Case DHF IPD Fix
Case DHF IPD Fix
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue
Haemorrhagic Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (Dengue Shock Syndrom) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok. 5
2.2 Epidemiologi
Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan salah satu isu kesehatan yang
menjadi salah satu masalah kesehatan dunia, penyebaran dari dengue sangat
meningkat sejak 30 tahun terakhir. Saat ini diperkirakan sekitar 100 negara pada
iklim tropis dan subtropis merupakan area endemik DHF. Diperkirakan sekitar
40% dari populasi dunia berisiko untuk terkena virus dengue.1
Setiap 10 tahun, angka rata-rata setiap tahunnya angka kasus Dengue
Fever atau Dengue Hemoragic Fever dilaporkan terus bertambah secara
signifikan. Dari tahun 2000 – 2008, rata - rata jumlah kasus tahunan sekitar
1.656.870 kasus atau hampir tiga koma lima kali lipat dibanding tahun 1990 –
1999, yang hanya 479 848 kasus. Pada tahun 2008, dilaporkan 69 negara di Asia
Tenggara, Pasifik Barat dan Amerika dilaporkan mengalami dengue.3
3
Gambar 1. Rata-rata angka tahunan kasus DF/DHF yang dilaporkan
WHO.3
4
1. Perubahan demografi dan sosial : perubahan demografi dan sosial
menyebabkan urbanisasi yang tidak terkontrol dan tidak terencana.
Vektor
Virus dengue ditrasnmisikan melalui gigitan nyamuk Aedes betina, Aedes
Aegypty merupakan vektor yang paling potensial dalam menyebarkan dengue
tetapi species lainnya seperti Ae albopictus, Ae polynesiensis dan Ae niveus juga
berperan sebagai vektor sekunder, di india Ae aegypti merupakan vektor yang
utama. 4
Faktor lingkungan
Populasi Ae aegypti berfluktuasi ketika musim hujan dan adanya tempat
penyimpanan air. Waktu hidup dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, suhu
terbaik antara 16-30 derjat dan kelembaban sekitar 60-80%. Ae aegypti bertelur di
kontainer di dalam dan sekitar rumah. Ae aegypti sangat bersifat antropofilik.4
5
Gambar 4. Tempat hidup nyamuk.4
Siklus transmisi
Ae aegypti berina biasanya menjadi terinfeksi dengan virus dengue ketika
meminum darah orang selama masa fase demam akut (viremia). Setelah periode
inkubasi ekstrinsik selama 8 – 10 hari, nyamuk menjadi terinfeksi dan virus di
transmisikan ketika nyamuk infektif menggigit dan memasukkan saliva ke
seseorang, tidak ada bukti transmisi vertikal dari virus dengue dari nyamuk betina
yang terinfeksi melalui telurnya. 4
2.3 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4x106.5
6
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2.DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotype ditemukan di indonesia dengan DEN-3 dengan serotype
terbanyak.5
2.4 Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih
diperdebatkan5. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue
dam sindrom renjatan dengue.
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah
a) Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan
sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.
Hipotesisi ini disebut antibody dependent enhancement (ADE)
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukan
keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan
7
terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar
trombopoetin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukan
kenaikan, hal ini menunjukan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai
mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruki trombosit
terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi
trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi perifer. Gangguan fungsi
trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningktan kadar
b-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda degranulasi trombosit.5
8
(Tissue Factor Pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivsi faktor Xia
namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex).
2.5 Manifestasi klinis dan perjalanan penyakit
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue
atau sindrom syok dengue (SSD). Pada umumnya pasien mengalami fase demam
selama 1-7 hari, yang diikuti oleh fase kritos selama 2-3 hari. pada waktu fase ini
pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan
jika tidak mendapat pengobatan tidak adekuat.5
Perjalanan penyakit demam berdarah :4
1. Fase demam
Pasien akan tiba-tiba mengalami demam tinggi, fase demam akut ini biasanya
terjadi dalam 2 – 7 hari dan sering diikuti dengan muka merah, eritema kulit, nyeri
seluruh tubuh, myalgia, athralgia, nyeri mata retroorbita, fotopobia, dan sakit
kepala. Beberapa pasien mungkin akan mengalami nyeri tenggorokan, anoreksia,
mual dan muntah
Akan sulit membedakan secara klinis demam disebabkan oleh dengue atau
non dengue pada masa awal demam. Tes torniquet yang positif mengindikasikan
meningkatnya kemungkinan dengue, tetapi gambaran klinis ini tidak dapat
memprediksikan seberapa berat penyakit.
Manifestasi perdarahan yang ringan seperti petekie dan perdarahhana
membran mukosa 9seperti hidung dan gusi) mungkin juga dapat terlihat.
Perdarahan gastrointestinal juga mungkin dapat muncul pada fase ini walaupun
jarang. Hati mungkin mengalami pembesaran selama beberapa hari demam.
Abnormalitas yang pertama muncul adalah penurunan sel darah putih total yang
progresif, yang mungkin merupakan tanda bagi dokter kemungkinan tinggi
mengalami dengue.
2. Fase kritis
Selama perubahan dari fase demam ke fase tidak demam, pasien tanpa
peningkatan pada permeabilitas kapiler membran akan meningkat tanpa melalui
fase kritis. Malahan peningkatanya seiring dengan penurunan dari demam, pasien
9
dengan peningkatan membran kapiler mungkin akan bermanifest dengan tanda
peringatan, kebanyakan hasilnya adalah kebocoran plasma.
Gejala peringatan ini menandai awalnya fase kritis. Pasien menjadi lebih
buruk sekitar waktu penurunan suhu badan menjadi normal, ketika temperatur
menurun sampai 37,5 – 38,5 atau kurang. Biasanya fase ini muncul setelah 3 – 8
hari fase demam.
Progresif leukopenia diikuti dengan penurunan cepat dari jumlah platelet akan
menyebabkan terjadinya kebocoran plasma. Periode dari kebocoran plasma
secara signifikan biasanya berlangsung selama 24-48 jam. Derajat kebocoran
plasma bervariasi, peningkatan hematokrit mendahului perubahan pada tekanan
darah dan nadi.
Derajat hemokonsentrasi diatas nilai normal hematokrit menunjukan beratnya
dari kebocoran plasma, walaupun ini dapat dikurangi dengan terapi cairan
intravena. Manifestasi perdarahan mungkin juga dapat terlihat mudah memar dan
perdarahan saat venapuncture juga sering terjadi
Jika syok terjadi ketika volume plasma hilang melaui kebocoran, dan biasanya
didahului oleh tanda peringatan. Suhu tubuh mungkin subnormal ketika syok
terjadi, hipoperfusi dapat menyebabkan asidosis metabolik, gangguan fungsi
organ dan disseminated intravascular coagulation (DIC). Ini dapat menyebabkan
perdarahan yang berat dan pada syok yang berat terjadi penurunan hematokrit.
Leukopenia biasanya sering terlihat pada fase ini, sel darah putih mungkin dapat
meningkat sebagai respon stress pada pasien denga perdarahan yang berat.
10
setelah tatalaksana cairan intravena. Penurunan jumlah platelet yang cepat dan
progresif bisa sekitar <100.000 sel/mm3.
3. Fase pemulihan
4. Severe Dengue
Pada kasus dengue berat adalah pasien suspek dengue dengan satu atau lenih
gejala berikut
1. Kebocoran plasma yang berat yang menyebabkan syok (dengue
syok) dan atau akumulasi cairan dengn respiratory distress
11
Gambar 7. Manifestasi infeksi virus dengue. 6
12
- Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
- Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi ) bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.
2.7 Diagnosis
13
Demam dengue merupakan penyakit demam akut selama 2 – 7 hari,
ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :5
1. Nyeri kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Mialgia/atralgia
4. Ruam kulit
14
DD/DB derajat Gejala Laboratorium
D
DD Demam disertai - Leukopenia Serologi
2 atau lebih - Trombositopenia, dengue
tanda: sakit tidak ditemukan positif
kepala, nyeri bukti kebocoran
retro-orbital, plasma
mialgia, atralgia
DBD I Gejala diatas Trombositopenia,
ditambah uji (<100.000), bukti ada
bendung positif kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas Trombositopenia (<100.000)
ditambah bukti ada kebocoran plasma
perdarahan
spontan
DBD III Gejala diatas Trombositopenia (<100.000)
ditambah bukti ada kebocoran plasma
kegagalan
sirkulasi (kulit
dingin dan
lembab serta
gelisah)
DBD IV Syok berat Trombositopenia (<100.000)
disertai dengan bukti ada kebocoran plasma
tekanan darah
dan nadi tidak
terukur
2.8 Tatalaksana
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah
terapi suportif. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang
paling penting dalam penanganan kasus DBD.Asupan cairan pasien harus tetap
dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan oral pasien tidak dapat dipertahankan,
maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi
dan hemokonsentrasi secara bermakna. Terdapat 5 protokol penatalaksanaan DBD
pada pasien dewasa.5
15
Gambar 9. Observasi dan pemberian cairan suspek DBD dewasa tanpa renjatan
di unit gawat darurat
16
Gambar 11. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%
17
Gambar 12. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
18
Gambar 14. Managemen syok hipotensi.4
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
19
Umur : 19 tahun
Pekerjaan : Pelajar
No. RM : 503799
KELUHAN UTAMA
dan terapi cairan, dirujuk ke RSUP M Djamil Padang karena trombosit yang
tidak naik
20
Teman satu kos pasien menderita DBD
Kulit warna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-), turgor kulit baik,
Kepala
Normocephal
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
21
Mulut
Mukosa bibir dan mulut basah, oral thrush (-)
Leher
Paru
- Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan
- Palpasi : fremitus kiri = kanan
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Alat kelamin
Anus& Rektum
Anggota gerak
Akral hangat, CRT < 2 detik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
22
Tes serologi 16 Desember 2017 (RSUD Kerinci):
o Anti Dengue IgG (-)
o Anti Dengue IgM (+)
Kesan:
Trombositopenia
FOLLOW UP
Rabu. 20 Desember 2017
S/ - Demam tidak ada
- Petekie masih ada
- badan masih terasa letih
- nyeri kepala dan sendi tidak ada
- perdarahan gusi, hidung, dan saluran cerna tidak ada
- BAK dan BAB biasa
O/ KU : sedang Nadi : 74x
Kesadaran : CMC Nafas : 20x
TD : 120/80 Suhu : 36,5º C
Mata : konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-,
Thoraks : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, bising usus
(+) normal
Extermitas : akral hangat, CRT < 2”
A/ DHF grade II
P/ Bedrest
DIAGNOSIS BANDING
Demam tifoid, malaria, ITP
TINDAKAN PENGOBATAN
Bedrest
IVFD RL 6cc/kgBB/jam dalam 1-2 jam
Parasetamol 3x500 mg
RENCANA
23
BAB IV
DISKUSI
Telah dirawat di bangsal Penyakit Tropis dan Infeksi bagian Ilmu Penyakit
Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang seorang pasien laki - laki usia 19 tahun pada
tanggal 19 Desember 2017 dengan keluhan utama demam sejak 7 hari sebelum
hari, terus-menerus, tidak menggigil, dan berkeringat banyak, mual, nyeri kepala,
nyeri sendi disertai badan terasa lemah dan letih. Faktor predisposisi terjadinya
DBD pada pasien ini adalah kontak dengan penderita DBD sebelumnya yaitu
teman sekos pasien. Pada pemeriksaan fisik ditemukan hasil yang menunjang
untuk diagnosis DBD yaitu bintik - bintik merah di kedua tungkai bawah dan tes
Rumple Leed positif, tidak ditemukan tanda pembesaran hati dan limpa.
dirujuk ke RSUP M Djamil Padang telah dilakukan pemeriksaan anti dengue IgG
dan IgM yang merupakan pemeriksaan gold standard dari DHF dan pada pasien
24
ini hasil IgM positif yang menandakan bahwa pasien mengalami infeksi dengue.
Berdasarkan kriteria WHO diagnosis DBD dapat ditegakkan jika terdapat demam
tinggi atau kontinyu selama 2- 7 hari, adanya perdarahan spontan atau uji torniket
tergolong menderita DBD grade I jika terdapat demam dan gejala konstitusional,
uji tourniquet positif, DBD grade II apabila terdapat gejala seperti grade 1 disertai
perdarahan spontan (pada kulit ataupun perdarahan lainnya), grade III bila telah
terjadi kegagalan sirkulasi, tekanan nadi < 20 mmhg dengan tekanan sistolik
normal, serta grade IV bila terjadi syok mendalam, hipotensi atau tekanan darah
tidak terdeteksi. DBD Grade III dan IV adalah sindrom syok dengue. Sedangkan
penunjang.
terapi suportif penggantian cairan serta pemantauan berkala nilai hematokrit dan
pemeriksaan pasien dalam keadaan umum baik dan tidak sesak sehingga pada
pasien tidak diberikan terapi oksigen. Pasien diberikan terapi cairan intravena
25
pada setiap pasien DBD untuk menilai apakah terapi yang diberikan menghasilkan
pasien harus diedukasi mengenai penyakitnya, faktor risiko terjadinya DBD, serta
diajarkan untuk mengenali gejala awal dari DBD sehingga jika terinfeksi lagi
DAFTAR PUSTAKA
2. Trisnadewi NY, Wande IY. Pola serologi IgM danIgG Pada Infeksi Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar,
Bali Bulan Agustus Sampai September 2014. E Jurnal Medika. 2016;5(8): 1-
5.
26
27