Anda di halaman 1dari 3

LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan
Rumah betang adalah rumah adat khas kalimantan yang merupakan rumah suku Dayak. Ciri-
ciri rumah betang yaitu bentuk panggung memanjang. Panjang rumah betang bisa mencapai 30-
150 meter dan lebar 10-30 meter,tinggi tiang nya 3-5 meter. Bahan bangunan yang digunakan
berkaulitas tinggi yaitu kayu ulin, selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan
ratusan tahun, kayu ini juga anti rayap.Dalam bagian rumah betang ini terbagi menjadi beberapa
ruangan yang dihuni oleh setiap keluarga. Pada suku dayak tertentu, pembuatan rumah betang
bagian hulunya harus searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya ke matahari terbenam,
sebagai simbol kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari Matahari tumbuh dan pulang ke rumah
di Matahari padam.

Rumah betang bentuknya memanjang serta terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalam
betang. Tangga sebagai alat penghubung pada betang dinamakan hejot. Rumah betang di bangun
tinggi dari permukaan tanah untuk menghindari musuh yang datang dengan tiba-tiba,binatang
buas,banjir yang terkadang melanda. Rumah betang dapat di temui di pinggiran sungai besar yang
ada di kalimantan.

Pada halaman depan rumah betang biasanya terdapat balai sebagai penerima tamu atau sebagai
tempat pertemuan adat. Halaman depan juga terdapat sapundu. Sapundu merupakan sebuah patung
atau totem yang pada umumnya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran yang khas.
Sapundu memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang akan
dikurbankan untuk prosesi upacara adat. Terkadang terdapat juga patahu di halaman betang yang
berfungsi sebagai rumah pemujaan.

Pada bagian belakang dari betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran kecil yang
dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat pertanian, seperti
lisung atau halu.Pada betang juga terdapat sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat
penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut bawong. Pada bagian depan atau bagian belakang
betang biasanya terdapat pula sandung. Sandung adalah sebuah tempat penyimpanan tulang-tulang
keluarga yang sudah meninggal setelah melewati upacara tiwah.

Berdasarkan kepercayaan suku Dayak ada ketentuan khusus dalam peletakan ruang pada
Rumah Betang yaitu:

Pusat atau poros bangunan dimana tempat orang berkumpul melakukan berbagaimacam
kegiatan baik itu kegiatan keagaman,sosial masyarakat dan lain-lain maka ruang los, harus berada
ditengah bangunan.

DISTILASI RUMAH SUKU DAYAK KALIMANTAN 1


Ruang tidur, harus disusun berjajar sepanjangbangunan Betang. Peletakan ruang tidur anak
danorang tua ada ketentuan tertentu dimana ruangtidur orang tua harus berada paling ujung
darialiran sungai dan ruang tidur anak bungsu harusberada pada paling ujung hilir aliran sungai,
jadiruang tidur orang tua dan anak bungsu tidak bolehdiapit dan apabila itu dilanggar akan
mendapatpetaka bagi seisi rumah.

Bagian dapur harus menghadap aliran sungai, menurut mitos supaya mendapat rezeki. Tangga
dalam ruangan rumah adat Betang harus begrjumlah ganjil, tetapi umumnya berjumlah 3 yaitu
berada di ujung kiri dan kanan, satu lagi di depan sebagai penanda atau ungakapan rasa solidariras
menurut mitostergantung ukuran rumah, semakin besar ukuran rumah maka semakin banyak
tangga.

Pante adalah lantai tempat menjemur padi, pakaian, untuk mengadakan upacara adat lainya.
Posisinya berada didepan bagian luar atap yeng menjorok ke luar. Lantai pante terbuatdari bahan
bambu, belahan batang pinang, kayu bulatan sebesar pergelangan tangan atau dari batang papan.
Serambi adalah pintu masuk rumah setelah melewati pante yang jumlahnya sesuai dengan jumlah
kepala keluarga. Di depan serambi ini apabila ada upacara adat kampung dipasang tanda khusus
seperti sebatang bambu yang kulitnya diarut halus menyerupai jumbai-jumbai ruas demi ruas.

Sami berfungsi ruang tamu sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan warga yang
memerlukan.Jungkar. Tidak seperti raungan yang pada umumnya harus ada. Sementara Jungkar
sebagai ruang tambahan dibagian belakang bilik keluarga masing-masing yang atapnya
menyambung atap rumah panjang atau ada kalanya bumbung atap berdiri sendiri tapi masih
merupakan bagian dari rumah panjang. Jungkar ditempatkan di tangga masuk atau keluar bagi
satu keluarga, agar tidak mengganggu tamu yang sedang bertandang. Jungkar yang atapnya
menyambung pada atap rumah panjang dibuatkan tingaatn (ventilasi pada atap yang terbuka
dengan ditopang/disanggah kayu) yang sewaktu hujan atau malam hari dapat ditutup kembali.

Rumah betang yang tersisa pada masyarakat Dayak merupakan contoh kehidupan budaya
tradisional yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan. Masyarakat Dayak
memiliki naluri untuk selalu hidup bersama secara berdampingan dengan alam dan warga
masyarakat lainnya. Mereka gemar hidup damai dalam komunitas yang harmonis sehingga
berusaha terus bertahan dengan pola kehidupan rumah betang. Harapan ini didukung oleh
kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan bersama.
Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam pikiran religio-magis, yang menganggap bahwa setiap
warga mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup yang sama dalam lingkungan
masyarakatnya. Pola pemukiman rumah betang erat hubungannya dengan sumber-sumber
makanan yang disediakan oleh alam sekitarnya, seperti lahan untuk berladang, sungai yang banyak
ikan, dan hutan-hutan yang dihuni binatang buruan. Namun dewasa ini, ketergantungan pada alam
secara bertahap sudah mulai berkurang. Masyarakat Dayak telah mulai mengenal perkebunan dan

DISTILASI RUMAH SUKU DAYAK KALIMANTAN 2


peternakan.Rumah betang menggambarkan keakraban hubungan dalam keluarga dan pada
masyarakat.

Rumah betang selain tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan tradisional warga
masyarakat. Apabila diamati secara lebih seksama, kegiatan di rumah betang menyerupai proses
pendidikan tradisional yang bersifat non formal. Dalam masyarakat Dayak terdapat pembagian
tugas atau perbedaan dalam mengerjakan seni tradisional. Kaum pria terampil dalam ngamboh
(pandai besi ), menganyam, dan mengukir, sedangkan wanita lebih terampil dalam menenun dan
menganyam yang halus.1

1
Sumber: http://bumikalimantan.com/sejarah-rumah-betang-di-kalimantan/ diakses,minggu 21 april 2019

DISTILASI RUMAH SUKU DAYAK KALIMANTAN 3

Anda mungkin juga menyukai