Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstruksi beton mengalami perkembangan yang cukup pesat dan selalu digunakan
sebagai struktur bangunan teknik sipil . Beton yang digunakan sebagai struktur dalam
konstruksi teknik sipil, dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil struktur
beton digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat ataupun pelat cangkang.
Dalam teknik sipil hidro, beton digunakan untuk bangunan air seperti bendung, bendungan,
saluran, dan drainase perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik sipil transportasi untuk
pekerjaan rigid pavement (lapis keras permukaan kaku), saluran samping, gorong-gorong,
dan lainnya.
Beton adalah campuran yang terdiri dari agregat (kasar dan halus) di tambah semen (PC),
air, admixture (bahan tambah) jika diperlukan, diaduk sampai homogen dan sampai waktu
tertentu ia dapat menjadi suatu masa yang kompak/keras seperti batu. Setelah mengeras,
beton mempunyai sifat menahan gaya tekan sampai batas yang ditentukan dan tidak mampu
menahan gaya tarik. Sehingga diperlukan tulangan di dalam beton agar beton mampu
menahan gaya tekan sekaligus gaya tarik.
Dalam pembuatan beton bertulang ini kita harus mempunyai perencanaan agar hasilnya
nanti sesuai dengan apa yang kita harapkan dan terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat dari
beton tersebut sebelum kita membuatnya dengan cara menguji beton tersebut di laboratorium
maupun di lapangan, agar dalam pemakaiannya mempunyai daya tahan yang kuat dan bias
bertahan lama sesuai dengan fungsinya.
Pada praktek kerja beton kali ini kami para mahasiswa diajarkan bagaimana
merencanakan, membuat, dan mengaplikasikan beton ataupun tulangannya dalam kerja di
lapangan sehingga diharapkan kami akan menjadi tenaga profesional dalam bidang sipil
untuk pengerjaan-pengerjaan bangunan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka pembahasan masalah
dapat diuraikan sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana perencanaan, analisa perhitungan, dan pelaksanaan praktik
pembuatan sengkang?
1.2.2 Bagaimana perencanaan, analisa perhitungan, dan pelaksanaan praktik
pembuatan kolom melingkar (spiral)?
1.2.3 Bagaimana perencanaan, analisa perhitungan, dan pelaksanaan praktik
pembuatan kolom persegi panjang?
1.2.4 Bagaimana perencanaan, analisa perhitungan, dan pelaksanaan praktik
pembuatan balok?
1.2.5 Bagaimana perencanaan, analisa perhitungan, dan pelaksanaan praktik
pembuatan plat non-struktural dan pengecoran?
1.2.6 Bagaimana perencanaan, analisa perhitungan, dan pelaksanaan praktik
pembuatan plat lantai?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan dari praktik
ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana cara perencanaan, analisa perhitungan, dan
pelaksanaan praktik pembuatan sengkang.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana cara perencanaan, analisa perhitungan, dan
pelaksanaan praktik pembuatan kolom melingkar (spiral).
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana cara perencanaan, analisa perhitungan, dan
pelaksanaan praktik pembuatan kolom persegi panjang.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana cara perencanaan, analisa perhitungan, dan
pelaksanaan praktik pembuatan balok.
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana cara perencanaan, analisa perhitungan, dan
pelaksanaan praktik pembuatan plat non-struktural dan pengecoran.
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana cara perencanaan, analisa perhitungan, dan
pelaksanaan praktik pembuatan plat lantai.

2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Beton
2.1.1 Pengertian Beton
Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari
kombinasi aggregat dan pengikat semen dengan suatu perbandingan tertentu.
Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri
dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air. Bisa juga
ditambahkan dengan Additive sebagai komponen tambahan yang berupa
cairan kimia yang memiliki fungsi bermacam – macam seperti mempercepat
pengerasan beton, memperlambat, dan lainnya.
2.1.2 Bahan - Bahan Adukan Pembentuk Beton
1. Semen
Semen merupakan bubuk kering yang berupa partikel-pertikel halus.
Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta.
Semen memiliki beberapa tipe yaitu tipe I, II, III, IV dan V. Tipe-tipe semen
tersebut diurutkan berdasarkan kekuatan awalnya dalam merekatkan suatu
bangunan yang dibentuk. Semen yang digunakan dalam pembutan beton
adalah semen hidrolik. Semen hidrolik adalah jenis semen yang bereaksi
dengan air dan membentuk suatu batuan massa. Semen hidrolik juga terdiri
dari beberapa jenis, seperti semen semen portland, semen portland abu
terbang, semen portland putih, dll. Semen portland terbuat dari campuran
kalsium, silika, alumunium dan oksida besi. Pada penggunaannya di
lapangan, bahan-bahan semen portland dibuat atau ditambahkan dari zat
kimia lain. Contohnya, semen portland abu terbang yang merupakan hasil
pemanfaatan kembali dari produksi pembakaran gas.
2. Air
Air juga sangat dibutuhkan dalam pembuatan beton, karena air dapat
mempercepat proses kimiawi pada beton.Sehingga dapat memudahakn
pengerjaan. Pada reaksi kimia beton, hanya 1/3 bagian air yang diperlukan
untuk reaksi. Air bermanfaat dalam mencegah penyusutan plastis. Tapi dapat
merendahkan permeabilitas dan kekuatan beton.

3
Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk
pasta. Fungsi dari pasta ini adalah untuk merekatkan agregat sehingga tidak
mudah goyah. Selain itu, semen juga berfungsi dalam mengeraskan dan
membentuk beton agar padat. Proporsi dari kedua campuran semen dan air
menentukan sifat-sifat dari beton yang dibentuk.
3. Agregat
Agregat merupakan pengisi beton yang digunakan untuk membuat
volume stabil. Selain itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat sangat
berpengaruh tehadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan,
kekuatan, durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat pada beton adalah:
• Menghasilkan beton yang murah
• Menimbulkan volume beton yang stabil
• Mencegah abrasi jika beton digunakan pada bangunan laut
Agregat alami dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi serta
pemecahan pada batuan induk yang lebih besar. Agregat yang baik untuk
digunakan adalah agregat yang menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih,
keras, kuat, bergradasi baik dan stabil secara kimiawi.
4. Additive dan Admixture
Admixture atau zat tambahan lainnya adalah bahan yang tidak harus
dipakai dalam pembuatan beton,karena dipakai hanya jika ingin
mendapatkan suatu jenis beton yang membutuhkan bahan,selain semen dan
agregat. Contoh-contoh zat admixture :
• super-plasticizer : digunakan untuk mengurangi jumlah campuran air
• pembentuk gelembung udara : meninggikan sifat kedap air
• retarder : memperlambat pengerasan, memperpanjang waktu
pengerjaan
• bahan warna : memberi bahan warna
2.1.3 Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuan
(SNI 03-2847-2002)
Beton ringan : berat satuan < 1.900 kg/m³
Beton normal : berat satuan 2.200 kg/m³ – 2.500 kg/m³
Beton berat : berat satuan > 2.500 kg/m³

4
SNI tidak menggolongkan beton berat, namun pada umumnya beton
dengan berat satuan di atas 2.500 kg/m³ dikategorikan beton berat, walaupun
ada yang menerapkan nilai 3.200 kg/m³ sebagai batas bawah beton berat
Beton yang berat satuannya berada di antara kategori di atas pada
umumnya tidak efektif perbandingan berat sendiri dan kekuatannya,
walaupun tidak ada larangan untuk membuat beton dengan berat satuan di
antara 1.900 kg/m³ - 2.200 kg/m³
2.1.4 Klasifikasi Beton Berdasarkan Kuat Tekan
(SNI 03-6468-2000, ACI 318, ACI 363R-92) dari benda uji silinder (dia. 15
cm, tinggi 30 cm)
Beton mutu rendah (low strength concrete) : fc’ < 20 MPa
Beton mutu sedang (medium strength concrete) : fc’ = 21 MPa – 40 MPa
Beton mutu tinggi (high strength concrete) : fc’ > 41 MPa
2.1.5 Klasifikasi Beton Berdasarkan Pembuatan
Dari cara pembuatannya, beton pada umumnya dikelompokkan :
 Beton cast in-situ, yaitu beton yang dicor di tempat, dengan cetakan
atau acuan yang dipasang di lokasi elemen struktur pada bangunan atau
gedung atau infrastruktur
 Beton pre-cast, yaitu beton yang dicor di lokasi pabrikasi khusus, dan
kemudian diangkut dan dirangkai untuk dipasang di lokasi elemen
struktur pada bangunan atau gedung atau infrastruktur.

2.1.6 Klasifikasi Beton Berdasarkan Departemen PU


(Puslitbang Prasarana Transportasi, Divisi 7 - 2005)

5
2.1.7 Klasifikasi Beton Berdasarkan Tegangan Pra-Layan
 Beton konvensional, adalah beton normal yang tidak mengalami
tegangan pra layan
 Beton pre-stressed, adalah beton yang diberikan tegangan pra-layan
pada saat pembuatannya, dengan sistem pre-stressing
 Beton post- tensioned, adalah beton yang diberikan tegangan pra-
layan pada saat pembuatannya, dengan sistem post-tensioning
 Pemberian tegangan pra-layan pada umumnya dirancang untuk
memberikan gaya berlawanan dengan gaya layan, sehingga pada saat
konstruksi beton bertulang tersebut memikul beban, secara praktis
mengurangi beban kerja.
Beton jenis atau kelompok ini harus didesain, dilaksanakan dan diawasi oleh
Konsultan dan Kontraktor Spesialis yang berpengalaman.
2.1.8 Klasifikasi Beton Berdasarkan Teknik Pembuatan
 Beton Biasa : Beton ini langsung dibuat dalam plastis yang terdiri atas
beton siap pakai dan beton yang dibuat di lapangan. Cara pembuatan
beton ini berdasarkan atas : Beton siap pakai (ready mix concrete),dan
Beton in situ (beton dibuat di lapangan).
 Beton Precast : Beton ini dibuat dalam bentuk elemen – elemen yang
merupakan rangka dari konstruksi yang akan dibuat. Beton ini dipakai
keadaan mengeras.
 Beton Prestress : Beton yang dibuat dengan memberi tegangan dalam
beton, sebelum beton tersebut mendapat beban luar kecuali beban
sendiri.

6
2.2 Besi Tulangan
Besi tulangan pada umumnya terbagi dua jenis, yaitu besi tulangan polos dan ulir/sirip
(deformed).
2.2.1 Diameter dan Toleransinya
Besi tulangan polos harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

Besi tulangan ulir/sirip (deform) harus memenuhi ketentuan :

2.2.2 Sifat Mekanis Besi Tulangan


Besi tulangan struktur pada umumnya dikelompokkan berdasar
tegangan leleh karakteristik dan kandungan karbonnya.

7
2.3 Jenis – Jenis Beton
2.3.1 Beton Bertulang
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau
tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan
tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya.
(SNI 03- 2847 – 2002, Pasal 3.13 )
Sifat utama dari baja tulangan, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik
maupun beban tekan. Karena baja tulangan harganya mahal, maka sedapat
mungkin dihindari penggunaan baja tulangan untuk memikul beban tekan.
Dari sifat utama tersebut dapat dilihat bahwa tiap-tiap bahan mempunyai
kelebihan dan kekurangan, maka jika kedua bahan (beton dan baja tulangan)
dipadukan menjadi satu kesatuan secara komposit, akan diperoleh bahan baru
yang disebut beton bertulang. Beton bertulang ini mempunyai sifat sesuai
dengan sifat bahan penyusunnya, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik
maupun beban tekan. Beban tarik pada beton bertulang ditahan oleh baja
tulangan, sedangkan beban tekan cukup ditahan oleh beton. Beton juga tahan
terhadap kebakaran dan melindungi baja supaya awet.
Sifat-sifat mekanis beton keras dapat diklasifikasikan sebagai :
1. Kuat Tekan
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian
standar,menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan
bertingkat pada benda uji silinder beton (diameter 150 mm, tinggi 300 mm)
sampai hancur. Tata cara pengujian yang umum dipakai adalah standar
(American Society for Testing Materials) C39-86. Kuat tekan beton umur 28
hari berkisar antara 10 – 65 MPa. Untuk beton bertulang pada umumnya
menggunakan beton dengan kuat tekan berkisar 17 – 30 Mpa.
2. Kuat Tarik
Kuat tarik beton yang tepat sulit untuk diukur. Selama bertahun-
tahun,sifat tarik beton diukur dengan memakai modulus keruntuhan (modulus
of rupture) . Baru-baru ini, hasil dari percobaan split silinder beton, umumnya
memberikan hasil yang lebih baik dan mencerminkan kuat tarik sebenarnya.

8
3. Kuat Geser
Kekuatan geser lebih sulit diperoleh, karena sulitnya mengisolasi geser
dari tegangan-tegangan lainnya. Ini merupakan salah satu sebab banyaknya
variasi kekuatan geser yang dituliskan dalam berbagai literature, mulai dari
20% dari kekuatan tekan pada pembebanan normal,sampai sebesar 85% dari
kekuatan tekan, dalam hal terjadi kombinasi geser dan tekan.
4. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas, merupakan kemiringan dari bagian awal grafik
yang lurus dari diagram regangan-tegangan, yang akan bertambah besar
dengan bertambahnya kekuatan beton.
5. Rangkak
Rangkak (creep) adalah sifat di mana beton mengalami perubahan
bentuk (deformasi) permanen akibat beban tetap yang bekerja padanya.
Rangkak timbul dengan intesitas yang semakin berkurang untuk selang waktu
tertentu dan akan berakhir setelah beberapa tahun berjalan. Besarnya
deformasi rangkak sebanding dengan besarnya beban yang ditahan dan juga
jangka waktu pembebanan. Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan
dampak langsung terhadap kekuatan struktur, tetapi akan mengakibatkan
timbulnya redistribusi tegangan pada beban kerja dan kemudian
mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan (defleksi).
6. Susut
Susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan volume beton yang
tidak berhubungan dengan beban. Pada dasarnya ada dua jenis susut, yaitu susut
plastis dan susut pengeringan. Susut plastis terjadi beberapa jam setelah beton
segar dicor ke dalam cetakan (bekisting). Sedangkan susut pengeringan terjadi
setelah beton mencapai bentuk akhirnya, dan proses hidrasi pasta semen telah
selesai. Laju perubahannya berkurang terhadap waktu, karena beton semakin
berumur akan semakin tahan tegangan dan semakin sedikit mengalami susut.
2.3.2 Beton Tahu / Decking
Beton decking atau tahu beton adalah beton atau spesi yang dibentuk
sesuai dengan ukuran selimut beton yang diinginkan. Biasanya berbentuk
kotak-kotak atau silinder. Dalam pembuatannya, diisikan kawat bendrat pada
bagian tengah yang nantinya dipakai sebagai pengikat pada tulangan.

9
Pada dasarnya decking terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu :
 Plasting decking, terbuat dari bahan plastik dengan ketebalan 3,5 cm.
Beton decking, terbuat dari campuran beton, berbentuk silinder kecil,
dengan diameter 10 cm dan ketebalannya menyesuaikan dengan
ketebalan selimut beton yang direncanakan oleh Konsultan
Perencana.
 Beton decking berfungsi untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan
posisi yang diinginkan. Bisa dibilang berfungsi untuk membuat
selimut beton sehingga besi tulangan akan selalu diselimuti beton
yang cukup, sehingga didapatkan kekuatan maksimal dari bangunan
yang dibuat. Selain itu, selimut beton juga menjaga agar tulangan
pada beton tidak berkarat (korosi).
2.3.3 Beton Fiber
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa , perbedaannya ialah
pada beton ini digunakan ukuran agregat yang relative besar- besar. Beton ini
digunakan pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan, dan sebagainnya.
Ukuran agregat kasar dapat sampai 20 cm, namun proporsi agregat yang
lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih dari 20 persen dari agregat
seluruhnya.
2.3.4 Beton Siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa , perbedaannya ialah
pada beton ini digunakan ukuran agregat yang relative besar2.beton ini
digunakan pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan,dan
sebagainnya.ukuran agregat kasar dapat sampai 20 cm,namun proporsi
agregat yang lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih dari 20
persen dari agregat seluruhnya.
2.4 Setting Time
Setting dan Hardening adalah pengikatan dan pengerasan semen setelah terjadi reaksi
hiderasi. Semen apabila dicampur dengan air akan menghasilkan pasta yang plastis dan dapat
dibentuk (workable) sampai beberapa waktu karakteristik dari pasta tidak berubah dan
periode ini sering disebut Dorman Period (period tidur).
Pada tahapan berikutnya pasta mulai menjadi kaku walaupun masih ada yang lemah,
namun suhu tidak dapat dibentuk (unworkable). Kondisi ini disebut Initial Set, sedangkan

10
waktu mulai dibentuk (ditambah air) sampai kondisi Initial Set disebut Initial Setting Time
(waktu pengikatan awal).Tahapan berikutnya pasta melanjutkan kekuatannya sehingga
didapat padatan yang utuh dan biasa disebut Hardened Cement Pasta. Kondisi ini disebut
final Set sedangkan waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi ini disebut Final Setting
Time (waktu pengikatan akhir). Proses pengerasan berjalan terus berjalan seiring dengan
waktu akan diperoleh kekuatan proses ini dikenal dengan nama Hardening.
Waktu pengikatan awal dan akhir dalam semen dalam prakteknya sangat penting, sebab
waktu pengikatan awal akan menentukan panjangnya waktu dimana campuran semen masih
bersifat plastik. Waktu pengikatan awal minimum 45 menit sedangkan waktu akhir
maksimum 8 jam.
2.5 Readymix
Ready Mix merupakan istilah beton yang sudah siap untuk digunakan tanpa perlu lagi
pengolahan dilapangan. Metoda konvensional biasa kita sebut dengan site mix, yang proses
pencampurannya dilakukan di lapangan. Penggunaan ready mix, dapat mempercepat
pekerjaan menghemat waktu dengan kualitas beton yang tetap terjaga. Kualitas ready mix
yang sering digunakan untuk rumah tinggal pada umumnya adalah mutu K-225. Proses
persiapan untuk ready mix haruslah sudah tuntas sebelum waktu pengecoran dilakukan.
Bekisting yang digunakan haruslah kuat agar selama proses pengeringan tidak terjadi
perubahan struktur (settlement) yang mengakibatkan beton retak dalam.
Ready Mix umumnya dibuat di batching plant produsen. Kemudian dipindahkan ke dalam
mobil molen yang sudah diatur waktu dan jalur pengirimannya. Jarak tempuh antara batching
plant dan lokasi proyek tidak boleh terlalu jauh karena akan mengurangi tingkat slump yang
sudah ditentukan. Pada lokasi proyek, mobil pompa sudah harus siap untuk memindahkan
Ready Mix dari molen ke area pengecoran.
2.6 Segregasi Agregat
Segregasi agregat adalah pemisahan butiran agregat akibat kurangnya kelecakan
campuran beton atau pemisahan campuran mortar dengan agregat kasar. Adapun faktor yang
menyebabkan terjadi segregasi pada campuran beton antara lain:
 Tinggi jatuh campuran beton saat pengecoran.
Tinggi jatuh maksimal campuran beton saat pengecoran adalah 1,5 m
 Kelebihan air pada campuran beton
Kelebihan air pada campuran beton akan menyebabkan nilai slump menjadi dibawah
standar

11
12
 Penggunaan concrete vibrator yang terlalu lama
Menggetarkan campuran beton dengan agar lebih padat dengan concrete vibrator
tidak boleh dilakukan terlalu lama.
 Kesalahan penggunaan campuran agregat
Sebelum dilakukan pengecoran, sebaiknya dilakukan persiapan job mix design agar
tercapai mutu yang direncakan.
2.7 Sand Blasting
Sandblasting merupakan proses yang diadaptasi dari teknologi yang biasa digunakan oleh
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang oil & gas, industri, ataupun fabrikasi guna
membersihkan atau mengupas lapisan yang menutupi sebuah obyek yang biasanya berbahan
dasar metal/besi dengan bantuan butiran pasir khusus yang ditembakkan langsung dari
sebuah kompresor bertekanan tinggi ke obyek. Sandblasting terbagi atas 2 jenis, yaitu :
1. Dry Sandblasting
Dry Sandblasting biasa diaplikasikan ke benda-benda berbahan metal/besi yang tidak
beresiko terbakar, seperti tiang-tiang pancang, bodi dan rangka mobil, bodi kapal laut, dan
lain-lain
2. Wet Sandblasting
Wet Sandblasting diaplikasikan ke benda-benda berbahan metal/besi yang beresiko
terbakar atau terletak di daerah yang beresiko terjadi kebakaran, seperti tangki bahan bakar,
kilang minyak (offshore), ataupun pom bensin, dimana pasir silica yang digunakan dicampur
dengan bahan kimia khusus anti karat yang berguna untuk meminimalisir percikan api saat
proses sandblasting terjadi.
2.8 Panas Hidrasi
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan beton massa adalah perbedaan temperatur
bagian dalam dan bagian luar yang terjadi akibat adanya panas hidrasi. Panas yang timbul ini
menyebabkan beton mengembang namun bagian luar lebih cepat mendingin dan menyusut
volumenya sedangkan bagian dalam masih panas dan belum menyusut, maka terjadilah
perbedaan volume. Tahap berikutnya lapisan bagian luar mendingin dan menyusut sehingga
menarik lapisan luar yang sudah terlebih dahulu menyusut sehingga timbul kecenderungan
retak retak. Proses berlangsungnya retak retak ini bersamaan dengan proses pengerasan
beton.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi timbulnya retak retak ini antara
lain :

13
14
1. Menggunakan semen sesedikit mungkin
Karena semen adalah sumber panas menggunakan semen sesedikit mungkin bisa
dicapai dengan cara menggunakan ukuran agregat kasar sebesar besarnya tentunya
sebatas yang diijinkan yaitu 75 – 150 mm. Karena dengan menggunakan agregat
kasar dengan ukuran maksimum maka jumlah semen yang diperlukan semakin
sedikit. Berikut adalah tabel untuk gradasi agregat kasar dan agregat halus yang
disyaratkan untuk beton massa.
Memakai perbandingan agregat halus dan agregat kasar yang tepat supaya
didapatkan semen minimum dengan kuat tekan yang sama. Jika menggunakan agregat
kasar maksimum 75 mm maka berat pasir adalah 24 – 36 persen dari total berat
campuran. Jika menggunakan agergat kasar maksimum 150 mm maka berat pasir
adalah 25 – 30 persen dari total berat campuran.
2. Menggunakan air seminimal mungkin
Yang dimaksud disini adalah sebatas yang memungkinkan untuk keenceran
adukan saja dalam proses pemadatan. Pemakaian air yang sedikit ini mempunyai
konsekuensi adukan beton lebih kental sehingga bukan tidak mungkin adukan beton
memiliki slump hanya 25 mm. Sehingga dalam proses pemadatannya dilakukan
dengan compacted roller.
Jika digunakan agregat kasar maksimum 75 mm maka perbandingan berat antara
agregat campuran dan semen berkisar antara 6 – 9.
Jika digunakan agregat kasar maksimum 150 mm maka perbandingan berat antara
agregat campuran dan semen berkisar antara 8 – 15.
3. Menggunakan semen khusus yang mempunyai panas hidrasi rendah
Misalnya : semen tipe II, semen tipe IV, semen portland yang dicampur dengan
pozolan. Meskipun dipakai semen jenis panas hidrasi rendah dengan campuran fas
minimals serta selalu disemprot dengan air selama 3 hari pertama, beton yang
dibiarkan saja berhubungan dengan udara terbuka suhu beton naik sekitar 25˚ C
selama 6 – 12 bulan.
4. Berikan aliran air dingin melalui pipa-pipa yang terpendam
Hal ini dimaksudkan agar panas hidrasi selalu terdistribusi secara merata di dalam
beton. Perbedaan tempertaur dapat terbesar dapat dijaga dengan cara menentukan
jarak pipa, lama pengaliran air, temperatur air yang dimasukkan, dan debit air yang
dialirkan.

15
Biasanya digunakan pipa dengan diameter 25 mm yang dipasang berkelok kelok
seperti huruf S dengan jarak as ke as sekitar 1,5 meter arah horisontal. Pipa-pipa
tersebut diletakkan horisontal di atas hamparan adukan setelah adukan mencapai tebal
1,5 meter. Air dingin dialirkan ke dalam pipa tersebut segera setelah selesai
penuangan beton.
2.9 Pengujian Slump
2.9.1 Pengertian Slump
Slump pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan sederhana untuk
mengetahui workability beton segar sebelum diterima dan diaplikasikan dalam
pekerjaan pengecoran.
Workability beton segar pada umumnya diasosiasikan dengan :
 Homogenitas atau kerataan campuran adukan beton segar (homogenity)
 Kelekatan adukan pasta semen (cohesiveness)
 Kemampuan alir beton segar (flowability)
 Kemampuan beton segar mempertahankan kerataan dan kelekatan jika dipindah
dengan alat angkut (mobility)
 Mengindikasikan apakah beton segar masih dalam kondisi plastis (plasticity)
Namun selain besaran nilai slump, yang harus diperhatikan untuk menjaga
kelayakan pengerjaan beton segar adalah tampilan visual beton, jenis dan sifat
keruntuhan pada saat pengujian slump dilakukan.
Slump beton segar harus dilakukan sebelum beton dituangkan dan jika terlihat
indikasi plastisitas beton segar telah menurun cukup banyak, untuk melihat
apakah beton segar masih layak dipakai atau tidak.
Pengukuran slump dilakukan dengan mengacu pada aturan yang ditetapkan
dalam 2 peraturan standar :
 PBI 1971 NI 2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)
 SNI 1972-2008 (Cara Uji Slump Beton)
2.9.2 Cara Pengujian Slump
1. Ambil cetakan kerucut dan alas plat basahi dengan air
2. Letakkan kerucut diatas plat yang sudah dibasahi
3. Masukkan beton segar kedalam kerucut 1/3 isi kerucut, kemudian padatkan
atau tumbukkan hingga merata dengan batang logam sebanyak 25 kali
tumbukan.

16
4. Isi 1/3 lagi betonnya kedalam kerucut untuk lapisan kedua dan padatkan 25
kali tumbukan.
5. Isi beton segar hingga penuh kedalam kecurut dan tumbukkan 25 kali dan
ratakan bagian atas beton, total tumbukan 75 kali dengan 3 lapisan isian beton.
6. Tunggu 30 detik isian beton dan angkat kerucut secara perlahan tegak lurus
keatas.
7. Letakkan kerucut disamping benda uji yg sudah dikeluarkan, Ukur nilai slump
dengan membalikkan kerucut di sebelahnya menggunakan perbedaan tinggi
rata-rata dari benda uji.
8. Lihat nilai toleransi nilai slump +- 2 cm
9. Jika nilai slump sesuai dengan standar maka beton dapat dikerjakan.
2.10 K3 Pada Konstruksi Beton
2.10.1 Persyaratan Umum
1. Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas
lainya harus didasarkan pada gambar rencana.
2. Selama pengerjaan harus dicatat data sehari-hari kemajuan pengerjaan
termasuk data yang mempengaruhi kekuatan beton berdasarkan waktu
pengerjaanya.
2.10.2 Syarat pengecoran dan pemancangan beton
1. Para pekerja harus mengunakan APD.
2. Badan pekerja harus sebanyak mungkin tertutup.
3. Harus dilakukan tindakan pencegahan untuk mencegah debu berterbangan.
4. Tempat penyimpanan bahan dan alat harus dipagar dan tertutup.
5. Konveyor yang tersumbat harus dihentikan terlebih dahulu sebelum
diusahakan membuka hambatan.
2.10.3 Syarat-syarat Bak Muatan
1. Bak muatan semen tidak boleh disi penuh.
2. Bak muatan beton diarahkan ketujuan dengan cara yang aman dan diberi
sangkutan pengaman.
2.10.4 Syarat-syarat pipa-pipa dan pompa-pompa penyalur beton
1. Lantai kerja sementara yang berfungsi menahan pipa pemompa beton harus
cukup kuat untuk menumpu pipa yang sedang terisi dan pekerja-pekerja pada
waktu yang bersamaan, dan memiliki faktor pengaman sedikitnya 4.
2. Pipa penyalur beton pompaan harus :

17
a. Diangker pada ujungnya dan pada lengkungan-lengkungannya.
b. Diujung atas diberi keran penyalur udara.
c. Terikat kuat dengan ujung penyemprot dengan mengunakan kerah terpaku
atau cara lain yang aman.
3. Bila pipa pemompa beton sedang dibersihkan dengan air atau udara
bertekanan tinggi tidak boleh disambung atau dilepas, dan pekerja yang tidak
berkepentingan harus berada di tempat aman.
4. Setiap permulaan pengantian kerja alat pengatur tekanan pada pompa-pompa
harus diperiksa.
5. Pekerja harus mengunakan APD.
2.11 Pekerjaan Tulangan
2.11.1 Pemotongan
Persiapan untuk melakukan pemotongan sesuai dengan ukuran sebelum
dipotong, tulangan ditandai terlebih dahulu. Pemotongan dilakukan batang per
abating. Panjang yang akan dipotong adalah panjang yang sesuai menurut daftar
potong (cutting bar/list) tulangan agar tidak terjadi pemborosan serta dapat
menghemat biaya yang telah dianggarkan. Panjang pasaran tulangan diantaranya
adalah 6 m, 9 m, dan 12 m
2.11.2 Mengikat Baja Beton
Tipe pengikatan pada besi tulangan :
1. Pengikatan silang, yaitu pengikatan yang digunakan untuk menghubungkan
batang-batang yang bersilangan.
2. Pengikatan Sadel, yaitu pengikatan yang digunakan untuk menghubungkan
sengkang-sengkang dengan 4 batang tulangan.
3. Pengikatan rangkap atau double.
2.11.3 Pemasangan Tulangan
Terdapat hal-hal yang berhubungan dengan pemasangan tulangan, diantaranya
adalah :
1. Tulangan harus bebas dari lempung, pelumas, kotoran, minyak, karat dan
bahan-bahan lain yang dapat mengurangu daya lekat dan ikat.
2. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berbah tempat atau posisinya.
3. Tulangan dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton (beton tahu)
dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan di cor. Ketepatan

18
letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkokan harus melintasi tulangan yang
berbatasan.

2.12 Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan
dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Fungsi
kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri.
Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban
lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke
kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di
bawahnya.
Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
1). Kolom ikat (tie column)
2). Kolom spiral (spiral column)
3). Kolom komposit (composite column)
Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuen terkait perhitungan kolom:
1). Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang
bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban
terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi
pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial
juga harus diperhitungkan.
2). Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya
beban tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar atau dalam harus
diperhitungkan. Demilkian pula pengaruh dari beban eksentris karena sebab lainnya
juga harus diperhitungkan.

19
3). Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada
kolom, ujung-ujung terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut
menyatu (monolit) dengan komponen struktur lainnya.
4). Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus
didistribusikan pada kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan
relative kolom dengan juga memperhatikan kondisi kekekangan pada ujung kolom.
Adapun dasar-dasar perhitungannya sebagai berikut:
1. Kuat perlu
2. Kuat rancang
2.13 Pekerjaan Kolom
1). Pekerjaan lantai kerja dan beton decking.
Lantai kerja dibuat setelah dihamparkan pasir dengan ketebalan yang cukup
sesuai gambar dan spesifikasi. Digunakan beton decking untuk menjaga posisi
tulangan dan memberikan selimut beton yang cukup.
2). Pekerjaan pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah lantai kerja siap
maka besi tulangan yang telah terfabrikasi siap dipasang dan dirangkai di lokasi.
Pembesian pile cap dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian
sloof. Panjang penjangkaran dipasang 30 x diameter tulangan utama.
3). Pekerjaan bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan kayu usuk 4/6
dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah roboh. Jika perlu maka dipasang tie
rod untuk menjaga kestabilan posisi bekisting saat pengecoran.
4). Pekerjaan kontrol kualitas.
Sebelum dilakukan pengecoran, perlu dilakukan kontrol kualitas yang terdiri
atas dua tahap yaitu :
a). Sebelum pengecoran dilakukan kontrol kualitas terhadap :
- Posisi dan kondisi bekisting.
- Posisi dan penempatan pembesian.
- Jarak antar tulangan.
- Panjang penjangkaran.
- Ketebalan beton decking.
- Ukuran baja tulangan yang digunakan.
- Posisi penempatan water stop

20
b). Pada saat pengecoran.
Pada saat berlangsungnya pengecoran, campuran dari concrete mixer
truck diambil sampelnya. Sampel diambil menurut ketentuan yang tercantum
dalam spesifikasi.
Pekerjaan kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan
konsultan pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan kontrol
kualitas.
5). Pekerjaan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh yaitu dengan
menggunakan Concrete Pump Truck. Pengecoran yang berhubungan dengan
sambungan selalu didahului dengan penggunaan bahan Bonding Agent.
6). Pekerjaan curing
Curing dilakukan sehari ( 24 jam ) setelah pengecoran selesai dilakukan
dengan dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam keadaan basah.
Jadi, untuk kolom pada bangunan berlantai 2 atau lebih, di butuhkan kolom
yang kuat dan kokoh sebagai dasar penopang beban yang besar dari atas, kolom yang
baik untuk bangunan ini adalah dengan ukuran 30/40 atau 40/40 ke atas. Ukuran
kolom ini disesuaikan dengan kebutuhan pada beban bangunan.
2.14 Pekerjaan Pondasi
Jenis fondasi yang sering digunakan oleh sebagian orang terutama gedung
lantai dua adalah jenis fondasi telapak atau dikenal juga dengan nama foot plate. Jenis
konstruksi ini lazimnya menggunakan beton bertulang dengan ukuran dan detail
penulangan tertentu. Sesuai dengan analisa teknis fondasi tersebut harus mampu
berfungsi sesuai dengan peruntukanya. Sudah barang tentu dalam merencanakanya
bukanlah hal yang mudah.
Hal yang diperlukan dalam merencanakan dalam perencanaan fondasi telapak
adalah :
1). Kondisi tanah yang akan menahan beban bangunan lewat fondasi,
Syarat-syaratnya adalah tanah mampu menerima beban yang diteima fondasi tanpa
mengalami penurunan atau penurunan dalam kadar yang sedikit dan merata. Data-
data dari kondisi tanah yang dibutuhkan diantaranya kohesi atau lekatan tanah, berat
jenis tanah
2). Kondisi fondasi. Dimana fondasi harus mampu untuk menerima gaya-
gaya yang bekerja padanya tanpa terjadi kerusakan pada fondasi foot plate itu sendiri.

21
Analisa kemampuan fondasi tidak didapatkan begitu saja akan tetap perlu analisa
struktur fondasi dengan mengolah beberapa data sekunder yang nantinya akan
didapatkan kapasitas fondasi footplate.
Pondasi tapak ini dapat dikombinasikan dengan pondasi batu belah/kali.
Pengaplikasiannya juga dapat langsung menggunakan sloof beton dengan dimensi
tertentu untuk kepentingan pemasangan dinding. Pondasi ini juga dapat dipersiapkan
untuk bangunan di tanah sempit yang akan dikembangkan ke atas. Adapun kelebihan
dan kekuranganya antara lain :
Kelebihan :
1). Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya
2). Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja)
3). Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi foot plate lebih handal
daripada pondasi batu belah.
Kekurangan :
1). Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan
lebih lama).
2). Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton
kering/ sesuai umur beton).
3). Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
4). Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
5). Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah
dilakukan galian tanah.
2.15 Pekerjaan Plat Lantai
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan
lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Plat lantai
didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan
plat lantai ditentukan oleh :
1). Besar lendutan yang diinginkan
2). Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
3). Bahan konstruksi dan plat lantai
Fungsi plat lantai adalah sebagai berikut :
1). Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas
2). Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas
3). Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah

22
4). Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah
5). Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal
Plat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama balok
penumpu dan kolom pendukungnya. Dengan demikian akan diperoleh hubungan yang
kuat yang menjadi satu kesatuan, hubungan ini disebut jepit-jepit. Pada plat lantai
beton dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan
momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan plat
lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu.
Perencanaan dan hitungan plat lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan
yang tercantum dalam buku SNI Beton 1991.
2.16 Pekerjaan Beton
1. Penimbangan Material Penyusun Beton
1). Portland Cement (PC)
Portland cement adalah salah satu tipe semen hidraulis dengan
komposisi utamanyaadalah kalsium silikat hidraulis. Hidraulis artinya tipe
semen tersebut akan membatudanmengeras bila bereaksi secara kimia dengan
air. Reaksi kimianya dinamakanreaksi hidrasi.Selama reaksi hidrasi tersebut
semen bercampur dengan airmembentuk masa batuan. Bila saat PC dan air
tersebut berbentuk pasta (pastasemen) dicampurkan agregat (baik agregat
kasar maupun agregat halus) maka pastasemen tersebut akan melingkupi
agregat dan membentuk gaya adhesi suatu agregat.
Saat pasta semen mengeras maka terbentuklah beton. Kadar
semenyang cukupsesuai rancangan akan memnghasilkan kuat tekan yang
sesuai, dan kadar semen yang kurang akan menghasilkan kuat tekan yang
rendah. Begitupun penggunaan mutu semen yang tepat pemakaiannya sesuai
dengan jenisnya (I, II, III, IV dan V) akan dapat menghasilkan kualitas sesuai
yang diinginkan.
2). Air
Fungsi air di dalam beton adalah :
a) Sebagai bahan penghidrasi semen: semen bisa berfungsi
sebagai bahan pengikat.
b) Sebagai bahan pelumas
c) Mempermudah proses pencampuran agregat dan semen
d) Mempermudah pelaksanaan pengecoran beton (workability)

23
Syarat air sebagai bahan pencampur beton :
a) Tidak mengandung unsur reaktif alkali
b) Tidak mengandung bahan minyak, asam, zat organis
c) Disarankan memakai air yang bisa diminum.
3). Agregat
Agregat adalah material granural ( suatu bahan yang keras dan kaku
yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk
suatu beton semen hidraulik atau adukan ( mortar ) misalnya pasir, kerikil ,
batu pecah dan sebagainya.
a) Pemilihan Agregat agregat yang akan digunakan sebagai bahan
campuran tergantung dari :
- Tersedianya bahan setempat
- Mutu bahan
- Bentuk / jenis konstruksi yang dibuat
- Harga bahan tersebut
- kriteria pemilihan agregat
2.17 Pengadukan Beton
Cara pengadukan dapat dilakukan dengan mesin atau tangan.
1). Pengadukan dengan tangan
Semen dan pasir dicampur secara kering diatas tempat yang rata, bersih, keras
dan tidak menyerap air. Pencampuran secara kering ini dilakukan sampai warnanya
sama. Campuran yang kering ini kemudian dicampur dengan kerikil dan diaduk
kembali sampai rata. Alat pencampur dapat berupa cangkul, sekop atau
cetok.Kemudian ditengah adukan tersebut dibuat lubang dan ditambahkan air
sebanyak 75% dari jumlah air yang diperlukan, lalu adukan diulangi dan ditambahkan
sisa air sampai adukan tampak merata.
2). Pengadukan dengan mesin
Untuk pekerjaan – pekerjaan yang besar yang menggunakan beton dalam
jumlah banyak, pengadukan dengan mesin dapat lebih murah dan memuaskan. Beton
yang dibuat dengan mesin lebih homogen dan dapat dilakukan dengan faktor air
semen yang lebih sedikit daripada bila diaduk dengan tangan. Cara pengadukan
sebagai berikut.
a) Masukkan air separo dari kebutuhan total air untuk sekali mengaduk
b) Masukkan kerikil, biarkan bercampur dengan air

24
c) Masukkan semen seperlunya sesuai perbandingan campuran
d) Masukkan pasir, biarkan mencampur
e) Masukkan air ½ bagian sisa dari perbandingan keseluruhan
2.18 Pengangkutan Beton
Pengangkutan beton yaitu mengantarkan adukan atau campuran beton dari
tempat pengadukan ke tempat pengecoran.Adukan beton yang dibuat dengan tangan
maupun dengan mesin harus diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai
berhidrasi (bereaksi dengan air). Selama pengangkutan harus selalu dijaga agar tidak
ada bahan – bahan yang tumpah/keluar atau yang memisahkan diri dari campuran.
Cara pengangkutan adukan beton itu tergantung jumlah adukan yang dibuat dan
keadaan tempat penuangan. Pengangkutan adukan beton dapat dilakukan dengan
menempatkan didalam ember, gerobak dorong, truk aduk beton, ban berjalan atau
pompa (gambar Membawa beton dengan Pompa.
Pengangkutan adukan beton dilakukan dengan ban – berjalan sangat baik bila
pengangkutan berlangsung secara terus – menerus dan ditujukan ke tempat yang jauh
lebih tinggi. Biasanya adukan beton diperlukan agak kental.
2.19 Pengecoran
Pengecoran adalah penuangan adukan beton ke dalam bekisting hingga terisi
penuh. Pelaksanaan pengecoran tidak boleh sembarangan karena pengecoran
merupakan salah satu factor yang menentukan mutu beton.Ditempat penuangan beton
harus segera dipadatkan sebelum semen dan air mulai bereaksi (pada umumnya
semen mulai bereaksi dengan air satu jam setelah semen dicampur dengan air). Hal –
hal berikut harus diperhatikan selama penuangan dan pemadatan berlangsung :
a) Adukan beton harus dituang secara terus – menerus (tidak terputus)
agar diperoleh beton yang seragam dan tidak terjadi garis batas.
b) Permukaan cetakan yang berhadapan dengan adukan beton harus
diolesi minyak agar beton yang terjadi tidak melekat dengan
cetakannya.
c) Selama penuangan dan pemadatan harus dijaga agar posisi cetakan
maupun tulangan tidak berubah.
d) Adukan beton jangan dijatuhkan dengan tinggi jatuh lebih dari satu
meter agar tidak terjadi pemisahan bahan pencampurnya.
e) Pengecoran tidak boleh dilakukan pada waktu turun hujan.

25
f) Sebaiknya tebal lapisan beton untuk setiap kali penuangan tidak lebih
dari 45 cm pada beton massa, dan 30 cm pada beton bertulang.
g) Harus dijaga agar beton yang masih segar tidak diinjak.
h) Tinggi maximum penuangan 50 cm

26
2.20 Pemadatan
Pemadatan bertujuan untuk memperkecil rongga-rongga udara didalam beton.
Bahan atau komponen akan saling mengisi celah-celah yang kosong. Dengan
pemadatan ini dapat meingkatkan sifat dari beton seperti kekuatan tekan, kekuatan
tarik, ketahanan retak dan lain sebagainya.Pemadatan adukan beton dapat dilakukan
secara manual atau dengan mesin. Pemadatan secara manual dilakukan dengan alat
berupa tongkat baja atau tongkat kayu. Adukan beton yang baru saja dituang harus
segera dipadatkan dengan cara ditusuk – tusuk dengan tongkat baja/kayu. Sebaiknya
tebal beton yang ditusuk tidak lebih dari 15 cm. Penusukan dengan tongkat itu
dilakukan beberapa waktu sampai tampak suatu lapisan mortar diatas permukaan
beton yang dipadatkan itu. Pemadatan yang kurang mengakibatkan kurang baiknya
mutu beton karena berongga.
Pemadatan dengan bantuan mesin dilakukan dengan alat getar (vibrator). Alat
getar itu mengakibatkan getaran pada beton segar yang baru saja dituang, sehingga
mengalir dan menjadi padat. Penggetaran yang terlalu lama harus dicegah untuk
menghindari mengumpulnya kerikil dibagian bawah dan hanya mortar yang ada di
bagian atas.
2.21 Perawatan
Perawatan beton ialah suatu pekerjaan menjaga agar permukaan beton segar
selalu lembab, sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras.
Kelembaban permukaan beton itu harus dijaga untuk menjamin proses hidrasi semen
(reaksi semen dan pasir) berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan,
akan terjadi beton yang kurang kuat, dan juga timbul retak – retak. Selain itu,
kelembaban permukaan tadi juga menambah beton lebih tahan cuaca, dan lebih kedap
air. Beberapa cara perawatan beton yang biasa dilakukan baik untuk benda uji yang
diambil dilapangan maupun beton setelah pengecoran sebagai berikut :
1). Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
2). Menggenangi permukaan beton dengan air.
3). Menyirami permukaan beton setiap saat secara terus – menerus.

27
2.22 Peralatan
 Catut  Palu
Untuk memotong kawat bendrat. Untuk memasang tulangan pada tempat
bending dan memasang paku.

Gambar 2.1 Catut

Gambar 2.2 Palu


 Alat pemotong tulangan besi  Alat pembuat sengkang spiral
Untuk memotong tulangan. Untuk menekuk tulangan.

Gambar 2.4 Alat Pembuat


Sengkang Spiral
Gambar 2.3 Alat Pemotong Tulangan
 Pleser  Tang potong
Untuk membengkokan tulangan baja Sebagai penjepit dan pemotong kawat.
yang ukurannya bermacam-macam.

Gambar 2.6 Tang Potong

Gambar 2.5 Pleser

28
 Roll meter  Hand Bor dan mata bor
Untuk mengukur tulangan besi/baja Untuk membuat lubang pada kayu, besi
yang akan digunakan. atau tembok.

Gambar 2.8 Hand Bor


Gambar 2.7 Roll Meter
 Tempat bending  Ember
Untuk tempat penanda pada saat Untuk mengambil air dan bahan
pembuatan begel/sengkang maupun material yang akan digunakan saat
menekuk tulangan baja. pencampuran beton.

Gambar 2.10 Ember


Gambar 2.9 Tempat Bending
 Tang kombinasi  Sendok spesi
Ujung rahang yag bergigi rapat, untuk Untuk mengambil dan mencampur
menjepit kawat atau kabel. Ditengahnya adukan yang telah dibuat.
bagian yang bergigi renggang untuk
mengunci mur. Rahang taam sebagai
pemotong kawat.

Gambar 2.12 Sendok Spesi

Gambar 2.11 Tang Kombinasi

29
 Mesin mixer (molen)  Nampan spesi
Untuk mengaduk material bahan yang Untuk tempat mencampur bahan-bahan
akan digunakan sesuai dengan proporsi atau material yang akan digunakan.
campuran yang telah direncanakan.

Gambar 2.14 Nampan Spesi

Gambar 2.13 Mesin Mixer


 Perata  Gerobak dorong
Untuk meratakan atau menghaluskan Digunakan untuk mengangkut material
permukaan beton. dalam pekerjaan bangunan.

Gambar 2.16 Gerobak Dorong


Gambar 2.15 Perata
 Sekop  Besi Penyangga
Digunakan untuk mengambil material Sebagai alat pembantu saat pembuatan
pasir, kerikil, dll ke dalam gerobak. kolom maupun balok.

Gambar 2.17 Sekop Gambar 2.18 Besi Penyangga

30
 Cangkul  Alat Uji Slump
Digunakan untuk menggali tanah, Untuk melakukan pengujian slump pada
melakukan pembersihan lahan, dan beton segar.
mengambil material untuk diangkut
menggunakan gerobak.

Gambar 2.20 Alat Uji Slump

Gambar 2.19 Cangkul

2.23 Bahan
 Tulangan Besi Ø6 , Ø8 , dan Ø10  Kerikil

Gambar 2.21 Tulangan Besi Gambar 2.22 Kerikil


 Kawat Bendrat  Pasir Hitam

Gambar 2.23 Kawat Bendrat Gambar 2.24 Pasir Hitam


 Spidol  Semen Portland

Gambar 2.25 Spidol Gambar 2.26 Semen Portland


 Paku  Papan Kayu (Bekisting)

31
Gambar 2.27 Paku
Gambar 2.28 Papan Kayu

32
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 JOB 1 : Praktik Pembuatan Sengkang
3.1.1 Tujuan
1. Mampu membuat sengkang/begel sesuai dengan standar
2. Mengetahui panjang kebutuhan tulangan besi yang diperlukan
untuk membuat satu buah sengkang/begel dengan ukuran yang
sudah ditentukan
3. Mengetahui dan mampu menggunakan peralatan dengan baik
dan benar
3.1.2 Alat Pelindung Diri (APD)
1. Sepatu Safety
2. Sarung Tangan
3.1.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø6 mm – Tulangan Besi Ø6 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Spidol
– Tempat bending
– Palu
– Tang Kombinasi
– Hand Bor
– Penggaris siku
– Roll meter

33
DAFTAR POTONGAN TULANGAN
NO KODE BENTUK DIAMETER JUMLAH BERAT PANJANG KET.
(mm) (kg) (cm)
1 BEGEL 10 X 18 6 5 0,222 60

2 BEGEL 9 X 12 6 5 0,222 45

1 LONJOR = 12 METER TOTAL KEBUTUHAN = 1 LONJOR BESI


TULAN
GAN
SISA 6
METER
Tabel 3.1 Daftar Potongan Tulangan JOB 1
3.1.4 Gambar Kerja
Sengkang segi 4 ukuran 10 cm x 18 cm Sengkang segi 4 ukuran 9 cm x 12 cm

Gambar 3.1 Gambar Kerja JOB 1


3.1.5 Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Menandai tulangan besi Ø6 mm sepanjang 50 cm dan tulangan
besi Ø8 sepanjang 64 cm masing – masing sebanyak 5 buah
3. Memotong tulangan besi sesuai dengan ukuran yang telat
ditandai menggunakan alat pemotong

34
4. Mengukur tempat bending dan menandai sesuai dengan ukuran
sengkang/begel yang akan dibuat yaitu 10cm x 18cm dan 9cm
x 12cm
5. Melubangi tempat bending dengan handbor dan memasang besi
penahan sebagai cetakan untuk membengkokkan tulangan agar
dapat membuat begel dengan ukuran yang tepat
6. Membuat begel dengan membengkokkan tulangan
menggunakan pleser sebesar 90° pada keempat sisi sesuai
dengan gambar kerja
7. Mengecek hasil pembengkokan sesuai dengan syarat yang
ditentukan (Panjang kait, diameter bengkokan). Hitung/ukur
kelebihan panjang besi tulangan dari yang disyaratkan, sebagai
koreksi untuk pemotongan dan pedoman pengerjaan benda
kerja berikutnya
8. Jika ukuran sudah tepat, melanjutkan pembuatan begel ukuran
10cm x 18cm sebanyak 5 buah dan ukuran 9cm x 12cm
sebanyak 5 buah

35
3.2 JOB 2 : Praktik Pembuatan Kolom Melingkar (Spiral)
3.2.1 Tujuan
1. Mampu membuat sengkang spiral menggunakan cara
konvensional maupun dengan alat
2. Mampu membuat kolom spiral dengan benar
3. Mengetahui cara memasang kawat bendrat dengan benar dan
kuat
4. Mengetahui dan mampu menggunakan peralatan dengan baik
dan benar
3.2.2 Alat Pelindung Diri (APD)
1. Sepatu Safety
2. Sarung Tangan
3.2.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø6 mm – Tulangan Besi Ø6 mm
– Pleser Ø8 mm – Tulangan Besi Ø8 mm
– Pleser Ø10 mm – Tulangan Besi Ø10 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Spidol
– Palu – Kawat bendrat
– Tang Kombinasi
– Catut
– Hand Bor
– Alat pembuat sengkang spiral
– Roll meter
– Besi penyangga

36
DAFTAR POTONGAN TULANGAN

Tabel 3.2 Daftar Potongan Tulangan JOB 2


3.2.4 Gambar Kerja

Gambar 3.2 Gambar Kerja JOB 2


3.2.5 Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan

37
2. Membuat mal sebelum membuat kolom bundar sebanyak 3
buah untuk kolom bundar diameter 20 cm dan sebanyak 3 buah
untuk kolom bundar diameter 40 cm
3. Membuat 2 spiral menggunakan tulangan besi Ø8 mm dengan
menghabiskan 1 lonjor besi dan panjang kurang lebih 12 meter.
Bentuk spiral tulangan besi menggunakan alat dan pukul
menggunakan palu agar bentuk menjadi bundar (dengan cara
manual)

4. Membuat 2 spiral menggunakan tulangan besi Ø6 mm dengan


menghabiskan 1 lonjor besi dan panjang kurang lebih 12 meter
dengan alat pembuat sengkang spiral
5. Memasang mal pada tulangan besi Ø10 mm sebanyak 8 buah
untuk membuat kolom bundar diameter 40 cm dan memasang
mal pada tulangan besi Ø8 mm sebanyak 8 buah untuk
membuat kolom bundar diameter 20 cm. Pemasangan mal
ditempatkan pada kedua ujung dan pada bagian tengah tulangan
besi dengan menggunakan kawat bendrat
6. Setelah selesai membuat spiral, pasangkan spiral tersebut pada
mal dan tulangan besi yang sudah diikat sesuai dengan gambar
kerja dan diikat rapat menggunakan kawat bendrat dengan jarak
antar ulir 10 cm

38
3.3 JOB 3 : Praktik Pembuatan Kolom Persegi Panjang
3.3.1 Tujuan
1. Mampu membuat kolom persegi panjang dengan benar
2. Mengetahui cara memasang kawat bendrat dengan benar dan
kuat
4. Mengetahui dan mampu menggunakan peralatan dengan baik
dan benar
3.3.2 Alat Pelindung Diri (APD)
1. Sepatu Safety
2. Sarung Tangan
3.3.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø6 mm – Tulangan Besi Ø6 mm
– Pleser Ø10 mm – Tulangan Besi Ø10 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Spidol
– Palu – Kawat bendrat
– Tang Kombinasi
– Catut
– Hand Bor
– Roll meter
– Besi penyangga

DAFTAR POTONGAN TULANGAN

Tabel 3.3 Daftar Potongan Tulangan JOB 3

3.3.4 Gambar Kerja

39
Ø8 - 10

Gambar 3.3 Gambar Kerja JOB 3


3.3.5 Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Membuat kait pada tulangan besi Ø10mm yang akan digunakan

3. Memasang sengkang/begel ukuran 10cm x 18cm yang telah


dibuat pada JOB 1 pada tulangan besi Ø10mm sebanyak 4 buah
menggunakan kawat bendrat sesuai dengan gambar kerja
4. Mengulangi langkah yang sama pada pemasangan
sengkang/begel selanjutnya dengan jarak 15 cm tiap begel

40
3.4 JOB 4 : Praktik Pembuatan Pondasi Telapak
3.4.1 Tujuan
1. Mampu membuat pondasi telapak dengan benar

2. Mengetahui cara memasang kawat bendrat dengan benar dan


kuat
3. Mengetahui dan mampu menggunakan peralatan dengan baik
dan benar
3.4.2 Alat Pelindung Diri (APD)
1. Sepatu Safety
2. Sarung Tangan
3.4.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø6 mm – Tulangan Besi Ø6 mm
– Pleser Ø10 mm – Tulangan Besi Ø10 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Spidol
– Palu – Kawat bendrat
– Tang Kombinasi
– Catut
– Roll meter
– Tempat bending

41
DAFTAR POTONGAN TULANGAN

Tabel 3.4 Daftar Potongan Tulangan JOB 4


3.4.4 Gambar Kerja

Gambar 3.4 Gambar Kerja JOB 4


3.4.5 Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan

2. Memahami gambar kerja pondasi telapak


3. Memotong kolom persegi panjang yang telah dibuat pada JOB
3 sesuai ukuran pada gambar kerja
4. Memotong tulangan besi yang dibutuhkan

42
5. Membengkokkan tulangan besi yang telah dipotong agar
membentuk kait sesuai gambar kerja
6. Memasang tulangan besi yang telah dipotong dan
dibengkokkan sesuai gambar kerja dengan jarak tulangan bagi
pada bagian alas 10 cm dan jarak antar begel 15 cm
7. Melakukan pengikatan antara sengkang dengan besi/tulangan
utama, dengan kawat bendrat (posisi tulangan utama berada
tepat pada sudut sengkang)
8. Menggabungkan rangkaian tulangan kolom dengan plat
pondasi
9. Mengecek ketepatan dan kerapian dari benda kerja

43
3.5 JOB 5 : Praktik Pembuatan Balok
3.5.1 Tujuan
1. Mampu membuat pondasi telapak dengan benar

2. Mengetahui cara memasang kawat bendrat dengan benar dan


kuat
3. Mengetahui dan mampu menggunakan peralatan dengan baik
dan benar
3.5.2 Alat Pelindung Diri (APD)
1. Sepatu Safety
2. Sarung Tangan
3.5.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø6 mm – Tulangan Besi Ø6 mm
– Pleser Ø8 mm – Tulangan Besi Ø8 mm
– Pleser Ø10 mm – Tulangan Besi Ø10 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Spidol
– Palu – Kawat bendrat
– Tang Kombinasi
– Catut
– Roll meter
– Tempat bending

DAFTAR POTONGAN TULANGAN

Tabel 3.5 Daftar Potongan Tulangan JOB 5

3.5.4 Gambar Kerja

44
Gambar 3.5 Gambar Kerja JOB 5
3.5.5 Langkah Kerja
1. Memahami gambar kerja balok
2. Menghitung kebutuhan bahan (besi 10 mm dan 6 mm)
3. Mempersiapkan alat dan bahan
4. Melakukan proses pengerjaan pemotongan besi tulangan sesuai
dengan ukuran dan jumlah yang telah ditentukan

5. Melakukan proses pembengkokan tulangan utama dan


sengkang sesuai ukuran dan jumlah yang telah ditentukan
6. Membuat catatan besarnya factor koreksi untuk masing-masing
bentuk tulangan.
7. Setelah bahan sudah sesuai dengan jumlah yang ditentukan
siapkan besi penyangga untuk merangkai tulangan.
8. Menggabungkan 4 besi tulangan utama , menandai jarak
pemasangan sengkang.
9. Mengatur letak kait sengkang, dengan posisi pada satu sisi.
10. Melakukan pengikatan antara sengkang dengan besi/tulangan
utama, dengan kawat bendrat (posisi tulangan utama berada
tepat pada sudut sengkang), jarak dan jumlah sengkang sesuai
gambar rencana.
11. Memastikan kait tulangan utama ke arah dalam kolom.

12. Mengecek ketepatan dan kerapian dari benda kerja

45
3.6 JOB 6 : Praktik Pembuatan Plat Non-Struktural dan Pengecoran
3.6.1 Tujuan
1. Mampu membuat plat non-struktural dengan benar
2. Mampu melakukan pengecoran secara langsung di lapangan
3. Mengetahui dan mampu menggunakan peralatan dengan baik
dan benar
3.6.2 Alat Pelindung Diri (APD)
1. Sepatu Safety
2. Sarung Tangan
3. Helm Safety
3.6.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø6 mm – Tulangan Besi Ø6 mm
– Pleser Ø8 mm – Tulangan Besi Ø8 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Kerikil
– Palu – Pasir hitam
– Tang Kombinasi – Semen Portland
– Catut – Papan kayu bekisting
– Roll meter – Pasir urug
– Tempat bending – Beton tahu
– Ember – Pecahan batu bata
– Gerobak dorong – Paku
– Mesin mixer (molen) – Spidol
– Nampan spesi – Kawat bendrat
– Sendok spesi
– Cangkul
– Sekop
– Alat uji slump

46
DAFTAR POTONGAN TULANGAN

Tabel 3.6 Daftar Potongan Tulangan JOB 6


3.6.4 Gambar Kerja

Gambar 3.6 Gambar Kerja JOB 6


3.6.5 Langkah Kerja
1. Mengukur area kerja yang telah ditentukan
2. Memahami gambar kerja plat non struktural
3. Menghitung kebutuhan bahan (besi Ø8 mm dan Ø6 mm)
4. Mempersiapkan alat dan bahan

47
5. Melakukan proses pengerjaan pemotongan besi tulangan sesuai
dengan ukuran dan jumlah yang telah ditentukan
6. Melakukan proses pembengkokan kait tulangan sesuai ukuran
dan jumlah yang telah ditentukan
7. Melakukan pengikatan besi tulangan utama dan tulangan bagi
menggunakan kawat bendrat
8. Memastikan kait tulangan sudah berada pada arah yang tepat
9. Mengecek ketepatan dan kerapian benda kerja dengan area
kerja
10. Memasang beton tahu pada plat jembatan dan plat pijakan
tangga yang telah dibuat
11. Melakukan pemasangan bekisting pada area kerja
12. Menghitung kebutuhan bahan campuran beton yang akan
dibuat
13. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sesuai
dengan data perhitungan
14. Menyalakan mesin molen yang akan digunakan dan
menempatkan mesin pada tempat yang strategis pada area kerja
15. Memasukkan bahan yang telah ditimbang yaitu kerikil lalu
pasir, selanjutnya semen, dan yang terakhir air
16. Menunggu sampai adukan tercampur rata dan homogen
17. Setelah adukan rata, adukan dituangkan pada nampan yang
telah disiapkan di bawah molen
18. Melakukan uji slump pada campuran beton segar hingga slump
mencapai ±7
19. Setelah uji slump terpenuhi campuran beton diratakan
menggunakan sendok spesi pada area kerja hingga mengisi
seluruh bagian yang telah dibatasi bekisting
20. Membuat lapisan finishing menggunakan pasir, semen, dan air
dengan pengadukan dilakukan secara manual
21. Melakukan pelapisan finishing pada benda kerja dan diratakan
menggunakan perata

48
3.7 JOB 7 : Praktik Pembuatan Plat Lantai
3.7.1 Tujuan
1. Mampu membuat plat lantai dengan benar

2. Mengetahui cara memasang kawat bendrat dengan benar dan


kuat
3. Mengetahui dan mampu menggunakan peralatan dengan baik
dan benar
3.7.2 Alat Pelindung Diri (APD)
1. Sepatu Safety
2. Sarung Tangan
3.7.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan : Bahan :
– Pleser Ø8 mm – Tulangan Besi Ø8 mm
– Alat pemotong tulangan besi – Spidol
– Palu – Kawat bendrat
– Tang Kombinasi
– Tang Pemotong
– Catut
– Roll meter
– Tempat bending
DAFTAR POTONGAN TULANGAN

Tabel 3.7 Daftar Potongan Tulangan JOB 7


3.7.4 Gambar Kerja

49
300

3.7.5 Langkah Kerja


1. Memahami gambar kerja praktik pembuatan plat lantai
2. Menghitung kebutuhan tulangan besi Ø8mm
3. Menyiapkan peralatan yang diperlukan ( Meteran, gunting
tulangan, palu besi, siku-siku, bending sesuai ukuran tulangan,
besi dan balok penahan untuk membengkokan tulangan)
4. Melakukan proses pengerjaan (Pemotongan, pembengkokan
dst), sampai semua bentuk tulangan yang diperlukan terpenuhi
sesuai dengan ukuran
5. Membuat catatan, besarnya factor Koreksi untuk masing-
masing bentuk tulangan
6. Menggabungkan semua besi tulangan arah memanjang. Tandai
jarak tulangan utama arah melintang dengan spidol sepanjang
daerah lapangan
7. Melakukan hal yang sama pada tulangan utama arah melintang

50
8. Melakukan pengikatan antar tulangan utama, arah memanjang
terhadap tulangan utama arah melintang dengan kawat bendrat.
Perhatikan posisi tulangan sesuai gambar kerja
9. Melakukan pengikatan tulangan didaerah tumpuan, perhatikan
posisi tulangan sesuai gambar kerja
10. Jika semua bagian tulangan sudah terpasang, selanjutnya
pemasangan tulangan bagi dikeempat sisi dengan jumlah dan
posisi sesuai dengan gambar rencana
11. Mengecek ketepatan dan kerapian dari benda kerja

51
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Pada JOB 1 Praktik Pembuatan Sengkang berjalan dengan lancar,
pembuatan sengkang/begel sebanyak 5 buah dengan ukuran 10 x 18 pada
perhitungan membutuhkan tulangan besi Ø6 sepanjang 64 cm tetapi pada
praktiknya hanya membutuhkan 58 cm, sedangkan pembuatan begel sebanyak
5 buah dengan ukuran 10 x 18 pada perhitungan membutuhkan tulangan besi
Ø6 sepanjang 50 cm tetapi pada praktiknya hanya membutuhkan 45 cm.
4.1.2 Pada JOB 2 Praktik Pembuatan Kolom Melingkar (Spiral) berjalan
dengan lancar, pada pembuatan kolom melingkar Ø20cm membentuk 17
lingkar dengan jarak 10 cm sedangkan pada pembuatan kolom melingkar
Ø40cm membentuk 11 lingkar dengan jarak 10 cm.
4.1.3 Pada JOB 3 Praktik Pembuatan Kolom Persegi Panjang berjalan
dengan lancar, pada pembuatan kolom persegi panjang sepanjang 3 meter
menggunakan 19 begel dengan jarak 15 cm.
4.1.4 Pada JOB 4 Praktik Pembuatan Pondasi Telapak berjalan dengan
lancar, pembuatan pondasi telapak menggunakan begel ukuran 10 x 18
sebanyak 9 buah.
4.1.5 Pada JOB 5 Praktik Pembuatan Balok berjalan dengan lancar,
pembuatan balok menggunakan begel ukuran 10 x 18 sebanyak 20 buah.
4.1.6 Pada JOB 6 Praktik Pembuatan Plat Non-Struktural dan Pengecoran
berjalan dengan lancar, pada pembuatan plat jembatan dan pijakan tangga
membutuhkan 4 lonjor tulangan besi sepanjang 12 meter. Hasil pengujian
slump pada pengukuran pertama 7,5 cm ; pengukuran kedua 7,5 cm ;
pengukuran ketiga 7 cm sehingga hasil tersebut sudah memenuhi syarat
pengujian slump. Pada proses pengecoran membutuhkan 9 campuran beton
dengan perbandingan 1 : 3 : 2.
4.1.7 Pada JOB 7 Praktik Pembuatan Plat Lantai berjalan dengan lancar,
pembuatan plat lantai menggunakan 19 lonjor tulangan menghasilkan plat
lantai berukuran 300 x 300.

52
4.2 Saran
4.2.1 Sebaiknya saat membuat sengkang/begel pada tempat bending,
melakukan pembengkokan dilakukan menggunakan pleser dengan ukuran
yang sesuai dan dengan teknik yang tepat.
4.2.2 Sebaiknya saat membuat kolom melingkar ,kolom persegi panjang,
balok, dan plat non-struktural lebih teliti dalam pengukuran jarak pemasangan
begel dan melakukan pemasangan kawat bendrat dengan teknik yang tepat
sehingga ikatan kuat.
4.2.3 Sebaiknya untuk pembuatan pondasi telapak pengukuran kebutuhan
besi tulangan dilakukan dengan teliti dan saat pemasangan dengan hati hati
agar kolom dapat berdiri tegak dan tidak miring.
4.2.4 Sebaiknya untuk pembuatan plat lantai pengukuran kebutuhan besi
tulangan dilakukan dengan teliti dan saat pemasangan dilakukan selalu
memperhatikan sekitar dan menggunakan mal agar pemasangan tepat pada
jarak yang telah ditentukan.
4.2.5 Saat melakukan tiap – tiap pekerjaan sebaiknya dilakukan dengan hati
– hati dan selalu memperhatikan sekitar agar meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja. Setiap melakukan pekerjaan juga sebaiknya selalu memakai
APD dengan baik.

53
DAFTAR PUSTAKA
- Kurniasari, Ercita. “LAPORAN PRAKTIK BENGKEL SIPIL”. 16 Januari 2018.
Diakses pukul 17.00 WIB.
https://www.academia.edu/9480017/LAPORAN_PRAKTIK_BENGKEL_SIPIL
- Anonim. “JENIS – JENIS BETON DALAM KONSTRUKSI”. 16 Januari 2018.
Diakses pukul 17.13 WIB.
http://kontruksibangunan-kb1.blogspot.co.id/2013/03/jenis-jenis-beton-dalam-
konstruksi.html
- Hentak. “BETON DAN BAHAN BAHAN ADUKAN PEMBENTUK”. 16 Januari
2018. Diakses pukul 17.26 WIB.
http://poda-hentak.blogspot.co.id/2011/08/beton-dan-bahan-bahan-adukan-
pembentuk.html
- Nji, Lauw Tjun. “PENGELOMPOKAN BETON”. 16 Januari 2018. Diakses pukul
17.40 WIB.
https://lauwtjunnji.weebly.com/pengelompokan-beton.html
- Anonim. “SETTING DAN HARDENINGG PADA SEMEN”. 16 Januari 2018.
Diakses pukul 17.49 WIB.
http://civilkitau.blogspot.co.id/2014/03/setting-dan-hardening-pada-semen.html
- Pattinjjo, Rukman. “DEFINISI BETON DAN BETON BERTULANG”. 16 Januari
2018. Diakses pukul 18.05 WIB.
https://www.academia.edu/10290688/DEFINISI_BETON_DAN_BETON_BERTUL
ANG
- Anonim. “PENGERTIAN SANDBLASTING”. 16 Januari 2018. Diakses pukul 21.16
WIB.
https://www.bioindustries.co.id/pengertian-sandblasting-3481.html
- Nji, Lauw Tjun. ‘BESI TULANGAN – PARAMETER”. 18 Januari 2018. Diakses
pukul 02.05 WIB.
https://lauwtjunnji.weebly.com/besi-tulangan--parameter.html
- Kusuma, Dwi. “PANAS HIDRASI’. 18 Januari 2018. Diakses pukul 02.15 WIB.
https://dwikusumadpu.wordpress.com/tag/panas-hidrasi/

54

Anda mungkin juga menyukai