Anda di halaman 1dari 8

Artikel Penelitian

Analisis Bahaya Titik Kendali Kritis Proses Pengolahan


Bola-Bola Daging di Instalasi Gizi Rumah Sakit

Hazard Analysis and Critical Control Point Meat Balls Making Process in
Installation of Nutrition in Hospital

Inoy Trisnaini

Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Abstrak nerable to get contaminated by physical, biological, or chemical hazards.


Pada simpul lingkungan terdapat beberapa media yang dapat menjadi The purpose of this research is hazard analysis and critical control point at
transmisi penularan penyakit, salah satunya melalui makanan. Bola-bola meatballs making. This research is descriptive qualitative research.
daging dengan bahan utama daging sapi merupakan salah satu makanan Sources of information consists of six informants. Methods of research con-
yang dibuat di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. ducted is in-depth interview and observation. The instrument used is the test
Mohammad Hoesin Palembang. Bahan pangan hewani merupakan sumber equipment NER Escherichia coli and Salmonella, in-depth interview guide-
utama bakteri penyebab infeksi dan intoksikasi termasuk Salmonella sp. lines, checklists, and camera. The results showed that the critical control
dan Escherichia coli. Bola-bola daging rentan mengalami kontaminasi oleh points in meatballs making is acceptance of minced beef, wet food storage,
bahaya fisik, biologi, maupun kimia. Tujuan dari penelitian ini ialah analisis kneading and forming the dough, boiling, draining, and presentation.
bahaya dan titik kendali kritis terhadap proses pengolahan bola-bola da- Although based on the observation and interviews indicated that physically
ging. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber infor- meatballs were good and E. coli and Salmonella in meatballs were nega-
masi terdiri atas enam orang informan. Penelitian dilakukan dengan metode tive, the stress point is the potential dangers of biological pathogens and
wawancara mendalam dan observasi. Instrumen yang digunakan ialah per- chemicals nitrite nitrate.
alatan pengujian angka paling mungkin Escherichia coli dan Salmonella sp., Key words: Meat balls, contamination, food processing, critical control
pedoman wawancara mendalam, checklists, dan kamera. Hasil penelitian point
menunjukkan bahwa titik kendali kritis dalam proses pengolahan bola-bola
daging terletak pada tahap penerimaan daging giling, penyimpanan bahan
makanan basah, pengadonan dan pembentukan adonan, perebusan, Pendahuluan
penirisan, serta penyajian. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa Dewasa ini masalah keamanan pangan sudah meru-
secara fisik bola-bola daging dinilai baik dan kandungan Escherichia coli pakan masalah global, sehingga mendapat perhatian uta-
dan Salmonella sp. pada bola-bola daging ialah negatif, yang menjadi titik ma dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat.
tekan adalah potensi bahaya biologi berupa bakteri patogen dan bahaya Letusan penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan
kimia nitrit nitrat. kejadian-kejadian pencemaran pangan terutama yang
Kata kunci: Bola-bola daging, kontaminasi, pengolahan makanan, titik disebabkan oleh bakteri patogen, terjadi tidak hanya di
kendali kritis berbagai negara berkembang yang kondisi sanitasi dan
higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara
Abstract maju. Hal ini masih menjadi masalah yang serius di
In the knot environment there are some medias that could transmit disease, berbagai negara termasuk Indonesia.1
one of them is food. Meatballs with beef as main ingredient is one of food Kejadian penyakit yang ditularkan melalui makanan
that is made in The Installation Nutrition RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Meats are the main source of bacteria that cause infections and Alamat Korespondensi: Inoy Trisnaini, Bagian Kesehatan Lingkungan FKM
intoxications, such as Salmonella and Escherichia coli. Meatballs are so vul- Universitas Sriwijaya Gd. Dr. A. I. Mutholib Kampus Unsri Indralaya Ogan
Ilir Palembang Sum-Sel, Hp. 085268260960, e-mail: voleta3009@gmail.com

131 131
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 3, Oktober 2012

di Indonesia juga terbilang cukup tinggi, terlihat dari yang tertera mengenai penerapan analisis bahaya titik
penyakit infeksi seperti tipus, kolera, disentri, dan tu- kendali kritis dalam proses pengolahan bola-bola daging.
berkulosis (TBC) yang masih tinggi dengan lebih dari Metode analisis keakutan dan risiko bahaya, metode pe-
90% kasus keracunan pangan ini disebabkan oleh kon- nentuan signifikansi bahaya, serta diagram pohon kepu-
taminasi mikroba.2 tusan penentuan titik kendali kritis juga digunakan dalam
Bahan pangan yang berasal dari hewan merupakan penelitian ini.6
sumber utama bakteri penyebab infeksi dan intoksikasi. Data primer dalam penelitian ini berupa data hasil
Adapun beberapa bakteri yang biasa hidup pada produk pengujian Escherichia coli dan Salmonella, hasil obser-
daging ialah Salmonella, Campylobacter, Clostridium vasi, dan wawancara mendalam. Data sekunder dalam
perfringens, Escherichia coli, Yersinia entercolitica, penelitian ini berupa buku profil Instalasi Gizi RSUP dr.
Listeria monocytogenes, Bacillus cereus, dan Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009; daftar menu
Staphilococcus aureus.3 Akibat dari bakteri-bakteri pato- makanan pasien kelas I, II, dan III; daftar kebijakan-
gen ini tidak hanya berupa gejala-gejala ringan seperti kebijakan RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang yang
mual dan muntah, tetapi juga dapat menimbulkan akibat berkaitan dengan aspek analisis bahaya titik kendali kri-
yang fatal, seperti Bacillus cereus yang dapat menye- tis; dan telaah dokumen terkait lainnya.
babkan diare akut yang bisa berakibat pada kematian
dan bakteri Salmonella yang dapat membahayakan jiwa Hasil
terutama pada anak-anak, orang lanjut usia, serta orang Deskripsi Produk Bola-Bola Daging
yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.1 Bola-bola daging merupakan produk siap saji atau da-
Seperti umumnya rumah sakit menjadi tempat hidup pat langsung dikonsumsi saat bola-bola daging disajikan
berbagai macam bakteri patogen.4 Rumah Sakit Umum kepada pasien. Bola-bola daging terbuat dari daging sapi
Pusat (RSUP) dr. Mohammad Hoesin, rumah sakit pe- mentah giling, telur ayam, tepung terigu, bawang putih,
merintah terbesar di Kota Palembang, dituntut untuk bawang merah, dan ketumbar. Bola-bola daging diperun-
memberikan pelayanan terbaik, termasuk dalam penye- tukkan bagi pasien dari semua kalangan, usia, dan kelas
lenggaraan makanan. RSUP dr. Mohammad Hoesin sehingga baik pasien anak-anak maupun dewasa dan
Palembang banyak menyediakan menu khusus bagi pasien kelas III sampai dengan kelas I dengan diet ting-
pasien dengan dietnya masing-masing. Salah satu gi kalori dan tinggi protein dapat mengonsumsinya. Bola-
makanan yang diberikan kepada pasien ialah bola-bola bola daging yang telah dimasak dan siap dikonsumsi
daging. Proses pengolahannya, terutama pada mampu bertahan dan tetap dalam kondisi layak konsum-
penggilingan daging, sangat potensial menyebarkan si selama kurang lebih 7 jam pada suhu kamar dan ku-
mikroorganisme sehingga bola-bola daging pada rang lebih 1 x 24 jam pada suhu 4oC dalam lemari
akhirnya dapat menjadi produk daging yang berisiko ba- pendingin. Karakteristik dari bola-bola daging yang tam-
gi kesehatan. Untuk itu, perlu dilakukan pengawasan ter- pak secara fisik, yaitu berwarna coklat kehitaman,
hadap proses pengolahan makanan terkhusus pada berbentuk bulat, dan beraroma khas semur. Bola-bola
makanan produk olahan daging dengan penerapan ana- daging memiliki rasa seperti produk berbahan dasar
lisis bahaya titik kendali kritis yang merupakan suatu sis- daging dengan rasa khas daging. Berdasarkan hasil
tem yang mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengen- wawancara dan observasi, diketahui urutan-urutan sis-
dalikan bahaya yang signifikan bagi sistem keamanan tematis dari alur proses pengolahan bola-bola daging
makanan.5 (Gambar 1).
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bahaya titik
kendali kritis proses pengolahan bola-bola daging di Analisis Bahaya Fisik, Biologi, dan Kimia
Instalasi Gizi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Bahaya fisik yang dinilai potensial untuk muncul
tahun 2010 sebagai upaya penerapan analisis bahaya titik adalah pada tahap penumisan. Bahaya fisik yang bersum-
kendali kritis di RSUP dr. Mohammad Hoesin ber dari peralatan penggorengan yang digunakan, berupa
Palembang. kerak-kerak sisa makanan yang menempel. Bahaya bio-
logi yang potensial muncul berupa bakteri patogen.
Metode Potensi kontaminasi bakteri patogen terdapat pada
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan daging giling pada tahap penerimaan bahan makanan;
pendekatan kualitatif. Sumber informasi terdiri atas daging, bumbu, dan bawang giling pada tahap penyim-
enam informan. Penelitian ini dilakukan dengan metode panan; adonan bola-bola daging pada tahap pembuatan
wawancara mendalam, pengujian kandungan dan pembentukan adonan; adonan bola-bola daging yang
Escherichia coli dan Salmonella, serta observasi. telah jadi dan akan melalui tahap perebusan, bola-bola
Penelitian ini juga menggunakan metode photovoice, daging yang telah direbus dan sedang ditiriskan; bola-
yaitu dengan menerangkan berdasarkan gambar/foto bola daging yang telah dimasak sempurna; dan sedang

132 132
Trisnaini, Analisis Bahaya Titik Kendala Kritis Proses Pengolahan Bola-Bola Daging

air. Hal ini dilakukan untuk memantau apabila terdapat


bakteri patogen pada air dapat segera diambil tindakan
perbaikan. Pemantauan internal berupa pemantauan
penggunaan APD oleh pekerja. Frekuensi dari peman-
tauan internal masih bersifat insidental dan belum ter-
jadwal dengan rutin.
Beberapa tindakan perbaikan yang telah dilakukan
oleh pihak instalasi gizi antara lain pengembalian produk
yang rusak/berkualitas buruk untuk diganti dengan yang
baik oleh supplier, pemberian teguran dan peringatan
pada penjamah makanan yang tidak menggunakan APD
pada saat mengerjakan pengolahan makanan, pengaturan
suhu lemari pendingin dan ruang penyimpanan bahan
makanan, penggunaan wadah tertutup, pencucian plato
segera setelah digunakan oleh pasien dengan menggu-
nakan sabun dan air hangat dan penambahan chlorin
pada plato yang digunakan oleh pasien penyakit menular,
pemberian kaporit pada tempat penampungan air
apabila hasil laboratorium menunjukkan bahwa kondisi
air tidak baik, perebusan adonan bola-bola daging
dengan menggunakan air bersuhu ± 100oC atau air yang
telah mendidih, serta peningkatan higiene sanitasi dalam
Gambar 1. Diagram Alur Proses Pengolahan Bola-Bola Daging proses pengolahan makanan.
Tindakan verifikasi yang dilakukan ialah berupa pe-
disajikan. Selain itu, juga terdapat bahaya kimia, yakni meriksaaan bakteriologis terhadap kandungan bakteri
potensi terkandung bahan kimia nitrat dan nitrit yang di- patogen Escherichia coli dan Salmonella sp. Pemeriksaan
tambahkan pada daging giling sebagai bahan pewarna dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan
dan pengawet. Palembang dan sejauh ini pemeriksaan yang dilakukan
sebatas pemeriksaan bakteriologis.
Penentuan Titik Kendali Kritis Secara fisik, bola-bola daging dinilai berkualitas baik,
Terdapat enam titik kendali kritis dari proses pengo- sebab tidak ditemukan bahaya berupa benda/zat asing
lahan bola-bola daging, yaitu tahap penerimaan daging seperti batu-batu kecil pada bola-bola daging. Selain itu,
giling, penyimpanan bahan makanan basah, pengadonan bola-bola daging juga selalu disajikan dalam keadaan
dan pembentukan adonan, perebusan, penirisan, dan panas dan tidak rusak atau basi. Berdasarkan hasil peng-
tahap penyajian. ujian diketahui kandungan Escherichia coli dan
Batas kritis yang digunakan adalah parameter bakte- Salmonella dalam bola-bola daging adalah negatif.
riologis, suhu, penampilan visual, serta parameter penci- Secara kimia, dianalisis potensi kandungan bahan kimia
uman. Beberapa batas kritis yang telah diterapkan oleh nitrat dan nitrit di dalam daging giling yang dapat ditam-
instalasi gizi, yaitu 1) kandungan angka paling mungkin bahkan sebagai bahan pewarna dan pengawet.
(APM) Escherichia coli < 3/g dan Salmonella sp
negatif/25g makanan; 2) fisik barang saat penerimaan Pembahasan
dalam kondisi baik; 3) total coliform (APM)/100 ml air Pada tahap penumisan, pekerja menggunakan alat
= 0; 4) perebusan menggunakan air yang telah mendidih; penggorengan yang baru selesai digunakan tanpa pencu-
5) penanganan yang higienis, yaitu menggunakan alat cian terlebih dahulu, sehingga sisa-sisa makanan terting-
pelindung diri (APD) sarung tangan, celemek, dan gal pada alat pengggorengan. Sisa-sisa tersebut dapat
penutup kepala; 6) bahan makanan segar, termasuk menempel pada bola-bola daging pada saat pemasakan
daging giling disimpan sementara dalam lemari pen- dan menjadi bahaya fisik yang dapat mengontaminasi
dingin dengan suhu 0 oC – 5 oC; 7) bahan makanan bola-bola daging. Seperti penelitian sebelumnya,7 terda-
kering disimpan di dalam ruangan dengan suhu 19oC – pat bahaya fisik akibat alat penggorengan yang digu-
20oC. nakan tidak dibersihkan terlebih dahulu setelah digu-
Bentuk pemantauan yang telah diterapkan oleh pihak nakan. Kerak makanan dapat mengubah rasa makanan,
instalasi gizi selama ini terdiri atas pemantauan oleh pi- bahkan mengganggu tenggorokan begitu tertelan.
hak eksternal dan internal unit gizi tersebut. Pemantauan Selanjutnya, bahaya biologi berpotensi muncul pada
eksternal berupa pemeriksaan bakteriologis rutin pada tahap penerimaan daging sapi ataupun dari proses se-

133
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 3, Oktober 2012

belum penerimaan seperti pada saat penggilingan. Semua bahan pada makanan bukan merupakan hal yang baru.
daging yang berasal dari rumah potong hewan dan pasar Salah satu contohnya adalah nitrat dan nitrit yang ditam-
tradisional ternyata telah terkontaminasi Escherichia bahkan pada daging burger.16
coli.8 Penelitian lain pada bola-bola daging dengan uji
mikrobiologi yang menghasilkan kandungan mikro- Penentuan Titik Kendali Kritis
organisme yang mengontaminasi bahan daging mentah Adapun enam titik kendali kritis terdapat pada tahap
yang mengindikasikan bahwa daging hewan berpotensi penerimaan daging, penyimpanan bahan, pembuatan dan
besar terkontaminasi bakteri.9 pembentukan adonan, perebusan, dan penirisan. Bahaya
Potensi kontaminasi bahaya biologi bakteri patogen yang terkandung pada tahap penerimaan daging giling
juga terdapat pada tahap penyimpanan bahan makanan adalah bahaya biologi berupa bakteri patogen dan ba-
basah, baik pada bawang, bumbu, dan terutama daging haya kimia yang berasal dari nitrat dan nitrit. Tindakan
giling. Selanjutnya, bahaya biologi dari bakteri potensial pengendalian yang dilakukan berupa penerapan spesi-
terdapat pada tahap pengadonan dan pembentukan ado- fikasi bahan makanan untuk menjamin bahwa daging
nan bola-bola daging. Sumber bahaya dapat berasal dari giling yang diterima berkualitas baik.
tangan penjamah akibat kontaminasi silang disebabkan Bahaya pada tahap penyimpanan bahan makanan
penjamah tidak menggunakan sarung tangan atau juga basah adalah bahaya biologi bakteri dan tindakan beru-
dapat berasal dari peralatan stainless steel yang digu- pa pengaturan suhu lemari pendingin menjadi 4oC dan
nakan sebagai wadah. Kontaminasi silang pada makanan mengatur penempatan bahan makanan basah di dalam
akibat kontaminasi tangan pengolah oleh Escherichia lemari pendingin.
coli dilaporkan sekitar 12,5%.10 Peralatan yang sering Pada tahap pembuatan dan pembentukan adonan ter-
menjadi sumber kontaminasi pada makanan adalah dapat potensi bahaya biologi dari bakteri sehingga tin-
stainless steel box. dakan pengendalian bahaya dilakukan dengan pembersi-
Tahap perebusan juga berpotensi menyebabkan han ruangan dapur secara rutin dan pendisiplinan dalam
kontaminasi bahaya biologi dari bakteri, pada saat penerapan standar operasional prosedur (SOP) atau yang
memasukkan adonan bola-bola daging pada panci pere- disebut dengan prosedur tetap (protap) saat pengolahan
busan penjamah tidak menggunakan sarung tangan atau makanan.
alat bantu sendok sehingga berpotensi terjadi kontami- Kemudian, tahap perebusan. Pada tahap ini terdapat
nasi silang dari tangan penjamah. Bahaya biologi yang bahaya yang juga berupa bakteri. Tindakan pengendalian
terdapat pada tahap penirisan berasal dari lingkungan dilakukan dengan pemberian APD berupa sarung tangan
sekitar wadah penirisan yang tidak bersih dan dari per- disertai pemantauan yang dilakukan untuk mencegah
alatan stainless steel yang digunakan sebagai wadah. pekerja yang tidak menggunakan APD. Pengendalian ju-
Kondisi higiene sanitasi lingkungan yang buruk akan ga dilakukan dengan menggunakan air yang telah men-
mempertinggi jumlah angka kuman pada makanan yang didih untuk perebusan bola-bola daging. Tindakan terse-
diproduksi yang menguatkan potensi bahaya biologi bak- but sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
teri akibat sanitasi lingkungan yang kurang higiene.13 Widaningrum dan Christina Winarti,17 mengenai tin-
Terakhir, bahaya biologi terdapat pada tahap penya- dakan pengendalian yang dilakukan pada tahap perebu-
jian, bakteri dapat berasal dari lingkungan sekitar akibat san ekstrak sari apel dengan menggunakan air yang telah
wadah yang tidak tertutup pada saat pembagian matang atau mendidih, sebab secara umum air yang ter-
makanan per ruang, plato yang digunakan sebagai lihat sudah mendidih dinilai hampir mencapai suhu
wadah, serta air yang digunakan untuk mencuci plato 100oC.
dan peralatan lainnya. Terdapat korelasi yang bermakna Tahap penirisan dengan kondisi udara dan lingkungan
antara cara pencucian alat dengan angka kuman pada yang kurang bersih berpotensi menyebabkan bahaya bio-
makanan.14 logi. Untuk mengendalikan bahaya biologi pada tahap
Bahaya lain yang berpotensi terjadi pada proses peng- ini, sanitasi alat dan lingkungan ditingkatkan, salah satu-
olahan bola-bola daging ialah bahaya kimia yang berasal nya dengan menggunakan penutup pada wadah bola-bola
dari dua sumber, yaitu alat penggorengan yang berkarat daging serta meletakkan wadah di tempat yang cukup
dan terkelupas serta bahan kimia nitrit dan nitrat yang tinggi seperti di atas meja dan cukup berjarak dari lalu-
berpotensi terkandung di dalam daging giling sebagai ba- lalang orang sehingga bahaya debu/kotoran bakteri yang
han pewarna dan pengawet. Nitrit dan nitrat berbahaya mengontaminasi dapat dihindarkan.
karena dapat berikatan dengan amino dan anida yang ter- Sumber kontaminasi bahaya biologi bakteri pada
dapat pada protein daging dan membentuk turunan nit- tahap penyajian adalah kondisi higiene sanitasi lingkung-
rosamin yang bersifat toksik. Nitrosamin merupakan an yang kurang dan air yang digunakan untuk mencuci.
salah satu senyawa yang diduga dapat menimbulkan Kondisi ini dapat dikendalikan dengan pendisiplinan
kanker.15 Pemberian nitrat dan nitrit sebagai bahan tam- penerapan higiene sanitasi, yaitu dengan menutup wadah

134
Trisnaini, Analisis Bahaya Titik Kendala Kritis Proses Pengolahan Bola-Bola Daging

Gambar 2. Bagan Alur Proses Pengolahan Bola-Bola Daging dan Penilaian Titik Kendali Kritis

bola-bola daging, menggunakan sendok atau sarung 3/g dan Salmonella sp negatif/25g makanan; 2) keadaan
tangan, dan menggunakan air hangat pada tahap pencu- fisik barang saat penerimaan dalam kondisi baik, pada
cian peralatan masak. Selain itu, dilakukan pula pembe- daging giling berwarna merah segar dan berbau khas da-
rian kaporit pada air yang ditemukan kandungan bakteri. ging serta pada bahan makanan kering masih tersimpan
Penambahan klorin dalam pencucian plato untuk plato dalam kemasan dalam kondisi baik; 3) kandungan nitrat
yang digunakan oleh pasien dengan penyakit menular dalam daging yang tidak lebih dari 500 ppm dan nitrit
seperti HIV juga perlu dilakukan. Terakhir, penting di- tidak lebih dari 200 ppm; 4) total coliform (APM)/100 ml
lakukan pemeriksaan secara rutin kandungan bakteri pa- air ialah 0; 5) perebusan dengan menggunakan air
da air yang digunakan. bersuhu > 50 o C, atau air yang telah mendidih; 6)
Penelitian lain menetapkan tahap pengadonan dan penanganan yang higienis menggunakan APD sarung
pembentukan adonan tidak termasuk titik kendali kritis tangan, celemek, dan penutup kepala; 7) bahan makanan
pada proses pengolahan bakso ayam, tetapi sebagai salah segar, termasuk daging giling disimpan sementara dalam
satu tahapan dalam proses pengolahan yang berpotensi lemari pendingin dengan suhu 0oC – 5oC; 8) bahan
menyebabkan kontaminasi bahaya.18 Alur proses pengo- makanan kering disimpan di dalam ruangan atau lemari
lahan bola-bola daging beserta titik kendali kritis diser- pendingin dengan suhu 19oC – 20oC; 9) tidak terjadi
takan dalam bagan (Gambar 2). pencemaran ulang pada makanan akibat kontaminasi
Beberapa batas kritis yang dapat digunakan dalam silang.1
proses pengolahan bola-bola daging berdasarkan sumber Pemantauan, dalam konsep analisis bahaya titik
standar-standar baku, literatur, maupun saran dari para kendali kritis, adalah tindakan dari pengujian atau obser-
pakar antara lain: 1) kandungan APM Escherichia coli < vasi yang dicatat oleh unit usaha untuk melaporkan

135
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 3, Oktober 2012

keadaan titik kendali kritis.6 Pada proses pengolahan desinfektan, yaitu klorin untuk plato yang digunakan
bola-bola daging, tindakan pemantauan terhadap titik pasien yang menderita penyakit menular; 6) klorin atau
kendali kritis dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, bahan kimia lainnya diberikan apabila pemeriksaan bak-
pengawasan yang dilakukan oleh subkoordinator penye- teriologis terhadap air menemukan kandungan bakteri
lenggaraan makanan di instalasi gizi terhadap penggu- patogen dalam air yang digunakan di instalasi gizi; ter-
naan APD. Namun, sistem pemantauan yang dilakukan akhir, 7) penyemprotan insektisida rutin per tiga hari un-
saat ini masih bersifat manual dan belum terjadwal se- tuk menghindari kontaminasi makanan oleh serangga
cara rutin serta tanpa menggunakan checklists. dan hewan pengerat lain.
Kedua, pemeriksaan alat masak yang dinilai telah Verifikasi berdasarkan Standar Nasional Indonesia
rusak dan tidak layak digunakan lagi. Pemeriksaan di- (SNI) 01-4852-1998 adalah penetapan metode, prose-
lakukan oleh koordinator di instalasi gizi termasuk oleh dur, pengujian, dan cara pendataan, serta pemantauan
kepala instalasi gizi sendiri. Namun, pemeriksaan ini untuk menentukan kesesuaian dengan rencana analisis
juga belum dilakukan secara rutin sehingga penggantian bahaya titik kendali kritis.20 Pihak Instalasi Gizi RSUP
alat masak akan dilakukan apabila terdapat laporan dr. Mohammad Hoesin telah menerapkan tindakan veri-
pekerja atau penjamah makanan bahwa terdapat alat fikasi berupa verifikasi internal bekerja sama dengan
masak yang rusak. Kementerian Kesehatan Palembang melalui Balai Besar
Ketiga, pemeriksaan kandungan bakteri patogen pada Laboratorium Kesehatan Palembang.6
air yang digunakan di instalasi gizi. Pemeriksaan di- Persyaratan ketat untuk makanan jadi agar sehat
lakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik dikonsumsi oleh konsumen meliputi makanan tidak
Indonesia yang dilakukan secara rutin, setiap satu bulan rusak, busuk atau basi, memenuhi persyaratan
sekali. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor bakteriologis sesuai ketentuan yang berlaku, harus bebas
416 Tahun 1990, batasan jumlah maksimum kandungan dari kuman Escherichia coli dengan angka kuman
bakteri patogen pada air adalah 0/100 ml. Terakhir, pe- Escherichia coli pada minuman harus 0/100ml, tidak
meriksaan kandungan bakteri patogen seperti boleh mengandung residu bahan pestisida dan logam be-
Escherichia coli dan Salmonella pada plato (sampel rat yang melebihi ambang batas yang diperkenankan
usap alat). Pemeriksaan dilakukan oleh Kementerian menurut ketentuan yang berlaku. Kualitas keamanan
Kesehatan Republik Indonesia pada Balai Besar pangan dapat dilihat dari parameter fisik, biologi, dan
Laboratorium Kesehatan Palembang setiap satu bulan kimia, dan dikatakan baik jika aman secara ketiganya.21
sekali. Berdasarkan parameter fisik, kualitas bola-bola
Tindakan perbaikan adalah tindakan yang harus di- daging dapat dinilai baik. Hal ini disebabkan pada saat
ambil atau diputuskan berdasarkan hasil pemantauan disajikan pada pasien bola-bola daging dalam keadaan
terhadap titik kendali kritis yang mengindikasikan bahwa baik, yaitu dalam kondisi panas dan tidak basi atau
titik kendali kritis tidak terkendali.19 Beberapa tindakan rusak. Selain itu, pada bola-bola daging juga tidak dite-
perbaikan berikut dapat dilakukan untuk menghadapi mukan material-material kecil seperti batu-batu kecil,
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada proses helaian rambut, ataupun yang lainnya.
pengolahan bola-bola daging: 1) berbagai produk yang Berdasarkan hasil pengujian diketahui kandungan
dinilai berkualitas buruk atau rusak dikembalikan pada bakteri patogen Escherichia coli dan Salmonella pada
pemasok untuk diganti dengan produk yang baru dan bola-bola daging adalah negatif. Hal ini menunjukkan
berkualitas baik; 2) dalam menerapkan protap yang bahwa bola-bola daging sesuai dengan Peraturan Kepala
berkaitan dengan APD sering kali terjadi pelanggaran. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Untuk itu, peringatan terhadap penjamah makanan yang Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas
tidak menggunakan APD berupa celemek, sarung Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam
tangan, dan penutup kepala pada saat mengolah Makanan yang menetapkan bahwa batasan cemaran bak-
makanan perlu diberikan; 3) peningkatan higiene sanitasi teri patogen untuk jenis makanan daging olahan < 3/g
dalam proses pengolahan makanan. Tindakan perbaikan untuk cemaran Escherichia coli dan Salmonella sp
dapat berupa penggunaan wadah tertutup untuk negatif. Pada penelitian lain terhadap bakso daging sapi
makanan, penempatan wadah makanan pada tempat ditunjukkan kandungan Escherichia coli di atas ambang
yang relatif tinggi dari lantai, dan di tempat yang terjaga yang diperbolehkan (100 colony forming unit, CFU/g)
kebersihannya; 4) apabila ditemukan alat masak yang di- meskipun secara fisik makanan tersebut bebas dari ce-
anggap telah tidak layak untuk digunakan, kepala insta- maran bahaya fisik seperti kerikil.22 Pada penelitian lain,
lasi gizi diharuskan mengganti alat masak dengan yang pada produk akhir bola-bola daging ditemukan kandung-
baru; 5) untuk menjamin dan mengantisipasi bakteri pa- an koliform < 3 hingga > 2,400 APM g.1,23
da plato yang akan digunakan, pencucian dilakukan Berdasarkan parameter kimia, didapatkan analisis
menggunakan air hangat serta menggunakan cairan potensi bahaya kimia berupa kandungan nitrat dan nitrit

136
Trisnaini, Analisis Bahaya Titik Kendala Kritis Proses Pengolahan Bola-Bola Daging

dalam daging giling. Apabila bahan kimia nitrit dan nitrat 4. Hasbullah T. Pengendalian infeksi nosokomial di RS Persahabatan
benar-benar terkandung dalam daging giling dan berada Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran. 1993 [diakses tanggal 21 Mei
di atas batas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan 2010]. Diunduh dari: http://www.kalbe.co.id.
Republik Indonesia Nomor 722 ialah 500 ppm untuk nit- 5. Putri ISS. Hazard analysis critical control point (HACCP ) yang perlu
rat dan 200 ppm untuk nitrit, dapat menimbulkan ba- diketahui. 2010 [diakses tanggal 19 Maret 2010]. Diunduh dari:
haya bagi kesehatan. Untuk itu, perlu dilakukan pe- http://www.banyumaskab.go.id.
meriksaan lebih lanjut mengenai kandungan bahan kimia 6. Winarno FG. HACCP dan penerapannya dalam industri pangan. Bogor:
nitrat dan nitrit di dalam daging giling. M-BrioPress; 2004.
7. Marbun AR. Manajemen proses pengolahan ayam goreng di rumah
Kesimpulan makan bersaudara [skripsi]. Palembang: Program Sarjana Fakultas
Bola-bola daging merupakan salah-satu menu yang Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya; 2008.
dihasilkan oleh Instalasi Gizi RSUP dr. Mohammad 8. Sartika RAD, Indrawani YM, Sudiarti T. Analisis mikrobiologi es-
Hoesin yang dibuat dari bahan utama daging sapi. cherichia coli pada hasil olahan hewan sapi dalam proses produksinya.
Berdasarkan hasil analisis bahaya titik kendali kritis, ter- Journal of Makara Kesehatan [online]. 2005 [diakses tanggal 5 Januari
dapat enam titik kendali kritis dari proses pengolahan 2011]; 9 (1): 23-8. Diunduh dari: http://www.journal.ui.ac.id.
bola-bola daging, yaitu tahap penerimaan daging giling, 9. Pedroso DMM, Laria ST, Gamba RC, Heidtmann S, Lucia V, Rall M.
penyimpanan bahan makanan basah, pengadonan dan Critical control points for meat balls and kibbe preparations in a hospi-
pembentukan adonan, perebusan, penirisan, dan tahap tal kitchen. Journal of Revista de Microbiologia [online]. 1999 [cited
penyajian. Berdasarkan parameter fisik, bola-bola daging 2011 January 15]; 30 (4). Available from: http://www.scielo.br.
dinilai baik. Untuk parameter biologi berdasarkan 10. Djaja IM. Kontaminasi e. coli pada makanan dari tiga jenis tempat pen-
pengujian di Balai Besar Laboratorium Kesehatan gelolaan makanan (TPM) di Jakarta Selatan tahun 2003. Journal of
Palembang, diketahui kandungan bakteri patogen Makara Kesehatan [online]. 2008 [diakses tanggal 5 Januari 2010]; 12
Escherichia coli dan Salmonella sp pada bola-bola da- (1): 36-41. Diunduh dari: http://www.journal.ui.ac.id.
ging adalah negatif. Untuk parameter kimia, diketahui 11. Gungor E, Nalan G. Determination of microbial contamination sources
potensi kontaminasi bahaya kimia nitrat dan nitrit yang at a frankfurter sausage processing line. Journal of Tubitak [online].
ditambahkan dalam daging giling. 2008 [cited 2011 January 16]; 34-1-8-0805-28: 53-9. Available from:
http://www.journals.tubitak.gov.
Saran 12. Barros MDA, Nero LA, Monteiro AA, Beloti V. Identification of main
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah contamination points by hygiene indicator microorganisms in beef pro-
unit Instalasi Gizi RSUP dr. Mohammad Hoesin perlu cessing plants. Clencia e Tecnologia de Alimentos. 2007 [cited 2011
melakukan pengawasan rutin terhadap penggunaan APD January 8]: 27 (4). Available from: http://www.scielo.br.
oleh pekerja disertai pemberian APD yang nyaman bagi 13. Rahayu NPS. Hubungan antara higiene sanitasi lingkungan warung dan
penjamah, pemeriksaan rutin terhadap peralatan masak, praktek pengolahan mie ayam dengan angka kuman. 2007 [diakses
pembentukan tim audit internal yang bertanggung jawab tanggal 5 Januari 2010]. Diunduh dari: http://www.eprints.undip.ac.id.
terhadap pemantauan penerapan higiene sanitasi proses 14. Andriyani A, Gunawan IMA, Susilo J. Efektifitas penurunan jumlah
pengolahan makanan, pengadaan pelatihan-pelatihan angka kuman alat makan dan efisiensi biaya yang digunakan pada
higiene sanitasi, penerapan metode three compartment metode pencucian alat makan pada rumah sakit Kota Surakarta. Journal
sink dalam pencucian plato sebagai metode yang terbuk- of Gizi Klinik Indonesia [online]. 2009 [diakses tanggal 6 Januari 2011];
ti efektif, serta pemeriksaan laboratorium mengenai kan- 6 (1): 35-41. Diunduh dari: http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id.
dungan bahan kimia nitrat dan nitrit dalam daging giling 15. Husni E, Samah A, Ariati R. Analisa zat pengawet protein dalam
berkaitan dengan potensi kandungan bahan kimia nitrat makanan siap saji sosis. Jurnal Sanis dan Teknologi Farmasi [online].
dan nitrit di dalam daging giling. 2007 [diakses tanggal 6 Januari 2011]; 12 (2): 108-11. Diunduh dari:
http://www.digilib.unsri.ac.id
Daftar Pustaka 16. Cory M. Analisis kandungan nitrit dan pewarna merah pada daging
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Peraturan Kepala Badan burger yang dijual di grosir bahan baku burger di Kota Medan. 2009
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor [diakses tanggal 6 Januari 2011]. Diunduh dari http://www.repository.
hk.00.06.1.52.4011 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran usu.ac.id.
Mikroba dan Kimia Dalam Makanan. 2009 [diakses tanggal 1 Juni 17. Widaningrum, Winarti C. Studi penerapan HACCP pada proses pro-
2010]. Diunduh dari: http://www.pom.go.id. duksi sari buah apel. 2007 [diakses tanggal 10 Desember 2010].
2. Fhatonah S. Higiene dan sanitasi makanan. 2005 [diakses tanggal 12 Diunduh dari: http://www.bsn.or.id.
Juni 2010]. Diunduh dari: http://www.unnes.ac.id. 18. Harmayani E, Santoso E, Utami T, Raharjo S. Identifikasi bahaya kont-
3. Siagian A. Mikroba patogen pada makanan dan sumber pencemarannya. aminasi staphylococcus aureus dan titik kendali kritis pada pengolahan
2002 [diakses tanggal 30 Mei 2010]. Diunduh dari: http://www.library. produk daging ayam dalam usaha jasa boga. Agritech. 2010 [diakses
usu.ac.id. tanggal 6 Januari 2011]: 16 (3); 7-15. Diunduh dari:

137
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 3, Oktober 2012

http://www.google.co.id. 22. Wijanarko G, Arsil P. Evaluasi bahaya dan penetapan titik kendali kritis
19. Thaheer DIH. Sistem manajemen HACCP. Jakarta: PT Bumi Aksara; pada pembuatan makanan jajanan yang dijual di kawasan wisata
2005. Baturaden Purwokerto. 2007 [diakses tanggal 10 Desember 2010].
20. Badan Standarisasi Nasional. Sistem analisa bahaya dan pengendalian Diunduh dari: http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id.
titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya. 1998 [diakses tang- 23. Soriano JM, Rico H, Molto JC, Manes J. Microbial evaluation of spanish
gal 12 Juni 2010]. Diunduh dari: http://www.ebookpangan.com. potato omelette and cooked meat samples in university restaurants.
21. Mukono HJ. Prinsip dasar kesehatan lingkungan. Surabaya: Airlangga Journal of Food Protection [online]. 2000 [cited 2011 January 15]; 63
University Press; 2006. (9): 1273-6. Available from: http://www.ingentaconnect.com.

138

Anda mungkin juga menyukai