Kajian Perilaku Inovatif
Kajian Perilaku Inovatif
KAJIAN PUSTAKA
A. Perilaku Inovatif
Fajrianthi, 2012).
12
konstruk perilaku yang berbeda (De Jong, dalam Amir 2015). Dimana,
kreatifitas dapat dilihat pada tahap pertama dari proses perilaku inovatif
kompleks karena ide-ide tersebut akan sampai pada tahap aplikasi (De
perilaku inovatif modernisasi ini diikuti oleh perubahan sikap, sifat atau
13
a. Oppurtunity Exploration
b. Generativity
pengembangan.
c. Formative Investigation
d. Championing
merealisasikan ide-ide
e. Application
14
a. Faktor Internal
1. Tipe Kepribadian
Menurut Janssen, Van den Ven dan West adalah orang yang
baru.
b. Faktor Eksternal
1. Kepemimpinan
15
4. Iklim psikologis
16
B. RESILIENSI
1. Pengertian Resiliensi
karena alasan yang mendasari hal tersebut adalah karna resiliensi dapat
pertama kali oleh Block (dalam Chon, 2009) dengan nama ego-resilience,
17
penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan
2. Aspek Resiliensi
7 aspek, yaitu:
a. Regulasi Emosi
18
b. Kontrol Impuls
c. Optimis
cemerlang.
19
e. Empati
dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang lain (Reivich &
f. Self efficacy
resiliensi.
g. Pencapaian
20
usaha yang keras pada masing-masing perusahaan, selain dalam hal produk
peran serta dari pemasar juga sangat diperlukan. Inovasi sangat dibutuhkan
untuk tetap bisa bertahan dalam pasar dunia. Pemasar akan menjadi perantara
yang paling dekat dengan para konsumen. Dengan adanya inovasi, organisasi
akan dapat merespon tantangan, dapat bertahan dan lebih mudah berkembang
(Van den Ven, 1986; Carmelli, Meitar, & Weisberg,dalam Kistyanto 2013)
Untuk itu perilaku inovatif dari para pemasar sangat dibutuhkan demi
Perilaku inovatif tentu saja tidak bisa muncul begitu saja, tetapi ada
ide tersebut kedalam bukti yang lebih nyata (Kleysen & Street, dalam Amir
terbangun dan mereka dapat bekerja sesuai dengan tugas yang harus mereka
22
adalah proses aktif dari ketahanan, perbaikan diri dan pertumbuhan dalam
sehingga tidak mudah putus asa (Benson, 2002). Karyawan yang memiliki
dari individu dapat terlihat (Reivich & Shatte, dalam Widuri, 2012).
Karyawan yang memiliki kontrol impuls yang baik juga dapat berfikir jernih
dalam perusahaannya. Selain itu para karyawan juga harus optimis dimana
mereka percaya bahwa segala sesuatunya akan lebih baik dan dapat
dapat berakhir dengan karyawan bisa memikirkan perilaku inovatif yang akan
dia lakukan. Kita memandang bahwa masa depan atau apa yang akan kita
lakukan akan semakin baik (Reivich & Shatte, dalam Widuri, 2012). Melalui
nya. Individu dengan empati yang rendah cenderung mengulang pola yang
keinginan dan emosi orang lain (Reivich & Shatte, dalam Widuri, 2012). Dan
23
karyawan memiliki resiliensi yang baik dan dapat disertai dengan perilaku
D. Hipotesa Penelitian
24