Anda di halaman 1dari 9

KISAH ISRA’ MI’RAJ

NABI MUHAMMAD
SAW

Disusun Oleh:

Silvi Nur Khaerunnisa

Kelas VI-A

SDN 114 BOJONG KONENG


BANDUNG
2018
Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad Saw Lengkap dan
Hikmahnya
Sumber: Islam Cendekia 06 May 2016 Artikel, Sejarah Islam
Isra Miraj adalah perjalanan malam hari Rasulullah Nabi Muhammad Saw dari
Masjidil Haram (Mekah) ke Masjidil Al Aqsa (Yerusalem-Palestina/Israel), kemudian
dilanjutkan menuju langit ke Sidratul Muntaha dengan tujuan menerima wahyu Allah Swt.
Ada banyak arti, makna dan hikmah dari peristiwa Isra Mi'raj
Peristiwa Isra Mi'raj secara singkat bisa diceritakan sebagai berikut. Suatu malam,
Rasulullah Nabi Muhammad Saw didatangi malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Lantas,
Rasulullah dibawa ke sumur zamzam.
Di sana, malaikat Jibril membelah dada nabi Muhammad Saw dan mensucikan
hatinya menggunakan air zam-zam. Setelah itu, baginda Muhammad Saw disiapkan
kendaraan yang bisa berlari secepat kilat bernama buroq.
Diceritakan, bentuk buroq berwarna putih, lebih besar dari keledai tapi lebih rendah
dari baghal. Kendaraan buraq juga terdapat pelana dan kendali sebagaimana kuda.
Dalam perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Al-Aqsa, Muhammad Saw
ditemani Malaikat Jibril pada bagian kanan dan Mikail menemaninya di sebelah kiri. Mereka
melaju mengarungi alam indah ciptaan Allah Swt pada malam hari yang penuh dengan
keajaiban dan hikmah.
Banyak peristiwa terjadi sepanjang perjalanan rasulullah Muhammad Saw. Salah satu
kisah yang acapkali diceritakan, antara lain Jin Ifrit yang berusaha mengejar dan mencelakai
nabi.

Bentuk Masjidil Aqsa di Yerusalem sekarang, lokasi Muhammad Saw naik ke langit
Ada yang bilang Jin Ifrit membawa obor. Ada pula yang bilang bangsa gaib itu
mengejar nabi dengan semburan api. Lantas Jibril mengajari nabi untuk membaca doa.
Sontak, Jin Ifrit terjungkal jatuh dan terbakar apinya sendiri. Ada pula peristiwa nabi
melihat sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke bagian kepala sendiri hingga
hancur dan kejadian itu berulang kali. Jibril menjelaskan bila mereka adalah manusia yang
berat melaksanakan shalat.
Rasulullah juga melihat sekelompok orang yang memilih makan daging busuk
ketimbang daging masak segar. Malaikat Jibril pun menjawab bahwa mereka adalah orang-
orang yang semasa hidup di dunia melakukan zina, selingkuh. Padahal, mereka sudah punya
suami atau istri yang sah secara agama maupun negara.
Kisah perjalanan Isra Mi'raj sebetulnya lebih lengkap dengan banyak peristiwa-
peristiwa yang bisa dipetik hikmahnya, tetapi Islamcendekia.com menyajikannya secara
singkat agar mudah dipahami dan dicerna.
Sesampainya di Baitul Maqdis atau Al Aqsho, beliau turun dari kendaraan kilat
bernama buraq dan mengikatnya di sisi pintu masjid. Rasul pun masuk untuk menunaikan
sholat dua rekaat.
Di sana, ternyata ada para nabi as. Shalat pun akhirnya diimami oleh rasulullah saw
atas bimbingan Jibril. Beliau lah, Kanjeng Nabi Muhammad Saw adalah imam atau
pemimpin para anbiya' dan mursalin.
Setelah itu, Rasulullah saw kehausan dan meminta minum. Malaikat Jibril
memberinya dua wadah berisi susu dan khamr (semacam bir, arak, ciu, anggur fermentasi
yang memabukkan atau miras). Namun, Muhammad Saw memilih susu.
Jibril berkata, "Sungguh, Engkau memilih fitrah yaitu Islam. Kalau Engkau pilih
Khamar, niscaya umat Engkau akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat."

Kisah perjalanan menuju langit


Setelah peristiwa isra selesai, yaitu dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kini
Rasulullah saw harus melanjutkan perjalanan menuju langit yang disebut dengan mi'raj.
Bisa dikatakan, perjalanan malam (Muhammad's night journey to sky and heaven)
mirip seperti wisata ke angkasa dan semesta yang dihiasi dengan taburan bintang-bintang,
bulan, planet, dan galaksi.
Bedanya, perjalanan malam Muhammad Saw adalah menunaikan tugas spiritual untuk
bertemu dengan Allah Swt untuk kemudian disampaikan kepada umatnya. Namun benar,
perjalanan istimewa nabi menuju langit sampai lapis tujuh memang hadiah paling istimewa
dari Tuhan yang Maha Esa kepada kekasih-Nya, Muhammad.

Kisah bertemu para nabi, surga dan neraka


Peristiwa penting dalam perjalanan di langit sebelum bertemu Allah, Muhammad Saw
bertemu dengan Nabi Adam As di langit pertama, ketemu Nabi Isa As dan Nabi Yahya As di
langit kedua, bertemu Nabi Yusuf As yang gantengnya seperti bulan di antara bintang-bintang
di langit ke tiga.
Selanjutnya, Rasulullah saw bertemu dengan Nabi Idris As pada langit ke empat, Nabi
Harun As di langit kelima, Nabi Musa As di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim As di langit
ketujuh.
Perjalanan di langit pertama, Nabi Muhammad Saw melihat sesuatu yang mengerikan
di sebelah kiri dan hal-hal yang bahagia di sebelah kanan. Itu merupakan gambaran surga dan
neraka.
Diceritakan, suatu ketika Kanjeng Nabi Muhammad Saw melihat orang-orang dengan
perut yang besar yang dipenuhi dengan ular. Isi perut bisa dilihat dari luar. Malaikat Jibril
menjelaskan, mereka adalah manusia yang suka memakan riba.
Riba adalah semacam bunga dalam dunia perbankan modern. Namun, riba lebih
ditekankan pada rentenir yang meminjamkan dengan bunga berlebih hingga "mencekik leher"
orang yang dipinjami uang. Bukan niat membantu dengan meminjami uang, tetapi justru
menjebak dengan bunga untuk keuntungan pribadi semata yang sebesar-besarnya.
Muhammad Saw juga melihat pemandangan mengerikan sebagai gambaran neraka di
mana ada orang-orang yang dagingnya dipotong-potong lalu diminta untuk memakannya.
Jibril AS pun menjelaskan, mereka adalah orang-orang yang suka menggunjing, ghibah,
menjelek-jelekkan orang lain atau "ngrasani" yang diibaratkan memakan daging saudara
sendiri.
Sampai di langit 7, Nabi Ibrahim berkata. Setidaknya begini, "Kabarkanlah bahwa
surga sungguh sangat indah tanahnya, airnya tawar dan tanawan surgawi adalah subhanallah
walhamdulillah walailahaillallah wallahuakbar."
Beliau juga berkata, "Perintahkan umatmu untuk banyak-banyak menanam tanaman
surga. Tanaman surga adalah (dzikir) la hawla wala quwwata illa billah."

Kisah sidratul muntaha


Sampai akhirnya perjalanan panjang Muhammad Saw sampai ke Sidratul Muntaha.
Gambaran di sana, terdapat sebuah pohon yang besarnya tiada terkira.
Sidratul Muntaha adalah sebuah pohon besar yang berada di langit ketujuh. Ia adalah
pemisah. Disebut muntaha (akhir) karena ia merupakan batas akhir dari sebuah perjalanan.
Tidak ada satu makhluk pun yang pernah melewatinya kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Sedangkan Pohon Sidr adalah Pohon Bidara.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupaya sekemampuan beliau untuk
mengabarkan bentuk pohon ini kepada kita. Beliau beri permisalan agar dekat dengan
pemahaman. Beliau sebut buahnya seperti guci-guci orang Hajar. Hajar adalah sebuah tempat
yang diketahui oleh para sahabat. Sebuah tempat yang terkenal sebagai penghasil guci kala
itu. Para ulama beda pendapat tentang domisili orang-orang Hajar ini. Ada yang mengatakan
sebuah desa dekat Kota Madinah. Ada pula yang mengatakan sebuah tempat di Yaman. Dan
yang lain menyebutnya berada di bagian timur Jazirah Arab. Yang sekarang kita kenal dengan
wilayah Bahrain
Di bawahnya, muncul sungai air jernih nan menawan di mana airnya tidak akan
berubah baik bau, warna maupun rasa. Ada pula sungai susu yang putih bersih dan elok
dipandang.
Ada juga sungai madu yang mengalir jernih. Di sana juga dihiasi dengan permata
zamrud (semacam batu akik termahal). Namun, sesungguhnya gambaran itu tidak bisa
dilukiskan dengan kata-kata maupun deskripsi. Keindahannya jauh lebih indah dari apa yang
ditulis atau dikata-katakan.
Dalam suatu riwayat, setelah Nabi Muhammad Saw melihat surga dan neraka dalam
perjalanan Isra' Mi'raj, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat menuju Sidratul Muntaha.
Di sana, malaikat Jibril mundur sehingga baginda Rasulullah sendirian untuk bertemu,
"bertatap muka" atau berjumpa dengan Sang Maha Pencipta, Allah Swt.
Di sebuah singgasana yang tidak bisa dijelaskan dengan kalimat apapun, tempat di
mana tidak seorang atau makhluk pun bisa berdiri di sana, Rasulullah Saw dan Tuhan
Semesta Alam bertemu. Nabi pun seketika bersujud di hadapan-Nya.
Dalam Hadits Riwayat Muslim, kemudian Islamcendekia.com secara singkat
menjelaskan, Allah memerintahkan Muhammad Saw dan umatnya untuk melakukan shalat 50
waktu dalam sehari semalam.
Lantas Rasul turun ke langit keenam untuk bertemu Nabi Musa. Di sana, Nabi Musa
meminta agar Muhammad Saw meminta keringanan. Baginda naik lagi bertemu Allah dan
akhirnya dikurangi 5 menjadi 45. Baginda pun turun lagi bertemu dengan Nabi Musa AS.
Begitu seterusnya hingga akhirnya sampai sholat lima waktu. Namun, Nabi Musa
masih menyarankan agar dikurangi. Baginda Saw pun malu untuk bernegosiasi dengan Allah
lagi.
Peristiwa itulah yang menjadi cikal bakal, sejarah, asal-usul munculnya aturan sholat
dalam agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad. Setelah itu, beliau turun kemudian naik
kendaraan buraq hingga kembali ke Kota Mekah. Saat itu, fajar masih belum tiba.
Pagi harinya, beliau memberitahu mukjizat agung tersebut kepada umatnya. Namun,
mereka justru banyak yang mendustakan. Ada pula yang mengatakan Muhammad sudah gila,
tukang sihir atau semacamnya.
Orang pertama kali yang percaya dengan peristiwa Isra' Mi'raj adalah Abu Bakar
sehingga mendapatkan gelar As Shiddiq.

Makna Isra Miraj dan hikmahnya


Ada banyak makna dan hikmah yang bisa dipetik dari kisah perjalanan malam (night
journey) Isra Miraj. Pertama, tentu munculnya kewajiban shalat bagi setiap pemeluk agama
Islam atau umat Muslim.
Meski kewajiban, sebaiknya jangan terpaksa menjalankan sholat karena ujungnya
tidak ikhlas. Jalani shalat sebagai sebuah kecintaan kita kepada Allah Saw dan RasulNya
yang sudah mendapatkan perintah untuk menunaikan sholat.
Hikmah selanjutnya, Nabi Muhammad Saw diberikan gambaran surga dan neraka
sebagai balasan bagi setiap perbuatan manusia yang hidup di dunia. Orang yang baik, surga
adalah balasannya.
Sebaliknya, orang yang jahat, berzina, membenci orang lain, suka menggunjing,
memakan riba, serakah, kejam, dan perbuatan-perbuatan tidak terpuji lainnya adalah neraka
balasannya.
Bagaimana agar kita bisa selamat dari siksa neraka? Muhammad sudah membawa
Islam untuk kita lengkap dengan petunjuknya, Al Quran. Ikutilah petunjuk itu dengan ilmu
dan pengetahuan yang cukup sehingga kita bisa menikmati indahnya surga dan menghindari
siksa neraka.
Namun, sebaiknya kita berbuat baik bukan karena surga dan negara, melainkan ikhlas
dari hati yang paling dalam karena Allah. Dengan hati dan kesadaran yang ikhlas berbuat
baik kepada sesama manusia dan makhluk itulah, Allah secara otomatis akan menyediakan
surganya kepada hamba-Nya.
Kisah Isra Miraj dalam Alquran
Peristiwa nyata perjalanan malam Isra' Mi'raj Nabi Muhammad dijelaskan dalam
Alquran Surat Al Isra ayat 1. Tidak dijelaskan secara terperinci dalam surat tersebut.
Dalam Alquran, sejarah Isra Miraj hanya dituliskan, setidaknya terjemahan bahasa
Indonesia begini, "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (baca:
Muhammad) pada suatu malam dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aksa yang Kami
berkahi sekelilingnya supaya Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran)
Kami. Sesungguhnya, Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat."
Itulah sejarah Isra Mi'raj Nabi Muhammad Saw lengkap yang diceritakan secara
singkat, beserta dengan arti, makna dan hikmahnya yang diambil redaksi Islamcendekia.com
dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat. Wallahu a'lam bishawab.

Hadits tentang Isra' Mi'raj nabi


Riwayat tentang perjalanan malam nabi dan diangkatnya dia ke langit untuk bertemu
langsung dengan Allah dan menerima perintah kewajiban salat di lima waktu terdapat dalam
Kitab Hadits Shahih milik Imam Muslim:
"...dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku telah
didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi
lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai
ujungnya." Dia bersabda lagi: "Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke
Baitul Maqdis." Dia bersabda lagi: "Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid
sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam
masjid dan mendirikan salat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar, tiba-tiba
aku didatangi oleh Jibril dengan membawa semangkuk arak dan semangkuk susu, dan aku
pun memilih susu. Lalu Jibril berkata, 'Kamu telah memilih fitrah'. Lalu Jibril membawaku
naik ke langit. Ketika Jibril meminta agar dibukakan pintu, maka ditanyakan, 'Siapakah
kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Ditanyakan lagi, 'Siapa yang bersamamu?' Jibril
menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutus? ' Jibril menjawab, 'Ya,
dia telah diutus.' Maka dibukalah pintu untuk kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi
Adam, dia menyambutku serta mendoakanku dengan kebaikan. Lalu aku dibawa naik ke
langit kedua. Jibril lalu minta supaya dibukakan pintu. Lalu ditanyakan lagi, 'Siapakah
kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapa yang bersamamu? ' Jibril
menjawab, 'Muhammad.' Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab,
'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan
Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku
dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril pun meminta supaya dibukakan
pintu. Lalu ditanyakan, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi,
'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia
telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada
kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Yusuf Alaihis Salam, ternyata dia telah
dikaruniakan dengan kedudukan yang sangat tinggi. Dia terus menyambut aku dan
mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril pun
meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril
menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab,
'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia
telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris
Alaihis Salam, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Allah
berfirman: '(...dan kami telah mengangkat ke tempat yang tinggi darjatnya) '. Aku dibawa
lagi naik ke langit kelima. Jibril lalu meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara
bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah
bersamamu? ' Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah
diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami.
Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Harun Alaihissalam, dia terus menyambutku dan
mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril lalu
meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi, 'Siapakah kamu? ' Jibril
menjawab, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? ' Jibril menjawab,
'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril menjawab, 'Ya, dia
telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi
Musa, dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik
ke langit ketujuh. Jibril meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi,
'Siapakah kamu? ' Jibril menjawabnya, 'Jibril'. Jibril ditanya lagi, 'Siapakah bersamamu? '
Jibril menjawab, 'Muhammad'. Jibril ditanya lagi, 'Apakah dia telah diutuskan? ' Jibril
menjawab, 'Ya, dia telah diutuskan'. Pintu pun dibukakan kepada kami. Tiba-tiba aku
bertemu dengan Nabi Ibrahim Alaihissalam, dia sedang berada dalam keadaan menyandar
di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari bisa memasukkan tujuh puluh ribu malaikat.
Setelah keluar, mereka tidak kembali lagi kepadanya (Baitul Makmur). Kemudian aku
dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti telinga gajah dan ternyata
buahnya sebesar tempayan." Dia bersabda: "Ketika dia menaikinya dengan perintah Allah,
maka sidrah muntaha berubah. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu
menggambarkan keindahannya karena indahnya. Lalu Allah memberikan wahyu kepada dia
dengan mewajibkan salat lima puluh waktu sehari semalam. Lalu aku turun dan bertemu
Nabi Musa Alaihissalam, dia bertanya, 'Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada
umatmu? ' Dia bersabda: "Salat lima puluh waktu'. Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada
Tuhanmu, mintalah keringanan karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku
pernah mencoba Bani Israel dan menguji mereka'. Dia bersabda: "Aku kembali kepada
Tuhan seraya berkata, 'Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku'. Lalu Allah
subhanahu wata'ala. mengurangkan lima waktu salat dari dia'. Lalu aku kembali kepada
Nabi Musa dan berkata, 'Allah telah mengurangkan lima waktu salat dariku'. Nabi Musa
berkata, 'Umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu,
mintalah keringanan lagi'. Dia bersabda: "Aku masih saja bolak-balik antara Tuhanku dan
Nabi Musa, sehingga Allah berfirman: 'Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan lima
waktu sehari semalam. Setiap salat fardu dilipatgandakan dengan sepuluh kali lipat. Maka
itulah lima puluh salat fardu. Begitu juga barangsiapa yang berniat, untuk melakukan
kebaikan tetapi tidak melakukanya, niscaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia
melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barangsiapa yang
berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, niscaya tidak dicatat baginya
sesuatu pun. Lalu jika dia mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya'.
Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih
saja berkata, 'Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan'. Aku menjawab, 'Aku
terlalu banyak berulang-ulang kembali kepada Tuhanku, sehingga menyebabkanku malu
kepada-Nya'."
— Shahih Muslim, Kitab Iman, Bab Isra' Rasulullah ke langit, hadits nomor 234.

Anda mungkin juga menyukai