Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) SOSIALISASI

Dosen Pembimbing :
Hanik Endang N, S.Kep, Ns

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Yuliani Puji Lestari 131611133003
Nabila Hanin L 131611133011
Dwi Utari W P 131611133019
Putri Aulia Kharismawati 131611133027
Yenni Nistyasari 131611133035
Novalia Puspitasary 131611133044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan ridha-Nya dan
rahmat-Nya. Shalawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang membimbing penulis menuju jalan terang. Ucapan terima kasih juga
penulis tujukan kepada Ibu Hanik Endang N, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penbuatan makalah ini, serta
kepada semua pihak yang terlibat, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang Terapi Aktivitas kelompok (TAK) Sosialisasi.

Materi yang penulis paparkan dalam makalah ini tentunya jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pihak yang ingin mempelajari tentang Terapi Aktivitas kelompok
(TAK) Sosialisasi.

Surabaya, 8 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan...................................................................................................
1.3. Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Kelompok
2.1.1 Definisi Kelompok
2.1.2 Tujuan Kelompok
2.1.3 Fungsi Kelompok
2.1.4 Klasifikasi Kelompok
2.1.5 Unsur-unsur Kelompok
2.2. Konsep Terapi Aktifitas Kelompok
2.2.1 Definisi Terapi Aktifitas Kelompok
2.2.2 Tujuan Terapi Aktifitas Kelompok
2.2.3 Kerangka Teoritis Terapi Aktifitas Kelompok
2.2.4 Tahap Perkembangan Kelompok
2.2.5 Jenis Terapi Aktifitas Kelompok
2.2.6 Pengorganisasian Terapi Aktifitas Kelompok
BAB III Proposal Terapi Aktifitas Kelompok
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain (Gail W. Stuart, 2007). Sosialisasi merupakan suatu
upaya membantu klien berhubungan dengan orang lain, sosialisasi bisa
dilakukan melalui komunikasi dan hubungan interpersonal. Penurunan
sosialisasi dapat terjadi pada individu yang menarik diri, yaitu
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain (Rowlins,
1993). Dimana individu yang mempunyai mekanisme koping adaptif,
maka peningkatan sosialisasi lebih mudah dilakukan. Sedangkan
individu yang mempunyai mekanisme koping maladatif, bila tidak
segera mendapatkan terapi atau penanganan yang baik akan
menimbulkan masalah-masalah yang lebih banyak dan lebih buruk.
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan
interpersonal. Sedangkan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) adalah
salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok
klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama yang bertujuan
untuk memberikan motivasi kemajuan fungsi psikolog hingga
identifikasi diri yang baru, menghilangkan rasa isolasi diri,
meningkatkan rasa kepercayaan diri serta bertambahnya pengetahuan
tentang berbagai cara pemecahan masalah dalam kehidupan individu.
Penatalaksanaan klien dengan riwayat menarik diri dapat dilakukan
salah satunya dengan pemberian intervensi Terapi Aktivitas Kelompok
sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan
jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka pencapaian
penyesuaian psikologis, prilaku dan pencapaian adaptasi optimal
pasien. Dalam kegiatan aktifitas kelompok, tujuan ditetapkan
berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian
besar peserta. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi adalah
upaya memfasilitasi kemampuan klien dalam meningkatkan sosialisasi.
Dari latar belakang tersebut diatas penulis tertarik membuat penelitian
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok
(TAK) sosialisasi pada pasien skizofrenia dengan riwayat menarik diri.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan pasien dalam membina
hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
1.2.2 Tujuan Khusus
- Klien mampu memperkenalkan diri
- Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
- Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
- Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik
percakapan
- Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah
pribadi pada orang lain
- Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi
kelompok
- Klien mampu menyampikan pendapat tentang manfaat kegiatan
tentang TAKS yang telah dilakukan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa
Kita sebagai mahasiswa harus mengetahui terapi aktivitas
kelompok sosialisasi dalam mengembangkan ilmu yang sudah kita
dapat.
1.3.2 Pembaca
Agar pembaca mengetahui terapi aktivitas kelompok
sosialisasi dengan benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Kelompok

2.1.1. Definisi kelompok


Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan
satu dengan yang lain, saling bergantungan, serta mempunyai norma yang
sama (Stuart dan Sundeen, 1991). Manusia adalah makhluk sosial, hidup
berkelompok, dan saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial dimaksud antara lain rasa menjadi milik orang lain atau
keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang
lain, dan kebutuhan pernyataan diri.

2.1.2. Tujuan kelompok


Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai individu ataupun
kelompok yang sedang bekerja, atau secara ideal, tujuan merupakan hasil
yang diharapkan menurut onilai orang-orang. Tujuan kelompok yaitu
membatu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah
perilaku yang destruktif dan maladaptive (Keliat, B.A., 2004). Tujuan
kelompok antara lain :
1. Menumbuhkan dan mengembangkan karya anggota
2. Menyebarkan hasil kerja anggota kelompok kepada kelompok lain
3. Mengarahkan kelompok untuk menjadi.

2.1.3. Fungsi kelompok

Fungsi kelopok antara lain :

1. Memudahkan suatu pekerjaan


2. Memenuhi kebutuhan individu, baik kebutuhan fisik maupun non-fisik
3. Melembagakan suatu norma atau nilai social
4. Membangun keseragaman antara sikap dan perilaku
5. Setiap anggota kelompom dapat bertukar pikiran
6. Saling membantu satu sama lain
7. Merupakan proses menerima umpan balik dan penyelesaian masalah.

2.1.4. Klasifikasi Kelompok


Secara umum, kelompok dapat diklasifikasikan kedalam beberapa
bagian yaitu :
1. Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin
Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu
kelompok yang anggotaanggotanya berhubungan akrab, personal, dan
menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok
sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan
tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
2. In group dan outgroup
Kelompok ini merupakan pembagian kelompok yang didasarkan
bahwa in group adalah kelompok kita, dan Out-group adalah kelompok
mereka. Ingroup dapat berupa kelompok primer maupun sekunder.
Konsep didalam kelompok dan diluar kelompok ini menjadi titik
penting dalam klasifikasi ini.
3. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan
Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-
anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok
itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan
sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk
membentuk sikap.
4. Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif
Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan
melihat proses pembentukannya secara alamiah. Kategori preskriptif
mengklasifikasikan kelompok menurut langkah-langkah rasional yang
harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya.
2.1.5. Komponen Kelompok
1. Struktur kelompok
Struktur akan menjaga stabilitas kelompok dan membantu pengaturan
pola perilaku dan interaksi. Struktur ini akan diatur oleh pemimpin dan
anggota kelompok. Komunikasi akan dipandu oleh pemimpin, sementara
keputusan diambil secara bersama dengan anggota kelompok.
2. Besar kelompok
Jumlah anggota akan sangat mempengaruhi jalannnya proses didalam
kelompok. Jumlah yang ideal untuk kelompok kecil adalah 5- 12 orang,
hal ini mengakomodir sejumlah pendapat para pakar seperti Rawlin,
William dan beck (1993) adalah 5 – 10 orang, Lancester ( 1980) adalah
10-12 orang dan Stuart dan Laraia (2001) adalah 7 -10 orang. Keuntungan
bila jumlah anggota kelompok tidak terlalu besar yaitu seluruh anggota
kelompok mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pendapat,
pengalaman dan perasaannya. Akan tetapi bila jumlahnya sangat sedikit
hal itu juga menyebabkan tidak variatifnya informasi dan interaksi yang
terjadi didalam kelompok.
3. Lamanya sesi
Waktu yang efektif untuk satu sesi adalah 20 – 40 menit bagi fungsi
kelompok rendah dan 60 – 120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi
(Stuart & Laraia, 2001). Satu sesi terdiri dari tahap orientasi, tahap kerja
dan tahap terminasi. Banyaknya sesi tergantung dari tujuan kelompok dan
dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
4. Komunikasi
Seorang pemimpin dalam kelompok bertugas mengamati dan
menganalisa pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Elemen yang
harus diamati, menurut Stuart & Laraia (2001), yaitu komunikasi itu
sendiri, setting duduk, tema yang diekspresikan, frekuensi komunikasi,
kemampuan anggota dan proses penyelesaian masalah. Dalam proses ini,
pemimpin berperan dalam memberikan umpan balik sehingga setiap
anggota menyadari adanya dinamika dalam proses interaksi didalam
kelompok.
5. Peran kelompok
Terdapat tiga peran dan fungsi kelompok yang akan ditampakkan oleh
setiap anggota dalam kerja kelompok, yaitu :
- Maintenance roles, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok
dan fungsi kelompok yang meliputi pendorong, penyelaras,
pemusyawarah, penjaga, pengikut, pembuat peraturan dan
penyelesai masalah.
- Task roles, yaitu focus pada penyelesaian tugas yang meliputi
pemimpin, penanya, fasilitator, penyimpul, evaluator dan pemberi
inisiatif.
- Individual roles, yaitu orientasi pada diri sendiri dan distraksi pada
kelompok yang meliputi korban, monopoli, seducer, diam, tukang
komplain, negative dan moralis.
6. Kekuatan kelompok
Kekuatan didefinisikan sebagai kemampuan anggota kelompok
dalam mempengaruhi jalannya kegiatan kelompok. Untuk itu akan
dapat dikaji siapa yang paling banyak mendengar dan siapa yang
membuat keputusan dikelompok sehingga dapat ditetapkan kekuatan
suatu kelompok.
7. Norma kelompok
Norma adalah suatu standar perilaku didalam kelompok yang
diharapkan timbul dalam perilaku anggota kelompok pada masa yang
akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini.
Pemahaman terhadap norma akan mempengaruhi komunikasi dan
interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku dengan norma akan
diterima sedangkan ketidaksesuaian akan ditolak oleh anggota
kelompok.
8. Kekohesifan
Kekohesifan merupakan kekuatan anggota kelompok dalam
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Hal ini sangat penting karena
ketertarikan dan kepuasan terhadap kelompok akan membuat anggota
mempertahankan kelompoknya. Untuk itu seorang pemimpin harus jeli
menganalisa hal hal yang dapat memperkuat kekohesifan kelompok.

2.2 Konsep Terapi Aktifitas Kelompok


2.2.1. Definisi terapi aktifitas kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang bertujuan
mengubah perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Cara ini cukup efektif karena di dalam kelompok akan terjadi interaksi
satu dengan yang lain, saling memengaruhi, saling bergantung, dan terjalin
satu persetujuan norma yang diakui bersama, sehingga terbentuk suatu
sistem sosial yang khas yang di dalamnya terdapat interaksi, interelasi, dan
interdependensi.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) bertujuan memberikan fungsi
terapi bagi anggotanya, yang setiap anggota berkesempatan untuk
menerima dan memberikan umpan balik terhadap anggota yang lain,
mencoba cara baru untuk meningkatkan respons sosial, serta harga diri.
Keuntungan lain yang diperoleh anggota kelompok yaitu adanya dukungan
pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan
meningkatkan hubungan interpersonal.

2.2.2. Tujuan terapi aktifitas kelompok (TAK)


1. Terapeutik Meningkatkan kemampuan pasien, memfasilitasi proses
interaksi, membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif
dan afektif, serta mempelajari cara baru dalam mengatasi masalah dan
melakukan sosialisasi.
2. Rehabilitatif Meningkatkan kemampuan mengekspresikan diri,
kemampuan berempati, meningkatkan kemampuan sosial, serta
tanggung jawabnya dalam hubungan interpersonal.

2.2.3. Kerangka teoritis terapi aktifitas kelompok (TAK)


1. Model Focal Conflict
Menurut Whitakers dan Liebermen, terapi kelompok lebih
berfokus pada kelompok daripada individu. Prinsipnya adalah terapi
kelompok ini dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak
disadari. Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul,
yang kemudian konflik dikonfrontir untuk pemecahan masalah.
Tugas terapis membantu anggota kelompok memahami konflik dan
mencapai penyelesaian konflik. Menurut model ini pimpinan
kelompok (leader) harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan
pada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikannya untuk penyelesaian masalah. Contohnya, adanya
perbedaan pendapat antaranggota, cara masalah (perbedaan)
ditanggapi anggota, dan pemimpin mengarahkan alternatif
penyelesaian masalah.
2. Model Komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip komunikasi dan
komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau
komunikasi tidak efektif dalam kelompok akan menyebabkan
ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik tidak adekuat, dan
kohesi atau keterpaduan kelompok menurun. Dengan menggunakan
model ini, pemimpin berperan memfasilitasi komunikasi efektif,
masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan
diselesaikan. Pemimpin mengajarkan pada kelompok bahwa:
1. Perlu komunikasi di dalam kelompok;
2. Anggota harus bertanggung jawab terhadap apa yang
diucapkan;
3. Komunikasi berada dalam semua level, misalnya
komunikasi verbal, nonverbal, terbuka, dan tertutup;
4. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain;
5. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam
membantu satu dan yang lain untuk melakukan
komunikasi efektif.
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan
interpersonal dan sosial anggota kelompok. Selain itu, teori
komunikasi membantu anggota merealisasikan bagaimana mereka
berkomunikasi secara nonverbal dan mengajarkan cara
berkomunikasi lebih efektif. Selanjutnya, pemimpin juga perlu
menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan cara
menggunakan di dalam kelompok, serta menganalisis proses
komunikasi tersebut.
3. Model Interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa semua tingkah laku
(pikiran, perasaan, dan tindakan) digambarkan melalui hubungan
interpersonal. Contohnya, interaksi dalam kelompok dapat
dipandang sebagai proses sebab akibat, yang perasaan dan tingkah
laku satu anggota merupakan akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok belajar dari interaksi antaranggota dan terapis.
Melalui proses ini, kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku
sosial yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian
merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan mengubah perilaku.
Contohnya, tujuan salah satu terapi aktivitas kelompok untuk
meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konflik
interpersonal muncul, pemimpin menggunakan situasi tersebut
untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka
dan mempelajari konflik yang membuat anggota merasa cemas,
serta menentukan perilaku yang digunakan untuk menghindari atau
menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.
3. Model Psikodrama
Model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu.
Anggota memainkan peran sesuai dengan peristiwa yang pernah
dialami. Contoh, pasien memerankan ayahnya yang dominan atau
keras.
Psikodrama ini dilakukan secara spontan dan memberi
kesempatan pada anggota untuk berakting di luar situasi spesifik
yang pernah terjadi.

2.2.4. Tahap perkembangan kelompok


Kelompok mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang.
Pemimpin yang akan mengembangkan kelompok akan melalui empat fase
atau tahap, yaitu fase prakelompok, fase awal kelompok, fase kerja
kelompok, dan fase terminasi kelompok.
1. Fase Prakelompok
Hal penting yang harus diperhatikan saat mulai membangun
kelompok adalah merumuskan tujuan kelompok. Tercapai atau
tidaknya suatu tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku pemimpin
kelompok. Pemimpin kelompok harus melakukan persiapan dengan
penyusunan proposal.
2. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuk kelompok yang
baru dan peran yang baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia
(2005) membagi fase ini menjadi tiga fase lagi, yaitu fase orientasi,
konflik, dan kohesif.
a. Tahap orientasi
Pada tahap ini pimpinan kelompok lebih aktif dalam
memberi pengarahan. Pemimpin mengorientasikan anggota
pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri atas
tujuan, kerahasiaan, waktu pertemuan, struktur, dan aturan
komuniksi (hanya satu orang bicara pada satu saat). Norma
perilaku dan rasa memiliki atau kohesif antara anggota
kelompok diupayakan terbentuk fase orientasi.
b. Tahap konflik
Peran dependen dan independen terjadi pada tahap
ini. Sebagian pemimpin ingin sebagai pengambil
keputusan, serta ada pula yang hanya mengarahkan dan
anggota nantinya yang akan memutuskan. Selain itu, ada
pula anggota yang netral dan hanya membantu penyelesaian
konflik peran yang terjadi. Perasaan bermusuhan yang
ditampilkan baik antaranggota kelompok maupun antara
anggota dan pimpinan dapat terjadi pada tahap ini.
Pimpinan perlu memfasilitasi ungkapan perasaan baik
positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali
penyebab konflik, serta mencegah perilaku yang tidak
produktif, misalnya saling mengambinghitamkan.
c. Tahap kohesif
Setelah melalui tahap konflik, anggota kelompok akan
merasakan ikatan yang kuat satu sama lain. Perasaan positif
akan semakin saling diungkapkan. Anggota merasa bebas
membuka diri tentang informasi dan lebih intim dengan
anggota yang lain. Pemimpin tetap berupaya
memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam
penyelesaian masalah. Pada akhirnya, anggota kelompok
akan belajar bahwa perbedaan tidak perlu ditakutkan.
Semua persamaan dan perbedaan tetap dapat mewujudkan
tujuan menjadi suatu realitas.
3. Fase kerja kelompok
Fase ini kelompok sudah menjadi sebuah tim yang stabil dan
realistis. Bekerja keras tetapi tetap menyenangkan dan menjadi
suatu tantangan bagi anggota dan pemimpin kelompok. Tugas
pimpinan kelompok pada fase ini membantu kelompok mencapai
tujuan dan mengurangi dampak dari hal-hal yang dapat
menurunkan produktivitas kelompok. Pemimpin akan bertindak
sebagai konsultan.
Beberapa anggota akan sangat akrab, berlomba mendapatkan
perhatian pemimpin kelompok, tidak ada lagi kerahasiaan, dan
keinginan untuk berubah. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh
pimpinan kelompok agar segera melakukan strukturisasi. Di akhir
fase, anggota akan menyadari produktivitas dan kemampuan yang
bertambah disertai percaya diri dan kemandirian.
4. Fase terminasi kelompok
Terminasi dapat sementara atau permanen. Terminasi dapat
pula terjadi karena anggota kelompok atau pimpinan keluar dari
kelompok. Pada fase ini dilakukan evaluasi yang difokuskan pada
pencapaian kelompok dan individu. Terminasi yang sukses
ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok dapat
digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari.

2.2.5. Jenis terapi aktifitas kelompok (TAK)


2.2.5.1 Terapi aktifitas kelompok (TAK) stimulasi sensori
Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada
sensori pasien. Kemudian diobservasi reaksi sensori pasien
berupa ekspresi emosi/perasaan melalui gerakan tubuh,
ekspresi muka, dan ucapan. Biasanya pasien yang tidak mau
berkomunikasi secara verbal akan terangsang sensoris emosi
dan perasaannya melalui aktivitas tertentu. Aktivitas tersebut
berupa:
1. TAK stimulasi sensori suara, misalnya mendengar musik,
2. TAK stimulasi sensori menggambar,
3. TAK stimulasi sensori menonton TV/video.

2.2.5.2 Terapi aktifitas kelompok (TAK) orientasi realitas


Pasien diorientasikan pada kenyataan yang ada di sekitar
pasien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada di sekeliling
pasien atau orang yang dekat dengan pasien, serta lingkungan
yang pernah mempunyai hubungan dengan pasien pada saat ini
dan masa yang lalu. Aktivitasnya adalah sebagai berikut.
1. Sesi I : pengenalan orang
2. Sesi II : pengenalan tempat
3. Sesi III : pengenalan waktu
2.2.5.3 Terapi aktifitas kelompok (TAK) Sosialisasi
Pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada di sekitar pasien. Sosialisasi dapat pula
dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan
massa. Aktivitas yang diberikan antara lain sebagai berikut.
1. Sesi I : menyebutkan jati diri.
2. Sesi II : mengenali jati diri anggota kelompok.
3. Sesi III : bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
4 Sesi IV : menyampaikan dan membicarakan topic
percakapan.
5. Sesi V : menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
dengan orang lain.
6. Sesi VI : bekerja sama dalam permainan sosialisasi
kelompok.
7. Sesi VII : menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
TAK sosialisasi yang telah dilakukan.
2.2.5.4 Terapi aktifitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi
Pasien dilatih untuk mempersepsikan stimulus yang
disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan
persepsi pasien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi.
Dalam proses ini diharapkan respons pasien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktivitas yang
diberikan antara lain sebagai berikut.
1. Sesi I : menonton TV
2. Sesi II : membaca majalah/koran/artikel
3. Sesi III : gambar
4. Sesi IV : 4.1 Mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
4.2 Mencegah perilaku kekerasan melalui
kegiatan fisik.
4.3 Mencegah perilaku kekerasan melalui
interaksi asertif.
4.4 Mencegah perilaku kekerasan melalui
kepatuhan minum obat.
4.5 Mencegah perilaku kekerasan melalui
kegiatan ibadah.
2.2.5.5 Terapi aktifitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi
peningkatan harga diri
Pasien dilatih untuk mengidentifikasi hal-hal positif pada
diri sehingga mampu menghargai diri sendiri. Kemampuan
pasien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dalam
proses ini, pasien diharapkan mampu merumuskan suatu
tujuan hidup yang realistis. Aktivitas yang diberikan adalah
sebagai berikut.
1. Sesi I : identifikasi hal positif diri.
2. Sesi II : menghargai hal positif orang lain.
3. Sesi III : menetapkan tujuan hidup yang realistis.
2.2.5.6 Terapi aktifitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi
mengontrol halusinasi
Pasien dilatih untuk dapat mengenal halusinasi yang
dialaminya dan dilatih cara mengontrol halusinasi.
Kemampuan persepsi pasien dievaluasi dan ditingkatkan pada
tiap sesi. Dalam proses ini, respons pasien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan diharapkan menjadi adaptif.
Aktivitas yang diberikan yaitu sebagai berikut.
1. Sesi I : mengenal halusinasi
2. Sesi II : mengontrol halusinasi dengan menghardik
3. Sesi III : mengontrol halusinasi dengan menyusun
jadwal kegiatan
4. Sesi IV : mengontrol halusinasi dengan minum obat
yang benar
5. Sesi V : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
2.2.6 Pengorganisasian terapi aktifitas kelompok (TAK)

1. Pemimpin kelompok (leader)

Tugas pemimpin kelompok adalah sebagai berikut :

a. Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal).

b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan.

c. Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,


mengajukan pendapat, dan memberikan umpan balik.

d. Sebagai “role model”.

e. Memotivasi setiap anggota untuk mengemukakan pendapat dan


memberikan umpan balik.

2. Pembantu pemimpin kelompok (co-leader)

Tugasnya adalah membantu pemimpin dalam mengorganisir anggota


kelompok.

3. Fasilitator

Tugasnya adalah sebagai berikut :

a. Membantu pemimpin memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan


memotivasi anggota.

b. Memfokuskan kegiatan.

c. Membantu mengoordinasi anggota kelompok.

4. Observer

Tugas observer antara lain sebagai berikut :

a. Mengobservasi semua respons pasien.


b. Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku
pasien.

c. Memberikan umpan balik pada kelompok.

Perawat dapat bertugas sebagai pimpinan, pembantu pimpinan,


fasilitator, dan observer. Namun untuk kelompok yang telah melakukan
aktivitas secara teratur, pasien yang sudah kooperatif dan stabil dapat
berperan sebagai pembantu pimpinan, fasilitator, observer bahkan sebagai
pimpinan. Perawat sebagai terapis perlu mengarahkan.

Jumlah anggota kelompok berkisar antara 7 sampai 10 orang


sedangkan lamanya aktivitas 45 sampai 60 menit. Sebelum memulai
terapi, aktivitas kelompok perlu menyusun proposal sebagai pedoman
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
BAB III

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

SOSIALISASI

Disusun Oleh:

Yuliani Puji Lestari


131611133003

PROGRAM S1 PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SEPTEMBER, 2018
1. Latar Belakang
Penatalaksanaan klien dengan riwayat menarik diri dapat dilakukan salah
satunya dengan pemberian intervensi Terapi Aktivitas Kelompok
sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa
dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka pencapaian
penyesuaian psikologis,yang merupakan salah satu terapi modalitas
keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka
pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi
optimal pasien. Dalam kegiatan aktifitas kelompok, tujuan ditetapkan
berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian
besar peserta. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi adalah upaya
memfasilitasi kemampuan klien dalam meningkatkan sosialisasi. Dari latar
belakang tersebut diatas penulis tertarik membuat penelitian untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
sosialisasi pada pasien skizofrenia dengan riwayat menarik diri.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan pasien dalam membina hubungan sosial
dalam kelompok secara bertahap.
b. Tujuan Khusus
Klien mampu memperkenalkan diri
3. Waktu dan tempat
Hari/Tanggal : Rabu, 10 September 2018
Waktu/Tempat : 10.00-10.30 WIB, Ruang Mawar
4. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan Tanya jawab
5. Media dan alat
a. Tape recorder
b. Kaset dengan lagu yang ceria
c. Bola tenis
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatam pasien
6. Setting

Observer Leader
Fasilitator

Co-leader Klien

7. Pembagian tugas
a. Leader
Tugas:
1. Memimpin jalannya TAK
2. Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya TAK
3. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
4. Memimpin diskusi kelompok
b. Co-Leader
Tugas:
1. Membuka acara
2. Mendampingi leader
3. Mengambil alih posisi leader jika leader bloking
4. Menyerahkan kembali posisi kepada leader
5. Menutup acara diskusi
c. Fasilitator
Tugas:
Memberikan stimulus dan memotifator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalan terapi.
d. Observer
Tugas:
1. Mengobservasi jalannya kegiatan
2. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien
selama kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia).
8. Pasien
a. Kriteria pasien
1. Pasien dengan isolasi sosial menarik diri dengan kondisi mulai
menunjukkan kamauan untuk melakukan interaksi interpersonal
2. Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons
sesuai dengan stimulus yang diberikan.

b. Proses seleksi
1. Mengidentifikasi pasie yang masuk kriteria
2. Mengumpulkan pasien yang masukl kriteria
3. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok
dan aturan main dalam kelompok (Eko prabowo, 2014: 243)
9. Susunan pelaksanaan
Susunan perawat pelaksana TAKS sebagai berikut :
a. Leader : Novalia Pupitasary
b. Co. Leader : Putri
c. Fasilitator : Dwi Utari
d. Observer : Nabila Hanin L.
10. Pasien peserta TAK
No Nama Masalah Keperawatan
11. Tata tertib dan antisipasi masalah
1. Tata Tertib pelaksanaan TAKS
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai,
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAKS dimulai,
c. Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi,
d. Peseta Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama
kegiatan TAKS berlangsung,
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin,
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan.
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai,
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAKS telah
habis,sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan
meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
kepada anggota.
2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAKS
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1. Memanggil klien
2. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
1. Panggil nama klien
2. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
3. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi.
c. Bila ada klien lain ingin ikut
1. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien
yang telah dipilih
2. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang
mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut
3. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan
tidak memberi peran pada permainan tersebut. (Eko prabowo,
2014: 243-245)

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI

TAKS – SESSI I

MENYEBEUTKAN JATI DIRI

A. Tujuan

Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok :

1. Menyebutkan jati diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan
hobi.

Menanyakan jati diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi.(Eko prabowo, 2014:246)

B. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
C. Alat
1. Tape recorder
2. Kaset dengan lagu yang ceria
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatam pasien
D. Metode
Dinamika kelompok
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengigatkan kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis
2) Peserta dan terapis memakai name tag
b. Evalusi / validasi
1) Menanyakan perasaan pasien saat ini
2) Menanyakan apakah pernah memperkenalkan diri pada orang
lain.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main lain:
a) Berkenalan dengan anggota kelompok
b) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
minta izin pada pemimpin TAK.
c) Lama kegiatan 45 menit.
d) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
(Eko prabowo, 2014:246-247)
3. Tahap kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan pada bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang
bola, mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok
yang ada disebelah kanan dengan cara :
1) Memberi salam
2) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
3) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d. Hidupkan lagi kaset pada tape dan edarkan bola tenis. Pada sat
tape dimatikan, minta anggota kelompok yang memegang bola
untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kananya
kepada kelompok yaitu, nama lengkap, nama panggilan, asal dan
hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
e. Ulangi d samapi semua anggota kelompok mendapat giliran
f. Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih
memperkenalkan diri kepada orang lain dikehidupan sehari-
hari
2) Memasukan kegiatan memperkenalkan diri kepada jadual
kegiatan harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan
anggota kelompok
2) Menyepakati waktu dan tempat.
F. Evalusai dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja untuk menilai kemampuan pasien melakukan TAK. Aspek yang di
evaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS
sesi 1, dievaluasi kemampuan pasien memperkenalkan diri secara verbal dan
non verbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut. (Eko prabowo,
2014:247-248)
SESI 1 – TAKS

KEMAMPUAN MEMPERKENALKAN DIRI

A. Kemampuan Verbal

No. ASPEK YANG DINILAI Nama Pasien


1. Menyebutkan nama
lengkap
2. Menyebutkan nama
panggilan
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
JUMLAH

B. Kemampuan Non Verbal

No. ASPEK YANG DINILAI Nama Pasien


1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan awal
sampai akhir
JUMLAH

Petunjuk :

1. Di bawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang ikut
TAKS.
2. Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi dengan tanda (√)
jika ditemukan pada klien atau tanda (x)jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu,
dan jika nilai 0, 1, atau 2 klien belum mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika tak pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikuti sesi 1 TAKS, klien mampu
memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal,dianjurkan klien
memperkenalkan diri pada klien lain di ruang rawat (buat jadwal). (Eko
prabowo,2014 :249)
BAB IV

PEMBAHASAN

Terapi Aktivitas Kelompok sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi


modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka
pencapaian penyesuaian psikologis,yang merupakan salah satu terapi modalitas
keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka pencapaian
penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. TAK
sosialisasi juga merupakan salah satu terapi yang digunakan pada pasien
gangguan jiwa jeni menarik diri.

Terdapat kriteria pasien sebelum memasukkan pasien ke dalam kelompok,


perawat harus mengidentifikasi pasien yang masuk dalam kriteria yaitu pasien
yang mulai menunjukkan kemauan untuk melakukan interaksi interpersonal,
memastikan bahwa pasien tersebut telah siap untuk erinteraksi di dalam kelompok
dan bias merespon stimulus yang telah diberikan.

Untuk mendapatkan pasien yang sesuai kriteria, perawat harus melakukan


pendeketan pada pasien, pendekatan yang dilakukan yaitu dengan membangun
hubungan saling percaya sehingga pasien dapat mengekspresikan perasaannya.
Setelah melakukan pendekatan, perawat mengidentifikasi pasien yang sudah
mampu melakukan interaksi interpersonal dan peka terhadap stimulus sehingga
TAK dapat berjalan dengan baik karena pasien dapat menyampaikan
pendapatnya.

Tujuan pada TAK sosialisasi adalah untuk meningkatkan kemampuan


pasien dalam membina hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap dan
klien mampu memperkenalkan diri. Maka dari itu terdapat pembagian tugas dalam
melakukan terapi ini, yaitu leader sebagai pemimpin jalannya terapi, Co-leader
sebagai pembuka acara, fasilitator sebagai pemberi stimulus pada pasien, dan
observer sebagai pengamat dan mencatat perilaku pasien.
Untuk menghindari kegagalan dalam melakukan terapi ini maka terdapat
cara antisipasi untuk mengatasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses
TAKS, yaitu :

d. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok


3. Memanggil klien, untuk memberikan stimulus pada pasien
4. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain, untuk mengetahui apakah
pasien mau untuk menjawab stimulus yang diberikan
e. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
4. Panggil nama klien
5. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
6. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi.
f. Bila ada klien lain ingin ikut
4. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien
yang telah dipilih
5. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang
mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut
6. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan
tidak memberi peran pada permainan tersebut. (Eko prabowo,
2014: 243-245)
BAB V

PENUTUP

I. Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah terapi untuk
meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial
maupun berperan dalam lingkungan sosial yang bertujuan untuk
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan
terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus
eksternal.
II. Saran
Kita harus mengerti, tahu dan memahami apa itu terapi aktivitas
kelompok sosialisasi. Agar tindakan serta penanganan terhadap
masalah ini dapat tercapai sesuai dengan keinginan.
Daftar Pustaka

Eko Prabowo. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Medikal Book.

Hastutiningtyas, W. Rahayu., Setyabudi, Irawan. 2016. Peran Terapi Aktivitas


Kelompok Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Dan
Masalah Isolasi Sosial Pasien. Jurnal Care. Malang. Vol. 4, No. 3, Hal. 62-
69.
Maulidiah, Luluk., Pandeirot. 2017. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Pasien Isolasi Sosial
Diagnosa Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Surabaya.
Hal : 1-9.
Yusuf, Ah., Fitryasari, Rizky., Nihayati, H. Endang. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai