Anda di halaman 1dari 13

ARSITEKTUR KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM (KMS) UNTUK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DENGAN PENDEKATAN TOGAF ADM

Abstrak
Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh kompetensi guru dalam mempersiapkan,
melaksanakan, mengevaluasi, serta memberikan feedback terhadap materi yang telah diberikan. Salah
satu permasalahan yang ada pada guru Pendidikan Agama Islam adalah minimnya pembagian jam
belajar untuk materi pendidikan agama Islam. Oleh sebab itu guru sangat dituntut untuk selalu
menambah pengetahuannya agar lebih kreatif dan inofatif dalam mempersiapkan materi dan
menemukan metode pembelajaran yang lebih tepat dan efisien. Untuk itu diperlukan sebuah media
dan sarana bagi guru untuk menambah pengetahuannnya sekaligus sebagai sarana pembelajaran
untuk siswa dalam mendapatkan materi Pendidilan Agama Islam diluar waktu sekolahnya.
Knowledge Management System (KMS) merupakan sebuah sistem yang dikembangkan
untukmengumpulkan pengatahuan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. KMS memerlukan
empat fungsi yaitu using knowledge, finding knowledge, creating knowledge, dan packing knowledge
yang akan membentuk suatu pengetahuan untuk menjawab pertanyaan know-how, know-what, dan
know why, serta menumbuhkan self-motivated, personal tacit, cultural tacit dan regulatory tacit.
Pengambangan sistem informasi dipandu oleh sebuah kerangka kerja arsitektur (architecture
framework) dimana pada pengambangan KMS ini digunakanlah The Open Group Architecture
Framework (TOGAF) ADM.

Kata Kunci : Architecture Framework, TOGAF, The Open Group, KMS, Knowledge, IT Master Plann.
I. INTRODUCTION
1.1. Islamic Education

‫مرابطٌ في سبيل‬: ‫أربعةٌ تجري عليهم أجورهم بعد الموت‬: ‫ عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬،‫عن أبي أمامة‬
(‫ ورجل ترك ولدا صالحا يدعو له( رواه أحمد‬،‫ فأجرها له ما جرت‬،‫ ورجلٌ تصدّق بصدقة‬،‫ ومن علّم علما‬،‫هللا‬
From abu umamah, thats rasulullah saw said, “has four part community that always comes merit to

them after die, which the man always do for jihad in the way of Allah, the man who teach good knowledge, the
man its, always give charity jariyah and the man which leave shaleh children its always pray for them. (Riwayat
ahmad).
Author one of girl school in first Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang Dr. Ramah El Yunusiyyah

(1923-1969) said; “young youth its ower material that couldnt value them prise, just only if we can manage them

to be shaleh children in which always received pray.”

Decleare say that how importent for teaching shaleh generations. And to build shaleh generation its one
of to be given islamic education at school. Islam education can hold as planed doing for developing potential for
every student has to know, understand to do, beside saying islam education in odinary life. (DR. Muhammad
Kosim, 14 february 2013). In indonesia standard of doing islam religius education come from laws its as indirect
can be handle in doing religius education at formal school. Uridicial formal thats,

a. Dasar pancasila yaitu dasar falsafah Nagara RI, pada sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional1 :
Pasal 37
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, kewarganegaraan,
bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya,
pendidikan jasmani dan olah raga, keterampilan atau kejujuran, dan muatan lokal.
c. Peraturan pemerintah Nomor 55 tahun 2007 Tentang pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan.

BAB 1
KETENTUAN UMUM

1 Pasal 37 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional


Pasal 1
Dalam peraturan pemerintah ini, yang dimaksud dengan Pendidikan Agama adalah pendidikan
yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta
didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata
pelajaran atau kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Pasal 3
1) Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menjalankan atau
menyelenggarakan pendidikan agama.
2) Pengelolaan pendidikan agama dilaksankan oleh menteri agama.
Pasal 4
1) Pendidikan agama pada pendidikan formal dan program pendidikan kesehatan sekurang-
kurangnya diselenggarakan dalam bentuk mata pelajaran atau mata kuliah agama.
2) Setiap peserta didik pada satuan pendidikan disemua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan berhak
mendapat pendidikan agama sesuai agama yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama.
3) Setiap satuan pendidikan menyediakan tempat menyelenggarakan pendidikan agama.

2.2. Knowledge Management System (Digital Knowledge-Based)


Istilah Knowledge Management menjadi pusat perhatian banyak disiplin sejak Dr. Karl Wiig
menggunakannya dalam pidato di International Labor Organization (ILO) pada tahun 1986. Sejak tahun
1996, setelah konferensi Knowledge Management pertama padathun 1994, bidang studi ini menjadi
semacam silang kaji tenologi informasi, manajemen dan ekonomy. Pada saat itu masyarakat dunia
mulai menyadari, bahwasanya untuk meningkatkan kemapuan berkompetisi dan kesejahteraanya ia
harus membutuhkan pengetahuan yang semakin luas. Untuk itu diperlukanlah perubahan paradigm
yang semula mengadalkan resouced-base compepetitiveness menjadi knowledge-based
kompetitiveness2.
Thomas Davenport dan Laurence Park mendifinisikan, “Knowledge” merupakan campuran dari
pengalaman, nilai, informasi kontektual, pandagan pakar dan instuisi mendasar yang memberikan
suatu lingkungan dan kerangka untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru dengan

2 Wiig, K Knowledge management: An emerging discipline rooted in a long history. In: Charles, D, Chauvel, D eds. (2000)
Knowledge horizons: the present and the promise of knowledge management. Butterworth-Heinemann, Oxford, pp. 3-2.
informasi. Dalam pengembangan Knowledge Management System (KMS) diperlukan empat fungsi
yaitu using knowledge, finding knowledge, creating knowledge, dan packing knowledge yang akan
membentuk suatu pengetahuan untuk menjawab pertanyaan know-how, know-what, dan know why,
serta menumbuhkan self-motivated, personal tacit, cultural tacit dan regulatory tacit.

II. LATAR BELAKANG


Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh kompetensi guru dalam mempersiapkan,
melaksanakan, mengevaluasi, serta memberikan feedback. Artinya, kualitas pembelajaran oleh guru
sebagai pelaksana sangat menentukan terhadap kesuksesan suatu pembelajaran pendidikan agama
Islam. Komponen sistem pendidikan Islam setidaknya memuat tujuan pendidikan, kurikulum
pendidikan, pendidik, peserta didik, metode pendidikan, dan evaluasi pendidikan 3. Guna mencapai
tujuan pendidikan agama Islam, komponen di atas harus didisain sehingga peserta didik tahu apa itu
Islam dan mampu menjalankan syari’at Islam dengan baik.
Dengan tujuan yang sangat berat tersebut, terdapat beberapa permasalahan pendidikan agama
Islam di sekolah. Salah satu permasalahan yang paling krusial adalah minimnya pembagian jam belajar
untuk materi pendidikan agama Islam yang ditentukan pemerintah yaitu hanya 2 jam pelajaran dalam
1 minggu. Dengan 2 jam pelajaran dalam 1 minggu kemampuan guru dalam menerjemahkan dan
kemudian menyusun indikator ketercapaian pembelajaran pada silabus sejauh ini hanya dapat
mengedepnakan aspek kognitif dan psikomotorik saja, sedangkan aspek afektif nyaris tidak tersentuh.
Sebagai contoh pada materi shalat, masih sebatas pengetahuan tantang tata cara shalat yang benar
serta bagaimana mempraktekkannya. Esensi serta hikmah shalat masih belum dapat ditanamkan pada
sanubari peserta didik, sehingga tidak terlihat dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pada satu sisi, sempitnya waktu mengakibatkan metodologi pembelajaran pendidikan agama
Islam tidak kunjung berubah. Guru lebih terkonsentrasi pada persoalan teoritis keilmuan yang bersifat
kognitif yang mengakibatkan kurangnya kreatifitas dan variatif guru dalam menggunakan media
pembelajaran. Pada sisi lain, dengan sempitnya waktu pembelajaran tersebut hampir tidak mungkin
evaluasi penerapan pendidikan agama Islam dapat dilakukan, kecuali adanya sinergi antara guru
dengan orangtua murid. Tapi bagaimana hal tersebut dapat dilakukan dengan keterbatasan waktu
yang ada. Ditambah lagi dengan kesibukan para guru di luar jam sekolah yang juga memiliki

3 As’aril Muhajir, Ilmu Pendidikan Perspektif Konteksual, (2011)


tanggungjawab sebagai orang tua, serta lamanya waktu untuk yang dibutuhkan mencari tambahan
pengetahuan dikarnakan tidak adanya tempat mencari yang lebih speseifik.
Dari sudut pandang murid, tentunya waktu 2 jam dalam 1 minggu adalah waktu yang sangat
singkat untuk dapat memahami materi penedidikan agama Islam. Disamping minimnya pengetahuan
murid dalam mencari pengetahuan dan pemahaman materi pendidikan agama Islam, proses pencarian
materi yang dibutuhkan memakan waktu yang cukup lama dikarnakan tidak adanya lokasi sumber yang
spesifik. Ditambah lagi dengan banyaknya beban pengetahuan disiplin ilmu lain yang harus dipahami
oleh seoran murid.
Persoalan-persoalan tersebut akan berlangsung lama bahkan dapat bertambah buruk. Untuk itu
dibutuhkanlah sebuah sistem yang dapat mengelola pengetahuan para guru dan sekaligus media
interaksi antara para ahli, guru dan orantua murid sebagai evaluasi untuk menemukan pengetahuan
yang lebih baik secara kontinu untuk dapat mengoptimalkan waktu pembelajaran yang ada untuk
mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan.

III. Objectif
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Menyusun sebuah konsep Kenowledge Management System untuk meningkatkan pengetahuan
guru pendidikan agama Islam dalam menyusun metode dan strategi pemebelajaran.
2. Sebagaimedia pembelajaran tambahan bagi murid untuk lebih mendalami dan memahami
pendidikan agama Islam.
3. Membentuk jaringan yang saling bersinergi antara pakar, dan guru pendidikan agama Islam
serta orangtua murid sebagai stakeholder dan sebagai salah satu media evaluasi.

IV. METODOLOGI
Dalam proses penelitian ini akan digunakan beberapa metodologi penelitain seperti Field
Research, Library Research. Kedua metodologi tersebut selanjutnya dipetakan ke dalam fase-fase
TOGAF ADM (Architecture Development Methode) yaitu architecture vision, business architecture,
information system architecture, opportunities and solutions, migration planning, implementation
governance, dan architecture change management4.

4 The Open Group (2009). The Open Group Architecture Framework (TOGAF) version 9, Personal PDF Edition, www.opengroup.com.
8 tahapan TOGAF ADM tersebut dibagi berdasarkan jenis pengerjaan arsitektur menjadi 2
tahapan yaitu arsitektur teknis dan arsitektur manajemen. Arsitektur teknis lebih difokuskan pada
tahapan-tahapan teknis perancangan arsitektur yaitu architecture vision, business architecture,
information system architecture yang meliputi data architecture dan application architecture,
technology. Sedangkan arsitektur manajemen difokuskan pada tahapan implementasi, manajemen
pelaksanaan dan kebijakan organiasi atau perusahaan. Tahapan-tahapan yang termasuk dalam
arsitektur manajemen ini adalah opportunities and solutions, migration planning, implementation
governance, dan architecture change management.

Gambar 2.1 Struktur Togaf ADM


4.1 Arsitektur Visi.
Pada fase arsitektur visi, dilakukan pengumpulan data, informasi dan pengetahuan melalui data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh menggunakan kuesioner sebagai instrument untuk in-
depth interview khusuanya menyangkut tentang siklus “knowledge” sistem pembelajaran pendidikan
agama Islam. Sedangkan data sekunder meliputi tentang potensi pada guru pendidikan guru agama
Islam, khususnya kemampuan menggunakan teknologi informasi dan kemampuan kreatifitas dan
inofasi. Analisa hasl data tersebut menjadi landasan perumusan visi dan misi Knowledge Manajemen
Sistem. Dalam mencapai visi dan misi yang baru tersebut maka sebagai tahapan awal dilakukan analisis
gap antara kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan menggunakan tabel analisis gap yang kemudian
dilanjutkan dengan analisis SWOT untuk mendapatkan strategi yang akan dipergunakan dalam
perancangan arsitektur bisnis.
4.2 Arsitektur Bisnis.
Pada tahapan arsitektur bisnis dilakukan pemilihan terhadap strategi yang didapat dari analisis
SWOT. Pemilihan strategi dilakukan wawancara dan kuesioner terhadap pihak yang terlibat secara
teknis dalam Knowledge Management System. Hasil pemelihan strategi selanjutnya digambarkan
menggunakan business process diagram.
4.3 Arsitektur Sistem Informasi.
Pada fase arsitektur sistem informasi, business process yang ditemukan pada arsitektur bisnis
dilakukan pengembangan arsitektur sistem informasi yang menekankan pada arsiterktur aplikasi dan
arsitektur data. Arsitektur aplikasi adalah membentuk blue print untuk Knowledge Management Sistem
dan menjelaskan bagaimana interaksi dan hubungan setiap sistem aplikasi tersebut dengan proses
bisnis yang ada pada arsitektur bisnis. Arsitektur aplikasi digambarkan sebagai kapabilitas logical group
tanpa merujuk pada teknologi tertentu, stabil dan relatif tidak berubah dari waktu ke waktu. Agar pada
pengembangan aplikasi tidak mempengaruhi arsitektur jika teknologi yang digunakan untuk
menerapkan arsitektur berubah dari waktu ke waktu.
Arsitektur data digambarkan struktur data yang ada, apa saja atribut yang dimiliki data, apa saja
operasi yang dilakukan, dan bagaimana hubungan antar data. Pada pengembangan arsitektur data juga
dijelaskan jenis utama dan sumber data yang diperlukan untuk mendukung bisnis, mendefinisikan
entitas data. Pada arsitektur data juga ditekankan bagaimana data digunakan untuk keperluan fungsi
bisnis, proses, dan layanan.
4.4 Arsitektur Teknologi Informasi.
Pada arsitektur teknologi dilakukan analisa kebutuhan terhadap teknologi, berdasarkan
kebutuhan arsitektur sistem informasi. Analisa kebutuhan tersebut berupa teknologi apa yang akan
digunakan, apa perangkat yang dibutuhkan, seperti apa jaringan yang akan digunakan, bagaimana
konfigurasinya dan lain sebagainya yang berkaitan dengan teknologi.
4.5 Implementasi Tatakelola.
Pada tahapan architecture management dilakukan penpenelitian pada opportunities and
solutions, migration planning, implementation governance, dan architecture change menggunakan
pendekatan Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT). Pada tahap ini
dilakukan analisa arsitektur sistem, bagai sisteim ini akan dijalankan, apa saja prilaku, aturan dan pola
hidup yang harus dirubah. Pada tahapan ini juga dlakukan analisa proses perubahan sistem jika terjadi
perkembangan yang megharuskan terjadinya perubahan.

V. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI


5.1 Arsitektur Visi
Dalam menambah pengetahuan dalam proses belajar mengajar, setiap guru tentunya akan
banyak berkomunikasi antar sesama guru dan para pakar. Seiring dengan perbedaan masa, budaya,
lokasi, kondisi pada tiap-tiap sekolah tentunya akan menghadirkan bentuk dan karateristik murid yang
berbeda-beda pula. Dengan perbedaan bentuk dan karateristik mudrid tesebut tentunya akan
memunculkan metode yang berbeda-beda dalam proses belajar mengajar. Komunkasi konfensional
seperti rapat, pelatihan dan sebagainya tentunya akan memiliki beberapa keterbatasan seperti :
1. Banyaknya kesibukan menyebakan komunikasi tidak dapat dilakaukan kapan saja.
2. Jauhnya jarak menyebabkan keterbatasan waktu dan biaya untuk mengundan para pakar.
3. Keterbatasan jumlah guru yang hadir mengakibatkan minimnya pengalaman yang dapat
dibagi.
4. Kesulitan dalam mendokumentasi hasil pertemuan dan diskusi.
5. Kesulitan dalam menyusun ulang materi untuk disampaikan kepada murid.
6. Tidak adanya jaminan filter bagi siswa/murid yang akan mencari materi video di jejaring
video online.
7. Dan lain sebagainya.
Maka berdasarkan hal-hal diatas, dirumuskanlah arsitektur Visi adalah terbentuknya sebuah
sistem interaksi sebagai sarana komunikasi antar sesama guru Pendidikan Agama Islam dan murid
untuk menyampaikan dan mendapatkan pengetahuan baik materi pengajaran maupun metode
pembelajaran. Maka visi tersebut menjadi landasan pentingnya sebuah Knowledge Management
Sistem Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya akan dilanjutkan dengan perancangan arsitektur
bisnis ayan akan diuraikan pada bab selanjutnya.
5.2 Arsitektur Bisnis
Setelah penetuan arsitektur visi, maka dilanjutkan dengan arsitektur bisnis yang nantiya akan
dijadikan sebagai acuan dalam perancangan arsitektur sistem informasi. Berikut ini merupakan proses
pengumpulan pengetahuan.

Gambar 5.1 Pengumpulan knowledge konfensional

Pada gambar 5.1 menjelaskan proses dalam mendapatkan pengetehuan. Keterbatasan yang
ada akan dicari solusinya menggukan teknologi informasi sebagaimana yang akan dijelaskan pada
gambar 5.2 berikut.

Gambar 5.2 Solusi pengumpulan pengetahuan dengan teknologi informasi

Pada gambar 5.2 dapat dipahami bahwa proses pengumpulan dan penyampaian pengetahuan
dilakukan dengan komunikasi menggunakan teknologi informasi. Pada gambar tersebut juga dapat
dilihat bahwa pemberi pengetahuan dan orang mendapatkan pengetahuan tidak dibatasi oleh jumlah
orang dan waktu. Dengan jaringan internet tentunya juga tidak dibatasi oleh waktu dan lokasi.
Dari solusi pengumpulan pengetahuan pada gambar 5.2 tersebut selanjutnya disusunlah
strategi proses bisnis. Pada proses ini ditentukan bagaimana alur proses bisnis yang akan dilakukan dan
siapa saja yang terkait didalam proses tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.3
berikut ini.

Gambar 5.3 Strategi Proses Bisnis

5.3 Arsitektur Sistem Informasi


Pada gambar 5.4 dijelaskan bahwa sistem dapat digunakan oleh 2 orang aktor yaitu guru dan
siswa. Berdasarkan usecase tersebut guru dapat melakukan login setelah sebelumnya melakukan
registrasi. Setelah login guru akan dapat menyampaikan materi-materi yang dimilikinya baik dalam
bentuk tulisan, gambar maupun video. Selanjutnya guru juga dapat mengirimkan pertanyaan seputar
pendidikan agama Islam dan juga menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru-guru lain. Untuk aktor
siswa setalah melakukan login akan dapat melihat materi-materi yang telah diunggah oleh para guru.
Gambar 5.4 Usecase KMS Guru PAI
Pada gambar 5.4 berikut merupakan gambaran umum activity diagram yang menjelaskan
alur kerja dan interaksi pengguna sistem dengan sistem secara umum. Gambar 5.4 tersebut juga
menjelaskan dari mana proses dimulai dan pada bagian mana proses berakhir.

Gambar 5.5 Activity Diagram


VI. PENUTUP
Semakin meningkatnya pengetahuan tentunya akan meningkatkan kualitas seorang guru.
Namun peningkatan pengetahuan tentu harus dibarengi dengan peningkatan implementasi dari
pengetahuan tersebut. Dalam hal peningkatan bagaimana pengimplementasianya akan banyak didapat
dari bebergai pengalaman, baik pengalaman guru itu sendiri maupun guru-guru lainya. Pengalaman-
pengalaman yang ada tersebut tentunya didapat dari saling berbagi pengetahuan antar guru dan
pakar. Pada proses berbagi pengetahuan inilah digunakan Knowledge Management System.
Dengan Knowledge Management System ini para guru dan pakar akan dapat berbagi
pengetahuan dengan cara yang lebih mudah dan lebih effisien tanpa adanya batasan ruang dan waktu.
Namun salah satu kunci keberhasilan sebuah sistem adalah tergantung pada penggunanya. Sebaik dan
sebesar apapun sebuah sistem tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak ada yang mempergunakan.
Untuk itu semangat saling berbagi dan keinginan kuat untuk memberikan pengalaman dan
pengetahuan kepada orang lain serta membuang jauh-jauh ego untuk memiliki sendiri sebuah
pengetahuan adalah kunci utama keberhasilan dari Knowledge Management System.

Daftar Kepustakaan

1. Abdul Hamid, J (2008) Knowledge strategies of school administrators and teachers. International Journal
of Educational Management 22: pp. 259-268.
2. Baskerville, R, Dulipovici, A (2006) The theoretical foundations of knowledge management. Knowledge
Management Research & Practice 4: pp. 83-10
3. Cheng, ECK (2012) Knowledge strategies for enhancing school learning capacity. International Journal of
Education Management 26: pp. 557-592.
4. Chiva, R, Alegre, J (2005) Organizational learning and organizational knowledge: Towards the integration
of two approaches. Management Learning 36: pp. 49-68.
5. Davenport, TH, Long, D, Beers, M (1998) Successful knowledge management projects. Sloan
Management Review 39: pp. 43-57.
6. Eric C. K. Cheng (2014) Kowledge Managenet for School Development. SpringerBriefs in Education : pp.
11-23.
7. Hansen, M, Nohria, N, Tierney, T (1999) What’s your strategy for managing knowledge? Harvard
Business Review 77: pp. 106-116.
8. John A. Zachman (1993). Concepts of the Framework for Enterprise Architecture, Paper John Zachman.
9. Joia, LA (2002) Assessing unqualified in-service teacher training in Brazil using knowledge management
theory: A case study. Journal of Knowledge Management 6: pp. 74-86.
10. Mahesh R. Dube, Shantanu K. Dixit (2011) Comprehensive MEasurment Framework for Enterprise
Architectures. (IJCSIT) vol 3: PP. 71-92.
11. Sallis, E, Jones, G (2002) Knowledge management in education: enhancing learning and education.
Kogan Page, London
12. Schechter, C (2008) Organizational learning mechanisms: The meaning, measure, and implications for
school improvement. Educational Administration Quarterly 44: pp. 155-186.
13. Shruti Patil, Roshani Ade (2015) A Global Software Engineering Knowledge Management Approach for
Intensive Risk Mitigation. IJMPICT vol 6, pp. 1-8.
14. Stigler, J, Hiebert, J (1999) The teaching gap: best ideas from the world’s teachers for improving
education in the classroom. The Free Press, New York
15. Sveiby, KE (2001) A knowledge-based theory of the firm to guide in strategy formulation. Journal of
Intellectual Capital 2: pp. 344-358
16. Swan, J, Newell, S, Robertson, M Limits of IT-driven knowledge management for interactive innovation
processes: Towards a community-based approach. In: Sprague, RH eds. (2000) Proceedings of the 33rd
Annual Hawaii International Conference on Systems Sciences, HICSS-33. IEEE Computer Society, Los
Alamitos, pp. 84-94.
17. Taejun Cho, Rusell Korte (2014) Managing Knowledge Performance: Testing Componen of a Knowledge
Management System Organizational Performance 15: pp.313-327.
18. The Open Group (2009). The Open Group Architecture Framework (TOGAF) version 9, Personal PDF
Edition, www.opengroup.com.
19. Wiig, K Knowledge management: An emerging discipline rooted in a long history. In: Charles, D, Chauvel,
D eds. (2000) Knowledge horizons: the present and the promise of knowledge management.
Butterworth-Heinemann, Oxford, pp. 3-2.
20. Wiig, KM (2004) People-focused knowledge management: how effective decision making leads to
corporate success. Elsevier Butterworth Heinemann, Amsterdam
21. Wu, WL, Lee, YC, Shu, HS (2013) Knowledge management in education organization: A perspective of
knowledge spiral. The International Journal of Organizational Innovation 5: pp. 7-13.

Biodata

Nama : Faiz Fauzan El Muhammady, S.Kom, M.Kom


Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 16 Juni 1982
Pendidikan terakhir : Magister Ilmu Komputer UPI-YPTK Padang
Aktivitas : Dosen STIT Diniyyah Puteri Rahmah El Yunusiyyah
Email : eldyvii@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai