Gangguan imun yang merusak jaringan diklasifikasikan dalam berbagai cara untuk mem-
imunologis telah digambarkan sesuai dengan cara terjadinya cedera jaringan. Beberapa
Istilah klasik untuk reaksi yang merusak jaringan imunologis adalah reaksi hiper-
sensitivitas, yang mengacu pada respons sistem imun yang berlebihan pada antigen.
Antigen ini yang menimbulkan respons disebut alergen. Alergen menimbulkan responsS berbeda,
bergantung pada predisposisi genetik seseorang terhadap respons
yang berlebihan. Pada beberapa kasus, antigen menghasilkan respons ini tanpa diketa-
antigen tanpa menyebabkan kerusakan yang luas, pada saat yang sama respon
bagaimana reaksi ini memanifestasikan diri dalam berbagai penyakit atau keadaan.
atau atopi
Anafilaksis mengacu pada reaksi akut yang biasanya dihubungkan dengan tipe reaksi
kulit berupa bentol dan merah serta vasodilatasi yang dapat mencetuskan syok sirkula-
si. Atopi, yang diakibatkan oleh mekanisme yang sama, terjadi secara menahun pada
respons yang bergantung pada antigen, frekuensi kontak, rute kontak, dan semsitivitas
Atopi adalah reaksi hipersensitivitas paling umum. Reaksi ini, umumnya disebut
alergi, terjadi pada organ yang terpajan pada antigen lingkungan. Karenanya, saluran
pernapasan, kulit, dan sistem gastrointestinal secara khusus terkena. Banyak tipe anti-
gen atau alergen dapat menimbulkan status hipersensitivitas pada individu rentan.
Yang paling umum dari ini adalah alergen lingkungan, seperti serbuk sari, rontokan
rambut atau bulu, makanan, gigitan serangga, dan agens pembersih rumah. Reaksi
sensitivitas obat dapat mempengaruhi respons yang sama. Status penyakit lain yang
diklasifikasikan dalam kelompok ini mencakup demam jerami (hay fever), urtikaria (hives),
asma, dan ekzema atopik. Kerentanan terhadap alergi ditentukan oleh faktor genetik
dan oleh faktor lain yang memungkinkan pemajanan pada alergen (Tambayong, 2000).
Pada respons hipersensitivitas tipe II, suatu antibodi sirkulasi biasanya IgG, bereaksi
dengan antigen pada permukaan sel. Karena individu secara normal mempunyai antibo-
di terhadap antigen dari golongan darah ABO yang tidak ada pada membran mereka
sendiri, antigen ini dapat menjadi komponen normal dari membran. Bisa juga suatu
benda asing seperti agens farmakologis, yang melekat pada permukaan sel hospes itu
sendiri. Antibodi yang diproduksi pada sel darah merah hospes sendiri dapat menim-
bulkan anemia hemolitik autoimun. Sel ini dirusak oleh reaksi pada permukaannya baik
oleh fagosit atau lisis. Efeknya pada hospes bergantung pada jumlah dan tipe sel-sel
yang dirusak. Contoh dari respons hipersensitivitas ini mencakup reaksi hemolitik,
seperti anemia hemolitik autoimun, eritroblastosis fetalis, dan kerusakan sel sasaran
dapan kompleks dalam area yang rentan, yang menimbulkan inflamasi sebagai akibat
endokardial, dan proses inflamasi membran lain yang mempengaruhi kerentanan organ (Tambayong,
2000).
Tipe lV: Hipersensitivitas selular
Respons tipe IV adalah akibat dari limfosit T yang disensitisasi secara khusus tanpa
sitivitas tertunda dihubungkan dengan interaksi khusus sel-T dengan antigen. Sel-T
bereaksi dengan antigen dan melepaskan limfokin yang menarik makrofag ke dalam area
tersebut. Makrofag melepaskan monokin. Zat ini ningkatkan respons inflamasi yang
menghancurkan benda asing. Respons tuberkulin adalah contoh paling baik dari re-
adalah bentuk paling penting dari hipersensitivitas tertunda, karena ini adalah akibat
dari pembentukan granuloma dalam area tubuh yang lain Granuloma dikelilingi oleh
fibrosis, dan bahan nekrosis dapat terkandung di dalamnya. Suatu reaksi kulit alergis
umum, dermatitis kontak tampak menjadi respons sel-T dengan reaksi tertunda. Ini
terjadi pada kontak dengan kimia rumah tangga umum, kosmetik, dan toksin tanaman.