Anda di halaman 1dari 18

PENENTUAN LUAS MINIMUM

Kelompok 5
Elya Agustina/1210702021

Jurusan Biologi Sains


Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK
Luas minimum merupakan suatu daerah vegetasi yang pada umumnya sudah
memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum digunakan untuk
memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Pada praktikum ini kami menggunakan
metode kuadran petak L dan metode kuadran petak ganda, yang dilakukan di area Kompleks
Pemakamn Umum Al-Jawami Cileunyi. Menentukan luas minimum plot dapat dilakukan dengan
cara membuat kurva luas minimal terlebih dahulu. Untuk bentuk plot persegi dimulai dengan
membuat sebuah plot (bidang datar) persegi pada satu tegakan dengan kuadrat (luas) terkecil,
kemudian kuadrat diperluas dua kali luas semula dan setiap penambahan spesies baru yang
terdapat di dalam kuadrat luasan dicatat. Persentase kurva luas minimum yang diperoleh pada
metode kuadrat petak L adalah 4,5 % dan 4,7%. Sedangkan persentase kurva luas minimum yang
diperoleh pada metode kuadrat petak ganda adalah 7,14%. Berdasarkan hasil dalam pengamatan
dengan menggunakan luas minimum ini dapat diperoleh gambaran sebuah vegetasi yang kami
amati adalah vegetasi tumbuhan rumput-rumputan dan tumbuhan penghias pemakaman.

Kata Kunci: Luas minimum, kurva luas minimum, vegetasi, metode petak L, metode
petak ganda
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki berbagai macam penggunaan lahan, mulai dari yang
paling ekstensif misalnya agroforestri kompleks yang menyerupai hutan, hingga
paling intensif seperti sistem pertanian semusim monokultur. Indonesia juga
merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati
yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,
baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas (Heriyanto, 2004).
Keanekaragaman spesies, ekosistem dan sumberdaya genetik semakin
menurun pada tingkat yang membahayakan akibat kerusakan lingkungan. Dalam
mencegah berbagai masalah- masalah negatif yang disebabkan oleh manusia atau
yang lainnya tersebut perlu adanya pemanfaatan ekologi tumbuhan di seluruh
indonesia, atau penelitian hutan – hutan, tanaman masa kini, tanaman masa
lampau dan tanaman masa akan datang, itu perlu di teliti dan di data secara
statistik berupa vitalitas, prioditas dan stratifikasi (Budiman, 2004)..
Dalam mempelajari ekologi tumbuhan kita tidak dapat melakukan
penelitian pada seluruh area yang ditempati komunitas tumbuhan, terutama
apabila area itu cukup luas. Dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili
komunitas tumbuhan yang ada.
Luas daerah dalam satuan kecil yaitu komunitas atau vegetasi yang sangat
bervariasi keadaannya. Keberadaannya merupakan himpunan dan spesies populasi
yang sangat berinteraksi dengan banyak faktor lingkungan yang khas untuk setiap
vegetasi. Dapat dikatakan representative bila didalamnya terdapat semua sebagian
besar jenis tumbuhan yang membentuk komunitas atau vegetasi tersebut. Daerah
minimal yang mencerminkan kekayaan komunitas atau vegetasi disebut luas
minimum. Suatu metode yang menentukan luas minimum suatu daerah disebut
metode luas minimal.
Menurut Marsono (1977), vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-
tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama
pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat
interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu
habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan
erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat
persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum
yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam
analisis vegetasi dengan metode kuadrat.
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa
plot dan metode kwarter (Syafei, 1990). Akan tetapi dalam praktikum kali ini
kami menggunakan meode kuadrat petak ganda dan metode kuadrat petak L.
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat
atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi
sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk
analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-
variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menentukan luas
minimum dari kuadrat (kurva luas jenis/kurva luas minimum), dan untuk
menentukan homogenasi vegetasi lapangan rumput di sekitar Kompleks
Pemakaman Umum Aljawami Cileunyi, Bandung.

METODE
Praktikum ini dilakukan pada hari selasa, 21 Februari 2012. Bertempat di
Kompleks Pemakaman Umum Al-Jawami-Cileunyi.

Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan yaitu: meteran, tali, kawat, alat tulis, kompas,
patok, paku dan palu.
Tahap praktikum
Adapun tahap praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Metode Jalur L: Di lapangan yang telah ditentukan disiapkan struktur berbentuk L
dengan ukuran 10 m x 10 m dengan menggunakan 3 paku dan diikatkan tali
dengan paku tersebut. Pada satu sisi diukur 2 m dengan lengan lain. Lalu
disiapkan kembali luas 2 m x 2m dengan menggunakan seutas tali, dan jumlah
jenis tanaman yang ada di sana dihitung. Kemudian melakukan perluasan kembali
menjadi 4 m x 4 m dan dicatat tambahan jumlah jenis tanaman yang ada di daerah
tersebut. prosedur yang sama dilakukan kembali hingga luas 10 m persegi

Metode Petak Ganda: Pada padang rumput dibuat kuadrat dengan ukuran 0,5 m m
0,5 m. kemudian jenis tumbuhan yang ada pada luas tersebut diidentifikasi,
dihitung dan dicatat. Selanjutnya kuadrat tersebut diperluas dua kali luas
sebelumnya dan dihitung kembali tambahan jenis tanaman yang baru. Kuadran
diteruskan perluasan kembali sampai tidak ada tambahan jenis baru, dan dihitung
jumlah jenis tumbuhan yang ada. Perluasan kuadrat kemudian disusun dalam
suatu table dan digambarkan kurva hubungan luas kuadrat dengan jumlah
jenisnya, kurva ini disebut kurva luas minimum.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam pengukuran luas minimum tentunya hal yang utama adalah
menentukan terlebih dahulu daerah vegetasi yang representatif bagi seluruh
vegetasi yang dianalisis. Pada prinsipnya dalam menentukan ukuran petak
haruslah cukup besar agar individu jenis dari dapat mewakili komunias, tetapi
harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur
tanpa duplikasi atau pengabaian. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat
umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk
oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat
penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi,
dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan
individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara
keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila
didalamnya terdapat semua atau sebagian besar.
Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi
karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin
stabil (Michael, 1994). Luas minimum ini digunakan untuk memperoleh luasan
petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut,
makin luas petak contoh yang digunakan. Maka untuk mengetahui derajat
kesuburan dari suatu jenis tanaman dalam perkembangannya, dan sebagai reaksi
tumbuhan tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya maka dilakukan praktikum
mengenai penentuan luas minimum.
Menurut Anwar (1995), dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat
empat sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena akan
mempengaruhi data yang diporeleh dari sample. Keempat sample itu adalah:
1. Ukuran petak
2. Bentuk petak
3. Jumlah petak
4. Cara meletakkan petak di lapangan.

Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi


dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2.
Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran. Metode
kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran
yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan
bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990 )
Pada praktikum kali ini lokasi yang dipilih adalah Kompleks Pemakaman
Umum Aljawami dengan menggunakan metode petak kuadrat L dan metode
kuadrat petak ganda, tiap metode berbeda tempat tetapi masih dalam lokasi yang
sama. Bentuk luas minimum yang dipilih adalah luas minimum berbentuk bujur
sangkar dan empat persegi panjang. Luas petak contoh minimum yang mewakili
vegetasi hasil luas minimum ini akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi
dengan metode kuadrat. Selain itu jika dilihat dari kondisi daerah tersebut,
keadaan lingkungan disekitar area merupakan daerah yang lembab, memiliki
tekstur tanah yang gembur, curah hujan yang sedang dan mendapatkan sinar
matahari yang baik, sehingga pada umumnya daerah tersebut banyak ditemukan
jenis rumput-rumputan liar.
Menurut Suprianto (2001) ukuran plot minimal dapat ditentukan dengan
cara survey pendahuluan untuk menentukan ukuran luas plot minimal.
Menentukan luas minimal plot dapat dilakukan dengan cara membuat kurva luas
minimal terlebih dahulu. Untuk bentuk plot persegi dimulai dengan membuat
sebuah plot (bidang datar) persegi pada satu tegakan dengan kuadrat (luas)
terkecil, misalnya untuk lapangan rumput adalah 25 x 25 cm2. Kemudian kuadrat
diperluas dua kali luas semula dan kemudian penambahan spesies baru yang
terdapat di dalam kuadrat luasan dicatat.

Metode Kuadrat Petak L


Pada metode kuadrat petal L pengukuran pengamatan dilakukan dengan
membuat bujur sangkar dengan ukuran 2 m x 2 m, 4 m x 4 m, 6 m x 6m dan 10 m
x 10 m di lapangan (suatu ekosistem) dari tumbuhan.

V
10
m

8m IV

6m III

4m
II

2m I

2m 4m 6m 8m 10 m

Skala 1:150
Tabel 1. Penambahan Jenis Tumbuhan Pada Setiap Kuadrat

Kuadrat I Penambahan
Kuadrat II Kuadrat III Kuadrat IV Kuadrat V
Kamboja Katus Babadotan Ilalang Lenca
Rumput
Puring Tanaman zigzag
krokot
Semanggi Lengkuas Ubi jalar
Kastuba Tempuyung Patikan Kebo
Bakung Belimbing Buluh Pacar Cina
Rumbut teki Lumut
Knikir Putri Malu
Tapak Liman
Tomat

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa, untuk pengukuran


pada kuadrat pertama dengan ukuran bujur sangkar 2x2 m2 di areal suatu
komunitas di dalamnya ditemukan jenis tumbuhan yaitu rumput kamboja, puring,
semanggi, kastuba, dan bakung. Dimana pada areal atau komunitas tersebut
sangat mendukung pertumbuhan tumbuhan tersebut terutama puring dan kamboja
yang merupakan tumbuhan khas tumbuh disekitar pemakaman. Selanjutnya
kuadrat II luas areal tersebut diperluas menjadi 4x4 m2, ternyata dengan
penambahan luas yang terbanyak penambahan jenis spesies yang ditemukan
dalam ekosistem tersebut. Adapun di dalamnya ditemukan jenis tumbuhan yaitu
kaktus, tanaman zigzag, tempuyung, belimbing wuluh, rumput teki, bunga
kenikir, tapak liman dan tomat dikarenakan faktor lingkungan yang sesuai
sehingga mendukung pertumbuhan.
Pada kuadrat III dengan luas areal 6x6 m2 tumbuhan yang ditemukan sama
dengan pada areal 2x2 m2 dan terjadi penambahan beberapa jenis tanaman baru
dimana pada area ini didominasi oleh rumput-rumput liar yaitu badotan, rumput
krokot, ubi jalar, patikan kebo, pacar cina, lumut dan puteri malu, Sedangkan pada
luas kuadrat IV plot 8x8 m2 mengalami pertambahan hanya satu jenis, yaitu
ilalang yang tumbuh di area sekitar sampai ke kuadrat V. Begitupun pada kuadrat
V, ukuran area 10x10 m2 hanya ditemukan 1 jenis tumbuhan yaitu leunca.
Perbedaan jumlah tumbuhan pada suatu vegetasi dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti: suhu, kelembaban, keadaan tanah, senyawa organik dan
lain-lain. Selain itu penambahan suatu areal akan dihentikan bila pengamatan pada
areal areal berikutnya ditemukan jenis tumbuhan yang sama dengan areal
sebelumnya. Disamping itu juga dapat disimpulkan bahwa dalam pengamatan
dengan menggunakan luas minimum ini dapat mewakili dari sebuah vegetasi
tumbuhan rumput-rumputan. Dimana data pengamatan 1x1 m2, 2x2 m2, 3x3 m2,
4x4 m2, dan 5x5 m2 yang mendominasi adalah tumbuhan rumput teki, badotan,
dan rumput liar sehingga dapat disebut sebagai vegetasi tumbuhan rumput-
rumputan.
Dari hasil identifikasi tersebut, sejumlah penambahan tanaman dianalisis
ke dalam kurva spesies. Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan:
(1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2)
jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang
jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan
mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut
diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan
berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan
yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika
penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-
10% (Oosting, 1959).

Table 2. Persentase Penambahan Populasi Pada Setiap Kuadrat


Luas Kuadrat Luas Plot ∑ Spesies Penambahan % Populasi

I (2x2) m 5 - -

I+II (4x4) m 14 9 × 100% =

I+II+III (6x6) m 21 7 × 100% =

1
I+II+III+IV (8x8) m 22 1 × 100% = 4,7%
21
1
I+II+III+IV+V (10x10) m 23 1 × 100% = 4,5%
22

Grafik Jumlah Penambahan Spesies Terhadap Luas Kuadrat


25

20
Jumlah Spesies

15

10 ∑ Spesies

0
I I+II I+II+III I+II+III+IV I+II+III+IV+V
Luas Kuadrat

Dari tabel dan grafik diatas dapat kita lihat daerah yang memiliki luas
minimum adalah pada penambahan kuadrat IV dan kuadrat V, dengan persentase
pertambahan populasi 4,7% dan 4,5%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Oosting
(1959) Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak
tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%.

Metode Kuadrat Petak Ganda


Sama halnya seperti pada metode kuadrat petak L, yang membedakannya
adalah dari perluasan ke kuadrat selanjutnya. Untuk pengukuran luas petak
dimulai dengan membuat sebuah plot (bidang datar) persegi pada satu tegakan
dengan kuadrat terkecil. Luas seluruh daerah yang dijadikan pengamatan yaitu
2x4 m2. Pengukuran pada kuadrat pertama kemudian diperluas dua kali luas
semula dan kemudian penambahan spesies baru yang terdapat di dalam kuadrat
luasan dicatat. Selanjutnya dicatat spesies tumbuhan yang ada dalam kuadrat
terkecil.

Pengamatan dilakukan masih disekitaran Kompleks Pemakaman Umum


dengan tempat lokasi yang berbeda. Pengukuran penentuan kuadran pertama
diukur seluas 0,5x0,5 m2. Gambaran dari metode petak kuadrat ganda dapat
dilihat sebagai berikut:

2m 2m

1m V

VI
0,5 m III
IV

0,5 m I II

0,5 m 0,5 m 1m 2m

Skala 1:50

Adapun penambahan jenis tumbuhan pada masing-masing kuadrat bisa


dilihat pada table dibawah ini

Tabel 3. Penambahan Jenis Tumbuhan Pada Setiap Kuadrat

Penambahan
Kuadrat I Kuadrat Kuadrat Kuadrat Kuadrat Kuadrat
II III IV V VI
Tapak
Aster Puring Babadotan Kamboja Kemanggi
liman
Bunga Patikan Rumput
Hanjuang Putri malu
kenop Kebo Teki
Rumput
Talas
rayung
Belimbing
Boroco
Buluh
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa, untuk pengukuran
pada kuadrat pertama dengan ukuran bujur sangkar 0,5x0,5 m2 ditemukan jenis
tumbuhan yaitu rumput aster dan hanjuang. Tumbuhan tersebut tumbuh dengan
baik disebabkan oleh keadaan tanah yang gembur dan lembab, begitupun dalam
perawatannya tidak perlu intensif, karena tumbuhan disana dikenal dengan
tumbuhan penghias pemakaman. Pada kuadrat II dengan luas areal 0,5x1 m2
terjadi penambahan beberapa jenis tanaman baru yaitu piring dan bunga kenop.
Dimana pada area atau komunitas tersebut sangat mendukung pertumbuhan
tumbuhan tersebut.
Selanjutnya kuadrat III luas areal tersebut diperluas menjadi 1x1 m2, ,
ternyata dengan penambahan luas juga terjadi penambahan jenis spesies yang
ditemukan dalam ekosistem tersebu. Adapun di dalamnya ditemukan jenis
tumbuhan yaitu patikan kebo, badotan, rumput rayung, dan bunga boroco
dikarenakan faktor lingkungan yang sesuai sehingga mendukung pertumbuhan.
Selain itu rumput yang tumbuh subur disana dijadikan makanan hewan ternak
seperti kambing dan sapi, karena pemakaman umum tersebut letaknya dekat
dengan rumah penduduk yang sebagian memiliki hewan ternak.
Pada kuadrat IV dengan luas areal 1x2 m2 terjadi penambahan beberapa
jenis tanaman baru dimana pada area ini diantaranya yaitu tapak liman, putri
malu, talas dan belimbing wuluh. Sedangkan pada kuadrat V dengan luas plot 8x8
m2 mengalami pertambahan dua jenis tumbuhan, yaitu kamboja dan rumput teki.
Selanjutnya pada kuadrat VI luas area 4x6 m2 tumbuhan yang ditemukan sama
dengan pada areal 0,5x0,5 m2 dan ditemukan pada area sebelumnya, dimana pada
area ini terjadi penambahan satu jenis tanaman baru yaitu tanaman kemanggi yang
juga tergolong ke dalam habitat semak.

Table 4. Persentase Penambahan Populasi Pada Setiap Kuadrat


Jumlah
Luas Kuadrat Luas Plot Penambahan % Populasi
Spesies
I (0,5x0,5)m 3 - -
2
I+II (1x0,5)m 5 2 × 100% = 66,7%
3
3
I+II+III (1x1)m 8 3 × 100% = 60%
5
4
I+II+III+IV (1x2)m 12 4 × 100% = 50%
8
2
I+II+III+IV+V (2x2)m 14 2 × 100% = 14,3%
14
I+II+III+IV+V+ 1
(2x4)m 15 1 14
× 100% =7,14%
VI

Pada tabel diatas dapat dilihat persentase nilai minimum yang diperoleh
yaitu pada penambahan di kuadrat VI dengan perolehan persentase 7,14%.
Sehinnga dari data tersebut diperoleh kurva luas minimum dari pengamatan
daerah vegetasi yang representatif terhadap penambahan jumlah spesies pada
setiap kuadrat.

Grafik Jumlah Penambahan Spesies Terhadap


Luas Kuadrat
16
14
jumlah spesies

12
10
8
6
4
2 Jumlah Spesies
0

Luas Kuadrat

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan


sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan
dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994). Berbagai jenis tumbuhan yang hidup dalam suatu habitat dan
saling berinteraksi sesamanya maupun dengan lingkungannya. Secara individu
asosiasi tumbuhannya disebut formasi atau tipe vegetasi. Biasanya formasi atau
tipe vegetasi juga memiliki nama yang khas sesuai dengan jenis tumbuhan yang
terdapat di dalamnya yang bersifat menonjol atau predominan (Suwena, 2005).
Dapat disimpulkan bahwa dalam pengamatan dengan menggunakan luas
minimum ini dapat mewakili dari sebuah vegetasi tumbuhan rumput-rumputan.
Dimana data pengamatan dengan luas 4x6 m2 yang mendominasi adalah
tumbuhan rumput teki, ilalang, dan tanaman penghias pemakaman seperti
kamboja dan puring.
Harun (1993) menyebutkan adanya Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah adalah:
1. Iklim
Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam membagi
keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan
sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang
membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
2. Keragaman Habitat
Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang
keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.
3. Ukuran
Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies di bandingkan
dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif.
Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besar dari daerah lain
maka daerah itu akan mempunyai spesies yang dua kali lebih besar.

KESIMPULAN
Dari hasil praktikum penentuan luas minimum ini didapatkan kesimpulan
bahwa di area Kompleks Pemakaman Umum Aljawami Cileunyi dengan dua
lokasi yang berbeda dengan menggunakan dua metode kuadrat yaitu metode
kuadrat petak L dan metode kuadrat petak ganda. Pada metode kuadrat petak L
dengan luas area 10x10 m2, luas daerah pengamatan mewakili dari suatu vegetasi
rumput-rumput liar dengan persentase kurva luas minimum yang diperoleh adalah
4,5 % dan 4,7%. Sedangkan pada metode kuadrat petak ganda dengan luas area
4x6 m2, daerah vegetasi yang mewakilinya adalah vegetasi rumput liar dan
tumbuhan penghias pemakaman, dengan persentase kurva luas minimum yang
diperoleh adalah 7,14%.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, 1995, Biologi Lingkungan. Ganexa exact. Bandung.
Budiman, Basri. 2004. Ekosistem Hutan Indonesia. UI Press: Jakarta
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.
Heriyanto, N.M dan Garsetiasih, R. 2004. Potensi Pohon Kulim (Scorodocarpus
borneensis Becc). Kelompok Hutan Gelawan Kampar: Riau.
Marsono, 1977. Ekologi Tanaman. Rajawali Press: Jakarta.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
UI Press: Jakarta.
Suprianto, Bambang. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. UPI:
Bandung.
Surasana, Eden., Syafei. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.
Suwena, Made. 2005. Keanekaragaman tumbuhan liar edibel pada ekosistem
Sawah di sekitar kawasan hutan gunung salak (Biodiversity of edible
wild plants on paddy ecosystem Of gunung salak forest area). Jurnal
Ekologi. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung
LAMPIRAN

Gambar 1. Babadotan Gambar 2. Rumput Gambar 3. Puring


krokot

Gambar 4. Patikan Gambar 5. Tapak Gambar 6. Ilalang


Kebo Liman
Gambar 10. Kemanggi Gambar 11. Rumput Gambar 12. tomat
teki

Gambar 13. Bunga


Kenikir Gambar 14. Lengkuas Gambar 15. kamboja
Gambar 20. Bunga Gambar 21. Bunga
Gambar 19. Lumut kenop boroco

Gambar 23. Bunga


Gambar 22. Hanjuang aster Gambar 24. Kastuba

Anda mungkin juga menyukai