebut untuk memenuhi satuan unit kerja pada


kantor Dinas Kesehatan Provinsi Banten yang hingga saat ini masih menempati
bangunan rumah tinggal sewaan dengan ruangan yang terbatas sementara pengadaan
barang berlebih tanpa mempertimbangkan manfaat dan kegunaannya
Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa :
a. Hanya sejumlah 94 unit barang (berbagai merek) baru terdistribusi dan terpasang
ke semua unit struktural dan ruangan .
b. Atas sisanya sejumlah 105 unit terdiri dari berbagai jenis barang senilai
Rp361.927.866,00 (dalam lampiran 5) masih menumpuk di salah satu ruangan
kantor Dinas Kesehatan dan di gudang obat yang tidak jelas rencana pemanfaatan
maupun penggunaannya dan tanpa bisa dibedakan/bercampur dengan barang-
barang bantuan dari APBN, mengingat tidak dilakukan pencatatan atau
pengadministrasian sebagaimana mestinya. Atas barang berlebih sebesar
Rp361.927.866,00 diakui sebagai barang persediaan/stock.

Hal tersebut tidak sesuai dengan :


a. PP 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
daerah Pasal 32 ayat (1) yang menyatakan bahwa Pengadaan barang dan atau jasa
hanya dapat dibebankan kepada APBD sepanjang barang dan atau jasa tersebut
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
Perangkat Daerah yang bersangkutan.
b. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 Pasal 64 yang menyatakan
bahwa prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa dalam rangka pelaksanaan
APBD adalah :

65
- hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai kebutuhan teknis yang disyaaratkan
- Terarah, terkendali sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi perangkat daerah
c. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 Pasal 65 yang menyatakan
bahwa Seluruh barang yang pengadaannya atas beban APBD, wajib dibukukan
ke dalam rekening aset daerah yang berkenaan dan dicatat dalam daftar aset
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Masalah tersebut mengakibatkan terbukanya peluang penyalahgunaan atas


barang yang tidak digunakan senilai Rp361.927.866,00,00, yang terjadi karena
Pengguna Anggaran Dinas Kesehatan hanya berorientasi kepada bagaimana
merealisasi anggaran tanpa mempertimbangkan efektifitas pemanfaatannya

Atas permasalahan tersebut Dinas Kesehatan menjelaskan bahwa barang-


barang tersebut masih menumpuk di gudang namun akan segera didistribusi ke
Subdin masing-masing.

BPK-RI menyarankan Gubernur Banten agar memberi teguran tertulis


kepada Kepala Dinas Kesehatan yang tidak segera mendistribusi barang modal
tersebut, dan menginstruksikan untuk segera mendistribusi barang modal ke masing-
masing subdin penggunanya, menyelenggarakan administrasi barang inventaris
secara tertib, termasuk informasi mengenai sumber dana pengadaannya, serta tidak
lagi mengadakan barang-barang penunjang kantor sejenis tersebut dalam TA 2006.

18. Penyelesaian Pekerjaan Pembangunan SMA Cahaya Madani Banten Boarding


School Terlambat, Belum Dikenakan Denda Sebesar Rp 24.038.004,00, Dan
Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp 56.984.623,02

Dalam DASK Dinas Pendidikan Provinsi Banten TA 2005 diprogramkan


“ Pembinaan dan Pengembangan SMA Banten yang meliputi Kegiatan Fasilitas
Penyelenggaraan Pendidikan SMA Banten dengan anggaran sebesar
Rp2.117.271.000 ,00 telah direalisasi sebesar Rp 940.138.055 atau 44,4%
Kegiatan dilaksanakan oleh pihak ketiga untuk beberapa kegiatan antara lain yaitu :
a. Pembangunan Asrama Putri (Lanjutan) SMA CMB Boarding School yang
dilaksanakan oleh PT Guna Putra Mandiri Citra, dengan Kontrak No.900/091-
Dispend/2005 tanggal 24 Maret 2005 sebesar Rp 644.932.000,00.

66
b. Pembangunan Mesjid SMA CMB Boarding School yang dilaksanakan oleh
PT Sukalimas Mekatama Raya, dengan Kontrak No. 900/092-Dispend/2005
tanggal 24 Maret 2005 sebesar Rp211.550.000,00.
c. Pembangunan Lapangan Parkir SMA CMB Boarding School yang
dilaksanakan oleh CV Gustiyan Putra, dengan Kontrak No. 900/094-
Dispend/2005 tanggal 24 Maret 2005 sebesar Rp197.800.000,00.
d. Pembangunan Jalan Lingkungan SMA CMB Boarding School yang
dilaksanakan oleh CV Tumaritis, dengan Kontrak No. 900/088-Dispend/2005
tanggal 22 Agustus 2005 sebesar Rp148.560.000,00.
e. Pembangunan Landscaping SMA CMB Boarding School yang dilaksanakan
oleh CV Panca Dinamika, dengan Kontrak No. 900/089-Dispend/2005 tanggal
24 Maret 2005 sebesar Rp134.040.000,00
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan untuk kelima kontrak tersebut di atas, sama
yaitu 110 hari kalender atau s/d tanggal 9 Desember 2005.

Hasil pemeriksaan dokumen pelaksanaan kontrak dan pemeriksaan fisik


di lapangan pada tanggal 23 Desember 2005 mengungkapkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pekerjaan Pembangunan Asrama Putri yang dilaksanakan oleh PT Guna Putra
Mandiri Citra mengalami keterlambatan waktu penyelesaian dari tanggal 9
Desember 2005 yaitu berdasarkan data kemajuan fisik (Progress Report) dari
konsultan pengawas pada tanggal tersebut baru mencapai 70,548%. Menurut
penjelasan pihak pelaksana/pemborong dikarenakan curah hujan yang tidak
mendukung tetapi yang bersangkutan menyanggupi pekerjaan untuk
diselesaikan pada akhir Desember 2005. Hasil pemeriksaan lapangan tanggal
23 Desember 2005 diketahui bahwa belum ada instalasi air, instalasi listrik,
pekerjaan keramik dan jalan penghubung asrama. Oleh karena itu PT Guna
Putra Mandiri Citra seharusnya dikenakan sanksi denda keterlambatan 22 hari
(dari tanggal 10 s/d 31 Desember 2005) yaitu sebesar Rp 14.188.504,00
(1/1000 x22 hari x Rp644.932.000,00)
Realisasi pembayaran s/d 23 Desember 2005 sebesar Rp 483.699.000,00
dengan bukti SPMU No932/KEU-07474/BT.P.I/2005 tanggal 6 Desember
.2005, berarti masih ada sisa pembayaran sebesar Rp 161.233.000,00
(Rp644.932.000,00 – Rp 483.699.000,00) yang dapat diperhitungkan dengan
sanksi dendanya. Selain itu hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap

67
volume fisik yang dikerjakan jika dibandingkan dengan RAB yang
disepakati dalam kontrak sebesar Rp644.932.000,00 diantaranya pekerjaan
beton sebesar Rp 72.928.002,00 dan pekerjaan plafond/ceiling sebesar
Rp 29.045.184,03 menunjukkan ketidaksesuaian dan atau terdapat selisih
kurang dikerjakan dalam pekerjaan beton sebesar Rp 11.384.428,89 dan
pekerjaan plafond/ceiling sebesar Rp2.115.149,69 dengan rincian berikut:

No Jenis Pekerjaan Satuan Volume Selisih Harga Total


Satuan
(Rp)
RAB Fisik
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Pekerjaan Beton M3 35,73 31,03 (4,700) 1.530.482,00 7.193.265,40
Kolom 40/40
2 Pekerjaan Beton M3 9,68 7,155 (2,525) 1.659.866,73 4.191.163,49
RingBalk 20/40
3 Pekerjaan M2 547,23 501,50 (45,73) 46.253,00 2.115.149,69
Pasangan Plafond
dan Rangka Kayu
Jumlah 13.499.578,58

b. Pekerjaan Pembangunan Mesjid yang dilaksanakan oleh PT Sukalimas


Mekatama Raya mengalami keterlambatan minimal 14 hari dari jadwal kontrak
tanggal 9 Desember 2005. Hasil pemeriksaan lapangan tanggal 23 Desember
2005 diketahui belum ada pekerjaan keramik lantai, pekerjaan rangka atap,
rangka plafond, genteng, instalasi listrik, plester dinding dan pengecatan.
Menurut penjelasan pihak pemborong, pekerjaan tersebut dapat diselesaikan
akhir Desember 2005. Oleh karena itu PT Sukalimas Mekatama Raya
dikenakan sanksi denda keterlambatan 22 hari (dari tanggal 10 s/d 31
Desember 2005) yaitu sebesar Rp4.654.100,00 (1/1000 x 22 hari x
Rp 211.550.000,00). Realisasi pembayaran s/d 23 Desember 2005 sebesar
Rp 158.662.500,00 dengan bukti SPMU No 932/KEU-07364/BT.P.I/2005
tanggal 6 Desember 2005.
Selain itu hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap volume fisik
yang dikerjakan jika dibandingkan dengan RAB yang disepakati dalam
kontrak sebesar Rp211.550.000,00 di antaranya pekerjaan dinding dan plesteran
sebesar Rp20.779.769,40 dan pekerjaan keramik senilai Rp16.692.610,05
terdapat selisih kurang dikerjakan senilai Rp4.175.218,15 dengan rincian
berikut:

68
No. Jenis Satuan Volume Selisih Harga Total
Pekerjaan Satuan
RAB Fisik
1. Pekerjaan M2 244,75 185,55 (59,20) 46.542,16 2.755.295,87
Pasangan Bata
2 Pekerjaan M2 77,00 63,72 (13,28) 53.276,03 707.505,68
Dinding
Keramik
3 Pekerjaan M2 18,00 6,00 (12,00) 59.368,05 712.416,60
lantai
KM/WC
Jumlah 4.175.218,15

c. Pekerjaan Pembangunan Jalan Lingkungan yang dilaksanakan oleh CV


Tumaritis mengalami keterlambatan waktu penyelesaian dari tanggal 9
Desember 2005. Menurut data kemajuan fisik (Progress Report) dari konsultan
pengawas pada tanggal tersebut baru mencapai 80.089 %. Penjelasan dari
pihak pelaksana/pemborong keterlambatan dikarenakan curah hujan yang tidak
mendukung, kesanggupan pelaksana/pemborong terhadap pekerjaan tersebut
akan diselesaikan pada akhir Desember 2005. Hasil pemeriksaan lapangan
tanggal 23 Desember 2005 diketahui masih dalam pekerjaan pembuatan saluran.
Oleh karena itu CV Tumaritis dikenakan sanksi denda keterlambatan 15 hari
(dari tanggal 10 s/d 24 Desember 2005) yaitu sebesar
Rp2.228.400,00(1/1000 x 15 hari x Rp148.560.000,00)
Realisasi pembayaran s/d 23 Desember 2005 sebesar Rp 111.420.000,00
dengan bukti SPMU No 932/KEU-07991/BT.P.I/2005 tanggal 20 Desember
2005.
Selain itu hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap volume
fisik yang dikerjakan jika dibandingkan dengan RAB yang disepakati
dalam kontrak sebesar Rp148.560.000,00 diantaranya pekerjaan Lapis Pondasi
Bawah dan Lapis Pondasi Atas sebesar Rp25.316.448,00, pekerjaan Lapisan
Perkerasan sebesar Rp26.041.740,00 dan pekerjaan Saluran air, Kanstin dan
Gorong-Gorong Beton sebesar Rp70.314.670,00 terdapat selisih kurang
dikerjakan sebesar Rp32.349.824,79dengan rincian berikut:
No. Jenis Satuan Volume Selisih Harga Total
Pekerjaan Satuan
RAB Fisik
1. Pekerjaan M3 180 53,74 (126,26) 82.468,16 10.412.429,88
LPB
2. Pekerjaan M3 120 26,87 (93,13) 87.268,16 8.127.283,74
LPA

69
3 Pekerjaan M2 1200 895,80 (304,20) 21.701,45 6.601.581,09
Lapisan
Penetrasi
4. Pekerjaan M 300 235,8 (64,20) 112.282,40 7.208.530,08
Saluran
Jumlah 32.349.824,79

d. Pekerjaan Pembangunan Lapangan Parkir yang dilaksanakan oleh CV


Gustiyan Putra mengalami keterlambatan waktu penyelesaian dari tanggal 9
Desember 2005, menurut data kemajuan fisik (Progress Report) dari konsultan
pengawas pada tanggal tersebut baru mencapai 70,859 %. Kemudian
diketahui ada perubahan pekerjaan dari pengaspalan menjadi paving blok tanpa
adanya perubahan kontrak atau addendum kontrak. Penjelasan dari pihak
pelaksana/pemborong tambah kurang hanya dari kesepakatan dalam bentuk
lampiran pekerjaan sedangkan keterlambatan dikarenakan curah hujan yang
tidak mendukung tetapi pelaksana/pemborong menyatakan sanggup
menyelesaikan sampai akhir Desember 2005. Hasil pemeriksaan lapangan
tanggal 23 Desember 2005 diketahui masih dalam pengecatan dan pembersihan
paving. Oleh karena itu CV Gustiyan Putra dikenakan sanksi denda
keterlambatan 15 hari (dari tanggal 10 s/d 24 Desember 2005) yaitu
sebesar Rp2.967.000,00 (1/1000 x 15 hari x Rp 197.800.000,00)
Realisasi pembayaran s/d 23 Desember 2005 sebesar Rp 128.570.000,00
dengan bukti SPMU No 932/KEU-07370 /BT.P.I/2005 tanggal 7 Desember
2005, berarti masih ada sisa pembayaran sebesar Rp 69.230.000,00
(Rp 197.800.000,00 – Rp 128.570.000,00) yang dapat diperhitungkan sanksi
dendanya.
Selain itu hasil pemeriksaan secara uji petik terhadap volume fisik yang
dikerjakan jika dibandingkan dengan RAB dalam perubahan yang belum ada
addendum kontrak sebesar Rp 197.800.000,00 di antaranya pekerjaan pasang
paving blok natural sebesar Rp93.062.000,00 menunjukkan ketidaksesuaian
dan atau terdapat selisih kurang dikerjakan pada pekerjaan tersebut sebesar
Rp 4.878.250,00 dari volume RAB 1.240 m2 dibandingkan dengan fisik 1.174,97
sehingga selisih 65,03 m2 perhitungan 65,03 m2 x Rp75.050,00 =
Rp4.880.501,50.
e. Pekerjaan Pembangunan Landscaping SMA CMB BS yang dilaksanakan oleh
CV Panca Dinamika dinyatakan telah selesai pada tanggal 9 Desember 2005,
menurut data kemajuan fisik (Progress Report) dari konsultan pengawas pada

70
tanggal tersebut sudah mencapai 100,00 %. Realisasi pembayaran s/d 23
Desember 2005 sebesar Rp127.338.000,00 dengan bukti SPMU No 932/KEU-
07456/BT.P.I/2005 tanggal 09 Desember 2005. Selain itu hasil pemeriksaan
secara uji petik terhadap volume fisik yang dikerjakan jika dibandingkan
dengan RAB yang disepakati dalam kontrak sebesar Rp134.040.000,00
diantaranya pekerjaan penanaman rumput termasuk pemupukan kompos gedung
kantor sebesar Rp6.892.728,75, pekerjaan gedung perpustakaan sebesar
Rp5.297.676,63, pekerjaan gedung asrama putra sebesar Rp6.505.812,50 dan
pekerjaan gedung kelas sebesar Rp5.698.325,00 menunjukkan ketidaksesuaian
dan atau terdapat selisih kurang dikerjakan sebesar Rp1.189.000,00, pekerjaan
gedung perpustakaan sebesar Rp83.500,00 dan gedung asrama putra sebesar
Rp567.000,00 dan pekerjaan gedung kelas sebesar Rp240.000,00 dengan rincian
berikut:
No. Jenis Pekerjaan Satuan Volume Selisih Harga Total
Satuan
RAB Fisik
1. Pekerjaan Rumput M2 255 209,2 (45,80) 5000,00 229.000,00
Gajah Gedung
Kantor
2. Pekerjaan teh-tehan Btg 128 64 (64,00) 15.000,00 960.000,00
tinggi Gedung Kantor
3 Pekerjaan Penanaman M2 180,50 163,80 (16,70) 5.000,00 83.500,00
Rumput Gajah
Gedung Perpustakaan
4. Pekerjaan Rumput M2 250 136,60 (113,40) 5.000,00 567.000,00
Gajah Gedung
Asrama Putra
5 Pekerjaan penanaman Btg 174 158 (16,00) 15.000,00 240.000,00
teh-tehan tinggi
Gedung Kelas
Jumlah 2.079.500,00

Dari uraian kekurangan pekerjaan di atas diketahui tidak ada pekerjaan tambah
kurang yang tertuang dalam addenddum kontrak, salah satu perubahan pekerjaan
hanya dari data perubahan konsultan pengawas dengan rekanan.

Hal ini tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003 tanggal 3 November 2003 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Penjelasan Pasal 33
ayat (2) yang menyatakan bahwa khusus untuk pekerjaan konstruksi,
pembayaran hanya dapat dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang,
tidak termasuk bahan-bahan, alat-alat yang ada dilapangan.

71
b. Surat Perjanjian Kontrak Pekerjaan Pembangunan SMA CMB BS Pasal 17
ayat (1) huruf f yang menyatakan bahwa Pengenaan denda sebesar 1 /1000
(satu per seribu) dari harga borongan untuk setiap hari keterlambatan sampai
setinggi-tingginya 5% daari harga borongan.

Masalah ini mengakibatkan terjadinya kerugian daerah sebesar


Rp56.984.623,02, dan kekurangan penerimaan dari denda keterlambatan
penyelesaian pekerjaan sebesar Rp24.038.004,00, yang terjadi karena Kepala Dinas
Pendidikan dan Pemimpin Kegiatan kurang melakukan pengendalian dan
pengawasan secara optimal

Atas permasalahan tersebut Dinas Pendidikan menyatakan bahwa temuan


BPK dapat dimaklumi dan akan ditindakanjuti.

BPK-RI menyarankan Gubernur Banten agar menginstruksikan Kepala Dinas


Pendidikan supaya mempertanggungjawabkan kerugian daerah sebesar
Rp56.984.623,02, dan kekurangan penerimaan daerah sebesar Rp24.038.004,00
dengan menyetorkannya ke kas daerah, serta menyampaikan bukti setornya ke BPK-
RI..

19. Penganggaran Bantuan Pendidikan Guru Swasta/Non PNS Dan Siswa


Sebesar Rp10.064.800.000,00 Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Dan Di
Antaranya Belum Disalurkan Sebesar Rp 514.000.000,00.

a. Dinas Pendidikan Provinsi Banten TA 2005 menganggarkan Belanja


Operasional dan Pemeliharaan sebesar Rp50.632.643.409,00 dengan realisasi
sebesar Rp 15.288.023.450,00 (s.d Bulan November 2005) yang terdiri dari 19
Kegiatan. Dua kegiatan diantaranya yaitu Pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) dalam rincian DASK dianggarkan untuk bantuan Guru
Swasta/Non PNS sebesar Rp3.900.000.000,00 yang telah terealisasi sebesar
Rp 3.900.000.000,00 sesuai SPM No.932/KEU-07839/PK.P.I/2005 tanggal 16
Desember 2005, dan Pemberian Beasiswa dianggarkan untuk bantuan siswa
sebesar Rp6.164.800.000,00 dengan realisasi sebesar Rp6.164.800.000,00 sesuai
SPM Pengisian Kas No. 932/KEU-07838/PK.PI/2005 tanggal 16 Desember
2005. Berdasarkan pemeriksaan dokumen diketahui bahwa:

72
1) Penyaluran dana Bantuan Guru Swasta/ Non PNS diberikan secara tunai
dengan bukti pengiriman uang berupa bukti trasnfer ke pengelola guru
swasta tetapi SPJ penerima dana masih belum diperoleh sampai
berakhirnya pemeriksaan lapangan tanggal 28 Desember 2005. Rincian
dana yang sudah dan yang belum ditransfer adalah sebagai berikut:

Peneri
No. Nama Jenjang Insentif Jumlah ma Dana Blm Dana
Guru
Daerah/Pengelola Swasta Orang Dana Ditransfer Terima Blm
(Rp) Diberikan Ditransfer
1 2 3 4 5 6 7 8=5-6 9= 8 * 4

1 Prov Banten TK/SD 450,000 150 150 67,500,000 0 -

(PLB) SMP/MTs 350,000 75 74 25,900,000 1 350,000

Drs MFD SMA/SMK 300,000 50 48 14,400,000 2 600,000

2 Kab Serang TK/SD 450,000 1000 954 429,300,000 46 20,700,000

CH Anad SMP/MTs 350,000 625 625 218,750,000 0 -

SMA/SMK 300,000 400 400 120,000,000 0 -

3 Kab Pandeglang TK/SD 450,000 750 738 332,100,000 12 5,400,000

Ddk SMP/MTs 350,000 450 450 157,500,000 0 -

SMA/SMK 300,000 310 310 93,000,000 0 -

4 Kab Lebak TK/SD 450,000 750 744 334,800,000 6 2,700,000

SMP/MTs 350,000 450 406 142,100,000 44 15,400,000

SMA/SMK 300,000 310 272 81,600,000 38 11,400,000

5 Kab Tangerang TK/SD 450,000 1000 761 342,450,000 239 107,550,000

Ddk SMP/MTs 350,000 625 524 183,400,000 101 35,350,000

SMA/SMK 300,000 400 335 100,500,000 65 19,500,000

6 Kota Tangerang TK/SD 450,000 750 748 336,600,000 2 900,000

SMP/MTs 350,000 450 449 157,150,000 1 350,000

SMA/SMK 300,000 310 310 93,000,000 0 -

73
7 Kota Cilegon TK/SD 450,000 600 600 270,000,000 0 -

SMP/MTs 350,000 325 325 113,750,000 0 -

SMA/SMK 300,000 220 216 64,800,000 4 1,200,000

Jumlah 10,000 9439 3,678,600,000 561 221,400,000

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah dana yang telah disalurkan
sebesar Rp3.678.600.000,00 dengan jumlah orang penerima sebanyak
9439 orang sedangkan dana yang belum disalurkan sebesar
Rp221.400.000,00 dengan jumlah orang sebanyak 561.

2) Penyaluran dana Bantuan Beasiswa pendidikan kepada Siswa SD/MI,


SMP/MTs, SMA/MA/SMK, Sarjana, Pasca Sarjana, Doktoral dan Siswa
berprestasi yang diberikan secara tunai dengan bukti pengiriman uang
berupa bukti transfer ke pengelola maupun ke penerima beasiswa sampai
saat pemeriksaan lapangan tanggal 28 Desember 2005 SPJ penerima dana
masih belum diketahui. Rincian penyaluran dana yang sudah maupun yang
belum ditransfer adalah sebagai berikut:

No. Uraian Jenjang/ Jumlah Beasiswa Jumlah Dana SPJ Rinci Dana
Lomba/Kegiatan Siswa Orang Ditransfer Penerima Blm Blm
Mhs Yang Ada Ditransfer
(Rp) Diberi
1 2 3 4 5 6 7 8= 4-6

1 Sarjana 342 684,000,000 288 576,000,000 576,000,000 108,000,000

2 Pasca Sarjana 40 400,000,000 34 390,000,000 390,000,000 10,000,000


3 Doktoral 10 150,000,000 10 150,000,000 150,000,000 -

4 SD/MI (SDLB) 160 48,000,000 - 48,000,000


SMP/MTs
5 (SMPLB) 80 28,800,000 - 28,800,000

6 SMA/MA/SMK 60 28,800,000 - 28,800,000


(SMALB)

7 Paskibraka (SMA) 37 17,760,000 - 17,760,000

8 Simbolis (SMA) 7 3,360,000 - 3,360,000

9 Olah Raga (SMP) 28 10,080,000 - 10,080,000

9 Olah Raga (SMA) 54 25,920,000 - 25,920,000

74
10 Akademik
Siswa Prestasi

SD/MI/ SDLB 6 1,800,000 - 1,800,000


SMP/MTs
(SMPLB) 4 1,440,000 - 1,440,000

SMA/MA/SMK 18 8,640,000 - 8,640,000


11 Daerah
Kab Serang
- SD/MI 1483 444,900,000 1483 444,900,000 444,900,000
- SMP/MTs 668 240,480,000 668 240,480,000 240,480,000
-SMA/SMK/MA 303 145,440,000 303 145,440,000 145,440,000
Kab Lebak
- SD/MI 1317 395,100,000 1317 395,100,000 395,100,000
- SMP/MTs 636 228,960,000 636 228,960,000 228,960,000
-SMA/SMK/MA 310 148,800,000 310 148,800,000 148,800,000
Kab Pandegelang
- SD/MI 1399 419,700,000 1399 419,700,000 419,700,000
- SMP/MTs 637 229,320,000 637 229,320,000 229,320,000
-SMA/SMK/MA 324 155,520,000 324 155,520,000 155,520,000
Kab Tangerang
- SD/MI 1462 438,600,000 1462 438,600,000 438,600,000
- SMP/MTs 674 242,640,000 674 242,640,000 242,640,000
-SMA/SMK/MA 337 161,760,000 337 161,760,000 161,760,000
Kota Tangerang
- SD/MI 1439 431,700,000 1439 431,700,000 431,700,000
- SMP/MTs 639 230,040,000 639 230,040,000 230,040,000
-SMA/SMK/MA 296 142,080,000 296 142,080,000 142,080,000
Kota Cilegon
- SD/MI 1170 351,000,000 1170 351,000,000 351,000,000
- SMP/MTs 634 228,240,000 634 228,240,000 228,240,000
-SMA/SMK/MA 254 121,920,000 254 121,920,000 121,920,000

Jumlah 14828 14314 5,872,200,000 5.872.200.000 292,600,000

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dana yang telah disalurkan


sebesar Rp5.872.200.000,00 dengan jumlah penerima sebanyak 14.314
orang tetapi pertanggungjawaban rincinya belum ada, sedangkan dana yang
belum disalurkan sebesar Rp 292.600.000,00 untuk 514 orang (14.828-
14.314).

Hal ini tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang pedoman
pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata
cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha
keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja
daerah dalam:

75
- Pasal 6 yang menyebutkan Format Susunan Belanja Daerah pada Lampiran
IV kode rekening kelompok Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada pemerintah kabupaten/kota.
- Pasal 49 yang menyebutkan setiap pengeluaran kas harus didukung oleh
bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak
yang menagih
b. Keputusan Gubernur Banten No 18 Tahun 2004 tentang petunjuk teknis
pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi banten tahun 2005
dalam pedoman umum penyusunan anggaran untuk penerimaan dan
pengeluaran daerah yang mengatur bahwa bantuan keuangan kepada pemerintah
kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan belanja bantuan keuangan tidak
diperkenankan untuk dianggarkan pada organisasi/satuan kerja lainnya, kecuali
pada Pos Sekretariat Daerah.

Selain melanggar ketentuan pengelolaan dan pertanggungjawaban APBD,


masalah tersebut mengakibatkan realisasi Belanja Bantuan Keuangan dan Bagi Hasil
pada Pos Sekretariat Daerah secara material kurang disajikan sedangkan Belanja
Operasional dan Pemeliharaan pada Pos Dinas Pendidikan secara material lebih
disajikan minimal sebesar Rp9.550.800.000,00 (Rp3.678.600.000,00 +
Rp5.872.200.000), dan senilai Rp514.000.000,00 (Rp292.600.000,00 +
Rp221.400.000,00) belum dapat dimanfaatkan oleh yang berhak. Hal ini terjadi
karena:
a. Panitia anggaran eksekutif dan legislatif kurang memperhatikan ketentuan
penganggaran dan pelaksanaan anggaran.
b. Pemimpin kegiatan kurang aktif dalam berkoordinasi dengan pihak
kabupaten/kota untuk melakukan pendataan penerima bantuan yang
seharusnya.

Atas permasalahan tersebut Dinas Pendidikan menyatakan bahwa memang


belum seluruh dana ditransfer karena pelaksanaan kegiatan masih berjalan, dan
apabila masih ada sisa dana akan dikembalikan ke Kas Daerah.

BPK-RI menyarankan:
a. Gubernur agar memberikan teguran tertulis kepada panitia anggaran eksekutif
atas penganggaran bantuan pada satuan kerja yang tidak tepat.

76
b. Pimpinan DPRD agar memberikan teguran tertulis kepada panitia anggaran
legislatif atas penganggaran bantuan pada satuan kerja yang tidak tepat.
c. Kepala Dinas Pendidikan agar:
1) segera melengkapi SPJ atas dana yang telah ditransfer sebesar
Rp9.550.800.000,00.
2) menginstruksikan pengendali kegiatan dan pimpinan pelaksana kegiatan
supaya aktif melakukan koordinasi dengan pihak kabupaten/kota untuk
melakukan pendataan penerima bantuan yang seharusnya.
d. Kepala Biro Keuangan agar mengungkapkan adanya kurang saji Belanja Bagi
Hasil dan Bantuan Keuangan dan lebih saji Belanja Operasional dan
Pemeliharaan minimal sebesar Rp9.550.800.000,00 dalam catatan atas Laporan
Keuangan Daerah Provinsi Banten Tahun 2005.

77
Perhitungan Denda Keterlambatan
Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan TA 2005

No. Nama Kegiatan Nilai Kontrak Keterlambatan Jumlah Denda


(Rp) (hari) (Rp)

1. Pemb. Jalan Prov. Cikotok-Sp Kr Hawu 8.457.819.000,00 11 93.036.009,00


2. Pemb. Jalan Prov. Bayah-Cikotok 6.150.728.000,00 11 67.658.008,00
3. Pemb. Jalan Prov. Rangkasbitung-Cigelung 14.778.247.000,00 11 162.560.717,00
4. Pemb. Jalan Prov. Cibaliung-Sumur 3.713.337.000,00 34 126.253.458,00
5. Pemb. Jalan Cincin Utara 7.329.099.000,00 11 80.620.089,00
6. Pemb. Jalan Tigaraksa-Rangkasbitung 7.289.767.000,00 11 80.187.437,00
7. Pemb. Jalan Prov. Serang-Palima 8.468.824.000,00 11 93.157.064,00
8. Pemb. Jalan Cigadung-Cipacung 5.968.461.000,00 31 185.022.291,00
9. Pemb. Jalan Hasyim Ashari Tangerang 4.001.966.000,00 11 44.021.626,00
10. Pemb. Jembatan Cimanceuri 3.222.088.000,00 11 35.442.968,00
11. Pemb. Jembatan Jalitreng 3.890.590.000,00 11 42.796.490,00
1.010.756.157,00
REKAPITULASI PERHITUNGAN PEKERJAAN LAPIS AUS ASPAL BETON (AC-WC)
Pembangunan Jalan By Pass Tangerang

No. STA Ki / Kn Jarak Lebar Luas Tebal Tebal Selisih Persentase Perentase Harga Nilai (Rp)
Rata- sesuai Rata- Tebal x Luas Satuan
rata kontrak rata
4x5 7-8 9:7 6x10 11x12
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1. 0-055 Ki
280,00 1,52 425,60 0,0400 0,0383 0,0017 0,0425 18,09 41.300,00 747.034,40
2. 0+225 Ki

3. 0+275 Ki
415,00 3,62 1.502,30 0,0400 0,0383 0,0017 0,0425 63,85 41.300,00 2.636.912,08
4. 0+690 Ki

5. 0+480 Kn
450,00 1,58 711,00 0,0400 0,0383 0,0017 0,0425 30,22 41.300,00 1.247.982,75
6. 0+930 Kn

7. 0+800 Ki
130,00 1,08 140,40 0,0400 0,0383 0,0017 0,0425 5,97 41.300,00 246.437,10
8. 0+930 Ki

9. 0+960 Ki
220,00 4,03 886,60 0,0400 0,0383 0,0017 0,0425 37,68 41.300,00 1.556.204,65
10. 1+180 Ki

11. 1+365 Ki
675,00 4,71 3.179,25 0,0400 0,0383 0,0017 0,0425 135,12 41.300,00 5.580.378,56
12. 2+050 Ki

13. 1+950 Kn
15,00 4,00 60,00 0,0400 0,0383 0,0017 0,0425 2,55 41.300,00 105.315,00
14. 2+000 Kn
455,00 5,02 2.284,10 0,0400 0,0383 0,0017 0,0425 97,07 41.300,00 4.009.166,53
15. 2+465 Kn

16. 2+050 Ki
1.700,00 4,54 7.718,00 0,0400 0,0383 0,0017 0,0425 328,02 41.300,00 13.547.019,50
17. 3+750 Ki

18. 3+050 Kn
95,00 7,88 748,60 0,0400 0,0383 0,0017 0,0425 31,82 41.300,00 1.313.980,15
19. 3+150 Kn

30.990.430,71
REKAPITULASI PERHITUNGAN PEKERJAAN ASPHALT TREATED BASE (AC-BASE)
Pembangunan Jalan By Pass Tangerang

No. STA Ki / Jarak Lebar Rata- Luas Tebal Tebal Rata- Selisih Volume Harga Satuan Nilai (Rp)
Kn rata sesuai rata yang
kontrak (Core) Kurang
4x5 7-8 9:7 6x10
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (12) (13)

1. 2+550 - 2+900 Ki 350,00 6,40 2.240,00 0,07 0,05 0,02 44,80 1.001.100,00 44.849.280,00

2. 3+050 - 3+150 Kn 95,00 7,88 748,60 0,07 0,05 0,02 14,97 1.001.100,00 14.988.469,20

3. 2+950 - 3+550 Cl 580,00 3,00 1.740,00 0,06 0,05 0,01 17,40 1.001.100,00 17.419.140,00

4. 3+050 - 3+500 Cl 450,00 0,80 360,00 0,1 0,05 0,05 18,00 1.001.100,00 18.019.800,00

95.276.689,20
REKAPITULASI PERHITUNGAN ULANG VOLUME PEKERJAAN ATB LEVELING
Pembangunan Jalan Tangerang-Serpong-Parung

No. STA Jalur Lebar Tebal Panjang Volume Berat Volume Ton Selisih Ton
Tim BPK MC-05
4x5x6 7x8 10-9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 0+000 - 0+100 SPG 7,50 0,04 100,00 30,00 2,30 69,00 91,45 22,45
2 0+200 - 0+300 SPG 7,50 0,04 100,00 30,00 2,30 69,00 76,38 7,38
3 0+300 - 0+400 SPG 7,50 0,05 100,00 37,50 2,30 86,25 90,35 4,10
4 0+400 - 0+500 SPG 7,50 0,07 100,00 52,50 2,30 120,75 129,13 8,38
5 0+700 - 0+800 SPG 7,50 0,07 100,00 52,50 2,30 120,75 123,73 2,98
6 0+800 - 0+900 SPG 7,50 0,07 100,00 52,50 2,30 120,75 128,09 7,34
7 0+900 - 1+000 SPG 7,50 0,05 100,00 37,50 2,30 86,25 88,52 2,27
8 1+000 - 1+100 SPG 7,50 0,05 100,00 37,50 2,30 86,25 89,96 3,71
9 1+200 - 1+300 SPG 7,50 0,08 100,00 60,00 2,30 138,00 141,06 3,06
10 1+400 - 1+500 SPG 7,50 0,05 100,00 37,50 2,30 86,25 92,83 6,58
11 1+800 - 1+900 SPG 7,50 0,04 100,00 30,00 2,30 69,00 71,83 2,83
12 1+900 - 2+000 SPG 7,50 0,05 100,00 37,50 2,30 86,25 88,18 1,93
13 2+200 - 2+300 SPG 7,50 0,08 100,00 60,00 2,30 138,00 140,52 2,52
14 3+400 - 3+500 SPG 7,50 0,08 100,00 60,00 2,30 138,00 140,3 2,30
15 3+500 - 3+600 SPG 7,50 0,08 100,00 60,00 2,30 138,00 142,41 4,41
16 3+600 - 3+700 SPG 7,50 0,05 100,00 37,50 2,30 86,25 88,28 2,03
17 3+900 - 4+000 SPG 7,50 0,05 100,00 37,50 2,30 86,25 93,19 6,94
18 4+000 - 4+100 SPG 7,50 0,06 100,00 45,00 2,30 103,50 107,05 3,55
19 4+100 - 4+200 SPG 7,50 0,04 100,00 30,00 2,30 69,00 77,44 8,44
20 4+300 - 4+400 SPG 7,50 0,10 100,00 75,00 2,30 172,50 174,7 2,20
21 4+500 - 4+600 SPG 7,50 0,06 100,00 45,00 2,30 103,50 105,49 1,99
22 0+100 - 0+200 TNG 7,50 0,05 100,00 37,50 2,30 86,25 90,95 4,70
23 0+200 - 0+300 TNG 7,50 0,05 100,00 37,50 2,30 86,25 100,8 14,55
24 0+600 - 0+700 TNG 7,50 0,04 100,00 30,00 2,30 69,00 73,66 4,66
25 0+800 - 0+900 TNG 7,50 0,05 100,00 37,50 2,30 86,25 94,5 8,25
26 0+900 - 1+000 TNG 7,50 0,06 100,00 45,00 2,30 103,50 105,12 1,62
27 1+100 - 1+200 TNG 7,50 0,08 100,00 60,00 2,30 138,00 144,17 6,17
28 1+300 - 1+400 TNG 7,50 0,05 100,00 37,50 2,30 86,25 89,29 3,04
29 1+600 - 1+700 TNG 7,50 0,03 100,00 22,50 2,30 51,75 60,19 8,44
30 1+700 - 1+800 TNG 7,50 0,08 100,00 60,00 2,30 138,00 139,43 1,43
31 1+800 - 1+900 TNG 7,50 0,07 100,00 52,50 2,30 120,75 123,14 2,39
32 2+100 - 2+200 TNG 7,50 0,06 100,00 45,00 2,30 103,50 106,04 2,54
33 2+500 - 2+560 TNG 7,50 0,10 100,00 75,00 2,30 172,50 173,34 0,84
34 2+700 - 2+800 TNG 7,50 0,06 100,00 45,00 2,30 103,50 107,33 3,83
35 3+500 - 3+600 TNG 7,50 0,06 100,00 45,00 2,30 103,50 104,38 0,88
36 3+700 - 3+800 TNG 7,50 0,04 100,00 30,00 2,30 69,00 73,53 4,53
37 0+780 - 0+880 TNG 7,50 0,06 100,00 45,00 2,30 103,50 103,74 0,24
175,50
Lampiran 4-1.1
No item kemasan volume Total selisih harga satuan Total Nilai
in contract kontrak dari Pillar volume Kontrak
11/8/05 sd Blm Terpenuhi
11/08/05 14/09/2005 04/10/05 14/11/05 02/12/05 12/12/05 12/12/05
1 ABU inj kotak 10 vial 50 0 0 50 705.210,00 35.260.500,00
2 Actrapid 40 inj vial 75 0 0 75 139.134,00 10.435.050,00
3 Acyclovir 200 mg kotak 100 tab 100 100 100 0 66.745,00 -
4 Acyclovir 400 mg kotak 100 tab 100 100 100 0 101.647,00 -
5 Acyclovir Cream Tube 150 150 350 500 -350 3.486,00 -
6 AD Plex Botol 15 ml 300 0 0 300 9.860,00 2.958.000,00
7 Adona AC 17 kotak 100 tab 100 0 0 100 172.797,00 17.279.700,00
8 Adona inj 10 mg kotak 10 Amp@2ml 100 0 0 100 177.877,00 17.787.700,00
9 Adrenalin inj kotak 30 amp 100 0 100 11.155,00 1.115.500,00
10 Air raksa dental use Botol 100 gr 5 0 5 103.081,00 515.405,00
11 Albothyl Botol 5 ml 100 0 0 100 19.720,00 1.972.000,00
12 Alkohol 70% Botol 1000 ml 500 0 500 18.525,00 9.262.500,00
13 Allupurinol 100 mg kotak 100 tab 150 150 150 0 17.130,00 -
14 Alphahist kotak 100 tab 150 0 0 150 25.496,00 3.824.400,00
15 Ambroxol syrup Botol 60 ml 200 200 300 500 -300 2.589,00 -
16 Ambroxol tablet kotak 100 tab 100 25 75 200 300 -200 14.441,00 -
17 Aminofillin inj kotak 30 amp 100 0 100 38.244,00 3.824.400,00
18 Aminoleban infus botol 500 ml 200 50 50 150 151.384,00 22.707.600,00
19 Amynophilin tab kotak 100 tab 50 0 0 50 7.970,00 398.500,00
20 Amoksisilin 250 mg kotak 100 tab 300 300 300 0 26.001,00 -
21 Amoksisilin 500 mg kotak 100 tab 500 500 200 700 -200 32.078,00 -
22 Amoxixilin syrup Botol 60 ml 1200 1500 1500 -300 3.088,00 -
23 Amonium oksalat Botol 500 ml 2 0 0 2 74.696,00 149.392,00
24 Amoxiclav tab 625mg kotak 30 tab 150 0 150 109.555,00 16.433.250,00
25 Amoxsan 250 mg kotak 100 tab 75 0 0 75 125.490,00 9.411.750,00
26 Amoxsan 500 mg kotak 100 tab 100 0 0 100 268.907,00 26.890.700,00
27 Analsik kotak 100 tab 100 0 0 100 76.688,00 7.668.800,00
28 Antalgin kotak 100 tab 300 0 300 14.345,00 4.303.500,00
29 Antalgin inj kotak 30 amp 50 0 50 13.548,00 677.400,00
30 Antasid DOEN kotak 100 tab 200 50 50 150 9.065,00 1.359.750,00
31 Antasid DOEN syrup Botol 60 ml 650 300 300 350 3.487,00 1.220.450,00
32 Anusol HC kotak 12 Sup 50 0 0 50 44.370,00 2.218.500,00
33 Aqua pro inj steril kotak 10 vial @20 ml 300 80 80 220 21.911,00 4.820.420,00
34 Aquadest (Merck) Botol 500 ml 50 0 0 50 14.242,00 712.100,00
35 Asam Askorbat 250 mg botol 1000 tablet 150 0 150 18.425,00 2.763.750,00
36 Asam folat 1 mg kotak 100 tab 75 0 75 3.486,00 261.450,00
37 Asam Mefenamat 250 kotak 100 tab 150 0 150 13.672,00 2.050.800,00
38 Asam Mefenamat 500 kotak 100 tab 300 140 140 160 26.193,00 4.190.880,00
39 Atropin Sulfas inj kotak 30 amp 100 0 100 11.453,00 1.145.300,00
40 ATS 1500 IU kotak 10 amp 100 100 100 0 345.097,00 -
41 Bacti-Go Surgical Botol 500 ml 200 60 140 200 0 96.408,00 -
42 Bacti-Rub Botol 500 ml 100 100 100 0 84.357,00 -
43 Bacti Kleen Galon 5 lt 4 4 4 0 876.436,00 -
44 Becefort Kotak 250 Tab 200 0 0 200 177.777,00 35.555.400,00
45 Bekamin C Forte Botol 250 cap 75 50 50 25 21.712,00 542.800,00

TP_14 Lampiran 4-1.xlsPillarAgust-12Des05


Lampiran 4-1.2
No item kemasan volume Total selisih harga satuan Total Nilai
in contract kontrak dari Pillar volume Kontrak
11/8/05 sd Blm Terpenuhi
11/08/05 14/09/2005 04/10/05 14/11/05 02/12/05 12/12/05 12/12/05
46 Betametason Krim1% Tube 5 gr 350 350 350 0 2.589,00 -
47 Bioplacenton Cream tube 20 gr 150 0 150 11.155,00 1.673.250,00
48 Blue Tip Box 2 1 1 1 104.077,00 104.077,00
49 Bricasma Expectoran syrup Botol 100 ml 120 0 0 120 31.671,00 3.800.520,00
50 Bricasma Inhaler Botol 35 0 0 35 116.427,00 4.074.945,00
51 Bricasma inj Kotak 5 Ampul 60 0 0 60 53.184,00 3.191.040,00
52 Bricasma Syrup Botol 60 ml 120 0 0 120 30.476,00 3.657.120,00
53 Burnazin cream Pot 500 gr 100 12 12 88 30.675,00 2.699.400,00
54 Buscopan inj kotak 10 ampul 50 0 0 50 136.545,00 6.827.250,00
55 Buscopan tbl kotak 100 tab 100 0 0 100 116.526,00 11.652.600,00
56 Calcium Laktat 500 mg botol 1000 tablet 50 50 50 0 46.610,00 -
57 Camuvita Syrup Botol 60 ml 350 0 350 5.976,00 2.091.600,00
58 Captopril 12,5 mg kotak 100 tab 150 50 150 200 -50 14.242,00 -
59 Captopril 25 mg kotak 100 tab 150 50 100 50 200 -50 20.317,00 -
60 Catapres 0,15 mg kotak 100 tab 50 0 0 50 174.142,00 8.707.100,00
61 Catapres 0,15 mg inj dos 10 ampul 50 0 0 50 240.223,00 12.011.150,00
62 Cefadroxyl Syrup Botool 60 ml 200 50 0 50 150 11.553,00 1.732.950,00
63 Cefadroxyl 500 Kapsul kotak 50 tablet 200 150 50 200 0 113.538,00 -
64 Cefotaxim inj vial 300 50 285 335 -35 46.013,00 -
65 Cetriaxone 1 gram kotak 2 vial 25 300 300 -275 52.985,00 -
66 Cendo Mycetin TM Botol 15 ml 100 0 0 100 21.214,00 2.121.400,00
67 Cendo Xitrol Tetes Mata Botol 15 ml 200 0 0 200 22.010,00 4.402.000,00
68 Chloramphenicol Syr 125 mg Botol 60 ml 300 0 300 5.279,00 1.583.700,00
69 Chloramphenicol Caps Kotak 120 tab 50 50 50 0 25.596,00 -
70 Cholramphenicol Salep Mata Tube 5 gr 150 100 100 50 1.554,00 77.700,00
71 Chloramphenicol Tetes Telinga Botol 5 ml 200 50 150 200 0 2.566,00 -
72 Cimetidine 200 mg kotak 100 tab 100 100 50 150 -50 18.823,00 -
73 Ciprofloxacin 500mg kotak 50 tablet 250 50 50 200 43.025,00 8.605.000,00
74 Citotec Tab kotak 20 tab 25 0 0 25 256.258,00 6.406.450,00
75 Chloramphecort H Salep Kulit tube 10 gr 200 150 150 50 4.382,00 219.100,00
76 Chloramphecort Salep Kulit tube 10 gr 200 150 150 50 7.778,00 388.900,00
77 Codein 10 btl 250 ml 20 0 0 20 2.464,00 49.280,00
78 Codein 20 btl 250 ml 20 0 0 20 130.260,00 2.605.200,00
79 Colfin Syrup Botol 60 ml 200 0 0 200 5.109,00 1.021.800,00
80 Combantrin Syrup botol 10 ml 100 0 0 100 7.470,00 747.000,00
81 Cotrimaksazol 480 mg Tab kotak 100 tab 200 200 200 0 16.334,00 -
82 Cotrimaksazol syrup Botol 60 ml 400 200 200 200 3.451,00 690.200,00
83 CTM botol 1000 tablet 100 0 100 19.521,00 1.952.100,00
84 Curvit syrup Botol 60 ml 200 0 0 200 11.453,00 2.290.600,00
85 Curvit Tablet kotak 50 tablet 100 0 0 100 54.976,00 5.497.600,00
86 Dekstrometorfan Syrup Botol 60 ml 400 400 100 500 -100 3.107,00 -
87 Dekstrometorfan Tab botol 1000 tablet 30 30 30 0 65.982,00 -
88 Depo Provera vial 1 ml 300 0 300 6.274,00 1.882.200,00
89 Depo Provera vial 3 ml 300 0 300 6.274,00 1.882.200,00
90 Depoprogestin inj vial 1 ml 300 0 300 6.972,00 2.091.600,00

TP_14 Lampiran 4-1.xlsPillarAgust-12Des05


Lampiran 4-1.3
No item kemasan volume Total selisih harga satuan Total Nilai
in contract kontrak dari Pillar volume Kontrak
11/8/05 sd Blm Terpenuhi
11/08/05 14/09/2005 04/10/05 14/11/05 02/12/05 12/12/05 12/12/05
91 Devitalisasi Pasta Non Arsen botol 10 0 0 10 387.419,00 3.874.190,00
92 Dexametason inj kotak 100 ampul 15 0 15 117.174,00 1.757.610,00
93 Dexametason tab 0,5 botol 1000 tablet 75 15 15 60 33.743,00 2.024.580,00
94 Dextamin dos 300 tab 20 0 0 20 258.090,00 5.161.800,00
95 Dextran L 70 Botol 500 ml 500 0 0 500 37.245,00 18.622.500,00
96 Dextrose 40% vial 25 ml 1000 0 1000 1.466,00 1.466.000,00
97 Diazepam 2 mg botol 1000 tablet 20 5 15 20 0 13.939,00 -
98 Diazepam inj kotak 30 amp 30 5 5 25 28.165,00 704.125,00
99 Digoxin Tab kotak 100 tab 100 50 50 100 0 10.199,00 -
100 Diphenydramin inj kotak 30 amp 100 0 0 100 17.666,00 1.766.600,00
101 Dopamin DBL inj ampul 5 ml 50 0 0 50 51.690,00 2.584.500,00
102 Dulcolax Sup Anak kotak 6 sup 30 0 0 30 42.149,00 1.264.470,00
103 Dulcolax Sup Dewasa kotak 6 sup 50 0 0 50 50.395,00 2.519.750,00
104 Dulcolax Tab kotak 200 tablet 60 0 0 60 114.883,00 6.892.980,00
105 Duphaston Tab kotak 100 tab 50 20 20 30 117.771,00 3.533.130,00
106 Enervon C Syrup botol 120 ml 100 200 200 -100 11.951,00 -
107 Enzymfort Tablet kotak 100 tab 100 50 50 50 42.228,00 2.111.400,00
108 Enzyplex botol 150 tab 100 0 0 100 56.172,00 5.617.200,00
109 Eosin botol 100 ml 2 0 0 2 194.210,00 388.420,00
110 Ephedrin Tab 25 mg botol 1000 tablet 50 50 30 80 -30 42.764,00 -
111 Equal kotak 100 sachet 150 100 100 50 34.161,00 1.708.050,00
112 Erytromycin 250 mg kotak 100 tab 50 100 100 -50 50.196,00 -
113 Erytromycin 500 mg kotak 100 tab 100 100 100 0 98.599,00 -
114 Erytromycin sirup kering Botol 60 ml 100 250 250 -150 8.366,00 -
115 Etil Klorida Pasta vial 100 ml 10 10 10 0 81.060,00 -
116 Evion kotak 100 tab 100 50 50 50 63.103,00 3.155.150,00
117 Excluton 28 Tab kotak 4 strip 100 0 0 100 14.939,00 1.493.900,00
118 Extrak Beladona Tab 10 mg botol 1000 tablet 10 10 10 0 17.820,00 -
119 Fansidar/Sulfadoksin Primetamin kotak 100 tab 20 0 0 20 47.108,00 942.160,00
120 Farmakresol botol 10 ml 10 0 0 10 46.008,00 460.080,00
121 Fenitoin Natrium Kapsul 30 mg botol 250 tab 10 0 0 10 15.895,00 158.950,00
122 Ferros Sulfat Tab kotak 100 sachet 50 0 50 81.568,00 4.078.400,00
123 FG Troces kotak 100 tab 75 25 57 82 -7 73.402,00 -
124 Flagyl Inf botol 100 ml 300 100 100 200 79.869,00 15.973.800,00
125 Flagyl Syrup botol 100 ml 100 60 60 40 36.219,00 1.448.760,00
126 Flu En Tan kotak 100 tab 200 20 20 180 44.818,00 8.067.240,00
127 Formalin Tab botol 100 tab 50 0 0 50 5.961,00 298.050,00
128 Frisium kotak 100 tab 50 0 50 268.857,00 13.442.850,00
129 Furosemide inj kotak 25 ampul 40 25 25 15 37.856,00 567.840,00
130 Furosemide tab kotak 100 tab 100 25 30 55 45 7.908,00 355.860,00
131 GG Tab botol 1000 tablet 30 0 30 30.095,00 902.850,00
132 Garam Inggris kotak 10 sachet 10 0 0 10 10.161,00 101.610,00
133 Garam Oralit kotak 100 200 160 160 40 342.299,00 13.691.960,00
134 Gentamicyn inj vial 200 200 800 1000 -800 3.736,00 -
135 Gentamicyn salep kulit kotak 24 tube 150 100 50 150 0 19.426,00 -

TP_14 Lampiran 4-1.xlsPillarAgust-12Des05


Lampiran 4-1.4
No item kemasan volume Total selisih harga satuan Total Nilai
in contract kontrak dari Pillar volume Kontrak
11/8/05 sd Blm Terpenuhi
11/08/05 14/09/2005 04/10/05 14/11/05 02/12/05 12/12/05 12/12/05
136 Glemsa (Merck) Botol 500 ml 1 0 0 1 350.574,00 350.574,00
137 Glas Ionomer Cement Art set/botol 10 0 0 10 398.380,00 3.983.800,00
138 Gilbenclamide 5 mg kotak 100 tab 100 77 23 100 0 16.627,00 -
139 Glucosa 5% infus Botol 500 ml 2500 500 500 2000 4.631,00 9.262.000,00
140 Glucosa 10% infus Botol 500 ml 2000 500 500 1500 4.880,00 7.320.000,00
141 Glucosa 40% Botol 500 ml 500 50 50 450 5.179,00 2.330.550,00
142 Griseofulvin 125 mg kotak 100 tab 100 77 23 100 0 14.899,00 -
143 H2O2 botol 1000 ml 50 0 0 50 15.138,00 756.900,00
144 Hayem Botol 500 ml 2 0 0 2 79.676,00 159.352,00
145 HCT 25 mg botol 1000 tablet 20 0 20 16.931,00 338.620,00
146 Hidrokortison Krim Tube 5 gram 240 0 240 2.814,00 675.360,00
147 Ibuprofen 400 mg tab kotak 100 tab 200 50 150 200 0 19.421,00 -
148 Imore kotak 100 tab 100 0 0 100 71.011,00 7.101.100,00
149 Incidal OD kotak 50 tablet 100 0 0 100 70.712,00 7.071.200,00
150 Indoplant Dos 1 set 2 imp. 25 0 0 25 358.542,00 8.963.550,00
151 Insto Tetes Mata Botol 15 ml 200 100 50 150 50 7.171,00 358.550,00
152 Isosobid Dinitrat kotak 100 tab 100 0 100 10.457,00 1.045.700,00
153 KA EN MG 3 Botol 500 ml 200 0 0 200 12.726,00 2.545.200,00
154 KA EN 3 A Botol 500 ml 200 0 0 200 11.666,00 2.333.200,00
155 KA-EN 3 B Botol 500 ml 200 0 0 200 11.666,00 2.333.200,00
156 KA-EN 1 B Botol 500 ml 50 0 0 50 19.062,00 953.100,00
157 Kalmoxcilin inj 200 0 200 203.897,00 40.779.400,00
158 Kalsium Hidrosida Pasta 15 0 0 15 69.019,00 1.035.285,00
159 Kaltrofen inj 30 0 0 30 1.527,00 45.810,00
160 KCl 7,46% 100 0 0 100 90.998,00 9.099.800,00
161 Ketalar inj 50 0 0 50 209.565,00 10.478.250,00
162 Ketamin inj 25 0 0 25 65.733,00 1.643.325,00
163 Ketokonazol Tab 150 25 25 125 48.565,00 6.070.625,00
164 Klor Phenol Kamper Menthol 10 10 10 0 5.279,00 -
165 Kloramfenikol Suspensi 150 75 75 75 4.108,00 308.100,00
166 Kloramfenikol Tetes Mata 200 0 200 19.441,00 3.888.200,00
167 Kloroquin botol 1000 tablet 10 0 10 242.685,00 2.426.850,00
168 Kuinin Tablet botol 1000 tablet 5 0 0 5 24.899,00 124.495,00
169 Larutan HCl 0,1 N 5 0 5 312.280,00 1.561.400,00
170 Lasix kotak 100 tab 100 50 50 50 45.913,00 2.295.650,00
171 Lasix inj 25 25 25 0 33.464,00 -
172 Lidocain inj 15 15 15 0 119.514,00 -
173 Lugol Botol 500 ml 2 0 0 2 21.144,00 42.288,00
174 Luminal/Phenobarbital botol 1000 tablet 25 0 0 25 15.328,00 383.200,00
175 Magnesium Sulfat inj 20% 25 10 10 15 51.184,00 767.760,00
176 Manitol 20 % 400 100 100 300 52.529,00 15.758.700,00
177 Martos 10 Botol 500 ml 125 75 75 50 466.259,00 23.312.950,00
178 Merislon Tab kotak 100 tab 50 0 0 50 262.931,00 13.146.550,00
179 Metanol (Merck) 2 0 0 2 13.804,00 27.608,00
180 Methergi/Methilergometrin kotak 100 tab 120 0 120 57.282,00 6.873.840,00

TP_14 Lampiran 4-1.xlsPillarAgust-12Des05


Lampiran 4-1.5
No item kemasan volume Total selisih harga satuan Total Nilai
in contract kontrak dari Pillar volume Kontrak
11/8/05 sd Blm Terpenuhi
11/08/05 14/09/2005 04/10/05 14/11/05 02/12/05 12/12/05 12/12/05
181 Methergin inj 0,2 mg 75 50 50 25 98.435,00 2.460.875,00
182 Metil Prednosolon 16 mg kotak 100 tab 50 30 70 100 -50 123.249,00 -
183 Metil Prednosolon 4 mg 50 50 50 0 17.608,00 -
184 Metochlopramid inj 100 98 98 2 23.006,00 46.012,00
185 Metochlopramid tab 200 150 150 50 21.911,00 1.095.550,00
186 Metochlopramid inj 5 mg/ml 50 2 2 48 4.108,00 197.184,00
187 Metoclopramide syrup 150 150 175 325 -175 16.174,00 -
188 Metronidazole 500 mg kotak 100 tab 50 50 50 0 153.834,00 -
189 Meticobal inj 15 0 0 15 6.464,00 96.960,00
190 Meylon 500 0 0 500 3.386,00 1.693.000,00
191 Miconazol 200 100 100 100 36.153,00 3.615.300,00
192 Micrognyon Tab 150 0 0 150 12.051,00 1.807.650,00
193 Mucohexin Syrup 100 0 0 100 32.866,00 3.286.600,00
194 Mucohexin Tab kotak 100 tab 75 0 0 75 137.295,00 10.297.125,00
195 Mummyfying pasta 10 0 0 10 23.405,00 234.050,00
196 Mylanta Susp 150 100 100 50 41.332,00 2.066.600,00
197 Mylanta Tab kotak 100 tab 150 100 100 50 11.953,00 597.650,00
198 Na Bic 10 0 0 10 4.694,00 46.940,00
199 NaCl Infus Botol 500 ml 3000 500 500 1000 2000 4.694,00 9.388.000,00
200 Natrium Diklofenak 25 mg 100 0 100 11.951,00 1.195.100,00
201 Natrium Diklofenak 50 mg 100 50 50 50 16.931,00 846.550,00
202 Neo Diaform botol 1000 tablet 75 0 0 75 77.236,00 5.792.700,00
203 Neo Kaocetin 300 0 0 300 6.902,00 2.070.600,00
204 Neorosanbe film coated tab kotak 100 tab 110 0 0 110 64.737,00 7.121.070,00
205 Neozep Forte Tab kotak 100 tab 50 100 100 -50 50.793,00 -
206 Neurobion 5000 Tab kotak 100 tab 100 0 0 100 177.180,00 17.718.000,00
207 Neurobion 5000 inj 50 0 0 50 96.408,00 4.820.400,00
208 Neurosanbe inj 50 0 50 32.866,00 1.643.300,00
209 Neurovit E 60 0 0 60 36.004,00 2.160.240,00
210 New Diatabs kotak 100 tab 100 50 50 50 42.328,00 2.116.400,00
211 New Guanistrep Botol 60 ml 230 0 230 2.490,00 572.700,00
212 Nicholin inj 30 0 0 30 71.896,00 2.156.880,00
213 Nifedipin 10 mg kotak 100 tab 50 40 10 50 0 29.879,00 -
214 Nonflamin 170 0 0 170 117.810,00 20.027.700,00
215 OBH Syrup 1200 1200 1200 0 1.245,00 -
216 Obimin AF 200 100 100 100 19.421,00 1.942.100,00
217 Oksiterasiklin Salep Mata 50 0 50 30.848,00 1.542.400,00
218 Omeprazol Tab 75 60 60 15 119.514,00 1.792.710,00
219 Opiphen Syrup Botol 60 ml 50 0 0 50 12.549,00 627.450,00
220 Otolin Tetes Telinga 50 0 0 50 13.147,00 657.350,00
221 Oxytocin inj 20 0 20 53.333,00 1.066.660,00
222 Pantocain Eye Drop 0,5% 25 0 0 25 8.079,00 201.975,00
223 Pantocain Eye Drop 2% kotak 100 tab 25 0 0 25 12.051,00 301.275,00
224 Papaverin Tab botol 1000 tablet 25 0 25 59.143,00 1.478.575,00
225 Parasetamol Syrup Botol 60 ml 1000 200 200 800 2.366,00 1.892.800,00

TP_14 Lampiran 4-1.xlsPillarAgust-12Des05


Lampiran 4-1.6
No item kemasan volume Total selisih harga satuan Total Nilai
in contract kontrak dari Pillar volume Kontrak
11/8/05 sd Blm Terpenuhi
11/08/05 14/09/2005 04/10/05 14/11/05 02/12/05 12/12/05 12/12/05
226 Parasetamol Tab 75 30 30 45 52.106,00 2.344.770,00
227 Paratusyn Syrup 200 100 100 100 10.159,00 1.015.900,00
228 Paratusyn Tab 100 25 25 75 85.453,00 6.408.975,00
229 Pehacain inj 100 0 0 100 31.273,00 3.127.300,00
230 Penicillin/Ampicillin 100 0 0 100 56.769,00 5.676.900,00
231 Petidin inj Op 20 0 0 20 193.493,00 3.869.860,00
232 Phenobarbital inj 20 0 20 21.620,00 432.400,00
233 Pilokarpin tetes mata 2% 150 0 0 150 5.193,00 778.950,00
234 Pirantel Pamoat Tablet 20 20 20 0 21.568,00 -
235 Piroxicam 20 mg 100 100 100 0 19.675,00 -
236 Povidon Iodin 500 0 500 15.600,00 7.800.000,00
237 Povidon Iodin 500 0 500 2.152,00 1.076.000,00
238 Povidon Iodin 10% 200 0 0 200 38.037,00 7.607.400,00
239 Prednison Tab botol 1000 tablet 50 50 50 0 94.152,00 -
240 Primadex Forte kotak 100 tab 98 0 0 98 31.671,00 3.103.758,00
241 Primadex Syrup 150 0 0 150 3.436,00 515.400,00
242 Primolut N kotak 100 tab 100 0 0 100 82.392,00 8.239.200,00
243 Prolipid 100 100 100 0 46.561,00 -
244 Propanolol 10 mg 100 0 100 7.171,00 717.100,00
245 Proris Supp 100 50 50 50 19.919,00 995.950,00
246 PTU 5 5 5 0 33.791,00 -
247 Ranitidin 150 mg kotak 100 tab 150 50 100 150 300 -150 44.818,00 -
248 Ranitidin inj 100 20 30 50 50 82.166,00 4.108.300,00
249 Rhinofed kotak 100 tab 100 0 0 100 104.077,00 10.407.700,00
250 Rhinofed Syrup Botol 60 ml 100 0 0 100 16.433,00 1.643.300,00
251 Ringer laktat infus Botol 500 ml 5000 500 500 1000 4000 5.609,00 22.436.000,00
252 Rivanol 500 0 0 500 1.315,00 657.500,00
253 Sachorit 100 0 100 6.673,00 667.300,00
254 Salbutamol 2 mg kotak 100 tab 100 100 100 0 10.560,00 -
255 Salbutamol 4 mg kotak 100 tab 35 20 15 65 100 -65 11.954,00 -
256 Salisil Bedak 1000 200 200 800 1.021,00 816.800,00
257 Sanadryl DMP syrup Botol 60 ml 150 0 0 150 6.573,00 985.950,00
258 Sanadryl DMP syrup 150 0 0 150 10.159,00 1.523.850,00
259 Sanadryl syrup 150 0 0 150 10.159,00 1.523.850,00
260 Sanadryl syrup Botol 60 ml 150 0 0 150 6.573,00 985.950,00
261 Sangobion Tab 100 0 0 100 23.106,00 2.310.600,00
262 Sanmol Drops 100 0 0 100 10.955,00 1.095.500,00
263 Scabimide Cream 100 0 0 100 7.171,00 717.100,00
264 Semen Seng Fosfat Serbuk n Cair 15 10 10 5 80.332,00 401.660,00
265 Serum untuk menentukan gol darah set 3 0 0 3 89.636,00 268.908,00
266 Silver Amalgam Serbuk botol 10 z 10 5 5 5 226.390,00 1.131.950,00
267 Sofratule pak 10 lbr 50 50 50 0 136.953,00 -
268 Spasminal Tab kotak 100 tab 100 10 10 90 27.389,00 2.465.010,00
269 Spirabiotik Tab kotak 100 tab 50 0 0 50 262.931,00 13.146.550,00
270 Spiramisin 500 mg kotak 50 tablet 15 0 0 15 102.583,00 1.538.745,00

TP_14 Lampiran 4-1.xlsPillarAgust-12Des05


Lampiran 4-1.7

No item kemasan volume Total selisih harga satuan Total Nilai


in contract kontrak dari Pillar volume Kontrak
11/8/05 sd Blm Terpenuhi
11/08/05 14/09/2005 04/10/05 14/11/05 02/12/05 12/12/05 12/12/05
271 Spon Gelatin Cubies 1x1x1 cm kotak 24 bh 20 20 20 0 262.905,00 -
272 Stesolid Supp kotak 5 supp 100 10 10 90 305.657,00 27.509.130,00
273 Strip u GDS Pcs 1 0 0 1 1.045.748,00 1.045.748,00
274 Sudan Blok botol 25 gr 2 0 0 2 687.206,00 1.374.412,00
275 Surgi Zyme Galon 5 lt 3 3 3 0 68.073,00 -
276 Syntocinon inj kotak 10 amp 60 30 30 30 6.833,00 204.990,00
277 Temporary Stoping fletcher bubuk set 100 gr 10 0 0 10 99.874,00 998.740,00
278 Tetraciclin 250 mg botol 1000 tablet 10 10 10 0 71.708,00 -
279 Thiamfenicol 500mg kotak 100 tab 50 50 50 100 -50 95.860,00 -
280 Tramadol inj Kotak 5 Ampul 30 100 19 119 -89 39.838,00 -
281 Tramadol Tab kotak 50 tablet 150 150 19 169 -19 69.219,00 -
282 Transamin inj 250 mg kotak 10 ampul 50 0 0 50 13.734,00 686.700,00
283 Trombophop salep tube 15g 100 50 50 50 26.682,00 1.334.100,00
284 TT inj ampul 25 0 0 25 1.752.872,00 43.821.800,00
285 Tube EDTA 2,5 ml kotak 1800 pcc 2 0 0 2 144.413,00 288.826,00
286 Turk Botol 500 ml 2 0 0 2 37.448,00 74.896,00
287 Ulsikur inj Kotak 5 Ampul 20 0 0 20 142.421,00 2.848.420,00
288 Urotractin Dos 60 cap 50 0 0 50 10.567,00 528.350,00
289 Vicillin inj 1 gr vial 300 0 0 300 28.425,00 8.527.500,00
290 Vit B Komplek botol 1000 tablet 120 0 120 32.337,00 3.880.440,00
291 Vit B1 Tab botol 1000 tablet 50 0 50 16.985,00 849.250,00
292 Vit B6 tablet botol 1000 tablet 50 0 50 30.882,00 1.544.100,00
293 Vit K injeksi kotak 30 amp 50 5 5 45 20.915,00 941.175,00
294 Vometa syrup Botol 60 ml 200 0 0 200 209.199,00 41.839.800,00
295 Vometa tab kotak 100 tab 100 0 0 100 71.210,00 7.121.000,00
296 Widal AH Unit 3 0 0 3 71.210,00 213.630,00
297 Widal AO Unit 3 0 0 3 71.210,00 213.630,00
298 Widal BH Unit 3 0 0 3 71.210,00 213.630,00
299 Widal BO Unit 3 0 0 3 71.210,00 213.630,00
300 Widal CH Unit 3 0 0 3 71.210,00 213.630,00
301 Widal CO Unit 3 0 0 3 71.210,00 213.630,00
302 Widal TH Unit 3 0 0 3 71.210,00 213.630,00
303 Widal TO Unit 3 0 0 3 71.210,00 213.630,00
304 Wright Botol 500 ml 3 0 0 3 497.975,00 1.493.925,00
305 Y & To tab kotak 100 tab 50 0 0 50 15.188,00 759.400,00
306 Yellow Tip Box 3 3 3 0 104.077,00 -
TOTAL 1.070.142.045,00

TP_14 Lampiran 4-1.xlsPillarAgust-12Des05


Lampiran 4-1.8

No item kemasan volume Total selisih harga satuan Total Nilai


in contract kontrak dari Pillar volume Kontrak
11/8/05 sd Blm Terpenuhi
11/08/05 14/09/2005 04/10/05 14/11/05 02/12/05 12/12/05 12/12/05

di luar spek
Redoxon 200 18.000,00
Thiamin 50 mg 50
Inamox 500 mg tab 325
Insetron 4mg/2 ml injeksi 25
Lincomycin 50
Clindamycin 150 mg 200
Co-Amoxiclave 625 mg 138 162
Chlorfeniramin mg 140 25
Ampicillin 1gr inj 1000
Propylthiouracil 100 mg 5
Calsiplex/Multivitamin sirup 500

TP_14 Lampiran 4-1.xlsPillarAgust-12Des05


Lampiran 4.2

Daftar Sample Obat Beda Batch dan ED


dan Obat yg Batchnya hanya ZZ
RSUD Malingping, Penerimaan tanggal 12 Desember 2005

Obat2an kemasan Fisik Obat SPB PT Pillar


jumlah batch Exp. Date jumlah batch Exp Date

Kloramphenicol Suspensi botol 15 botol 063902 31/12/07 75 botol 063902 -


60 botol 064002 31/10/08

FG Troches box 10 blister @10 tab 50 box 05664 30/11/07 57 box 05668 -
7 box 05668-6 30/12/07

Calcium Lactat botol@ 1000 tab 18 btl K 5238 BR 30/11/06 50 botol K 5238 BR -
18 btl K 31916 B 30/11/10
18 btl J 51841 B 30/10/10

Miconazole Cream Tube 100 115002 W 30/10/09 100 085280 W -

Mylanta Antasid Pfizer kotak x 10 blister x 10 tab 72 kotak 7855 W 10 31/12/06 100 kotak pY2MG7-ZZ -
24 kotak 7873 X 10 31/12/07
Mylanta Susp botol 150 162 botol pY2MG9-ZZ
Obimin AF Drag kotak 30 100 kotak pY012-ZZ

SPB= Surat Pengantar Barang


Daftar Pengadaan Barang Modal Penunjang Kantor TA 2005

Nilai Belum
No Jenis Barang Merk Volume Terdistribusi tidak terdistribusi Harga Nilai terdistribusi terdistribusi
1 Komputer Simbada 11 7 4 5.800.000,00 40.600.000,00 23.200.000,00
2 Komputer Pavillion 3 2 1 9.500.000,00 19.000.000,00 9.500.000,00
3 Komputer Sony 2 2 0 29.000.000,00 58.000.000,00 -
4 Notebook Compac NC 6120 1 1 0 21.000.000,00 21.000.000,00 -
5 Notebook Compac Presario M2232 1 1 0 14.300.000,00 14.300.000,00 -
6 Notebook Toshiba satelite 12 6 6 25.200.000,00 151.200.000,00 151.200.000,00
7 Notebook Axioo DT22B 1 1 0 22.000.000,00 22.000.000,00 -
8 LCD Toshiba TDP 40 1 1 0 32.000.000,00 32.000.000,00 -
9 LCD Toshiba TDP 91 1 1 0 30.000.000,00 30.000.000,00 -
10 LCD Infocus LP-600 1 1 0 32.000.000,00 32.000.000,00 -

1 AC Split crystal CSP 09D 4 0 4 2.585.000,00 - 10.340.000,00


2 AC Split crystal CSP 18N 5 0 5 6.675.000,00 - 33.375.000,00
3 Lemari Es LG GR 212 SL 3 0 3 1.738.000,00 - 5.214.000,00
4 Lemari Es Sharp SJ P710M 1 0 1 8.005.000,00 - 8.005.000,00
5 Dispenser Miyako WD 588 2 0 2 866.500,00 - 1.733.000,00
6 Dispenser Sanex 1 0 1 855.000,00 - 855.000,00
7 Palet Plastik 10 0 10 675.000,00 - 6.750.000,00

1 Meja Kerja 1/2 Biro Yamanaka 20 14 6 540.000,00 7.560.000,00 3.240.000,00


2 kursi Kerja Chairman Modera 20 14 6 305.000,00 4.270.000,00 1.830.000,00
3 Meja komputer Olympic 6 0 6 780.000,00 - 4.680.000,00

1 kamera Canon Ixus 1 1 0 5.200.000,00 5.200.000,00 -


2 TV Sanyo'21' Flat VG-21 EF-20D 3 0 3 2.400.000,00 - 7.200.000,00
3 Parabola Venus Receiver 1 1 0 9.900.000,00 9.900.000,00 -
4 Sound System pasien Power call centre 1 1 0 4.400.000,00 4.400.000,00 -

1 Mesin tik elektrik Nakazima 7 4 3 5.985.000,00 23.940.000,00 17.955.000,00


2 Mesin manual Olimpia 98-'18' 3 2 1 2.875.000,00 5.750.000,00 2.875.000,00
3 Mesin tik elektrik royal SE 700 1 1 0 6.890.000,00 6.890.000,00 -

1 Mesin fotocopy canon 1 0 1 19.600.000,00 - 19.600.000,00


2 Mesin Absensi jari Secure F1 finger 1 0 1 15.314.607,00 - 15.314.607,00

1 USB Flash Drive Nexux 256 10 4 6 492.000,00 1.968.000,00 2.952.000,00


2 USB Flash Drive Cryptonix 7 1 6 439.346,00 439.346,00 2.636.076,00
3 USB Flash Drive Billonton 2 2 0 1.372.957,00 2.745.914,00 -
4 Scanner Umax Astra 3 3 0 8.746.203,00 26.238.609,00 -
5 CD- RW Eksternal 1 1 0 1.054.431,00 1.054.431,00 -
-
1 Printer ink jet A4 Hp Desk jet 450CBI 2 0 2 3.206.249,00 - 6.412.498,00
2 Printer ink jet HP Desk jet 450 CBL 5 4 1 3.205.654,00 12.822.616,00 3.205.654,00
3 Printer HP Laser jet 1020 5 2 3 3.260.265,00 6.520.530,00 9.780.795,00
4 Printer Epson LX 300 1 1 0 1.713.194,00 1.713.194,00 -
5 Printer Epson LQ2180 1 1 0 6.742.245,00 6.742.245,00 -
6 Printer Desk jet 3920 2 1 1 520.727,00 520.727,00 520.727,00

1 Filling Kabinet Brother 6 5 1 1.943.753,00 9.718.765,00 1.943.753,00


2 lemari Arsip Elite 2 1 1 1.385.749,00 1.385.749,00 1.385.749,00
3 lemari Arsip Dorong Brother 2 2 0 8.626.477,00 17.252.954,00 -
4 Rak buku metal VIP 10 1 9 606.087,00 606.087,00 5.454.783,00
5 Rak buku serbaguna Olimpic 5 1 4 508.938,00 508.938,00 2.035.752,00
6 rak kayu Olimpic 10 3 7 390.496,00 1.171.488,00 2.733.472,00
199 94 105 579.419.593,00 361.927.866,00

Anda mungkin juga menyukai