Anda di halaman 1dari 19

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal.

261-279

ASAS ITIKAD BAIK DALAM PERJANJIAN ARBITRASESEBAGAI


METODE PENYELESAIAN SENGKETA

Novran Harisa
Dosen Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Program Studi Doktor Ilmu Hukum


Pascasarjana Universitas Islam Bandung
e-mail: novranharisa@gmail.com

Abstrak-Penyelesaian sengketa bisnis melalui arbitrase semakin diminati kalangan dunia


usaha karena dianggap mempunyai berbagai kelebihan dibanding penyelesaian melalui
pengadilan, terutama putusannya yang bersifat putusan terakhir dan mengikat. Akan
tetapi di Indonesia, putusan arbitrase sangat sulit untuk dieksekusi karena adanya upaya-
upaya yang dilakukan pihak yang tidak beritikad baik untuk membatalkan putusan
tersebut melalui permohonan pembatalan kepada pengadilan negeri. Penelitian ini
bertujuan untuk merumuskan pengaturan itikad baik dalam perjanjian arbitrase
dihubungkan dengan arbitrase sebagai metode penyelesaian sengketa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Pengaturan itikad baik dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa belum memberi pemahaman
tentang makna dan batasan itikad baik. Pengaturan itikad baik sebaiknya dirumuskan
sebagai “sikap atau perilaku berpegang teguh pada perjanjian untuk memberikan kepada
lawan janji apa yang menjadi haknya dan tidak mencari-cari celah untuk melepaskan diri
dari apa yang telah diperjanjikan berdasarkan kepatutan dan kerasionalan.

Kata Kunci: Itikad Baik, Perjanjian Arbitrase, Penyelesaian Sengketa.

Abstract-Settlement of business dispute through arbitration is increasingly in demand


among the business community because it is considered to have many advantages over
the settlement through the courts, especially its decision which is the final and binding
decision. However, in Indonesia, the arbitral award is very difficult to execute because of
the efforts made by the parties who have no good intentions to cancel the verdict through
the cancellation request to the district court. This study aims to formulate good faith
arrangements in arbitration agreements associated with arbitration as a method of
dispute settlement. The results showed that good faith arrangement in Law Number 30 of
1999 on Arbitration and Alternative Dispute Settlement has not provided an
understanding of the meaning and limits of good faith. The arrangement of good faith
should be defined as "the attitude or attitude of sticking to the covenant to give the
opponent a promise of what it is entitled to and not looking for a loophole to escape from
what has been agreed upon by propriety and rationality.

Keywords: Good Faith, Arbitration Agreement, Dispute Settlement.

A. PENDAHULUAN dewasa ini, menimbulkan pengaruh


Perkembangan perekonomian terhadap berkembangnya transaksi-
pada era globalisasi dan modernisasi transaksi bisnis yang melibatkan

ISSN: 2620-9098 261


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

pihak-pihak tertentu dalam suatu suatu sebab yang halal (R. Subekti,
kegiatan perdagangan. Kegiatan 2002:15).1
perdagangan merupakan salah satu Perjanjian atau kontrak berawal
bentuk yang menunjang kegiatan dari perbedaan kepentingan yang
perekonomian dalam masyarakat dan dipertemukan, selanjutnya dibingkai
juga memiliki peranan yang sangat dengan perangkat hukum sehingga
besar dalam mempengaruhi kondisi mengikat para pihak (Agus Yudha
perekonomian nasional. Selain itu, Hernoko, 2008:2).2
perdagangan juga memiliki arti yang Konsekuensinya, hukum
sangat penting dalam meningkatkan membiarkan manusia atau individual
pertumbuhan ekonomi secara untuk bebas menentukan apa yang
berkesinambungan. hendak disepakati. Manusia tidak
Kegiatan perdagangan hanya bebas untuk melakukan atau
merupakan salah satu bentuk tidak melakukan suatu perbuatan
hubungan hukum perikatan yang lahir yang dirumuskan oleh undang-
karena perjanjian. Perjanjian diawali undang, melainkan dalam arti lebih
dengan negosiasi (bargaining luas, karena dengan kebebasan itulah
process) para pihak sehingga ia dapat menentukan pengaturan yang
menghasilkan kesepakatan yang paling baik bagi dirinya (Siti
tertuang secara tertulis dalam kontrak Soemarti Hartono, 1992:22).3
perdagangan. Kontrak perdagangan Kebebasan berkontrak merupakan
dapat dikatakan sah menurut hukum “ruh” atau “nafas” dari sebuah
apabila memenuhi syarat sahnya perjanjian, yang dilandaskan pada
perjanjian yang diatur dalam Pasal kesadaran bahwa hanya para pihaklah
1320 KUHPerdata, yaitu sepakat yang mengetahui kebutuhannya untuk
mereka yang mengikatkan dirinya, 1
R. Subekti,Hukum Perjanjian, PT.
cakap untuk membuat suatu Intermassa, Jakarta, 2002, hlm. 15
2
Agus Yudha Hernoko, Hukum
perjanjian, suatu hal tertentu dan Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam
Kontrak Komersial, LaksBang
Mediatama, Yogyakarta, 2008, hlm. 2.
3
Siti Soemarti Hartono, Penuntun dalam
Mempelajari Hukum Perdata Belanda:
Bagian Umum, University Press,
Yogyakarta, 1992, hlm. 22.

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 262


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

melakukan hubungan kontraktual atau secara kekeluargaan. Apabila cara


perjanjian. kekeluargaan tersebut tidak dapat
Dalam suatu kontrak memberi penyelesaian yang
perdagangan (bisnis) selalu ada diharapkan, maka para pihak akan
kemungkinan timbulnya konflik atau membawa sengketa tersebut ke
sengketa yang disebabkan adanya pengadilan.
conflict of interest maupun kelalaian Arbitrase merupakan salah satu
salah satu pihak dalam memenuhi isi metode penyelesaian sengketa bisnis
perjanjian. Makin banyak dan luasnya di luar pengadilan. Penyelesaian
kegiatan perdagangan, frekuensi sengketa melalui arbitrase
terjadinya sengketa makin tinggi. Hal berkembang pesat setelah abad ke-18
ini berarti makin banyak sengketa dengan lahirnya berbagai konvensi
yang harus diselesaikan. Menurut Ali arbitrase internasional dan pusat
Achmad, sengketa adalah arbitrase internasional maupun
pertentangan antara dua pihak atau arbitrase nasional. Hampir setiap
lebih yang berawal dari persepsi yang negara telah memiliki pusat arbitrase
berbeda tentang suatu kepemilikan nasional (Sophar Maru Hutagalung,
atau hak milik yang dapat 2012:315).5 Indonesia juga memiliki
menimbulkan akibat hukum pusat arbitrase nasional yang disebut
antara kedua belah pihak dengan Badan Arbitrase Nasional
(http://yuarta.blogspot.co.id).4 Indonesia (BANI) yang didirikan oleh
Sengketa bisnis membutuhkan Kamar Dagang Indonesia (KADIN).6
penyelesaian yang efektif dan efisien
5
Sophar Maru Hutagalung, Praktik
agar tidak menimbulkan kerugian Peradilan Perdata dan Alternatif
bagi para pihak. Dalam upaya Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Sinar
Grafika, 2012, hlm. 315.
6
penyelesaian sengketa inilah hukum Badan Arbitrase di berbagai negara,
antara lain:
dibutuhkan sebagai upaya - Centre For Dispute Resolution
(CEDR) di London;
memperoleh keadilan. Pada awalnya, - Australian Centre for International
Commercial Arbitration (ACICA) di
penyelesaian sengketa dilakukan Australia;
- Singapore International Arbitration
Centre (SIAC) di Singapura;
4
http://yuarta.blogspot.co.id/2011/03/defi - Regional Centre for Arbitration di
nisi-sengketa.html Kuala Lumpur;

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 263


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

Arbitrase semakin dikenal di terdaftar di BANI adalah sengketa di


Indonesia sejak diundangkannya sektor konstruksi, porsinya mencapai
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 30,8% dari total sengketa. Sektor
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif lainnya yang juga cukup sering
Penyelesaian Sengketa (selanjutnya ditangani BANI adalah dari
disebut UUAAPS) pada tanggal 12 sektor leasing, yakni mencapai
Agustus 1999. Kehadiran UUAAPS 20,8%. Selebihnya merupakan
sekaligus memberikan dampak yang perkara dari sektor pertambangan dan
signifikan terhadap jumlah perkara energi, investasi, keagenan,
bisnis yang diselesaikan melalui jalur transportasi, asuransi, dan lain
arbitrase. Berdasarkan data dari sebagainya (N. Krisnawenda,
Badan Arbitrase Nasional Indonesia 2015:30).8
(BANI), setelah diundangkannya Menurut penulis, pembatalan
UUAAPS, jumlah perkara yang putusan arbitrase pada hakikatnya
masuk untuk ditangani BANI menyebabkan arbitrase justru
meningkat hingga mencapai 300% kehilangan keunggulannya. Sudargo
dibandingkan sebelum Gautama menyatakan bahwa dengan
diundangkannya undang-undang adanya pembatalan putusan arbitrase,
tersebut (N. Krisnawenda, maka penyelesaian perkara melalui
2015:30).7 arbitrase justru akan membawa lebih
Sepanjang 2010 sampai 2014, banyak pengeluaran biaya dan sama
BANI telah menangani sekitar 310 sekali tidak akan lebih cepat dari pada
kasus sengketa bisnis. Menurut data langsung berperkara di pengadilan
yang dirilis BANI, dalam lima tahun (Sudargo Gautama, 1979:3).9
terakhir, sengketa yang paling banyak Walaupun pembatalan putusan
arbitrase dibenarkan oleh UUAAPS,
- The International Commercial dibutuhkan ketentuan yang jelas dan
Arbitration Court di Rusia.
7
N. Krisnawenda, “32 Tahun Arbitrase tegas serta konsistensi pengadilan
BANI”, Buletin Triwulan Arbitrase
Indonesia, Nomor 8 Tahun 2015,
8
Published by: BANI Arbitration Center, Ibid
9
Jakarta, hlm. 30, diunduh pada Sudargo Gautama, Arbitrase Dagang
www.baniarb.org pada tanggal 31 Maret Internasional, Bandung: Alumni, 1979,
2016 hlm. 3.

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 264


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

dalam menentukan sebab-sebab telah disepakati para pihak dan


pembatalan putusan arbitrase dituangkan dalam perjanjian arbitrase.
sehingga tidak akan mengganggu asas Kewenangan arbitrase tidak mungkin
kepastian hukum dalam arbitrase. ada tanpa adanya perjanjian arbitrase
Dalam praktiknya, masih ada saja yang dibuat oleh para pihak.
pihak yang merasa keberatan dan Arbitrase sebagai perjanjian
tidak menerima putusan arbitrase dan diatur secara tegas dalam Pasal 1
mengajukan pembatalan terhadap angka (1) UUAAPS yang menyatakan
putusan arbitrase ke pengadilan bahwa:
negeri. Bahkan ditemukan pula “Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa
pengadilan yang menentang ketika
perdata di luar peradilan umum
arbitrase itu sendiri sudah yang didasarkan perjanjian
arbitrase yang dibuat secara
menjatuhkan putusannya, seperti
tertulis oleh para pihak yang
dalam kasus Bankers Trust Company bersengketa”.
melawan PT Mayora Indah Tbk.
Selanjutnya dalam Pasal 1
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
angka (3) UUAAPS dinyatakan
tetap menerima gugatan PT. Mayora
bahwa:
walaupun ada klausul arbitrase di
“Perjanjian arbitrase adalah
dalamnya, dan menjatuhkan putusan suatu kesepakatan berupa
klausula arbitrase yang
No.46/Pdt.G/1999 tanggal 9
tercantum dalam suatu
Desember 1999, yang memenangkan perjanjian tertulis yang dibuat
para pihak sebelum timbul
PT. Mayora.
sengketa, atau suatu perjanjian
Upaya-upaya penolakan arbitrase tersendiri yang dibuat
para pihak setelah timbul
terhadap putusan arbitrase dilakukan
sengketa”.
melalui berbagai modus, seperti
Menurut penulis, adanya
berusaha membatalkan perjanjian
penolakan terhadap putusan arbitrase
pokok, meminta pembatalan putusan
oleh para pihak dan inkonsistensi
arbitrase dengan berbagai alasan dan
sikap pengadilan terhadap putusan
lain sebagainya. Padahal penggunaan
arbitrase pada dasarnya dapat
arbitrase sebagai lembaga penyelesai
dipandang sebagai wujud ketiadaan
sengketa merupakan pilihan yang

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 265


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

itikad baik dalam menyikapi putusan membatalkan putusan arbitrase yang


arbitrase. tidak sesuai dengan harapannya.
Itikad baik berkaitan erat Maka berdasarkan uraian yang telah
dengan tata kehidupan bermasyarakat dikemukakan terdahulu, penulis
karena akan menyangkut terhadap tertarik untuk mengadakan penelitian
kesadaran hukum masyarakat yang lebih lanjut tentang Asas Itikad Baik
memerlukan pembinaan dan dalam Perjanjian Arbitrase sebagai
pengaturan (Djaja S. Meliala, Metode Penyelesaian Sengketa.
1987:1).10 Dalam lalu lintas hukum Berdasarkan uraian diatas maka
diharapkan sekali agar masyarakat permasalahan dalam penelitian ini
selalu bertindak dengan dilandasi adalah bagaimana pengaturan itikad
itikad baik, sehingga dapat baik dalam perjanjian arbitrase
menunjang usaha mewujudkan sebagai metode penyelesaian
masyarakat adil dan makmur (Djaja sengketa Bisnis?
S. Meliala, 1987:1).11
Namun pada kenyataannya, B. HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat sengketa transaksi bisnis Kajian atas hukum perjanjian
yang telah diputus oleh badan tidak dapat dilepaskan dari
arbitrase, justru menimbulkan keberadaan prinsip atau asas hukum
kontroversi dan pelaksanaan yang mendasari bangunan hukum
putusannya masih berlarut-larut yang perjanjian. Bangunan hukum
berujung pada pencitraan lemahnya perjanjian yang dikatakan sebagai
kepastian hukum di Indonesia. Tanpa sistem hukum perjanjian memuat
adanya itikad baik para pihak, sejumlah asas hukum yang menjadi
putusan arbitrase sangat sulit untuk fundamen bagi bangunan hukum
dapat segera dilaksanakan karena perjanjian. Paul Scholten menyebut
pihak yang tidak beritikad baik akan asas hukum sebagai pernyataan
selalu mencari celah untuk mengenai hukum positif yang
langsung menjadi jelas. Asas hukum
10
Djaja S. Meliala, Masalah Itikad Baik itu ditemukan dalam hukum positif,
dalam KUHPerdata, Binacipta, Bandung:
1987 hlm. 1. dalam sistem peraturan-peraturan,
11
Ibid

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 266


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

keputusan-keputusan dan lembaga- sebagai pondasi yang memberikan


lembaga dalam keseluruhannya, akan arah, tujuan serta penilaian
tetapi di samping yang positif itu asas fundamental, mengandung nilai-nilai
hukum berisi penilaian susila, dan tuntutan-tuntutan etis. Mariam
pemisahan yang baik dari yang buruk, Darus mengemukakan bahwa sistem
yang menjadi landasan hukum (Paul hukum merupakan kumpulan asas-
Scholten, 1992:89).12 asas hukum yang terpadu di atas
Sistem hukum (Tatang mana dibangun tertib hukum
Amirin, 1986:4)13 perjanjian (Mariam Darus Badruzzaman,
dibangun berdasarkan asas-asas 1990:5).15 Pandangan ini
hukum (Henry Campbell Black, menunjukkan arti sistem hukum dari
1991:828).14 Asas hukum berfungsi segi substantif. Dilihat dari segi
substantif, asas hukum perjanjian
12
Paul Scholten, Mr. C Asser: Penuntun adalah suatu pikiran mendasar tentang
Dalam Mempelajari Hukum Perdata kebenaran untuk menopang norma
Belanda, terjemahan Siti Soemarti
Hartono, Gadjah Mada University Press, hukum dan menjadi elemen yuridis
Yogyakarta, 1992, hlm. 89.
13
Teori sistem merupakan aliran yang dari suatu sistem hukum perjanjian.
paling penting dalam positivisme hukum,
yang intinya bahwa hukum adalah suatu Dalam suatu sistem yang baik, tidak
stelsel dari aturan yang berkaitan satu
sama lain secara organis, secara piramida boleh terjadi suatu pertentangan atau
dari norma-norma yang terbentuk secara perbenturan antara bagian-bagian
hierarki. Lihat N.E. Algra dan K.Van
Duyvendijk, Mula Hukum, Jakarta: tersebut dan juga tidak boleh terjadi
Binacipta, 1983, hlm. 139. Mengenai
pengertian sistem, William A Schrode dan suatu duplikasi atau tumpang tindih
Voich menjelaskan bahwa: the term
“system” has two important connotations.
The first is the notion of system as an
15
entity or thing which has particular order Mariam Darus Badruzzaman, Hukum
or structural arrangement of its parts. Benda Nasional, Bandung: Alumni, 1990,
The second is the notion of system as a hlm.5. Sebagai suatu sistem, hukum
plan, methode, device, or procedure for terdiri dari sub-sub sistem yang satu sama
accomplishing something . Lihat Tatang lain berkaitan dalam hubungan yang
Amirin, Pokok-Pokok Teori Sistem, seimbang,dan serasi tidak tumpang
Jakarta: Rajawali, 1986, hlm. 4. tindih,tidak berbenturan karena asas-
14
Menurut Henry Campbell Black, asasnya yang terpadu. Asas-asas yang
“principle is the fundamental of truth or terdapat dalam hukum perdata harus
doctrine, as of law, a comprehensive law senada, seirama dengan asas yang
or doctrine which furnishes a basic or terdapat dalam Hukum Nasional,
origin for others”, Henry Campbell demikian juga dengan asas-asas hukum
Black, Black’s Law Dictionary, St. Paul perjanjian harus senada dengan asas-asas
Minn, West Group,1991, hlm. 828. hukum perdata.

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 267


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

(overlapping) di antara bagian-bagian positif yang langsung menjadi jelas.


itu (Tan Kamello, 2006:6).16 Asas hukum itu ditemukan dalam
Kajian atas hukum perjanjian hukum positif, dalam sistem
juga tidak dapat dilepaskan dari peraturan-peraturan, keputusan-
keberadaan prinsip atau asas hukum keputusan dan lembaga-lembaga
yang mendasari bangunan hukum dalam keseluruhannya, akan tetapi
kontrak. Bangunan hukum kontrak disamping yang positif itu asas
yang dikatakan sebagai sistem hukum hukum berisi penilaian susila,
kontrak memuat sejumlah asas hukum pemisahan yang baik dari yang buruk,
yang menjadi fundamen bagi yang menjadi landasan hukum (J.J.H.
bangunan hukum kontrak. Paul Bruggink, 1999:119).17
Scholten menyebut asas hukum Satjipto Rahardjo menyatakan
sebagai pernyataan mengenai hukum bahwa asas hukum, bukan peraturan
hukum. Namun, tidak ada hukum
16
Tan Kamello, “Karakter Hukum Perdata yang bisa dipahami tanpa mengetahui
dalam Fungsi Perbankan melalui
Hubungan antara Bank dengan Nasabah”, asas-asas hukum yang ada di
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum Perdata dalamnya, karena asas hukum ini
pada Fakultas Hukum, 2 September 2006,
Diucapkan di Hadapan Rapat Senat memberi makna etis kepada
Terbuka Universitas Sumatera Utara,
Gelanggang Mahasiswa Kampus USU, peraturan-peraturan hukum dan tata
hlm. 6. Subekti berpendapat bahwa: hukum. Asas hukum adalah unsur
“sistem hukum adalah suatu susunan atau
tataan yang teratur, suatu keseluruhan yang penting dan pokok dari
yang terdiri dari atas bagian-bagian yang
berkaitan satu sama lain, tersusun peraturan hukum. Satjipto selanjutnya
menurut suatu rencana atau pola hasil dari
suatu penulisan untuk mencapai suatu mengibaratkan asas hukum sebagai
tujuan”. Setiap sistem mengandung
beberapa asas yang menjadi pedoman jantung peraturan hukum. Pandangan
dalam pembentukannya dan dapat ini didasarkan atas dasar bahwa asas
dikatakan bahwa suatu sistem adalah
tidak terlepas dari asas-asas yang hukum merupakan “landasan yang
mendukungnya dengan demikian sifat
sistem itu menyeluruh dan berstruktur paling luas” bagi lahirnya sebuah
yang keseluruhan komponen-
komponennya bekerja sama dalam peraturan hukum. Ini berarti bahwa
hubungan fungsional. Kalau dikatakan
bahwa hukum itu sebagai suatu sistem, 17
J.J.H. Bruggink, Refleksi Tentang
artinya suatu susunan atau tataan teratur Hukum, Terjemahan B. Arief Sidharta,
dati aturan-aturan hidup. Misalnya dalam Bandung, Citra Aditya Bakti, 1999, hlm.
hukum perdata sebagai sistem hukum 119.
positif.

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 268


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

peraturan-peraturan hukum itu pada hukum yang terjelma dalam peraturan


akhirnya bisa dikembalikan kepada perundang-undangan dan putusan
asas hukum.Asas hukum juga layak hakim yang merupakan hukum positif
disebut sebagai” alasan” atau dan dapat dikemukakan dengan
merupakan ratio legis dari peraturan mencari sifat-sifat umum dalam
hukum. Asas mengandung nilai-nilai peraturan konkrit terebut (Sudikno
dan tuntutan-tuntutan etis, oleh Mertokusumo, 1986:33).19
karena itu maka asas hukum Asas hukum berfungsi sebagai
diibaratkan sebagai jembatan antara fondasi yang memberikan arah,
peraturan-peraturan hukum dengan tujuan serta penilaian fundamental,
cita-cita sosial dan pandangan etis mengandung nilai-nilai dan tuntutan
masyarakatnya (Satjipto Rahardjo, etis. Bahkan dalam suatu mata rantai
2006:45).18 sistem, asas, norma dan tujuan hukum
Asas hukum adalah suatu berfungsi sebagai pedoman dan
pikiran yang bersifat umum dan ukuran atau kriteria bagi perilaku
abstrak yang melatarbelakangi hukum manusia. Melalui asas hukum, norma
positif. Dengan demikian asas hukum hukum berubah sifatnya menjadi
tersebut tidak tertuang dalam hukum bagian suatu tatanan etis yang sesuai
yang konkrit. Pengertian tersebut dengan nilai kemasyarakatan.
dapat ditarik dari pendapat Sudikno Pemahaman tentang kebenaran suatu
Mertokusumo, yang memberi norma hukum dapat ditelusuri dari
penjelasan sebagai berikut: ratio legis-nya. Meskipun asas hukum
Pengertian asas hukum atau prinsip bukan norma hukum, namun tidak
hukum bukanlah peraturan hukum ada norma yang dapat dipahami tanpa
konkrit, melainkan merupakan pikiran mengetahui asas-asas hukum yang
dasar yang umum sifatnya atau terdapat di dalamnya (Satjipto
merupakan latar belakang dari Rahardjo, 2006:46).20
peraturan yang konkrit yang terdapat
dalam dan di belakang setiap sistem
19
Sudikno Mertokusumo, Mengenal
18
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,
(Cetakan Keenam), Bandung: Citra Yogyakarta, 1986, hlm.33.
20
Aditya Bakti, 2006, hlm. 45. Satjipto Rahardjo, Op.cit., hlm. 46

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 269


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

Dalam hal aturan-aturan hukum harus dikonkritisasikan. Pembentuk


yang ada tidak dapat menetapkan undang-undang membentuk aturan
mengenai hukum sesuatu atau hukum, yang di dalamnya ia
memecahkan persoalan, akan merumuskan kaidah perilaku.
dibutuhkan bantuan asas-asas hukum Selanjutnya konkritisasi dalam kaidah
untuk memberikan makna terhadap perilaku ini terjadi melalui
aturan-aturan hukum yang sudah ada. generalisasi putusan-putusan hakim.
Setiap kasus (hukum) harus Jika pengkonkritisasian telah terjadi
dipecahkan dengan melakukan dan sudah ditetapkan (terbentuk)
penafsiran sebagai semacam aturan-aturan hukum positif dan
pelengkap. Disinilah menafsirkan putusan-putusan, maka asas hukum
aturan hukum itu bukanlah berarti tetap memiliki sifat sebagai kaidah
menafsirkan aturan dalam arti penilaian. Dengan itu maka fungsi
conventional interpretation, kedua asas hukum tampil ke
melainkan suatu constructive permukaan. Ukuran nilai yang
interpretation (Satjipto Rahardjo, diberikan asas hukum itu sulit untuk
2006:80-81).21 diwujudkan secara sepenuhnya.
Asas hukum berfungsi baik di Dengan itu, asas hukum dapat tetap
dalam maupun di belakang sistem berada berhadapan dengan sistem
hukum positif. Asas hukum itu dapat hukum positif dan berfungsi sebagai
berfungsi demikian karena berisi batu-uji kritis (kritische toetssteen)
ukuran nilai. Sebagai kaidah (J.J.H. Bruggink, 1999:132).22
penilaian, asas hukum itu J. Gijssels dalam artikelnya juga
mewujudkan kaidah hukum tertinggi mengakui kedua fungsi tersebut,
dari suatu sistem hukum positif. Itu tetapi ia berpendapat bahwa hanya
sebabnya asas-asas hukum itu adalah asas yang menjalankan fungsi yang
fondasi dari sistem tersebut. Asas pertama adalah asas hukum, karena
hukum itu terlalu umum untuk dapat hanya asas ini yang termasuk dalam
berperan sebagai pedoman bagi hukum positif. Asas-asas yang
perbuatan. Karena itu, asas hukum menjalankan fungsi yang kedua

21 22
Ibid., hlm. 80-81. Bruggink, Op.Cit., hlm. 132.

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 270


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

menurut pendapatnya berkenaan aturan-aturan hukum mensyaratkan


dengan kaidah-kaidah etis dan idea- pelibatan moral dan susila. Meskipun
idea filsafat negara, bukan tentang aturan-aturan (hukum) harus
asas-asas hukum. Dengan demikian diterangkan beranjak dari latar
dapat disimpulkan bahwa asas hukum belakang asas-asas hukum niscaya
mengemban fungsi ganda: sebagai terkonkretisasi ke dalam aturan-
fondasi dari sistem hukum positif dan aturan, satu persoalan lagi yang perlu
sebagai batu uji kritis terhadap sistem dijelaskan, yakni bagaimana
hukum positif. keberadaan asas-asas hukum dalam
Beranjak dari pandangan di atas kaitannya dengan hukum positif.
dapat dipahami bahwa asas-asas Asas-asas hukum hanya memiliki
hukum bertujuan untuk memberikan keberlakuan jika objek yang terkait
arahan yang layak /pantas (menurut dengannya dimunculkan dalam
hukum rechtmatig) dalam hal bentuknya yang terbaik. Oleh karena
menggunakan atau menerapkan itulah, menurut R. Dworkin,
aturan-aturan hukum. Asas-asas keberadaan asas-asas hukum
hukum tersebut berfungsi sebagai bukanlah merupakan keberadaan
pedoman atau arahan orientasi agar sosial, melainkan semata-mata
suatu hukum dapat dan boleh konstruktif (J.J.H. Bruggink,
dijalankan (J.J.H. Bruggink, 1999:85).24
1999:82-83).23 Asas-asas hukum Keberlakuan asas-asas hukum
tersebut tidak hanya akan berguna secara formil dilandaskan pada
sebagai pedoman ketika menghadapi penerimaannya oleh forum yuridis
kasus-kasus sulit, tetapi juga pada sehingga asas-asas hukum
umumnya berguna dalam hal memperoleh suatu keberlakuan
menerapkan aturan. Asas-asas hukum formil. Dalam pembentukan
membentuk konteks interpretasi yang peraturan perundang-undangan yang
niscaya dari aturan-aturan hukum. berlaku saat ini terdapat
Mengenai fungsi interpretasi tersebut, kecenderungan untuk meletakkan
asas-asas hukum demi kepentingan asas-asas hukum atau asas-asas

23 24
Ibid., hlm. 82-83. Ibid., hlm. 85.

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 271


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

pembentukan peraturan perundang- aturan hukum berperan secara


undangan tersebut di dalam salah satu langsung dalam putusan hukum.
pasal-pasal awal, atau dalam Bab Asas hukum bukanlah peraturan
Ketentuan Umum seperti dirumuskan hukum, akan tetapi tidak ada hukum
dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Undang- yang bisa dipahami tanpa mengetahui
Undang Nomor 12 Tahun 2011 asas-asas hukum yang ada di
tentang Pembentukan Peraturan dalamnya. Oleh karena itu untuk
Perundang-undangan. Dalam kedua memahami hukum suatu bangsa tidak
pasal tersebut, asas hukum telah bisa hanya melihat kepada peraturan-
ditetapkan menjadi suatu rumusan peraturan hukumnya saja, melainkan
norma hukum. harus menggali sampai kepada asas-
Keberlakuan formil dari asas asas hukumnya. Asas hukum inilah
hukum juga muncul dalam bentuk yang memberi makna etis kepada
putusan hakim yang menguji asas- peraturan-peraturan hukum serta tata
asas hukum tersebut pada undang- hokum (Satjipto Rahardjo, 2006:80-
undang atau kebiasaan yang hendak 81).25
diaplikasikan terhadap kasus tertentu Hukum perjanjian, dalam
yang dihadapinya. Baik aturan perkembangannya juga tidak terlepas
maupun asas hukum dapat kehilangan dari eksistensi dan pengandalan asas-
daya keberlakuannya. Daya asas hukum. Kedudukan asas hukum
keberlakuan aturan hukum akan merupakan dasar pokok dalam
hilang ketika aturan hukum itu tidak memperkuat kokohnya bangunan
digunakan lagi. Sedangkan daya hukum kontrak. Beberapa asas pokok
keberlakuan asas hukum akan hilang dalam hukum kontrak adalah asas
jika (tata) yang terungkap di konsensualitas, asas kebebasan
dalamnya telah berubah. Di samping berkontrak dan asas itikad baik.
itu terdapat perbedaan di antara asas Ketiga asas ini menjadi pilar utama
hukum dengan aturan hukum. Asas tegaknya bangunan hukum kontrak.
hukum dapat dikatakan memiliki Asas konsensualitas (consensus)
peran tidak langsung, sementara menentukan momentum lahir dan

25
Satjipto Rahardjo, Loc.Cit.

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 272


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

mengikatnya kontrak, yakni saat secara sah berlaku sebagai undang-


tercapainya kesepakatan atau undang bagi yang membuatnya. 27
persesuaian kehendak terhadap hal- Sementara itu, dalam sistem
hal pokok dari kontrak. Bila para civil law di Indonesia, itikad baik
pihak telah mencapai persesuaian dalam hubungan kontraktual diatur
kehendak, kontrak yang dibuat melalui Buku ke-III KUHPerdata
menjadi mengikat sebagai undang- yakni Pasal 1338 ayat (3) yang
undang bagi mereka yang berbunyi “perjanjian harus
memberikan kesepakatan. Karena itu dilaksanakan dengan itikad baik.”
asas kekuatan mengikat kontrak Makna itikad baik ini dikaitkan
sebagai undang-undang pada dengan Pasal 1339 KUHPerdata yang
dasarnya merupakan konsekuensi dan menyebutkan “Suatu perjanjian tidak
implementasi dari asas hanya mengikat untuk hal-hal yang
konsensualitas. Akibatnya, kontrak dengan tegas dinyatakan di
tidak dapat ditarik kembali, kecuali dalamnya, tetapi juga untuk segala
dengan sepakat kedua belah pihak.26 sesuatu yang menurut sifat perjanjian
Asas kekuatan mengikatnya diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan
kontrak menjadi dasar penting di atau Undang-Undang”.
dalam hukum bahwa orang harus Kaidah normatif tentang itikad
mematuhi janji. Dengan perkataan baik dalam Pasal 1338 ayat (3) jo.
lain, asas inilah yang menjadi Pasal 1339 KUHPerdata pada
landasan bahwa para pihak di dalam dasarnya mengatur pelaksanaan
kontrak terikat atau wajib kontrak tidak semata-mata
melaksanakan perjanjian. Secara berdasarkan apa yang diperjanjikan
yuridis asas ini diakui keberadaannya secara eksplisit di dalam kontrak,
oleh Pasal 1338 ayat (1) Kitab akan tetapi harus memperhatikan
Undang-Undang Hukum Perdata kepatutan, kebiasaan dan undang-
(KUHPerdata). Pasal ini menyatakan undang.. Menurut Yahya Harahap,
bahwa semua perjanjian yang dibuat pelaksanaan kontrak secara patut
berarti melaksanakan kewajiban

26 27
Pasal 1338 ayat (2) KUHPerdata Ibid, hlm. 38

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 273


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

menurut yang sepatutnya, serasi dan manusia, akan tetapi terletak pada
layak menurut yang seharusnya sesuai tindakan yang dilakukan oleh kedua
dengan ketentuan yang telah belah pihak dalam melaksanakan
disepakati dalam kontrak (Yahya janji, jadi kejujuran disini bersifat
Harahap, 1992:57).28 dinamis. Kejujuran dalam arti
Seorang pembeli barang yang dinamis atau kepatutan ini berakar
beritikad baik adalah orang yang pada sifat peranan hukum pada
membeli barang dengan penuh umumnya, yaitu usaha untuk
kepercayaan bahwa si penjual mengadakan keseimbangan dari
sungguh-sungguh pemilik dari barang berbagai kepentingan yang ada dalam
yang dibelinya tersebut. Ia sama masyarakat
sekali tidak mengetahui jika Beranjak dari pemahaman
seandainya ia membeli dari orang tentang itikad baik objektif, maka
yang tidak berhak. Itu mengapa ia pelaksanaan perjanjian tidak hanya
disebut sebagai seorang pembeli yang tergantung pada klausula yang telah
jujur. Dalam anasir ini, itikad baik dirumuskan tetapi juga harus
memiliki arti kejujuran atau bersih. 29 dilakukan secara patut dan masuk
Dalam bahasa Indonesia, itikad akal (redelijkheid en billijkheid). Ini
baik dalam arti subyektif disebut didasarkan dari suatu sifat peraturan
kejujuran. Hal itu terdapat dalam hukum pada umumnya, yaitu usaha
pasal 530 KUHP Perdata dan untuk mengadakan keseimbangan
seterusnya yang mengatur mengenai berbagai kepentingan yang ada dalam
kedudukan berkuasa (bezit). Itikad masyarakat.30 Di sini, itikad baik
baik dalam arti subyektif ini objektif dalam arti kepatutan dan
merupakan sikap batin atau suatu masuk akal (redelijkheid en
keadaan jiwa. Berdasarkan pasal 1338 billijkheid) sebagai penguji jika salah
(3) KUH Perdata, kejujuran (itikad satu pihak mengatakan sudah
baik) tidak terletak pada keadaan jiwa bertindak jujur namun ternyata ia

28
Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum
Perjanjian, Alumni, Bandung, 1992, hlm.
57.
29 30
Ridwan Khairandy, Op.Cit, hlm. 181. Herlien Budiono, Op.Cit., hlm. 322.

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 274


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

tidak bertindak secara tidak patut Pengaturan secara limitatif tersebut


(Agus Yudha Hernoko, 2008:124).31 memang tidak mungkin mampu
Acuan itikad baik dalam hukum memberikan pengertian yang
Romawi tersebut sejalan dengan yang sempurna tentang itikad baik, akan
dikemukakan Ulpianus “Juris tetapi setidaknya dapat menjadi acuan
praecepta sunt haec; honeste vivere, dalam menilai tindakan para pihak
alterum non laedere, suum cuique dalam pelaksanaan perjanjian
tribuere” yang berarti “Semboyan arbitrase.
hukum adalah hidup secara jujur, Pengaturan itikad baik dalam
tidak merugikan orang lain; dan UUAAPS sangatlah tidak memadai
memberikan orang lain haknya” karena hanya menyebutkan “itikad
(Munir Fuady, 2005:2).32 Peneliti baik” tanpa sedikitpun memberi
berpandangan bahwa itikad baik pengaturan lebih lanjut tentang itikad
memang terletak pada jiwa (batin) baik yang dimaksud. Pasal 6 ayat (1)
seseorang, akan tetapi itikad baik Undang-Undang Nomor 30 Tahun
tersebut dapat dinilai dari sikap 1999 menyebutkan, “Sengketa atau
(perilaku) yang ditunjukkan beda pendapat perdata dapat
seseorang secara lahiriah. diselesaikan oleh para pihak melalui
Dihubungkan dengan arbitrase alternatif penyelesaian sengketa yang
sebagai metode penyelesaian didasarkan pada itikad baik dengan
sengketa, peneliti berpendapat bahwa mengesampingkan penyelesaian
pengaturan itikad baik dalam secara litigasi di Pengadilan Negeri”.
Undang-Undang Arbitrase dapat Penulis berpendapat bahwa
dirumuskan secara limitatif rumusan itikad baik dalam perjanjian
berdasarkan kriteria-kriteria yang arbitrase setidaknya harus
telah dikemukakan oleh para ahli merumuskan standar minimal
maupun perundang-undangan. pengertian itikad baik. Pengaturan
itikad baik dalam perjanjian arbitrase
31
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hlm.
124 harus dirumuskan sebagai “sikap atau
32
Munir Fuady, Perbuatan Melawan perilaku berpegang teguh pada
Hukum (Pendekatan Kontemporer), PT
Citra Aditya Bakti, Bandung, Cet. II, perjanjian untuk memberikan kepada
2005, hlm. 2.

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 275


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

lawan janji apa yang menjadi haknya kualitas teknis dan taktis aparat
dan tidak mencari–cari celah untuk penyidik. Lemahnya koordinasi
melepaskan diri dari apa yang telah penyidikan mengakibatkan
diperjanjikan berdasarkan kepatutan terjadinya tarik-menarik
dan kerasionalan. kewenangan dalam penyidikan
Dengan adanya pengaturan tindak pidana korupsi terutama
itikad baik secara limitatif tersebut, yang melibatkan personel
hakim mempunyai standar dalam Kepolisian, Kejaksaan dan KPK
menilai ada tidaknya itikad buruk dari yang menciptakan situasi
penggugat yang ingin membatalkan disharmonis antar lembaga
putusan arbitrase. Jika permohonan penegak hukum dan berujung
pembatalan putusan arbitrase terjadinya pelambatan
dilakukan dengan melakukan tipu penyelesaian perkara tindak
daya, kelicikan, mengada-ngada dan pidana korupsi sehingga
melakukan cara-cara yang tidak patut implementasi koordinasi
dalam pandangan hukum dan sosial, penyidikan terhadap tindak
maka hakim harus menolak pidana korupsi belum sesuai
permohonan tersebut sehingga dengan asas peradilan cepat,
putusan arbitrase dapat segera sederhana dan biaya ringan
dilaksanakan. yang mensyaratkan adanya
sinkronisasi atau keserempakan
C. SIMPULAN
dan keselarasan dalam
1. Implementasi koordinasi
hubungan antar penegak hukum
penyidikan tindak pidana
(structural syncronization).
korupsi antar lembaga penegak
2. Penyidikan tindak pidana
hukum belum berjalan
korupsi selama ini hanya
maksimal karena adanya ego
memberi ruang koordinasi
sektoral yang memicu
kepada penyidik dan penuntut
disintegrasi dan melahirkan
umum tetapi tidak dengan
rivalitas antar institusi penegak
dengan hakim Tipikor.
hukum serta dipengaruhi
Ketiadaan koordinasi dan

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 276


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

kerjasama antara penyidik, tujuan sinkronisasi sistem


penuntut umum dengan hakim peradilan pidana yang sinergis
dalam realitasnya selalu dan terpadu (integrated
memunculkan perbedaan criminal justice system).
pandangan pada tahap
pemeriksaan di persidangan dan D. SARAN
melahirkan putusan yang jauh 1. Pelaksanaan koordinasi
dari tuntutan. Padahal untuk penyidikan tindak pidana
mewujudkan sinkronisasi dan korupsi mengalami persoalan
keserempakan sistem peradilan karena adanya situasi
pidana setiap institusi penegak disharmonis dan rivalitas antar
hukum semestinya diberikan lembaga penegak hukum yang
ruang agar saling berkoordinasi menghambat pecepatan
termasuk dengan hakim penyelesaian kasus. Oleh
Tipikor. Koordinasi antara karena itu, disarankan kepada
penyidik, penuntut umum penegak hukum Kepolisian,
dengan hakim Tipikor Kejaksaan dan KPK sebaiknya
memerlukan pengaturan dalam mengesampingkan ego sektoral
Undang-undang tersendiri agar koordinasi berjalan baik
didukung dengan peraturan dan menciptakan
yang bersifat teknis. Pengaturan keserempakan, diperkuat
Koordinasi dalam Undang- dengan adanya
undang bukan untuk pelatihanpelatihan khusus
mempengaruhi atau kepada para penyidik, penuntut
mengintervensi kekuasaan umum maupun hakim untuk
kehakiman yang mandiri meningkatkan kualitas, teknik
(independency judiciary), dan manajemen peradilan yang
melainkan untuk membangun memprioritaskan percepatan
persamaan persepsi antar penyelesaian dan pengurangan
lembaga penegak hukum dari tunggakan perkara tindak
hulu sampai ke hilir untuk pidana korupsi untuk mencapai

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 277


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

asas peradilan cepat, sederhana (integrated criminal justice


dan biaya ringan. system).
2. Untuk menciptakan sinkronisasi
DAFTAR PUSTAKA
dan keserempakan antar
lembaga penegak hukum Agus Yudha Hernoko, Hukum
Perjanjian:Asas
Kepolisian, Kejaksaan, KPK
Proporsionalitas dalam
dan hakim Tipikor memerlukan Kontrak Komersial, LaksBang
Mediatama, Yogyakarta, 2008.
koordinasi yang simultan dan
Djaja S. Meliala, Masalah Itikad Baik
sinergis dari hulur sampai ke dalam KUHPerdata, Binacipta,
Bandung, 1987.
hilir. Untuk itu disarankan
kepada lembaga legislatif Henry Campbell Black, Black’s Law
Dictionary, St. Paul Minn, West
(DPR) untuk membuka ruang
Group,1991.
koordinasi antara penyidik,
http://yuarta.blogspot.co.id/2011/03/d
penuntut umum dengan hakim
efinisi-sengketa.html
Tipikor melalui pembentukan
J. J. H. Bruggink, Refleksi Tentang
Undang-undang yang mengatur
Hukum, Terjemahan B. Arief
tentang koordinasi antar Sidharta, Bandung, Citra Aditya
Bakti, 1999.
lembaga penegak hukum atau
diintegrasikan dalam RUU Mariam Darus Badruzzaman, Hukum
Benda Nasional, Bandung:
KUHAP mendatang dan
Alumni, 1990.
ditindaklanjuti dengan
Munir Fuady, Perbuatan Melawan
penerbitan SEMA oleh
Hukum (Pendekatan
Mahkamah Agung sebagai Kontemporer), PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, Cet. II, 2005.
petunjuk dan pedoman bagi
para hakim untuk berkoordinasi N. E. Algra dan K.Van Duyvendijk,
Mula Hukum, Jakarta,
dengan penyidik dan penuntut
Binacipta, 1983.
umum dalam menilai kasus
N. Krisnawenda, “32 Tahun Arbitrase
tindak pidana korupsi, sehingga
BANI”, Buletin Triwulan
melalui koordinasi diharapkan Arbitrase Indonesia, Nomor 8
Tahun 2015, Published by:
dapat mendorong terwujudnya
BANI Arbitration Center,
sistem peradilan pidana terpadu

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 278


Novran Harisa, Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Arbitrasesebagai Metode Penyelesaian…

Jakarta, diunduh pada


www.baniarb.org Tatang Amirin, Pokok-Pokok Teori
Sistem, Jakarta, Rajawali, 1986.
Paul Scholten, Mr. C Asser: Penuntun
Dalam Mempelajari Hukum Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum
Perdata Belanda, terjemahan Perjanjian, Alumni, Bandung,
Siti Soemarti Hartono, Gadjah 1992.
Mada University Press,
Yogyakarta, 1992.

R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT.


Intermassa, Jakarta, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum,
(Cetakan Keenam), Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2006.

Siti Soemarti Hartono, Penuntun


dalam Mempelajari Hukum
Perdata Belanda: Bagian
Umum, University Press,
Yogyakarta, 1992.

Sophar Maru Hutagalung, Praktik


Peradilan Perdata dan
Alternatif Penyelesaian
Sengketa, Jakarta: Sinar
Grafika, 2012.

Sudargo Gautama, Arbitrase Dagang


Internasional, Bandung:
Alumni, 1979.

Sudikno Mertokusumo, Mengenal


Hukum (Suatu Pengantar),
Liberty, Yogyakarta, 1986.

Tan Kamello, “Karakter Hukum


Perdata dalam Fungsi
Perbankan melalui Hubungan
antara Bank dengan Nasabah”,
Pidato Pengukuhan Jabatan
Guru Besar Tetap dalam Bidang
Ilmu Hukum Perdata pada
Fakultas Hukum, 2 September
2006.

AKTUALITA, Vol.1 No.1 (Juni) 2018 hal. 261-279 279

Anda mungkin juga menyukai