Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam proses pembelajaran, tidak semua berjalan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan oleh guru. Ada beberapa gejala yang ditunjukkan oleh peserta didik yang
merupakan suatu masalah bagi guru yang harus dituntaskan. Gejala tersebut terjadi karena
peserta didik memiliki kepribadian atau karakteristik yang berbeda-beda.
Sebagaimana telah dikatakan, psikologi mempersoalkan aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak. Secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu dapat dicari
hukum-hukum psikologis yang mendasarinya. Adalah penting sekali para pendidik mengetahui
hukum-hukum tersebut sehingga dengan demikian akan dapat memahami anak didiknya dengan
lebih baik. Dalam meninjau masalah ini kita menempatkan manusia di dalam dunianya;
selanjutnya kita coba jelaskan apa yang dihayati, sebagaimana penghayatannya, dan apa yang
dikerjakannya, apa yang mendorongnya, dan sebagainya. Tentu saja yang dikemukakan di sini
hanyalah terbatas pada hal-hal yang relevan bagi psikologi pendidikan saja.
Dalam makalah ini akan diulas mengenai beberapa sifat-sifat umum aktivitas manusia atau
gejala-gejala umum yang timbul dalam diri manusia agar tujuan dalam mempelajari Psikologi
Pendidikan yaitu membuat kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik terpenuhi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, dan ingatan serta
bagaiman klasifikasinya?
2. Bagaimana keterkaitan dari kelima sifat-sifat umum aktivitas manusia tersebut?
3. Bagaimana peran seorang pendidik terhadap peserta didik setelah mengetahui beberapa
sifat-sifat umum aktivitas manusia tersebut?

C. TUJUAN

1. Mengetahui apa itu perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, dan ingatan serta
klasifikasinya.
2. Mengetahui keterkaitan dari perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, dan ingatan sebagai
sifat-sifat umum aktivitas manusia.
3. Mengetahui peran seorang pendidik terhadap peserta didik setelah mengetahui sifat-sifat
umum aktivitas manusia seperti perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, dan ingatan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERHATIAN

1. Pengertian

Definisi mengenai perhatian ada dua macam yang diberikan oleh para ahli psikologi, yaitu
kalau diambil intinya saja dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek (lihat Stern, 1950, p.
653, dan Bigot, 1950, hlm. 163)
b. Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang
dilakukan.

Dalam tulisan ini kedua pengertian (arti) itu dipakai keduanya secara bertukar-tukar. Untuk
dapat menangkap maksudnya hendaklah pengertian tersebut tidak dilepaskan dari konteksnya
(kalimatnya).

2. Macam-Macam Perhatian

Adapun golongan-golongan atau macam-macamnya perhatian itu adalah sebagai berikut:

a. Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas
atau pengalaman batin, maka dibedakan menjadi:
1) Perhatian intensif, yaitu perhatian yang mendalam yang dimiliki seseorang pada saat
melakukan aktivitas.
2) Perhatian tidak intensif, yaitu perhatian yang tidak mendalam pada saat melakukan
aktivitas oleh seseorang.

b. Atas dasar cara timbulnya, perhatian dibedakan menjadi:


1) Perhatian spontan, disebut pula perhatian asli atau perhatian langsung, ialah perhatian
yang timbul dengan sendirinya oleh karena tertarik pada sesuatu dan tidak didorong oleh
kemauan.
2) Perhatian sekehendak, ialah perhatian yang timbulnya didorong oleh kemauan karena
adanya tujuan tertentu.

2
c. Atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian, perhatian dibedakan menjadi:
1) Perhatian terpencar (distributif), ialah perhatian yang dilakukan seorang individu
membagi-bagi perhatiannya pada banyak objek.
2) Perhatian terpusat (konsentratif), ialah perhatian yang dilakukan seorang individu dengan
memusatkan pikiran, perasaan, dan kemauan pada satu objek saja.

3. Hal-Hal yang Menarik Perhatian

Di dalam mempersoalkan hal ini kita dapat melihat hal-hal yang menarik perhatian dari dua
segi sebagai berikut.

a. Dipandang dari segi objek, maka dapat dirumuskan bahwa “hal yang menarik perhatian
adalah hal yang keluar dari konteksnya” atau kalau dikatakan secara sederhana “hal yang
menarik perhatian adalah hal yang lain dari lain-lainnya, misalnya:
1) dalam sebuah barisan salah seorang di antara yang berbaris itu memakai baju merah,
sedang lain-lainnya berbaju putih, maka si baju merah itu tentu menarik perhatian;
2) dalam suatu pertemuan hampir semua tamu telah duduk, kecuali seorang yang masih
mondar-mandir, maka yang mondar-mandir itu menarik perhatian;
3) iklan di surat kabar yang dipasang terbalik menarik perhatian karena berbeda dari yang
lain.
4) dan lain-lainnya.

b. Dipandang dari subjek yang memperhatikan maka dapat dirumuskan bahwa “ hal yang
menarik perhatian adalah yang sangat bersangkut-paut dengan pribadi si subjek. Hal yang
bersangkut-paut dengan pribadi si subjek itu juga dapat bermacam-macam, misalnya:
1) hal-hal yang bersangkut-paut dengan kebutuhan, seperti iklan tentang obat-obatan
menarik perhatian orang yang butuh membeli obat, iklan tentang rumah yang akan
disewakan menarik perhatian orang yang butuh menyewa rumah, dan sebagainya.
2) hal-hal yang bersangkut-paut dengan kegemaran, seperti berita tentang pertandingan
bulutangkis bagi penggemar bulutangkis, siaran panggung wayang orang bagi penggemar
wayang orang, dan sebagainya.
3) hal-hal yang bersangkut-paut dengan pekerjaan atau keahlian, seperti ceramah tentang
cara merawat bayi bagi para bidan, penemuan benda kuno bagi ahli sejarah, dan
sebagainya.
4) dan lain-lainnya.

4. Beberapa Peristiwa dalam Gejala Perhatian

a. Perseverasi (menahan)
Peristiwa ini terjadi kalau seorang sangat terikat perhatiannya pada suatu objek tertentu,

3
sehingga sukar melepaskan perhatiannya dari objek tersebut. Peristiwa perseverasi ini pada
umumnya berlangsung pada orang yang mempunyai perhatian atau minat.

b. Adaptasi
Adaptasi adalah perhatian yang tidak terikat pada suatu objek saja tetapi selalu berpindah-
pindah, mudah menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan baru. Peristiwa ini terjadi pada
orang yang mempunyai perhatian lunak.

c. Osilasi
Yakni keadaan perhatian yang tidak tetap, timbul tenggelam, kuat kendur, sering terputus-
putus.

d. Perhatian bergerak
Orang yang mengalami peristiwa ini perhatiannya berserakan, seakan-akan tidak
mempunyai perhatian sama sekali terhadap apa saja. Peristiwa ini sebagai akibat dari
perseverasi.

B. PENGAMATAN

1. Pengertian

Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang
masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar seorang siswa
akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian.
Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula.
Dunia pengamatan biasanya dilukiskan menurut aspek pengaturannya, yaitu:
a. Pengaturan menurut sudut pandangan ruang, dunia pengamatan dilukiskan dalam
pengertian-pengertian: atas-bawah, kiri-kanan, jauh-dekat, tinggi-rendah, dan sebagainya.
b. Pengaturan menurut sudut pandangan waktu, dunia pengamatan dilukiskan dengan
pengertian-pengertian: masa lampau, kini, dan masa yang akan datang dalam berbagai
variasinya.
c. Pengaturan menurut sudut pandangan Gestalt, suatu Gestalt adalah sesuatu yang merupakan
kebulatan dan dapat berdiri sendiri lepas dari yang lain, misalnya rumah, orang, meja, kursi,
gambar, dan sebagainya.
d. Pengaturan menurut sudut pandangan arti, dunia pengamatan dilukiskan justru menurut
artinya, misalnya bunyi lonceng pabrik dengan bunyi lonceng gereja menurut bunyinya
banyak persamaannya, tetapi menurut artinya sangat berbeda satu sama lain.

4
2. Penglihatan

Menurut objeknya masalah penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan yaitu sebagai
berikut.

a. Melihat Bentuk

Yang dimaksud dengan melihat bentuk ialah melihat objek yang berdimensi dua. Baik
dalam pengalaman kita sehari-hari maupun dari eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan
oleh para ahli kita belajar, bahwa objek-objek penglihatan tidak kita lihat lepas-lepas satu
daripada yang lain, melainkan kita lihat sebagai objek yang bersangkutan sama lain. Objek-objek
yang dekat dan yang jauh, bagian-bagian dan keseluruhan, objek pokok dan latar belakang
sekaligus secara serempak (secara simultan) terlihat oleh kita. Hal yang demikian itu tidak akan
terjadi misalnya pada rabaan dan pencecapan.

b. Melihat Dalam

Maksud melihat dalam ialah melihat objek berdimensi tiga. Salah satu gejala yang terpentig
di sini ialah konstansi besar. Misalnya, tapak tangan yang di tempatkan dalam jarak 20 cm dan
40 cm dari mata dilihat sebagai sama besarnya, gelas yang ditempatkandalam jarak 1 m dan 1,5
m dari mata tampak sebagai sama besarnya, seorang yang datang menghampiri kita, tidak kita
lihat menjadi makin besar, melainkan hanya makin dekat. Hal yang demikian itu disebabkan
oleh:
1. Objek-objek yang dihadapi tidak dilihat sebagai fenomen-fenomen yang berdiri sendiri,
melaikan selalu dalam hubungan satu sama lain dalam konteks tertentu.
2. Prinsip proporsionalitas, yaitu bahwa proporsi atau perbandingan benda-benda satu terhadap
yang lain serta terhadap tempatnya sama. Jika sekiranya konteks benda-benda kita hilangkan
maka konstansi besar juga akan hilang.

c. Melihat Warna

Masalah melihat warna telah mendapat penelitian secara meluas dan mendalam, terutama
segi-segi yang bersifat fisis dan fisiologis. Di dalam tulisan ini hanya dikemukakan nilai
psikologisnya saja.

1. Nilai afektif warna


Bagaimanapun dinding dalam rumah-rumah kediaman tidak akan dicat merah tua atau hitam
berselang-selang dengan warna yang mencolok, melainkan akan dicat putih atau hijau muda,
atau warna-warna lain yang sejuk, tenang, lunak. Demikian pula halnya dengan warna-
warna yang dipergunakan untuk kamar-kamar dirumah sakit. Hal yang demikian disebabkan

5
karena warna-warna tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku si penghuni rumah tersebut.
Masing-masing warna mempunyai nada yang membentuk medan tingkah laku, memberi
corak kepada perbuatan atau reaksi orang.
2. Nilai lambang warna
Warna mempunyai sifat-sifat potensial dalam abstrakto yang dapat memberikan kesan
tertentu kepada seseorang. Dalam batas lingkungan kebudayaan tertentu sifat umum warna
memberi kemungkinan untuk dengan pertolongan warna itu melambangkan sesuatu,
misalnya :
- Warna hitam melambangkan kegelapan, kesedihan
- Putih melambangkan kesucian, cahaya
- Merah melambangkan sifat-sifat ekspansif, dominan, visual, berani
- Kuning melambangkan hal-hal atau benda-benda yang bersifat bercahaya, ringan,
riang.
- Dan sebagainya.

3. Pendengaran

Modalitas pengamatan yang kedua adalah pendengaran. Modalitas pengamatan yang kedua
adalah pendengaran. Mendengar adalah menangkap bunyi-bunyi dengan indera pendengar.
Pendengaran dan suara itu memelihara komunikasi vokal antara makhluk yang satu dengan yang
lainnya. Bunyi binatang dan manusia sebenarnya adalah pernyataan, dan dimengerti oleh
binatang dan manusia lain dalam suatu arti tertentu. Karena hal yang demikian itu, maka bunyi
dapat berfungsi dua macam, yaitu :
a. Sebagai tanda (signal)
b. Sebagai lambang

Dalam kehidupan sehari-hari bunyi itu berfungsi sebagai pendukung arti, karena itulah
sebenarnya yang kita tangkap atau yang kita dengar adalah artinya itu, bukan bunyi atau
suaranya.
Bunyi dan suara itu dapat kita golongkan atas dasar dua cara, yaitu:
a. Berdasarkan atas keteraturan dapat kita bedakan antara:
1. Gemerisik
2. Nada

b. Selanjutnya nada itu biasa dibeda-bedakan atas dasar:


1. Tinggi rendahnya, yang tergantung kepada besar kecilnya frekuensi
2. Intensitasnya yang tergantung pada ampiltudonya
3. Timbrenya yang tergantung pada kombinasi bermacam-macam frekuensi dalam tinggi
rendahnya suara.

6
Kalau kepekaan terhadap tinggi rendahnya suatu suara itu besar sekali, maka kepekaan
terhadap intensitas nada adalah kecil, artinya nada-nada yang berbeda sedikit saja frekuensinya
dapat diamati perbedaannya, sedangkan nada-nada yang berbeda sedikit intensitasnya tidak dapat
diamati perbedaannya.

4. Rabaan

Istilah raba mempunyai dua arti, yaitu:


1. Meraba sebagai perbuatan aktif, yang meliputi jaga keseimbangan atau kinestesi
2. Pengalaman raba secara pasif yang melengkapi pola beberapa indera, atau kemampuan lain,
yaitu:
a. Indera untuk sentuh dan tekanan
b. Indera untuk mengamati panas
c. Indera untuk mengamati dingin
d. Indera untuk merasa sakit
e. Indera untuk vibrasi

Indera-indera kinestesi, sentuh dan tekanan, panas, dingin, rasa sakit, umumnya berfungsi
penting dalam kehidupan sehari-hari orang yang normal, sedangkan indera vibrasi umumnya
tidak mempunyai peranan penting. Akan tetapi, pada orang yang kurang normakl indera vibrasi
dapat mengambil alih fungsi indera yang lain. Misalnya Hellen Keller, seorang yang buta, tuli,
dan bisu, dengan indera vibrasinya dapat mengenal dan membedakan kejadian-kejadian yang
banyak serta bermacam-macam ragam dalam lingkungannya.
Kalau orang meraba dengan mata tertutup, maka akan terjadi visualisasi, artinya kesan
rabaan itu akan digambarkan sebagai kesan penglihatan, ini membuktikan betapa pentingnya
kedudukan penglihatan itu di antara modalitas-modalitas pengamatan yang lain.

5. Pembauan (Penciuman)

Arti psikologis bau dan pembauan (penciuman) masih sedikit sekali diteliti oleh para ahli
walaupun dalam kehidupan sehari-hari secara popular telah menyaksikan pengaruh bau-bauan itu
kepada aktivitas manusia, seperti bau-bau harum tertentu menimbulkan kegairahan, dan bau-bau
tidak enak tertentu menimbulkan rasa muak, dan kesemua itu berpengaruh terhadap aktivitas
yang dilakukan oleh subjek yang mencium bau-bau tersebut.
Kualitas bau itu boleh dikata tak terhingga variasinya. Biasanya para ahli yang melakukan
penelitian dalam hal ini membuat klasifikasi atas dasar bau utama yang mempunyai sifat khas.
Henning (1924) misalnya membedakan adanya enam macam bau utama (bau pokok) itu, yaitu:
1. Bau bunga (blumig)
2. Bau akar (warzig)
3. Bau buah (cruchig)

7
4. Bau getah (barzig)
5. Bau busuk (faulig)
6. Bau sangit (brenzlich)

Ke enam variasi itu digambarkannya dengan prima yang terkenal dengan nama prisma bau,
yang disebutnya das psychologis che Geruchsprisma.
Sementara Swaatdeaker (Kohnstamm et al, 1955, P 103) menggolongkan bau itu menjadi
sembilan macam bau, yaitu:
1. Bau etheris
2. Bau aromatis
3. Bau bunga
4. Bau amber
5. Bau bawang
6. Bau sangit
7. Bau kapril
8. Bau tak sedap
9. Bau memuakkan

6. Pencecapan

Dalam kehidupan sehari-hari variasi rasa cecapan itu dibedakan menjadi banyak sekali, akan
tetapi indera pengecap terutama hanya peka terhadap empat macam rasa pokok, yaitu:
1. Manis
2. Asam
3. Pahit
4. Asin

Rasa makanan sebenarnya tidak hanya diamati semata-mata atas dasar indera pencecap,
melainkan atas dasar kombinasi-kombinasi pembau dan pencecap. Psikologi yang
mempersoalkan hal ini sampai dewasa ini boleh dikatakan belum ada.

C. TANGGAPAN

1. Pengertian

Tanggapan biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita
melakukan pengamatan (Bigot dkk., 1950: 72). Linschoten mengemukakan bahwa “menanggap
adalah melakukan kembali sesuatu perbuatan atau melakukan sebelumnya sesuatu perbuatan
tanpa hadirnya objek fungsi primer yang merupakan dasar dari modalitas tanggapan itu”
(Kohnstamm, dkk., 1955: 106).

8
Memang dalam tanggapan tidak hanya dapat menghidupkan kembali apa yang telah diamati
(di masa lampau), akan tetapi juga dapat mengantisipasikan yang akan datang, atau mewakili
yang sekarang. Dalam hubungan dengan hal ini maka dapat dikemukakan adanya tiga macam
tanggapan, yaitu:
1) tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan,
2) tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan,
3) tanggapan masa kini atau tanggapan representatif (tanggapan mengimajinasikan).
Adapun perbandingan antara tanggapan dan pengamatan secara garis besarnya dapat
diikhtisarkan sebagai berikut.

Tanggapan Pengamatan
1. Cara tersedianya objek disebut representasi 1. Cara tersedianya objek disebut presentasi
2. Objek tidak ada pada dirinya sendiri tetapi 2. Objek pada dirinya sendiri
ada (diadakan) pada diri subjek yang
menanggap.
3. Objek hanya ada pada dan untuk subjek 3. Objek ada bagi setiap orang
yang menanggap.
4. Terlepas dari unsur tempat, keadaan, dan 4. Terikat pada tempat, keadaan, dan waktu
waktu.
Tabel 1 perbedaan antara tanggapan dan pengamatan

2. BayanganPengiring

Bayangan pengiring adalah bayangan yang timbul setelah kita melihat sesuatu warna.
Bayangan pengiring itu ada dua macam, yaitu:
a. Bayangan pengiring positif, yaitu bayangan pengiring yang sama dengan warna objeknya.
Misalnya setelah kita melihat mengalihkan pandangan dari bendera palang merah ke tembok
putih, terlihatlah pada tembok tersebut (walaupun tidak jelas benar) palang merah.
b. Bayangan pengiring negatif, yaitu bayangan pengiring yang tak sama dengan warna
objeknya, melainkan seperti warna komplemen dari warna objek; misalnya setelah kita
mengalihkan pandangan dari bendera palang merah ke tembok putih, kita lihat warna pada
tembok tersebut adalah hijau.
3. BayanganEidetik

Bayangan eidetik adalah bayangan yang sangat jelas dan hidup, sehingga menyerupai
pengamatan. Bayangan eidetik itu diketemukan oleh Urbanschnitsch dan diselidiki secara luas
oleh E. Jaensch dan W. Jaensch. Atas hasil penyelidikan mereka, maka kedua ahli itu (kakak
beradik) membedakan adanya dua macam tipe, yaitu tipe tetanoide atau Type T dan tipe
basedoide atau Type B. Bayanga eidetik ini terutama terdapat pada anak-anak dan menghilang
dengan datangnya masa pubertas.

9
10
C. FANTASI

1. Pengertian

Biasanya fantasi didefinisikan sebagai daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru


dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada, dan tanggapan baru itu tidak harus
sesuai dengan benda-benda yang ada. Fantasi dapat pula dilukiskan sebagai fungsi yang
memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam imajiner, malampaui dunia rill.

2. Klasifikasi

Secara garis besar fantasi dapat digolongkan menjadi dua macam sebagai berikut.

a. Fantasi Tak Disadari


Fantasi tak disadari adalah fantasi yang terjadi dengan tak disengaja, jadi orang melampaui
dunia riil dengan tak disengaja. Misalnya kalau seseorang menyampaikan berita yang tidak benar
tetapi sebenarnya dia tidak bermaksud untuk berdusta. Hal yang demikian itu banyak terjadi pada
anak-anak (dusta khayal, dusta semu).

b. Fantasi yang Disadari


Fantasi yang disadari yaitu fantasi yang terjadinya dengan disengaja, dan ada usaha dari
subjek untuk masuk ke dunia imajiner. Fantasi yang disadari ini dapat digolongkan lagi menjadi
dua macam, yaitu:
1) Fantasi yang disadari secara aktif, yaitu fantasi yang dikendalikan oleh pikiran dan kemauan.
Fantasi yang disadari secara aktif ini dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Fantasi menciptakan, yaitu fantasi yang mengadakan (menciptakan) tanggapan-tanggapan
yang benar-benar baru. Misalnya orang mengarang cerita, anak menciptakan alat
permainan, dan sebagainya.
b) Fantasi terpimpin, yaitu fantasi yang mengikuti gambaran angan-angan (buah fantasi)
orang lain. Misalnya murid mendengarkan cerita yang diberikan oleh guru, atau membaca
buku cerita, kita menyaksikan suguhan tarian kreasi baru, dan sebagainya.
c) Fantasi melaksanakan, artinya fantasi yang berada di antara fantasi yang menciptakan dan
fantasi terpimpin.
2) Fantasi yang disadari secara pasif, yaitu fantasi yang tidak dikendalikan, seolah-olah
orangnya hanya pasif saja sebagai wadah tempat bermainnya tanggapan-tanggapan.

3. Nilai Praktis Fantasi

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, fantasi itu ternyata sangat besar gunanya; antara lain
dapatlah disebutkan hal-hal yang berikut :

11
a. Fantasi memungkinkan orang menempatkan diri dalam hidup kepribadian orang lain,
dengan demikian maka dapat memahami manusia.
b. Fantasi memungkinkan orang untuk menyelami sifat-sifat kemanusiaan pada umumnya,
dengan demikian maka dapat memahami kebudayaan asing, memahami nilai-nilai
kemanusian pada umumnya.
c. Fantasi memugkinkan orang untuk melepaskan diri dari ruang dan waktu, dengan demikian
maka dapat :
1. Memahami apa yang terjadi ditempat lain, memungkinkan orang belajar geografi.
2. Memahami apa yang terjadi diwaktu yang lain, yang memungkinkan orang belajar
sejarah.
d. Fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari kesukaran yang dihadapi,
melupakan kegagalan-kegagalannya dimasa lampau.
e. Fantasi memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner, sehingga
dapat mengurangi tegangan psikis, dan menjaga keseimbangan batin.
f. Fantasi memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang di kejar, membentuk masa
depan yang ideal dan berusaha merealisasikannya.

4. Bahaya Fantasi

a. Jika fantasi terjadi berlebih-lebihan pada seseorang akan terjadi keputusan dalam lamunan.
b. Karena kita dikuasai fantasi akan timbul rasa berdosa.
c. Timbul pengertian dalam pepatah “besar pasak dari pada tiang”.
d. Menimbulkan fantasi yang jauh dan liar, terutama akibat fantasi tanpa pimpinan.

5. Macam-macam Tes Fantasi

a. Tes Binet (TAT), yaitu tes yang berwujud gambar-gambar.


b. Tes Masselon, yaitu tes tiga kata.
c. Tes Hindustri, yaitu tes yang digunakan dua bahasa yang sudah dan belum dikenal oleh anak
dan artinya bisa dijodohkan dalam baris kanan dan kiri.
d. Tes Obsurditi, yaitu teskemustahilan, ialah tes yang berbentuk gambar-gambar atau cerita-
cerita yang mustahil terjadi.
e. TesRorchach, yaitutesmenelaahataumenginterpretasikanbentukgambartersebut.
f. Tes Decoupage, yaitu tes yang dapat dilipat lalu digantung kemudian gambar apa yang
terjadi di dalam guntingan.
g. Tes Heilbronner Wirsma, yaitu tes yang berwujud suatu seri gambar yang makin lama makin
sempurna.

12
D. INGATAN

1. Pengertian

Pribadi manusia beserta aktivitas-aktivitas tidak semata-mata ditentukan oleh pengaruh dan
proses-proses yang berlangsung waktu kini, tetapi juga oleh pengaruh-pengaruh dan proses-
proses dimasa yang lampau. Pengaruh-pengaruh dan proses-prosesyang lampau ikut
menentukan. Pribadi berkembang di dalam suatu sejarah dimana hal yang lampau dalam cara
tertentu selalu ada dan dapat diaktifkan kembali.
Secara teori dapat kita bedakan adanya tiga aspek dalam berfungsinya ingatan itu, yaitu:
a. Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan.
b. Menyimpan kesan-kesan, dan
c. Mereproduksi kesan-kesan.

Atas dasar kenyataan inilah, makanya ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk
menerima, menyimpan, dan mereproduksikan kesan-kesan.Pensifatan yang diberikan kepada
ingatan juga lalu diberikan kepada masing-masing aspek itu. Ingatan yang baik mempunyai sifat-
sifat: cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas dalam menyimpan, dan siapatau sedia
dalam mereproduksikan kesan-kesan.
Ingatan cepat artinya mudah dalam mencamkan sesuatu hal tanpa menjumpai kesukaran.
Ingatan setia artinya apayang telah diterima (dicamkan) itu akan disimpan sebaik-baiknya, tak
akan berubah-ubah, jadi tetap cocok dengan keadaan waktu menerimanya. Ingatan teguh artinya
dapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama, tidak mudah lupa. Ingatan luas artinya dapat
menyimpan banyak kesan-kesan. Ingatan siap artinya mudah dapat mereproduksikan kesan yang
telah disimpannya.Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka apa yang telah
dikemukakan dapat diikhtisarkan seperti pada bagan yang terdapat di bawah ini.

Sifat : cepat dan


Menerima
mudah
Menyimpan
sifat : luas, kuat ,
setia
Sifat : cepat dan
Mereproduksi
patuh/siap

13
2. Mencamkan

Menurut terjadinya, mencamkan itu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Mencamkan yang sekehendak, dan
b. Mencamkan yang tidak sekehendak.

Mencamkan yang tidak sekehendak atau tidak disengaja itu artinya dengan tidak
dikehendaki, tidak disengaja, memperolehsesuatu pengetahuan. Sedangkan mencamkan dengan
sekehendak atau dengan sengaja artinya mencamkan mencamkan dengan sengaja dan
dikehendaki; dengan sadar sungguh-sungguhmencamkan sesuatu. Aktivitas mencamkan dengan
sengaja ini biasanya kita sebut menghafal. Penelitian-penelitian serta eksperimen-eksperimen
dalam lapangan ini telah berhasil merumuskan hal-hal yang dapat membantu menghafal atau
mencamkan itu. Sementara dari hasil tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menyuarakan menambah pencaman. Pencaman bahan akan lebih berhasil apabila orang tidak
saja membaca bahan pelajaran, tetapi juga menyuarakannya dengan mengulang-ngulang.
Hak yang demekian itu diperlukan sekali terutama yang dicamkan perumusan-perumusan
yang harus diingat secara tepat, ejaan-ejaan dan nama-nama asing, atau hal-hal yang sukar.
b. Pembagian waktu belajar yang tepat menambah pencaman. Belajar secara borongan, yaitu
sekaligus banyak dalam jangka waktu yang lama umumnya kurang menguntungkan.
c. Penggunaan metode belajar yang tepat mempertinggi pencaman. Dalam hubungan ini kita
mengenal adanya tiga macam metode belajar, yaitu:
1. Metode kesuluran atau metode G (Ganzlern-methode), yaitu metode menghafal dengan
mengulang berkali-kali dengan permulaan sampai akhir.
2. Metode bagian atau metode T (Teillern methode), yaitu menghafal sebagian demi
sebagian. Masing-masing bagian itu dihafal.
3. Metode campuran atau metode V (Vermittelendelern methode), yaitu menghafal bagian-
bagian yang sukar dahulu, selanjutnya dipelajari dengan metode keseluruhan.

Di samping ketiga hal yang telah dikemukakan itu masih ada lagi faktor-faktor yang
menambah atau mempertinggi pencaman itu, yaitu:
1. Mneumotechnik atau titian ingatan, yaitu dengan akal dicari jalan supaya bahan yang dihafal
mudah dicamkan seperti misalya untuk menghafal nada-nada pada tanda silang (cross)
dipakai cara: g-(udeg) d-(jogja) a-(mat) e-(nak) b-(anyak) f-(itamin) c. Dengan cara ini
makaorang akan lebih mudah menghafal urutan-urutan nada: g, d, a, e, b, fis, cis.
2. Penggolongan secara rythmis. Tembang macapat itu kiranya merupakan ilustrasi yang sangat
baik untuk menjelaskan hal ini.
3. Penggolongan kesatuan dalam ruang (secara ruang). Prinsip inilah yang mendasari
penggunaan bagan-baga ikhtisar-ikhtisar, tabel-tabel, dan lain-lain usaha sejenis dengan itu.

14
4. Pengolongan menjadi kumpulan-kumpulan yang berarti. Misalnya kalau kita harus
menghafal deretan angka-angka 4 3 1 7 8 4 5 7 4, maka digolongkan menjadi 43 /17 8 45/ 74.

Secara umum dapat dikatakanbahwa pencaman itu diperkuat oleh faktor struktur bahan yang
dicamkan dan sikap batin orang mengenai bahan itu.

3. Reproduksi

Reproduksi adalah pengaktifan kembali hal-hal yang telah dicamkan. Dalam reproduksi ada
dua bentuk, yaitu:
a. Mengingat kembali (recall), dan
b. Mengenal kembali (recognition).

Adapun beda antara mengingat kembali dan mengenal kembali ialah:


a. Pada mengingat kembali tak ada objek yang dapat dipakai sebagai tumpuan atau pegangan
dalam melakukan reproduksi itu; misalnya kehilangan sepeda lalu ditanya ciri-cirinya,
bagaimana ciri-ciri sepeda yang hilang itu. Di sini tanpa pertolongan berusaha untuk diingat
kembali.
b. Pada mengenal kembali ada sesuatu yang dapat dipakai sebagai tumpuan dalam melakukan
reproduksi itu sebagai objek untuk mencocokkan; misalnya kehilangan sepeda, lalu
diperlihatkan sebuah sepeda dan ditanya apakah itu sepeda yang hilang, untuk ini kita
mencocokkan kesan yang telah tersimpan dalam jiwa kita dengan benda yang diamati.

4. Asosiasi

Asosiasi adalah hubungan antara tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lainnya dalam
jiwa. Menurut ahli-ahli psikologi asosiasi antara tanggapan-tanggapan itu ada semacam kekuatan
halus yang menyebabkan bahwa bila salah satu dari tanggapan-tanggapan itu masuk kedalam
kesadaran, maka tanggapan itu ”memanggil” tanggapan yang lain dan membawanya ke dalam
kesadaran.
Sudah semenjak Aristoteles mencoba rumusan hukum-hukum asosiasi, yang kemudian
dilanjutkan dan disempurnakn oleh sederetan ahli-ahli yang lebih kemudian. Adapun hukum-
hukum asosiasi itu adalah:
a. Hukum sama saat atau serentak; beberapa tanggapan yang dialami dalam waktu bersamaan
cenderung untuk berasosiasi antara satu dengan yang lainnya. Misalnya antara bentuk benda
dengan namanya, dengan baunya. Karena pada waktu kita melihat benda itu kita mendengar
namanya, membau-baunya, mengecap rasanya, dan sebagainya.
b. Hukum berturutan; beberapa tanggapan yang dialami berturut-turut, cenderung untuk
berasosiasi antara satu dengan lainnya. Misalnya kita dengar orang mengucapkan ABCD,
timbul dalam kesadaran kita EFGH dan selanjutnya; kalau kita membaca 1234, timbul dalam

15
kesadaran kita 5678 dan seterusnya; kalau kita mendengarnyayian Indonesia, timbul dalam
kesadaran kita tanah airku; dan sebagainya.
c. Hukum kesamaan atau kesesuaian; beberapa tanggapan yang bersesuaian cenderung untuk
berasosiasi antara satu dengan lainnya. Misalnya kalau kita melihat potret seseorang, lalu
teringat akan orangnya; kita melihat seorang anak, lalu teringat akan ayahnya, dan
sebagainya.
d. Hukum berlawanan; tanggapan-tanggapan yang saling berlawanan akan berasosiasi satu
sama lainnya. Misalnya kalau kita saksikan mobil-mobil mewah yang berluncuran di jalan,
kita akan teringat dengan para peminta-minta yang bergelandangan di emper-emper toko;
kita saksikan orang yang sangat gemuk kita teringat orang yang sangat kurus, dan
sebagainya.
e. Hukum sebab-akibat; tanggapan yang mempunyai hubungan sebab-akibat cenderung untuk
berasosiasi satu sama lain. Misalnya, pada waktu hujan lebat sekali kita teringat akan banjir,
dan sebagainya.

5. Gangguan Ingatan Manusia

a. Lupa, yaitu suatu peristiwa seseorang tidak dapat mereproduksi tanggapan meskipun ingatan
kita dalam keadaan sehat.
b. Amnesia, yaitu peristiwa seseorang tidak mereproduksi tanggapan, karena ingatan dalam
keadaan tidak sehat.
c. Paramnesia, yaitu amnesia yang ringan, jadi masih mampu mengingat sedikit-sedikit.
d. Dayayu, yaitu peristiwa seakan-akan belum mengenal sesuatu yang sebenarnya belum.
e. Jemais Yu, yaitu peristiwa seakan-akan belum mengenal sesuatu yang sebenarnya sudah.
f. Depersonalis, yaitu peristiwa seseorang tidak mengenal dirinya sendiri.
g. Derealis, yaitu peristiwa seseorang merasa asing dalam alam yang sebenarnya.

16
BAB III

KESIMPULAN

 Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses, prestasinya lebih tinggi.
 Perhatian spontan atau perhatian tak disengaja cenderung untuk berlangsung lebih lama dan
lebih intensif dari perhatian yang disengaja.
 Dalam kenyataannya sebagian besar pelajaran justru diterima oleh murid dengan perhatian
yang disengaja; karena itu guru atau pendidik seharusnya selalu berusaha menarik perhatian
anak-anak didiknya.
 Faktor pengamatan belajar peserta didik merupakan faktor yang amat penting yang perlu
diperhatikan oleh guru. Tidak sedikit kasus kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik
didik di kelas adalah disebabkan karena peserta didik mengalami gangguan pengamatan.
 Para guru di sekolah harus berusaha mengembangkan tanggapan peserta didik agar proses
pembelajaran dapat berlangsung secara optimal dan maksimal dan peserta didik mencapai
hasil belajar yang optimal pula.
 Mengingat besarnya faedah fantasi bagi kehidupan manusia sehari-hari, maka haruslah
fantasi diperkembangkan. Di sekolah, pada tiap pelajaran terkandung kemungkinan yang
cukup luas untuk mengembangkan fantasi itu, terutama mata pelajaran ekspresi.
 Pada diri peserta didik proses mencamkan itu berbeda-beda antara peserta didik yang satu
dengan peserta didik yang lain. Individu-individu berbeda-berbeda dalam kemampuannya
mengingat, tetapi tiap orang dapat meningkatkan kemampuan mengingatnya dengan
pengaturan kondisi yang lebih baik dan penggunaan metode yang lebih tepat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Syah, Muhibbin. 2013.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

18

Anda mungkin juga menyukai