1. Orientasikan klien dan keluarga terhadap lingkungan kamarnya 2. Jelaskan penggunaan bel 3. Ajarkan klien / lakukan : o Minimalisasi resiko : pasang pagar pengaman tempat tidur, meminta keluarga untuk menjaga, siapkan obat anti kejang rectal, siapkan tong spatel, beri lingkungan yang aman, siapkan O2 o Jelaskan upaya mencegah jatuh ke kondisi yang tidak Resiko cidera b.d kurang nya kesadaran, 1 diinginkan : mencegah peningkatan suhu dengan kompres gerakan tonik/klonik dan ventilasi yang cukup, penanganan bila terjadi kejang, minimalisasi stresor dengan lingkungan yang tenang, pembatasan pengunjung dan penempatan di ruang isolasi 4. Kaji dan monitor factor yag dapat menyebabkan klien cedera : tingkat kesadaran, adanya kejang ( jenis dan lamanya ) 5. Laporkan tanda – tanda awal munculnya resiko : demam terlalu tinggi, tanda – tanda kejang 6. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis 1. Kaji penyebab hiperthermi 2. Observasi suhu tiap 4 jam 3. Jelaskan pada klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi 4. Ajarkan dan lakukan upaya mengatasi hiperthermi : o Asupan cairan / ASI yang cukup 2 Hiperthermi b.d adanya proses normal o Kompres hangat / biasa o Sirkulasi yang cukup o Pakaian yang longgar dan kering o Pembatasan aktivitas : tirah baring, pemenuhan kebutuhan dibantu 5. Lakukan perawatan tali pusat sesuai prosedur 6. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi dan pemeriksaan 1. Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat, k/p konsulkan pada ahli gizi 2. Timbang BB secara berkala jika memungkinkan 3. Kaji kemampuan menelan dan atau mengunyah 4. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat 5. Ciptakan suasana yang membangkitkan selera makan : sajian dalam keadaan hangat, suasana tenang, lingkungan yang bersih 6. Hindari melakukan prosedur yang tidak menyenangkan / Resti nutrisi / cairan kurang dari kebutuhan 3 menyakitkan sebelum makan tubuh b.d asupan makanan inadekuat 7. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan 8. Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan 9. Anjurkan klien : o Makan atau minum ASI kapan saja bila dapat ditoleransi o Makan dalam porsi kecil tapi sering 10. Pantau asupan makan klien 11. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi medisdan pemeriksaan labor No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan 1. Kaji kemungkinanterjadinya aspirasi dalam hal – hal yang berhubungan dengan factor resiko (penurunan kesadaran, kejang, reflek laring, kerusakan menelan, kaku kuduk) 2. Observasi kebersihan jalan nafas 3. Kurangi resiko aspirasi : o Klien dengan kesadaran menurun / kejang - Beri posisi kepala / badan miring bila tidak ada kontraindikasi - Kaji posisi lidah, pastikan lidah tidak jatuh ke belakang, menyumbat jalan nafas - Bersihakan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan kassa / suction - Observasi adanya obstruksi dalam mulut atau Resti aspirasi b.d penurunan kesadaran, tenggorokan 4 penurunan reflek laring dan glotis, gangguan o Klien dengan sedang makan : persyarafan otot - Periksa selang makan tidak berubah letaknya sejak pemasangan - Aspirasi isi residu sebelum pemberian setiap makan untuk selang yang diletakkan pada lambung - Tinggikan bagian kepala tempat tidur 30 - 45˚ selama periode makan dan 1 jam setelahnya untuk mencegah refluk karena adanya gaya gravitasi - Atur pemberian makan melalui lambung dengan menggunakan jadwal intermitten sehingga memungkinkan pengosongan lambung 4. Observasi dan catat kondisi dari faktor resiko 5. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi dan tindakan medis yang diperlukan