Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FINANCING
(CARA MENGGUNAKAN DANA)

DOSEN PENGAMPU :
Guruh Sugiharto, M,M

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4


1. AULIA SEPTIANI DHARITA : 170501301
2. MIFTAH IMANIA : 170501302
3. MOH ILHAM WAHYUDI : 170501303
4. RAHMATUL AINUN : 170501304
5. ABDUL RAZAK ARZAKI : 170501305
6. AZKIA AMNI : 170501306
7. MIMI KHUSWATUN H : 170501307

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
EKONOMI ISLAM
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu pasti memiliki manajemen dalam menjalankan aktivitas
hidupnya. Dengan adanya manajemen, maka di harapkan semua aktivitas dapat di
lakaukan dengan sistematis atau berurutan, maksimal sehingga medapatkan hasil
yang baik. Apa bila seorang individu saja membutuhkan adanya manajemen untuk
mengatur hidupnya, pastinya sebuah organisasi atau pun perusahaan akan lebih
membutuhkan adanya manajemen untuk mengatur kinerja dari anaggota agar
dapat mencapai tujuan yang di inginkan dan mendapatkan hasil kerja yang baik,
salah satu manajemen yang penting ialah adanya manajemen keuangan dalam
suatu organisasi atau pun perusahaan.
Pengertian Manajemen Keuangan mengalami perkembangan mulai dari
pengertian manajemen yang hanya mengutamakan aktivitas memperoleh dana
saja sampai yang mengutamakan aktivitas memperoleh dan menggunakan dana
serta pengelolaan terhadap aktiva. Khususnya penganalisisan sumber dana dan
penggunaan-nya untuk merealisasikan keuntungan maksimum bagi perusahaan
tersebut. Seorang manajemen keuangan harus memahami arus peredaran uang
baik eksternal maupun internal.
Namun, Manajemen keuangan juga berkepentingan dengan penentuan
jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan
sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva tersebut. Untuk memperoleh dana,
manajer keuangan bisa memperolehnya dari dalam maupun luar perusahaan.
Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa berbentuk hutang atau
modal sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Financing atau Penggunaan Dana?
2. Bagaimana Fungsi Penggunaan Dana?
3. Bagaimana Metode Penggolongan dalam Penggunaan Dana?
4. Bagaimana Aktivitas Dalam Penggunaan Dana?
5. Bagaimana Jenis Jenis Penggunaan Dana?

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Financing atau Penggunaan Dana Perusahaan

Financing adalah suatu kegiatan dalam menggunakan atau menginvestasikan


dana yang ada pada berbagai bentuk aset. Penggunaan dana tersebut dibuat dalam
laporan perubahan yang disusun atas dasar dua neraca untuk dua waktu. Laporan
tersebut menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen tersebut yang
mencerminkan adanya sumber atau penggunaan dana.
Pada umumnya rasio keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan menjadi enam
jenis yaitu:
1. Rasio Leverage, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak
dana yang disupply oleh pemilik perusahaan.
2. Rasio Likuiditas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.
3. Rasio Penilaian, rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang
paling lengkap.
4. Rasio Aktivitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas
manajemen dalam menggunakan sumber dayanya.
5. Rasio Pertumbuhan, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya.
6. Rasio Profitabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas
manajemen yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan
investasi perusahaan.

1.2 Fungsi Penggunaan Dana


Fungsi penggunaan dana harus dilakukan secara efisien. Efisien penggunaan
dana secara langsung akan menentukan besar kecilnya tingkat keuangan yang
dihasilkan dari investasi tersebut atau rentabilitas. Dengan demikian maka
manajer keuangan dalam menjalankan fungsi penggunaan dana harus mencari
alternatif-alternatif investasi untuk kemudian dianalisa dan dari hasil analisa itu
diambil keputusan alternatif investasi mana yang akan dipilih. Dengan kata lain
manajer keuangan harus mengambil keputusan investasi (investment decision).

1.3 Metode Penggolongan Dalam Penggonaan Dana

Metode penggolongan untuk penggunaan dana ini di bagi menjadi dua,


yaitu penggunaan jangka pendek dan penggunaan jangka panjang.

1. Penggunaan Dana Jangka Pendek

a. Kas
Sejumlah dana yangada dalam perusahaan diwujudkan dalam bentuk kas.
Dalam pengelolaan kas terdapat suatu prinsip umum yang harus dipegang oleh
manajer. Prinsip tersebut adalah meminimumkan jumlah kas yang diperlukan
umtuk kegiatan perusahaan, dan memaksimumkan jumlah dana untuk investasi
yang dapat menghasilkan bunga. Untuk meminimumkan kebutuhan kas
perusahaan, dapat pula ditempuh dengan cara membayar rekening selambat
mungkin dan mengumpulkan uang seawal mungkin. Jika perusahaan dapat
membayar kewajiban setiap saatatau pada saat yang ditentukan, berarti
perusahaan dalam keadaan likuid.

 Aliran Kas

Sebagian dari alirankas keluar terjadi dalam proses produksi dan terdiri
dari atas pembayaran bahan, tenaga kerja, serta biaya tidak langsung. Hasil
aktiva dari proses produksi tersebut berupa persediaan barang jadi yang
jika dijual akan mengawali aliran kas lagi.

 Anggaran Kas

Tanggung jawab manajer dalam pengolaan aliran kas perusahaan meliputi:

1) Membuat kepastian bahwa kas selalu tersedia bila mana


dibutuhkan

2) Memanfaatkan kas untuk memaksimumkan pendapatan bunga.

Untuk menunjang tujuan-tujuan tersebut, perlu dibuat anggaran kas


yang memperlihatkan penerimaan dan pengeluarannya. Dengan
penyusunan anggaran kas ini dapat diketahui dan diambil keputusan.

b. Surat-surat Berharga

Salah satu jenis surat berharga yang banyak beredar di Indonesia adalah
sertifikat deposito (certificates of deposit) . Sertifikat deposito merupakan tanda
bukti kewajiban membayar yang dikeluarkan oleh bank komersial. Jumlah uang,
jangka jatuh tempo dan bunganya pun berbeda-beda.
c. Piutang

Bagi perusahaan piutang ini sering terjadi dari adanya penjualan kredit kepada
pembeli yang jumlahnya dapat mencapai 20% dari seluruh aktiva. Pada umumnya
penjualan kredit ini berputar tidak lebih dari satu tahun, bahkan hanya beberapa
minggu saja.

d. Hutang dagang yaitu Hutang yang jatuh tempo kurang dari satu tahun,
misalnya tagihan dari pemasok.

e. Piutang dagang yaitu Dana yang berasal dari pelanggan yang membeli
dalam bentuk kredit.

f. Persediaan

terdapat tiga tipe persediaan:

 Persediaan bahan baku (raw material inventory)

 Persedian dalm proses (work in process inventory)

 Persedian barang jadi (finished goods inventory)

2. Penggunaan jangka panjang

Pada perusahaan manukfatur , sebagian besar investasinya diwujudkan pada


aktiva tetap jangka panjang. Aktiva tetap tersebut dapat berupa : tanah, bangunan,
dan peralatan.

a. Tanah yang dimiliki oleh perusahaan merupakan aktiva tetap dengan


jangka waktu yang tidak terbatas. Luas tanah tidak terpengaruh pada pajak
pendapatan meskipun dapat dikenai denag pajak yang lain.

b. Bangunan yang dimiliki oleh perusahaan harus ditentukan umurnya.


Kemudian perusahaan harus menyisihkan sejumlah dana setiap tahun dari
penghasilannya. Ketika bangunan itu habis umurnya , perusahaan dapat
membeli bangunan yang baru yang sama dengan menggunakan dana yang
sudah terkumpul sekian tahun. Dana yang disisihkan tersebut dinamakan
penyusutan atau depresiasi.

c. Peralatan yang dimiliki oleh perusahaannberupa mesin, alat angkut dalam


pabrik, dan peralatan lain yang dipakai dalam produksi. Perusahaan dapat
menentukan wewenang pembelian aktiva tetap, dengan mendasarkan pada
faktor jumlah rupiah yang dikeluarkan.

1.4 Aktivitas Penenggunaan Dana Perusahaan

1. Aktifitas Pembiayaan ( Financing Activity )


Aktivitas pembiayaan ialah kegiatan pemilik dan manajemen perusahaan
untuk mencari sumber modal ( sumber eksternal dan internal ) untuk
membiayai kegiatan bisnis.
a. Sumber eksternal

1. Modal Pemilik atau modal sendiri Atau modal saham yang terdiri
dari : Saham Istimewa dan Saham Biasa

2. Utang, Utang Jangka Pendek dan Utang Jangka Panjang.

3. Lain-lain, misalnya hibah.

b. Sumber Internal :

1. Laba Ditahan

2. Penyusutan, amortisasi, dan Deplesi

3. Lain-lain, misalnya penjualan harta tetap yang tidak produktif.

2. Aktiva Investasi ( Investment activity)

Aktivitas investasi adalah kegiatan penggunaan dana berdasarkan pemikiran


hasil yang sebesar-besarnya dan resiko yang sekecil-kecilnya. Aktivitas itu
meliputi :

1. Modal Kerja atau harta lancar

2. Harta Keuangan yang terdiri : investasi pada saham dan Obligasi


3. Harta Tetap yang terdiri dari : Tanah,gedung, Peralatan.

4. Harta Tidak Berwujud terdiri dari : Hak Paten, Hak Pengelolaan Hutan,
Hak Pengelolaan Tambang, Goodwill.

3. Aktivitas Bisnis (Business Activity)

Aktivitas bisnis adalah kegiatan untuk mencari laba melalui efektivitas


penjualan barang atau jasa efisiensi biaya yang akan mengahsilkan laba. Aktivitas
itu dapat dilihat dari laporan Laba-Rugi, yang terdiri dari unsur :

1. Pendapatan

2. Beban (Expenses)

3. Laba-Rugi (Profit-Loss)

1.5 Jenis Jenis Penggunaan Dana

1. Primary Reserve (cadangan primer)


Prioritas utama dalam alokasi dana adalah menempatkan dana untuk
memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia (sebagai pembina dan
pengawas bank). Dana-dana akan dialokasikan untuk memenuhi ketentuan
likuiditas wajib minimum atau disebut juga giro wajib minimum karena
penempatannya berupa giro bank umum pada Bank Indonesia. Primary reserve
merupakan sumber utama bagi likuiditas bank, terutama untuk menghadapi
kemungkingan terjadinya penarikan oleh nasabah bank, baik berupa penarikan
dana masyarakat yang disimpan pada bank tersebut maupun penarikan (pencairan)
kredit atau credit disbursement sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara
pihak bank dan debitor kredit dalam perjanjian kredit yang dibuat di hadapan
notaris publik.

Dengan demikian, pembentukan cadangan primer atau primary reserve


dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum, keperluan
operasi bank, semua penarikan simpanan, dan permintaan pencairan kredit dari
nasabah. Di samping itu, cadangan primer juga digunakan untuk penyelesaian
kliring antar bank dan kewajiban-kewajiban bank lainnya yang harus segera
dibayar. Dalam prakteknya, primary reserve adalah dana kas dan saldo rekening
koran bank pada Bank Indonesia dan bank-bank lainnya, serta warkat-warkat
dalam proses penagihan. Komponen-komponen ini sering pula disebut sebagai
alat-alat likuid.

2. Secondary Reserve (cadangan sekunder)


Prioritas kedua di dalam alokasi dana bank adalah penempatan dana-dana ke
dalam noncash liquid asset (aset likuid yang bukan kas) yang dapat memberikan
pendapatan kepada setiap saat dapat dijadikan urang tunai tanpa mengakibatkan
kerugian pada bank. Surat-surat berharga tersebut antara lain :

a. Surat berharga pasar uang atau SBPU


b. Sertifikat Bank Indonesia atau SBI
c. Surat berharga jangka pendek lainnya.
Tujuan utama dari secondary reserve adalah untuk dijadikan sebagai
supllement (pelengkap) atau cadangan pengganti bagi primary reserve. Karena
sifatnya yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank selain berfungsi sebagai
cadangan, secondary reserve dapat memberikan dua manfaat bagi bank, yaitu
untuk menjaga likuiditas dan meningkat profitabilitas bank.

Cadangan sekunder atau secondary reserve digunakan untuk berbagai


kepentingan, antara lain sebagai berikut :

1) Memenuhi kebutuhan likuiditas yang bersifat jangka pendek, seperti


penarikan simpanan oleh nasabah deposan dan pencairan kredit dalam
jumlah besar yang telah diperkirakan
2) Memenuhi kebutuhan likuiditas yang segera harus dipenuhi dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang sebelumnya tidak diperkirakan.
3) Sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi.
4) Memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang tidak diperkirakan
dari deposan dan penarikan (disbursement) dari debitor.
Karena kebutuhan-kebutuhan likuiditas ini tidak semuanya dapat
diperkirakan, maka cadangan sekunder ini ditanaman dalam bentuk surat-surat
berharga jangka pendek yang mudah diperjualbelikan. Di indonesia, instrumen
cadangan sekunder dapat berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga
Pasar Uang (SPBU), dan Sertifikat Deposito.

3. Loan Portfolio (Kredit)


Prioritas ketiga dalam alokasi dana bank adalah penyaluran kredit (loan).
Dasar pemikirannya adalah setelah banh mencukupi primary reserve serta
kebutuhan secondary reserve-nya (yang merupakan supllement bagi primary
reserve), bank baru dapat menentukan besarnya volume kredit yang akan
diberikan. Dalam praktek perbankan di Indonesia, dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan bank sentral (Bank Indonesia) sebagai
pembina dan pengawas bank umum, penentuan besarnya volume kredit
dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Reserve requirement (RR)


Reserve requirement adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk
menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam
bentuk giro wajib minimum berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada
Bank Indonesia.

b. Loan to deposit ratio (LDR)


Loan to deposit ratio adalah antara besarnya seluruh volume kredit yang
disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, dana yang dihimpun
bank dalam penerapan rasio tersebut adalah dana masyarakat/dana pihak ketiga,
kredit likuiditas Bank Indonesia atau KLBI (jika ada), dan modal inti bank. Dalam
penulisan ini, diuraikan bahwa rasio LDR dianggap sebagai tolok ukur untuk
menilai kesehatan suatu bank dilihat dari segi likuiditasnya.

c. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)


Batas Maksimum Pemberian Kredit adalah ketentuan tentang tidak
diperbolehkannya suatu bank untuk memberikan kredit (baik kepada nasabah
tunggal maupun kepada nasabah grup) yang besarnya melebihi 20% dari besarnya
modal bank yang bersangkutan. Ketiga ketentuan perbankan tersebut sangat
berpengaruh terhadap keberanian para eksekutif perbankan untuk memperbesar
volume kreditnya dalam rangka mengejar profitabilitas yang tinggi.

Atas dasar itulah, ketiga (ketentuan) di atas dapat dianggap sebagai patokan
likuiditas bagi bank dalam melakukan prinsip prudential banking (prinsip kehati-
hatian bank) dan sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan bank. Suatu hal yang
patutu diingat adalah bahwa pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang
paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko yang terbesar dalam
bank juga bersumber dari pemberian kredit.

4. Portfolio Investment
Prioritas terakhir di dalam alokasi dana bank adalah dengan mengalokasikan
sejumlah dana tertentu pada investasi portfolio (portfolio investment). Alokasi
dana bank ke dalam kategori ini adalah dana sisa (residual fund) setelah
penanaman dalam bentuk pinjaman (kredit) telah memenuhi kriteria atau target
tertentu.

Investasi ini berupa penanaman dalam bentuk surat-surat berharga jangka


panjang atau surat-surat berharga ini bertujuan untuk memberikan tambahan
pendapatan dan likuiditas bank. Karena pengalokasian dana untuk jenis ini dalah
mengharapkan pendapatan yang memadai bagi bank, maka sifat aktiva ini
biasanya lebih permanen atau berjangka panjang. Instrumen untuk portfolio
investment yang agak aman adalah dalam bentuk obligasi dengan berbagai
jenisnya.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan penanaman dana dalam


bentuk portfolio investment adalah :

a) tingkat bunga (untuk jenis obligasi),


b) capital gain yang mungkin bisa diraih (untuk jenis saham),
c) kualitas atau keamanan (terutama untuk jenis saham),
d) mudah diperjualbelikan,
e) jangka waktu jatuh temponya (untuk obligasi, sertifikat deposito),
f) pajak yang harus dibayar,
g) diversifikasi (jangan ditanam pada satu jenis portofolio).
h) ekspektasi (harapan akan keuntungan di masa datang).
Penanaman dana pada kategori ini tercantum dengan nama other securities
(efek-efek) yang berbentuk saham, obligasi, dan surat-surat berharga derivatif
(right, warrant, option).

5. Fixed Assets (Aktiva Tetap)


Alokasi atau penanaman dana bank yang terakhir (meskipun tidak dikaitkan
dengan strategi menjaga likuiditas bank) adalah penanaman modal dalam bentuk
aktiva tetap (fixed assets), seperti pembelian tanah, pembangunan gedung kantor
bank (baik untuk kantor pusat, kantor cabang, cabang pembantu maupun kantor
kas), peralatan operasional bank, seperti komputer, facsimilie, sistem komunikasi
antarcabang (on line system), kendaraan bermotor, dan aktiva tetap lainnya.
Investasi tersebut di atas termasuk aktiva tetap berbentuk hardware, software,
konsultan, bantuan teknis, dan lain-lainnya yang ditujukan untuk memperlancar
kegiatan operasional bank.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Financing adalah suatu kegiatan dalam menggunakan atau menginvestasikan
dana yang ada pada berbagai bentuk aset. Penggunaan dana tersebut dibuat dalam
laporan perubahan yang disusun atas dasar dua neraca untuk dua waktu. Laporan
tersebut menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen tersebut yang
mencerminkan adanya sumber atau penggunaan dana.
Pada umumnya rasio keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan menjadi
enam jenis yaitu: Rasio Leverage, Rasio Likuiditas, Rasio Penilaian,Rasio
Leverage, Rasio Aktivitas, Rasio Pertumbuha, Rasio Profitabilitas,
Kemudian adapun Jenis-jenis Financing: 1. Primary Reserve (cadangan
primer); 2. Secondary Reserve (cadangan sekunder); 3. Loan Portfolio (Kredit); 4.
Portfolio Investment; 5. Fixed Assets (Aktiva Tetap).

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Harmono, SE., M.Si, Manajemen Keuangan, Ed 1, Bumi Aksara,


Jakarta 2009

Dr. Sutrisno, Manajemen Keuangan, BPFI-UGM, 2001

Lukas Admadjaya, Manajemen Keuangan dan Aplikasi, Andi Ofset, Edisi


Revisi, Jakarta 2008

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta:Rajawali Pers,


2016)
Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi)
Edisi Pertama, (Yogyakarta:BPFE , 2002)

Malayu S.P Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, cet. Ke-11 (Jakarta:Bumi


Aksara, 2006)

Anda mungkin juga menyukai