Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
tetapi hama ini juga dapat menyerang pada komoditas beras, tetapi juga terdapat
pada gaplek, dedak, bekatul yang ada di toko maupun di rumah. Pada umumnya
hama ini dapat menyerang ketika terjadi kerusakan mekanis atau kerusakan akibat
Sitophilus oryzae atau karena hama-hama gudang yang lain yang menyerang
kacang tanah memiliki kandungan lemak yang tinggi yang dibutuhkan oleh hama
tersebut.
Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-
hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup
hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh yang terbatas juga.
Produk pasca panen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai
tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani
maupun konsumen sehingga produk pasca panen ini perlu disimpan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen atau untuk memenuhi stok produk yang ada.
Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu
Hama Tribolium casteneum yang juga disebut kumbang merah tepung karena
hasil dari gerekan hama ini berupa tepung dan warna dari hama ini adalah merah.
Hama ini termasuk hama sekunder pada beberapa komoditas seperti kacang tanah.
Salah satu cara pengendalian hama ini adalah penggunaan pestisida nabati.
Pestisida nabati merupakan pestisida yang memiliki bahan aktif yang dihasilkan
dari tanaman dan memiliki fungsi sebagai pengendalian hama dan penyakit yang
dibudidayakan salah satunya seperti sereh dapur, sereh wangi dan nimba yang dapat
nabati ini biasanya mengunakan organ tanaman seperti daun, akar, biji dan buah
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana gejala kerusakan pada kedelai, tepung beras, dan jagung akibat
T. castaneum?
II. TINJAUAN PUSTAKA
penyimpanan di daerah tropik. Spesies ini dikenal sebagai kumbang tepung, karena
pada umumnya ditemukan pada tepung namun dapat juga ditemukan pada
komoditas serealia, serangga ini juga menjadi hama penting pada penyimpanan
Artropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili rionidae, genus Tribolium, dan
spesies castaneum (Donald et al., 1992). Secara lengkap hama ini dapat
Kingdom Animalia
Subkingdom Bilatria
Infrakingdom Protostomia
Superphylum Ecdysozoa
Phylum Arthropoda
Subphylum Hexapoda
Class Insecta
Subclass Pterygota
Infraclass Neoptera
Superorder Holometabola
Order Coleoptera
Suborder Polyphaga
Infraorder Cucujiformia
Superfamily Tenebrionoidea
Family Tenebrionidae
Genus Tribolium
seperti asia tenggara, amerika tengah, amerika selatan, dan sebagian besar benya
afrika. hama ini dapat ditemukan di banyak tempat penyimpanan produk pertanian
dan menjadi hama yang sangat destruktif. Inang dari hama ini yaitu berupa tanaman
penghasil biji bijian seperti padi, jagung, kedelai dan sebagainya (Padin et al, 2013).
Bulus (2008) melaporkan kisaran inang hama tersebut cukup luas mencakup produk
pertanian serealia, seperti gandum, sorgum, millet, acha, beniseeds, serta kacang
Serangga ini merusak beras dengan cara memakannya dari arah luar. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh T. castaneum dapat menurunkan kualitas beras dari segi rasa
dan kandungan nutrisi serat akan menimbulkan bau apek pada beras.
yang singkat yaitu 5 sampai 6 minggu. Hal tersebut tentu sangat merugikan karena
menyebabkan turunnya harga jual akibat kualitas maupun kuantitas yang berkurang
(Wagiman, 1999).
Kerusakan karena hama dari genus Tribolium pada tepung atau produk olahan
sereal lainnya, terutama kotoran dan noda yang akan mampu meracuni konsumen.
kotoran dan eksudasi lainnya dari larva hama ini mencemari makanan yang
cenderung berbau dan dengan demikian kehilangan nilai komersial atau gizi
mereka. Bau ini diperparah oleh feromon mual yang dihasilkan oleh kumbang
Gejala serangan ditunjukkan dengan larva dan kumbang makan biji kacang
tanah sehingga menjadi berlubang, apabila kerusakan berat yang tersisa tinggal
kulitnya saja (Marwoto, 2006). Gejala serangan Tribolium pada bahan pangan yang
kulit larva, dan bekas kepompong pada bahan pangan yang diserang (Setijo, 2007)
BULOG. Hama tersebut memiliki arti ekonomi yang sangat penting karena sifat
destruktifnya yang sangat merugikan, selain itu serangga tersebut mampu bertahan
pada bahan pangan dengan kadar air rendah, terutama menimbulkan kerusakan
pada serealia yang telah digiling, namun perkembangbiakannya tidak cepat pada
serealia yang berkadar air rendah, masih utuh, dan bebas dari serpihan. Serangga
ini mampu berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menimbulkan kerusakan
yang cepat meluas serta yang paling penting menurunkan kualitas produk.
Berbagai aspek kehidupan kutu beras dipengaruhi oleh kondisi fisik dari
lingkungan dimana kutu beras tersebut hidup. Beberapa faktor fisik dan lingkungan
yang mempengaruhi kehidupan kutu beras lain: suhu, kelembaban relatif dan kadar
air dari bahan yang disimpan. Jika suhu naik sampai titik optimum maka tingkat
menurun dan akhirnya tingkat pertumbuhan populasi kutu beras juga meningkat.
Suhu optimum untuk pertumbuhan kutu beras di daerah tropik 25-35 °C. Faktor
biotis juga mempengaruhi kehidupan kutu beras yaitu hubungan antara organisme
yang hidup dalam ekosistem penyimpanan. Faktor biotis dan lingkungan sangat
serangga dewasa (imago) dan larva. Kanibalisme lebih sering terjadi pada butir
jagung yang masih utuh dibandingkan dengan pada butir retak atau yang berupa
tepung karena larva lebih sulit memakan butir utuh (Flinn dan Campbell, 2012).
1. Kegiatan Pencegahan
preventif terhadap serangan hama ini dapat diupayakan dengan cara menyimpan
bahan dalam plastik yang kedap (tidak berlubang), ditutup rapat-rapat, dan sesekali
2. Kegiatan Monitoring
Kegiatan monitoring dapat dilakukan setiap 15 hari sekali. Parameter
3. Kegiatan Pengendalian
a. Spraying
b. Fumigasi
udara, pada suhu, dan tekanan tertentu (Minarti, 2012). Fumigan yang efektif
untuk mengendalikan hama gudang adalah metil bromida (CH3Br) dan fosfin
difumigasi, beracun dan dapat merusak lapisan ozon. Saat ini satu-satunya
Fosfin adalah fumigan yang sangat baik, sebab hidrogen fosfida yang
tablet, pellet atau powder dalam kantong kertas yang apabila bereaksi dengan
uap air yang ada dalam udara akan berbentuk gas phosphine/fosfin.
di gudang, mematikan seluruh stadia hama dan mampu mengatasi hama yang
2012).
c. Pestisida nabati
(2016), serbuk rumput teki pada dosis 12 gram/100 biji jagung efektif untuk
pernafasan pada zat aktif tanin dalam formulasi serbuk rumput teki yang
yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang
adalah umbi dan daun pada rumput teki karena pada bagian ini diduga
tembakau, sirsak, srikaya, mahoni, mindi, tuba, dan bengkuang (Nurnasari, 2009
dalam Siregar et al., 2013). Ekstrak biji dan daun nimba terdapat 3 golongan
adalah menekan nafsu makan (antifeedant) untuk serangga hama. Beberapa spesies
insektisida botani, contohnya adalah tanaman srikaya. Senyawa aktif dalam biji
semakin membesar secara teratur berbentuk bulat dari arah pangkal ke ujung.
Panjang badan imago 0,3-0,4 cm, berbentuk oval agak pipih, berwarna coklat
digunakan untuk terbang jarak dekat seperti melompat atau berpindah tempat. Telur
kecil dan letaknya yang di dalam biji. Telur setelah menetas menjadi larva yang
tubuhnya beruas-ruas berwarna putih bersih saat masih muda dan kekuningan
seiring bertambahnya waktu. Panjang larva dewasa sekitar 0,6 cm dan ditutupi oleh
bulu-bulu halus berwarna putih. Pupa T. castaneum berwarna putih bening, tanpa
terbungkus kokon dan panjangnya sekitar 0,3 cm. Kaki T. Castaneum berjumlah 3
pasang yang terdapat pada abdomen (perut) sejumlah 2 pasang, dan 1 pasang
adari 3 bagian (kepala, dada, perut); tubuh tertutup kulit luar; serangga dewasa
mempunyai 3 pasang kaki dan mengalami perubahan bentuk (metamorphosis).
Siklus hidup serangga melalui beberapa tahapan perubahan bentuk baik secara
sempurna melalui tahapan: telur menetas menjadi ulat (larva) kemudian menjadi
sempurna (gradual) terjadi jika telur yang menetas menyerupai bentuk serangga
a. Telur
mikroskopis dengan ukuran kurang lebih 1,5 mm. Stadia telur Tribolium castaneum
berkisar sekitar 5-12 hari. Secara kasat mata telur berwarna putih dan berukuran
kecil, diletakan oleh serangga betina diantara partikel yang diselubungi cairan
2006). Hal tersebut belum sesuai dengan hasil pengamatan karena telur dari T.
b. Larva
castaneu mempunyai bentuk khas yaitu adanya tonjolan runcing pada ruas terakhir
dari abdomen yang disebut urogomphi (Syarif dan Halid, 1993 dalam
ujung terdapat warna coklat. Setelah waktu yang lama larva berubah menjadi pupa.
c. Pupa
Pupa Tribolium castaneum berwarna kekuning-kuningan dengan panjang 4
mm. Pupa hampir sama dengan larva instar akhir. Periode pupa kurang lebih 8 hari
media tepung yang berwarna putih sehingga pupa sulit ditemukan. Pupa akan terus
d. Imago
membesar secara teratur dari arah pangkal ke ujung. Imago mempunyai antena
berbentuk menyerupai gada dan melebar ke arah ujung secara beraturan (Ilato et
memiliki dua antenna. Imago betina akan meletakkan telur di antara butiran tepung,
secara acak. Telur menempel pada partikel-pertikel tepung. Imago sangat aktif,
dengan cepat akan bersembunyi jika terganggu, dan dapat ditemukan diantara atau
Tribolium castaneum, jika belum terdapat tepung mereka akan menunggu hasil
perusakan butir beras, gaplek, jagung, kopra, dan lain-lain oleh hama primer. Ketika
terdapat dalam jumlah besar, kumbang tepung akan menyebabkan tepung menjadi
rentan terhadap jamur serta dapat mencemari komoditas dengan sekresi dari
kelenjar berbau hama tersebut. Serangan berat yang disebabkan oleh T. castaneum
tersebut yang bersifat racun sehingga komoditas tersebut tidak layak untuk
dikonsumsi dan menyebabkan tepung berwarna coklat. Menurut Ajayi dan Rahman
antara 34-40%.
a. Telur
mikroskopis dengan ukuran kurang lebih 1,5 mm. Stadia telur Tribolium castaneum
berkisar sekitar 5-12hari. Secara kasat mata telur berwarna putih dan berukuran
kecil, diletakan oleh serangga betina diantara partikel yang diselubungi cairan
bahwa telur dari Tribolium castaneum menunjukan warna putih dan telur melekat
pada biji kedelai. Setelah beberapa hari kemudian telur menetas menjadi larva.
b. Larva
castaneu mempunyai bentuk khas yaitu adanya tonjolan runcing pada ruas terakhir
dari abdomen yang disebut urogomphi (Syarif dan Halid, 1993 dalam
ujung terdapat warna coklat. Setelah waktu yang lama larva berubah menjadi pupa.
c. Pupa
mm. Pupa hampir sama dengan larva instar akhir. Periode pupa kurang lebih 8 hari
media kedelai yan terlalu banyak. Pupa akan terus tumbuh dan berkembang
d. Imago
Imago betina akan meletakkan telur di antara butiran kedelai, secara acak.
Imago sangat aktif, dengan cepat akan bersembunyi jika terganggu, dan dapat
castaneum pada kedelai yaitu pada biji kedelai terdapat bolong-bolong, bolongan
meletakan telurnya. Selain itu, biji kedelai yang terserang juga mengalami
penyusutan bobot dan kadar air, hal ini ditandai dengan banyaknya biji yang
terhadap kualitas kedelai sehingga harga jual nya dapat menurun, bahkan jika
serangan sudah tinggi biji kedelai tersebut tidak bisa digunakan lagi.
Gambar kerusakan kedelai akibat T. Castaneum
Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang
merupakan pecahan kecil (remah). Telur berwarna putih dan dapat dilihat secara
mikorkopis dengan ukuran kurang lebih 1,5 mm. Stadia telur 5-12 hari (Bennet,
2003). Selama pengamatan belum ditemukan telur hama tersebut karena ukurannya
yang tidak mudah diamati, setelah tribolium dewasa dipelihara 1.5 minggu sudah
mulai muncul larva kecil, sehingga dapat diperkirakan stadia telur berlangsung
selama 10 hari.
kecoklat-coklatan. Periode larva 22-30 hari (Bennet, 2003). Larva mengalami 4-6
kali pertukaran kulit, instar akhir berwarna kuning dengan panjang tubuh dapat
setelah 1.5 minggu pemeliharaan, pertama larva berukuran sangat kecil kemudian
tumbuh seiring berjalannya waktu dengan morfologi yang sesuai dengan literature.
Pupa hampir sama dengan larva instar akhir, pertama-tama berwarna putih, lama
kecoklat-coklatan dengan ukuran panjangnya ± 3,5 mm. Periode pupa kurang lebih
keputihan dengan ukuran 0.3 cm pada minggu ke 4-5 dengan ciri morfologi yang
sama.
Imago berada di dalam bahan makanan, dapat bertelur 300-400 butir telur
selama periode 4-6 bulan. Imago berwarna merah kecoklatan dengan ukuran
panjang 4 mm. Siklus hidup keseluruhan 7-12 minggu dan umur kumbang dewasa
dapat mencapai 3 tahun atau lebih (Bennet, 2003). Berdasarkan hasil pengamatan
populasi hama dewasa ini bertambah banyak pada minggu ke 5 yang menandakan
Kerusakan akibat serangan hama ini pada jagung yaitu biji-biji jagung menjadi
rusak yang ditandai dengan adanya lubang-lubang karena dimakan oleh hama
tersebut, serangan yang lebih lanjut membuat banyak terdapat tepung-tepung akibat
biji jagung yang dimakan. Hama ini juga membuat jagung menjadi berbau tidak
sedap akibat senyawa yang dikeluarkan dari tubuhnya. Hama tersebut sebenarnya
kemudian memakan biji jagung yang telah rusak namun hama tersebut juga dapat
menyerang jagung utuh yang belum rusak ketika populasi hama tersebut tinggi dan
jagung, kacang tanah, gaplek, kopra dan bijian lainnya. T. castaneum biasa
beras lebih baik dibandingkan pada jagung dan kedelai. Hal tersebut dikarenakan
pada bahan berbutir keras, hama ini biasanya menjadi perusak kedua setelah ada
hama lain yang merusak bahan terlebih dahulu (Wagiman, 2014). Serangan T.
Adnyana. 2012. Efikasi Pestisida Nabati Minyak Atsiri Tanaman Tropis terhadap
Mortalitas Ulat Bulu Gempinis. Jurnal Agroekologi Tropika. 1(1): 1-11.
Bulus, S.D. 2008. Studies on Millet, Acha and Wheat: Their Nutrient Composition
and Their Susceptibility to Tribolium castaneum (Herbst), M.Tech Thesis.
Department of Biology, Federal University of Technology, Akure.
Hsu, H.W., dan Luh, B.S. (1980). Rice Hull. Dalam Rice Produck And Utilization.
Editor: Bor Shiun Luh. New York: Avi Publishing Company Inc. Hal. 736-
740.
Ilato, J., M. F. Dien., dan C. S. Rante. 2012. Jenis dan populasi serangga hama pada
beras di gudang tradisional dan modern di provinsi gorontalo. Eugenia. 18
(2) : 102- 110.
Padin S.B., Fuse C., Urrutia M.I. and Dal Bello G.M. 2013. Toxicity and repellency
of nine medicinal plants against Tribolium castaneum in stored wheat.
Bulletin of Insectology. Vol. 66 (1): 45-49.
Wiranata RA, Himawan T, Astuti LP. 2013. Identifikasi Arthropoda Hama dan
Musuh Alami pada Gudang Beras Perum BULOG dan Gudang Gabah Mitra
Kerja di Kabupaten Jember. J HPT Tropika. 1(2):52–57.