Anda di halaman 1dari 6

Perjuangan

Cerpen Karangan: M. Ridwan Panjaitan


Kategori: Cerpen Islami (Religi), Cerpen Pendidikan
Lolos moderasi pada: 8 September 2018

Kini kakiku sudah mempunyai tujuan, melangkah menuju sekolah hijau yang berada di Puncak Bukit.
Sekarang langkah kakiku sangat ringan karena aku dapat melihat senyuman anak-anak yang memiliki
impian yang besar. Senyuman yang mengobati semua rasa sakit yang kurasakan.

Aku masih ingat, semua penolakkan yang diberikan oleh orangtua yang kurang mengerti pentingnya
pendidikan dan indahnya menghargai perbedaan. Aku seorang Wanita, yang awalnya tidak dikenal
siapapun memiliki nama ‘Andini’. Saat itu, aku sedang mengerjakan skripsi. Aku duduk di bawah
pohon rindang yang berada di Puncak Bukit. Tiba-tiba saja, Seorang anak mendekatiku, aku mengira
dia ingin melihat apa yang sedang aku tulis. Ternyata aku salah, ia hanya ingin bertanya, mengapa
aku mengenakan hijab yang sangat panjang.
Akupun menjawab “Seorang Wanita harus menjaga auratnya agar hidupnya merasa tenang”.
Mendengar jawabanku, iapun merasa kebingungan dan pergi meninggalkanku.

Karena penasaran dengan anak itu, aku pun mengikutinya sampai ke rumahnya. Aku melihatnya
bekerja membantu orangtuanya, yang mana hal itu tidak pantas untuk anak seusia dia yang masih
muda. Aku mendekatinya dan bertanya “Apakah kamu tidak sekolah, Dek?” sambil mengusap
kepalanya.
“Aku ingin sekolah, tetapi aku tidak tahu akan sekolah di mana. Orangtuaku tidak pernah menyuruhku
untuk sekolah” jawab anak itu.
“Apa kakak boleh tahu siapa namamu?” tanyaku kembali.
“Namaku Sisi” jawabnya.

Aku pun memberanikan diri untuk berbicara dengan orangtuanya. “Permisi… Bu, kenapa Sisi tidak
sekolah?, dia itu masih muda” tanyaku kepada Ibunya Sisi.
“Untuk apa Sisi sekolah?, lebih baik Sisi membantu orangtuanya di rumah” jawab Ibunya Sisi dengan
tegas. Aku terus menasehati ibunya Sisi agar mau menyekolahkan anaknya, namun beliau tetap
menolaknya.

Aku pun mengajak teman-teman Sisi agar mau ikut belajar dengan Sisi di Puncak Bukit. Aku bangga
dengan anak-anak disini. Walaupun orangtua mereka tidak setuju, mereka tetap pergi ke Puncak
Bukit untuk belajar.

Lalu, suatu hari salah satu orangtua murid dari murid yang kudidik, tidak sengaja melewati tempat
kami belajar. Berawal dari satu orangtua hingga akhirnya seluruh orangtua yang ada di desa
berkumpul dan membangun sekolah hijau untuk anak-anak.

Waktupun berlalu, aku masih mengajar di tempat ini karena aku telah terpaku oleh senyuman
mereka. Tiba-tiba Sisi menghampiriku “Kak Andini… Aku ingin menjadi seperti kakak, seorang
Muslimah yang kuat dan dapat membimbing kami semua menjadi seorang anak yang hebat” ujarnya.
Akupun menjawab “Jangan pernah menjadi orang lain, jadilah dirimu sendiri dan percayalah… Allah
merencanakan yang terbaik untuk hambanya”. Kami pun berdua tersenyum dan kembali melanjutkan
pelajaran.

Cerpen Karangan: M. Ridwan Panjaitan


Blog / Facebook: rahmantofahmi[-at-]yahoo.com

Cerpen Perjuangan merupakan cerita pendek karangan M. Ridwan Panjaitan, kamu dapat
mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
Jujur Itu Membawa Berkah
Cerpen Karangan: Diana Asya Veronika
Kategori: Cerpen Anak
Lolos moderasi pada: 15 February 2017

Pada suatu hari, di sebuah kota besar hiduplah sebuah keluarga kaya raya yang terdiri dari pak
dodi, bu wina dan anaknya perempuan bernama tania.
Sore itu, bu wina bersama anaknya tania pergi ke pasar akan membeli baju. Sesampai di pasar
tania dan ibunya membeli berbagai macam baju yang sangat cantik cantik. Dan tibalah saatnya
mereka pulang. Tetapi bu wina, sangat terburu buru ingin pulang, sehingga dompetnya
ketinggalan. Dompet bu wina ternyata didapati oleh seorang anak yang sangat dekil. anak itu
ternyata adalah seorang pengemis.
Sesampai di rumahnya, bu wina baru menyadari ternyata dompetnya hilang di pasar.

“yah ibu, kenapa dompetnya bisa ketinggalan di pasar, sih? Padahal di dompet itu kan bisa untuk
uang jajanku seminggu ini” kata tania dengan nada marah
“apa yang harus diperbuat lagi, nak! Sudahlah, untuk apa kita menyesali sesuatu yang telah
hilang” kata ibu wina menasehati anaknya
“baiklah bu” kata tania

Ternyata pengemis yang telah menemukan dompet ibu wina adalah seorang anak yang sangat
miskin sekali, ia tinggal bersama ibunya saja, ayahnya sudah lama meninggal. Nama anak itu
adalah rino, sedangkan nama ibunya adalah ibu riva. Dan rino ini tidak sekolah seperti anak anak
lainnya. Dia hanya mengaji di musholla dekat rumahnya.
Rino bingung mau diapakan dompet yang telah ditemukannya itu. Dia mau mengembalikan
dompet itu kepada pemiliknya tetapi dia tidak tau di mana alamat pemilik dompet itu. Mau
diberikan kepada ibunya, pasti ibunya akan menyuruhnya mengembalikan dompet itu kepada
pemiliknya. Rino pun membuka isi dompet itu, ternyata di dalam dompet itu lumayan banyak
uangnya. Bagi rino, uang itu sudah lebih dari cukup.
“wow, banyak sekali uangnya.. lebih baik aku simpan saja uangnya, ini kan sudah lebih dari
cukup untuk kebutuhan sehari hariku bersama ibu. Tapi, kalau ketahuan sama ibu, gimana ya?
Ahh, aku sembunyikan saja uang ini di dalam lemari”
Kedisiplinan Di Sekolah
Sekolah merupakan tempat di mana siswa dapat belajar secara formal, serta tempat atau lembaga
yang dirancang/dibuat untuk pengajaran siswa di sekolah, yang dibimbing oleh seorang guru.
Ada beberapa tingkatan sekolah, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menegah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Universitas. Tujuan dari disiplin sekolah itu sendiri yaitu
untuk menciptakan keamanan, kenyamanan bagi siswa serta kegiatan pembelajaran di sekolah.

Disiplin sangatlah penting dalam proses pendidikan, maka dari itu sekolah pasti memiliki sebuah
aturan yang harus diikuti serta diterapkan oleh setiap guru, siswa dan seluruh aparat sekolah,
aturan yang diberlakukan bagi siswa, guru, serta aparat sekolah menjadi landasan kedisiplinan di
sekolah.

Kedisiplinan di sekolah sangatlah penting, maka dari itu kedisiplinan harus diterapkan dalam
setiap sekolah, agar pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil
yang sesuai dengan apa yang di harapkan, serta sesuai dengan visi dan misi sekolah tersebut.

Setiap sekolah pasti menerapkan kedisiplinan baik bagi guru, siswa atau pun aparat sekolah,
akan tetapi masih banyak siswa yang tidak mengikuti kedisiplinan di sekolah, bahkan seorang
guru pun masih banyak yang tidak disiplin serta kurang menerapkan kedisiplinan, banyak hal
yang harus dipahami dalam kedisiplinan yang ada di sekolah, yaitu kedisiplinan bukan hanya
harus dilakukan dan diterapkan pada siswa akan tetapi kedisiplinan harus diterapkan pada
seluruh warga sekolah, baik itu siswa, guru ataupun aparat sekolah. Ada beberapa contoh
kedisiplinan yang diterapkan pada siswa, yaitu selalu hadir tepat waktu, selalu mengikuti
peraturan. Begitu pula dengan guru serta aparat sekolah juga harus menerapkan kedisiplinan.

Banyak siswa beranggapan bahwa aturan/kedisiplinan yang diberlakukan di sekolah, hanya


diterapkan pada siswa saja, serta hanya membebani siswa. Kebanyakan siswa tidak memahami
akan pentingnya kedisiplinan yang di berlakukan bagi mereka, sehingga mereka merasa
terbebani dan sulit mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah. Jika siswa memahami akan
pentingnya kedisiplinan, maka siswa tidak akan merasa terbebani bahkan siswa akan senang
mengikuti aturan tersebut. Sebenarnya aturan itu di buat yaitu agar siswa mempunyai sikap dan
perilaku yang baik serta patuh dengan aturan yang ditetapkan

Seorang guru harus bisa menerapkan kedisiplinan bagi dirinya serta anak didiknya. Dan seorang
guru harus bisa memberikan contoh yang baik serta mampumenerapkan kedisiplina. Jika seorang
guru tidak mampu menerapkan kedisiplinan dengan baik, maka tidak akan berhasil kedisiplinan
itu di terapkan pada siswa.

Maka dari itu, guru sebagai tolak ukur terciptanya kedisiplinan bagi siswa harus mampu
menerapkan kedisiplinan dengan baik, baik dalam kegiatan pembelajaran atau pun dalam
perilaku siswa.
Aku Cinta Indonesia
Karya M. Krishna Ardiansyah
Kelas III SD Dewi Sartika

Hari Sabtu pagi tanggal 10 November 2012, saya bersiap untuk berangkat ke sekolah
melaksanakan upacara bendera memperingati Hari Pahlawan. Upacara berlangsung dengan
khidmat diikuti oleh seluruh siswa SD Dewi Sartika. Sepulang dari sekolah, aku melihat acara di
TV tentang kisah kepahlawanan arek-arek Suroboyo yang dengan gagah berani melawan
penjajah Belanda, mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia dengan diawali pidato Bung
Tomo yang berapi-api mengobarkan semangat juang untuk seluruh warga Surabaya dan seluruh
rakyat Indonesia lewat radio untuk mengusir penjajah Belanda yang datang kembali ke Indonesia
dengan membonceng tentara sekutu. Semboyan “merdeka atau mati” dan seruan takbir “Allahu
Akbar, Allahu Akbar” berkumandang di mana-mana membuatku merinding menyaksikan
bagaimana perjuangan arek-arek Suroboyo merobek bendera Belanda di hotel Orange. Mereka
merobek warna biru di bagian paling bawah dari bendera Belanda yang semula berwarna merah-
putih-biru hingga tinggal warna merah putih, warna bendera kebanggaan bangsa Indonesia dan
mereka kibarkan kembali. Aku melihat acara di TV itu didampingi oleh ayah dan ibuku. Ayah
menjelasakan bahwa hotel Orange itu sampai sekarang masih ada namun berganti nama menjadi
Hotel Majapahit.
“Tempat bersejarah lain di Surabaya adalah Jembatan Merah dan Tugu Pahlawan. Sehari
sebelum pecah pertempuran di Surabaya, Hari Kamis tanggal 9 November 1945, pemimpin
pasukan sekutu yaitu Brigadir Jenderal Mallaby terbunuh di Jembatan Merah. Hal ini
menyebabkan tentara sekutu yang datang ke Indonesia mengancam akan membumihanguskan
Surabaya. Tetapi arek-arek Suroboyo tidak gentar sedikitpun. Lebih baik mati daripada hidup
dijajah”. Ayah masih terus melanjutkan ceritanya. Kata ayah, jaman dahulu rakyat Indonesia
melawan penjajah dengan menggunakan alat seadanya. Ada yang menggunakan bambu runcing,
parang, pedang dan keris melawan penjajah yang menggunakan senjata yang canggih seperti
pistol, senapan dan granat. Atas dasar rasa cinta tanah air kepada bangsa dan negara Indonesai,
mereka berjuang demi terwujudnya kemerdekaan yang sekarang dapat kita nikmati hasilnya. Dan
jangan lupa bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan anugerah Allah SWT yang harus
disyukuri.
Ibukupun menjelaskan, Presiden pertama Indonesia, Bapak Soekarno mengatakan “Bangsa yang
besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya”. Melihat aku bingung
mendengan penjelasan ibu, ibupun melanjutkan penjelasannya, kita sekarang tinggal menikmati
kemerdekaan yang merupakan hasil perjuangan para pahlawan kita dahulu. Ibu kemudian
bertanya kepadaku, “ Mau tahu cara menghormati jasa para pahlawan kita yang telah gugur
berjuang demi kemerdekaan Indonesia?”. Akupun mengangguk sambil menunggu jawaban dari
ibu. Ibu menjelaskaan bahwa sebagai pelajar, tugas utamaku adalah belajar. Kemudian aku balik
bertanya kepada ibu, “Apa hubungannya antara belajar dengan menghormati jasa para
pahlawan?”. Ibu menjawab bahwa aku dan pelajar lainnya menimba ilmu di sekolah, dibimbing
oleh bapak dan ibu guru, suatu saat nanti ilmu yang kita pelajari itu dapat bermanfaat bagi kita.
Kita bisa membuat barang-barang yang bisa bermanfaat untuk orang banyak. Contohnya kakak-
kakak mahasiswa ITS yang mampu merakit mobil tenaga surya, kakak-kakak SMK Solo yang
merakit mobil ESEMKA hingga dijual di pasaran.
Ibupun melanjutkan bahwa banyak siswa dari Indonesia yang mampu menjuarai olimpiade
matematika dan fisika di tingkat Internasional. Mereka adalah contoh pelajar yang
mengharumkan nama sekolah dan juga nama bangsa Indonesia. Banyak anak Indonesia yang
bercita-cita menjadi dokter, guru, pilot, tentara, bahkan ada yang bercita-cita ingin menjadi
presiden. Bila semua anak Indonesia tekun belajar dan bisa mewujudkan cita-citanya, betapa
bahagianya para pahlawan kita. Tidak sia-sia mereka mengorbankan nyawa mereka demi
kemerdekaan bangsa ini.
Akupun bertanya, “ Bagaimana bisa menjadi anak yang berprestasi?”. Ibupun menjawab, “Tekun
belajar di sekolah, tidak gaduh di kelas, memperhatikan dengan seksama apa yang diterangkan
oleh bapak dan ibu guru serta rukun dan saling membantu dengan teman sekelas. Sore hari
sepulang mengaji kamu dapat mengulang kembali pelajaran yang diberikan bapak dan ibu guru.
Jangan lupa untuk mengerjakan PR yang diberikan bapak dan ibu gurumu”. Aku mendengarkan
nasihat ibu dengan seksama.
“Bu, apalagi contoh sikap mencintai tanah air dan bangsa?”, tanyaku. Ibu berpikir sejenak sambil
kemudian berkata, “Melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia”. “Oh, iya bu aku ingat bu guru
pernah menerangkan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, adat istiadat dan
agama”. Ibupun mengangguk sambil berkata’ “Benar sekali, dulu para pahlawan kita pun juga
berasal dari berbagai suku dan agama, tetapi mereka bisa bersatu melawan penjajah”. Aku
kembali teringat dengan pelajaran PKN yang diajarkan bu guru tentang Sumpah Pemuda.
Dahulu, pada tahun 1928, para pemuda dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan dari
pulau-pulau lainnya mengucapkan ikrar yang disebut Sumpah Pemuda. Mereka bersatu padu
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa sesuai semboyan yang tertulis pada pita di lambang
negara kita, Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Masih ingatkan, di setiap peringatan Hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, Hari Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober, Hari Kartini tanggal 21 April ataupun hari libur nasional lainnya
sekolah, kampung-kampung, kantor, pusat-pusat perbelanjaan, stasiun TV, memperingati dengan
berbagai acara seperti mengadakan karnaval atau pentas seni yang mementaskan aneka ragam
kesenian dari seluruh daerah di Indonesia. Ini merupakan salah satu cara rakyat Indonesia
mengungkapkan kecintaan dan kebanggaan mereka atas kekayaan budaya Indonesia yang
beraneka ragam. Aku tersenyum mendengarkan penjelasan ibu, sambil teringat sewaktu aku
masih TK A, aku ingat mengikuti karnaval memakai baju adat Bali. Aku ingat lagi, sewaktu
masih TK B aku memakai baju adat Padang. Waktu kelas 1, aku mengikuti karnaval memakai
baju adat Kalimantan dan sewaktu kelas 2, aku mengikuti pentas seni menari bersama teman-
teman sekelas, tarian Papua. Subhanallah, memang alam Indonesia begitu kaya dan beraneka
ragam budaya.
Dari penjelasan yang diberikan ayah, ibu dan pelajaran yang disampaikan ibu guru di sekolah,
akupun semakin bangga dan bersyukur bahwa aku terlahir di Indonesia yang telah merdeka.
Terima kasih para pahlawanku. Aku berjanji untuk belajar lebih rajin, mengisi kemerdekaan ini
dengan hal-hal yang bermanfaat serta melestarikan kebudayaan bangsa Indonesai. Sambil
tersenyum bangga, aku berucap dalam hati, “Aku Cinta Indonesia”.
CERITA BIJAK : PERSATUAN

Alkisah, di sebuah kerajaan yang subur makmur, raja dicintai rakyatnya karena memerintah
dengan bijaksana, sehingga rakyat hidup aman dan sejahtera.
Raja banyak mempunyai putra dan putri, namun sayang, sejak kecil mereka tidak pernah akur.
Dari bertengkar mulut hingga beradu fisik sering terjadi di antara mereka. Raja sangat gelisah
dan tidak tenang memikirkan ketidakakuran anak-anaknya.
Bila tercerai berai karena tidak akur bagaimana jika harus bertempur melawan musuh, begitu
pikir sang raja.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberi pengertian kepada anak-anaknya agar jangan
hanya memikirkan diri sendiri. Raja sangat menginginkan mereka akur sehingga bisa bahu-
membahu jika menghadapi serangan dari luar, serta agar bisa memberi contoh rakyatnya hidup
rukun di negeri sendiri.
Suatu hari, saat berkumpul di meja makan, sebelum acara makan dimulai, raja memerintahkan
kepada mereka: ”Anakku, ambillah sebatang sumpit di depan kalian dan coba patahkan.”
Walaupun heran dengan perintah sang ayah, mereka segera mematuhinya dan mematahkan
sumpit itu dengan mudah. Kemudian, raja meminta sumpit tambahan kepada pelayan.
”Sekarang, patahkan sepasang sumpit di depan kalian itu.” Kembali mereka dengan senang hati
memamerkan kekuatan fisik masing-masing dan segera patahlah sepasang sumpit tersebut. Raja
kemudian kembali meminta sumpit tambahan dan memerintahkan anakanaknya mematahkan
sumpit yang kali ini ada tiga batang.
Dengan susah payah, ada yang berhasil mematahkan, namun ada juga yang akhirnya menyerah.
Salah seorang dari mereka lantas bertanya: ”Ayah, mengapa kami harus mematahkan sumpit-
sumpit ini dari satu batang hingga tiga batang. Untuk apa semua ini?” ”Pertanyaan bagus anakku.
Sumpit-sumpit adalah sebuah perlambang kekuatan. Jika satu batang mudah dipatahkan, maka
jika beberapa batang sumpit disatukan, tidak akan mudah untuk dipatahkan. Sama seperti kalian.
Bila mau bersatu, maka tidak akan ada pihak luar atau musuh yang akan mengalahkan kita.
Tapi bila kekuatan kita tercerai berai, maka musuh akan mudah mengalahkan kita. Ayah ingin
kalian bersatu, bersama-sama membangun negara dan rakyat negeri ini. Jika kita mampu
menjaga kekompakan dan memberi contoh kepada seluruh rakyat negri ini, maka kerajaan kita
pasti akan tetap sejahtera dan semakin makmur,”jelas sang raja. ”Anak-anakku, usia ayah sudah
lanjut. Kini saatnya ayah titipkan kerajaan ini ke tangan kalian semua. Ayah percaya kalian akan
mampu menyelesaikan masalah di negeri ini bila kalian bersatu.” Untuk membangun komunitas
baik keluarga, perusahaan, pemerintah, ataupun komunitas-komunitas lainnya, mutlak diperlukan
semangat kekompakan, kebersamaan, dan persatuan. Seperti sebuah pepatah tiongkok kuno yang
mengatakan,”Bersatu adalah kekuatan". Tanpa kekompakan akan mudah retak rapuh dan tercerai
berai.” Adanya persatuan yang dibangun berlandaskan pengertian dan kepercayaan antar pribadi,
akan memunculkan kekuatan sinergi yang solid dan mantap. Dengan modal tersebut, sebuah
komunitas akan bias berkembang menuju keberhasilan yang mengagumkan

Anda mungkin juga menyukai