“Kontrak Bisnis”
Disusun Oleh :
Kelompok 1 :
RIZKI SARTIKA
YIFNITRA
VENNY TRITARA KARTIKA
Kelas D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Kontrak Bisnis ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu
Dosen mata kuliah Hukum Bisnis yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita dalam mengetahui apa saja yang ada didalam kontrak bisnis, kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Semoga
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.LATARBELAKANG
Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan karena setiap orang yang membuat
kontrak terikat untuk memenuhi kontrak tersebut. Era reformasi adalah era perubahan. Perubahan
disegala bidang kehidupan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Salah satunya adalah
dibidang hukum. Dalam bidang hukum, diarahkan pada pembentukan peraturan perundang-
undangan yang memfasilitasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti kita ketahui bahwa
banyak peraturan perundang-undangan kita yang masih berasal dari masa pemerintahan Hindia
Belanda.
Hukum kontrak kita masih mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk
Wetboek Bab III tentang Perikatan (selanjutnya disebut buku III) yang masuk dan diakui oleh
Pemerintahan Hindia Belanda melalui asas Konkordansi yaitu asas yang menyatakan bahwa
peraturan yang berlaku di negeri Belanda berlaku pula pada pemerintahan Hindia Belanda
(Indonesia), hal tersebut untuk memudahkan para pelaku bisnis eropa/ Belanda agar lebih mudah
dalam mengerti hukum.
A. Definisi
1. Pengertian kontrak
Kontrak dalam pengertian luas sering dinamakan juga perjanjian, meskipun demikian
istilah kontrak dan perjanjian memiliki arti yang hampir sama. Kontrak adalah peristiwa dua orang
atau lebih untuk saling berjanji dalam melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu,
biasanya diadakan secara tertulis. Para pihak yang melakukan kesepakatan wajib untuk mentaati
dan melaksanakan, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang di sebut
perikatan (verbintenis). Dikarenakan kontak menimbulkan kewajiban maka kontrak bisa disebut
dengan sumber hukum formal, sedangkan asal kontrak tersebut adalah kontrak yang sah.
Kemudian Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.R. Subekti
mengemukakan perjanjian adalah “suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau
di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.”Menurut Salim MS,
Perjanjian adalah "hubungan hukum antara subjek yang satu dengan subjek yang lain dalam bidang
harta kekayaan, dimana subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum
yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya.”
b. Syarat objektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontraknya batal demi hukum,
meliputi :
• Suatu hal (objek) tertentu.
• Sesuatu sebab yang halal.
Adapun akibat dari tidak terpenuhinya satu atau lebih dari syarat sahnya perjanjian adalah:
Dalam hal ini perjanjian tersebut dianggap tidak pernah sah dan tidak pernah ada, dalam
hal ini jika tidak terpenuhi syarat objektif yaitu syarat perihal tertentu dan syarat kausa yang
diperbolehkan.
b. Dapat dibatalkan
Dalam hal ini, perjanjian tersebut baru dianggap tidak sah jika dibatalkan oleh yang
berkepentingan, jika terpenuhi syarat subjektif yaitu tercapainya kata sepakat dan kecakapan
berbuat.
c. Perjanjian tidak dapat dilaksanakan.
Dalam hal ini, perjanjian tidak dapat dilaksanakan karena perjanjian ini dengan syarat
pengguhan.Dan syarat tangguhan belum bisa dilaksanakan atau terwujud.
Dalam hal ini, adanya sanksi administrative terhadap salah satu atau kedua belah pihak
yang mengadakan perjanjian karena tidak terpenuhinya syarat perjanjian, tetapi tidak
mengakibatkan batalnya suatu perjanjian tersebut.
a. Konsensualisme
Maksudnya adalah bahwa pada asasnya suatu perjanjian atau perikatan yang timbul atau
lahir adalah sejak detik tercapainya sepakat mengenai hal-hal pokok dan tidak diperlukan suatu
formalitas. Ini berarti bahwa perjanjian itu lahir sejak kata sepakat telah tercapai, walaupun dalam
pelaksanaannya Undang-undang menetapkan tetap adanya suatu formalitas tertentu. Misalnya
adanya keharusan menuangkan perjanjian kedalam bentuk tertulis atau dengan akta notaris.
Sedangkan guna perjanjian dituangkan dalam bentuk tertulis yaitu adalah dalam hal sebagai alat
bukti.
b. Kebebasan Berkontrak
Maksudnya adalah bahwa setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja baik sudah
ataupun belum diatur oleh Undang-undang, bebas untuk tidak mengadakan perjanjian, bebas untuk
mengadakan perjanjian dengan siapa pun dan juga bebas untuk menentukan isi, syarat dan luasnya
perjanjian. Kebebasan dalam asas ini asalkan tidak melanggar ketentuan Undang-Undang, tidak
melanggar kepentingan umum dan kesusilaan.
c. Pacta sunt servada, Asas ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata
yang berbunyi :
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya”.
Hal tersebut berarti bahwa para pihak mempunyai keterikatan pada perjanjian yang mereka buat.
1. Risiko
Menurut soebekti (2001: 144), resiko merupakan kwajiban untuk memikul kerugian jika ada suatu
kejadian diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang di maksudkan dalam kontrak.
2. Wanprestasi
Prestasi / ingkar janji adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu dan tidak
melakukan sesuatu, sebaliknya diangggap wanprestasi bila seseorang tidak melakukan apa yang
disanggupi akan dilaksanakannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana
dijanjikannya, melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi terlambat atau melakukan sesuatu menurut
kontrak tidak boleh dilakukannya.
Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi, pembatalan kontrak,
peralihan risiko, maupun membayar biaya perkara.
3. Keadaan Memaksa
Menurut soebekti (2001: 144), untuk dapat dikatakan suatu “keadaan memaksa” bila keadaan itu
diluar kekuasaannya, memaksa atau tidak dapat diketahui sebelumnya.
2. Berakhirnya Kontrak
Kontrak dapat berakhir karena :
a. Pembayaran
b. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan produk yang hendak dibayarkan itu
disuatu tempat
c. Pembaruan utang
d. Kompensasi
e. Percampuran utang
f. Pembebasan utang
g. Hapusnya produk yang dimasukkan dalam kontrak
h. Pembatalan kontrak
i. Akibat berlakunya syarat pembatalan
j. Lewat waktu
E. Bentuk Kontrak
a. Pola umum anatomi sebuah kontrak
• Judul
• Pembukaan
• Pihak-pihak
• Latar belakang
• Isi
• Penutup
b. Tahapan-tahapan kontrak
• Prakontrak, pada tahapan ini para pihak memulai dengan negosiasi, membuat memory of
understanding (MoU), studi kelayakan dan negosiasi lanjutan.
• Kontrak, pada tahapan ini dimulai dengan penulisan naskah awal, pembahasan naskah, penulisan
naskah akhir, dan dilanjutkan dengan penandatanganan.
• Pascakontrak, dimulai pelaksanaan kontrak, penafsiran kontrak dan terakhir penyelesaian
sengketa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kontrak (perjanjian) adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis. Syarat Sahnya
Kontrak yaitu Syarat subjektif dan Syarat objektif adapun Asas dalam Berkontrak :
Konsensualisme, Kebebasan berkontrak, Pacta sunt servada. Macam-macam kontrak yaitu
Perjanjian Kredit, Perjanjian Leasing (kredit barang), Perjanjian Keagenan dan Distributor dan
Perjanjian Franchising dan Lisensi adapun Perjanjian Menurut Ekonomi Syariah yaitu Sumber
hukum pokok dan utama dalam ekonomi syariah adalah kitab suci Al-Qur’an yang merupakan
wahyu dari Allah SWT. Yang diturunkan melalui nabi Muhammad SAW, sumber kedua adalah Al-
Hadits yang merupakan kumpulan setiap perkataan nabi tentang sesuatu, dan yang ketiga adalah
Ijma yang merupakan kesepakatan (consensus) para ulama tentang suatu hal.