Anda di halaman 1dari 30

NAMA : ALFI ARIF

KELAS : 2 D 2018
JAWABAN 12 NOMOR
NO 1
Bagi pemikiran orang barat, Tuhan hanyalah sebuah simbol. Kenapa? Ini bisa
dijelaskan bahwa nama tuhan dilecehkan dengan menjadikan sebuah ritual
pemenggalanmanusia pendusta dan penjilat dosa atas ulah tuhan. Bagi mereka,
tuhanlah dibalik semuaperseteruan sesama manusia dimuka bumi ini (human
feud). Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri pada zaman moderenisasi saat ini adalah,
darah korban tak berdosa, darah segar manusia penuh cinta dan hormat yang
memperjuangkan martabat pluralitas demi integrasi antara manusia, yang saling
mencintai menjadi sebuah pertaruhan kematian sesama manusia. Keesaan tuhan
terhadap apa yang diciptakanya merupakan sebuah bukti yang kongrit atas kenistaan
yang dibuat oleh manusia sendiri agar terlepas dari belenggu agama yang meyakini
bahwa tuhan adalah cikal bakal kejadian saling membunuh. Jadi mereka meyakini
bahwa tidak ada salahnya dan tidak ada dosa untuk menjadikan nama tuhan atau
tuhannya sekaligus sebagai sebuah jaminan atau taruhan untuk kepentingan pribadi
yang tidak jelas maksud dan tujuannya.
Tuhan bagi mereka hanyalah lebel belaka , yang menuai sebuah perperangan ideology
dan fisik antar sesama manusaia yang ia ciptakan.

Menurut pandangan islam, memahami Tuhan melalui pikiran menjadi hasrat


tertinggi sampai tahun 200 M. Dalam sejarah sudah dikatakan bahwa banyak orang
yang ingin mengimani Tuhan tetapi banyak juga yang belum mendapat hidayah dari-
Nya.

Iman kepada Allah menjadi rukun iman yang pertama. Orang yang yakin adanya
Allah disebut mukmin dan yang mengingkarinya dikatakan kafir. Kebenaran yang
ada, dianggap salah dan tidak bisa diterima dengan akal sehat manusia. Padahal Allah
berfirman dalam QS. Al-Kahfi 29:

Artinya: “Dan katakanlah: kebenaran itu datangnya dari Tuhan-Mu, maka barang
siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir.”

Tentang hal yang berkenaan dengan ke-esaan Allah juga ditegaskan dalam QS.
Al-Ikhlas yang artinya “Katakanlah: Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan dia”.
Pengenalan lebih mendalam tentang Allah dapat dikaji melalui asmaul husna
yang ada 99 sifat. Tetapi itu hanyalah sedikit dari banyak sifat Allah yang tak
diketahui oleh manusia. Pengetahuan ini menegaskan bahwa Allah tidak sama dengan
makhluk-Nya. Allah berfirman dalam QS. Asy-Syuura ayat 11:

Artinya: “Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.

NO 2
Tauhid menurut bahasa adalah meng-Esakan. Ada beberapa tingkatan tauhid :
1. Tauhid Rububiyah.

Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dengan


meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk-Nya. Dan alam
semesta ini diatur oleh Mudabbir (Pengelola), Pengendali Tunggal, Tak disekutui
oleh siapa dan apapun dalam pengelolaan-Nya. Allah menciptakan semua makhluk-
Nya di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-orang musrik
yang menyekutukan Allah dalam ibadahnya juga mengakui keesaan rububiyah-Nya.
Jadi jenis tauhid ini diakui semua orang. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan
untuk mengakui-Nya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lainnya. Adapun
orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun demikian di
hatinya masih tetap meyakini-Nya.

Alam semesta dan fitrahnya tunduk dan patuh kepada Allah. Sesungguhnya alam
semesta ini (langit, bumu, planet, bintang, hewan, pepohonan, daratan, lautan,
malaikat, serta manusia) seluruhnya tunduk dan patuh akan kekuasaan Allah. Tidak
satupun makhluk yang mengingkari-Nya. Semua menjalankan tugas dan perannya
masing-masing, serta berjalan menurut aturan yang sangat sempurna. Penciptanya
sama sekali tidak mempunyai sifat kurang, lemah, dan cacat. Tidak satupun dari
makhluk ini yang keluar dari kehendak, takdir, dan qadha’-Nya. Tidak ada daya dan
upaya kecuali atas izin Allah. Dia adalah Pencipta dan Penguasa alam, semua adalah
milik-Nya. Semua adalah ciptaan-Nya, diatur, diciptakan, diberi fitrah,
membutuhkan, dan dikendalikan-Nya.

Allah Ta’ala berfirman :

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (Q.S. Al-Fatihah : 1)

Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Engkau adalah Rabb di langit
dan di bumi” (Mutafaqqun ‘Alaih)

2. Tauhid Uluhiyah.

Tauhid Uluhiyah yaitu ibadah. Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah


dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyariatkan seperti
doa, nadzar, kurban, raja’ (pengharapan), takut, tawakal, raghbah (senang), rahbah
(takut), dan inabah (kembali atau taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah
para rasul. Disebut demikian, karena tauhid uluhiyah adalah sifat Allah yang
ditunjukkan oleh nama-Nya, “Allah” yang artinya dzul uluhiyah (yang memiliki
uluhiyah), dan juga karena tauhid uluhiyah merupakan pondasi dan asas tempat
dibangunnya seluruh amal. Juga disebut sebagai tauhid ibadah karena ubudiyah
adalah sifat ‘abd (makhluknya) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena
ketergantungan mereka kepada-Nya.

Allah Ta’ala berfirman

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S.
Al-Baqarah : 163)

Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Maka hendaklah apa yang
kamu dakwahkan kepada mereka pertama kali adalah syahadat bahwa tiada
Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah” (Mutafaqqun ‘Alaih). Dalam
riwayat Imam Bukhari,“Sampai mereka mentauhidkan Allah”.

Manusia ditentukan oleh tingkatan din. Din sendiri berarti ketaatan. Di bawah
ini adalah tingkatan din :

 Islam

Islam menurut bahasa adalah masuk dalam kedamaian. Sedangkan menurut syara’,
Islam berarti pasrah kepada Allah, bertauhid dan tunduk kepada-Nya, taat, dan
membebaskan diri dari syirik dan pengikutnya.

 Iman

Iman menurut bahasa berarti membenarkan disertai percaya dan amanah.


Sedangkan menurut syara’, iman berarti pernyataan dengan lisan, keyakinan dalam
hati, dan perbuatan dengan anggota badan.

 Ihsan

Ihsan menurut bahasa berarti kebaikan, yakni segala sesuatu yang menyenangkan
dan terpuji. Sedangkan menurut syara’ adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh
baginda Nabi yang artinya “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-
Nya. Jika engkau tidak bias melihay-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu”.
Syaikh Ibnu Taimiyah berkata “Ihsan itu mengandung kesempurnaan ikhlas kepada
Allah dan perbuatan baik yang dicintai oleh Allah”.

Rasulullah menjadikan din itu adalah Islam, Iman, dan Ihsan. Maka jelaslah bahwa
din itu bertingkat, dan sebagian tingkatannya lebih tinggi dari yang lainnya.
Tingkatan yang pertama adalah Islam, tingkatan yang kedua adalah Iman, dan
tingkatan yang paling tinggi adalah Ihsan.

3. Tauhid Asma’ Wa Sifat

Tauhid Asma’ Wa Sifat yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-
Nya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al Qur’an dan Sunah Rasul-Nya. Maka
barang siapa yang mengingkari nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya atau menamai
Allah dan menyifati-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya atau
menakwilkan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah
tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan Rasulnya.

Allah Ta’ala berfirman

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S. Asy-Syuura : 11)

Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Allah tabaraka wa ta’ala turun
ke langit dunia pada setiap malam” (Mutafaqqun ‘Alaih). Di sini turunnya Allah
tidak sama dengan turunnya makhluk-Nya, namun turunnya Allah sesuai
dengan kebesaran dan keagungan dzat Allah.

Sifat-sifat Allah dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

 Sifat Dzatiyah

Sifat Dzatiyah yaitu sifat yang senantiasa melekat dengan-Nya. Sifat ini berpisah
dengan dzat-Nya. Seperti berilmu, kuasa atau mampu, mendengar, bijaksana,
melihat, dll.

 Sifat Fi’liyah

Sifat Fi’liyah adalah sifat yang Dia perbuat jika berkehendak. Seperti bersemayam di
atas ‘Arasy, turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga akhir malam, dan dating
pada Hari Kiamat.

Tauhid asma’ wa sifat ini juga berpengaruh dalam bermuamalah dengan


Allah. Di bawah ini contoh-contohnya :

 Jika seseorang mengetahui asma’ dan sifat-Nya, juga mengetahui arti dan
maksudnya secara benar maka yang demikian itu akan memperkenalkannya
dengan Rabbnya beserta keagungan-Nya. Sehingga ia tunduk, patuh, dan khusyu’
kepada-Nya, takut dan mengharapkan-Nya, serta bertawassul kepada-Nya.
 Jika ia mengetahui jika Rabbnya sangat dahsyat azab-Nya maka hal itu akan
membuatnya merasa diawasi Allah, takut, dan menjauhi maksiat terhadap-Nya.
 Jika ia mengetahui bahwa Allah Maha Pengampun, Penyayang, dan Bijaksana
maka hal itu akan membawanya kepada taubat dan istighfar, juga membuatnya
bersangka baik kepada Rabbnya dan tidak akan berputus asa dari rahmat-Nya.
 Manusia akan mencari apa yang ada di sisi-Nya dan akan berbuat baik
kepada sesamanya.

NO 3
Menurut pendapat saya adalah, pada dasarnya Beriman adanya Tuhan, merupakan
sikap yang rasional dan ilmiah. Dengan metode mengenal hakikat tuhan melalui
percobaan dan pengamatan, dimana agama didasarkan pada analogi dan induksi. Hal
inilah yang menyebabkan tidak terpenuhinya ketentuan dari suatu metode pembuktian
ilmiah, karena agama tidak mempunyai landasan ilmiah.

NO 4
Pemikiran Islam kontemporer di Indonesia telah mencapai pada pluralitas teori
dan bentuk. Teori-teori modern yang lahir di blantika pemikiran Barat, khususnya
Amerika dan Eropa kian diimpor ke Indonesia. Hal itu secara langsung dipengaruhi
oleh arus dialektika pemikiran yang berkembang di Barat dan mengilhami
kecenderungan relativisme pemikiran. Selain itu, kehadiran intelektual Islam
Indonesia di beberapa universitas, baik di Amerika, Perancis, Inggris, Belanda, dan
negara-negara Barat lainnya, telah menyemarakkan dinamika intelektual, seperti
Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid, dan lain sebagainya. Sehingga teori
semiotika, hermeneutika, fenomenologi dan dekonstruksi menjadi trend baru
pemikiran Islam kontemporer di Indonesia. Maka dari itu, pemikiran Islam
kontemporer Indonesia sedang berkiblat ke Barat dan telah menghasilkan pemikiran
yang betul-betul brilian. Buktinya, para intelektual muslim Indonesia mulai tampil di
berbagai event internasional.

Pemikiran Islam kontemporer di Indonesia dimulai sejak berkembangnya umat


Islam Indonesia pada periode ide, terutama setelah para intelektual Islam Indonesia
banyak bersentuhan dengan pembaharuan pemikiran Islam, baik pengaruh dari dunia
Islam sendiri maupun dunia Barat.

Ormas Islam yang muncul pada periode pertaa, yang paling menonjol hingga kini
adalah Muhammadiyah (1912) dan NU (1926). Kelahiran kedua ormas Islam ini
kemudian menimbulkan pandangan dikhotomis tentang corak gerakan Islam di
Indoensia. Pemikiran Muhammadiyah yang bercorak rasional dan bermotto sebagai
gerakan tajdîd (pembaruan) dipandang sebagai gerakan modernis. Sedangkan NU
yang mendasarkan diri pada pola pemikiran empat madzhab fikih (Maliki, Hanafi,
Syafi’i dan Hambali), dan berpegang pada teologi Asy’ariyah dan Maturidiyah, dilihat
sebagai gerakan tradisionallis.

NO 5

Budaya asing yang masuk keindonesia menyebabkan multi efek. Budaya


Indonesia perlahan-lahan semakin punah. Berbagai iklan yang mengantarkan kita
untuk hidup gaul dalam konteks modern dan tidak tradisional sehingga memunculkan
banyaknya kepentingan para individu yang mengharuskan berada diatas kepentingan
orang lain. Akibatnya terjadi sifat individualisme semakin berpeluang untuk menjadi
budaya kesehariannya. Ini semua sebenarnya terhantui akan praktik budaya yang
sifatnya hanya memuaskan kehidupan semata. Sebuah kebobrokan ketika bangsa
Indonesia telah pudar dalam bingkai kenafsuan belaka berprilaku yang sebenarnya
tidak mendapatkan manfaat sama sekali jika dipandang dari sudut keislaman. Artinya
dizaman Edan sekarang ini manusia hidup dalam tingkat Hidonisme yang sangat
tinggi berpikir dalam jangka pendek hanya mencari kepuasaan belaka dimana
kepuasaan tersebut yang menyesatkan umat islam untuk berprilaku.

Untuk mengatasi pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan karena adanya


peradaban global dapat kita lakukan hal-hal seperti berikut :
1. Memperkuat jati diri bangsa (identitas nasional) dan memantapkan budaya
nasional. Memperkokoh ketahanan nasional sehingga mampu menangkal
penetrasi budaya asing yang bernilai negatif dan memfasilitasi adopsi budaya
asing yang produktif dan bernilai positif.
2. Pembangunan moral bangsa yang mengedepankan nilai-nilai yang positif seperti
kemandirian, amanah, kedisiplinan, kejujuran, etos kerja, gotong royong,
toleransi, tanggung jawab dan rasa malu. Dengan aktualisasi nilai moral dan
agama ,transformasi budaya melalui adaptasi dan adopsi nilai-nilai budaya asing
yang positif guna memperkaya budaya bangsa, revitalisai dan reaktualisasi
budaya-budaya lokal yang bernilai luhur.
3. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh
4. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya
5.Melaksanakan ajaran Agama dengan sebaik- baiknya dan Selektif terhadap
pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.

NO 6
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa
proses sebagai berikut :
1.) Taubat
2.) Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram
3.) Merasa miskin diri dari segalanya
4.) Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
5.) Meningkatakan kesabaran terhadap takdirNya
6.) Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya
7.) Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri)
8.) Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt
9.) Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan
ingatan kepadaNya
10.) Mempunyai rasa takut dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.

Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka seseorang
hamba akan muncul sifat berikut :
1.) Ketenangan juwa
2.) Harap kepada Allah Swt
3.) Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahNya
4.) Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.
Untuk mendapatkan point di atas, seseorang hamba harus melalui beberapa tingkatan
maqam di bawah ini, tetapi melalunya adalah amalan dzikir pada maqam yang 7
(tujuh), adapun hasilnya akan dapat di uraikan dengan beberapa maqam sifat, yaitu :
· Taubat
· Zuhud
· Sabar
· Syukur
· Khauf (takut)
· Raja’ (harap)
· Tawakkal

Berpedoman pada QS.Al-Baqarah : 30-36, status dasar yang dipolopori adam


adalah sebagai khalifah. Jika kalifah diartikan sebagai mahluk penerus ajaran ALLAH
,maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran ALLAH dan sekaligus
menjadi pelopor dalam membudidayakan ajaran Allah,hal ini di mulai dari diri sendiri
dan keluarganya.Adapun peran yang di lakukan seorang kalifah sebagaimana yang di
tetapkan Allah,di antarany ialah:

a.Belajar (Surat An-Naml : 15-16 dan Al –Mu’minun : 54)


Belajar yang di nyatakan pada ayat pertama surat Al-Alaq adalah mempelajari
ilmu Allah dan pada ayat kedua di jelaskan yang di maksud ilmu Allah adalah Al-
Kitab. Istilah lain yang di nyatakan Al-Qur’an adalah iqra’. Istilah iqra’ adalah istilah
yang di pergunakan Allah terhadap Muhammad dan pengikutnya.yang menjelaskan
ilmu Allah yang berwujud Al-quran dan ciptaannya

b. Mengerjakan Ilmu (Al-Baqarah : 31-39)

Ilmu yang di ajarkan oleh kalifatullah bukan hanya ilmu yang di karang
manusia saja,tetapi juga ilmu Allah.Pengertian ilmu Allah tidak identik dengan ilmu
agama.Dengan demikian tidak terbentuk asumsi bahwa yang bukan ilmu agama
adalah ilmu Allah. Ilmu Allah adalah ilmu al-Qur’an dan al- bayan (ilmu
pengetahuan). Al-Qur’an merupakan aturan hidup dan kehidupan manusia serta hal-
hal yang berhubungan dengan manusia.Mengerjakan Al-Qur’an berarti mengerjakan
hidup dan kehidupan menurut Allah pencipta manusia dan alam semesta.

c. Mumbudayakan Ilmu (al-Mu’minun: 35)

Ilmu Allah yang telah diketahui bukan hanya untuk di sampaikan kepada
orang lain,tetapi juga untuk diamalkan oleh diri sendiri terlebih dahulu sehingga
membudaya.

NO 7
Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum islam yakni bidimensional, adil, dan
individualistik.
I. Bidimensional artinya mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan (Ilahi).
Di samping itu sifat bidimensional juga berhubungan dengan ruang lingkupnya
yang luas atau komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur satu aspek saja,
tetapi mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Sifat dimensional
merupakan sifat pertama yang melekat pada hukum islam dan merupakan sifat
asli hukum Islam.
II. Adil, dalam hukum Islam keadilan bukan saja merupakan tujuan tetapi
merupakan sifat yang melekat sejak kaidah – kaidah dalam sya’riat ditetapkan.
Keadilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap manusia baik sebagai
individu maupun masyarakat.
III. Individualistik dan Kemasyarakatan yang diiikat oleh nilai-nilai transedental
yaitu Wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan
sifat ini, hukum islam memiliki validitas baik bagi perseorangan maupun
masyarakat. Dalam sistem hukum lainnya sifat ini juga ada, hanya asaja nilai-
nilai transedental sudah tidak ada lagi. (Mohammad Tahir Azhary, 1993:48-49

Ruang Lingkup Hukum Islam menurut Zainuddin Ali, sebagai berikut :

1. Ibadah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam


Ibadah adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah
SWT (ritual) yang terdiri atas :
(a) Rukun Islam Yaitu mengucapkan syahadatin, mengerjakan shalat, mengeluarkan
zakat, melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji bila mempunyai
kemampuan (mampu fisik dan nonfisik).
(b) Ibadah yang berhubungan dengan rukun islam dan ibadah lainnya, yaitu badani
dan mali. Badani (bersifat fisik), yaitu bersuci, azan, iqamat, itikad, doa, shalawat,
umrah dan lain-lain. Mali (bersifat harta) yaitu zakat, infak, sedekah, kurban dan lain-
lain.

2. Muamalah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam


Muamalah adalah peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang
lainnya dalam hal tukar-menukar harta (termasuk jual beli), di antaranya : dagang,
pinjam-meminjam, sewa-menyewa, kerja sama dagang, simpanan barang atau uang,
penemuan, pengupahan, warisan, wasiat dan lain-lain.

3. Jinayah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam


Jinayah ialah peraturan yang menyangkup pidana islam, di antaranya : qishash, diyat,
kifarat, pembunuhan, zina, minuman memabukkan, murtad dan lain-lain.

4. Siyasah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam


Siyasah yaitu menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan, di antaranya :
persaudaraan, tanggung jawab sosial, kepemimpinan, pemerintahan dan lain-lain.

5. Akhlak sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam


Akhlak yaitu sebagai pengatur sikap hidup pribadi, di antaranya : syukur, sabar,
rendah hati, pemaaf, tawakal, berbuat baik kepada ayah dan ibu dan lain-lain.

6. Peraturan lainnya di antaranya : makanan, minuman, sembelihan, berbutu, nazar,


pemeliharaan anak yatim, mesjid, dakwah, perang dan lain-lain

Abu Ishaq al Shatibi merumuskan lima tujuan hukum Islam, yaitu memelihara :
 Agama, merupakan tujuan pertama hukum Islam, karena agama merupakan
pedoman hidup manusia.
 Jiwa, merupakan tujuan kedua hukum Islam, karena hukum Islam wajib
memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya.
 Akal, sangat dipentingkan oleh hukum Islam, karena dengan mempergunakan
akalnya, manusia akan dapat berfikir tentang Allah, alam semesta, dan dirinya
sendiri.
 Keturunan, agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan ummat manusia
dapat diteruskan.
 Harta, adalah pemberian Tuhan kepada manusia, agar manusia dapat
mempertahankan hidup dan melangsungkan kehidupannya.
Kelima tujuan hukum Islam itu disebut al-maqasid al-khamsah atau al-maqasid al-
shari'ah (tujuan-tujuan hukum Islam).

NO 8
Sejarah Perkembangan HAM (Hak Asasi Manusia) Setelah dunia mengalami dua
proses peperangan yang melibatkan hampir seluruh kawasan dunia, dimana hak hak
asasi manusia telah diinjak-injak, timbul keinginan unutk merumuskan hak hak asasi
manusia itu di dalam suatu naskah Internasional. Usaha ini baru dimulai tahun 1948
dengan diterimanya Universal Declaration of Human Rights yaitu pernyataan sedunia
tentang hak hak asasi manusia oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB.
Lahirnya deklarasi HAM Universal merupakan reaksi atas kejahatan keji
kemanusiaan yang dilakukan oleh kaum sosialis nasional di jerman selam 1933
sampai 1945. Terwujudnya deklarasi HAM yang dideklarasikan pada tanggal 10
desember 1948 harus melewati proses yang cukup panjang dan melelahkan. Dalam
proses ini telah lahir beberapa naskah HAM yang mendasari kehidupan manusia dan
yang bersifat universal dan asasi.

 Prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam Universal Declaration of Human


Rights diungkap dalam berbagai ayat antara lain :

1. Martabat manusia
Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa manusia mempunyai kedudukan atau martabat
yang tinggi. Kemulian martabat yang dimiliki manusia itu sama sekali tidak ada pada
makhluk lain. Martabat yang tinggi yang dianugerahkan Allah kepada manusia, pada
hakekatnya merupakan fitrah yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia.

Q.S Al Isra’ (17) ayat 70. Artinya : “ Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-
anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan…”

Q.S Al Maidah (5) ayat 32. Artinya : “ …Barang siapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya…”

Mengenai martabat manusia ini telah digariskan dalam Universal declaration of


Human Rights dalam Pasal 1 dan Pasal 3.

Pasal 1 menyebutkan, ”…Semua makhluk manusia dilahirkan merdeka dan


mempunyai hak-hak serta maratabat yang sama …”
Pasal 3 menyebutkan, “…Setiap orang berhak untuk hidup, berhak akan
kemerdekaan dan jaminan pribadi…”

2. Persamaan
Pada dasarnya semua manusia sama, karena semuanya adalah hamba Allah. Hanya
satu ukuran yang dapat membuat seseorang lebih tinggi derajatnya dari yang lain,
yakni ketaqwaannya.

Q.S Al Hujurat (49) ayat 13. Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari jenis laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”

Prinsip persamaan ini dalam Universal Declaration of Human Rights terdapat dalam
Pasal 6 dan Pasal 7.

Pasal 6 menyebutkan, “…Setiap orang berhak mendapat pengakuan di mana saja


sebagai seorang pribadi di muka hukum…”
Pasal 7 menyebutkan, “…Semua orang sama di muka hukum dan berhak atas
perlindungan yang sama di muka hukum tanpa perbedaan…”

3. Kebebasan menyatakan pendapat


Al Qur’an memerintahkan kepada manusia agar berani menggunakan akal pikiran
mereka terutama untuk menyatakan pendapat mereka yang benar. Perintah ini secara
khusus ditujukan kepada manusia yang beriman agar berani menyatakan kebenaran.
Agama Islam sangat menghargai akal pikiran. Oleh karena itu, setiap manusia sesuai
dengan martabat dan fitrahnya sebagai makhluk yang berfikir mempunyai hak untuk
menyatakan pendapatnya dengan bebas, asal tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip Islam dan dapat dipertanggungjawabkan.
Q.S Ali Imran (3) ayat 110. Artinya : “…Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar…”

Hak untuk menyatakan pendapat dengan bebas dinyatakan dalam Universal


Declaration of Human Rights Pasal 19 “…Semua orang berhak atas kemerdekaan
mempunyai dan melahirkan pendapat…”

4. Kebebasan beragama
Prinsip kebebasan beragama ini dengan jelas disebutkan dalam Al Qur’an surat Al-
Baqarah (2) ayat 256.Artinya : “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama
Islam…” Dan Q.S Al Kafirun (109) ayat 6. Artinya : “Untukmulah agamamu dan
untukkulah agamaku.”

Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa agama Islam sangat menjunjung tinggi
kebebasan beragama. Hal ini sejalan dengan Pasal 18 dari Universal Declaration of
Human Rights, yang menyatakan “…Setiap orang mempunyai hak untuk merdeka
berfikir, berperasaan, dan beragama …”

5. Hak jaminan sosial


Di dalam Al Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang menjamin tingkat dan kualitas
hidup bagi seluruh masyarakat. Ajaran tersebut antara lain adalah kehidupan fakir
miskin harus diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang punya.
Kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar di antara orang-orang yang kaya
saja. Seperti dinyatakan Allah dalam Al Qur’an surat Az-Zariyat (51) ayat
19. Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak meminta.”

Q.S Al Ma’arij (70) ayat 24. Artinya : “ Dan orang-orang yang dalam hartanya
tersedia bagian tertentu.”
Dalam Al Qur’an juga disebutkan dengan jelas perintah bagi umat Islam untuk
menunaikan zakat. Tujuan zakat antara lain adalah untuk melenyapkan kemiskinan
dan menciptakan pemerataan pendapatan bagi segenap anggota masyarakat. Apabila
jaminan sosial yang ada dalam Al Qur’an diperhatikan dengan jelas sesuai dengan
Pasal 22 dari Universal Declaration of Human Rights, yang menyebutkan “Sebagai
anggota masyarakat, setiap orang mempunyai hak atas jaminan sosial…”

6. Hak atas harta benda


Dalam hukum Islam hak milik seseorang sangat dijunjung tinggi. Sesuai dengan
harkat dan martabat, jaminan dan perlindungan terhadap milik seseorang merupakan
kewajiban penguasa. Oleh karena itu, siapapun juga bahkan penguasa sekalipun, tidak
diperbolehkan merampas hak milik orang lain, kecuali untuk kepentingan umum,
menurut tatacara yang telah ditentukan lebih dahulu. Allah telah memberikan sanksi
yang berat terhadap mereka yang telah merampas hak orang lain, sebagaimana
dinyatakan dalam surat Al-Maidah (5) ayat 38. Artinya : “Laki-laki yang mecuri dan
perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa
yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah …”

Hal ini sesuai dengan Pasal 17 dari Universal Declaration of Human Rights
menyebutkan:
Ayat (1) Setiap orang berhak mempunyai hak milik, baik sendiri maupun bersama
orang lain.
Ayat (2) Tidak seorangpun hak miliknya boleh dirampas dengan sewenang-wenang.

NO 9
Dalam pandangan islam antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu sistem
yang disebut dinul islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah,
syari’ah, dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu, dan amal shalih. Ini merupakan
gambaran bahwa antara iman, ilmu, dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh
tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman di identikan dengan akar dari
sebuah pohon yang menupang tegaknya ajran islam. Ilmu bagaikan batang pohon
yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan.
 Pengetahuan atau knowledge adalah hal tahu atau pemahaman akan sesuatu yang
bersifat spontan tanpa mengetahui seluk beluknya secara mendalam. Ciri
pengetahuan adalah tidak terbuka usaha bantahan atas dasar pengamatan dan
pemeriksaan. Sedangkan ilmu pengetahuan atau science adalah pengetahuan yang
bersifat metodis, sistematis, dan logis. Metodis maksudnya pengetahuan tersebut
diperoleh dengan menggunakan cara kerja yang terperinci, dan telah ditentukan
sebelumnya; metode itu dapat deduktif atau induktif. Sistematis maksudnya
pengetahuan tersebut merupakan suatu keseluruhan yang mandiri dari hal-hal
yang saling berhubungan sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
 Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa sesorang, hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang
menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan, sekarang ini
banyak benda-benda diolah secara kreatif oleh sekelompok orang, sehingga
muncul sifat-sifat keindahan dalam pandangan manusia secara umum, itulah yang
disebut sebagai karya seni.
 Syarat-syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan , ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana
seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada
persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu[4]. Sifat ilmiah sebagai
persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih
dahulu.
1. Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama
sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan
objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek
peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.

3.Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar
ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

 IPTEKS yang islami selalu mengutamakan kepentingan orang banyak dan


kemaslahatan bagi kehidupan manusia. IPTEKS dalam pandangan islam
merupakan hasil olah pikir dan olah rasa manusia juga tidak bebas nilai.
Sedangkan IPTEKS yang sekuler selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan akal budi manusia. Oleh sebab itu IPTEKS sangat relatif dan juga
bebas nilai.
NO 10

Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam tersebut bagi semua mahkluk
hidup adalah:
1. Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar
2. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang
diberikan Allah secara bertanggung jawab.
3. Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah,baik
muslim maupun non muslim.
4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional.
5. Islam menghormati kondisi spesifik individu dan memberikan perlakuan yang
spesifik pula

Analisis terhadap sejumlah konflik keagamaan di tanah air menyimpulkan adanya


dua faktor penyebab.
 Pertama, kekurangtahuan dalam bidang agama. Ironisnya, yang kurang tahu itu
bukan hanya orang awam, melainkan juga para pemimpinnya. Umumnya mereka
menganggap bahwa apa yang mereka tahu itu sudah mencakup seluruh ajaran
agama dan karenanya tidak perlu lagi belajar. Sikap serba tahu atau sok tahu
inilah yang menjadi pangkal kehancuran umat beragama. Mereka menganggap
pengetahuan mereka tentang agama itu sudah mutlak dan final sehingga tidak ada
lagi yang perlu didiskusikan. Jika suatu golongan menemukan pendapat yang
berbeda dengan pendapat yang mereka anut, maka dengan serta merta pendapat
yang berbeda itu dianggap salah dan menyimpang.

Persoalannya, bagaimana menyadarkan umat yang berbeda agama ini bahwa


berbeda pendapat itu bukanlah hal yang terlarang. Bukankah dalam Islam, misalnya
diajarkan bahwa manusia itu diciptakan dengan bentuk dan rupa yang berbeda agar
mereka saling mengenal dan mengasihi sehingga tercipta kerukunan di antara mereka
(QS Al-Hujurat, [49]:13). Ajaran yang mengajak kepada kerukunan itu terdapat juga
pada agama-agama lain. Setiap agama menginginkan agar pemeluknya dapat hidup
rukun meskipun dengan orang yang berbeda agama.

 Kedua, adanya ajaran misionarisme dari setiap agama. Ajaran ini mengharuskan
setiap penganut agama, terutama para pemimpinnya, untuk menyebarkan dan
mempropagandakan ajaran agamanya masing-masing kepada sebanyak-
banyaknya manusia sehingga setiap agama berlomba mencari penganut. Di
dalam Islam, misalnya ajaran itu disebut dengan istilah amar makruf nahi
munkar (menyeru kepada kebaikan dan melarang kejahatan). Ajaran yang sama
juga terdapat pada agama-agama lainnya. Dari ajaran seperti ini, umat Islam lalu
memahami bahwa mereka harus giat melakukan dakwah menyeru manusia untuk
masuk Islam, sebab jika tidak masuk Islam mereka dianggap kafir. Ada kesan
bahwa setiap agama berambisi untuk memasukkan sebanyak-banyaknya ke dalam
surga, dan sayangnya ambisi itu seringkali direalisasikan dalam bentuk paksaan,
baik secara halus maupun secara terang-terangan.
Menarik dikemukakan di sini satu ayat Al-Qur'an yang intinya menyadarkan Nabi
Saw. betapa dirinya tidak berpretensi untuk memaksa manusia menerima dan
mengikuti ajaran yang disampaikannya:

‫ض مكللهمؤم نجنميِععاَّ أنفنأ نؤن ن‬


‫ت تمؤكنرهم النتاَّ ن‬
(99)‫س نحتتىَّ ينمكوُمنوُا ممؤؤنمننيِنن‬ ‫ك لنمنن نمؤن نفيِ النؤر ن‬
‫نولنؤوُ نشاَّنء نرلب ن‬

Jika Tuhanmu menghendaki tentunya semua manusia yang ada di muka bumi akan
beriman. Lalu apakah kamu berkeinginan memaksa manusia, di luar kesediaan
mereka sendiri untuk beriman? (QS [10]:99).
Akan tetapi, kelemahan manusia, antara lain karena semangatnya yang menggebu-
gebu, sehingga di antara mereka ada yang bersikap melebihi sikap Tuhan, yakni
menginginkan agar seluruh manusia hanya memiliki satu agama, satu aliran, bahkan
kalau bisa hanya ada satu pendapat.
Semangat yang tak terkendali inilah yang seringkali menyebabkan seseorang
memaksakan pendapatnya yang absolut untuk dianut orang lain, padahal Tuhan
sendiri memberikan kebebasan kepada setiap orang memilih jalannya sendiri. "Siapa
yang ingin percaya, silahkan dan siapa yang menolak terserah"

Menyikapi berbagai konflik yang ada, tampaknya upaya dialog masih merupakan
alternatif solusi yang tepat untuk mendewasakan umat beragama. Yang perlu
ditingkatkan adalah kualitas dan insitas dari dialog itu sendiri. Para pemuka agama
mestinya tidak perlu risih untuk berpolemik antara satu sama lainnya. Melalui
polemik yang berjalan damai akan teruji kekuatan argumentasi masing-masing, dan
pada gilirannya akan tampak ketepatan interpretasi masing-masing. Umat beragama
pada dekade berikutnya akan mengambil manfaat dan banyak belajar dari polemik
dan perbenturan pendapat itu.

NO 11

Tujuan Puasa

Haruslah diketahui dan diinsafi bahwa, tiada dimaksudkan dari puasa itu sekedar
semata-mata menahan makan, minum, dan menahan diri dari segala sesuatu yang
merusak atau membatalkan rupa puasa akan tetapi yang dituju ialah bekasannya,
yakni menahan diri dari menuruti segala macam keinginan yang diperintahkan kita
menentanginya dengan senjata-senjata yang tajam yang tetap modern dan kekal yang
ada pada kita sendiri, yaitu senjata tajam "Sabar dan Taqwa"
Hal ini tiada akan dipratekkan , melainkan dengan menahan lidah dari terlibat
dalam menuturkan kata-kata yang keji, upat, fitnah, dusta, pertengkaran mulut; dan
menahan pendengaran dari terlibat dalam mendengar segala yang tidak disukai,
seterusnya menahan penglihatan dari terlibat dalam melihat segala yang berlawanan
dengan taqwa atau bukti akan Allah.
Apabila kita mempelajari himat-hikmat Puasa yang diterangkan oleh Firman
Allah :
"Supaya menyiapakan kamu menjadi orang-orang yang taqwa".
nyatalah bahwa puasa itu menjadi pemelihara yang mendingingi antara kita dengan
keinginan-keinginan nafsu yang angkara dan keinginan-keinginan kemunkaran.
Bersabda Nabi s.a.w. :
"hanya sanya puasa itu perisai, maka apabila salah seorang kamu berpuasa
janganlah ia menuturkan perkataan yang keji dan jangnlah ia berlaku buruk, jika
seorang hendak membunuhnya atau hendak mencarutnya,maka hendaklah ia
mengatakan; "saya berpuasa". (HR. Al Bukhari, shahih Bukhari 1 : 226).

Dengan terang hadis ini menafsirkan puasa dengan w i q a y a h (penjaga diri yang
membentengkan kita dari seteru-teru kita, yakni: nafsu dan syaitan)

Pembagian puasa
1. Puasa Fardlu, dan
2. Puasa Tathauwu' (sunnat)
Puasa Fardlu (wajib) ialah: puasa yang dipandang durhaka orang yang sengaja
meninggalkannya, yaitu: puasa 'Asyura, puasa 'Arafah, puasa senin dan puasa kamis
dan puasa yang sederajat dengannya.
Walhasil, di samping puasa Ramadhan yang difardlukan dengan nash Al-Quran , ada
beberapa puasa lagi yang disunnatkan oleh nash hadist

Hikmah-hikmah Puasa

Hikmah puasa iti telah diterangkan Allah dalam Al Quran, yakni: "untuk menjaga
tangga taqwa": menjadi tangga yang menyampaikan kita kepada derajat muttaqien.
Allah menjelaskan yang demikian , adalah karena orang watsany (orang-orang yang
menyembah patung berhala) berpuasa untuk menghilangkan kemarahan tuhan-
tuhanNya itu bila mereka mengerjakan keredlaan tuhan-tuhannya kepada memberikan
petolongan. Mereka kaum watsani itu berpendapat : bahwa jalan untuk mencarai
rredlaan-keredlaan tuhan-tuhannya, ialah mengadzabkan diri dari mengadzabkan diri
dan menghilangkan kesedapan anggota. Kepercayaan yang seperti ini, tersebar pula
dalam kalangan ahli-ahli kitab.
Adaapun puasa dalam Islam, maka hikmatnya, adalah untuk "menyiapkan kita buat
memperoleh kebahagiaan t a q w a"; bukan untuk sesuatu kepentingan Tuhan yang
kita sembah. Allah sembah kita terkaya dari puasa kita itu.
Dengan memperhatikan dan mempelajari rahasia puasa itu kita mendapat pengertian
bahwa : Allah memfardlukan puasa kepada kita, adalah :

1. Untuk menanam benih "syafaqah dan rahmah" dalam lubuk jiwa kita terhadap
para fuqaha dan masakin;kepada para aitam dan kepada orang-orang yang
melarat hidupnya.

2. Untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah. Kita mengetahui,


bahwa puasa itu adalah suatu amanah Allah yang memang berat dan sukar kita
memeliharanya. Maka apabila kita dapat memelihara amanah ini dengan
sempurna, terdidiklah kita untuk memelihara segala amanah yang dipertarukan
kepada kita.

3. Untuk menyuburkan didalam jiwa kita "kekuatan menderita" bila kita terpaksa
(perlu) menderita dan untuk menguatkan "i r a d a t", atau kehendak dan untuk
meneguhkan "aziemah". atau keinginan dan kemauan yang kuat membaja
NO 12

4 kewajiban terhadap orang yang meninggal :

1. Memandikan jenazah
2.Menyolatkan jenazah
3.Menguburkan jenazah
4.Mendoakan jenazah

Adapun doa penyelenggaraan Jenazah sebagai berikut:

Memandikan Mayit

Ada dua mayit yang tidak dimandikan: (1) orang yang mati dalam medan perang
(mati syahid), (2) janin yang belum mengeluarkan suara tangisan, ini menurut
madzhab Imam Syafi’i. Sedangkan menurut madzhab Imam Ahmad, yang tidak perlu
dimandikan adalah janin yang keguguran di bawah 4 bulan.

Mayit disiram dengan bilangan ganjil, yaitu boleh tiga, lima kali siraman atau lebih
dari itu. Namun jika mayit disiram dengan sekali siraman saja ke seluruh badannya,
maka itu sudah dikatakan sah.

Pada siraman pertama diperintahkan diberi daun sider (bidara) dan saat ini boleh
diganti dengan air sabun. Sedangkan pada siraman terakhir diberi kapur barus.

Mengafani Mayit

Mengafani mayit dilakukan dengan tiga helai kain berwarna putih, tidak ada pakaian
dan tidak imamah (penutup kepala).

Menyolatkan Mayit

Shalat jenazah terdapat tujuh rukun:

1- Berniat (di dalam hati).

2- Berdiri bagi yang mampu.

3- Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).


4- Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.

5- Setelah takbir kedua, membaca shalawat (minimalnya adalah allahumma sholli ‘ala
Muhammad).

6- Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk mayit. Inilah maksud inti dari shalat
jenazah.

7- Salam setelah takbir keempat.

Tujuh rukun di atas disebutkan oleh Muhammad Al Khotib dalam kitab Al Iqna’.

Di antara yang bisa dibaca pada do’a setelah takbir ketiga:

‫ُ وواَلغسسللهه‬،‫سلع وملدوخلوهه‬ ‫ُ وووو س‬،‫ُ ووأولكسرلم هنهزلوهه‬،‫ف وعلنهه‬ ‫واَللمههمم اَلغفسلر لوهه وواَلروحلمهه وووعاَفسسه وواَلع ه‬
‫ض سمون اَلمدون س‬
ُ،‫س‬ ‫ب لاَلولبوي و‬ ‫ت اَلمثلو و‬‫ُ ووونسقسه سمون اَللوخوطاَوياَ وكوماَ ونمقلي و‬،‫سباَللوماَسء وواَلمثللسج وواَللوبورسد‬
ُ،‫ُ وووزلورجاَ وخليرراَ سملن وزلوسجسه‬،‫ُ ووأولهلر وخليرراَ سملن أولهلسسه‬،‫ووأولبسدللهه وداَرراَ وخليرراَ سملن وداَسرسه‬
‫ب اَللوقلبسر وووعوذاَ س‬
‫ب اَلمناَسر‬ ‫ُ ووأوسعلذهه سملن وعوذاَ س‬،‫ووأولدسخللهه اَللوجمنوة‬
Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa
wassi’ madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal
khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hu daaron
khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji-
hi, wa ad-khilkul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar.

“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari
beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang
mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es.
Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang
putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah
keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri
(atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke
Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963)

Catatan: Do’a di atas berlaku untuk mayit laki-laki. Jika mayit perempuan, maka
kata –hu atau –hi diganti dengan –haa. Contoh “Allahummaghfirla-haa warham-haa
…”. Do’a di atas dibaca setelah takbir ketiga dari shalat jenazah.

Do’a khusus untuk mayit anak kecil:

َ‫سلورفاَ ووأولجررا‬
‫واَللمههمم اَلجوعللهه لووناَ وفوررطاَ وو و‬
Allahummaj’ahu lanaa farothon wa salafan wa ajron

“Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta
pahala buat kami”. (HR. Bukhari secara mu’allaq -tanpa sanad- dalam Kitab Al-Janaiz,
65 bab Membaca Fatihatul Kitab Atas Jenazah 2: 113)

Do’a setelah takbir keempat:

‫اَللمههمم لو وتلحسرلموناَ أولجورهه وولو وتلفستمن وبلعودهه وواَلغفسلرولناَ و وولوهه‬


Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu

“Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan
sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”.

Untuk mayit perempuan, kata –hu diganti –haa.

Menguburkan Mayit

Mayit dikuburkan di liang lahat dengan diarahkan ke arah kiblat.

Bentuk Liang Lahat


Mayit dimasukkan dalam kubur dengan mengakhirkan kepala dan dimasukkan dengan
lemah lembut.

Bagi yang memasukkan ke liang lahat hendaklah mengucapkan: Bismillah wa


‘alaa millati rosulillah (Dengan nama Allah dan di atas ajaran Rasulullah).

Larangan Terhadap Kubur

Dilarang mendirikan bangunan di atas kubur dan tidak boleh kubur disemen. Ini
pendapat dalam madzhab Syafi’i namun banyak diselisihi oleh kaum muslimin di
negeri kita karena kubur yang ada saat ini dipasang kijing, marmer dan atap.
Padahal terdapat hadits, dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melarang dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur dan memberi
bangunan di atas kubur.” (HR. Muslim no. 970).

Terhadap Keluarga Mayit

Boleh menangisi mayit asal tidak dengan niyahah (meratap atau meraung-raung
dengan suara teriak atau keras), diharapkan keluarga sabar dan ridho.

Disunnahkan menta’ziyah keluarga mayit hingga hari ketiga setelah pemakaman.


MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“ZAKAT FITRAH”

DISUSUN OLEH
ALFI ARIF : (321418081)
KELAS : 2-D 2018
DOSEN MATA KULIAH : Dr. H.Rusdin Djibu, M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang digunakan untuk
membantu masyarakat lain, menstabilkan ekonomi masyarakat dari kalangan
bawah hingga kalangan atas, sehingga dengan adanya zakat umat Islam tidak ada
yang tertindas karena zakat dapat menghilangkan jarak antara si kaya dan si
miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai salah satu instrumen negara dan juga
sebuah tawaran solusi untuk menbangkitkan bangsa dari keterpurukan. Zakat juga
sebuah ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi orang-orang Islam, namun
diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat.
Zakat merupakan bagian penting dalam kehidupan umat Islam. Bahkan
pada masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq orang-orang yang enggan berzakat
diperangi sampai mereka mau berzakat. Itu karena kewajiban berzakat sama
dengan kewajiban mendirikan sholat.
Zakat merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan
umat sehingga dengan adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal) kita
dapat mempererat tali silaturahmi dengan sesama umat Islam maupun dengan
umat lain.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Zakat Fitrah
2. Hukum Membayar Zakat Fitrah
3. Dalil Mengenai Zakat Fitrah
4. Syarat-Syarat Wajib Membayar Zakat Fitrah
5. Rukun-Rukun Zakat Fitrah
6. Waktu Pembayaran Zakat Fitrah
7. Ukuran Membayar/Pembayaran Zakat Fitrah
8. Akibat Tidak Mengeluarkan/Membayar Zakat Fitrah
9. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melaksanakan Zakat Fitrah
10. 8 Golongan orang Islam yang berhak menerima Zakat
11. Orang yang tidak berhak menerima zakat fitrah
12. Hikmah menunaikan Zakat Fitrah
C. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat mengetahui pengertian Zakat
2. Dapat mengetahui hukum membayar Zakat Fitrah
3. Dapat mengetahui dalil mengenai Zakat Fitrah
4. Dapat mengetahui Syarat-syarat wajib membayar Zakat Fitrah
5. Dapat mengetahui Rukun-rukun Zakat Fitrah
6. Dapat mengetahui Waktu pembayaran Zakat Fitrah
7. Dapat mengetahui Ukuran membayar/pembayaran Zakat Fitrah
8. Dapat mengetahui Akibat dari tidak mengeluarkan/membayar Zakat Fitrah
9. Dapat mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Zakat
Fitrah
10. Dapat mengetahui Golongan orang Islam yang berhak menerima Zakat
11. Dapat mengetahui Orang yang tidak berhak menerima zakat fitrah
12. Dapat mengetahui Hikmah menunaikan Zakat Fitrah
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Zakat

Pengertian zakat terbagi atas dua yaitu pengertian zakat menurut bahasa dan
pengertian zakat menurut istilah.
Pengertian zakat menurut bahasa adalah membersihkan diri atau mensucikan diri.
Sedangkan pengertian zakat menurut istilah adalah ukuran harta tertentu yang wajib
dikeluarkan kepada orang yang membutuhkan atau yang berhak menerima dengan
beberapa syarat sesuai dengan syariat islam.

2. Hukum Membayar Zakat Fitrah

Membayar zakat fitrah atau zakat fitri adalah hukumnya wajib ain yang artinya wajib
bagi umat muslim laki-laki, perempuan, tua atau muda.

3. Dalil Mengenai Zakat Fitrah


Sebagaimana firman Allah SWT :

Artinya : "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah


beserta orang-orang yang ruku". (QS: Al-Baqarah 2: 43).
Artinya : "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat . Dan kebaikan
apa saja kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala
nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang
kamu kerjakan". (QS: Al-Baqarah 2:110).

Dari Ibnu Abbas radhiallau anhu berkata :

Artinya : "Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mewajibkan zakat


fitrah sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang
sia-sia dan kata-kata kotor serta sebagai pemberian makanan untuk
orang-orang miskin".

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma berkata :

Artinya : "Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menfardukan zakat


fitrah satu sha' kurma atau satu sha' gandum atas budak sahaya orang
merdeka laki-laki wanita kecil dan besar dari kaum muslimin. Dan nabi
memerintahkan untuk ditunaikan sebelum keluar orang-orang menuju
shalat".
4. Syarat-Syarat Wajib Membayar Zakat Fitrah

 Orang Islam. sedangkan bagi orang yang bukan islam tidak diwajibkan

 Membayar zakat fitrah dilaksanakan setelah terbenamnya matahari dari bulan


ramadhan sampai akhir bulan ramadan.

 Memiliki harta yang berlebih dengan ketentuan kelebihan harta untuk dirinya
sendiri dan untuk keluarganya. Sedangkan bagi yang kekurangan tidak
diwajibkan untuk membayar zakat fitrah.

5. Rukun-Rukun Zakat Fitrah

 Niat untuk menunaikan zakat fitrah dengan ikhlas semata-mata karena Allah
SWT
 Terdapat pemberi zakat fitrah atau musakki

 Terdapat penerima zakat fitrah atau mustahik

 Terdapat makanan pokok yang dizakatkan

 Besar zakat fitrah yang dikeluarkan sesuai agama islam

6. Waktu Pembayaran Zakat Fitrah

Terdapat beberapa waktu yang diperbolehkan dalam membayar zakat fitrah baik itu
yang wajib, sunnah, makruh, dan haram antara lain sebagai berikut...

 Wajib yang diperbolehkan yaitu dari bulan ramadhan sampai terakhir bulan
Ramadhan

 Waktu yang wajib adalah pada saat terbenamnya matahari pada penghambisan
bulan Ramadhan (malam takbiran)

 Waktu Sunnah, yaitu dibayarkan sesudah shalat subuh, sebelum pergi shalat
ied

 Waktu makruh, yaitu membayar zakat fitrah sesudah shalat ied, tetapi belum
terbenam matahari pada hari raya idul fitri.

 Waktu Haram, yaitu membayar zakat fitrah setelah terbenam matahari pada
hari raya idul fitri

7. Ukuran Membayar/Pembayaran Zakat Fitrah

Benda yang digunakan zakat fitrah adalah makanan pokok menurut tiap-tiap daerah
seperti beras, gandum, kurma untuk setiap orang yang membutuhkan atau fakir
miskin yang jumlah pembayaran zakat fitrah adalah 3,2 liter atau 2,5 kg beras.

8. Akibat Tidak Mengeluarkan/Membayar Zakat Fitrah

Bagi orang yang bercukupun lantas tidak membayar zakat fitrah atau fitri akan
menerima berbagia akibat antara lain sebagai berikut...

 Berdosa karena zakat fitrah wajib dilakukan bagi orang yang bercukupan

 Puasa yang dikerjakan kurang sempurna

 Menjadi orang yang kupur nikmat

 Seperti memakan hak orang lain

 Terbentuk sifat kikir (bakhil) dan egois.


 Rezeki akan sempit

9. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melaksanakan Zakat Fitrah

 Orang yang wajib dibayarkan zakat fitrahnya adalah seluruh dari anggota
keluarga dan orang yang ditanggungnya

 Bayi yang lahir sebelum waktu magrib tanggal 1 syawal wajib dizakati.
Termasuk wanita yang dinikahi sebelum waktu magrib tanggal 1 syawal wajib
dizakati oleh suaminya.

 Orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat fitrah untuk diri dan


keluarganya adalah mereka yang punya kelebihan makanan di hari idul fitri.

 waktu pengeluaran adalah malam hari sampai dengan menjelang pelaksanaan


shalat idul fitri

 Zakat fitrah berupa makan pokok masyarakat setempat

10.8 golongan orang Islam yang berhak menerima zakat

I. Fakir (orang yang tidak memiliki harta)


Kata fakir berarti orang-orang sangat miskin dan hidup menderita yang tak memiliki
apa-apa untuk hidup.

II. Miskin (orang yang penghasilannya tidak mencukupi.


Golongan miskin sama halnya dengan golongan fakir dalam hal sama-sama
memperoleh manfaat dari dana zakat. Kata miskin mencangkup semua orang yang
lemah dan tidak berdaya, oleh karena itu dalam keadaan sakit, usia lanjut, sementara
tidak memperoleh penghasilan yang cukup ukntuk menjamin dirinya sendiri dan
keluarganya.

III. Riqab (hamba sahaya atau budak)


Menurut Sayyid Quthb, pemberian dana zakat terhadap kelompok ini sudah tertutup,
dikarenakan tidak adanya perbudakan. Maka dana xakat ini bisa disaurkan pada para
pengrajin yang tidak memiliki modal untuk mengembangkan usahanya.

IV. Gharim (orang yang memiliki banyak hutang)


Mereka ini adalah orang-orang yang harta bendanya tergadai dalam hutang, dengan
syarat bahwa mereka berhutang bukan untuk keperluan maksiat. Jadi mereka
berhutang, bukan untuk bermewah-mewahan ataupun sebab menuju kemewahan.
Golongan ini diberikan dan zakat dengan bagian yang adil sehingga bisa terlepas dari
hutang dan menjadikan kehidupan mereka lebih terhormat.

V. Mualaf (orang yang baru masuk Islam)


Penerima zakat yang baru masuk islam atau kelompok yang memiliki komitmen
tinggi dalam memperjuangkan dan menegakkan islam. Tujuan pemberian zakat
terhadap orang-orang yang baru masuk islam guna menguatkan iman mereka.
VI. Fisabilillah (pejuang di jalan Allah)
Jumhur ahli fikih berpendapat, maksud sabilillah adalah para pahlawan suka rela
dalam perjuangannya. Namun jika melihat makna fisabiiah mempunyai cakupan yang
cukup luas dan bentuknya, hal ini tergantung sosio kondisi dan kebutuhan waktu.
Memang kata tersebut dapat mencakup berbagai macam perbuatan yang memiliki
nilai makna jihad.

VII. Ibnu Sabil (musyafir dan para pelajar perantauan)


Ibnu sabil ini adalah orang-orang yang bepergian dan kehabisan bekal, serta terpisah
dari harta bendanya, seperti kaum pengungsi yang mengungsi karena peperangan,
kerusuhan dan terpaksa meninggalkan harta bendanya, dan tidak bisa mengambilnya.

VIII. Amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana zakat)


Mereka inilah orang-orang yang bertugas mengumpulkan zakat yang telah ditugaskan
oleh pemerintah atau pemimpin dalam masyarakat. Kata amilum yang diartikan
pengumpul bisa mencangkup semua pegawai yang turut mengelola akan sumber dana
zakat, pengumpu, pekerja, pembagi, distributor, penjaga akuntan dan sebagainya yang
bersangkutan dalam mengelola managemen dan administrasi dana zakat.

11. Orang yang tidak berhak menerima zakat fitrah

Orang orang yang tidak berhak menerima zakat ada lima golongan , sebagaimana
penjelasan berikut ini.
1. Orang kaya dengan harta atau kaya dengan usaha dan penghasilan.
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang di maksud dengan kaya itu adalah orang
yang mempunyai harta (usaha) mencukupi untuk penghidupanya sendiri serta orang
yang dalam tanggunganya sehari- hari , baik iya mempunyai satu nisab , kurang,
ataupun lebih .
2. Hamba sahaya , karena mereka mendapat nafkah dari tuan mereka
3. Keturunan rosululloh SAW
4. Orang dalam tanggungan yang berzakat, artinya orang yang berzakat tidak boleh
memberikan zakatnya kepada orang yang dalam tanggunganya dengan nama fakir
atau miskin, sedangkan mereka mendapat nafkah yang mencukupi.
5. Orang yang tidak beragama islam , karena pesan rosululloh SAW kepada mu’az
sewaktu dia di utus ke negeri yaman. Beliau berkata kepada mu’az , “beritahukanlah
kepada mereka (umat islam) di wajibkan atas mereka zakat, zakat itu di ambil dari
orang kaya, dan di berikan kepada orang fakir di antara mereka(umat islam).

12. Hikmah menunaikan Zakat


Guna zakat sungguh penting dan banyak , baik terhadap si kaya , si miskin
,maupun masyarakat umum . di antaranya adalah :
1. Menolong orang yang lemah san susah agar dia dapat menunaikan kewajibanya
terhadap alloh dan terhadap makhluk alloh (masyarakat)
2. Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela , serta mendidik diri
agar bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan membayarkan amanat kepada
orang yang berhak dan berkepentingan.
3. Sebagai ucapan syukur dan terimakasih atas nikmat kekayaan yang diberikan
kepadanya.
4. Guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta mencintai antara si miskin
dengan si kaya.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Zakat adalah kadar harta tertentu yang di berikan kepada orang yang berhak
menerimanya ,dengan beberapa syarat tertentu pula.
Zakat fitrah adalah zakat jiwa ( setiap jiwa umat islam ) yang di tunaikan
berkenaan dengan selesainya mengerjakan siyam (puasa) ramadhan yang di
fardhukan.
Syarat wajib zakat fitrah:
 Islam
 Masih hidup ketika matahari terbenam pada hari terakhir bulan
Ramadhan atau menjelang malam idul fitri
 Mempunyai kelebihan makanan pokok untuk diri dan keluarganya yang
menjadi tanggungannya pada malam idul fitri dan siang harinya.
Delapan golongan orang Islam yang berhak menerima zakat:
 Fakir (orang yang tidak memiliki harta)
 Miskin (orang yang penghasilannya tidak mencukupi)
 Riqab (hamba sahaya atau budak)
 Gharim (orang yang memiliki banyak hutang)
 Mualaf (orang yang baru masuk Islam)
 Fisabilillah (pejuang di jalan Allah)
 Ibnu Sabil (musyafir dan para pelajar perantauan)
 Amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana zakat)
Orang orang yang tidak berhak menerima zakat ada lima golongan ,
sebagaimana penjelasan berikut ini.
1. Orang kaya dengan harta atau kaya dengan usaha dan penghasilan.
2. Hamba sahaya , karena mereka mendapat nafkah dari tuan mereka
3. Keturunan rosululloh SAW
4. Orang dalam tanggungan yang berzakat
5. Orang yang tidak beragama islam
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna , kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjalankan tentang makalah di atas dengan
sumber sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahan makalah yang telah dijelaskan.

SOURCES
http://desysaa.blogspot.com/2016/11/makalah-zakat-fitrah-fiqh.html
http://el-syadii.blogspot.com/2015/05/makalah-zakat-pengertian-hukum-dan-
macam.html

Anda mungkin juga menyukai