Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRO ENTERITIS AKUT (GEA)

TANGGAL 12 - 14 JUNI 2018

OLEH :

PUTU DEWI SARIASIH, S. KEP

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI NERS

2018
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRO ENTERITIS AKUT (GEA)

1. TINJAUAN TEORI
1.1.1 Pengertian Diare
Gastroenteritis adalah kaadan ketika seorang individu mengalami
atau beresiko mengalami defekasi sering dengan feses cair atau feses tidak
berbentuk (Carpenito, 2007)
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa
perubahan peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau
tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/ hari dan pda neonatus lebih
dari 4 kali/ hari (Aziz Alimul Hidayat, 2008)
Diare adalah buang air besar (defekasi dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat),kandungan air tinja lebih bnyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.Definisi lain memakai
criteria frekuensi,yaitu buang air encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air
besar tersebut dapat/tanpa disretai lender dan darah (Sudoyo,2007).

1.1.2 Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia
Compylobacter, Yersina, Aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi virus : Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba Hstolitica, Glardialambia,
Trichomonas Hominis).
2. Faktor malabsorbsi : malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, dan alergi terhadap
makanan.
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi : dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan
bakteri.
6. Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan
radang tenggorokan.

1.1.3 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis
adalah dehidrasi yang disebabkan karena makanan terkontaminasi dengan
mikroorganisme dan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan sehingga
menyebabkan iritasi pada mukosa lambung sehingga makanan tidak dapat
diabsorbsi dan keluar melalui kolon yang berbentuk cair.
Yang kedua karena gangguan keseimbangan asam-basa, hal ini
terjadi karena :
1. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
2. Adanya ketosis kelaparan
3. Terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
4. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal
5. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intra
seluler.
Hipoglikemia adalah kekurangan glikogen dalam tubuh yang
disebabkan oleh kerusakan sel-sel dan penurunan konsentrasi glukosa
serum, insulin, dan hormon pertumbuhan. Gejalanya antara lain : lemas,
apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, dan kejang sampai
lama.
Gangguan gizi disebabkan karena :
1. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah berat
2. Walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengenceran dan
susu encer diberikan terlalu lama
3. Makanan yang diberikan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena hiperperistaltik
Gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovilemik akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidisis bertambah berat dan
mengakibatkan perdarahan dalam otak.
Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam tubuh
manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar, tertelan lalu
masuk kedalam lambung yang akan dinetralisir oleh asam lambung.
Mikroorganisme akan mati atau bila jumlahnya banyak maka akan ada
yang lolos sampai usus duabelas jari (duodenum) dan akan
berkembangbiak di usus halus bakteri memproduksi enzim mucinosa yang
akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri memproduksi enzim
mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel epitel. Di dalam
membrane bakteri mengeluarkan sehingga penyerapan
makanan/ air terganggu terjadilah hipersekresi sehingga terjadilah diare.
Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak
dapat diserap oleh lambung yang terdapat keseimbangan mikrofora
melalui prses fermentasi, mikroflora usus metabolisme berbagai macam
substrat terutama komponen dari diet dengan hasi akhir asam lemak dan
gas sehingga tekanan osmotik dari rongga usus meningkat dan terjadi
perpindahan cairan dari rongga usus yang berakibat mobilitas usus
meningkat sehingga menimbulkan diare.
Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran
hormon adrenalin meningkat dan akan mempengaruhi kerja saraf
parasimpatik sehingga terjadi hiperperistaltik yang akhirnya timbul diare.
(Ngastiyah, 2006 ; Mansjoer, 2000)
1.1.4 Pathway
1.1.5 MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala awal :
a. Anak menjadi cengeng
b. Gelisah
c. Suhu badan meningkat
d. Nafsu makan menurun atau tidak ada
e. Tinja cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
f. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
empedu
2. Gejala lain :
a. Muntah (dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
b. Gejala dehidrasi
c. Berat badan menurun
d. Ubun-ubun cekung (pada bayi)
e. Tonus dan turgor kulit berkurang
f. Selaput lendir dan bibir kering
3. Gejala klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
a. Ringan (kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali
per menit, pernafasan biasa, ubun-ubun besar agak cekung, mata agak
cekung, turgor dan tonus biasa, mulut kering.
b. Dehidrasi sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan
agak cepat, ubun-ubun besar cekung, mata tampak cekung, turgor dan
tonus agak berkurang, mulut kering.
c. Dehidrasi berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per
menit, pernafasan kusmaul, ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan
tonus kurang sekali, mulut ering dan sianosis. (Mansjoer, 2000)
1.1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik
harus dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti.
1) Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk,
warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-
lain.
2) Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing,
parasit, dan bakteri.
b. Pemeriksaan darah
1) Homogram lengkap, meliputi : Hb, eritrosi, leukosit, dan
hematokrit untuk membantu menemukan derajat dehidrasi dan
infeksi.
2) Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa.
3) Pemeriksaan AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, Cl, dan Mg.
4) Pemeriksaan urine : ditetapkan volme, berat jenis, pH, dan
elektrolitnya.
2. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan
rutin pada setiap penderia diare. Lebih-lebih lagi setelaah ditemukan
‘colon fibrescope’ maka akan mempermudah dalam pembuatan
diagnosa.
3. Radiologi
Penderita sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya
colitis ulseratif dan regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa
perlu dilakukan pemeriksaan radiology.
1.1.7 KOMPLIKASI
1. Cardiac Dysritmia
2. Asidosis metabolic
3. Dehidrasi
4. Hipotensi
5. Kematian
6. Kontraksi ventrikel premature. (Sylvia A. Price, 2005).
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Data Fokus (Doengoes, 2000)
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak
tidur semalam karena diare, merasa gelisah dan ansietas,
pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek proses
penyakit
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi, dan nyeri), kemerahan, area ekimosis (kekurangan
vitamin K), TD : hipotensi, termasuk postural, kulit/ membran
mukosa (turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi/
malnutrisi)
c. Integritas Ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/ tak ada
harapan, stress
Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
d. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bevariasi dari bentuk lunak sampai bau atau
berair, episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, perdarahan
per rectal, riwayat batu ginjal (dehidrasi).
Tanda : Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik atau adanya
peristaltik yang dapat dilihat, oliguria
e. Makanan/ Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/ muntah, penurunan berat badan, tidak
toleran terhadap diet/ sensitif (buah, sayur, susu, dll)
Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan, tonus
otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, luka,
inflamasi rongga mulut.
f. Higiene
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri,
stomatitis kekurangan vitamin, bau badan.
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang
dengan defekasi).
Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.\
h. Keamanan
Gejala : Lesi kulit (nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak).
Tanda : Riwayat lupus eritematosus, anemia metabolik, vaskulitis,
peningkatan suhu 39,6-40, alergi terhadap makanan/ produk
susu(mengeluarkan histamin kedalam usus dan mempunyai efek
inflamasi).
i. Seksualitas
Gejala : Frekuensi menurun/ menghindari aktivitas seksual.
j. Interaksi social
Gejala : Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi,
ketidakmampuan aktif dalam sosial.
k. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus,
pertimbangan: DRG menunjukan rerata lama dirawat : 7,1 hari,
rencana pemulangan: bantuan dengan program diet, obat dan
dukungan psikologis

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Diare berhubungan dengan inflamasi, atau malabsorbsi usus
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan banyak cairan (diare berat dan muntah).
3. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrient.
5. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis
(proses inflamasi).
6. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit,
akskoreasi fisura oerirektal.
7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit
yang tidak diduga.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat informasi
atau tidak mengenal sumber. (Brunner dan Suddarth, 2000)

2.2.3 Intervensi Keperawatan


a. Diare berhubungan dengan inflamasi, atau malabsorbsi usus.
Tujuan: Melaporkan penurunan frekuensi defekasi,konsistensi kembali
normal.
Intervensi Rasional

1. Kaji faktor penyebab diare 1. Untuk mengetahui penyebab


dari diare
2. Observasi dan catat frekwensi 2. Membantu membedakan
devekasi, karakteristi, jumlah penyakit individu dan mengkaji
dan factor pencetus beratnya.
3. Tingkatkan tirah baring 3. Istirahat menurunkan mobilitas
usus juga laju metabolisme bila
infeksi atau perdarahan sebagai
komplikasi
4. Identifikasi makanan dan 4. Menghindarkan
cairan yang menyebabkan diare iritan, meningkatkan istirahat
usus.
5. Berikan larutan oralit atau 5. Menggantikan elektrolit
LGG sementara
6. Kolaborasi pemberian obat 6. Menurunkan mortilitas /
antikolinergi peristaltic GI dan menurunkan
sekresi digesti untuk
menghilangkan kram dan diare
7. Kolaborasi pemberian 7. Untuk membunuh kuman dan
terapi antibiotik mencegah infeksi.

b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


banyak cairan (diare berat dan muntah)
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat.
Intervensi Rasional

1. Awasi masukan dan haluan, karakter 1. Memberikan informasi tentang


dan jumlah feses Keseimbangan cairan
2. Kaji tanda vital 2. Hipotensi (termasuk postoral),
takikardia demam
dapat menunjukkan terhadap efek /
kehilangan cairan
3. Observasi kulit kering berlebihan 3. Menunjukkan kehilangan cairan
dan membrane mukosa, penurunan berlebih atau dehidrasi.
turgor Kulit, pengisapan kapiler
lambat.
4. Berikan cairan parenteral sesuai 4. Mempertahankan istirahat usus akan
indikasi memerlukan penggantian cairan
untuk memperbaiki kehilangan
/anemia
5. Berikan obat sesuai indikasi 5. Menurunkan kehilangan cairan dari
antidiare usus

c. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi


Tujuan: tubuh pasien kembali normal dengan kriteria hasil :
 Tanda-tanda vital stabil
 Membran mukosa lembab.
 Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan.
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan pasien yang dapat
membantu dalam diagnosis
2. Kolaborasi pemberian antipiretik 2. Mengurangi demam dengan aksi
centralnya pada hipotalamus, meskipun
demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan autodekstruksi dari
sel-sel yang terinfeksi

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


gangguan absorbsi nutrient.
Tujuan : Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat
badan sesuai sasaran
Intervensi Rasional

1. Timbang berat badan tiap hari 1. Memberikan informasi tentang


kebutuhan diet / keefektifan terapi
2. Dorong tirah baring dan/atau 2. Menurunkan kebutuhan metabolic
pembatasan aktifitas selama fase untuk mencegah penurunan kalori dan
sakit akut. simpanan energi.
3. Anjurkan untuk menghindari 3. Menenangkan peristaltic dan
makanan yang merangsang meningkatkan energi untuk makanan.
4. Dorong pasien untuk menyatakan 4. Keragu-raguan untuk makan mungkin
Permasalahaan mulai makan diet dakibatkan oleh takut makanan akan
menyebabkan eksaserbasi gejala.
5. Pertahankan puasa sesuai indikasi 5. Istirahat usus menurunkan peristaltic
dan diare dimana menyebabkan
malabsorbsi/ kehilangan nutrient.
6. Berikan nutrisi parenteral total, 6. Program ini mengistirahatkan saluran
terapi IV sesuai indikasi. GI sementara memberikan,
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Ma, O. John. 2004. Emergency Medicine Manual. USA : The Mc.Graw-Hill
Companies
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Masjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGC
Smeltzer C. Suzanne, Bare F. Brenda. 2001. Buku Kedokteran Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai