BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri
himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok
membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup
maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam
suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh
Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak budaya
dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis yang lain dapat
berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat dianggap budaya
negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk
dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan
diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu
daerah. Sehingga dalam mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih
dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah
tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan
salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara
pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat
membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala
kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka
mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan
hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk
kebudayaan, tatanan hidup, dan sistem kemasyarakatan terbentuk karena interaksi dan
benturan kepentingan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sejak zaman
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi
dengan manusia lain, misalnya interaksi antara penyuluh kesehatan dengan masyarakat
atau interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien. Jika hubungan interaksi tersebut
tidak berjalan dengan baik maka tentu saja akan memberi dampak pada individu atau
masyarakat itu sendiri. Ketika petugas kesehatan khususnya penyuluh kesehatan tidak
tahu tentang bagaimana cara melakukan pendekatan sosial dan cara berinteraksi dengan
suatu kelompok masyarakat maka tentu saja komunikasi tidak akan berjalan dengan baik
Manusia memiliki kemapuan untuk mengola potensi diri (akal pikiran) interaksi dan
mengola lingkungan. Dalam mengola diri, manusia melahirkan ilmu dan keyakinan diri.
Berinteraksi melahirkan tata aturan dan norma. Sedangkan mengola lingkungan, selain
maupun kolektif, disebut budaya. Dengan kata lain, dimana ada manusia disana ada
masyarakat dan dimana ada masyarakat disana ada kebudayaan oleh karena itu
a. Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitandengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Menurut
Koentjaraningrat: kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang
teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat. Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu
pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing
2. Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-
aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang
lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan.
3. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia
dalam masyarakat.
Manusia dinilai makhluk yang berbudaya jika manusia tersebut memiliki akal dan
pikiran yang selalu aktual dalam mengisi kehidupannya dengan tidak lelah mencari ilmu
hidup mereka dengan baik. Sehingga dari hal tersebut, manusia dapat membagi apa
tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas
dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat
Menurut Clyde Kluckhohm menyebut ada tujuh unsure kebudayaan yaitu bahasa, system
pengetahuan, organisasi sosial system peralatan hidup dan teknologi, system mata
1. Bahasa yaitu alat komunikasi, baik yang di wujudkan dalam bentuk bahasa lisan, tulisan,
atau simbolik.
3. Organisasi sosial yaitu kelembagaan sosial dimasyarakat baik yang bersifat primer
4. Kesenian yaitu wujud ekspresi seni masyarakat. Dalam konteks kesehatan yaitu
penggunaan music yang digunakan dalam terapi kesehatan tata ruang kamar rumah sakit
5. Alat dan teknologi yaitu perangkat bantu dalam memperlancar aktifitas manusia dalam
6. Religi, yaitu aspek kepercayaan dan keyakinan manusia pada al-khaliq atau sesuatu yang
suci
7. Mata pencaharian setiap masyarakat memiliki unsure mata pencaharian mulai bertanya
sampai menjual jasa, tenaga kesehatan adalah mata pencaharian penjual jasa
8. System pendidikan yaitu proses manusia dalam mengsosialisasikan nilai dan norma
kepada anggota masyarakatnya, baik dilingkungan rumah keluarga atau lembaga sosial
tertentu.
C. Perilaku Kesehatan
merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal
jenis kelamin dan sebagainya. Sedangkan determinan faktor eksternal adalah factor yang
dominan yang mewarnai perilaku seseorang, yaitu lingkungan fisik, sosial, budaya,
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Menurut Sudarti (2005) yang menyimpulkan pendapat Bloom
tentang status kesehatan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan
yaitu; lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, perilaku,
lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga
G.M. Foster menyatakan, selain aspek sosial yang mempengaruhi perilaku kesehatan,
fatalisme, nilai, etnocentrism, dan unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dalam
proses sosialisasi.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat
kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause) dan
faktor di luar perilaku (non-behaviour cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
atau adopsia perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu
yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau
mengadopsi perilaku dalam kehidupannya melalui tiga tahap, yaitu; pengetahuan, sikap
dan tindakan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
diperoleh melalui penginderaan mata (melihat) dan telinga (mendengar). Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih permanen dianut oleh seseorang dibandingkan
dengan perilaku yang biasa berlaku, pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidak senangan
seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari orang yang dekat
dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita
Sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang dan konsep apa saja.
3) sikap adalah konstruksi yang bersifat hipotesis, artinya konsekuensinya dapat diamati,
1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan
atau stimulus.
2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal reference) merupakan factor penguat
sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-
pertimbangan individu.
3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif
atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari
4. Sosial budaya (Culture), berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang untuk
Kekuatan sikap tergantung dari banyak faktor, faktor yang terpenting adalah faktor
lain;
a. Pengalaman pribadi, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk
memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting (tokoh)
masyarakat
d. Media massa, dalam media komunikasi berita atau informasi yang disampaikan
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga
f. Factor emosional, kadangkala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
Praktik kesehatan ataupun tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan
atau aktivitas seseorang dalam rangka memelihara kesehatan. Suatu sikap belum tentu
terwujud dalam suatu tindakan (over behavior), untuk mewujudkannya menjadi suatu
perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas (sarana dan
prasarana), juga diperlukan dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).
Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu
hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu - individu dan masyarakat, yang
yang bertransdensi, suatu kemampuan khas untuk meningkatkan dirinya selaku makhluk
(peningkatan martabat manusia). Keduanya bermakna spritual bukan fisikal. Tidak ada
yang mampu menyangkal bahwa kebudayaan adalah khas masyarakat sebagai pelaku
bernilai baginya dan dengan demikian tugas kemanusiannya menjadi lebih nyata.
masyarakat. Dalam setiap kelompok masyarakat terdapat aturan, norma, nilai, dan tradisi
temurun dari generasi ke generasi. Sosial budaya sering kali dijadikan petunjuk dan tata
cara berperilaku dalam bermasyarakat, hal ini dapat berdampak positif namun juga dapat
berdampak negative. Disinilah kaitannya dengan kesehatan, ketika suatu tradisi yang
telah menjadi warisan turun temurun dalam sebuah masyarakat namun ternyata tradisi
tersebut memiliki dampak yang negatif bagi derajat kesehatan masyarakatnya. Misalnya,
cara masyarakat memandang tentang konsep sehat dan sakit dan persepsi masyarakat
masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini
akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh
dalam masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang
memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita
demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu
maupun kelompok.
kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan
yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda hasil karya manusia.
Perubahan yang ingin dicapai harus dipahami dan dikuasai masyarakat sehingga dapat
diajarkan dan diterapkan. Selain itu perubahan yang dilakukan tidak merusak prestise
berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun
menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah
Kesehatan
a. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan
golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan
golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya
dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak
c. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan
petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan
disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja
diindustri , misal dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan
d. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita
obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi
tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang
Menurut H. Ray Elling (1970) dan G.M Foster (1973), ada beberapa faktor sosial
Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita
kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang kita
lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan
negatif terhadap perilaku kita dalam jangka waktu yang lama, kita akan merasa suatu
keharusan untuk melakukan perubahan perilaku. Self Concept adalah faktor yang penting
dalam kesehatan, Karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku petugas
kesehatan.
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh,
dinyatakan dalam keluarga besar, di kalangan kelompok teman, kelompok kerja desa
a. Pengaruh tradisi
misalnya tradisi merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan laki2 lebih banyak yang
menderita penyakit paru dibanding wanita. Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh
makan ikan karena ASI akan berbahu amis, sehingga ibu nifas akan pantang makan ikan.
b. Sikap fatalistis
Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari masyarakat Hal lain adalah
sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : Beberapa anggota
masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa
anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat
kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang
sakit.
c. Sikap ethnosentris
Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya kelompok adalah
yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-orang
barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu
budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota
dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang
terbaik. Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang
menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui
tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan
masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam
masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang
dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih
Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan
konsep kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. Contoh : Dalam
upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun
singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata
masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan
mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
e. Pengaruh norma
kesehatan, karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang
baik. Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan
f. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dan
perilaku individu masyarakat, kerena apa tidak melakukan nilai maka dianggap tidak
berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang ada dimasyarakat tidak semua mendukung
perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan
kesehatan.
Nilai yang merugikan kesehatan arti anak yang banyak akan membawa rejeki sendiri
Nilai yang mendukung kesehatan tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus wajib
ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai untuk
membantu sebagai key person dalam program kesehatan. RRT kalau punya anak lebih
satu didenda
Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah,
padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada
diberas putih.
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap
perilaku kesehatan.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada
seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, anak harus mulai diajari sikat gigi, buang air
besar di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan/ berpakaian yang
baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa
Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan
selalu dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan
kesehatan masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan
terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi
yang muncul yang mempengaruhi outcome dari perubahan yang telah direncanakan.
kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan
bahwa petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat,
bahkan diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku
bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam.lingkungan budaya tersebut
kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam, perlu sekali
kesehatan masyarakat.
Karena perilaku dipengaruhi budaya, maka untuk merubah perilaku juga harus
Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut inovasi,
Syarat inovasi:
PENUTUP
A. Kesimpulan
laku yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan
bagian dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku tersebut terpola dalam
kehidupan nilai sosial budaya yang ditujukan bagi masyarakat tersebut. Perilaku
merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan sekelompok orang
individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik
yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh
karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat dalam
individunya.
B. Saran
akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang
perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan. Kita juga perlu mempelajari
bahasa lokal agar lebih mudah berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan Perilaku Hidup Sehat
Terhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status
Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl 20 februari 2015)
Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
azizah. 2013. Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan, (diakses tgl 23 februari 2015)
n Hakim, dkk., 2013, Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam Berobat (Socio-
Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment), Universitas Jember
(UNEJ),
Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015)
Alit Laksmiwati, 2012. Transformasi Sosial Dan Perilaku Reproduksi Remaja, Universitas Jember,
Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015)
ni, 2012, Persepsi tentang Kesehatan Diri dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Berobat Ke Dukun Cilik Ponari, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. (Diaskes 21
februari)
ustyana, 2013, Perilaku Masyarakat Dalam Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan (Studi Pada
Poliklinik Desa Dan Dukun Di Gunung Ibul Barat Prabumulih), Universitas
Sriwijaya, Palembang. (Diaskes 20 februari)
a Imelda H, 2013, Faktor sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat
menuju paradigma sehat, Padang. (Diaskes 20 februari)
Sunanti Z. Soejoeti, 2013, Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit
dalam Konteks Sosial Budaya, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta. (Diaskes 20
februari)
rni Lumban Gaol, 2013, Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi Dan Kebutuhan
Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pencarian Pengobatan Di Kecamatan
Medan Kota Tahun 2013, Universitas Sumatera Utara, Medan. (Diaskes 20 februari)
Wira Citerawati SY, 2012, Aspek Sosiobudaya Berhubungan Dengan Perilaku
Kesehatan,Universitas Brawijaya, Malang. (Diaskes 20 februari)
Zr. Rosita Saragih, 2012, Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Pelayanan
Puskesmas Di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang, Universitas Darma Agung, Medan.
(Diaskes 20 februari)
Materi “ praktik kesehatan pada masyarakat etnik”
Kepercayaan kuno batak adalah syamaisme, yaitu suatu kepercayaan dengan melakukan
pemasukan roh kedalam tubuh seseorang sehingga roh itu dapat berkata-kata. Orang yang menjadi
perantara disebut “shaman”. Shaman bagi orang batak disebut si “baso” yang berarti “kata”. Pada
umumnya, si “baso” ini adalah dukun wanita. Ketika baso ini berkatat-kata, bahasanya harus
ditafsirkan secara khas. Pembicaraan inilah yang dipercayai akan menjadi petunjuk bagi orang
untuk pengobatan dan ramalan. Selain Baso, ada juga yang memegang peranan penting yaitu
Datu,biasanya seorang pria. Berlainan dengan baso,datu didalam kegiatanya tidak menjadi
medium, melainkan langsung berbicara dengan roh. Datu bertugas mengobati orang sakit sehingga
dalam tugas ini datu tidak saja mengetahui white magic, tetapi juga mengetahui black magic atau
magis jahat. Tugas lain dari datu adalah memimpin upacara pesta sajian besar dan menjadi pawing
hujan.
Menurut kepercayaan orang batak, apabila seseorang sakit, “tondi” atau “tendi” si sakit pergi
kesuatu tempat meninggalkan tubuhnya. Karena tondi itu pergi, orang tersebut jatuh sakit. Agar
orang yang sakit dapat sembuh, tendinya harus dipanggil agar masuk kembali ketubuh orang yang
sakit itu (tondi mulak tu badan). Mediator untuk memanggil tondi tersebut adalah baso atau datu.
Kalau tondi itu setelah beruang-ulang dipanggil tidak mau pulang juga, berarti orang sakit tersebut
tidak ada harapan lagi untuk hidup.
Suku Jawa merupakan suku terbesar di Indonesia, baik dalam jumlah maupun luas
penyebarannya. Mereka kerap menyebut dirinya sebagai Wong Jowo atau Tiang Jawi. Orang Jawa
telah menyebar hampir ke semua pulau besar di Indonesia sejak abad ke-18. Selain menyebar di
wilayah nusantara, suku Jawa pada saat itu juga sudah dibawa ke Suriname (Amerika Selatan).
Tradisi minum jamu tradisional tidak lepas dari budaya Indonesia, terlebih lagi budaya
Jawa dengan basis kraton Jogja dan Solo. Tradisi luhur dari para keluarga raja baik di kraton Jogja
maupun Solo, dan kemungkinan juga di tempat lainnya, tetap menjaga Tradisi Minum Jamu, baik
untuk kepentingan kecantikan, kesehatan, ataupun perawatan badan. Kita lihat saja pada even yang
belum ada sebulan ini berjalan, dimana ada pernikahan agung putri Sultan Hamengkubuwono X.
Sebelum tiba waktu istimewa itu sang pengantin, GKR Bendara diberikan banyak perawatan
badan, kecantikan dan juga untuk kepentingan kesehatan badan beberapa waktu sebelumnya
secara intensif. Selain itu, sekitar 2 atau 3 bulan juga diadakan Festival Jamu di Kraton
Yogyakarta. Belum lagi di masing-masing lingkungan kita, yang memiliki taman toga, tanaman
obat untuk keluarga. Semua itu merupakan segala bentuk obat-obat tradisional yang merupakan
Tradisi Minum Jamu.
Pengobatan menggunakan herbal di suku Jawa terkenal dengan nama jamu tradisional.
Kekayaan bumi jawa dengan iklim tropis memungkinkan banyak tanaman herbal yang dapat
berkembang dan tumbuh dan dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Jamu dapat berasal dari
dedaunan, akar, bunga, asam damar, kulit kayu, akar kayu, kayu bagian dalam. Takaran dan bahan
yang digunakan untuk meracik jamu sudah ada dari dahulu kala. Sehingga tidak perlu khawatir
dengan takaran yang berlebihan ataupun kekurangan dalam meminum jamu. Sejak jaman dahulu
kala juga, jamu tradisional sudah digunakan dan memberikan manfaat yang besar bagi orang jawa.
Kecantikan dan kebugaran suku jawa menunjukkan betapa jamu tidak perlu diragukan lagi
mengenai takaran dan manfaat yang dapat diperoleh. Jamu telah digunakan dari berbagai macam
lapisan masyarakat baik masyarakat kalangan bawah, menengah maupun atas. Dahulu kala, jamu
sering digunakan di Keraton Kesunanan dan Keraton Kesultanan. Mengingat banyaknya manfaat
jamu baik bagi kesehatan maupun kecantikan, penggunaan jamu tidak hanya di kalangan tertentu
tetapi juga merambah ke perkotaan yang notabene banyak produk kosmetik dan obat-obatan
produksi luar negeri. Penggunaan jamu tidaklah berbeda dengan obat herbal maupun pengobatan
kimia lainnya, jamu tradisional dapat digunakan sebagai obat dalam atau digunakan secara
diminum maupun obat luar yaitu ditaburkan atau dioleskan ke bagian tubuh tertentu. Dengan
berkembangnya jaman, jamu dapat diperoleh tidak hanya dari racikan tradisional tetapi dapat pula
dalam bentuk bungkusan agar mudah dibawa kemana-mana, misalnya dalam bentuk bubuk,
kampus, cairan, pil atau tablet dan salep tanpa mengurangi kandungan bahan tradisional dalam
jamu tersebut. Selain itu, agar mempermudah penggunaan jamu, paket-paket bahan-bahan jamu
juga dijual terpisah sehingga jika ingin meracik sendiri jamu yang diinginkan dapat diperoleh di
toko-toko penjualan obat tradisional atau jamu. Akan tetapi, peracikan dan penyajian jamu dengan
cara tradisional juga masih dapat ditemui di pelosok negeri di suku jawa. Beberapa perlengkapan
tradisional pembuat jamu tradisional yaitu lumpang, parut, kuali juga dapat diperoleh di pasar
tradisional maupun toko modern. Beberapa manfaat jamu baik untuk kesehatan maupun
kecantikan sangat familiar di tanah jawa. Jenis jamu seperti galian singset, sehat lelaki, sari rapet,
kuat lelaki dan jamu untuk bayi untuk kesehatan sedangkan untuk kecantikan adalah ngadi sarira.
Bahan-bahan jamu tradisional umumnya adalah temu lawak, kunyit, kencur, lengkuas, secang,
brotowali, jeruk nipis, ceplukan, nyamplung, kayu manis, melati, rumput alang-alang. Ngadi sarira
dapat meliputi lulur, bedak dingin, kemuning dan lain-lain.