Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HUKUM BISNIS

“Kontrak Bisnis”
Disusun Oleh :
Kelompok 1 :
RIZKI SARTIKA
YIFNITRA
VENNY TRITARA KARTIKA
Kelas D

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Kontrak Bisnis ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu
Dosen mata kuliah Hukum Bisnis yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita dalam mengetahui apa saja yang ada didalam kontrak bisnis, kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Semoga
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, September 2016

Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN

I.LATARBELAKANG
Hukum kontrak merupakan bagian dari hukum perikatan karena setiap orang yang membuat
kontrak terikat untuk memenuhi kontrak tersebut. Era reformasi adalah era perubahan. Perubahan
disegala bidang kehidupan demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Salah satunya adalah
dibidang hukum. Dalam bidang hukum, diarahkan pada pembentukan peraturan perundang-
undangan yang memfasilitasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti kita ketahui bahwa
banyak peraturan perundang-undangan kita yang masih berasal dari masa pemerintahan Hindia
Belanda.

Hukum kontrak kita masih mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk
Wetboek Bab III tentang Perikatan (selanjutnya disebut buku III) yang masuk dan diakui oleh
Pemerintahan Hindia Belanda melalui asas Konkordansi yaitu asas yang menyatakan bahwa
peraturan yang berlaku di negeri Belanda berlaku pula pada pemerintahan Hindia Belanda
(Indonesia), hal tersebut untuk memudahkan para pelaku bisnis eropa/ Belanda agar lebih mudah
dalam mengerti hukum.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian kontrak?

2. Apa syarat sah kontrak?

3. Apakah asas dalam berkontrak?

4. Apakah sumber hukum kontrak?

5. Apakah Risiko, Wanprestasi, dan Keadaan Memaksa?

6. Berapakah macam kontrak?

7. Apakah perjnjian menurut ekonomi syariah?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Pengertian kontrak
Kontrak dalam pengertian luas sering dinamakan juga perjanjian, meskipun demikian
istilah kontrak dan perjanjian memiliki arti yang hampir sama. Kontrak adalah peristiwa dua orang
atau lebih untuk saling berjanji dalam melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu,
biasanya diadakan secara tertulis. Para pihak yang melakukan kesepakatan wajib untuk mentaati
dan melaksanakan, sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang di sebut
perikatan (verbintenis). Dikarenakan kontak menimbulkan kewajiban maka kontrak bisa disebut
dengan sumber hukum formal, sedangkan asal kontrak tersebut adalah kontrak yang sah.

Kemudian Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.R. Subekti
mengemukakan perjanjian adalah “suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau
di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.”Menurut Salim MS,
Perjanjian adalah "hubungan hukum antara subjek yang satu dengan subjek yang lain dalam bidang
harta kekayaan, dimana subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum
yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya.”

2. Syarat Sahnya Kontrak


Menurut pasal 1320 KUH Perdata kontrak adalah sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Syarat subjektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontrak dapat dibatalkan, meliputi :
• Kecakapan untuk membuat kontrak (dewasa dan tidak sakit ingatan) .
• Kesepakatan mereka yang mengikat dirinya.

b. Syarat objektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontraknya batal demi hukum,
meliputi :
• Suatu hal (objek) tertentu.
• Sesuatu sebab yang halal.

Adapun akibat dari tidak terpenuhinya satu atau lebih dari syarat sahnya perjanjian adalah:

a. Batal demi hukum

Dalam hal ini perjanjian tersebut dianggap tidak pernah sah dan tidak pernah ada, dalam
hal ini jika tidak terpenuhi syarat objektif yaitu syarat perihal tertentu dan syarat kausa yang
diperbolehkan.

b. Dapat dibatalkan

Dalam hal ini, perjanjian tersebut baru dianggap tidak sah jika dibatalkan oleh yang
berkepentingan, jika terpenuhi syarat subjektif yaitu tercapainya kata sepakat dan kecakapan
berbuat.
c. Perjanjian tidak dapat dilaksanakan.

Dalam hal ini, perjanjian tidak dapat dilaksanakan karena perjanjian ini dengan syarat
pengguhan.Dan syarat tangguhan belum bisa dilaksanakan atau terwujud.

d. Dikenakan sanksi administrative.

Dalam hal ini, adanya sanksi administrative terhadap salah satu atau kedua belah pihak
yang mengadakan perjanjian karena tidak terpenuhinya syarat perjanjian, tetapi tidak
mengakibatkan batalnya suatu perjanjian tersebut.

3. Asas dalam Berkontrak


Menurut pasal 1338 Ayat 1 KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari bunyi pasal
tersebut sangat jelas terkandung asas :

a. Konsensualisme

Maksudnya adalah bahwa pada asasnya suatu perjanjian atau perikatan yang timbul atau
lahir adalah sejak detik tercapainya sepakat mengenai hal-hal pokok dan tidak diperlukan suatu
formalitas. Ini berarti bahwa perjanjian itu lahir sejak kata sepakat telah tercapai, walaupun dalam
pelaksanaannya Undang-undang menetapkan tetap adanya suatu formalitas tertentu. Misalnya
adanya keharusan menuangkan perjanjian kedalam bentuk tertulis atau dengan akta notaris.
Sedangkan guna perjanjian dituangkan dalam bentuk tertulis yaitu adalah dalam hal sebagai alat
bukti.

b. Kebebasan Berkontrak

Maksudnya adalah bahwa setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja baik sudah
ataupun belum diatur oleh Undang-undang, bebas untuk tidak mengadakan perjanjian, bebas untuk
mengadakan perjanjian dengan siapa pun dan juga bebas untuk menentukan isi, syarat dan luasnya
perjanjian. Kebebasan dalam asas ini asalkan tidak melanggar ketentuan Undang-Undang, tidak
melanggar kepentingan umum dan kesusilaan.

c. Pacta sunt servada, Asas ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata
yang berbunyi :
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya”.
Hal tersebut berarti bahwa para pihak mempunyai keterikatan pada perjanjian yang mereka buat.

4. Sumber Hukum Kontrak


a. Persetujuan para pihak kontrak.
b. Undang-undang, selanjutnya yang lahir dari UU ini dapat dibagi :
 Undang-undang saja.
 UU karena suatu perbuatan, selanjutnya yang lahir dari UU karena suatu perbuatan dapat
dibagi :
• Yang dibolehkan (zaakwarnaming)
• Yang berlawanan dengan hukum, misalnya seseorang yang membocorkan rahasia perusahaan,
meskipun dalam kontrak kerja tidak disebutkan, perusahaan dapat saja menuntut karyawan tersebut
karena perbuatan itu oleh UU termasuk perbuatan yang melawan hokum (onrechtmatige daad),
untuk hal ini dapat dilihat Pasal 1365 KUH Perdata.

B. Risiko, Wanprestasi, dan Keadaan Memaksa

1. Risiko
Menurut soebekti (2001: 144), resiko merupakan kwajiban untuk memikul kerugian jika ada suatu
kejadian diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang di maksudkan dalam kontrak.

2. Wanprestasi
Prestasi / ingkar janji adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu dan tidak
melakukan sesuatu, sebaliknya diangggap wanprestasi bila seseorang tidak melakukan apa yang
disanggupi akan dilaksanakannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana
dijanjikannya, melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi terlambat atau melakukan sesuatu menurut
kontrak tidak boleh dilakukannya.
Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi, pembatalan kontrak,
peralihan risiko, maupun membayar biaya perkara.

3. Keadaan Memaksa
Menurut soebekti (2001: 144), untuk dapat dikatakan suatu “keadaan memaksa” bila keadaan itu
diluar kekuasaannya, memaksa atau tidak dapat diketahui sebelumnya.

C. Macam-macam kontrak dan Berakhirnya Kontrak


1. Macam-macam kontrak
a. Perjanjian Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang bisa dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank (kreditor) dengan pihak lain (debitor)
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
Dari uraian diatas dapat dibedakan dua kelompok perjanjian kredit yaitu :
• Perjanjian kredit uang. (contoh : perjanjian kartu kredit)
• Perjanjian kredit barang. (contoh : perjanjian sewa beli, perjanjian sewa guna usaha).
b. Perjanjian Leasing (kredit barang)
Leasing berasal dari kata leas (dalam bahasa inggris) adalah perjanjian yang pembayarannya
dilakukan secara angsuran dan hak milik atas barang itu beralih kepada pembeli setelah angsuran
lunas dibayar (Keputusan Menteri Perdagangan No. 34/KP/11/1980).
Cirri-ciri pokok leasing
• Hak milik atas barang baru beralih setelah lunas pembayaran, berarti selama kurun waktu kontrak
berjalan hak milik masih menjadi hak lessor. Hal ini berbeda dengan perjanjian pembiayaan untuk
jual belibarang.
• Sewaktu-waktu lessor dapat membatalkan kontrak bila lessee lalai.
• Leasing bukan perjanjian kredit murni, namun cenderung perjanjian kredit dengan jaminan
terselubung.
• Ada registrasi kredit dengan tujuan untuk melahirkan sifat kebendaan dari perjanjian jaminan.
c. Perjanjian Keagenan dan Distributor
Agen adalah perusahaan nasional yang menjalankan keagenan, sedangkan keagenanadalah
hubungan hukum antara pemegang merk(principal) dan suatu perusahaan dalam penunjukan untuk
melakukan perakitan/pembuatan/manufaktur serta penjualan / distribusi barang modal atau produk
industri tertentu.
Hubungan hukum keagenan
Hubungan hukum antara agen dengan principal merupakan merupakan hubungan yang dibangun
melalui mekanisme layanan lepas jual, disini hak milik atas produk yang dijual oleh agen tidak lagi
berada pada principal melainkan sudah berpindah kepada agen, karena pada prinsipnya agen telah
membeli produk dari principal.
d. Perjanjian Franchising dan Lisensi
Franchise adalah pemilik dari sebuah merk dagang, nama dagang, sebuah rahasia dagang, paten,
atau produk (biasanya disebut “franchisor”) yang memberikan lisensi ke pihak lain biasanya
disebut (franchisee) untuk menjual atau member pelayanan dari produk di bawah nama franchisor.
Franchisee biasanya membayar semacam fee (royalti) kepada franchisor terhadap aktifitas yang
mereka lakukan. Franchisee dan franchisor merupakan dua pihak yang terpisah satu dengan yang
lainnya.

2. Berakhirnya Kontrak
Kontrak dapat berakhir karena :
a. Pembayaran
b. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan produk yang hendak dibayarkan itu
disuatu tempat
c. Pembaruan utang
d. Kompensasi
e. Percampuran utang
f. Pembebasan utang
g. Hapusnya produk yang dimasukkan dalam kontrak
h. Pembatalan kontrak
i. Akibat berlakunya syarat pembatalan
j. Lewat waktu

D. Perjanjian Menurut Ekonomi Syariah


1. Sumber hukum
Sumber hukum pokok dan utama dalam ekonomi syariah adalah kitab suci Al-Qur’an yang
merupakan wahyu dari Allah SWT. Yang diturunkan melalui nabi Muhammad SAW, sumber
kedua adalah Al-Hadits yang merupakan kumpulan setiap perkataan nabi tentang sesuatu, dan yang
ketiga adalah Ijma yang merupakan kesepakatan (consensus) para ulama tentang suatu hal.

2. Rukun dan Syarat Perjanjian (Akad)


a. Rukun akad, seperti penjual, pembeli, barang, harga, akad/ijab Kabul.
b. Syarat akad, seperti:
• Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal
demi hokum syariah
• Harga barang dan jasa harus jelas
• Tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi
• Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam pemilikan, tidak boleh menjual sesuatu yang
belum dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.

3. Macam-macam Praktik Bisnis Menurut Ekonomi Syariah


a. Bagi Hasil (profit sharing), dengan prinsip al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah, al-
musaqah.
b. Jual Beli (sale and purchase), dengan prinsip al-murabahah, as-salam, al-istishna, al-ijarah.
c. Simpanan/titipan (depository/al-wadi’ah)
d. Sewa (operational lease and financial lease)
e. Jasa (free-based serfices)
f. Atau kegiatan lain yang lazim dilakukan sepanjang disetujui oleh dewan syari’ah nasional (pasal
28 SK Direksi BI No. 32/1999).

E. Bentuk Kontrak
a. Pola umum anatomi sebuah kontrak
• Judul
• Pembukaan
• Pihak-pihak
• Latar belakang
• Isi
• Penutup

b. Tahapan-tahapan kontrak
• Prakontrak, pada tahapan ini para pihak memulai dengan negosiasi, membuat memory of
understanding (MoU), studi kelayakan dan negosiasi lanjutan.
• Kontrak, pada tahapan ini dimulai dengan penulisan naskah awal, pembahasan naskah, penulisan
naskah akhir, dan dilanjutkan dengan penandatanganan.
• Pascakontrak, dimulai pelaksanaan kontrak, penafsiran kontrak dan terakhir penyelesaian
sengketa.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kontrak (perjanjian) adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis. Syarat Sahnya
Kontrak yaitu Syarat subjektif dan Syarat objektif adapun Asas dalam Berkontrak :
Konsensualisme, Kebebasan berkontrak, Pacta sunt servada. Macam-macam kontrak yaitu
Perjanjian Kredit, Perjanjian Leasing (kredit barang), Perjanjian Keagenan dan Distributor dan
Perjanjian Franchising dan Lisensi adapun Perjanjian Menurut Ekonomi Syariah yaitu Sumber
hukum pokok dan utama dalam ekonomi syariah adalah kitab suci Al-Qur’an yang merupakan
wahyu dari Allah SWT. Yang diturunkan melalui nabi Muhammad SAW, sumber kedua adalah Al-
Hadits yang merupakan kumpulan setiap perkataan nabi tentang sesuatu, dan yang ketiga adalah
Ijma yang merupakan kesepakatan (consensus) para ulama tentang suatu hal.

Anda mungkin juga menyukai