Anda di halaman 1dari 25

TUGAS RESUME KEPERAWATAN MATERNITAS

SISTEM REPRODUKSI

OLEH:

LUH PUTU NANIK WIDIANTARI

17.321.2679

A11-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2019
I. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita
A. Genetalia Eksterna
Genetalia Eksterna terdiri dari:
a. Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak,
area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang
dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis. Pertumbuhan rambut kemaluan ini
tergantung dari suku bangsa dan juga dari jenis kelamin.pada wanita
umumnya batas atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis,
sedangkan kebawaah sampai sekitar anus dan paha.
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini
bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar
tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa panjang 7- 8
cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak kedua labia mayora sangat
berdekatan.
c. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa
rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan
berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk
preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini
mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga
sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan
2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
e. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada vestibula
terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah
muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar
bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan
seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria
gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen.
f. Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi
sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita
berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku
dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian
posterior.
g. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh
otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk
menjaga kerja dari sphincter ani.

B. Genetalia Interna
Genetalia Interna terdiri dari :
A. VAGINA
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.Vagina terletak
antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan
dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri
membagi puncak (ujung) vagina menjadi:
- Forniks anterior -Forniks dekstra
- Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu
dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
 Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
 Alat hubungan seks.
 Jalan lahir pada waktu persalinan.

B. UTERUS
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan
paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80
gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter. Dinding
uterus terdiri dari tiga lapisan :
a. Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan
penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf.
Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
b. Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah,
dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman
serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat
terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan
dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan
jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis
servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan
selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut isthmus.
Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
c. Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir
endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi.
Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua,
sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks
berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus,
sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul
ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga,
tonus otot-otot panggul

C. TUBA FALLOPII
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa
ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan
dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap
melakukan implantasi.

D. OVARIUM
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di
bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat
kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan
folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki
cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis
menopause. Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesterone
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel
primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan
hormone terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda
seks sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut
pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah
menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan
ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada
estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun
menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang
lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi
wanita.

1. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


A. Regulasi Hormonal
Pada wanita terdapat Releasing Factor (RF) yang dikeluarkan dari
hipotalamus ke hipofisis yang merangsang pengeluaran. Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH), keduanya dikeluarkan dari hipofisis
anterior.
1. Hormon Estrogen
Disekresi oleh sel-sel trache intravolikel ovarium, korpus latum dan
plasenta,sebagian kecil oleh korteks adrenal. Estrogen mempermudah
pertumbuhan folikel ovarium dan meningkatkan tuba uterine dan jumlah otot
uterus dan kadar protein ontraktil uterus.
Estrogen meningkatkan pertumbuhan duktus-duktus yang terdapay pada kelenjar
mamae dan merupakan hormone feminisme wanita terutama disebabkan hormone
endrogen. Kerja estrogen pada uterus,vagina, dan beberapa jaringan lainnya
menyangkut interaksi dan reseptor protein dalam sitoplasma sel. Pengruh terhadap
organ seksual, pembesaran tuba plopii, uterus, vagina, pangndepan lemak pada
mons veneris, dan labia mengawali pertumbuhan mamae. Kelenjar mamae
berkembang dengan cepat, tumbuh rambut pada pubis dan aksila serta kulit
menjadi lembut.
2. Hormon Progesteron.
Hormone ini dihasilkan oleh korpus luteum dan plsenta, yang bertanggung jawab
atas perubahan endometrium dan perubahan siklik dalam serviks dan vagina.
Progesteron juga memilki penaruh anti-estrogenik pada sel-sel miometrium, ayng
menurunkan kepekaan otot tersebut. Efek progesteron terhadap tuba falopii
meningkatkan sekresi dan mukosa, pada kelenjar mamae meningkatkan
perkembangan lobulus dan alveolus kelenjar mamae, keseimbangan elektrolit,
peningkatan sekresi air dan natrium.
3. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Mulai ditemukan pada gadis umur 11 tahun dan jumlahnya terus bertambah
sampai dewasa. FSH dibentuk oleh lobus anterior kelenjar hipofise. Pembentukan
FSH ini akan berkurang pada pembentukan/pemberian estrogen dlam jumlah yang
cukup, suatu kesadaan yang terjadi pada saat kehamilan.
4. Luteinizing Hormone (LH)
LH bkerjasama dengan FSH menyebabkan terjadinyasekresi estrogen dari folikel
de Graaf. LH juga menyebabkan penimbunan substansidari progesterone dalam
sel granulosa. Bila estrogen dibntuk dalam jumlah yang cukup besar akan
menyebabkan penguran produksi FSH sedangkan prouksi LH bertambah hingga
merangsang terjadinya ovulasi.
5. Prolaktin (Luteotropin, LTH)
Hormone ini ditemukan pada wanita yang mengalmi menstruasi, terbanyak pada
urine wanita hamil, masa laktasi dan menopause dibentuk oleh sel alfa (asidofi)
dari lobus anterior kelenjar hipofise. Fungsi hormone ini adalah mempertahankan
produksi progesteron dari korpus luteum kelenjar hipofise, dirangsang dan diatur
oleh pusat yang lebih tinggi hipotelamus untuk menghasilkan gonodotrophin
releasing factor.

B. Siklus Menstruasi
Wanita yang sehat dan tidak hamil setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah
dari alat kandungannya yang disebut menstruasi (haid). Siklus menstruasi, selaput
lender rahim dari hari ke hari terjadi perubahan yang berulang selama 1 bulan
mengalami 4 masa (stadium):
1. Stadium Menstruasi (Desquamasi)
Dalam masa ini endomatrium terlepas dari dinding rahim disertai dengan
perdarahan, hanya lapisan tipis yang tertinggal yang disebut stratum basale.
Stadium ini berlangsung selama 4 hari. Melalui haid,keluar darah, potongan-
potongan endometrium, dan lendir dari serviks. Darah ini tidak membeku karena
adanya fermen (biokatalisator)yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan
potongan-potongan mukosa. Banyaknya perdarahan selama haid kurang lebih
55cc.
2. Stadium Post-Menstruum (Regenerasi)
Luka yang terjadi karena endomatrium terlepas, berangsur-angsur ditutup kembali
oleh selaput lendir baru yang berasal dari sel epitel endometrium. Pada masa ini ,
tebal endometrium kira-kira 0,5mm. Fase ini berlangsung mulai stadium
menstruasi awal dan berlangsung selama kurang lebih empat hari.
3. Stadium Inter Menstruum (Proliferasi)
Pada masa ini endomatrium tumbuh menjadi tebal sekitar 3,5 mm. kelenjar-
kelenjar tumbuh lebih cepat dari jaringan lain. Fase ini berlangsung dari hari ke-5
haid sampai ke-14 dari hari pertama haid.
4. Stadium pra Menstruum (Sekresi)
Pada stadium ini endomatrium tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar berubah
menjadi panjang dan berliku-liku serta mengeluarkan getah. Dalam endomatrium
telah tertimbun glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai makanan untuk sel
telur. Perubahan ini untuk mempersiapkan endometrium menerima sel telur telur.
Fase ini berlangsung hari ke-14 sampai hari ke-28 haid. Kalau tidak terjadi
kehamilan maka endomatrium dilepas dengan perdarahan dan berulang lagi siklus
menstruasi

II. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Laki-laki


A. Anatomi Sistem Reproduksi Laki-laki
1. Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari : penis, skrotum (kantung
zakar) dan testis (buah zakar).
a. Penis
Penis terdiri dari:
- Akar (menempel pada didnding perut)
- Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
- Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).Lubang uretra
(saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans
penis. Dasar glans penis disebut korona. Pada pria yang tidak disunat
(sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai dari korona
menutupi glans penis.
b. Skrotum
Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi
testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis,
karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh. Otot kremaster pada
dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis
menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau
lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).
c. Testis
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di
dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis
menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone
(LH) juga hormon testosterone. Fungsi testis, terdiri dari :
a. Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus
seminiferus.
b. Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial (sel
leydig).

2. Struktur dalamnya terdiri dari : vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula
seminalis.
1. Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis.
Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra
dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya (misalnya pembuluh
darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas deferens dan membentuk korda
spermatika.
2. Uretra
Uretra memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai bagian dari sistem kemih yang
mengalirkan air kemih dari kandung kemih dan bagian dari sistem reproduksi
yang mengalirkan semen.
3. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan
mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut
dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat mengeluarkan
sekeret cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran prostate akan
membendung uretra dan menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat,
merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4
lobus yaitu:
- Lobus posterior
- Lobus lateral
- Lobus anterior
- Lobus medial
Fungsi Prostat: Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna
untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra
dan vagina.
4. Vesikula seminalis.
Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber
makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari semen.
Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan dari
kelenjar lendir di dalam kepala penis. Fungsi Vesika seminalis adalah
mensekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang membentuk sebagian
besar cairan semen.
5. Epididimis
Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak sepanjang atas tepi
dan belakang dari testis. Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas
katup kutup testis, badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan
visceral, lapisan ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli
eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis
panjangnya ± 20 cm, berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan
bermuara di duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam
vas deferens. Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis,
mengatur sperma sebelum di ejakulasi, dan memproduksi semen.
6. Duktus Deferens
Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus
ini berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di
belakang kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis
dan selanjtnya membentuk ejakulatorius dan bermuara di prostate. Panjang
duktus deferens 50-60 cm.
B. Fisiologi Sistem Reproduksi Laki-laki
1. Hormon pada Laki-laki
a. FSH : Menstimulir spematogenesis.
b. LH : Menstimulir Sel Interstial Leydig untuk memproduksi Testosteron.
c. Testosteron : Bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama
organ seks sekundernya.
Efek hormon testoteron pada pria
a. Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna
b. Mendorong penurunan testis ke skrotum

2. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa.
Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi spermatozit primer.
Spermatozit primer menjadi spermatozit sekunder. Spermatozit sekunder
berkembang menjadi spermatid. Tahap akhir spermatogenesis adalah pematangan
spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran spermatozoa adalah 60 mikron.
Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan ekor.
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan
dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia
ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi
spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel
germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah
secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali
membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih
bersifat diploid. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada
inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua
sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan
segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n
kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara
meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga. Sitokenesis
pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah,
tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge).
Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase
yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir
berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk
pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah
spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri
dari kepala dan ekor.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen
Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan
menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis
agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar
cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal
sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat
mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.

III. Siklus Reproduksi Wanita


1) Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus
ovarium(indug telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi menjadi 3
bagian, yaitu siklus folikuler, siklus ovulasi dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus
dibagi menjadi 4 fase, yaitu : fase menstruasi, fase post menstruasi fase
intermenstruum dan fase pramenstruum.
Perubahan didalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal.
Rahim terdiri atas 3 lapisan yaitu, perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium
(lapisan otot rahim yang terletak dibagian tengah) dan endometrium (lapisan terdalam
rahim). Endometrium adalah lapisan yang berperan di dalam siklus menstruasi. Siklus
menstruasi dapat ditinjau dari uterus maupun ovarium sebagai berikut :
a. Siklus uterus
Siklus uterus berupa pertumbuhan dan pengelupasan bagian dalam uterus-
endometrium. Pada akhir fase mentruasi endometrium mulai tumbuh kembali dan
memasuki fase proliferasi. Pasca ovulasi, pertumbuhan endometrium berhenti
sesaat dan kelenjar endometrium menjadi lebih aktif-fase sekresi.
Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus.
Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara
hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. Fase-fase tersebut adalah :
1. Fase menstruasi atau deskuamasi,
Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan
perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan stratum
basale, stadium ini berlangsung 4 hari. Potongan-potongan endometrium dan
lendir akan keluar ketika menstruasi, darah menstruasi tidak membeku karena
adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan -
potongan mukosa.
2. Fase post menstruasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara
berangsur - angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang
tumbuh dari sel - sel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal
endometrium ± 0,5 mm, stadium ini dimulai waktu stadium menstruasi dan
berlangsung ± selama 4 hari.
3. Fase intermentstruum atau stadium proliferasi. Dalam fase ini endometrium
tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke 5 sampai
hari ke 14 dari siklus haid.
Fase proliferasi dapat dibagi dalam 3 subfase yaitu :
a. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase
ini dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel,
terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar ini kebanyakan lurus, pendek dan
sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi : sel - sel
kelenjar mengalami mitosis.
b. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat
dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak
mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma
bertumbuh aktif dan padat.
c. Fase pramenstruasi atau stadium sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke
28. Pada fase ini endometrium kira - kira tetap tebalnya, tetapi bentuk
kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk keluk dan mengeluarkan
getah yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun
glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur
yang dibuahi. Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :
1. Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase
sebelumnya karena kehilangan cairan.
2. Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium
berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai
mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir
masa ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua,
terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini
memudahkan terjadinya nidasi. Disamping itu dalam siklus menstruasi
hormone sangat berpengaruh diantaranya adalah yang dihasilkan
gonadotropin hipofisis yaitu : Luteinizing Hormon (LH) yang
dikeluarkan oleh hipotalamus untuk merangsang hipofisis
mengeluarkan LH. LH merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh
sel-sel asidofilik (afinitas terhadap asam), bersama dengan FSH
berfungsi mematangkan folikel dan sel telur, serta merangsang
terjadinya ovulasi. Folikel yang melepaskan ovum selama ovulasi
disebut korpus rubrum yang disusun oleh sel-sel lutein dan disebut
korpus luteum.

2). Siklus Ovulasi

A. Pengertian Ovulasi
Ovulasi merupakan proses pelepasan telur yang telah matang tersebut dari dalam
rahim untuk kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk dibuahi. Proses ini
biasanya terjadi 16 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 14 hari
sebelum haid berikutnya. Yang dimana pada proses ini melibatkan interaksi dari
hipotalamus – hipofise – ovarium dan endometrium.
Ovarium memiliki 2 peran utama :
a. Fungsi endokrin untuk menghasilkan estrogen dan progesteron dalam rangka
mempersiapkan uterus untuk menerima hasil konsepsi
b. Gametogenesis dan ovulasi

B. Prosen Ovulasi
a. Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan
hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di
dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit
primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau
disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya,
folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan
pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan
endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel
juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa.
Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks
agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
b. Fase Ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan
produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi
menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap
pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH
menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit
sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat
terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh
sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
c. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit
sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi
korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak
sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu
progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan
dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-
pembuluh darah pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi
lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara.
Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk
menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan
atau kehamilan.

IV. Menopause dan Perimenopause


A. Menopause
1. Pengertian Menopause
Kata menopause berasal dari bahasa Yunani yang berarti “bulan” dan
“penghentian sementara”. Berdasarkan definisinya, kata menopause berarti masa
istirahat. Namun, secara medis istilah yang lebih tepat adalah menocease karena
istilah menopause secara medis berarti berhentinya masa menstruasi, bukan
istirahat.
Definisi menopause menurut WHO adalah masa berhentinya haid yang
permanen akibat dari hilangnya aktivitas folikuler ovarium. Menopause terjadi
sesudah 12 bulan berturut-turut tidak mendapat haid dan tidak ada penyebab
patologi atau fisiologi lain yang nyata.

2. Fase-fase Menopause
a. Fase pramenopause
Fase pramenopause adalah fase 4-5 tahun sebelum menopause atau berkisar
antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan
siklus menstruasi yang tidak teratur dengan perdarahan menstruasi yang
memanjang dan jumlah darah yang relatif banyak dan kadang-kadang disertai
nyeri menstruasi. Perubahan endokrinologik yang terjadi adalah berupa fase
folikuler yang memendek, kadar estrogen yang tinggi, kadar FSH yang tinggi
juga, tetapi kadang ditemukan kadar FSH yang normal. Fase luteal yang tetap
stabil. Kadar FSH yang tinggi mengakibatkan perangsangan ovarium yang
berlebihan sehingga kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi.
b. Fase perimenopause
Fase perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan
pascamenopause. Fase ini ditandai siklus menstruasi yang tidak teratur.
Sebanyak 40% perempuan siklus menstruasinya anovulatorik. Meskipun
terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah, kadar FSH, LH dan estrogen
bervariasi. Pada umumnya perempuan telah mengalami berbagai keluhan
klimakterik.
c. Fase menopause
Fase menopause ditandai jumlah folikel yang mengalami atresi meningkat,
sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen
pun berkurang dan tidak terjadi menstruasi lagi. Oleh karena itu, menopause
diartikan sebagai haid alami terakhir, dan hal ini tidak terjadi bila wanita
menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause. Diagnosis
menopause ditegakkan bila seorang perempuan tidak menstruasi selama 12
bulan dan dijumpai kadar FSH darah >40 mlU/ml dan kadar Estradiol <30
pg/ml (Baziad, 2008 dan Pakasi, 2005).
d. Fase pascamenopause
Fase pascamenopause merupakan fase dimana ovarium sudah tidak berfungsi
sama sekali. Fase pascamenopause adalah masa setelah menopause sampai
senium yang dimulai setelah 12 bulan amenorea. Kadar FSH dan LH sangat
tinggi (>35 mlU/ml) dan kadar estradiol sangat rendah (<30 pg/ml).
Rendahnya kadar estradiol menyebabkan endometrium menjadi atropi
sehingga menstruasi tidak mungkin terjadi lagi. Namun, pada perempuan yang
gemuk masih ditemukan kadar estradiol darah yang tinggi. Hal ini terjadi
akibat proses aromatisasi androgen menjadi estrogen di dalam jaringan lemak.
3. Tanda dan Gejala Menopause
a. Fase perimenopause
- Perubahan di dalam periode menstruasi (memendek atau memanjang,
lebih banyak atau lebih sedikit atau tidak mendapat menstruasi sama
sekali)
- Hot flashes
- Keringat malam
- Kekeringan pada vagina
- Gangguan tidur
- Perubahan mood (depresi, mudah tersinggung)
- Nyeri ketika bersenggama
- Infeksi saluran kemih
- Inkontinensia urin (tidak mampu menahan keluarnya air seni)
- Tidak berminat pada hubungan seksual
- Peningkatan lemak tubuh di sekitar pinggang
- Bermasalah dengan konsentrasi serta daya ingat
b. Fase menopause
- Hot flashes
- Berkeringat pada malam hari
- Akibat turunnya kadar hormon estrogen maka vagina terasa kering dan
gatal disertai iritasi atau nyeri saat bersenggama
- Gangguan tidur
- Gangguan daya ingat
- Perubahan mood
- Penurunan keinginan berhubungan seksual
- Gangguan berkemih akibat kadar estrogen yang rendah sehingga terjadi
penipisan jaringan kandung kemih dan saluran kemih yang berakibat
penurunan control dari kandung kemih atau mudahnya terjadinya
kebocoran air seni (apabila batuk, bersin, atau tertawa) akibat lemahnya
otot di sekitar kandung kemih
- Perubahan fisik seperti distribusi lemak yang lebih terkonsentrasi pada
bagian pinggang dan perut
- Adanya perubahan tekstur kulit menjadi keriput dan berjerawat
c. Fase pascamenopause
- Menyebabkan peningkatan risiko terkena penyakit jantung
- Terjadinya osteoporosis
- Depresi
- Gangguan daya ingat
- Menopausal gingivitis (senile atrophic gingivitis)
- Gangguan penglihatan
- Inkontinensia urin
- Infeksi saluran kemih
- Terjadinya perubahan tekstur kulit menjadi keriput dan berjerawat
B. Perimenopause
a. Pengertian
Perimenopause bukan merupakan sebuah penyakit. Perimenopause merupakan
suatu masa transisi menuju menopause. Lama menopause berkisar antara 2-8
tahun ditambah lagi dengan satu tahun terakhir haid. Pada masa ini siklus haid
yang dialami mulai menjadi tidak teratur, bisa panjang atau bisa pendek dan masa
ini merupakan saat berakhirnya masa reproduksi. Perimenopause bisa mulai
sangat dini, minimal pada usia 35 tahun.
Ada beberapa faktor yang dapat mempercepat datangnya masa perimenopause ini,
di antaranya yaitu:
 Merokok
 Keturunan
 Tidak pernah melahirkan
 Pernah mendapatkan kemoterapi ketika masih anak-anak
 Melakukan histerektomiatau operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus)
 stres.

b. Tanda-Tanda
1. Menstruasi menjadi tidak teratur.
2. Hot flush (rasa panas di daerah dada, leher, yang menyebar ke wajah sampal
kulit kepala)
3. Mengalami gangguan tidur, penurunan kesuburan, perubahan mood,
perubahan fungsi seksual, pengeroposan tulang, dan kadar LDL (Low Density
Lipoprotein) menjadi meningkat.
4. Rasa tegang pada kedua buah dada di luar masa haid dan menurunnya libido
tanpa sebab jelas.
5. Tubuh sering merasa letih tanpa sebab yang jelas.
6. Mengeringnya liang sanggama yang berakibat rasa tidak menyenangkan pada
hubungan intim dengan suami.
7. Lebih sering buang air kecil dibandingkan lima atau sepuluh tahun
sebelumnya.

c. Pencegahan
Perimenopause bukan suatu penyakit yang harus dicegah, tetapi ada beberapa
gejala dan ketidaknyamanan yang dialami sehari-hari bisa dikurangi. Berikut ini
adalah beberapa gejala tersebut:
1. Kita bisa mengonsumsi pil kontrasepsi (Progestin) untuk mengurangi hot
flush dan gangguan haid. Progestin juga bisa dikonsumsi untuk mengatur haid
dan ablasi endometrium serta mengurangi perdarahan. Untuk melakukan hal
ini, kita harus berkonsultasi dengan dokter.
2. Menerapkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan rendah lemak,
tinggi serat, tinggi kalsium, makanan yang tinggi kandungan fitoestrogennya,
seperti tempe, tahu, dan produk olahan kedelai lainnya, serta menghindari
konsumsi alkohol. Pola makan tersebut juga diikuti dengan pola hidup yang
sehat dengan melakukan olahraga secara teratur dan beradaptasi dengan stres.
3. Menerima keadaan perimenopause sebagai suatu rahmat dari Tuhan dan
sebagai keadaan yang harus disyukuri dan bukan keadaan yang tidak disukai
karena hal tersebut akan memperparah gejala-gejala negatif akibat
perimenopause ini.

V. Seksualitas Manusia
a. Pengertian Seksualitas
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. (Stevens: 1999). Sedangkan menurut WHO
dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang
kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual,
erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi.
b. Fungsi Seksualitas
a. Kesuburan
Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin merasakan adanya
keinginan yang kuat untuk membuktikan kesuburannya bahkan walaupun ia
sebenarnya belum menginginkan anak pada tahap kehidupannya saat itu. Ini
adalah macam masyarakat yang secara tradisional wanita hanya dianggap layak
dinikahi apabila ia sanggup membuktikan kesuburannya.
b. Kenikmatan
Mungkin pendorong primer atau mendasar perilaku seksual adalah kenikmatan
atau kesenangan yang dirasakan yaitu suatu kombinasi kenikmatan sensual dan
kenikmatan khas seksual yang berkaitan dengan orgasme.
c. Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan
Dalam suatu pertalian seksual yang ekslusif, pasangan melakukan secara
bersama-sama hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dengan orang lain. Ini
adalah esensi dari keintiman seksual. Efektivitas seks dalam memperkuat
keintiman tersebut berakar dari risiko psikologis yang terlibat; secara khusus,
resiko ditolak, ditertawakan, mendapati bahwa dirinya tidak menarik, atau
kehilangan kendali dapat memadamkan gairah pasangan.
d. Menegaskan maskulinitas atau feminitas
Sepanjang hidup kita, terutama pada saat-saat identitas gender terancam karena
sebab lain (mis., saat menghadapi perasaan tidak diperlukan atau efek
penuaan), kita mungkin menggunakan seksualitas untuk tujuan ini.
e. Meningkatkan harga diri
f. Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya seksual,
secara umum dapat meningkatkan harga diri.
c. Kesehatan Seksualitas
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan
fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari
ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan
sosialnya misalnya dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam
batasan yang diperbolehkan oleh norma dalam masyarakat atau agama. Bukan
hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya
bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan
dihormati.
d. Pertumbuhan Dan Perkembangan Seks Manusia
Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari
beberapa tahap yaitu:
1. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks
dengan menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan, Dengan
bayi baru dapat tidur setelah disusui ibu, menghisap botol atau tidur sambil
menghisap jarinya. Oleh karena itu perilaku demikian tidak perlu dilarang.
2. Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang
air besar, antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet, sehingga
kepuasannya tercapai.
3. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan
alat kelaminnya.
4. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-
olah terbenam, karena mungkin lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah,
dan adanya pekerjaan rumah dari sekolah, Sehingga anak-anak cepat lelah dan
lekas tertidur, untuk siap bangun pagi dan pergi ke sekolah.
5. Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai
berkembang dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak dan terus
berlangsung sampai mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah, keinginan
dipuja dan memuja mulai muncul, keingian dicumbu dan mencumbu pun
mulai tampak. Saat ini masa yang sangat berbahaya, sehingga memerlukan
perhatian orang tua. Pada wanita telah mulai dating bulan (menstruasi) dan
pria mulai mimpi basah sehingga dapat menyebabkan kehamilan atau hamil
bila mereka melakukan hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan
jasmani belum mencapai tingkat dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang
tidak dihendaki, memberikan dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan.
(chandranita :2009)
Daftar Pustaka

Baziad A. 2013. Osteoporosis. Menopause dan Andropause; Sarwono Prawirihardjo. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka.

Chandranita, Ida Ayu dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

Reeder, Sharon J dkk diterjemahkan oleh Yati Afiyanti dkk. 2011. Keperawatan Maternitas:
Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai